Tentir 1B

download Tentir 1B

of 64

Transcript of Tentir 1B

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    1/64

    SAP TENTIR FKUI 2 1

    Tentir I-B Modul Infeksi-Imunologi

    Krisna. Andika. Angga. Damar P. David. Fauzan.

    Gaby. Harsya. Nindy. Prilly. Rissa. There. Vania. Widia. Damar U.

    Tasha. Karina W. Nada. Febri. Wanda. Sahar. Caka. Yusra.Lusi. Aga.

    Joseph. Yohanes. Melody. Gadis. Olin. Moses. Niken

    Layout by Muthia.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    2/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi2

    SAP FKUI 2010

    Daftar Isi

    .................................................................................................. 3

    ............................................................................... 12

    ......................................................................................................... 23

    ..................................................... 31

    ............................................................................................. 50

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    3/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi3

    SAP FKUI 2010

    Demam merupakan keluhan pada anak yang

    paling sering dilaporkan orang tua.

    Manifestasi klinis demam pada anak

    berbeda-beda. Ada anak yang kalo demam

    biasa aja, masih bisa lari-larian, tapi ada juga

    anak yang gara-gara demam jadi ngga aktif loncat sana, loncat sini lagi.

    Biasanya anak akan mulai lesu kalo suhu tubuhnya udh lebih dari 380.

    Sebenernya kan demam cuma gejala, jadi kalo mau nanganin demam,

    sebaiknya hilangkan saja penyebab demamnya, misalnya dengan antibiotik.

    Tapi kalo demamnya mengganggu aktivitasatau orang tuanya cemaskarenaanaknya demam atau udah ada komplikasi, baru deh dikasih tuh obat penurun

    suhu/panas. Nah yang jadi masalah itu kalo ada demamnya, tapi ga ditemukan

    penyebabnya. Hayoloh

    Di kuliah ini sedikit dijelasin ttg patogenesis demam. Jadi demam itu adalah

    peningkatan suhu tubuh diatas normal sebagai respons di pusat pengaturan

    suhu terhadap kondisi patologis tubuh.

    Suhu dimana pasien dikatakan demam, berbeda-beda tergantung lokasi

    pengukurannya :

    Rektal* 380C Aksila 37,4

    0C

    Oral/mulut 37,60C Membran timpani** 37,6

    0C

    *pengukuran suhu rektal tidak disarankan bagi non petugas kesehatan

    **diukur menggunakan sinyal dari transducer dimana sinyal harus diarahkan

    tegak lurus (900) ketika melewati membran timpani. Ribet banget ya? Makanya

    ga disarankan untuk dipakai karena selain ribet, telinga anak kecil juga kecil -,-

    Demam itu merupakan gejala fisiologis, yang bagus buat nandain tubuh kita

    lagi berperang melawan kuman-kuman atau pirogen (sebutan buat penyebab

    demam). Ketika pirogen masuk, tubuh ingin meningkatkan suhu tubuh agar

    reaksi biokimia untuk menetralisir pirogen bisa terjadi. Nih ada gambar tentang

    Definisi

    anak = sampai usia 18 thnneonatus = < 30 hari

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    4/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi4

    SAP FKUI 2010

    patogenesis demam dari slide yang bagus banget buat ngejelasin

    patogenesisnya

    Demam dibagi menjadi 3 tahapan yaitu tahapprodome, chill,danflush

    Intinya baik pirogen eksogen maupun endogendapat menyebabkan terjadinya

    inflamasi, dimana pada keadaan inflamasi akan terjadi peningkatan

    prostaglandin E2 (PGE2). Nah peningkatan PGE2 ini terdeteksi si pusat

    termoregulator di hipotalamus sehingga meningkatkan set point suhu tubuh.

    Peningkatan set point suhu tubuh ini akan menimbulkan berbagai respons.

    Respons fase akutnya yaitu peningkatan CRP (C-reactive protein), fibrinogen,

    dan feritin, penurunan albumin, dan peningkatan circulating-netrofil.

    Respons demamnya (febrile respons) akan terjadi peningkatan temperatur,

    perubahan dalam sistem imunitas tubuh (peningkatan proliferasi sel B), sistem

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    5/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi5

    SAP FKUI 2010

    endokrin (misalnya: peningkatan kadar katekolamin), dan efek fisiologis (cth:

    vasokonstriksi).

    Berdasarkan bagan diatas, selama fase-fase demam, akan terjadi keadaan

    dimana suhu tubuh dibawah set poin, karena prostaglandin E2 barudikeluarkan, dan tubuh belum bisa catch up. Cara untuk meningkatkan suhu

    tubu yaa dengan menggigil, meningkatkan metabolisme sel, dan

    vasokonstriksi. Akibat proses pengumpulan dan konservasi panas tubuh

    tersebut, sampailah suhu tubuh sama kaya set pointnya hipotalamus. Nah

    karena adanya resolusi dari proses inflamasi atau dikeluarkannya antipiretik

    dari dalam tubuh, maka set point suhu tubuh akan berkurang . jadilah suhu

    tubuh kita diatas set point.

    Untuk mengurangi suhu tubuh, maka dilakukan beberapa mekanisme, yaitu

    dengan berkeringat dan vasodilatasi. Abis itu sama deh suhu tubuh dengan set

    pointnya. Jadi kalo ketemu ibu-ibu yang takut karena anaknya demam, bialngin

    aja kalo demam bisa turun sendiri sebenernya *berdasarkan fase-fase diatas.

    Dan sebagai tambahan kasitau aja kalo demam itu gaakan bikin anaknya

    meninggal, tapi penyebab demam yang tetap ada didalam tubuh yang mungkin

    bisa bikin anak meninggal.

    Masuk ke klasifikasi demam. demam diklasifikasi menjadi 3 kelas, yaitu :

    1.

    Demam dengan tanda lokal. Fever with Localizing Signs(FWLS)ini

    merupakan kasus terbanyak, yaitu sekitar 75%. Penyebab terseringnya

    infeksi traktus urinarius (UTI) dimana durasinya biasanya < 1 minggu.

    2. Demam tanpa tanda lokal. Fever without Localizing Signs(FWOLS)

    biasanya disebabkan karena infeksi virus atau bisa juga infeksi traktusurinarius. Durasinya sama kaya FWLS biasanya < 1 minggu.

    3.

    Demam yang belum diketahui penyebabnya. Pyrexia/ Fever of Unknown

    Origin(PUO/ FUO) ini bareng sama FWLS menyebabkan sekitar 25%

    demam. biasanya demam yang lebih dari 1 minggu, dimana penyebab

    terseringnya adalah infeksi atau bisa juga juvenile idiopathic artritis (JIA)

    Di slide ada tabel tentang semua penyebab demam berdasarkan ketigaklasifikasi demam ini. Kalo mau liat, sambil dibuka aja ya slidenyaa

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    6/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi6

    SAP FKUI 2010

    Pas kuliah dokternya menjelaskan tentang beberapa hal terkait penyebab

    demam:

    Salah satu penyebab FWOLS adalah infeksi human herpes-6 (HH-6)

    dimana biasanya demam akan turun pada hari keempat, baru setelah ituruam merah/rush akan terlihat dikulit.

