Tentir 1 Infeksi Imunologi
-
Upload
nyimas-hoirunisa -
Category
Documents
-
view
149 -
download
16
Transcript of Tentir 1 Infeksi Imunologi
SAP TENTIR FKUI 2010
Tentir I Modul Infeksi-Imunologi
Krisna. Andika. Angga. Damar P. David. Fauzan.
Gaby. Harsya. Nindy. Prilly. Rissa. There. Vania. Widia. Damar U.
Tasha. Karina W. Nada. Febri. Wanda. Sahar. Caka. Yusra.Lusi. Aga.
Joseph. Yohanes. Melody. Gadis. Olin. Moses. Niken
Layout by Muthia.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 2
SAP FKUI 2010
Daftar Isi .......................................................................................................................... 3
....................................................................................................................... 28
.................................................................. 39
................................................................................................................... 48
................................................................................................. 57
..................................................................................................... 65
................................................... 75
........................................................................................................ 88
.............................................................................................................................................. 96
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 3
SAP FKUI 2010
Halo teman-temanku yang tercinta <3 Jumpa lagi di kuliah pertama modul
Infeksi dan Imunologi Perlu diingat, tentir dan kuliah ini bersifat pengenalan,
jadi tidak terlalu dalam, kalau mau tau lebih cihuy silahkan dibaca bukunya :P
Kalau lengkap banget, bisa jadi 1 buku dong xixixi. Selamat menikmati
membaca tentir sambil dilihat slide-nya tentunya yaaa~
Pembahasan:
Antigen: definisi, imunogen dan hapten
Antibodi: definisi, struktur, kelas, fungsi, antibody-mediated opsonization
and phagocytosis, ADCC, antibody-mediated clearance of helminths
Komplemen: jalur aktivasi, fungsi
Molekul MHC: definisi, fitur, presentasi antigen
Sitokin: sifat, fungsi
Respons imun: sistem imun / jaringan limfoid, komponen sistem imun,
imunitas terhadap bakteri ekstraselular, imunitas terhadap bakteri
intraselular, imunitas terhadap virus
Imunitas innate: tahapan, komponen
Imunitas adaptif: komponen, fitur kardinal
ANTIGEN (slide 2-3)
Antigen adalah substansi apa pun yang dapat berikatan secara spesifik
dengan molekul antibodi atau T cell receptor. Antigen dapat berupa molekul
biologis (metabolit intermediet sederhana, gula, lipid, autakoid, hormon) atau
makromolekul (karbohidrat kompleks, fosfolipid, asam nukleat, protein.
Sedangkan sel T, hanya dapat mengenali antigen dalam bentuk peptida.
HINT!! katanya jadi sel B bisa mengenali antigen tanpa perlu lagi diolah APC,
kalo sel T ndak bisa ituuu
Walaupun semua antigen dapat dikenali oleh limfosit antau antibodi
spesifik, hanya beberapa antigen yang dapat mengaktivasi limfosit dan
menyebabkan dihasilkan produk tertentu, sifat ini disebut sebagai
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 4
SAP FKUI 2010
imunogenitas . Makromolekul yang dapat menstimulasi respons imun berupa
antibodi spesifik oleh sel B disebut imunogen. Ada molekul kecil antigen atau
hapten yang dapat berikatan dengan antibodi, tetapi untuk dapat
mengaktivasi sel B harus berkonjugasi dengan makromolekul atau karier,
sehingga dapat bertindak sebagai imunogen.
ANTIBODI (slide 4-7)
Antibodi / imunoglobulin (Ig) / globulin γ adalah glikoprotein spesifik
yang dapat bergabung dengan antigen atau komplemen. Ada 2 jenis, yaitu
membran boudn (sebagai reseptor) dan sekreted yang bersirkulasi. Limfosit B
adalah satu-satunya sel yang mensintesis molekul antibodi.
Struktur
Dua rantai berat identik atau heavy chain (H)
Terdapat beberapa macam tipe rantai berat yang menentukan jenis Ig,
seperti μ untuk IgM, γ untuk IgG, α untuk IgA, ε untuk IgE, dan δ untuk IgD.
Terdiri atas 1 variable region (VH) dan 3 constant regions (CH). Tetapi pada
IgM dan IgE, ada 4 CH.
Dua rantai ringan identik atau light chain (L)
Terdapat 2 tipe rantai ringan, yaitu kappa (κ) dan lambda (λ). Terdiri
atas 1 constant region (CL) dan 1 variable region (VL).
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 5
SAP FKUI 2010
Antigen-binding fragments (Fab) tempat ikatan antigen-antibodi yang
juga merupakan pertemuan antara VH dan VL, sehingga 1 antibodi
mempunyai 2 Fab.
Non-antigen-binding fragments atau crystallizable fragments (Fc)
menempel ke sel efektor
Masing-masing rantai akan melipat membentuk motif globular yang disebut
Ig domain. Ig domain terdiri atas dua lapisan yang diikat dengan ikatan
disulfida
Pada IgG, regio CH2 akan disatukan oleh residu sistein, dekat dengan hinge
menyebabkan terjadinya perubahan konformasi
Kelas
Rantai berat 1 VH dan 3 CHD
Rantai ringan 1 CL dan 1 CL
FAB adalah pertemuan antara VH dan VL sehingga 1 Ab punya 2 fab
Diikat dengan ikatan disulfide
Hinge menyebabkan dapat terjadinya perubahan konformasi
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 6
SAP FKUI 2010
Fungsi (slide 33)
Aktivasi limfosit B akan menyebabkan diferensiasi limfosit B menjadi sel
plasma. Sel plasma di jaringan limfoid dan sumsum tulang dapat
mensekresikan antibodi yang berfungsi untuk:
Netralisasi mikroba dan toksin sehingga mikroba lebih mudah dikenali sel
NK, makrofag, eosinofil
Opsonisasi dan fagositosis mikroba
ADCC
Ikatan antibodi-antigen dapat mengaktivasi komplemen, yang
memungkinkan fagositosis mikroba akibat opsonisasi, inflamasi akibat
neutrofil, dan lisis mikroba.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 7
SAP FKUI 2010
Antibody-mediated opsonization and phagocytosis (slide 31)
Bagaimana antibodi dapat menimbulkan opsonisasi dan fagositosis mikroba?
Tentunya pertama mikroba akan dikenali / opsonisasi dan berikatan dengan
antibodi IgG. Fagosit yang mempunyai reseptor Fc afinitas tinggi (FCγRI) akan
berikatan dengan Fc IgG tersebut. Reseptor Fc kemudian memberikan sinyal
kepada fagosit, sehingga terjadi fagositosis dan killing mikroba.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 8
SAP FKUI 2010
ADCC (slide 32)
Sel yang dilapisi antibodi IgG akan berikatan dengan reseptor Fc afinitas
rendah (FCγRIII) sel natural killer (NK). Terjadi aktivasi sel NK dan pelepasan
sitokin yang menyebabkan destruksi sel yang dilapisi antibodi.
Apa bedanya ADCC dengan antibody-mediated opsonization and
phagocytosis? Pada antibody-mediated opsonization and phagocytosis,
mikrobanya difagosit; sedangkan pada ADCC, terjadi apoptosis sel.
Antibody-mediated clearance of helminths (slide 32)
Helminth terlalu besar untuk difagositosis dan resisten terhadap produk
mikrobisidal neutrofil dan makrofag. Helminth hanya bisa dibunuh oleh protein
toksin kation / major basic protein yang terdapat pada granula eosinofil.
Pertama-tama, antibodi IgE, IgG, dan IgA akan melapisi helminth, sehingga
dapat terikat dengan FcεRI afinitas tinggi dari eosinofil dan menyebabkan
degranulasi. Antibodi IgE juga dapat menginisiasi degranulasi lokal sel mast yang
menginduksi bronkokonstriksi dan peningkatan motilitas lokal, sehingga turut
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 9
SAP FKUI 2010
berkontribusi terhadap ekspulsi helminth dari saluran napas dan GIT. Kemokin
dan sitokin yang dilepaskan sel mast juga turut mengatraksi dan menyebabkan
degranulasi eosinofil.
KOMPLEMEN
Adalah suatu jenis protein serum, tidak tahan panas, yang kalo dalam keadaan normal sifatnya tidak
aktif. Dia berperan dalam sistem imun innate dan adaptive.
Jalur aktivasi komplemen (slide 8)
1. Inisiasi aktivasi komplemen pengenalan molekul pada permukaan mikroba
a. Jalur alternatif dipicu ketika protein C3 mengenali struktur permukaan
mikroba tertentu. Sebenarnya C3 juga dapat mengenali permukaan sel
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 10
SAP FKUI 2010
pejamu, namun terdapat molekul regulator pada sel mamalia yang akan
menginhibisi C3, sedangkan pada mikroba tidak terdapat molekul regulator.
b. Jalur klasik C1q mendeteksi Fc antibodi yang berikatan dengan
permukaan atau struktur lain mikroba. Kemudian, serin protease C1r dan C1s
menjadi aktif dan menginisiasi kaskade proteolitik yang melibatkan
komplemen lain.
c. Jalur lektin dipicu oleh mannose-binding lectin (MBL) yang mengenali
residu manosa terminal pada glikoprotein dan glikolipid mikroba. Kemudian
MASP1 dan MASP2 menginisiasi tahap proteolitik.
2. Fase awal rekrutmen dan pembentukan komplemen tambahan menjadi
kompleks protease (jadi kaya dikumpulin gitu komplemennya terus jadi
protease, nah nanti dia akan menyebabkan si komplemennya pecah gitu),
seperti C3 convertase yang memecah C3 menjadi C3a dan C3b.
Fragmen C3b yang lebih besar berikatan secara kovalen dengan permukaan
mikroba dan berfungsi sebagai opsonin untuk mempromosikan fagositosis
mikroba.
Fragmen C3a yang lebih kecil dilepaskan dan menstimulasi inflamasi dengan
bekerja sebagai kemoatraktan bagi neutrofil.
3. Fase akhir C3b berikatan dengan komplemen lain membentuk C5 convertase
yang memecah C5 menjadi C5a dan C5b.
C5b berikatan di membran sel mikroba, dan menginisiasi pembentukan dan
aktivasi kompleks C6, C7, C8, dan C9, yang kemudian akan membentuk pori
pada membran mikroba yang disebut membrane attack complex (MAC)
air masuk melalui pori ini sel bengkak sel lisis (seperti balon yang diisi
air hingga pecah).
C5a merupakan kemoatraktan, dan menginduksi perubahan pembuluh
darah, sehingga memungkinkan kebocoran protein plasma dan cairan
menuju tempat infeksi.
Fungsi dalam imunitas innate (slide 25)
1. Opsonisasi dan fagositosis mikroba yang dilapisi C3b atau C4b akan
difagositosis oleh makrofag dan neutrofil akibat ikatan terhadap reseptor
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 11
SAP FKUI 2010
Fungsi Lain komplemen
Mengerahkan sel fagosit
Menyingkirkan komplek imun yang ada disekitar2an jadi fagositosis di temam
Eliminiasi komplek imun komplek imun diikat SDM dibawa ke limpa fagositosis
Netralisasi virus bekerja sama dengan antibody untuk bikin lapisan diluar virusnya
Dia juga berperan dalam sistem imun spesifik
spesifik. C3b adalah faktor opsonisasi yang paling penting pada fase akut. Liat
ya utamanya yang komponen B.
2. Stimulasi reaksi inflamasi anafilatoksin (C3a, C4a, C5a) akan mengaktivasi sel
mast dan neutrofil, sehingga menimbulkan inflamasi akut. Selain itu ada efek
anafilaktosin bikin peningkatan permeabilitas.Liat ya terutama bagian A. Jadi
A ini sifatanya untuk induksi inflamasi
3. Complement-mediated cytolysis pembentukan MAC akan meningkatkan
tekanan osmotik, sehingga menyebabkan lisis mikroba
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 12
SAP FKUI 2010
MOLEKUL MAJOR HISTOCOMPATIBILITY COMPLEX (MHC) (slide 9-12)
MHC / human leukocyte antigen (HLA) adalah glikoprotein yang terdapat
pada membran dan merupakan produk gen MHC. Berfungsi dalam pengenalan.
Pada masing-masing struktur molekul MHC ada daerah intraselular,
transmembran, dan sitoplasmik.
Fitur
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 13
SAP FKUI 2010
Nah MHC ini terutama kan mengkode
buat yang protein endogen yang
dihasilkan sendiri sama selnya. Nah
MHC 1 ini lokasinya adanya di RE kan,
makanya protein bisa langsung diiket
terus dipresentasikan. Ini juga salah
satu sebab kenapa protein endogen
diiket sama MHC I bukan MHC II (yang
letakanya di sitoplasma)
Presentasi antigen (slide 28-30)
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan dikenali oleh limfosit T, akan
tetapi hal ini terbatas kepada antigen yang telah diproses sebelumnya saja.
Antigen yang baru pertama kali terpapar kepada pejamu / natif akan diproses
telebih dahulu dengan APC agar dapat dipresentasikan ke limfosit T melalui
molekul MHC. Presentasi antigen berdasarkan kelas MHC-nya adalah:
1. MHC kelas I
Antigen bersumber dari (1) sintesis
protein endogen atau (2) fagositosis protein
asing ke dalam sitoplasma sel berinti. Antigen
yang berada di sitosol ini kemudian akan
mengalami degradasi proteolitik menjadi
peptida. Peptida kemudian akan mengalami
translokasi dengan transporter associated
with antigen processing (TAP) ke dalam
retikulum endoplasmik, di mana molekul
MHC kelas I yang baru disintesis akan berikatan dengan peptida tersebut.
Ikatan stabil molekul MHC kelas I dan peptida akan diekspresikan pada
permukaan sel dan dikenali limfosit T CD8. yang kemudian menyebabkan killing
dari sel target yang mengekspresikan antigen.
2. MHC kelas II
Pada APC, protein ekstraselular akan di-uptake membentuk vesikel.
Protein kemudian akan didegradasi secara enzimatik di endosom dan lisosom
menghasilkan peptida. Vesikel berisi peptida ini akan bergabung dengan vesikel
berisi MHC kelas II, di mana peptida akan berikatan dengan molekul MHC kelas
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 14
SAP FKUI 2010
II. Ikatan stabil molekul MHC kelas II dan peptida akan diekspresikan pada
permukaan sel, kemudian dikenali dan mengaktivasi limfosit T CD4, sehingga
terjadi pelepasan sitokin. Sitokin pada makrofag mengakibatkan aktivasi dan
destruksi antigen yang difagosit; sitokin pada sel B menyebabkan sekresi
antibodi yang akan berikatan dengan antigen.
Sebenarnya, di retikulum endoplasmik juga terdapat molekul MHC kelas
II, akan tetapi terdapat class II-associated invariant chain peptide (CLIP) yang
menutupi tempat ikatan molekul MHC II dengan antigen, sehingga tidak dapat
terbentuk ikatan. Ketika molekul MHC kelas II ditransport ke vesikel, terjadi
proteolisis CLIP, sehingga sekarang MHC molekul kelas II dapat berikatan
dengan antigen.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 15
SAP FKUI 2010
SITOKIN (slide 13-15, 26)
Sel sumber yang distimulasi oleh antigen atau imunogen akan
memproduksi sitokin (limfokin oleh limfosit, monokin oleh monosit, interleukin
menjembatani leukosit dengan leukosit). Sitokin bekerja untuk menstimulasi sel
target yang merupakan sel yang sama dengan sel yang mensekresikan sitokin
(autokrin), sel di dekatnya (parakrin), atau masuk ke sirkulasi dan bekerja pada
sel yang jauh dari tempat produksinya / sistemik (endokrin), sehingga timbul efek
biologis berupa mediasi dan regulasi reaksi imun dan inflamasi.
Sifat
1. Pleiotropisme 1 sel menghasilkan 1 sitokin yang bekerja pada berbagai tipe
sel dan mempunyai berbagai efek biologis.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 16
SAP FKUI 2010
2. Redundansi 1 sel menghasilkan berbagai sitokin yang mempunyai aksi yang
sama.
3. Sinergi Berbagai sel menghasilkan berbagai sitokin, tetapi mempunyai efek
yang sama / adiktif / sinergis.
4. Antagonisme 1 sel menghasilkan berbagai sitokin yang mempunyai efek
antagonis / berlawanan terhadap satu sama lain.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 17
SAP FKUI 2010
Fungsi dalam imunitas adaptif (slide 34)
APC akan mempresentasikan antigen ke limfosit T CD4. Aktivasi limfosit T
CD4 akan menyebabkan sekresi IL-2 yang akan bekerja secara autokrin dan
mengakibatkan proliferasi limfosit T CD4. Selain itu, limfosit T CD4 juga
mensekresikan sitokin lain, seperti :
IFN-γ aktivasi makrofag killing mikroba dengan radikal bebas
IL-2, IL-4, IFN-γ, IL-5 diferensiasi dan proliferasi sel B menjadi sel plasma
yang dapat membentuk antibodi dan isotype switching
IL-2, IFN-γ aktivasi dan diferensiasi limfosit T CD8 (CTL)
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 18
SAP FKUI 2010
RESPONS IMUN (slide 16-18)
Antigen akan mencetuskan sistem imum untuk menghasilkan respons
imun. Yang dimaksud sistem imun di sini adalah jaringan limfoid yang dapat
dibagi menjadi:
1. Jaringan limfoid primer / generatif / sentral (sumsum tulang dan timus) di
mana limfosit pertama kali mengekspresikan reseptor antigen dan
mendapatkan maturitas fenotip dan fungsional berfungsi untuk (1)
menyediakan faktor pertumbuhan dan molekul sinyal lain yang dibutuhkan
untuk maturasi limfosit, (2) mempresentasikan antigen pejamu untuk dikenali,
dan (3) seleksi maturasi limfosit.
Limfosit B matur parsial di sumsul tulang masuk sirkulasi berpopulasi di
organ limfoid sekunder menyelesaikan maturasi
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 19
SAP FKUI 2010
Limfosit T matur sepenuhnya di timus masuk sirkulasi berpopulasi di
organ dan jaringan limfoid sekunder
2. Jaringan limfoid sekunder / perifer (nodus limfe, limpa, sistem imun kutaneus,
sistem imun mukosa) di mana terjadi inisiasi dan perkembangan respons
limfosit terhadap antigen asing berfungsi mengantarkan antigen dan
respons limfosit naif. Jadi kalo penentir ga salah tangkep, fungsinya ini kaya
buat nyaring antigen dari darah gitu loo. Nanti begitu ada antigen langsung deh
prosesnnya jalan. Soalnya disini adalah letak ngumpulnya sel sel naif untuk
mulai proses infeksi
Respons imun pertama kali dimulai dengan imunitas innate / bawaan /
natural / nonspesifik yang tidak memerlukan pengenalan terlebih dahulu. Jika
antigen masih tidak bisa dimusnahkan, berlanjut ke imunitas adaptif / didapat /
spesifik yang membutuhkan pengenalan terlebih dahulu atau memori. Hal ini
berujung pada pertahanan tubuh terhadap substansi asing, tetapi jika berlebihan
dapat terjadi kerusakan jaringan dan penyakit.