    Penyebab lain FWOLS yaitu Infeksi Malaria harus menjadi DD apabila

    pasien pernah terpajan ke daeran endemik malaria. Contoh daerahnya

    di Jakarta yaitu kepulauan seribu

    Penyebab lain FWOLS yaitu post-vaksinasi, misalnya vaksin DPT dan

    campak. Demam akibat vaksin DPT akan timbul 1 hari setelah divaksin,

    sedangkan pada campak 5-7 hari setelah vaksin dan demam tidak terlalu

    tinggi.

    Pada FUO, salah satu penyebabnya adalah SLE, biasanya pada anak

    perempuan dengan hasil lab menunjukan hematuria.

    Adalagi nih yang namanya serious bacterial illness(SBI), yaitu invasi dari

    bakteri ke tubuh anak yang menyebabkan meningitis, bakteremia/sepsis,

    enteritis, pneumonia, perikarditis, osteomielitis, artritis septik, dan selulitis.

    Bakteri penyebabnya yaitu :

    S. Pneumonia

    N. Meningitidis

    H. Influenza tipe B

    L. Monositogenesis

    E. Coli

    Selanjutnya adalah guideline mengenai demam pada anak usia lebih dari 3

    tahun yang tidak ditemukan sumber asal demamnya dari mana. Pas kuliah

    dokternya sih membacakan guideline ini, jadi yaaa diafalin juga boleh deh biar

    aman.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    7/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi7

    SAP FKUI 2010

    Masuk deh kita ke subbab yang sesuai dengan judul kuliahnya, yaitu

    MANAJEMEN DEMAM

    Demam yang berbahaya misalnya yang

    berhubungan dengansistemneurologi

    (misalnya: dibarengi dengan penurunan

    kesadaran) dan sistem kardio&respi

    (dibarengi dengan berdebar-debar).

    Untuk tatalaksana demam, dapat

    menggunakan antipiretik seperti

    parasetamol dan ibuprofen (cara kerja: cek tentir farmako). Antipiretik hanya

    diberikan supaya anak merasa nyaman dan orang tua merasa tenang.

    Parasetamol dan ibuprofen tidak boleh diberikan lebih dari 48 jam.

    FYI, suhu tubuh manusia itu

    berfluktuasi secara fisiologis.

    Dimana suhu terendah

    dicapai pada jam 5 pagi dan 5

    sore lho

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    8/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi8

    SAP FKUI 2010

    Ibuprofen tidak direkomendasikan untuk bayi dibawah 6 bulan, dan tambahan

    dari dokternya pas kuliah ibuprofen juga tidak digunakan pada anak yang

    menderita dengue karena dapat meningkatkan sekresi asam lambung serta

    menurunkan trombosit. Dokternya juga bilang PCT dipake kalo suhu > 380C

    akan bekerja menurunkan panas selama 4 jam sedangkan ibuprofen dipake

    kalo >390C dan akan bekerja menurunkan panas selama 6 jam.

    terus abis 4 dan 6 jam gimana? Yah kalo penyebab demamnya belum

    dieradikasi, pasti suhu tubuh sianak akan meningkat lagi setelah 4 atau 6 jam.

    obat-obat antipiretik ini juga hanya dapat menurunkan suhu tubuh sekitar 10C

    saja.

    Syarat antipiretik yang ideal, yaitu:

    Cepat dan efektifdalam menurunkan suhu tubuh

    Berada dalam bentuk oral dan sediaan supositoria(lewat anus). Obat

    supositoria ini tidak rutin digunakan dan TIDAK memiliki efek yang lebih

    cepat. Namun obat ini bakalan berguna kalo anaknya ga bisa minum

    oral, misalnya lagi muntah-muntah,dll.

    Efek samping dan efek toksikyang lemah

    Interaksi dengan obat lain rendah dan kontraindikasijarang terjadi.

    Aman dan murah

    Selain antipiretik, metode fisik yang dapat digunakan untuk mengurangi

    temperatur tubuh yaitu bed rest dan external cooling. External cooling

    (kompres) yang bener itu dilakukan bila temperatur tubuh sedah mencapai 400

    atau lebih, menggunakan air hangat 300, 1 jam setelah pemberian antipiretik,

    selama 30 menit.

    Kenapa ga dengan air dingin? Karena takutnya ketika suhu dingin dari kompres

    mendinginkan tubuh, set point akan merasa bahwa suhu tubuh sudah turun,

    akhirnya proses penurunan panas yang alami akan terhambat, malah ga turun-

    turun. Dokternya pas kuliah juga bilang kalo sebenernya penelitian

    menunjukan proses penurunan suhu pada demam akan sama aja antara pake

    kompres atau tidak. Nah ada juga yang bilang kompres alkohol kan? lebih ga

    boleh lagi, jadi si alkohol itu kan nyerep panas nah nanti set point malah makin

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    9/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi9

    SAP FKUI 2010

    jauh deh bedanyatambah panas lah anakanya, udah gitu nguap kan

    alkoholnya, nanti anaknya jadi fly2 gimana gitu. Nah loh, jadi dipake ga nih? -,-

    Ga semua demam dikasih antibiotik. Indikasi pemberian antibiotik pada anak

    yaitu kalo:

    1. Adanya fokus infeksi yang mengindikasikan penyakit pada anak

    disebabkan bakteri

    2. Neonatus dan anak yang terlihat sakit

    3. Demam lebih dari 400C pada anak < 36 bulan, tanpa adanya fokus infeksi

    4.

    Anak tanpa fokus infeksi, tapi hasil tes skrining yang abnormal

    Pemberian antibiotiknya tergantung derajat keparahan penyakitnya, status

    imunisasi, epidemiologi dan organisme yang endemik didaerah tsb.

    Ini nih tabel pilihan antibiotik yang biasa digunakan

    Manajemen buat anak kan udah, tapi orang tua awam pasti ketakutan nih liat

    anak yang demam tinggi. Jadi ada beberapa saran yang perlu disampaikan

    dokternya :

    AGE ANTIBIOTICS DOSE mg/kg BW

    0-3 mos Amox/Ampicillin

    Plus

    Gentamicin

    50

    7,5

    IV/6 hourly

    IV /daily

    4 mos4

    yrs

    Benzylpenicillin

    OR

    Ceftriaxone

    30/50.000U

    50

    IV/6 hourly

    IV/IM daily

    Over 4 yrs The COMBINATION OF

    Benzylpenicilin PLUS

    Di/Flucl/Nafcillin

    OR as A SINGLE AGENT

    Cefotaxim OR

    Ceftriaxon

    30/50.000U

    50

    50

    50

    IV/6 hourly

    IV/6 houly

    IV/8 hourly

    IV/IM daily

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    10/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi10

    SAP FKUI 2010

    1.

    Demam sedang atau ringan itu merupakan tanda proses imun. Berarti

    demam merupakan pertanda baik utk perlawanan terhadap kuman

    2. Orang tua harus lebih memperhatikan interaksi anak dengan

    lingkungannya

    3. Untuk mencegah dehidrasidiperlukan pemberian air yang sedikit tapi

    sering (small frequent drink)

    4. Untuk mengurangi rasa gelisah dan tidak nyaman si anak dapat diberikan

    antipiretik

    5. Jangan membungkus anak terlalu berlebihan pas demam. cukup pake

    selimut tipisaja pas demam/menggigil.

    Terdapat beberapa keadaan yang mengindikasikan pasien harus dirawat di RS

    yaitu :

    1. Neonatus < 28 hari dimana dari urinalisis menunjukan infeksi traktus

    urinarius (UTI)

    2. Terlihat keracunan = riwayat FUO (apaan tuh? Cek diatas kalo lupa)

    dan demam yang lama (brp lama hayo? Cek diatas kalo lupa). Tambahan

    dari dokternya, anak yang keracunan biasanya terlihat lemah, letih,lesu,

    tidur terus dan warna kulitnya akan pucat kebiruan..wew

    3.

    Suspek SBI = ditandai dengan takipneu, mendengkur, kemerahan, sakit

    kepala, muntah.

    4. Adanya petekiae = bayi dengan demam lebih dari 400C tanpa diketahui

    penyebabnya

    5. Anak yang kejang demam untuk pertama kalinya

    6. Anak dengan sel darah putih lebih dari 20.000 dengan CRP yang tinggi =

    biasanya pada anak dengan diare berdarah, tegang abdomen

    (tenderness), ngantuk terus.

    Ternyata untuk mengetahui seorang anak usia 0-36 bulan mengalami

    toksikemia atau tidak, ada tanda-tanda yang bisa dilihat nih :

    A : Arousal, Alertness, Activityintinya anaknya jadi letih,lemah,lesu,dan

    tidak responsif deh

    B : breathing difficultiessulit bernafas

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    11/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi11

    SAP FKUI 2010

    C: Color dan atau Circulation dan atau Crywarna kulit yang memucat

    kebiruan

    D : Decreased fluid intake, dicek nya paling gampang dengan urine output. Jadi

    pas kuliah dokternya bilang kalo volume lambung anak ukurannya sekitar 180-200 cc (sekitar 1 gelas air). Nah untuk mengecek apakah anak ini asupan

    cairannya kurang atau engga, caranya dengan cek urinnya. Anak normal

    biasanya pipis setiap 4-6 jam sekali. Kalo lebih lama dari itu, mengindikasikan

    kemungkinan asupan cairan yang kurang adekuat menyebabkan anak

    mengalami dehidrasi.

    *Jika seorang anak punya lebih dari 1 tanda diantara ABCD ini, menandakan

    anak tersebut memiliki faktor resiko untuk penyakit yang lebih serius.

    Kalo ABCD kan tanda toksikemia buat anak 0-36 bulan, kalo tanda untuk anak

    (kayanya maksutnya anak diatas usia 36 bulan) yang mengalami toksikemia

    yaitu : ngantuk, letargi, iritabel, pucat, takikardi)

    Jadi direview yaa, manajemen untuk anak demam yaitu dengan pemberian

    antipiretik, external cooling / kompres, dan menangani fever-phobia pada

    orang tuanya dengan cara edukasi dll, serta pemberian antibiotik jika ada

    indikasinya ya!

    Terakhir banget nih, jadi ada algoritma untuk manajemen anak demam usia < 3

    tahun. Tapi kalo di copy ke word tulisannya jadi gajelas. Tolong dibaca yaa di

    slide ke-24. Makasih

    Sumber : slide kuliah dan perkataan dosen pas kuliah.

    Makasih sudah baca tentirnyaa, tunggu aku dimodul selanjutnya yaa,

    insyaAllah ;)

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    12/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi12

    SAP FKUI 2010

    Secara umum, kuliah ini menceritakan tentang adanya potensi infeksi yang

    didapat seseorang dari fasilitas kesehatan. Yang menjadi korban bukan hanya

    pasien, tetapi petugas kesehatan dan pengunjung juga tidak kalah besar

    potensinya untuk tertular infeksi. Oleh karena itu, penting bagi kita para calon

    petugas kesehatan untuk mengetahui bagaimana langkah yang tepat untuk

    mencegahnya.

    Infeksi selalu memerlukan suatu rantai kejadian. Tugas kita sebagai dokter

    adalah mengenali dan memutuskan rantai infeksi tersebut untuk mencegah

    berlanjutnya infeksi. Secara umum rantai tersebut terdiri dari agen penyebab,

    reservoir, portal exit, environmental survival, mekanisme penularan, portal

    masuk, dosis inokulasi, host mendukung infeksi.

    Sumber dari agen penyebab bisa berupa manusia (pasien, petugas,

    pengunjung), hewan, dan arthropoda (serangga) atau dari lingkungan. Untuk

    penyebaran di fasilitas kesehatan yang paling harus diperhatikan adalah

    penyebaran antar manusia yaitu pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan

    yang membentuk suatu lingkaran setan penularan. Penularan di fasilitas

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    13/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi13

    SAP FKUI 2010

    kesehatan paling tinggi insidensi nya di dalam ruang ICU. Walau notabene

    harusnya yang paling steril, ternyata Hal inin terjadi akibat kondisi pasien yang

    lemah, banyaknya petugas kesehatan yang keluar masuk, dan penggunaan

    alat-alat intratubuh, juga tindakannya yang lebih radikal (gampang tusuk

    atua pake alat tertentu, atau antibiotic yang poten2)

    Health care associated infection (HAI)

    Adalah suatu kondisi dengan efek lokal ataupun sistemik yang disebabkan

    oleh adanya agen penginfeksi atau toksinnya yang tidak ditemukan indikasi

    bahwa faktor penyebab tersebut sudah ada sebelum administrasi pasien ke

    fasilitas kesehatan. Data untuk membuktikannya dapat diambil dari rekam

    medismaupun observasi langsung.