Imunitas terhadap bakteri ekstraselular (slide 36)
1. Imunitas innate
a. Aktivasi komplemen meningkatkan fagositosis dgn opsonisasi dan induksi
MAC
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 20
SAP FKUI 2010
b. Aktivasi fagosit dan inflamasi
2. Imunitas adaptif
a. Imunitas humoral berfungsi memblok infeksi, mengeliminasi mikroba, dan
menetralisasi toksin
Respons antibodi terhadap infeksi adalah neutralisasi (dimediasi IgG,
IgM, dan IgA afinitas tinggi terutama pada lumen organ mukosa), opsonisasi
dan fagositosis (oleh IgG), aktivasi komplemen melalui jalur klasik (oleh IgM
dan IgG), serta inflamasi.
b. Imunitas selular
Antigen bakteri juga mengaktivasi limfosit T CD4+, yang akan
memproduksi sitokin yang menyebabkan inflamasi lokal (TNF-α),
peningkatan aktivitas fagosit dan mikrobisidal makrofag dan neutrofil (IFN-γ),
serta stimulasi produksi antibodi.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 21
SAP FKUI 2010
Imunitas terhadap bakteri intraselular (slide 37)
1. Imunitas innate
Respons imun innate terhadap bakteri intraselular terutama dimediasi
oleh fagosit (neutrofil dan makrofag) dan sel NK. Bakteri akan menstimulasi sel
dendritik dan makrofag untuk memproduksi IL-12 dan IL-15 yang akan
mengaktivasi sel NK. Sel NK kemudian akan memproduksi IFN-γ yang
mengaktivasi makrofag dan mempromosikan killing bakteri. Akan tetapi bakteri
intraselular resisten terhadap degradasi fagosit, sehingga dibutuhkan imunitas
adaptif yang dimediasi sel.
2. Imunitas adaptif imunitas dimediasi limfosit T
MHC II dan CD4 akan meningkatkan diferensiasi ke arah Th 1 aktifasi
makrofag
MHC I dan CD 8 CTL
Imunitas terhadap virus (slide 38)
1. Imunitas innate
Produksi IFN tipe 1 oleh sel yang terinfeksi akan menyebabkan antiviral
state, yaitu inhibisi replikasi virus pada sel yang terinfeksi maupun sel yang
tidak terinfeksi. Sel NK juga akan membunuh sel yang terinfeksi.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 22
SAP FKUI 2010
2. Imunitas adaptif
Antibodi akan memblok ikatan dan entri virus ke sel pejamu. Selain itu,
limfosit T sitotoksik akan mengeliminasi infeksi dengan membunuh sel yang
terinfeksi.
IMUNITAS INNATE (slide 19-24)
Imunitas innate bertujuan untuk mencegah mikroba ke tempat lain,
tahapannya adalah:
1. Rekrutmen leukosit ke tempat infeksi
Antigen masuk ke jaringan makrofag teraktivasi dan memproduksi
sitokin proinflamsi: TNF-α TNF-α mengaktivasi ekspresi selektin pada
permukaan sel endotel ligan selektin pada neutrofil terikat lemah dengan
reseptor selektin pada permukaan endotel terjadi rolling neutrofil kemokin
mengaktivasi ekspresi ligan integrin (ICAM dan VCAM) pada permukaan sel
endotel integrin pada neutrofil terikat stabil dan kuat dengan reseptor
integrin pada permukaan endotel neutrofil masuk ke jaringan.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 23
SAP FKUI 2010
2. Pengenalan mikroba oleh fagosit
Membran plasma / endosomal dan sitoplasma fagosit mempunyai
pattern recognitian receptor (PRR) yang akan mengenali dan berikatan dengan
pathogen-associated molecular patterns (PAMPs) pada mikroba atau damage-
associated molecular pattern (DAMPs) pada sel yang rusak dan mati, sehingga
mikroba / sel lebih mudah difagositosis oleh sel fagosit.
3. Fagositosis dan intracelullar killing
Mikroba yang sudah berikatan dengan fagosit akan difagositosis ke
dalam vesikel yang disebut dengan fagosom fagosom akan berfusi dengan
lisosom membentuk fagolisosom terjadi pengeluaran enzim lisosom /
proteolitik yang menyebabkan killing mikroba akan tetapi enzim lisosom saja
tidak cukup membunuh mikroba, dibutuhkan aktivasi ROS dan NO oleh sitokin
membentuk radikal bebas killing mikroba.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 24
SAP FKUI 2010
Komponen
1. Komponen selular
a. Epithelial barriers membentuk barrier fisik antara mikroba dari lingkungan
eksternal dan jaringan pejamu, serta memproduksi zat kimiawi antimikrobial
yang menghalangi entri mikroba.
b. Fagosit (PMN dan MN) berfungsi sebagai pertahanan lini pertama
terhadap mikroba yang berhasil menembus epithelial barriers berupa killing
mikroba dan produksi berbagai sitokin.
c. Sel dendritik pengenalan dan efektor
d. Sel NK
Infeksi virus aktivasi sel NK menyebabkan eksositosis granula perforin
dari sel NK, yang memfasilitasi entri granula granzim ke sitoplasma sel
target. Granzim kemudian menginisiasi sekuens sinyal apoptosis sel target.
Infeksi bakteri makrofag yang memfagositosis mikroba akan
mensekresikan IL-12 yang mengaktivasi sel NK. Sel NK yang teraktivasi
kemudian akan mensekresikan IFN-γ yang mengaktivasi makrofag untuk
menghancurkan mikroba yang telah difagositosis.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 25
SAP FKUI 2010
e. Limfosit T dan B dengan spesifitas reseptor antigen terbatas
f. Sel mast terdapat di kulit dan epitel mukosa, serta mensekresikan sitokin
proinflamasi dan mediator lipid sebagai respons terhadap infeksi dan
stimulus lain.
2. Komponen humoral
a. Antibodi natural spesifitas terbatas
b. Komplemen
c. Pentraxin protein plasma yang mengenali struktur mikroba
d. Collectin dan ficolin
e. Sitokin
IMUNITAS ADAPTIF
Komponen (slide 27)
1. Komponen selular cell mediated imunity (CMI)
a. Limfosit T dapat berproliferasi dan memproduksi sitokin yang berperan
dalam aktivasi sel efektor
b. Limfosit B jika teraktivasi antigen, akan berdiferensiasi menjadi sel plasma
yang dapat membentuk antibodi
2. Komponen humoral: antibodi, sitokin
Fitur kardinal (slide 35)
Spesifitas memastikan bahwa respons imun terhadap suatu antigen hanya
ditargetkan untuk antigen tersebut
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 26
SAP FKUI 2010
Diversitas memungkinkan sistem imun berespons terhadap berbagai jenis
antigen
Memori meningkatkan kemampuan melawan infeksi berulang oleh suatu
mikroba yang sama
Ekspansi klonal meningkatkan jumlah limfosit yang spesifik untuk antigen
tertentu sesuai dengan jumlah mikroba
Spesialisasi menghasilkan respons optimum untuk pertahanan terhadap
mikroba yang berbeda
Kontraksi dan homeostasis memungkinkan sistem imun istirahat dari suatu
respons, sehingga dapat berespon secara efektif terhadap antigen yang baru
terpapar
Nonreactivity to self mencegah kerusakan pejamu selama respons terhadap
antigen asing
Gambar di bawah menggambarkan spesifitas, memori, dan kontraksi
respons imun adaptif. Antigen X yang masuk pertama kali akan dikenali sel B naif
yang kemudian akan mengeluarkan antibodi (respons primer). Ketika respons
primer selesai, kadar antibodi akan menurun (kontraksi dan homeostasis). Ketika
terjadi introduksi antigen X untuk yang kedua kali bersamaan dengan introduksi
antigen Y untuk yang pertama kali, terjadi respons sekunder terhadap antigen X
yang lebih cepat dan besar daripada respons primer (memori). Serta akan
terbentuk antibodi Y yang berbeda dari antibodi X (spesifisitas) sebagai respons
primer.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 27
SAP FKUI 2010
Sumber:
1. Slide, catatan kuliah, rekaman kuliah
2. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular immunology. 7th ed.
Sekian tentirnya :’) Banyak banget yah, penentir dan laptopnya sampe overheat
gara-gara ngerjainnya ahaha :P Sorry juga jadi rebek banget huhuhu, kalau ada
pertanyaan sampaikan aja ke Vania / Iwan / milist. Good luck all, god bless you, go
get A!
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 28
SAP FKUI 2010
Kuliah ini ga terlalu sulit karna membedakan hipersensitivitas ini dan itu juga
cukup liat tabel. Kuncinya adalah tau prosesnya, hapal mediator2 yg paling
berperan aja dan modal kuliah imunologi dasar... Beberapa contoh penyakit nya
overlap, jadi konfirm lagi sendiri...
I. Definisi dan Karakteristik
Jadi normalnya, sistem imun adaptif mengeradikasi mikroorganisme atau partikel
tanpa kerusakan yang serius pada jaringan. Nah yang namanya hipersensitivitas
menurut slide adalah respon imun adaptif yang berlebihan dan tidak pada
tempatnya yang menyebabkan kerusakan jaringan. Nah kalo menurut buku
Abbas, penyakit hipersensitivitas itu artinya lebih luas, yaitu gangguan pada
respon imun, baik itu berlebihan (definisi hipersensitif yg ada di kepala kita)
ataupun yg justru ditargetkan ke jaringan itu sendiri (autoimun). Definisi kedua
inilah mengapa banyak contoh2 hipersensitivitas yang “loh kok, ini kan autoimun
blah blah”.
Nah hipersensitivitas ini terjadi memiliki sifat (1) karena pajanan berulang, (2)
antigen dari luar ato dalam, (3) dimediasi oleh imun humoral atopun seluler, (4)
hampir semua memiliki predisposisi genetik, terutama gen MHC.
II. Klasifikasi
Ada empat tipe, I,II, III, IV. Penentir coba kasi yang overview yg cukup setara
dengan tabel di slide 12.
Hipersensitivitas tipe I
- Responnya immediate / cepat dalam hitungan menit
- Komponen imun yg terlibat IgE, Th2, sel mast, basofil, eosinofil, IL-4, IL-
5, IL-13
- Patogenesis antigen berikatan dengan IgE yg terikat ke sel mast
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 29
SAP FKUI 2010
- Respon imun pelepasan senyawa vasoaktif dan spasmogenik yg bekerja
di pembuluh darah dan otot polos ditambah dengan rekrutmen sel2
inflamasi
- Lesi patologis edema, dilatasi pembuluh, kontraksi otot polos, produksi
mukus, inflamasi.
- Bisa dalam bentuk lokal (dihirup, dicerna, kontak) yang menyebabkan
asma, diare, dan terbentuknya wheal ataupun sistemik (injeksi) yang
menyebabkan syok anafilaktik.
- Contohnya: asma, rinitis alergi, anafilaksis, alergi makanan
Hipersensitivitas tipe II
- Dimediasi antibodi terhadap antigen di permukaan sel atau matriks
ekstraseluler
- Komponen imun yg terlibat IgG, IgM, komplemen, reseptor Fc dan
rekrutment leukosit
- Patogenesis antibodi berikatan dengan antigen sel atau jaringan (i)
opsonisasi dan fagositosis (ii) inflamasi karena komplemen dan reseptor
Fc (iii) disfungsi seluler tanpa inflamasi pada autoimun (myasthenia gravis
& Grave’s disease)
- Lesi patologislisis sel dan inflamasi
- Contohnya: ketidakcocokan transfusi darah, Goodpasture syndrome,
pmephigus vulgaris, myathenia gravis
Hipersensitivitas tipe III
- Dimediasi komples imun
- Komponen imun yg terlibat IgG, IgM, komplemen, reseptor Fc
- Patogenesis Ab berikatan dengan Ag larut kompleks beredar
sistemik terdeposit aktivasi komplemen, reseptor Fc, dan menarik
leukosit pelepasan sitokin sitokin yang malah tambah bikin bahaya
- Lesi patologis nekrosis fibrinoid dan inflamasi (Vasculitis)
- Contoh: systemic lupus erythematous (SLE), beberapa bentuk
glomerulonefritis, penyakit serum, reaksi Arthus.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 30
SAP FKUI 2010
Hipersensitivitas tipe IV
- Dimediasi sel, dibagi jadi delayed type hypersensitivity dan T-cell mediated
cytotoxicity.
- Komponen imun yg terlibat limfosit T CD4+, CD8+, Th1, Th2, IFN gamma
- Patogenesis Antigen limfosit teraktivasi (i) pelepasan sitokin dan
aktivasi makrofag (ii) sitotoksisitas
- Lesi patologis granuloma, infiltrat seluler perivaskuler, edema, destruksi
sel
- Contoh: tes mantoux, infeksi tuberkulosis, dermatitis kontak, diabetes
tipe I, kertidakcocokan transplantasi.
III. Patogenesis
1. Hipersensitivitas Tipe I
Respon imun cepat setelah kontak berulang dengan antigen, dimana telah ada
antibodi spesifik yang ada di tepi sel mast dan menyebakan degranulasi
pelepasan mediator kerusakan jaringan. Disebabkan karena allergen yang ada
dilingkungan berupa protein yang terpapar terus menerus. Sangat dipengaruhi
oleh genetik dan atopi. Ada 2 tipe, yaitu yang lokal (akibat terhirup, digest,
kontak) asma, diare, dan urtikaria. Ada juga yang sistemik biasa karena
suntikan shock (karena terjadi vasodilatasi dan kebocoran berlebihan)
Hint: Tipe 1-3 disebabkan karena humoral.Tipe 1 oleh IgE dan IgG dan
diperantarai oleh Th2, tiper 2 dan 3 oleh IgG dan IgM. Tipe 4 oleh sel.
Berdasarkan Pleno, ternyata ada hipersensitifitas tipe 5 yang merupakan
kombinasi antara aktifitas humoral dan selular . Tapi ini nice to know aja yaaa
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 31
SAP FKUI 2010
Oke tadi sempet dibilang atopi, apa
sebenernya atopi itu? dia adalah suatu
kecenderungan untuk seseorang punya
hipersensitifitas tipe 1. Biasnaya orangnya
akan punya kecendurangan IgE nya tinggi,
dengan Th2 yang lebh reaktif. Nah lo apa
hubungannya Th2 sama IgE nya naik? Jadi Th 2
itu lah yang menghasilkan banyak sitokin yang
efek akhirnya adalah switching sel B untuk
hasilkan IgE.
A. Pada pajanan pertama (sensitisasi):
Antigen (alergen) diperkenalkan oleh sel
dendritik kepada sel T helper CD4+, sehingga
sel T helper ini berubah jadi sel Th2. Sel Th2 ini
memproduksi sitokin2 yakni IL-4, -5, -13.
- IL-4 gunanya agar sel B memproduksi
IgE dan untuk menjaga perkembangan Th2.
- IL-5 berfungsi mengaktifkan eosinofil
- IL-13 selain mengkatifkan eosinofil juga
merangsang epitel untuk memproduksi mukus
IgE yang terbentuk akan berikatan dengan sel mast/basofil melalui reseptor FC
epsilon RI.
B. Pada pajanan kedua dan seterusnya:
Alergen yang berikatan dengan IgE (yang ada di sel mast), harus menyebabkan
cross linking antara 2 IgE merangsang ketidakstabilan membran sel (kalo di
slide justru kestabilan membran) degranulasi sel mast, sintesis dari mediator
turunan lemak, dan sitokin pelepasan mediator primer maupun sekunder
efektor: (i) vasoaktif (ii) spasme (iii) kemotaktik.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 32
SAP FKUI 2010
Mediator primer yang dimaksud ialah amin biogenik (terutama histamin), enzim2
(triptas & kimase), proteoglikan (heparin & kondroitin sulfat), eosinophil &
neutrophil chemotactic factor A (untuk memanggil eosinofil dan neutrofil). Yang
paling penting adalah histamin karena dia berfungsi sebagai vasoaktif
vasodilatasi, kontraksi otot polos,prningkatan permeabilitas vaskuler (karena
kontraksi endotel), peningkatan sekresi hidung, bronkus, dan kelenjar gaster.
Mediator sekunder nya ialah
- Leukotrien C4 dan D4 agen vasoaktif dan spasmogenik paling poten
(Robbins)
- Prostaglandin D2 menyababkan bronkospasme dan sekresi mukus
- Platelet-activating factor (PAF) untuk agregasi platelet pastinya
- Sitokin2 untuk fase lambat. TNF, IL-1,3,4,5,6, GM-CSF, kemokin.
Lebih lengkapnya mediator apa ngefek apa, ni catutan dari slide dan Robbins
Cross lingking transduksi sinyal disassembly dari protein aktin dan myosin di
membrane plasma fusi dari granul isinya dikeluarin
Aktifasi dari Phospolipase A Asam arakhidonat
Sintesis sitokin baru (IL4, Il5, IL 13)
Peningkatan permeabilitas,
edema, shock
Broncospasm, GI Hypermotilty
dan hipersekresi
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 33
SAP FKUI 2010
Nah, walaupun namanya immediate hypersensitivity, tetap aja pada pajana kedua
dan seterusnya dibagi dua fase, yaitu fase cepat dan lambat. Kalo fase cepat (0-1
jam) gejalanya ya yg barusan dijelasin (vasoaktif, spasme, dll) nah kalo fase lambat
(> 1 jam) gejala yang dominan ialah infiltrasi leukosit terutama eosinofil. Buat
apa eosinofil? Duh kurang paham, tapi kalo prak PK dulu dijelasin kalo eosinofil
ada anti-histaminnya... cek masing2...
Histo-PA Vase cepat: Vasodilatasi, kongesti dan edema terus keliatan gitu sel mastnya
degranulasi . Fase Lama; Infiltrasi eosinofil, netrofil dan sel T
Eosinofil kalo di robbins katanya dia ini berperan dalam fase lama. Jadi di dalam granul
nya ini dia menyimpan protein kationik gitu, jadinya dia bisa menyebabkan kerusakan
jaringan epitel lebih jauh. Selain itu dia akan produksi C4 dan PAF yang akan secara langsung
aktifasi dari sel Mast, jadi proses inflamasinya bisa terus jalan tanpa ada antigen.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 34
SAP FKUI 2010
2. Hipersensitivitas Tipe II
Adalah tipe hipersensitifitas yang dimediasi oleh antibody dan antigen di
permukaan sel atau jaringan. Antigennnya ada yang intrinsic dan ekstrinsik.
Kalo di Abbas, Robbins, dan slide 27, pembagian mekanismenya jadi (i)
DESTRUKSI sela melalui opsonisasi dan fagositosis (ii) INFLAMASI sel yg
dimediasi komplemen dan reseptor Fc (iii) disfungsi seluler. Sedangkan pada
slide 26, pembagiannya (A) complement dependent (B) antibody-dependent
cellular cytotoxicity (ADCC) (C) antibodi antireseptor. Mari kita telaah.. diliat
dengan saksama ya ABC sama i ii iii nyaaaa
(i) Intinya ini adalah destruksi sel dan fagositosis yang dimediasi antibodi, dibagi
jadi complement dependent dan ADCC.