    Beberapa hal yang harus diperhatikan dari definisi tersebut:

    Infeksi yang didapat oleh bayi saat dilahirkan (saat melewati jalan lahir,

    ex: Neonatarum opthalmica akbiat N. Gonorhea) termasuk dalam HAI

    Infeksi transplasental tidak termasuk dalam HAI (HSV, toxo, rubella,

    CMV, sifiis) yang nyata kurang dari 48 jam setelah kelahiran

    Infeksi yang merupakan ekstensi atau komplikasi dari pathogen yang

    udah ada saat pertama kali dirawat. Kecuali klinisnya bener3 beda dan

    benar benar menggambarkan adanya infeksi baru

    Infeksi yang merupakan reaktivasi infeksi lampau juga tidak termasuk

    HAI (herpes zoster, simpleks, TBC, sifilis)

    Nah udah tau kan definisi HAI, sekarang definisi infeksi apa hayo? Adalah suatu

    kondisi dengan efek lokal ataupun sistemik yang disebabkan oleh adanya

    agen penginfeksi atau toksinnya.

    Bedain ya sama kolonisasi dan inflamasi:

    Kolonisasi: keberadaan mikroba pada kulit/membran mukosa pada luka

    terbuka/sekret maupun ekskret yang tidak menunjukkan gejala klinis atau efek

    negatif pada pejamunya.

    Inflamasi: respon lokal atas jejas (bisa infeksi bisa bukan misalnya zat kimia

    atau keganasan)

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    14/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi14

    SAP FKUI 2010

    Untuk HAI ternyata ada daerah tubuh predileksinyaloh :

    1. UTIakibat kateter urine dan prosedur invasif lain

    2. LRTI (lower respiratory tract)penggunaan ventilator, aspirasi, NGT

    3.

    Luka bedahtangan dokter jorok (yang suka ngupil jgn jadi dokter

    bedah donk :)), antibiotik profilaksis kurang, metode bedah salah,

    penanganan luka kurang baik

    4. Sepsis (BSI) Blood systemic infectioninfus, ICU, neonatus

    HAI dan resistensi antibiotik ternyata erat kaitannya dengan manajemen

    fasilitas kesehatan yang buruk makanya wajib bagi fasilitas kesehatan untuk

    mengontrol HAIdan juga penggunaan antibiotik.

    Dirty hands, human cost

    HAI secara garis besar akan berefek pada:

    Sakit tambah parah (yaiya donk)

    Dirawatnya tambah lama (you dont say?)

    Disabilitas jangka panjang (komplikasinya gitu)

    Mortalitas meningkat (infeksi bisa bahaya kalau tidak cepat ditangani)

    Beban ekonomi (mahal kan biaya nginep di RS masih murahan hotel

    melati)

    Nah untuk mengontrol infeksiternyata udah ada programnya:

    1.

    Praktik pengendalian infeksi dasar : pencegahan infeksi standar dan

    adisional (apd, handrub)

    2.

    Edukasi dan training petugas kesehatan

    3. Proteksi petugas kesehatan (maksudnya lebih ke imunisasi)

    4. Identifikasi bahaya dan penanggulangannya

    5. Protokol praktik kedokteran seperti teknik asepsis, alat sekali pakai,

    aturan pemakaian alat berulang, penggunaan antibiotik, manajemen

    cairan tubuh termasuk darah, dan penanganan sampah medis yang jelas.

    6.

    Manajemen lingkungan rumah sakit (makanan, korden, sprei, bantal,

    sampah, hama,)

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    15/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi15

    SAP FKUI 2010

    Komite: Sebuah forum untuk pertukaran informasi dan koordinasi multidisiplin. Termasuk

    management, dokter, mikrobiologi klinis, farmasi, servis steril, housekeeping dll.

    Tugasnya ngapain mereka?:

    Untuk menyetujui dan evaluasi dari program pencegahan

    Evaluarsi data epidemiologi dan cari lokasi mana yang perlu di interfensi

    Untuk memperbaiki pelayanan di segala tingkat

    Untuk memastikan dan melakukan training pegawai dalam kontrol infeksi seperti

    management keamanan, APD dll

    Team: Bertanggung jawab dalam pelaksanan sehari hari kontrol infeksi. Anggotanya minimak

    adalah praktisi kontrol infeksi yang telah menjalani pelatihan.

    Tugasnya apa aja dong ah kakak?

    Membentuk dan melakukan kebijakan kontrol infeksi

    Monitor dan manage dari kejadian

    Mengkoordinasikan dan melakukan training

    7.

    Pengawasan (maksudnya semua program diawasi pelaksanaannya biar

    ga sia-sia)

    8. Monitoring insiden (untuk tolak ukur dan evaluasi)

    9. Outbreak investigation (misalkan terjadi outbreak langsung dicari tahu

    akar permasalahannya)

    10.Kontrol infeksi khusus (misal pasien TB, HIV, dll)

    11.Riset (senantiasa mencari metode yang lebih baik :D)

    Sekarang siap-siap nih para calon admin RS, admin RS sudah seharusnya

    melakukan pembentukan komite pengendali infeksi (HICC)yang kemudian

    mendelegasikan tim pengendali infeksiserta memfasilitasi jalannya

    pengendalian infeksi(duit lagi duit lagi). Selain itu, pihak RS juga harusmemanajemen lingkungan RS. Dan mengontrol penggunaan antibiotik.

    Mengenai komite pengendalian infeksi dan tim pengendalian infeksi bisa

    dibaca di slide ya lengkapnya, intinya komite itu sifatnya konseptor sedangkan

    tim itu sebagai eksekutor.

    Praktik pengendalian infeksi dasar

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    16/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi16

    SAP FKUI 2010

    1. TINDAKAN PENCEGAHAN STANDAR (harus dilakukan pada semua

    kondisi, tanpa peduli diagnosis dan status infeksi)

    - Cuci tangan dan tindakan asepsis

    Tangan petugas kesehatan merupakan kendaraan utama dalam

    penyebaran HAI. Mencuci tangan penting untuk mencegah

    penularan dari pasien ke pasien maupaun dari pasien ke dokternya

    (pas makan misalnya).

    Makanya cuci tangan ini harus dilakukan sama seluru pekerja,

    perawat dan orang yang berhubungan sama perawatan pasien. Balik

    lagi fungsinya 2: Melindungi pasien (baik dari bakteri dari care giver

    atau bakteri dari kulit mereka sendiri), melindung diri sendiri.

    Menurut slide ada 5 waktu cuci tangan (kaya shalat aja ). Ini dia cucitangan 5 waktu:

    Nah satu masalah paling besar dari kebijakan cuci tangan adalah:

    petugas kesehatan tidak patuh. Dan tau ga yang paling gak patuh dari

    kelompok apa? Yap dokter!!! Malu ga sih hayo? Kalau tangan kita

    kotor kita bakal jadi vektor bagi mikroba (ga ada bedanya deh sama

    tikus, lalat, dan nyamuk).

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    17/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi17

    SAP FKUI 2010

    Ada macam macamcuci tangan:

    Handrubbing: Dengan pembersih basis alkohol. Lebih sering dipilih kalo tangannya ga keliatan kotor. Kira kira

    20-30 s

    Handwashing: Dengan sabun dan air, terutama saat benar benar keliatan kotor, paparan terhadap cairan tubuh

    atau kemungkinan paparan ke organisme penghasil spora dan saat terjadi outbreak. 40-60s (15 s sabun).