(A) Tipe ini disebut juga complement dependent reaction. Saat antigen yang ada di
permukaan sel telah teropsonisasi melalui sistem komplemen (C3B dan C4B) dan
antibody (IgG), sel tersebut menjadi target bagi fagosit untuk dihancurkannya.
IgG akan dikenali oleh Fc reseptor di sel fagosit. Selain untuk opsonisasi, sistem
komplemen juga membentuk membrane attack complex yang merusak integritas
membran sel dengan cara membentuk lubang sehingga sel mengalami lisis
osmotik. Contohnya ialah transfusi darah, eritroblastosis fetalis, dan anemia
hemolitik autoimun.
(B) Selain menggunakan cara di atas, destruksi sel juga dapat dilakukan melalui
ADCC. Destruksi dimediasi oleh efektor (monosit, neutrofil, eosinofil, dan NK)
tanpa bantuan sistem komplemen. Jadi sel target dikelilingi IgG dengan
konsentrasi rendah, nah baru deh sel efektor menghancurkan sel target melalui
reseptor Fc nya IgG tanpa melalui fagositosis. Jadi selnya mati gara gara lisis gitu
loo.. Inget kan cara bunuh nya gmn biar sampe lisis. Contoh yg menggunakan
ADCC ialah ketika infestasi parasit, transplantasi (graft), dan sel tumor.
(ii) Kalo ini intinya inflamasi yang dimediasi antibodi
Saat antibodi terdeposit di jaringan ekstraseluler, kerusakan sel bukan karena
fagositosis atau lisis dari selnya tetapi karena inflamasi yang terjadi. Jadi deposit
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 35
SAP FKUI 2010
antibodi tadi mengaktifkan sistem komplemen, dimana pada sistem komplemen
kan ada C5a, sedikti C3a dan C4a juga. (Inget2 fungsi komplemen di tentri atas ya
;)) Nah C5a ini kemudian merekrut netrofil dan monosit. Netrofil dan monosit ini
datang dan melepaskan senyawa2 perusak misalnya enzim dan oksigen reaktif
intermediet, rusak deh jaringannya. Contohnya ialah sindrom Goodpasture dan
beberapa bentuk dari glomerulonefritis.
(iii)/(C) Ini intinya karena ada antibodi terhadap reseptor, jadi yg autoimun2 gt
Yang paling penting dari tipe ini ialah terjadi disfungsi seluler tanpa adanya
kerusakan jaringan dan tanpa inflamasi. Pada myasthenia gravis misalnya, ada
antibodi terhadap reseptor asetilkolin. Kelemahan otot (disfungsi sel)? Ya.
Kerusakan jaringan/inflamasi? Ga. Ada juga yang sifatnya stimulasi Grave
3. Hipersensitivitas tipe III
Adalah hipersensitifitas yang diinduksi oleh kompleks imun yang mengaktifasi
komplemen dan serum mediator kerusakan jaringan
Sesungguhnya banyak dari respo imun yang menghasilkan kompleks imun (Ag-Ab)
dan menunjukkan mekanisme fisiologis pengeluaran antigen. Nah yg buat dia jadi
patogen itu belum dikethui juga. Ini dari slide ada sekilas tentang waktu Ag/Ab
membentuk kompleks. Renungkan aja
Jadi hipersensitivitas ini dibagi jadi 3 fase. Fase 1 yakni saat antigen berinteraksi
dengan sel, lalu sekitar seminggu kemudian Ab datang lalu membentuk kompleks.
Lanjut ke fase 2 di mana kompleks tersebut bersirkulasi dan terdeposit.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 36
SAP FKUI 2010
Depositnya bisa di ginjal, sendi, kulit, pembuluh darah, jantung, korpuskul siliaris,
pleksus koroid, ddl. Kenapa bisa terdeposit?
- Kompleks berukuran besar lebih mudah untuk disingkirkan oleh fagosit di
sirkulasi. Beda dengan yg kecil dan sedang, mereka lebih bandel dan lama
bersirkulasi sehingga yg kecil lebih mudah jadi kompleks imun
- Kalo terjadi disfungsi fagosit nya berarti ga ada yg buang kompleksnya kan
- Faktor lain yakni muatan kompleks, valensi antigen, aviditas antibodi
terhadap jaringan, struktur tiga dimensi, dan faktor hemodinamik.
- Kenapa seringnya dipembuluh darah vasculitis? Ya iyalah diakan
beredarnya di pembuluh darah, jadi lebih gampang dong nempel di
pipanya. Nah vasculitis ini selain bisa menyebabkan inflamasi dan
kerusakan PD, dia juga menyebabkan terjadinya thrombus.
- Kenapa di organ itu? Kalo ga salah ya, di situ itu banyak pembuluh darah
terus kecil kecil, jadi lebih gampang deh
Nah syarat supaya dia bisa terdeposit ialah dia harus meninggalkan pembuluh
darah. Caranya? Peningkatan permeabilitas vaskuler. Setelah terdeposit, maka
lanjut ke fase 3, yakni reaksi inflamasi akut (dimulai pada hari ke-10 biasanya)
dan gejala sudah mulai terasa. Ada demam, artralgia, urtikaria, proteinuria.
Kerusakan jaringan terjadi karena aktivasi (1) komplemen (2) neutrofil dan
makrofag melalui reseptor Fc. Berikut gambar mekanisme terjadinya lesi, ada di
halaman selanjutnya... gampang dan jelas koks. Lesi ini kalo di pembuluh darah
namanya vaskulitis, kalo di glomerulus namanya glomerulonefritis, kalo di sendi
artritis, dsb.
Kalo di slide dikasih contohnya sindrom Goodpasture sama post-streptococcal
glomerulonephritis (PSGN). Nyotek slide ah PSGN biasanya pada anak2, 1-3
minggu setelah infeksi strep di tenggorokan atau kulit, jenis strep nya A beta
hemolitik yg punya protein M subtipe 1,2,4,12,18,25,49,55,57, 60. ASTO
meningkat C3 menurun karena C3 dipake buat komplemen. Contoh lainnya ialah
serum sickness (systemic immune complex disease) dan rekasi arthus (local
immune complex disease).
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 37
SAP FKUI 2010
4. Hipersensitivitas Tipe IV
Kalo hipersensitivitas tipe ini dimediasi oleh sel T yang sudah tersensitisasi
sebelumnya. Walaupun namanya delayed, tapi dibagi lagi jadi dua jenis, yakni
delayed type hypersensitivity oleh sel T CD4+ dan T-cell mediated cytotoxicity
oleh sel T CD8+.
A. Delayed type hypersensitivity
Hipersensitivitas ini merupakan mekanisme utama untuk melawan berbagai
patogen intraseluler misalnya M. tuberculosis, fungi, beberapa parasit, dan
imunitas terhadap tumor.
Saat pertama kali terpajan, APC memperkenalkan antigen ke sel T CD4+ naif,
kemudian sel T tersebut berdiferensiasi menjadi sel Th1. Pada pajanan kedua dan
seterusnya, APC kembali memperkenalkan antigen ke sel Th1. Th1 kemudian
mengeluarkan sitokin
Histo-Pa: Paling gampang kita liat vasculitis kan, dengan fibrinoid necrosis, sekitar
pembuluh darah banyak jaringan merah merah gitu dengan banyak serbukan sel
radang. Nah bisa juga diliat pake imunofluorescence untuk liat deposit sel imun. Bisa
juga liat pake mikroskop elektron
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 38
SAP FKUI 2010
- IFN gamma (penting!) sangat kuat sebagai aktivator makrofag, di
samping itu efek lain misalnya menyekresikan PDGF. Kalau aktivasi
makrofag ini terus berlanjut (misal pada tb atao schistosomiasis), maka
makrofag berubah jadi ginat cell dan terjadi fibrosis
- IL-12 induksi Th1
- IL-2 proliferasi sel T
- TNF dan limfotoxin meningkatkan prostacylin dan Selektin efek ke
endotel Memfasilitasi ekstravasasi limfosit dan monosit. Dia juha
meningkatan IL-8
- Kemokin merekrut leukosit
Contohnya: tes tuberkulin, dermatitis kontak terhadap poison ivy, multipel
sklerosis, dan diabetes tipe I. Baca juga slide bagian tb nya yaa
Hipersensitivitas tipe lambat dapat dicontohkan menggunakan tes tuberkulin atau
infeksi tb. Secara morfologi, delayed type hypersensitivity memiliki ciri akumulasi
sel mononuklear di sekitar vena sehingga membentuk perivascular cuffing ato
kelim limfosit. Jika tb tetap ada di paru, maka lama kelamaan (2-3 minggi) kelim
limfosit diganti oleh makrofag yang membentuk struktur mirip epitel sehingga
disebut epiteloid. Kumpulan epiteloid yang dikelilingi limfosit dinamakan
granuloma. Terjadi juga peningkatan permeabilitas membrane banyak protein
keluar edema dan deposit fibrin.
B. T-cell mediated cytotoxicity
Tentu efektornya ialah cytotoxic T lymphocyte (CTL). Dia berperan dalam imunitas
terhadap infeksi virus, penolakan transplant, juga imunitas terhadap tumor.
Prinsip CTL dalam membunuh target atau merusak ialah (i) perforin-granzyme-
dependent killing (ii)Fas-Fas-ligand-dependent killing.
(i) granzyme dan perforin ada di dalam granul CTL. Simpelnya, perforin dapat
melubangi membran plasma target, sedangkan granzyme merupakan protease
yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut sehingga terjadi aktivasi kaspase yang
pada akhirnya terjadi apoptosis sel target. (ii) sementara itu Fasdependent juga
memicu apoptosis tapi dengan mekanisme berbeda.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 39
SAP FKUI 2010
Kalo yg T-cell mediated cytotoxicity sih di Robbins banyak dibahas nya tentang
penolakan transplantasi, tapi kalo di kuliah banyaknya tentang tb, Silakan pilih.
Oia ini ada gambar tentang mekanisme kerusakan yang disebabkan kedua tipe
hipersensitivitas tipe IV.
Tentir selesai.
Sumber: Abbas basic immunology, Abbas cellular and molecular immunology,
Robbins, Kuliah hipersensitivitas.
Halo semuanya, langsung aja ya, jadi di kuliah ini akan lebih membahas mengenai
reaksi hipersensitivitas tipe I (alergi) dan anafilaktik.
Pertama2, kenalan dulu yuk sama Alergi. Apa sih Alergi itu? Alergi adalah reaksi
sistem pertahanan tubuh yang berlebihan terhadap alergen (zat asing yang
menyebabkan alergi).
Seperti yg sudah kita tahu, tipe reaksi hipersensitivitas ada 4, yaitu :
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 40
SAP FKUI 2010
Tipe I reaksi cepat, IgE mediated ini dia yg disebut juga alergi
Tipe II disebut juga reaksi sitotoksik, melibatkan antibody, Ig yang terlibat
adalah IgG dan IgM
Tipe III melibatkan kompleks imun, mirip dengan tipe II (mediator yg terlibat
adalah IgG dan IgM juga). Gampangnya, untuk bedain tipe II dan tipe III
itu, kalau tipe II itu kurang lebih hanya 1 organ yang terlibat, kalau tipe
III bisa 1 tubuh yang terlibat penyakitnya, misalnya pada Lupus.
Tipe IV delayed cell mediated – Tcell mediated cytolysis. Jadi pada tipe ini
tidak melibatkan antibody ya. Contohnya adalah pada granuloma TBC,
inget ya granuloma nya loh ya, bukan TB nya, kalau TB nya itu kan
karena infeksi Selain itu, Dermatitis Kontak yang baru muncul
setelah 24 jam dan Autoimun disease juga termasuk tipe ini yah.
Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
Reaksi alergi – kompleks
Seperti yang tadi telah dikatakan, alergi merupakan reaksi cepat, dengan
penglepasan mediator oleh sel mast. Alergi merupakan reaksi yang
berkepanjangan yang mengikutsertakan respons inflamasi kompleks yang
dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan faktor pengontrol internal. Berbagai
bahan pro-inflamasi seluler dan humoral ditemukan di tempat penyakit alergi,
seperti pada rinitis alergi, asma dan dermatitis atopi.
Degranulasi sel mast merupakan pangkal kejadian dari reaksi alergi akut.
Maksudnya untuk terjadi suatu reaksi alergi, harus diawali dengan degranulasi sel
mast ini dulu,
Mediator yg dilepas granul sel mast adalah: histamin, heparin, protease dan
berbagai faktor kemotaktik untuk eosinofil dan neutrofil.
Histamin berperan dlm terjadinya banyak gejala alergi seperti br. konstriksi,
vasodilatasi, sekresi mukus dan edem (akibat kebocoran dari protein plasma asal
vaskuler kecil). Aktivasi sel mast juga melepas newly formed lipid mediator seperti
LTR (LTB4, LTC4, LTD4), PG, PAF. PGD2, LTRs dan PAF merupakan br. konstriktor
poten, dan juga meningkatkan permeabilitas vaskuler dan merupakan faktor
kemotaktik untuk sel inflamasi.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 41
SAP FKUI 2010
Fase lambat: Sel mast dan basofil berperan dalam produksi sitokin proinflamasi
(TNF, IL-1, IL-4, IL-5). Dlm 12 jam, terjadi reaksi fase lambat yg ditandai dgn
infiltrasi sel CD4+, monosit dan eos. Sel-sel tsb melepas berbagai sitokin tipe Th2
terutama IL-4 dan IL-5 yg berperan dlm terjadinya inflamasi lebih lanjut di tempat
alergen masuk. Reaksi lambat ini menyerupai reaksi delayed hypersensitivity o.k.
adanya infiltrasi sel T yg disertai efek berbagai sitokin. Perbedaannya: adanya eos.
dan sel Th2 pd fase lambat yg tidak ditemukan pd delayed hypersensitivity.
Akumulasi eos merupakan ciri peny. alergi. Hal tsb dimungkinkan oleh faktor
kemoatraktan eos seperti: RANTES, eotaxin, IL-5 (y.a.asal sel mast dan Th2) .
Aktivasi eos ditingkatkan: eotaxin, IL-3, IL-5, GM-CSF. IL-5 juga mencegah
apoptosis dan meningkatkan adhesi eos dgn endotel vaskuler. Eos juga = sumber
penting dari LTR, PAF, IL-3, IL-5, berbagai kemoatraktan eos.
Cara allergen masuk ke tubuh bisa dengan beberapa cara, yaitu :
a. Kontak dengan kulit : tanaman beracun, animal scratches, pollen (serbuk
sari), latex (makanya utk yg punya alergi, tidak disarankan tempat tidurnya
dr latex ya)
b. Injeksi : sengatan lebah
c. Pencernaan : Obat, makanan (kacang, kerang)
d. Inhalasi : pollen, debu, bulu binatang, jamur, dll
Simptom yg muncul pada reaksi tipe I:
1. Pembesaran kapiler (vasodilatasi)
2. Meningkatnya permeabilitas kapiler
3. Sekresi mukus berlebihan
4. Kontraksi saluran pernafasan
5. Pusing
6. Gatal ininih khasnya alergi
7. Sakit tenggorokan
Lanjutt, nah di pembahasan kali ini ada beberapa istilah yg harus dimengerti ya
mantemin, yaitu :
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 42
SAP FKUI 2010
a. Reaksi anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat, dapat
menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba sesudah terpapar oleh
allergen atau pencetus lainnya.
b. Anafilaksis sama aja kok sama reaksi anafilaksis
c. Syok anafilaktik berarti keadaannya sudah sampai shock (yaiyalahya -_-)
tekanan darahnya menurun, nafasnya terganggu
d. Anafilaktoid nah ininih yang baru, kalau yang ini non Ig mediated.
Kelihatannya sama dengan anafilaksis, tapi sebenarnya beda. Kalau dilihat
dari luar sih sama2 aja sama anafilaksis. Bedanya terletak di penyebabnya.
Anafilaktoid ini dapat disebabkan oleh pecahnya sel mast, misalnya karena
konsumsi kodein oleh penderita asma.
Penyebab anafilaksis yang tersering adalah makanan (katanya sih, kalo di Amerika
paling sering kacang), diikuti oleh idiopatik, dan diikuti oleh obat dan sengatan
serangga. Pada serangan sengatan serangga, rata-rata onset reaksi anafilaksis
muncul setelah 0-10 menit. Ciri khas anafilaktik yaitu gatal dimana2, lemas,
pusing, mual, muntah, dll.
Gejala & Tanda Anafilaksis Berdasarkan Organ Sasaran
Sistem Gejala dan Tanda
Umum Prodromal Lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar dilukiskan,rasa tak enak di dada & perut, rasa gatal di hidung & palatum
Non-IgE- mediated allergic anaphylaxis IgE – mediated anaphylaxis
Non – Allergic Anaphylaxis Allergic Anaphylaxis
Anaphylaxis
Anafilaktoid
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 43
SAP FKUI 2010
Pernapasan - Hidung - Laring
- Lidah - Bronkus
Hidung gatal, bersin, & tersumbat Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema, spasme Edema Batuk, sesak, mengi, spasme
Kardiovaskular Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia, hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik, atau tanda infark miokard
Gastrointestinal Disfagia, mual, muntah, kolik, diare yang kadang disertai darah, peristaltik usus meninggi
Kulit Urtika, angioedema di bibir, muka atau ekstremitas
Mata Gatal, lakrimasi
SSP Gelisah, kejang
Derajat berat reaksi hipersensitivitas yang luas
* Reaksi ringan dapat dibagi lagi, disertai atau tidak ada angiodema
Kriteria klinik diagnosis anafilaksis1
Derajat Gambaran klinik
Ringan (hanya kulit dan jaringan
submukosa)*
Eritema luas,edema periorbita,atau
angioedema
Sedang (keterlibatan pernapasan,
kardiovaskuler,atau gastrointestinal
Sesak, stridor, mengi, mual, muntah, pusing,
presinkop diaforesis, rasa tertekan di dada
atau tenggorok atau sakit perut
Berat (hipoksia,hipotensi,atau
defisit neurologik)
Sianosis, atau SpO2 < 92% pada tiap tingkat,
hipotensi (tek sistolik < 90 mm Hg pd dewasa),
bingung kolaps, hilang kesadaran atau
inkontinens
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 44
SAP FKUI 2010
1. Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa menit sampai jam), yang
melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang merata,
pruritus,atau kemerahan, edema bibir-lidah-uvula) DAN paling sedikit 1 dari
berikut ini :
a. Gangguan pernapasan (sesak, mengi-bronkospasme, stridor, penurunan
Arus Puncak Ekspirasi (APE), hipoksemia.
b. Penurunan tekanan darah atau berhubungan dengan disfungsi organ
(hipotonia atau kolaps, pingsan, inkontinens)
2. Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi segera setelah terpapar
serupa alergen pada penderita (beberapa menit sampai jam):
a. Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (urtikaria yang merata, pruritus-
kemerahan, edema pada bibir- lidah-uvula)
b. Gangguan pernapasan (sesak, mengi-bronkospasme, stidor, penurunan APE,
hipoksemia)
c. Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan (hipotonia-kolaps,
pingsan, inkontinens)
d. Gejala gastrointestinal yang menetap (kram perut, sakit, muntah)
3. Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar alergen (beberapa menit
sampai jam)
a. Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah (tgt umur), atau penurunan
>30% tekanan darah sistolik.
b. Dewasa : tekanan darah sistolik < 90 mm Hg atau penurunan >30% nilai
basal pasi
* Tekanan darah sistolik rendah untuk anak didefinisikan bila < 70 mm Hg antara 1
bulan - 1 tahun, kurang dari (70 mm Hg [2x umur]) untuk 1 - 10 tahun, dan <90
mm Hg dari 11 - 17 tahun.
Penatalaksanaan anafilaksis
1. Hentikan pencetus, nilai beratnya & berikan terapi yg sesuai
Minta bantuan
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 45
SAP FKUI 2010
Adrenalin i.m. (paha lateral) 0.01 mg/kg, boleh sampai 0.5 mg untuk
menangani penurunan tekanan darah
Pasang infuse
Berbaring rata / tinggikan posisi kaki bila bisa
Berikan oksigen aliran tinggim alat bantu nafas / ventilasi bila diperlukan
BILA HIPOTENSI : akses i.v. tambahan (jarum 14G atau 16G pada orang
dewasa) utk infuse NaCl fisiologis. NaCl fisiologis bolus atau infuse 20
mL/kg diberikan secepatnya jika perlu dengan tekanan
2. Bila respons tidak adekuat, keadaan mengancam kehidupan, atau
memburuk:
Mulai dengan infuse adrenalin sesuai dengan panduan / protocol Rumah
Sakit, ATAU ulang adrenalin i.m. setiap 3-5 menit
Pertimbangkan hal-hal berikut
Hipotensi
o Ulangi infuse NaCl fisiologis 10-20 ml/kg dapat mencapai 50 ml/kg
dalam 30 menit.
o i.v. atropine 0.02 mg/kg bila bradikardi berat dosis minimum 0.1 mg
o i.v vasopresor untuk mengatasi vasodilatasi. Pada henti jantung
adrenalin dapat ditingkatkan menjadi 3-5 mg setiap 2-3 menit
mungkin efektif.
o i.v. glucagons pada pasien yang memakai obat penyekat beta. Dosis
orang dewasa 1-5 mg diikuti 5-15 ug/mnt
Bronkospasme
o Inhalasi salbutamol secara kontinyu
o i.v. hidrokortison 5mg/kg diikuti prednisone 1mg/kg maksimal (50
mg) selama 4 hari
Obstruksi saluran napas bagian atas
o Adrenalin inhalasi (5 mg atau 5 ml sediaan adrenalin 1;1000)
mungkin membantu.
o Persiapkan tindakan bedah.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 46
SAP FKUI 2010
3. Lama observasi dan tindak lanjut
Observasi paling tidak 4 jam setelah semua gejala dan tanda menghilang.
Bila memungkinkan periksa kadar triptase serum saat datang, 1 jam
setelahnya, dan sebelum dipulangkan.
Pada kasus yang berat pasien dirawat semalam, terutama pasien yang
mempunyai riwayat reaksi yang berat atau asma yang tidak terkontrol
dan pasien yang datang pada malam hari. Hati2 terhadap pasien dengan
fase lambat. Kata dosennya, untuk fase lambat dapat diberikan
kortikosteroid infus
Sebelum dipulangkan pasien diberikan penjelasan mengenai alergen tersangka
dan upaya penghindarannya. Setelah dipulangkan pasien dirujuk ke ahli alergi
terutama pada kasus yang sedang – berat, dan yang ringan karena alergi makanan
yang disertai asma.
Di negara maju setelah dibekali penjelasan dan pelatihan sebagian pasien di
berikan EpiPen yaitu adrenalin 0.3 atau 0.15 mg yang siap pakai
Signs & Symptoms
Cutaneous Urticaria & angiodema Flushing Pruritus without rash Respiratory Dyspnea, wheeze Upper airway angioedema Rhinitis Dizziness, syncope, hypotension Abdominal Nausea, vomiting, diarrhea, cramping pain Miscellaneous Headache Substernal pain Seizure
90% 85-90% 45-55% 2-5% 40-60% 45-50% 50-60% 15-20% 30-35% 25-30% 5-8% 4-6% 1-2%
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 47
SAP FKUI 2010
Mekanisme & Obat Pencetus Anafilaksis
Anafilaksis (melalui IgE)
Antibiotik (penisilin, sefalosporin)
Ekstrak alergen (bisa tawon, polen)
Obat (glukokortikoid, thiopental, suksinilkolin)
Enzim (kemopapain, tripsin)
Serum heterolog (antitoksin tetanus, globulin antilimfosit)
Protein manusia (insulin, vasopresin, serum)
Anafilaktoid (tidak melalui IgE)
a. Zat penglepas histamin secara langsung :
• Obat (opiat, vankomisin, kurare)
• Cairan hipertonik (media radiokontras, manitol)
• Obat lain (dekstran, fluoresens)
b. Aktivasi komplemen
• Protein manusia (imunoglobulin, & produk darah lainnya)
• Bahan dialisis
c. Modulasi metabolisme asam arakidonat
• Asam asetilsalisilat
• Antiinflamasi nonsteroid
Mast Cell and Basophil Mediators of Anaphylaxis
a. Primary (stored) mediators
Histamine
Chemotactic factors for neutrophils and eosinophils
Proteoglycans (eg, heparin, chondroitin sulfate)
Potent proteolytic enzymes (eg, trypsin, chymotrypsin)
b. Secondary (generated) mediators
Prostaglandins
Leukotrienes
Platelet-activating factor
Cytokines (interleukins and hematopoietic factors)
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 48
SAP FKUI 2010
Sebelum memberikan obat
1. Adakah indikasi memberikan obat
2. Adakah riwayat alergi obat sebelumnya
3. Apakah pasien mempunyai risiko alergi obat
4. Apakah obat tsb perlu diuji kulit dulu
5. Adakah pengobatan pencegahan untuk mengurangi reaksi alergi
Cara Memberikan Obat
Kalau mungkin obat diberikan secara oral
Hindari pemakaian intermiten
Sesudah memberikan suntikan pasien harus selalu diobservasi
Beritahu pasien kemungkinan reaksi yang terjadi
Sediakan obat/alat untuk mengatasi keadaan darurat
Bila mungkin lakukan uji provokasi atau desensitisasi
Yak sekian tentir K04 nya, mohon maaf jika banyak kekurangan ya, semoga
bermanfaat, selamat belajarr :D
Halo semua, sebelum membahas tentang demamnya. Mari belajar tentang
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), berkaitan sangat erat dengan demam.
Termoregulasi
Suhu tubuh harus dipertahankan konstan untuk menunjang fungsi tubuh supaya
berjalan konstan. Suhu tubuh yang harus dipertahankan oleh hipotalamus (pusat
pengaturan suhu tubuh) berkisar dari 36,2-37,7 derajat celcius.
Ada empat gambar yang akan dijelaskan, yuk dicek satu-persatu.
Gambar 1
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 49
SAP FKUI 2010
Sudah sangat jelas bahwa energi diperoleh dari zat makanan dimana
pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana melepaskan energy
(reaksi eksoterm). Energi ini disimpan dalam sebuah “pool” energi tubuh. Energi
ini digunakan untuk dua kerja yaitu kerja internal dan kerja eksternal. Bedanya
apa? Kalau eksternal itu berhubungan dengan perpindahan tubuh, diperankan
oleh otot rangka. Kalau internal itu berhubungan dengan hal selain eksternal
contohnya kontraksi otot rangka untuk mempertahakan postur tubuh, pompa
jantung, gerakan usus, dll.
Nah tahukah bahwa dari 100% energy yang digunakan itu, hanya
setengahnya diubah menjadi ATP, yang lainnya berubahlah menjadi panas. Lanjut,
masih ada tersedia 50% ATP yang akan digunakan untuk energy. Ternyata, dari
50% ATP ini hanya setengahnya (25%) yang digunakan untuk kerja (internal dan
eksternal). Dua puluh lima persen lainnya berubah menjadi panas selama
pemprosesan ATP ini.
WOW! Kenapa boros banget? Dari 100% makanan hanya 25% diubah
menjadi kerja sementara itu 75% menjadi panas. Maksud hal ini adalah tubuh
membutuhkan pasokan panas yang banyak karena tubuh berada dilingkungan
dimana suhu nya saja lebih rendah.
Selain itu, juga ada di gambar kan “simpanan energi”. Simpanan ini ada dua
macam, simpanan berguna dan simpanan tidak berguna. Simpanan berguna ini
maksudnya adalah selain berfungsi sebagai simpanan, dia juga punya fungsi lain.
Contohny adalah simpanan besi di Hb yang juga digunakan untuk mengikat
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 50
SAP FKUI 2010
oksigen. Simpanan tidak berguna ini hanya berfungsi sebagai simpanan saja,
contohnya adalah simpanan lemak. Namun simpanan tidak berguna ini mulai
disanggah oleh temuan2 baru. Ternyata di omentum majus itu berfungsi dalam
pertahanan tubuh.
Gambar 2
Setelah memahami gambar 1, gambar 2 ini menjelaskan bahwa penambahan
panas harus seimbang dengan penngeluaran panas agar suhu tubuh stabil.
Pemasukan panas dari dua sumber: panas dari dalam tubuh sendiri (dominan)
dan dari lingkungan. Pemasukan panas ini menentukan suhu tubuh dan supaya
seimbang maka diaturlah bagaimana pengeluaran suhu tubuh ke lingkungan.
Gambar 3
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 51
SAP FKUI 2010
Melanjutkan gambar 2 tentang bagaimana panas tubuh dilepaskan ke lingkungan
(tepatnya pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan). Ada empat jalur:
a. Radiasi: perpindahan langsung tanpa media perantara, melalui emisi
gelombang elektromagnetik. Tubuh menyerap atau memancarkan
gelombang panas tergantung perbedaan suhu. Misal: manusia menyerap
gelombang panas dari sinar matahari.
b. Konduksi: perpindahan panas antara benda yang berkontak langsung
dimana panas berpindah sesuai gradient termal. Contoh: memegang bola
salju, panas tubuh pindah ke bola salju mencair. Panas dari bantalan
pemanas pindah ke tubuh suhu tubuh jadi naik.
c. Konveksi: perpindahan panas melalui molekul udara/cair. Contoh: saat
tubuh kita kepanasan dan ada aliran udara (angin), molekul udara yang
kontak dengan kulit kita menjadi panas, karena panas molekul udara pun
renggang dan massa jenis nya menjadi turun.Akibat hal tersebut, molekul
tersebut menjauh dari kulit dan digantikan dengan molekul udara yang
“baru” dengan proses yang sama untuk “membawa” panas dari tubuh.
d. Evaporasi: penguapan. Keringat (air) dengan mengambil panas dari tubuh
berubahlah menjadi uap air.
Gambar 4
Kok bisa sih suhu tubuh berubah?
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 52
SAP FKUI 2010
Jadi ada dua detektor penting dalam hal ini. Pertama suhu kulit (dan subkutis)
disebut juga termoreseptor perifer yang sangat fluktuatif (dari 20 hingga 40
derajat celcius). Kedua suhu inti (termoreseptor sentral) terdapat di hipotalamus,
SSP, dan organ abdomen dimana suhu di bagian tubuh ini lah harus diatur ketat
sehingga konstan berada di range yang normal.
Hipotalamus sebagai pusat pengaturan suhu tubuh (konon katanya bisa
membedakan suhu dengan ketelitian 1/100) melakukan dua hal yang (tampaknya)
sederhana:
1. Jika suhu lingkungan menurun, meningkatkan produksi panas tubuh dan
meminimalisir pelepasan panas ke lingkungan.
2. Jika suhu lingkungan meningkat, menurunkan produksi panas tubuh, dan
meningkatkan pelepasan panas ke lingkungan
Respons hipotalamus ini dibagi dalam empat kelompok besar yaitu:
1. Kontrol perilaku: jika dingin berusaha mencari selimut/jaket, meringkuk.
Jika panas berusaha dekat dengan kipas angin, ac, atau malah berusaha
dekat dengan pacar #abaikan :P
2. Neuron motorik: hipotalamus berhubungan dengan neuron motorik untuk
menginduksi kontraksi otot rangka involunter. Kalau kontraksi otot rangka
(menggigil) menghasilkan panas. Makanya menggigil ini merupakan cara
invlunter untuk meningkatkan produksi panas. Intermezzo dikit, ketika
udara panas hampir semua dari kita mempunyai pikiran mager. Eh ternyata
itu salah satu dari upaya untuk meminimalisir panas dari kontaksi otot
rangka.
3. Sistem saraf simpatis: dengan mengatur diameter vaskular. Ketika panas
vaskular melebar sehingga tampak kulit agak kemerahan. Ketika dingin
vaskular menyempit sehingga tampak kulit agak pucat. Selain itu, saraf
simpatis ini juga mengatur aktivitas kelenjar keringat. Pasti udah paham lah
cara kerja kelenjar keringat untuk mengatur suhu tubuh.
It’s time to learn deeply about FEVER!
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 53
SAP FKUI 2010
Pahami dulu the real definition of fever!
Demam adalah respon fisiologis terhadap suatu penyakit, responnya berupa
peningkatan suhu tubuh diatas range yang normal, disebabkan stimulasi pirogen
ke hipotalamus.
Range normal suhu tubuh adalah 36,2-37,7 derajat celcius. Suhu tubuh ini
bervariasi mengikuti irama sirkadian. Berikut grafik variasi suhu tubuh:
Jelas, suhu tubuh cenderung rendah pada pagi hari dan mulai naik seiring
waktu berjalan menuju siang, lalu sore. Setelah mencapai puncaknya di jam 4-6
sore, turun lagi lah si suhu ini. (Nah katanya variasi diurnal ini disebabkan oleh
hormone, tapi sorry banget belum nemu)
Demam itu (jika dihitung dari suhu tubuh) adalah ketika suhu tubuh di atas
37,2 derajat celcius di pagi hari atau di atas 37,7 derajat celcius di sore hari. Trus
ada istilah hiperpireksia dimana suhu dimana lebih dari 41,5 derajat celcius dan
terjadi peningkatan dari set poin (titik patokan) hipotalamus. Tolong bedakan
dengan hipertemia dimana suhu tubuh juga naik (seperti hipereksia) namun set
point dari hypothalamus tidak mengalami perubahan, tapi peningkatan ini sudah
melebihi kemampuan tubuh untuk membuang panas misalnya pada heat stroke
dll. Ada juga hipotermia saat suhu tubuh < 35
Dimana tempat pemeriksaan suhu tubuh? Ada di aksila, oral, rectum, dan di
membran timpani (atau di meatus akustikus eksternus). Tapi the best spotnya di
oral. WHY? Mudah dilakukan dan suhu di oral ini relative cepat berubah
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 54
SAP FKUI 2010
mengikuti suhu inti, ya representatiflah terhadap suhu inti. Oh iya, sempet
dibilang si,yang paling baik sebenernya di laring karena sangat dekat dengan
hipothalmus dimana dia itu pengaturnya. Tapi serem banget ga si, ngukur suhu
aja sampe muntah muntah nanti.
Di dalam pengertian “demam”, ada kata kunci berupa pirogen. Pirogen adalah
sesuatu zat yang dapat menyebabkan demam. Dibagi dua yaitu pirogen endogen
dan pirogen eksogen.
- Pirogen endogen: umumnya berasal dari sistem imun. Contohnya: IL-1, IL-6,
dan TNF-alfa, CNTF (cilliary neurotropic factor) dan IFN alfa
- Pirogen eksogen: umumnya berasal dari komponen meikroba. Contohnya:
komponen penyusun dinding sel bakteri (apa hayo?), endotoksin,
enterotoxin.
Berikut pirogen eksogen yang dapat menjadi stimulator pirogen eksogen:
Microbial agents Viruses, bacteria, fungi, parasites
Microbial toxins Endotoxin
Exotoxin
Enterotoxins, toxic shock syndrome, toxin-1,
streptococcal pyrogenic exotoxins, erythrogenic toxins
Microbial
breakdown
products
Peptidoglycans, muramyl peptides, lipoteichoic acid,
rhamnose glucose polymers, lipoarabinomannan
Immune
components &
cytokines
Antigen-antibody complexes, complement
components (C5a, C3a), lymphocyte products (IL-2,
IFN), pyrogenic cytokines (IL-1, TNF-α)
Drugs Etiocholanolone, bleomycin, penicillin (through
lymphocyte products in sensitized individuals)
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 55
SAP FKUI 2010
Tumors Through production of pyrogenic cytokines
Lihat dulu gambar berikut ini:
Pirogen eksogen dari mikroba merangsang
respon inflamasi sehingga pirogen endogen
juga dikeluarkan oleh sistem imun. Kedua
pirogen ini beredar di sirkulasi menjadi
induktor produksi prostaglandin E2 (PGE2)
dan banyak di hipothalamus. PGE2 ini akan
ditangkpa oleh EP-3 di sel glia. Lalu kadar
cAMP naik aktifasi dari ujung neuron
thermoregulasi dan terjadilah
peningkatan set-point suhu tubuh. Selain
itu di endotel hypothalamus juga ada TLR yang bekerja untuk IL-1 R,
meningkatkan produkis PGE dan langsung menyebabkan demam. Titik patok suhu
tubuh yang baru ini menghasilkan sebuah “perilaku” yang baru untuk
meningkatkan panas tubuh. Misalnya suhu 37 dinaikkan menjadi 39 derajat
celcius. “Menggigil” dan vasokontriksi kulit terjadi supaya suhu tubuh naik,
sehingga hal inilah yang terjadi pada permulaan demam. Selain itu, individu yang
Prostaglandin (PG) dihasilkan dari
asam arakhidonat. Melalui jalur
siklooksigenase, AA diubah menjadi
PGG2. PGG2 kemudian diubah menjadi
PGH2. Dari PG terakhir ini lah PGE2
dibentuk.
PGE 2 juga dibentuk diperifer
makanya kalo demam suka arthalglia
dan myalgia
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 56
SAP FKUI 2010
mengalami demam cenderung untuk melakukan tindakan volunteer (sadar) agar
panas yang dihasilkan tetap ter-konsevasi (terjaga), misalnya dengan
menggunakan selimut/jaket. Selama pirogen tersebut bersirkulasi, maka demam
(titik patok baru suhu tubuh) akan tetap terjadi.
Kenapa pada proses infeksi diperlukan demam (suhu tubuh yang lebih tinggi)?
- Membantu sistem imun menghancurkan mikroba. Melalui cara
peningkatan laju fagositosis (dilakukan lisosom), produksi Ab lebih cepat,
dan mempercepat reaksi2 imun lainnya.
- Induktor autodestruksi untuk sel yang telah terinfeksi virus sehingga virus
tidak menular ke sel tetangga yang masih normal.
- Kadar Fe, Zn, dan Cu dalam serum akan menurun. Hal ini penting karena
mineral tersebut diperlukan untuk replikasi bakteri.
Jadi, bisa disimpulkan fungsi demam adalah: memperkuat sistem imun,
menghambat replikasi bakteri, dan menghambat penyebaran virus.