    Biasanya terbatas sampai pergelangan tangan aja

    Hand antisepsis/ dekontaminasi: menghilangkan dan menghancurkan MO. Caranya cuci tangan biasa (kalo bisa

    pake sabun antimikroba, terus dekontaminasi dengan alcohol based hand gel selama 15-30s. Ini cocok untuk

    tangan yang tidak banyak kontaminasi protein dan lemak. Oh iya, ini pake handruba ya, bukan dicelupin ke bak

    Antiseptik (malah dilarang) Surgical hand antisepsis: Cuci tangannya sampe lengan bawah, 2-3menit. Keringkan dengan handuk steril

    Dari fasilitas kesehatan juga harus menyediakan tempat cuci tangan

    dan juga tempat mengeringkan tangan. Ga lucu kan kalo diwajibkan

    cuci tangan 5 waktu tapi ga dikasi tempatnya.

    Zat antiseptik untuk cuci tangan:

    2%-4% chlorhexidine

    5%-7.5% povidone iodine

    1% triclosan, or

    70% alcoholic hand rubs.

    Waterless, alcohol-based hand rubs: with antiseptic and emollient

    gel and alcohol swabs, which can be applied to clean hands. SabunAda yang biasa, ada yang antimikroba

    o Dalam bentuk batangpotong kecil kecil jangan sampai

    terendam air

    o

    Dalam bentuk caircuci bersih botol bagian luar, jangan di

    refiil

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    18/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi18

    SAP FKUI 2010

    Kalo cara cuci tangan tau dong yaa.. ;), Eits tapi ternyata ada persiapannya looh apa aja tuh?

    Lepas semua perhiasan

    Pastikan kuku pendek, dan jangan pake kuku palsu

    Gulung bajunya sampai di siku

    Baru deh 6 langkah cuci tangaan

    Seperti poin KKD pertama, SIAPKAN ALAT!. apa aja yang butuh?

    Air berjalan

    Materi sabunnya

    Dan pengeringpaling baik adalah disposable towels, roller towel, pokoknya ga boleh dipake berulang ulang.

    Kalo ga ada lap, mending tunggu angin yang membawa butiran air itu pergi #ehcie

    Cara mencuci tangan dan mennggunakan handrub secara mendetil ada di slide

    ya.

    - Alat pelindung diri (APD) personal saat pengambilan cairan tubuh

    pasien

    Ini dah pada apal donk apa aja? Ayo inget-inget lagi p2k2 dan KKD

    yang dah lewat. Masih lupa? Nih disebutin Cap, goggles, mask,

    gown + apron, gloves, shoes. Tujuan APD sebenernya dah jelas

    banget sih, untuk membentuk barier baru pada transmisi mikroba.

    Masker Ada macem macem masker, cuman kayaknya ga usah

    diapalin deh.

    Glove

    Pakenya sarung tangan disposable ya, pake ynag non-steril

    untuk perawatan pasien dan steril untuk yang invasive. Pake saring

    tangan yang tebel untuk bersihkan instrument, linen kotor,percikan

    darah dan cairan tubuh.

    - Penanganan tepat perlengkapan pasien selama di rumah sakit (mis:

    sprei atau pakaian kotor)urusan admin RS ini mah- Pencegahan luka akibat jarum

    Ini nih penting banget kita harus tau, secara jarum suntik bisa

    nyebarin banyak macam patogen termasuk HIV. Caranya gimana?

    1. Hatihati saat menggunakan peralatan tajam (-_-). 2. Buang

    sampah tajam pada kontainer khusus (pas KKD itu loh) 3. Misalkan

    peralatannya bukan sekali pakai (cth: sirkum set) hati-hati juga

    ngebersihinnya apalagi kotor dengan darah 4. Jarum suntik buang

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    19/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi19

    SAP FKUI 2010

    langsung jangan pake ditutup dulu atau dibengkokin 5. Kemudian

    limbah jarum harus diinfeksi dan dihancurkan sesuai prosedur.

    - Penjagaan kebersihan lingkunganurusan admin RS lagi

    - Penanganan limbah yang tepatidem sama atas

    2. TINDAKAN PENCEGAHAN ADISIONAL

    Kalau di slide ada 3 pencegahan adisional:

    -

    Airborne precaution

    Tujuannya untuk mencegah HAI yang menular lewat udara.

    Pencegahan ini berlaku untuk infeksi dengan penularan via droplet

    kecil dengan ukuran kurang dari 5 mikron. Karena ukurannya kecil,

    droplet jenis ini dapat menempel dengan partikel di udara danbertahan dalam jangka waktu lama (semacam bisa larut dalam udara

    gitu dropletnya). Contoh penyakit yang disebarkan dengan cara ini

    TB, campak, cacar air.

    Cara pencegahannya1. Pencegahan standar harus tetap dilakukan

    2. Pasien diisolasi sendiri dalam ruangan dengan tekanan negatif

    sehingga udara mengalir ke dalam bukan ke luar 3. Petugas yang

    masuk harus pakai masker berfilter tinggi (n 95) 4. Kalau udah

    diisolasi, pasien jangan dipindah-pindah melulu.

    - Droplets precaution

    Penularan droplet terjadi jika ada kontak yang adekuat antara droplet

    dengan selaput mukosa hidung, mulut atau konjungtiva. Contoh

    penyakitnyainfluenza, mumps, meningitis, pertussis, dipteri dan

    beberapa macam pneumonia. Ukuran droplet besar, lebih dari 5

    mikron. Penyebarannya tidak jauh, terjadi saat berbicara langsungdengan pasien, atau berhadapan dengan pasien batuk/bersin.

    mulutmu harimaumu

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    20/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi20

    SAP FKUI 2010

    Cara pencegahannya1. Pencegahan standar dilakukan 2. Isolasi

    pasien dalam satu ruangan dengan pasien yang patogennya sama 3.

    Pakai masker bila ada dalam radius 2 meter dari pasien 4. Kalau mau

    mindahin pasien (mis. Mau MRI) pasiennya dipakein masker. 5.

    Ruangan isolasi ga perlu pengaturan tekanan, toh patogennya juga ga

    akan larut dalam udara

    -

    Contact precautionPencegahan ini tujuannya mencegah kolonisasi dan infeksi dari

    bakteri MDR, serta infeksi patogen enterik dan kulit.

    Cara pencegahannya1. Standarnya jangan lupa 2. Diisolasi, boleh

    digabung patogen sama 3. Petugas harus pakai gloves dan gown non-

    sterille. 4. Pasien jangan dipindah, kalo dipindah ya dibungkus dulu

    (serius)

    Praktik manajemen lingkungan

    Ini tugas admin RS sih, tapi ada di slide. Mungkin nice to know:

    1. Bangunan harus layak (berpintu dan berjendela cukup)

    2.