Berikut tipe2 demam:
Pirogen peningkatan set point aktifasi dari neuron vasomotor vasokontriksi di
perifer darahnya ke organ internal penuruna pelepasan panas dari kulit pasien
merasa kedinginan bisa menggigil
Proses diatas tujunnnya adalah untuk konservasi panas akibat peningkatan set point tsb
Demam yang tinggi ga harus disebabkan karena pirogen atau inflamasi ya,, bisa juga
disebabkan akrena trauma, tumor, malfungsi hypothalamus (missal pada stroke)
demamnya bisa sangat tinggi dan ga efektif dikasih antipiretik
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 57
SAP FKUI 2010
Gambaran demam pada beberapa infeksi
Demam Tifoid: sifat demam meningkat perlahan, demam terutama pada sore-
malam. Demam semakin meningkat di minggu ke-2, minggu ke-3. Di minggu ke-4
demam mulai turun. Selain demam, juga terdapat “bradikardia relative” dimana
peningkatan suhu tubuh 1 derajat celcius tidak diikuti denyut nadi yang
meningkat 8kali/menit. Oleh karena itu di gambar slide, suhu tubuh cenderung
naik tetapi tidak diikuti oleh peningkatan denyut nadi.
Malaria tersiana (P.vivax): demam hari pertama, hari kedua normal, demam lagi
di hari ketiga. Jelas ya kalo diliat di tabel di atas demam intermitten.
Malaria tropika (P.falciparum): Demam hari pertama, turun di hari kedua, hari
ketiga demam lagi. Tapi suhu tubuh turun tidak mencapai suhu normal yaw…
Demam nya bebrati demam remitten yoo
Hepatitis akut: Ada fase pre-ikterik (3-10 hari) dan fase ikterik (7-21 hari atau
lebih).. Kalau dilihat dari tipenya, demam remitten yo..
Demam Adalah sebuah kenaikan suhu tubuh diatas siklus sirkardian normal
akibat dari perubuhana pada pusat thermoregulasi di hypothalamus. Suhu normal
tubuh adalah 36.8 +- 0.4, paling rendah di pagi hari dan paling tinggi di siang hari
bervariasi ½-1 derajat.
Nah zat yang menimbulkan demam disebut sebagai pirogen. Ada yang sifat
eksogen misalnya mikroorganisme serta produk dan toxinnya. Ada juga yang
endogen, misalnya akibat dari infeksi atau inflamasi.
Kesimpulan
Jadi demam itu adalh respon fisiologis dimana terjadi kenaikan suhu tubuh.
Disebabkan karena pirogen. Pirogen muncul karena adanya inflamasi
Karena demam merupakan respon fisiologis, maknaya ga usah buru-buru ditanganin
kecuali udah menimbulkan komplikasi lain misalnya kejang, takikardia, dll.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 58
SAP FKUI 2010
Pendekatan Klinis demam
Nah jadi bagian ini kita bakal belajar gimana caranya nanganin pasien
Anamnesis
Nah biasa dong, pertama kali ada pasien kita anamnesis dulu. Tadi kan udah
belajar kan, kalo demam pasien itu tandanya ada inflamasi, nah di Indonesia
paling sering karena apa? Karena infeksi kan. Makanya kita perlu banget meliat
ada ga kemungkinan orang itu terpapar infeksi, jadi penting banget ditanya
mengenai poin2 demografik, dan paparannya terhadapa apa aja. Ini adalah
contoh contoh poin yang perlu ditanya
Area geografis
Riwayat perjalanan
Ada tidaknya hewan peliharaan
Orientasi seksual, dan
prakteknya (kaya pake
pelindung ga dll)
Penggunaan obat intravena
Trauma, animal bites, dll
Transfusi
Imunisasai
Alergi obat, dan hipersensitifita
Penggunaan obat obatan
tertentu
Riwayat adanya oprasi,
pekerjaan gigi
Penggunaan prostetik
Riwayat kerja seperti paparan
terhadap binatang, racun,
antigen
Adanya riwayat di lingkungan
sekitar yang juga sakit
Riwayt keluarga, kaya ada ga
keluarga yang TB, arthritis,
penyakit kolagen dan jaringan
ikat (autoimun)
Ras
Cara timbul demam (perlahan lahan bakteri, langsung tinggi virus)
Karakteristik demam sehari hari
Tingginya demam
Penting juga ni dicari tau tentang lama demamnya, soalnya bisa bantu tau
etiologinya apa
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 59
SAP FKUI 2010
Pola Demam
Nah jadi demam dengan pola pola tertentu bisa membantu kita cari tau apa si
penyebabnnya. Beberapa tipe demam:
Demam Septik
Cirinya adalah suhu badan berangsur naik menjadi sangat tinggi pada
malam hari dan turun menjadi diatas normal saat siang hari. Biasanya
disertai juga dengan mengigil, berkeringat. Nah ada demam yang turunnya
sampe normal disebut sebagai demam Hektik
Demam Remiten
Demam yang setiap hari suhunya turun, tapi tidak pernah mencapai suhu
normal. Turunya paling sekitar 1-2 derajat, dan tidak sebanyak di demam
septic.
Demam Intermiten
Di buku IPD dijelasinya si, jadi demam ini kayak punya siklus gitu. Tiap
beberapa hari akan turun ke suhu normal, tapi cuman sebentar terus naik
lagi. Kalo terjadinya tiap 2 hari sekali namanya demam tersiana, kalo 2 hari
demam 2 hari normal disebut sebagai kuartana. Ciri khas malari
Demam Kontinyu
Demamnya terus terusan, dalam 1 hari bedanya tidak sampai 1 derajat
celcius. Terus bisa naik terus sampai terjadinya hiperpireksia
Demam Siklik
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 60
SAP FKUI 2010
Demannya beberapa hari naik, terus normal lagi beberapa hari. Begitu
terus dengan pola yang sama. Ga tau apa bedanya sama yang intermiten.
maaf.
Oke selain itu ada klasifikasi lainnya yaitu:
Fever with localizing sign (FWLS): Ini ada manifestasi yang menunjukkan lesi
di 1 organ tertentu
Fever without localizing sign (FWOLS): Demam lebih dari 38 derajat celcius,
tanpa ada tanda jelas penyebabnnya dari pemeriksaan fisik dan anamnesis.
Fever without unknown origin (FUO): Didefinisikan sebagai demam dengan
suhu >38.1 dengan durasi demam > 3 minggu, serta tidak bisa ditentukan
penyebabnya setelah observasi > 1 minggu. Dikelompokan lagi menjadi
beberapa kelompok yaitu:
FUO klasik: Seperti penjelasan diatas
FUO nosokomial: Pasien awalnya dirawat dirumah sakit tanpa infeksi,
kemudian terjadi infeksi dengan suhu > 38.3 tanpa ada penyebab yang
jelas
FUO neutropenik: Pasien memiliki netrofil <500 ul dengan demam > 38.3
dan sudah diusahakan pemeriksaan intensif selama lebih dari 3 hari dan
tidak menunjukkan penyebab yang jelas
FUO HIV : seperi FUO klasik, tapi dengan pasien HIV
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh untuk melihat ada ga sumber
jelas, atau keterlibatan suatu organ spesifik. Nah katanya juga harus diulang
secara rutin. Yang harus diperiksa antara lain:
Tanda vital
Pemeriksaan pada kulit, nodus limfa, mata, kuku, sistem CV, dada,
abdomen, musculoskeletal, dan sistem syaraf
Rectal, penis, prostat, scrotum
Pelvis
Kalo di Harrison bilangnya PF nya berupa pengkuran suhu. Yang paling baik
oral, rectal atau dri timpani. Di axilla suka agak ga meyakinkan gitu. yang
penting adalah tempatnya sama.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 61
SAP FKUI 2010
Tes lab
Darah lengkap, dan hitung jenis. Pada infeksi bakteri terjadi pergeseran ke
kiri dengan atau tanpa leukositosis. Nah kadang kalo kita periksa darah
pada infeksi yang udah cukup lama atau cukup parah, bisa terjadi leukopeni
atau normal. Yang kita itung ini kan adalah leukositosis yang ada di darah
kan, jadi kalo manfis nya menunjukkan infeksi tapi ga ada leukositosis,
artinya udah banyak leukosit yang kea rah jaringan gitu.
IgM dan IgG. Jadi kalo akut hasilnya apa? IgM naik, dan IgG dalam waktu 2
minggu naik minimal 4kali lipat
CRP: inget kan, ini C reactive protein yang kalo ada inflamasi akut dia akan
sangat sangat naik terutaman kalo infeksi bakteri (bisa lebih dari 10x). Tapi
harus diperhatikan juga, ada keluhan di sendi ga? kalo ada mungkin dia
berkaitan dengan faktor rheumatoid/
Kalsium: meningkat pada sarkoidosis (penyakit granulomatosa, sama
penyakit yang paling sering disebut sama House hahahaha) dan penyakit
karsinomatosis
Kalo yang dibawha ini saya nangkepnya buat nentuin asal infeksi gitu, jadi ga
harus dilakuin semua
Urinalysis, dan uji feces
Elektrolit, glukosa, BUN, creatinine, fungsi hati, amylase, lipase
Radiology ( Chest XR, Abdominal USG, CT scan, USG)
Serology (Widal, Dengue, fungal, HIV)
Mikrobiology
Biopsi. Terutama biopsy dari nodus limfa yang menonjol atau masa tumor.
Diagnosis
Nah jadi dalam diagnosis ini kita mencari korelasi antara klinis dan hasil lab nya.
Abis itu kasih terapi empiric deh.
Nah abis itu kita dikasih kasus. Kasusnya pendek tapi kita bisa tau banyaaak
*YEAY*
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 62
SAP FKUI 2010
Male 23 years old, unskilled worker. jadi dia masih muda ya, terus kerjanya
kasar. Nah ini laki laki, kaya yang kita tau, faktor resiko autoimun itu kan
perempuan yaa.. Terus dia itu pekerja kasara kan mungkin dia makannya ga
bener, terus banyak paparan polutan dll gitu kaan
Complain high grade fever since 5 days ago Nah ini karakter demannya. Dari
karakter ini kita bisa tentuin dia infeksi atau lainnya. Penyebabnya apa aja dong
demam , ada infeksi, inflamasi,keganasan, trauma, kerusakan jaringan, obat,
metabolic, psikosomatik. Ini karakternya
Infeksi Not Infeksi
Onsetnya akut Onsetnya lama
Suhunya tinggi Low grade temperature
Adanya kontak Tidak ada kontak
Data epidemiologi Demografik Perempuan (autoimun) , orang tua (keganasan)
Demografi Jadi dia itu mungkin infeksi yaa. Nanti kita tinggal cari dia itu infeksi apa, bakteri
virus apa parasit…
He also felt headache, chill, nausea and vomitting , no diarrhea, cough or sneeze
-Nah dari sini kita bisa liat adanya keterlibatan organ khusus yaitu Traktus
Gastrointestinal sama CNS (ada pusing). tapi kita belum tau kana pa ini cuman
infeksi lokal atau infeksi sistemik yang menyebabkan keterlibatan organ.
Nah jadi penentuan hipotesis gimana . Kalo ada pasien dengan demam
penyebabnya apa dulu ni ( bisa dibantu dengan hasil lab) selagi nunggu hasil
lab, bisa kasih dulu terapi empiric gimana
responnya baru deh keluar diagnosisnya *YEAY*
Nah sekarang kita bahas penyakitnya yaa.. Ini pas kuliah ga dijelasin sii, makanya
kita bahas singkat singkat aja yaa.. hehhe yang penting tau.. Sama nanti kita juga
bahas ttg FUO (fever of unknown )
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 63
SAP FKUI 2010
Dengue fever/ dengue hemorrhagic fever
Disebabkan oleh flavivirus, dengan 4 subtipe. Nah pathogenesisnya adalah
virulensi nya,
Menurut WHO, diagnosisnya adalah
Demam akut (2-7 hari) dengan bifasik
Plateletnya rendah (<100.000/nm3)
Ada bleeding
Positive tourniquet examination Jadi nanti pasiennya kayak ditensi gitu,
terus ditahan diantara sistol-diastol selama kurang lebih 5 menit. Nah nanti
diliat di tangannya, dianggap positif kalo dalam luas 2.5cm2 itu ada lebih
dari 10 titik merah. Biasasanya kalo DBD itu lebih dari 20
Ptechie, ekimosis, atau purpura
Mucosal bleeding, hematom
Hemathemesis, melena
Kebocoran Plasma
Peningkatan hematokrit > 20%
Efusi pleura, ascites, hyponatremia, hypoalbumin
Demam Typhoid infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella enteric
Serotype typi atau paratyhpi makanya disebut Salmonella tyhpi
Manifestasi klinisnya apa ya?
Demam dengan pola tangga??
Sakit kepala, myalgia
Anorexia, nausea, muntah
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 64
SAP FKUI 2010
Gangguan abdomen seperti
konstipasi, diare, intestinal
bledding sampai perforasi
Gangguan kesadara
Lidah yang terselubungi
Pembesaran hati dan limpa
Bradicardia, rose spot
Untuk diagnostic definitive nya pake kultur, PCR atau test widal. Widalnya titer O
>= 1/640 atau titer H>=1/1280
Malaria Disebabkan karena plasmodium dan ditransfer oleh anopheles. Ada 4
spesies, falciparum, vivax, malarie dan ovale. Biasnya infeksinya lewat vektor, tapi
bisa juga lewat transfuse, injeksi atau congenital
Manifestasi klinisnya apa aja?
Trias malaria Demam, mengigil, berkeringat
Sakit kepala, mual, muntah, diare, myalgia
Riwayat travelling ke area endemin 1-4mg sebelumnya, atau tinggal di wilayah
endemic
Pernah menerima tranfusi darah
Demam 37.5-40 dengan anemia, dan splenomegali, hepatomegaly dan
kehilangan kesadaran
Oh iya, di terakhir dokternya kasih kesimpulan jadi demam itu adalah bisa gejala
subjectif atau objektif ttg kenaikan suhu akibat dari pyrogen yang bikin
hypothalamus ga bisa kerja dengan bener. Intiinya demam itu disebabkan karena
proses inflamasi, bisa karena infeksi atau yang lain, dan yang paling sering karena
infeksi. Nah demam itu 90% akibat dari infeksi virus, jadi ga perlu di obatin
dengan antibiotic, karena sebenernya antibiotic itu ga menurunkan panas. Panas
sendiri ga perlu diturunin kalo belum mengaggu (jadi kejang, takikardia, pasien ga
nyaman), karena sebenarnya kenaikan suhu tubuh itu baik buat sistem imun.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 65
SAP FKUI 2010
Halo teman-teman! Kali ini kita belajar tentang farmakologi obat-obatan yang
sering digunakan untuk mengatasi masalah alergi atau hipersensitivitas. Selain
untuk kebaikan pasien, pelajaran kali ini bermanfaat juga bagi teman-teman yang
doyan makan seafood tapi alergi. HEhehe, lets chek this out! Selamat makan
seafood belajar!
Terdapat berbagai jenis obat-obatan yang digunakan pada reaksi hipersensitivitas
yaitu:
1. Antihistamin
2. Adrenalin
3. Glukokortikoid
4. Natrium Kromoglikat dan Nedokromil
Pada kuliah kali ini akan lebih banyak dibahas mengenai Antihistamin. Oleh
karena itu, sebelum kita mempelajari antihistamin, kita kenalan dulu sama yang
namanya Histamin.
HISTAMIN
Histamin merupakan amin biogenik yangberperan penting sebagai mediator
reaksi hipersensitivitas dan alergi, inflamasi, sekresi asam lambung, dan
memodulasi pelepasan neurotransmitter.
A. Penyimpanan dan Pelepasan Histamin
Histamin disimpan dalam keadaan yang inaktif pada granul sel mast dan basophil
serta histamine non sel-mast yang ada pada otak. Pada otak, histamine berfungsi
sebagai neurotransmitter untuk berbagai regulasi. Selain itu histamine dapat
disimpan pada lambung di dalam entrrochromaffin-like cell (ECL cell).
Histamin dilepas jika terdapat reaksi imunologik akibat gangguan mekanik
ataupun kimiawi yang merusak jaringan.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 66
SAP FKUI 2010
B. Reseptor Histamin
Histamin memiliki 4 reseptor. Lokasi dan fungsi keempat reseptor tersebut dapat
dilihat pada table berikut.
Tipe Reseptor
Lokasi Fungsi
H1 (G-protein couple receptor)
Otot polos, endothelium, CNS (di membrane pascasinaptik)
Vasodilatasi, bronkokonstriksi, aktivasi otot polos, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, rasa sakit, bersin, gejala rhinitis alergi dan motion sickness
H2 (G-protein couple receptor)
Sel parietal lambung, sel otot, CNS (di membrane pascasinaptik)
Meningkatkan sekresi asam lambung
H3 (G-protein couple receptor)
CNS: prasinaptik, pleksus mienterik
Menurunkan pelepasan neurotransmitter
H4 Eosinophil, neutrophil, CD 4 T sel
Efek kemotatik (?), alergi (?), inflamasi (?) masih dalam penelitian
C. Efek Histamin
Lokasi Efek
Sistem Saraf Pusat
H1 pada ujung saraf bebas memberikan sensasi nyeri dan gatal. Biasa terjadi pada orang yang mengalami reaksi alergi tipe 1 dengan manifestasi gatal, urtikaria, dll.
H3 memodulasi pelepasan neurotransmitter
Sistem Kardiovaskular
H1 dan H2 menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi penurunan tekanan darah, flushing yang lebih jelas pada kulit wajah karena kulit wajah kita lebih tipis, dan sakit kepala. Injeksi histamine dengan dosis tinggi pada hewan coba menyebabkan hypotension shock.
H1 menyebabkan peningkatan permeabilitas vascular sehingga cairan dalam darah lebih mudah keluar dan terjadilah edema. Pada kulit penampilannya berupa urtikaria. Injeksi histamine yang berlebihan pada kulit menyebabkan
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 67
SAP FKUI 2010
triple respone:red spot, flare, edema.
H2 menyebabkan reflex takikardi sehingga meningkatkan konstraksi jantung, denyut jantung, dan automatisitas. Pada dosis yang tinggi mengakibatkan aritmia.
Otot polos bronkus
H1 menyebabkan bronkokonstriksi. Terutama pada pasien dengan asma, jika diberikan H1 akan terjadi bronkokonstriksi.
H2 menyebabkan bronkodilatasi.
Otot polos saluran cerna
H1 menyebabkan peningkatan kontraksi otot dan timbul diare.
Otot organ lain
Histamin memberikan efek yang kurang kuat terhadap otot iris dan genitourinaria.
Histamin juga tidak memberikan efek oksitosik yang berarti bagi uterus.
Kelenjar eksokrin
H2 meningkatkan sekresi asam lambung kelenjar eksokrin.
Nah setelah kita mempelajar histamine, saatnya kita mempelajari tentang obat-
obatan yang digunakan pada reaksi hipersensitivitas atau alergi.