    Pengaturan udara harus baik, ada ventilasi dan ruang khusus untuk

    airborne precaution

    3. Untuk pasien dengan imunosupresi, ruangannya harus bersih, udaranya

    difilter kuat dan ruangannya tekanan positif, sehingga aliran udara

    keluar bukan ke dalam.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    21/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi21

    SAP FKUI 2010

    Tambahan untuk pasien immunosupresipetugas kesehatan harus

    bebas dari infeksi, APD digunakan untuk mencegah mikroba berpindah

    dari petugas ke pasien (bukan dari pasien ke petugas), dalam ruangan

    jangan ada dekorasi (termasuk tanaman), usahakan sesedikit mungkin

    barang ada dalam ruangan, ruangan dibersihkan min 2 kali sehari

    dengan teknik damp dusting (lap basah mungkin), setiap prosedur klinik

    menggunakan asepsis yang ketat.

    4.

    Kualitas air juga dijaga

    5. Lingkungan RS harus bersih

    6. Pengolahan limbah yang baik dan sesuai dengan tipe limbahnya

    7. Laundri perlengkapan pasien harus khusus

    8.

    Penggunaan ulang peralatan harus ada protokolnya9. Cleaning, disinfection, dan sterilization

    - Cleaning : dilakukan pada semua instrumen yang akan didisinfeksi

    atau sterilisasi

    -

    Disinfeksi : membersihkan kuman patogen tanpa sterilisasi total

    Ada 3 level disifeksi1. High: semua mikroba mati kecuali spora

    beberapa jenis bakteri 2. Intermediate: menon-aktifkan kuman TB

    vegetatif, hampir smua virus, dan fungi, namun spora bakteri tidak. 3.

    Low: membunuh hampir semua bakteri, beberapa jenis virus, dan

    beberapa jenis fungi. Tapi kuman TB dan spora bakteri lolos.

    Disinfeksi dapat dilakukan secara thermal (panas dan kelembapan)

    maupun chemical. Thermal bergantung pada suhu dan durasi

    paparan panas nah ini dipake untuk alat alat tahan panas dna yang ga

    butuh steril2 banget. Kira kira waktu yang dibutuhkan 1 menit pas

    dimasukin di air yang dipertahanakn suhunya di 90. Sedangkan

    chemical, bergantung pada suhu, durasi kontak, konsentrasi, pH,keberadaan zat organik maupun anorganik dan ketahanan mikroba

    pada zat kimia.

    - Sterilisasi : pemusnahan seluruh mikroba baik secara fisis maupun

    kimiawi

    Sterilisasi dilalukan pada perlatan yang masuk ke bagian tubuh steril

    (misal alat operasi). Sterilisasi dapat dilakukan dengan1. Uap

    panas tekanan tinggi 2. Panas kering 3. etilen oksida 4.sterilan

    kimiawi lain 5. Radiasi

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    22/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi22

    SAP FKUI 2010

    Perhatian pada petugas kesehatan

    1. Data riwayat penyakit infeksi dan imuniasi

    2.

    Pemberian imunisasi bagi petugashep A dan B, influenza, campak,

    rubella, tetanus, dan difteri. Opsional: rabies dan varicella3.

    Protokol pasca pajanan harus jelas dan kepatuhan harus diperiksa

    terutama pada infeksi : HIV, virus hepatitis, SARS, varicella, rubella, dan

    TBC.

    Perhatian pada pencegahan dengan situasi khusus

    1. SARS

    2.

    infeksi bakteri MDR

    Harus ada protokol yang jelas dan intervensi transmisi.

    Penggunaan antimikroba yang tepat guna

    1. Antibiotik yang diberikan harus diasarkan pada diagnosis klinis dan

    kemungkinan etiologinya.

    2.

    Spesimen pemeriksaan mikrobiologi harus diambil SEBELUM terapi

    antibiotik dimulai.

    3. Dasar pemilihan antibiotik yang digunakansifat patogen, sensitivitas,

    toleransi pasien, dan biaya.

    4. Dokter, harus memperoleh informasi adanya resistensi di fasilitas

    kesehatan secara aktual.

    5. Antibiotik dengan spektrum sempit menjadi pilihan utama bila etiologi

    diketahui.

    6.

    Penggunaan antibiotik kombinasi sebisa mungkin dihindari.7. Dan yang terakhir dosis harus benar

    Komite penggunaan antibiotik

    Memberikan rekomendasi antibiotik, merumuskan aturan peresepan,

    mereview dan mengesahkan guidelines, evaluasi penggunaan antibiotik, dan

    bekerjasama dengan produsen antimikroba. Biasanya erat kaitannya bahkan

    sering jadi satu dengan HICC (hospital infection control commitee) yang telah

    dibahas di atas ya.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    23/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi23

    SAP FKUI 2010

    Intinya, antibiotik itu sangat berharga dan harus dijaga penggunaannya agar

    bakteri tidak terlalu cepat menjadi resisten. Dan perlu diketahui bahwa

    penemuan antibiotik tipe baru lama sekali prosesnya selain itu dianggap tidak

    menguntungkan secara finansial sehingga jarang ada yang mau mengampu.

    Sekian tentir kali ini semoga bermanfaat selamat belajar jangan lupa baca

    slide

    Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan untuk mendapatkan diagnosis secara

    mikrobiologi yang nantinya akan berguna dalam penegakan diagnosis penyakit

    pada pasien. Diagnosis mikrobiologi ini memiliki dua tujuan yaitu :

    1. Untuk menyediakan informasi yang akuratmengenai ada atau tidaknya

    mikroorganismedari spesimen yang terlibat dalam proses patogenesis

    penyakit.

    2. Dapat mengukur sensitivitas suatu antimikroba terhadap spesies yang

    ditemukan.Pemeriksaan mikrobiologi memiliki beberapa tahapan :

    1. Preanalitical : test ordering, order transcription, patient preparation,

    specimen collection,specimen identification,specimen transport,

    2. Analitical

    3. Postanalitical : Result transcription,Result delivery, redult review.

    Tahap preanalitical merupakan tahap yang sangat menentukan keberhasilan

    diagnosis mikrobiologi. Soalnya garbage in garbage out Keberhasilan tahap

    ini tidak lepas dari kehandalan dalam pengambilan sampel. Sampel yang

    diambil harus cukup. Ada beberapa syarat dalam pengambilan spesimenagar

    hasil yang didapat memuaskan :

    1. Dalam fase akut, sebelum diterapi antibiotic Kalo udah terlanjur? ya

    kalo bisa di stop dulu 2-3 hari, kalo ga bisa langsung lakukan

    pemeriksaan tapi jangan lupa kasih note

    2. Harus benar anatomic sitenya, misal pada pasien otitis media, spesimen

    yang diambil adalah cairan telinga tengah.3. Teknik mumpuni, agar kontaminasi minimal

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    24/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi24

    SAP FKUI 2010

    4.

    Jumlah yang diambil cukup

    5. Spesimen yang diambil dimasukkan ke dalam medium transportyang

    sesuai, lalu dimasukkan ke dalam kontainer dan harus dilabel. Medium

    transport yang digunakan juga harus sesuai dengan jenis bakteri.

    6. Beberapa data penting harus disertakan dalam label seperti identitas

    pasien, identitas klinisi, spesimen yang diambil berupa apa, diambil dari

    mana, dan waktunya kapan, apakah pasien dalam masa penggunaan

    antibiotik, dan terakhir uji laboratorium yang diminta.

    Beberapa spesimen yang lazim digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi

    adalah urine, stool, sputum, swab mukosa, dan semen.

    Pemeriksaan urinePemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi mikroba yang terlibat dalam

    gangguan genitourinaria. Pengambilan specimen dapat menggunakan urine

    porsi tengah, pungsi suprapubik, dan pengambilan urine dari kateter.

    Sampel swab.

    Swab biasa digunakan untuk kasus infeksi saluran napas atas, telinga luar,

    mata, dan saluran genitalia. Swab dapat berbahan kapas, dacron, atau

    polyester. Penggunaan swab berbahan kapas dapat toksik pada bakteri

    sehingga sewaktu dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan bakteri penyebab

    penyakit (jadi pakenya Dacron ya). Jika tidak langsung diperiksa, spesimen

    harus dimasukkan ke dalam medium transport untuk mencegah kekeringan.

    Pada pengambilan specimen dari saluran genitalbaik pria maupun wanita,

    swab menjadi pilihan. Pada wanita, swab terlebih dahulu digunakan untuk

    membersihkan ostium cervical dan mukosa disekitarnya dari sekresi mucus

    yang berlebih. Swab yang kedua baru digunakan untuk mengambilspecimen dari kanalis endocervicalis. Ujung tangkai swab diputar selama 10

    sampai 30 detik. Sebelum pemgambilan specimen jangan lupa gunakan

    speculum dulu tapi tanpa lubrikasi. Pada pria, specimen diambil dengan

    memasukkan ujung swab sedalam 2-4 cm ke dalam meatus uretra eksterna,

    terus diputar-putar selama 2-3 detik.

    Jika pada saluran genital terdapat lesi berbentuk vesikel (curiga lesi HSV),

    specimen dapat diambil dengan aspirasi cairan di dalam vesikel tersebut

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    25/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi25

    SAP FKUI 2010

    dengan menggunakan syringe. Jika lesi sudah pecah dan berbentuk krusta,

    pengambilan spesimen dapat menggunakan swab pada dasar lesi.

    Untuk identifikasi bakteri pada kasus-kasus luka, specimen lebih baik

    diambil dengan aspirasi atau biopsidibanding menggunakan swab.

    Pertimbangannya adalah pada luka biasanya bakteri yang terlibat adalah

    bakteri anaerob. Bakteri ini akan cepat mati jika terpapar udara, namun

    dapat hidup apabia ada cairan atau jaringan.

    Pada kasus infeksi saluran napas bawah, pengambilan specimen biasanya

    dari sputum, bronchial washing, bronchial brushing,bronchoalveolar

    lavage,aspirasi trakea, maupun transtrakea.

    Infeksi saluran nafas atasswab tenggorok

    Spesimen yang diambil selanjutnya dimasukkan ke medium transport.Idealnya jarak dari pengambilan ke pemeriksaan adalah 30 menit dan paling

    lama dua jam. Spesimen dari CSF untuk deteksi virus, specimen dari telinga

    luar, feses,urine,dan sputum jika belum bisa diperiksa, harus disimpan di

    tempat bersuhu rendah. Spesimen lain misal abses, lesion, luka, cairan

    tubuh, CSF untuk bacteria, telinga tengah dan dalam, genital, nasal,

    tenggorok, biosi jaringan harus disimpan pada temperatur ruang.

    Spesimen juga dapat diambil dari darah. Darah sebagai specimen dapat

    menilai adanya bakteremia. Penemuan bakteri di darah walaupun bakteri

    tersebut bakteri komensal di tempat lain tetap dianggap bahaya. Beberapa

    faktor mempengaruhi keberhasilan identifikasi bakteri dari specimen darah :

    1.

    Tipe bakteremia,apakah transien, intermiten, atau continuous. Pada

    bakteremia transien atau intermiten, bakteri kadang tidak dapat

    ditemukan di dalam spesimen

    2.

    Metode pengambilan specimen. Pengambilan specimen harus dilakukandengan hati-hati karena dapat terjadi kontaminasi dari flora normal yang

    ada di kulit seperti Stap.epidermidis sehingga mungkin ditemukan

    polimicroba. Di darah biasanya jarang ada polimikroba.

    3. Volume darah yang diambil.Biasanya darah diambil dari masing-masing

    tangan sebanyak 10 ml untuk pemeriksaan aerob dan 10 ml lagi untuk

    pemeriksaan anaerob. Jadi total tangan kanan diambil 20 ml, tangan kiri

    juga 20 ml. Semakin banyak darah yang diambil kemungkinan bakteri

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    26/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi26

    SAP FKUI 2010

    yang didapatkan semakin banyak. Tabel dibawah, jumlah darah yang

    diambil jika pasien bayi :

    4. Number of specimen. Semakin banyak jumlah specimen yang diambil

    (bukan volume y), semakin sensitive. Misal diambil dari tangan kanan,

    tangan kiri, paha, dll.

    5.

    Timing dalam kultur. Kultur specimen yang diambil dari darah biasanyadibarengi dengan kultur specimen yang diambil dari tempat kecurigaan

    adanya misal. Misalnya dibarengi dengan kultur dari swab nasofaring.

    Jika dua-duanya sama-sama menunjukkan mikroba yang sama, berarti

    sumber infeksinya adalah dari nasofaring.

    Untuk mendapatkan bakteri pada darah, waktu pengambilan yang paling

    tepat adalah di waktu demam tinggi / puncak demam. Bakteremia akan

    semakin menurun jika waktunya semakin jauh dari puncak demam

    6.

    Interpretasi Hasil

    Penggunaan antikoagulan heparin,EDTA, dan sitrat tidak disarankan.

    Penggunaan Sodium polyanethol sulfonate (SPS) 0,025-0,03 % berfungsi

    sebagai antikoagulan, antikomplemen,antifagositik,dan mengganggu akitivitas

    beberapa antibiotik. Inhibit Neisseria spp., Gardnerella vaginalis,

    Streptobacillus moniliformis, Peptostreptococcus anaerobius. Antikoagulan ini

    berfungsi supaya ga koagulasi kan,kalo koagulasi nanti bakterinya sukangumpet di koagulannnyaga terdeteksi deh.