ANTIHISTAMIN
A. Antagonis Reseptor H1
Antagonis reseptor H1 dibagi menjadi dua generasi yaitu generasi 1 dan
generasi ke 2. Beberapa sumber lain menyebutkan adanya orang ke
tigagenerasi ke tiga. Mengapa begitu? Jadi manakah yang benar? Ternyata,
yang dimaksud dengan obat generasi ke tiga adalah beberapa obat baru yang
merupakan turunan dari obat generasi ke dua. Jadi ada beberapa buku yang
membedakan mereka, ada yang menganggap obat baru tersebut termasuk
obat generasi ke dua.
Obat generasi pertama diketahui memiliki efek sedasi yang kuat, sehingga
orang biasanya akan mengantuk setelah mengonsumsi obat generasi pertama.
Sedangkan obat generasi ke duatidak memiliki efek sedasi.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 68
SAP FKUI 2010
Farmakokinetik
Farmakokinetik kedua generasi sama, dimasukkan ke dalam tubuh melalui
oral, dan diserap dengan cepat. OOA (onset of action atau waktu yang
dibutuhkan untuk menimbulkan efek setelah dikonsumsi) sekitar 15-30 menit.
Tmax (waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar maksimum dalam darah)
sekitar 1-2 jam. DOA (duration of action atau lama kerja obat) generasi 1
hanya 4-6 jam, sedangkan obat generasi 2 sekitar 12-24 jam. Oleh karena itu,
sebagian besar orang lebih memilih untuk mengonsumsi obat generasi ke 2,
selain karena tidak menimbulkan rasa ngantuk. Antagonis H1 dimetabolisme
dalam hati dengan enzim CYP3A4 dan diekskresi melalui urin setelah 24 jam.
Indikasi
Penggunaan antagonis H1 diindikasikan pada beberapa kondisi sebagai
berikut:
1. Reaksi alergi
Dapat mencegah dan menyembuhkan gejala reaksi alergi seperti rhinitis
alergi, urtikaria, dan dermatitis atopic (efek sedatifnya membantu agar
pasien tertidur, tidak menggaruk terus menerus). Tapi, antagonis H1 tidak
efektif untuk menyembuhkan asma bronkial.
2. Motion sickness
Diphenhydramine, promethazine, cyclizine, meclizinememiliki efek
antikolinergik yang besar dan sedative yang digunakan untuk menghindari
mabuk perjalanan.
3. Gangguan vestibular dan vertigo
Dimenhydrinatedan meclizineefektif digunakan untuk obat vertigo dan
gangguan vestibular.
4. Hipnosis
Sebagai efek sedasi yang kuat, terutama kelas
etanolaminyaitudiphenhydramine.
5. Common Cold
Obat generasi 1 yang memiliki efek antikolinergik rendah dapat
mengurangi rinorea.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 69
SAP FKUI 2010
Efek Samping
1. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, obat generasi pertama memiliki
efek sedative yang kuat, sedangkan obat generasi ke dua tidak memiliki
efek sedative karena sulit menembus blood brain barrier.
2. Efek lain yang mungkin muncul:mulut kering,sakit kepala, mual, muntah,
nafsu makan berkurang.
3. Beberapa sediaan antihistamin topical dapat menyebabkan alergi pada
orang-orang tertentu.
4. Beberapa sediaan obat teratogenik pada ibu hamil: hydroxyzine,
fexofenadine, azelastine.
5. Sedangkan obat chlorpheniramine,diphenhiyramine, cetirizine, loratadine
tidak teratogenik.
Efek samping tersebut bisa muncul karena beberapa obat anti histamine
reseptor H1 tidak hanya memblok reseptor H1, tetapi juga reseptor kolinergik,
α-Adrenergik, dan serotonin.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 70
SAP FKUI 2010
Nama Obat Dosis Dewasa
Aktivitas Antikolinergik
Keterangan
Tabel 1. Contoh Obat Antagonis H1
Sumber: Katzung BG, ed. Basic and Clinical Phafrmacology. 10thed. Singapore:
Mc-Graw Hill; 2006.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 71
SAP FKUI 2010
Interaksi Obat
Kombinasi obat antagonis H1terfenadine/astemizole dengan inhibitor
CYP3A4 seperti anti fungal(Ketokonazol ,itrakonazol) atau antibiotic golongan
macrolide (erythromycin) dapat meningkatkann konsentrasi
terfenadine/astemizoledalam darah sehingga memperpanjang interval QT dan
munculnya aritmia ventrikel. Olehkarena efek tersebut, terfenadine dan
astemizole telah ditarik dari pasaran. Alkohol, obat-obatan sedative,
hypnosis, dan anxiolitik dapat menyebabkan efek CNS depresan jika diberikan
bersama antagonis H1.
B. Antagonis Reseptor H2
Antagonis reseptor H2 merupakan inhibitor kompetitif yang reversible. Efek
yang diberikan antagonis reseptor H2 adalah mengurangi produksi asam
lambung. Contoh obatnya adalah cimetidine, ranitidine,
famotidine.Pembahasan obat ini sudah pernah dilakukan pada modul GI. Jadi
yang masih penasaran dan ingin me-recall ilmunya silahkan intip tentir GI
C. Antagonis Reseptor H3 dan H4
Obat golongan ini masih dalam percobaan. Sampai saat ini belum diterima
penggunaanya. Beberapa obat yang sedang menarik untuk diteliti adalah
antagonis H3 yang digunakan untuk orang yang mengalami gangguan tidur,
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 72
SAP FKUI 2010
obesitas, dan gangguan psikotik; serta antagonis H4 yang digunakan untuk
inflamasi kronik seperti asma.
Yak akhirnya setelah sekian lama kita bisa move on ke obat berikutnya. Ya
begitulah, move on memang lama kawan-kawan.
ADRENALIN
Adrenalin merupakan obat yang sering digunakan pada kondisi emergensi
sebagai anafilatik. Biasanya diberikan akibat efek pengeluaran histamine akibat
mediator lain seperti 5-hydroxytryptamine (5-HT, serotonine) dan Leukotrienes
(SRS-A) pada asma. Adrenalin juga digunakan pada kondisi syok akibat
vasodilatasi yang massif (kalau tidak ditangani segera bisa menyebabkan
kematian). Ia juga berfungsi pada bronkokonstriksi yang menyebabkan asfiksia.
Dosis yang diberika yaitu adrenalin 0,3-0,5 mg s.c.
KORTIKOSTEROID
Obat ini digunakan pada reaksi hipersensitivitas yang tidak mempan
memnggunakan antagonis reseptor H1. Contohnya prednisone, deksametason.
Obat ini akan dibahas di kuliah selanjutnya :”)
NATRIUM KROMOGLIKAT DAN NEDROKOMIL
Biasanya kedua obat ini digunakan untuk gejala reaksi yang melibatkan paru-paru
seperti asma. Obat ini digunakan sebagai profilaksis asma bronkial. Caranya ia
bekerja sebagai profilaksis yaitu dengan cara menghambat pelepasan histamin
dan autakoid lain termasuk leukotriendari sel mast atau sel inflamasi lainnya
yang terkait reaksi alergi pada paru – paru yang diperantarai IgE.Pemberian obat
ini dapat mengurangi bronkospasme / bronkokonstriksi, terutama pada pasien
asma bronkial, rhinitis alergika, dan penyakit atopik pada mata. Pemberiannya
biasanya dengan cara inhalasi.
SEROTONIN
Serotonin disintesis dari triptofan menjadi 5-hidroksitriptamin (5-HT atau
serotonin).
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 73
SAP FKUI 2010
A. Efek Serotonin
Sistem saraf pusat
Terdapat pada berbagai tempat di otak.
Pada ujung saraf bebas merupakan stimulant yang berpotensi untuk menimbulkan sensasi gatal dan nyeri
Aktivasi dari reseptor serotoni n pada ujung saraf vagal mengakibatkan reflex kemoreseptor yang berujung pada brakikardi dan hipotensi
Reseptor serotonin pada saluran gastrointestinal dan pusat muntah di medulla dapat menyebabkan reflex muntah.
Sistem pernapasan
Dapat mengakibatkan efek bronkokonstriksi yang lemah dan hiperventilasi.
Sistem kardiovaskular
Vasokonstriksi melalui reseptor 5-HT2 kecuali pada otot jantung dan otot skeletal.
Respon trifase tekanan darah: Fase 1: penurunan denyut jantung, kardiak output, dan tekanan darah akibat respon kemoreseptor Fase 2: menaikkan tekanan darah sebagai akibat dari vasokonstriksi Fase 3:penurunan tekanan darah karena vasodilatasi pada pembuluh darah yang memperdarahi otot skeletal
Agergasi platelet melalui reseptor 5-HT2
Sistem Pencernaan
Aktivasi reseptor 5-HT2 menyebabkan stimulasi yang kuat pada otot polos system pencernaan sehingga meningkatkan tonus otot dan peristaltic.
Aktivasi reseptor 5-HT4 pada system saraf enteric mengakibatkan efek prokinetik.
Otot skeletal Reseptor 5-HT2 ada pada otot skeletal, tapi fungsi fisiologisnya belum diketahui.
B. Agonis Serotonin
1. Buspirone merupakan agonis reseptor 5-HT1A yang digunakan sebagai
anxiolytic
2. Tegaserod merupakan agonis reseptor 5-HT4 yang digunalan pada
irritable bowel syndrome.
Tentir I Infeksi-Imunologi Page 74
SAP FKUI 2010
3. Sumatriptan merupakan agonis reseptor 5-HT1D/1B yang digunakan
pada saat migraine.
C. Antagonis Serotonin
1. Ondansetron merupakan antagonis reseptor 5-HT3 antagonist yang
digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah. Obat ini
berasosiasi dengan bedah dan kemoterapi kanker.Efek samping yang
dapat muncul adalah konstipasi dan sakit kepala.
2. Cyproheptadine merupakan antagonis reseptor 5-HT2 blocker dan Anti
Histamin Reseptor H1 yang digunakan untuk demam akibat
urtikaria.Efektif untuk melawan efek bronkokonstriksi akibat pemberian
histamin. Efek samping yang dapat muncul adalah efek sedatif, mulut
kering, anoreksia, mual, dan ataksia.
Akhirnya usai sudah tentir tentang farmakologi obat-obatan untuk reaksi
hipersensitivitas. Tentir ini sangat terbuka atas kritik dan
sarannya.Selamat belajar! GO GET A
Mikroorganisme yang paling sering menyerang manusia (dari total populasi)
urutannya adalah: 1. Bakteri (38,2%) 2. Fungi (22,5%) 3. Cacing (20,4%) 4.
Virus & Prion (14,8%) 5. Protoza (4,1%)
Patogen menyebabkan kerusakan pada host melalui strategi untuk
multiplikasi dalam host atau untuk transmisi menuju atau dari host. Patogen
ini dikode oleh gen-gen yang berkumpul bersama dalam suatu genome
patogen pathogenicity island. Transmisi horizontal pada virulensi yang
berhubungan dengan gen di antara mikroba dimediasi terutama oleh
bakteriofag, plasmid, serta transposon.
Tipe Mikroorganisme Flora Normal
Membantu fungsi penting terhadap host (membantu dalam mencerna
makanan, menghasilkan
vitamin, menjaga host dari patogen
Patogen
Bikin penyakit!
Oportunis
Bisa bikin penyakit hanya ketika
pertahanan tubuh terganggu (immune-
compromised
Term:
Patogenitas: Kemampuan suatu mikroorganisme untuk
membuat penyakit
Virulensi: Derajat patogenitas
Faktor Virulensi: Berbagai macam sifat mikroorganisme
dalam berinteraksi dengan host (memungkinkan patogen
masuk host, menempel ke sel host, memperoleh cara
mengambil nutrient, dan terhindar dari deteksi atau
penghapusan oleh sistem imun)
Tentir II Penginderaan 76
SAP FKUI 2010
Postulat Koch (1890) & Penyangkalannya
Postulat Koch Penyangkalan
Mikroba harus ada pada setiap kasus penyakit
Mikroba tidak selalu bisa ditumbuhkan pada laboratorium
Mikroba harus diisolasi dari penyakit host dan tumbuh dalam kultur murni
Faktor kofaktor atau genetic dan imunologik pada host dapat berperan dalam bagian penting
Penyakit harus dihasilkan ketika kultur murni dipaparkan ke host rentan yang tidak berpenyakit
Pertimbangan etik mencegah postulat Koch terhadap penyakit dan patogen yang muncul hanya pada manusia
Mikroba harus dapat diambi lagi dari host yang secara eksperimen diinfeksikan
Penyakit tidak dapat terlihat hingga beberapa tahun setelah infeksi spesifik
Dari gambar tersebut kita diberitahu bahwa tepatnya gambaran klinis
berdasarkan banyak variable, seperti dosis infeksi dan rute, usia, jenis kelamin,
adanya mikroba lain, status nutrisi, dan latarbelakang genetic.
Proses Infeksi
Masuk Kolonisasi, Adhesi, dan Invasi Aksi Patogenik
Jalur masuk itu ada lewat kulit, membran mukus (respiratori, GI, urinaria,
reproduktif, konjungtiva, membran tipis yang melapisi bola mata dan dibawah
kelopak mata), plasenta, dan rute parenteral (sebenernya ini bukan jalur
masuk, tetapi jalur masuk dapat dielakkan). Tadi itu jalur masuknya, sekarang
Tentir II Penginderaan 77
SAP FKUI 2010
cara masuknya ada yang namanya ingress, yaitu masuk tanpa melalui barrier
epitel (melalui inhalasi, pencernaan) dan untuk menyebabkan penyakit,
mikroba tidak masuk ke jaringan yang lebih dalam, tetapi hanya permukaan
mukosa. Selain itu, terdapat penetrasi, yaitu masuk menuju jaringan setelah
melalui barrier epitel (gigitan serangga, rusaknya permukaan kulit).
Nah kalo ini ada tabel dari slide yang ngasitau mikroorganisme melewati
plasenta:
Pathogen Condition in
Adults
Effect on Embryo or Fetus
Toxoplasma
gondii
Toxoplasmosis Abortion, epilepsy, encephalitis,
microcephaly, mental retardation,
blidness, anemia, jaundice, rash,
pneumonia, diarrhea, hyporthermia,
deafness
Treponema
pallidum
Syphillis Abortion, multiorgan birth defects, syphilis
Listeria
monocytogenes
Listeriosis Granulomatosis infantiseptica, death
Cytomegalovirus Usually
asymptomatic
Deafness, microcephaly, mental
retardation
Parvovirus B19 Erythema
infectiosum
Abortion
Lentivirus (HIV) AIDS Immunosuppresion (AIDS)
Rubivirus German
measels
Severe birth defects or death
Tentir II Penginderaan 78
SAP FKUI 2010
Oke, sekarang ngebahas mengenai kolonisasi atau infeksi. Kolonisasi itu ada di
dalam atau di atas sisi tubuh, tidak ada tanda klinis atau gejala pada penyakit
atau infeksi, selain itu kadang-kadang dinamakan sebagai carrier. Sedangkan,
infeksi berada di dalam tubuh, berhubungan dengan gejala klinis dari infeksi
(demam, lesi) atau penambahan sel darah putih, pada fase ini dibutuhkan
treatment.
Kan tadi bakteri udah cape-cape nyerang kita. Nah, ternyata Tuhan Maha Adil,
sel-sel tubuh kita itu punya reseptor mereka yang biasanya glikoprotein yang
mengandung molekul glukosa seperti mannose dan galaktosa. Syarat lainnya
adalah mereka ada pada sel tertentu dimana mereka sangat rentan terhadap
infeksi (spesifitas untuk patogen pada host khusus). Contohnya adalah N.
gonorrhoeae memiliki adhesion pada fimbraenya yang menempel pada sel
yang melapisi urethra dan vagina manusia.
Patogenesis Infeksi Bakteri
Faktor Virulensi:
1. Perlekatan/ Adhesi
Proses dimana mikroorganisme tersebut menempelkan dirinya terhadap
sel. Faktor-faktor adhesi 1. struktur yang terspesialisasi (diskus adhesi
pada protozoa; sucker dan hook pada cacing) 2. Ligan: permukaan
lipoprotein dan glikoprotein pada bakteri dan virus (adhesin pada bakteri
ditemukan pada fimbrae, flagella, serta glikokaliks mereka; protein
perlekatan pada virus)
Perlekatan bakteri gram negatif terdapat pada pili (fimbriae), permukaan
protein (invasion), serta kapsul, sedangkan pada bakteri gram positif
terdapat pada permukaan protein (fibronectin) dan kapsul.
2. Enzim
Enzim ekstraselular:
Hyaluronidase & Kolagenase mendegradasi molekul spesifik
sehingga bakteri dapat masuk ke jaringan yang lebih dalam
Tentir II Penginderaan 79
SAP FKUI 2010
Koagulase protein darah yang menyediakan tempat persembunyian
kepada bakteri dalam suatu clot
Kinase seperti staphylokinase dan streptokinase yang mencerna clot
darah (saling bantu-membantu dengan koagulase)
3. Toksin
Eksotoksin
o Sitotoksin: membunuh sel host secara umum atau
memengaruhi fungsinya
o Neurotoksin: secara khusus mengganggu fungsi sel saraf
o Enterotoksin: memengaruhi sel-sel yang melapisi saluran
gastrointestinal
Tentir II Penginderaan 80
SAP FKUI 2010
Endotoksin
o Lipid A, bagian lipid dari membran lipopolisakarida
Perbandingan antara Eksotoksin & Endotoksin
4. Faktor Antifagositik
Kapsul, terdiri dari zat-zat kimia yang secara normal ditemukan
pada tubuh (termasuk polisakarida) sehingga tidak
menginduksi respon imun host ya guys
Tentir II Penginderaan 81
SAP FKUI 2010
Zat-zat Kimia Antifagositik
o Mencegah penggabungan lisosom dengan vesikel fagositik
dimana membuat bakteri bertahan di dalam fagosit
o S. pyogenes menghasilkan suatu protein pada dinding sel
dan fimbrae (protein M) yang melawan fagositosis sehingga
menambah virulensi
5. Faktor Invasi
Suatu mekanisme yang membuat suatu bakteri menyerang sel
eukariotik sehingga memudahkan masuknya mereka pada permukaan
mukosa. Beberapa di antaranya adalah intraseluler obligat, tetapi
KEBANYAKAN intraseluler fakultatif patogen. Faktor-faktor permukaan
spesifik bakteri yang memediasi invasi tidak diketahui pada banyak hal
6. Siderophore
Organisme membutuhkan besi untuk metabolisme dan
pertumbuhannya. Seperti teman-teman ketahui bahwa pada darah, besi
berikatan antara Hb atau transferrin, sedangkan pada susu atau cairan
lain (seperti air mata, saliva), besi berikatan pada laktoferrin. Nah,
siderophore ini merupakan suatu subtansi yang dihasilkan oleh banyak
bakteri untuk menangkap besi dari host. Pengikatan konstan
siderophore terhadap besi sangat tinggi bahkan pengikatan besi
terhadap transferrin atau lactoferrin terlepas dan diambil oleh sel
bakteri.
Tentir II Penginderaan 82
SAP FKUI 2010
Immunopathogenesis
Gejala-gejala infeksi bakteri bisa dihasilkan oleh respon imun dan inflamasi
berlebihan yang dipicu oleh infeksi. Contoh-contohnya:
Endotoksin: protein fase akut bisa mengancam jiwa, gejala-gejalanya
dihubungkan dengan sepsis dan meningitis
Kerusakan jaringan yang dipicu oleh neutrophil, makrofag, dan
komplemen, dipicu oleh sel T CD4 pada M. tuberculosis
Bakteri protein M pada S. pyogen secara antigen dapat meniru jaringan
jantung menginduksi antibodi protein anti-M bereaksi silang sehingga
menginisasi kerusakan pada jantung (rheumatic fever)
Deposisi kompleks imun pada glomerulus ginjal menyebabkan post-
streptococcal glomerulonephritis
Nah terakhir mengenai bakteri, ini ada rangkuman table mengenai sistem apa
yang diserang, mekanisme pertahanan tubuh kita, mekanisme mikroorganisme
itu menyerang kita, dan contoh mikroorganisme nya
Host Defenses Microbial Evasion
Mechanism
Examples
Respiratory
Tract
Mucociliary
clearence
Adhere to epithelial
cells, interfere with
ciliary action
Influeza virus,
pertusis
Tentir II Penginderaan 83
SAP FKUI 2010
Alveolar
macrophage
Replicate in alveolar
macrophage
Legionella, M.tbc
Intestinal
tract
Mucus, peristaltis,
acid, bile
Adhere to epithelial
cells, resist acid, bile
Rotavirus,
Salmonella,
Poliovirus
Liver Kuppfer cells and
endothelial cells
Localize in sinusoid,
bypass Kupffer cells
and endothelial cells
Hepatitis virus
Reproductive
tract
Flushing action of
urine and sexual
secretions,
mucosal defenses
Adhere to
urethral/vaginal
epithelial cells
Gonococus,
Chlamydia
Urinary tract Flushing action of
urine
Adhere to
urethral/epithelial
cells
E.Coli
Reach urine from
tubular epithelium
Polyomavirus
Central
Nervous
System
Enclosed in bony
‘box’ of skull and
vertebral column
Reach CNS via
nerves or blood
vessels that enter
skull or vertebral
column
Bacterial
meningitis, viral
encephalitis
Type of
Infection
Host Defenses Microbial Evasion
Mechanism
Examples
Skin, mucosa Layers of
constantly shed
cells (mucosa)
Invade skin/mucosa
from below
Varicella, measles
Tentir II Penginderaan 84
SAP FKUI 2010
Dead keratinized
cell layers (skin)
Infect basal
epidermal layer
Papillomaviruses
Infect via minor
abrasion
Staphylococci,
streptococci
Penetrate intact
cells
Schistosomiasis,
ancyclostomiases.
Leptospirosis
Vascular
system
Skin Infection of microbe
by biting vector,
replication in blood
cells or in vascular
endothelial cell
Malaria, yellow
fever
Patogenesis Infeksi Fungal atau Mikosis
Klasifikasi:
1. Mikosis Endemik
Infeksi yang disebabkan oleh patogen terbatas secara geografis dan
patogen sejati karena mereka memiliki kemampuan untuk menyebabkan
infeksi sistemik yang serius pada individu yang sehat
2. Mikosis Oportunistik
Infeksi yang disebabkan oleh fungi yang bukan patogen sejati karena
mereka dapat menyebabkan penyakit sistemik yang mengancam jiwa
hanya pada pasien yang immuno-suppressed
3. Mikosis Subkutan
Suatu kelompok penyakit fungal yang termasuk didalamnya kulit,
jaringan subkutan, dan limfatik
4. Mikosis Superfisial dan Kutaneous
Infeksi fungal umum yang terbatas pada kulit dan struktur kulit
5. Sistemik/Invasif
Tentir II Penginderaan 85
SAP FKUI 2010
Faktor risiko terkena infeksi jamur adalah pasien dengan gangguan imunologi,
infeksi HIV, leukopenia (pada penyakit malignansi hematologi), sesudah proses
pembedahan/transplantasi organ, terapi kanker, penggunaan antibiotik
spektrum luas, agent immunosuppressive dan kortikosteroid.
Dua mekanisme bagaimana fungi bertemu dengan host adalah eksogen
(kebanyakan fungi hidup bebas di lingkungan dan orang-orang terkena jamur
secara kebetulan pada kehidupan sehari-hari) dan endogen (sumbernya adalah
flora normal manusia)
Tingkat imunitas bawaan terhadap fungi yang patogenik sangat tinggi
kebanyakan infeksi fungal adalah ringan dan self-limiting. Penambahan
masuknya infeksi dikarenakan perubahan keseimbangan flora normal serta
terganggunya pertahanan natural oleh trauma atau substansi asing sehingga
membuat fungi masuk menuju area steril pada tubuh.
Imunitas bawaan (innate immunity) : neutrophil akan memfagositosis serta
membunuh. Untuk fungi yang ukurannya cukup besar untuk dicerna maka sel-
sel fagositik akan melapisi seluruh permukaan struktur hyfa dan mensekresikan
enzim lisosom sehingga menghancurkan organisme. Imunitas didapat
(adaptive immunity) : peran antibodi sangat kecil. Imunitas yang dimediasi sel
T dimana beberapa patogen bertahan dalam makrofag tanpa terbunuh.
Faktor kerusakan & keparahan oleh fungi ditentukan oleh ukuran inoculum,
virulensinya, kemampuan untuk multiplikasi, dan kecukupan pertahanan
tubuh.
Faktor Virulensi
Phenotypic Switching
Sangat penting bagi adaptasi fungi terhadap perubahan lingkungan
selama invasi ke organ manusia. Caranya adalah mengubah morfologi,
properti permukaan sel, penampilan koloni, properti biokimia, dan
metabolisme sehingga menjadi lebih virulen dan lebih efektif selama
infeksi
o Candida albicans
White opaque switching: putih, oval, koloni smooth abu-abu,
kasar, koloni
Tentir II Penginderaan 86
SAP FKUI 2010
Sel-sel opaque menghasilkan aspartyl proteinase 1 dan 3
virulensi rendah
Sel-sel putih menghasilkan aspartyl proteinase 2 virulensi lebih
tinggi pada infeksi sistemik
Perubahan tersebut terjadi karena ada kemungkinan pengaturan
ulang kromosomal dan pengaturan SIR2-like
o Aspergillus fumigatus
Menghasilkan melanin pigmen keabu-abuan, coklat, atau hitam
pada dinding sel dapat menghasilkan adaptasi fungal terhadap
perubahan lingkungan. Hal tersebut membantu dalam
perlindungan melawan radiasi ultraviolet, suhu ekstrem, dan hal-
hal lain yang merugikan fungi tersebut
Dimorfisme Morfologi
Kemampuan untuk menukar antara sel ragi uniseluler dan bentuk
filament dinamakan hifa dan pseudo-hifa. Respons terhadap perubahan
fisiologis terhadap kondisi lingkungan:
o Suhu fisiologis 37oc
o pH sama atau lebih dari 7
o Konsentrasi CO2 5,5%
o Adanya serum atau sumber karbon yang menstimulasi
pertumbuhan hifa
Adhesi & Molekul Adhesi
Perlekatan terhadap sel host/jaringan/suatu set variasi protein, diikuti
dengan penyebaran dalam organisme individu
o C. albicans
Pada permukaan dinding sel, terdapat reseptor dimana
bertanggung jawab terhadap perlekatan ke sel epitel dan sel
endotel, serum protein, serta protein matriks ekstraseluler.
Mereka juga biasanya berlekatan terhadap perbedaan substrat
buatan dan pembentukkan biofilm pada alat-alat kesehatan
Enzim Hidrolitik
Terdiri atas protease, lipase, dan phospholipase. Enzim-enzim tersebut
berperan penting dalam nutrisi serta pada kerusakaan jaringan,
penyebaran dalam organisme manusia, pengambilan besi dan melawan
sistem imun host, dan secara kuat kontribusi dalam patogenitas fungi.
Tentir II Penginderaan 87
SAP FKUI 2010
o C. neoformans
Protease dan phospholipase berperan dalam nutrisi dan
kerusakan jaringan.
Phospholipase meningkatkan perlekatan terhadap epitel paru
o Aspergillus fumigatus
Serine dan aspartic protease, metallo-proteinase,
dipeptydylpeptidase, dan phospholipase memfasilitasi paru dan
kolonisasi jaringan lain
Pembentukan Kapsul
o C. neoformans
Kapsul tebal polisakarida bisa diperoleh selama infeksi paru,
sedangkan sangat berkebalikan pada lingkungan alam dimana
kapsulnya lemah. Setelah invasi, C. neoforman bisa direhidrasi dan
memperoleh kapsul yang disusun oleh glukuronoxylomannan
(GXM) dan dihubungkan dengan dinding sel fungal melalui
jembatan glucan
Produksi Mannitol
o C. neoformans
Menghasilkan banyak hexitol-d-mannitol yang mengembangkan
meningo-encephalitis. Mannitol menambah osmolalitas yang
mengelilingi fluida sehingga dapat menyebabkan edema otak dan
mencegah kerusakan oksidatif fungus. Mannitol dapat menjaga
fungi dari kerusakan oksidatif oleh PMN atau oleh sel bebas
oksidant
Toksin
o Aspergillus fumigatus
Aflatoksin, bersifat hepatotoksik dan karsinogenik.
Gliotoksin, menghambat fagositosis makrofag, aktivasi dan
proliferasi sel T, dan bisa menginduksi apoptosis makrofag,
memperlambat aktivitas silia pada saluran respirasi dan kerusakan
lapisan epitel.
Resticotocin, membelah ikatan phosphodiester pada 28S rRNA
pada ribosom eukariotik.
Toksin imunosupresif seperti faktor penghambat konidial 14-kDa.
Tentir II Penginderaan 88
SAP FKUI 2010
Fumitremorgin, fumagilin, fumagatin, dan asam helvolic
merupakan agen pirogen, sitotoksik, dan meningkatkan shock.
Patogenesis infeksi virus mencakup beberapa hal, yakni virus bertahan banyak
di reservoir/sumber infeksi , virus masuk ke tubuh pejamu, berkontak dan
masuk sel yang rentan, bereplikasi di dalam sel, dilepaskan dari sel pejamu,
interaksi antara virus-pejamu memicu respon imun, dan virus akhirnya
dikeluarkan dari tubuh pejamu atau bertahan menimbulkan infeksi laten atau
menyebabkan kematian pejamu. Virus kemudian dilepaskan ke lingkungan.
Sifat penyakit virus bergantung pada dua hal: jaringan target (tempat
masuk/port d entre virus, akses virus ke jaringan target, tropisme virus, dan
permisivitas sel untuk replikasi virus) dan patogen virus (reseptor yang
menentukan tropisme dan faktor virulensi).
Langkah pertama yang dilakukan virus adalah
masuk dan melekat pada sel pejamu.
Tempat masuk bagi virus adalah salah satu
permukaan tubuh ( bisa kulit, saluran
pernapasan, pencernaan, urogenital, atau
konjungtiva) atau bisa juga virus masuk
langsung ke dalam darah melalui jarum
suntik, transfusi darah, atau melalui organ
transpant dan vektor serangga. Setelah
masuk, virus kemudian melekat/melakukan
adsorpsi yang merupakan proses penetrasi
virus ke sel pejamu untuk memperoleh akses
ke organel replikasi sel. Adsorpsi terjadi
karena virus memiliki ligan protein spesifik:
virus berselubung menggunakan spikes
(protein virus yang menonjol keluar dari
permukaan membran) dan virus yang tidak
berselubung menggunakan ligan yang
Gbr. Masuknya asam nukleat virus
Tentir II Penginderaan 89
SAP FKUI 2010
merupakan bagian dari protein kapsid.
Virus dengan ligannya memerlukan reseptor pada permukaan sel pejamu
sehingga virus dapat berpenetrasi ke dalam sel atau mengirimkan asam
nukleatnya ke dalam sitoplasma sel. Asam nukleat virus masuk ke dalam sel
pejamu melalui salah satu dari 3 cara berikut: asam nukleat langsung masuk
(poliovirus), fusi selubung virus dengan membran sel yg diikuti lepasnya asam
nukleat dari pembungkus di dlm sitoplasma sel pejamu (virus influenza),
endositosis dan pelepasan asam nukleat dari kapsid (uncoating) pada Poxvirus.
(Lihat gambar di samping ya..)
Selain itu akan terjadi interaksi antara virus dan sel imun. Pada kondisi normal,
sel yang terinfeksi virus akan mempresentasikan antigen virus dengan MHC,
(terutama MHC apa hayo yang buat intrasel? yak pintaar) sehingga sel T akan
mengenali MHC tersebut dan mengnduksi apoptosis sel. Namun, beberapa
virus dapat meloloskan diri dari sistem imun dengan mensupresi ekspresi MHC
sehingga tidak ada respon penghancuran oleh sel T, tetapi untungnya pada
situasi ini sel NK masih bisa menginduksi apoptosis pada sel yang tidak
mengekspresikan MHC. Namun, pada kondisi lain, sel yang terinfeksi virus
dapat mengekspresikan MHC palsu, sehingga baik sel T ataupun sel NK tidak
mengenali antigen, sehingga virus dapat terus bertahan dalam sel yang
diinfeksinya.
Asam nukleat virus yang telah memperoleh akses masuk ke dalam sel
kemudian akan direplikasi: bisa pada tempat masuknya dan menimbulkan
penyakit di tempat yang sama atau menyebar dan bereplikasi di tempat yang
jauh dari tempat masuknya.
Virus lalu akan lepas dari pejamu.
Dua mekanisme pelepasan virus: 1).
sangat dramatik dan menghasilkan
pelepasan sejumlah besar virion
yang meninggalkan sel pejamu pada
waktu yang sama dan sel pejamu
mati; 2). Budding/blebbing:
nukleokapsid yang baru terbentuk
mendorong membran sel pejamu
Tentir II Penginderaan 90
SAP FKUI 2010
hingga membran berevaginasi, untuk mengambil dan mengeluarkan virus.
Virus yang lepas diselubungi oleh membran sel pejamu, yang dinamakan
selubung virus. Proses pelepasan ini lebih lambat dibandingkan dengan proses
lisis.
Berlanjut ke interaksi virus-pejamu. ada 2, yaitu:
Virus sitopatik: umumnya membunuh sel pejamu, sering menghasilkan
nekrosis lokal, dapat memicu apoptsis.
Virus nonsitopatik : tidak langsung menghasilkan kematian sel dan
menghasilkan infeksi laten/persisten.
Virus jenis ini dikatakan produktif jika virus menghasilkan infeksi
persisten dengan pelepasan sejumlah kecil partikel virus baru pada
waktu tertentu
nonproduktif jika virus tidak aktif menghasilkan partikel virus yang
dapat terdeteksi untuk waktu yang lama (infeksi laten).
Sitopatogenesis virus meliputi beberapa hal. Pada infeksi abortif, mutan virus
gagal menghasilkan infeksi/abortif dan virus hilang. Pada sel permisif tersedia
perangkat biosintetik berupa faktor transkripsi dan enzim pemroses
postranslasi materi genetik virus. Pada sel semipermisif perangkat biosintetik
sangat tidak efektif mendukung replikasi virus, perangkat metabolik dan
genetik sel mungkin mampu membantu beberapa tahap, tetapi tidak semua
tahap replikasi virus. Replikasi virus pada sel pejamu dapat menginisiasi
perubahan pada sel /sitolisis (perubahan bentuk, sifat fungsional, antigenitas).
Perubahan sel mungkin terjadi akibat pengambilalihan sintesis makromolekul
oleh virus, akumulasi protein/partikel virus dan modifikasi/gangguan struktur
selular.
Pada infeksi litik, terjadi pembentukan
sinsitia. Ekspresi glikoprotein beberapa
strain paramyxovirus, herpes virus, dan
retrovirus dapat memicu fusi sel-sel
disekitar menjadi sel raksasa
berintibanyak, yang dinamakan
sinsitia. Fusi sel ke sel ini dapat terjadi
tanpa adanya sintesis protein baru
Gbr. Sinsitia pada sel yg terinfeksi virus
Tentir II Penginderaan 91
SAP FKUI 2010
(virus Senday atau paramomyxovirus lain) atau terjadi dengan sintesis protein
baru (pada HSV). Pembentukan sinsitia ini memungkinkan virus untuk
menyebar dari satu sel ke sel lain dan menghindar dari deteksi oleh antibodi.
Pembentukan sinsitia pada HIV mengakibatkan kematian sel.
Selain sinsitia, ciri lain dari infeksi litik adalah apoptosis. Pada apoptosis
terjadi serangkain kaskade yang berakhir pada upaya bunuh diri sel, jika dipicu.
Infeksi virus atau respon imun sitolitik dapat menginduksi apoptosis pada sel
yang terinfeksi. Konsekuensi apoptosis terhadap replikasi virus adalah
memfasilitasi pelepasan virus dari sel pejamu, tetapi juga membatasi jumlah
virus yang diproduksi karena destruksi pabrik metabolik dan genetik virus (sel
yang terinfeksi).
Infeksi litik mengakibatkan perubahan sifat dan tampilan sel target.
Contohnya adalah aberasi dan degradasi kromosom (virus menginduksi
perubahan struktur kromosom atau membran) pada sel yang terinfeksi HSV
atau adenovirus. Contoh lain yaitu badan inklusi yang biasanya ditemukan di
dalam nukleus/sitopasma. Badan inklusi mencerminkan tempat replikasi virus
dan tempat akumulasi kapsid virus. Lokasi dan sifat badan inklusi menjadi
karakteristik infeksi virus tertentu, yang merupakan dasar diagnosis
laboratorium. Berikut badan inklusi dan masing2 karakteristiknya yg menjadi
pedoman diagnosis.
- Badan Negri (intrasitoplasma) : Rabies
- Owl’s eye (intranuklear): Cytomegalovirus
- Cowdry tipe A (intranuklear): HSV dan virus panensefalitis skerosis
subakut (measles)
- Badan inklusi basofilik intranuklear: adenovirus
- Badan inklusi asidofilik intrasitoplasmik: poxvirus
- Badan inklusi sitoplasmik perinuklear: Reovirus
Selain infeksi litik, adapula infeksi nonlitik yang mengakibatkan infeksi
persisten. Infeksi ini terjadi pada sel , tapi tidak dibunuh oleh virus. Infeksi
laten yang tidak mematikan dapat terjadi akibat infeksi virus DNA pada sel
yang perangkat metabolik/genetiknya kurang/terbatas untuk transkripsi
semua materi genetik virus. Faktor transkripsi spesifik yang dibutuhkan oleh
virus penyebab infeksi laten dapat diekspresikan pada jaringan spesifik, pada
Tentir II Penginderaan 92
SAP FKUI 2010
sel yang tumbuh (aktif bereplikasi) bukan sel yang istirahat, dan setelah sel
diinduksi hormon atau sitokin tertentu.
Selain menyebabkan infeksi litik dan nonlitik, virus juga mampu menyebabkan
pertumbuhan tak terkendali sel akibat infeksi persisten pada sel tsb. Virus ini
dikatakan onkogenik dan meliputi beberapa jenis virus DNA dan retrovirus.
Transformasi dan imortalisasi (tdk dpt dibunuh) sel yg terinfeksi terjadi karena
sel terus tumbuh tanpa pernah mjd tua dan mati, perubahan morfologi dan
metabolisme sel, kenaikan laju pertumbuhan dan transport gula ke dalam sel,
hilangnya inhibisi pertumbuhan yang diinduksi oleh kontak sel, kemampuan sel
untuk tetap tumbuh pada suspensi atau agar semisolid. Mekanisme
pertumbuhan yang tak terkendali oleh virus onkogenik meliputi:
- Tersedianya dan terstimulasinya gen penstimulasi pertumbuhan.
- Penglihangan mekanisme penghambat inheren yang membatasi sintesis
DNA dan pertumbuhan sel.
- Pencegahan apoptosis.
Teori onkogen tentang induksi kanker menjelaskan bahwa harus ada lebih dari
satu perubahan/ pukulan “hit” pada DNA (bisa mutasi, insersi,dll) yang bisa
disebabkan oleh virus atau agen kimia/fisika untuk memicu timbulnya kanker.
Protoonkogen adalah gen yang berperan dalam pembelahan sel. Faktor yang
menginhibisi represor onkogen dan mengaktivasi onkogen (UV, radiasi,
karsinogen, dan virus) berperan dalam menimbulkan kanker.
Virus mengakibatkan 20-25% kanker pada manusia dengan beberapa cara,
yaitu membawa kopi onkogen sebagai bagian dari genomnya, memicu
transkripsi onkogen yang sudah ada dalam sel pejamu, dan mengganggu
represi normal tumor ketika virus masuk (sebagai provirus) pada gen represor.
Ada beberapa jenis infeksi virus bergantung pada kemampuan dan kecepatan
respon imun:
- Infeksi akut: ditandai dengan onset penyakit yg cepat, gejala singkat,
dan sembuh dlm beberapa hari. Biasanya diikuti produksi virion infektif
pada tahap awal yg kemudian swasirna berkat respon imun.
- Infeksi persisten: bertahan untuk waktu yang lama, terjadi jika infeksi
primer tidak dapat dibasmi oleh sistem imun. Virus dapat dideteksi
Tentir II Penginderaan 93
SAP FKUI 2010
secara kontinu (virus aktif memproduksi virus baru), sering pada kadar
rendah, gejala dpt ringan atau sama sekali tidak terlihat. Virus aktif
memproduksi virus baru.
- Infeksi laten: kemampuan virus patogen untuk tetap dorman (laten) di
dalam sel, virus berada dlm thp lisogenik. Infeksi laten merupakan fase
pada siklus hidup virus tertentu yang setelah infeksi awal, produksi virus
terhenti (virus tidak dpt dideteksi scr kontinu, hny bisa dideteksi saat
reaktivasi penyakit). Namun, genom virus tidak sepenuhnya dieradikasi.
Hasilnya virus suatu saat dpt direaktivasi dan memproduksi sejumlah
besar progeni virus tanpa perlu invasi pejamu oleh virus dari luar. Pada
thp reaktivasi virus ada dlm fase litik.
- Infeksi virus lambat: pada infeksi jenis ini periode inkubasi lama
(beberapa bulan hingga tahun) yang kemudian terjadi progresi gejala
secara bertahap dan lambat, irreversibel, serta berujung pada kondisi
membahayakan, lebih sering berujung kematian. Sistem imun biasanya
tidak terlalu berperan dlm proteksi pejamu dari virus jenis ini. Hal ini
mungkin karena tubuh sudah beradaptasi dengan keberadaan virus atau
mungkin karena sistem imun sudah diserang oleh virus sejak awal.
Tahapan penyakit infeksius:
- Periode inkubasi , mulai dari masuknya organisme hingga timbulnya
gejala (tidak ada tanda/gejala penyakit)
Tentir II Penginderaan 94
SAP FKUI 2010
- Periode prodromal : gejala
umum, nonspesifik, tidak
jelas
- Periode sakit: gejala dan
tanda paling parah
- Penurunan: menurunnya
gejala dan tanda penyakit
- Periode penyembuhan:
tidak ada tanda dan gejala
Tempat keluarnya agen infeksius dari tubuh bisa melalui berbagai tempat
antara lain: mata (air mata), hidung (sekresi), mulut (saliva, sputum), wanita
(kelenjar mamaria: susu, sekresi; vagina: sekresi, darah), uretra (urin), vesica
seminalis (semen dan sekresi pelumas), anus (feses), kulit (serpihan), kulit yang
terluka (darah), telinga (lilin telinga).
Beberapa agen infeksi pada manusia yang ditransmisikan melalui susu adalah:
Mumps virus, CMV, HIV, HTLV (melalui susu manusia), Brucella (susu sapi,
kambing, domba), Mycobacterium bovis, Coxiella burnetii, Campylobacter
jejuni, Salmonella spp, Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, S.
pyogenes, Y. Enterocolitica (susu sapi).
Transmisi agek infeksi terjadi melalui:
- Kontak: langsung (ciuman, sentuhan), droplet (saat bicara terlalu dekat),
vertikal (melalui plasenta), vektor (nyamuk, tungau), hubungan seksual
- Tidak langsung: kontaminasi fecal-oral (yang ditularkan melalui tangan
yang terkontaminasi feses yg digunakan untuk memasak makanan dan
minuman, atau benda lain yg berpotensi menjadi media penularan
seperti handuk, pakaian, mainan, gagang pintu, sabun, dll) atau melalui
udara (aerosol, inti droplet yang terbawa dari tempat jauh).
Tentir II Penginderaan 95
SAP FKUI 2010
Berdasarkan pola transmisi infeksi, berbagai metode pencegahan dapat
dilakukan untuk meminimalkan infeksi. Untuk penyebaran melalui fekal-oral
dapat dikendalokan dengan tindakan kesehatan masyarakat, penyakit dengan
transimisi respirasi atau saliva belum dapat dikontrol, transmisi melalui
hubungan seksual juga sulit dikontrol dibutuhkan pengaruh faktor sosial, untuk
infeksi dengan perantara hewan atau vektor arthropoda dilakukan dengan
mengontrol vektor dan hewan yang terinfeksi.
Materi selanjutnya pada slide kuliah ini adalah mengenai sistem imunitas pada
infeksi, yang tidak akan dijabarkan lagi pada tentir bagian ini karena sudah
dibahas pada tentir imunologi dasar. Hanya akan dibahas sekilas perbedaan
spesifik pada respon imunitas antibakteri dan respon antivirus.
Pada infeksi bakteri leukosit polimorfonuklear membentuk respon selular
utama, sedangkan infiltrasi sel mononuklear dan limfosit menandai infeksi
virus. Selain itu, pada infeksi virus terdapat pula mekanisme pertahanan khas,
yakni pembentukan interferon oleh sel yang telah terinfeksi virus untuk
memberitahu sel-sel disekitarnya yang masih berlum terinfeksi , agar
mempersiapkan berbagai perangkat guna menghambat invasi virus. Hubungan
antarsel ini dimungkinkan karena sel-sel sekitar yang masih sehat memiliki
reseptor untuk interferon. Selain itu, berbagai bakteri juga memicu respon
imun yang spesifik, seperti polisakarida ( antigen O pada salmonella) memicu
aktivasi komplemen C3b, staphylococcus memiliki kapsul protektif yang
melindungi terpaparnya permukaan antigen oleh komplemen sehingga
memungkinkan staphylococcus menghindar dari respon imun, streptococcus
dan campylobacter memicu netralisasi oleh IgA yang dimediasi komplemen,
leishmania memicu penghancuran sel oleh sistem imun melalui membrane
attack complex.
Sumber: Mikrobiologi Jawetz & slide.
Ada juga mikoorganisnme (MO) yang disebut zoonoses MO yang bisa menyerang
manusia dan hewan:
Vector: malaria, demam berdarah dll
Veterbra reservoir: MO ini harusnya menyerang spesies lain, tapi manusia bisa
jadi reservoir
Vector-Veterbrae reservoir: Aritnya penyakit ini punya vektor, tapi bisa juga
serang manusi. Ex: demam kuning, trypanosoma
Tentir II Penginderaan 96
SAP FKUI 2010
Hei bukan cuman majalah GAHOOLZ saja yang berbonus, tentir kali ini juga ada
bonusnya… BERUPA catetan pleno indaaah dari kel 10-18. Nah yang kel 1-9
ditunggu ya bonusnya di edisi kedua tentir suma 1 ini… SEMANGAAT
PLENO 1. Seorang Anak Laki-laki dengan Bersin dan Pilek
Haaiii mentemen, berhubung ini adalah catatan selama pleno, sangat
direkomendasikan untuk tidak langsung menerima TANPA memastikan
kebenaran isinya. Emang sih penjelasannya dari narasumber pleno, tapi
alangkah baiknya tetap dipastikan dahulu kebenarannya hehehe. Happy
reading guys
Faktor genetik udah jelas berkontribusi pada terjadinya ALERGI, tetapi
kemunculannya harus tetap didukung dengan adanya PEMICU DARI
LINGKUNGAN. Istilahnya sih kalo kita tingkat 1, genetik itu ya genotipenya,
kontribusi dari lingkungan adalah yang menentukan alergi (fenotipe) ini
bakal muncul atau tidak
Atopi: pengaruh genetik yang menyebabkan seseorang lebih rentan
terhadap alergi. Waktu pleno, disebutkan HARUS banget bisa bedain iritasi
dengan atopi ya mentemen. Iritasi ini menimbulkan manifestasi pada orang
banyak (baik punya ataupun ga punya gen yg berkaitan sm alergi). Atopi
hanya menimbulkan manifestasi pada orang-orang tertentu yg secara
genetik punya gen yg berkaitan sama alergi
Nah, sempat ada pertanyaan dari narasumber waktu pleno,” Kenapa kalo
orang alergi makanan, alerginya muncul waktu makan tapi kadang ga
muncul waktu diperiksa pake skin prick test?”
Jawab: soalnya meskipun sama2 dari satu jenis makanan tertentu, end
product-nya bisa aja beda. Hah? ga paham. Mksdnya gini, kalo kita makan,
pasti kan makanannya dicerna jadi bentuk lain, habis itu mungkin kalo
orgnya alergi ya muncullah gejala alergi ntah gatal, ntah diare, tapi kalo
Tentir II Penginderaan 97
SAP FKUI 2010
waktu diperiksa pake skin prick test, lah itukan ug disuntikkan ke kulit bisa
aja produknya beda dengan yg udh masuk ke usus, jadii bisa aja jadi ga
muncul respon alerginya
Sempet disinngung mengenai M cell waktu pleno. Apa ini? Katanya sih M
cell merupakan salah satu yg melindungi mukosa usus. Pada saat M cell ini
rusak (salah satunya ditandai dengan tight junction yang rusak), bisa terjadi
infeksi. Mikroorganisme bisa melewati tight junction dan buat masalah di
sana
Desensitisasi *yang heboh dibahas waktu pleno* Apa sih ini? Suatu bentuk
imunoterapi dimana seseorang yg alergi sesuatu diberikan alergen sedikit
demi sedikit. Tujuannya apa? Misalnya pemberian pertama, orgnya alergi,
berarti akan dihasilka IgE. Habis itu diberikan lagi sedikit alergen, terus
dihasilkan lagi IgE. Lama kelamaan, IgE bakal berakumulasi dan Fab-nya
bakal ketutup. Kalo Fab IgE ketutup yo wis lah, IgE ga bs mengikat alergen
ga bisa membentuk cross link tidak terjadi degranulasi sel
masthipersensitivitas teratasi
Pertanyaan lain yg juga hits wkt pleno,”Kenapa ibu sm anak dalam pemicu
sama2 alergi tapi manifestasinya beda?”
Jawab: kalo sepanjang diskusi pleno, mentemen kt yg luar biasa sempat
nyebutin karena:
a. Predisposisi lokasi alergi itu emang lebih banyak di tempat2 tertentu
(mis: SSP dan dinding pembuluh darah)
b. Sifat alergen; misalnya si ibu dalam pemicu, kenapa manifestasi alerginya
gatal2 dan bukannya diare? ._. soalnya ada suatu protein pada udang yg
terglikosilasi. Protein yg terglikosilasi ini terlindung dr pencernaan
proteolitik di usus, akibatnya dy bakal masuk ke sirkulasi sistemik
menimbulkan respon alergi di kulit yg salah satunya ditandai dengan
gatal2
c. Nah, kalo yg ini sih dari narasumber pleno. Katanya di konferensi
internasional sendiri, hal ini masih belum terpecahkan ._. nah lho. Tapi
beliau menyebutkan, hipotesis yg sekarang lg berkembang itu adalah
switching inflammatory tissue (a.k.a tergantung dimana respon alerginya
Tentir II Penginderaan 98
SAP FKUI 2010
terdeposisi), dan di konferensi internasional itu disebutin, mungkin ada
kaitannya sama IL-17 tapi belum tau mekanismenya gimana
Pertanyaan lain dari narasumber,”Kenapa respon alergi itu muncul waktu
anak2 terus hilang waktu udh dewasa, habis itu waktu udh tua muncul lg?”
Jawab: Kalo yg waktu anak2 sih karena imunitasnya belum matur, sehingga
responnya bisa abnormal gitu. Waktu udh dewasa, dengan imunitas yg
matur ditambah dengan avoidance tentunya alergi ga muncul. Waktu udh
tua, respon imun menurus sehingga akibatnya muncul kembali respon alergi
ini. Huft -__-
Kenapa NSAID ga diberikan untuk mengatasi alergi?
Jawab: coba kita cek gambar berikut yak mentemen
Masih ingat NSAID bekerja dengan cara apa? Yepp, bener banget sebagai
INHIBITOR SIKLOOKSIGENASE. Kalo NSAID diberikan buat alergi, iya sih
siklooksigenase dihambat, dan produksi mediator radang berkurang, terus
kenapa ga diberikan? soalnya kalo diberikan inhibitor siklooksigenase, akan
terjadi pengalihan jalur dari siklooksigenase ke jalur 5-lipooksigenase.
Pengalihan ke jalur ini menyebabkan produksi leukotrien meningkat tajam
dan kata narasumber pleno sih leukotrien ini lebih poten dari histamin
Tentir II Penginderaan 99
SAP FKUI 2010
dalam menimbulkan respon alergi ini makanya NSAID tidak diberikan buat
alergi.
Terus kalo kortikosteroid kenapa boleh diberikan? Kalo kortikosteroid ini
menghambat produksi mediator radang di tahap fosfolipase A2. Jadi kalo
fosfolipase A2 dihambat, asam arakidonat tidak terbentuk histamin,
leukotrien dan mediator radang lain tidak terbentuk makanya bisa diberikan.
Unhygiene theory: sebenernya sih ga tau isi lengkap teori ini apa, tapi teori
ini mrpkn salah satu teori yg *katanya* menjelaskan kenapa anak2 yg
terpapar sm lingkungan yang agak kotor, biasanya ga alergi. Hah? ga paham,
intinya kalo seorang anak sejak kecil udh terpapar sm lingkungan yg agak
kotor (banyak mikroba), sistem imun bakal lebih sibuk ngurusin
kemungkinan infeksi mikroba (diperantarai sama Th1 Th1 jadi lebih
banyak), ga rempong ngurusin alergen sehingga ga alergi
Hygiene theory: kebalikan sm teori sebelumnya, kalo anak2dr kecil udh
tinggal di lingkungan yg terlalu bersih, akibatnya sel Th2 (yg banyak
urusannya sala alergi) bakalan lebih aktif, makanya anaknya lebih mungkin
mengalami alergi gituu ._.
Hygiene dan Unhygiene theory ini didukung sama data epidemiologi
mentemen, di negara2 maju yg kebersihannya oke banget, terbukti
prevalensi alergi (asma, rhinitis alergi dan alergi lain) lebih banyak daripada
di negara2 berkembang yg kebersihannya kurang oke. Intinya sih,
keseimbangan antara Th1 dan Th2 sih. Jangan kurang, jangan kelebihan juga
hehehe
Nedokromil: obat yang oke buat profilaksis dan pencegahan serangan alergi
doang, tapi ga bisa buat terapi. Harganya MAHAL!! bisa buat apa nih? sesuai
namanya, buat profilaksis, esp kalo emang ada rencana bakal terpapar sama
alergen ._. dipake sekitar 1 – 2 minggu sebelum terpapar sm alergen buat
mencegah serangan
Tentir II Penginderaan 100
SAP FKUI 2010
Yap, ini pertanyaan lain di pleno,”.......” lupa pertanyaannya hahaha. Intinya
narasumber sempet ngejelasin soal seleksi positif dan seleksi negatif.
Maksudnya?
a. Seleksi positif: sel T menjalani seleksi dimana sel T yg lulus hanyalah sel T
yg dapat mengenali MHC I dan II dari tubuh pejamu
b. Seleksi negatif: sel T yg udah lulus seleksi positif harus ikut seleksi tahap
2: seleksi negatif. Sel T di sini baru bisa lulus kalo tidak bereaksi terhadap
self-antigen
Terus kalo sel T lulus dan ga lulus signifikansinya apa? Sel T yg lulus adl sel T
yg boleh dilepaskan bertugas sebagai bagian dr respon imun *kulepas dikau
pahlawan, kurelakan dikau berjuang :”)
terus kalo ga lulus? remed? Ya kali mentemen, emangnya sekolahan. Kalo ga
lulus, maaf ya kamu belum lulus sel T, kamu apoptosis aja yah, kasian sama
jaringan lain. Kalo kamu menghasilkan respon imun ke self antigen, ntar
gimana pejamu yg kamu huni? *pukpuk sel T yg ga lulus
Sedikit mengenai pemeriksaan lab. Udah jelas ya kalo curiga alergi, cek
eosinofil sama IgE total. Kalo keduanya meningkat, curiga hipersensitivitas 1
banget nih. Terus kalo udh tau pasien hipersensitivitas tipe 1, kita harus cari
tau etiologinya. Gold standard sih pake skin prick test tapi kasian pasien kita
bentol2 gitu tangannya, makanya biasanya pake pemeriksaan IgE spesifik.
Caranya? intinya pemeriksaan darah di lab, langsung ketahuan pasiennya
alergi apa
Oh iya, kalo buat skin prick test itu hasilnya harus dibaca dalam waktu 3 jam
yak. Kenapa? yepp bener bgt mentemen, soalnya kalo emang
hipersensitivitas 1, responnya kan munculnya cepet. Kalo manifestasi
bentol2nya baru keliatan lama (mis: setelah 3 hari), mungkin sih
hipersensitivitas tipe 4.
Yap mentemen, selesai sudah tentir pleno 1 ini. Seperti pesan di awal, jangan
langsung diterima gitu aja ya isinya soalnya kan ini pleno dan sangat rentan ada
skip dll, apalagi penulis juga bisa aja salah2 menafsirkan isi penjelasannya.
Akhir kata, penulis pamit diri dulu, semoga berguna isinya