    OKE specimen beres. Abis dapet bahan ya kita kerjain doong pemeriksaannya,

    sip sip sip

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    27/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi27

    SAP FKUI 2010

    Investigasi Mikrobiologi:

    1. Mikroskopik

    Salah satu pemeriksaan mikroskopik yang sering dilakukan adalah

    pemeriksaan mikroskopik setelah pewarnaan gram. Disini dapat dilihat

    jenis bakteri, morfologi, dan susunannya. Dapat juga dilihat debris-

    debris dan sel host. (Kata dokternya ini penting banget dilakukan,

    apalagi pas awal awal. Soalnya kan kebanyakan ab itu kerjanya

    berdasarkan spectrum gram + dan gramkan? jadi begitu ketauan

    ininnya bisa dikasih pengobatan empiris dulu deh, biar pasiennya cepet

    dpet obat.)

    2. Kultur dan Tes Suseptibility

    Tes Susceptibility terhadap antibiotik : tidak ada istilah sensitive, supersensitive, atau hipersensitif. Pelaporan hanya sensitive atau resisten.

    Beberapa hasil temuan yang tidak biasa misalnya :

    -

    S.aureus ditemukan resisten terhadap vancomycin, teicoplanin.

    linezolid

    - Streptococcus pneumoniae didapatkan resisten terhadap

    Meropenem, vancomycin, teicoplanin, linezolid

    - Enterobacteriaceae didapatkan resisten terhadap Meropenem,

    imipenem

    - Neisseria gonorrhoeae ditemukan resisten terhadap semua third-

    generation cephalosporin

    - Bakteri Anaerobes secara umum didapatkan resisten terhadap

    metronidazole

    Jika ada temuan di atas maka pemeriksaan diulangi. Ini dikarenakan

    obat-obat yang disebut di atas merupakan obat lini terakhir jika bakteri-

    bakteri tersebut tidak sensitive terhadap obat yang lain.Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah beberapa bakteri

    dinyatakan telah pasti resisten terhadap antibiotic tertentu, contoh :

    - Acinetobacter baumannii

    Ampicillin, amoxycillin, 1st

    gen. cephalosporin

    - Pseudomonas aeruginosa

    Ampicillin, amoxycillin, 1st

    and 2nd

    gen. cephalosporin, cefotaxime,

    ceftriaxone, nalidic acid, trimethoprim

    -

    Salmonella spp.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    28/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi28

    SAP FKUI 2010

    Cefuroxime (active in vitro, not active in vivo)

    - Proteus vulgaris

    Ampicillin, amoxycillin, cefuroxime, colistin, nitrofurantoin

    - Strepococcus pneumoniae

    Trimethoprim, amynoglycoside

    JIka didapatkan hasil bakteri tersebut menjadi sensitive terhadap

    antibiotic yang disebutkan di atas, maka pemeriksaan juga harus

    diulangi.

    3. Serologi

    Deteksi antigen :

    Prinsipnya adalah masing-masing organism memiliki protein

    permukaan yang spesifik yang disebut sebagai antigen determinan.Antigen diterminan ini akan direaksikan dengan antibodi sehingga

    terbentuk molekul yang stabil. Reaksi inilah yang dinilai.

    Deteksi antibody

    -

    IgM antibody : muncul cepat pada awal infeksi (hari 7-10),

    mengindikasikan infeksi yang aktif

    - IgG antibody : mengindikasikan infeksi di waktu lampau atau

    antibody terbentuk akibat imunisasi. Kadar IgG dan aviditasnya

    perlu diukur untuk membedakan terjadinya infeksi dari bakteri

    yang sama untuk kedua kalinya (akut) atau infeksi dari waktu

    lampau.

    Pada pemeriksaan serologi dapat ditemukan false negative maupun false

    positif

    1.

    False negative :

    - Pasien dengan sistem imun turun (immunodefisien atau

    imunosupresif)- Neonatus yang sistem imunnya belum terbentuk dengan sempurna

    - Pada beberapa infeksi seperti legionaires disease, titer antibody tidak

    meningkat hingga beberapa bulan setelah infeksi akut.

    2. False positif

    - Dapat terbentuk cross reacting antibody. Beberapa antigen dari

    beberapa mikroorganisme yang berbeda tapi ada kekerabatannya

    dapat memicu produksi antibody tidak hanya pada antigen yang

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    29/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi29

    SAP FKUI 2010

    menginfeksi tapi juga pada antigen dari mikroba yang punya

    kekerabatan yang sama walaupun tidak menginfeksi.

    - Reaktivasi mikroorganisme yang laten oleh infeksi dari

    miroorganisme lain

    - Mendapatkan injeksi immunoglobulin.

    4. Molekuler

    PCR dapat digunakan untuk mengamplifikasi sequence DNA tertentu

    menjadi beribu-ribu copies dalam waktu beberapa jam saja. Produk PCR

    selanjutnya dielektroforesis pada gel agarosauntuk konfirmasi dengan

    menggunakan hibridiasasi dengan oligonukleotida yang dijadikan probe.

    Sekarang, sudah ada Real Time PCRlangsung tau konsentrasinya .

    Hasil didapatkan sangat cepat dimana ikatan antara produk PCR danhybrid dapat dilihat dengan munculnya fluorescence. PCR juga dapat

    mengamplifikasi RNA yang sebelumnya diubah dulu menjadi DNA oleh

    enzim reverse transcriptase.

    PCR ini digunakan apabila pathogen penyebab infeksi terlalu sedikit

    kadarnya sehingga tidak bisa dideteksi oleh pemeriksaan gold

    standarnya. PCR juga dapat mendeteksi viable (liat RNA nya)and non

    viable organism.

    Berikut beberapa contoh interpretasi hasil kultur :

    1. Flora normal pada faring : Staphylococcus aureus and MRSA,

    Streptococcus pneumoniae ,Haemophilus influenza, Neisseria

    meningitides. JIka pada kasus faringitis, hasil kultur bakteri dari swab

    tenggorok adalah keempat bakteri tersebut maka tidak menunjukkan

    adanya infeksi. Ditambah lagi faringitis biasanya disebabkan oleh virus.

    2.

    Kultur hidung tidak memberikan etiologi prediktif dari infeksi sinus,telinga tengah, atau infeksi saluran napas bawah, tapi dapat dilakukan

    untuk screening MRSA dan deteksi Bordetella pertusis.

    3. Kultur Urine :

    - Pada pasien yang asimptomatik, diagnosis Infeksi Saluran Kemih

    ditegakkan jika ditemukan > 105

    CFU/ml urine

    -

    Pada pasien dengan tanda dan gejala infeksi saluran kemih diagnosis

    ditegakkan jika ditemukan > 102

    CFU/ml urine

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    30/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi30

    SAP FKUI 2010

    - Jika ditemukan streptococcus grup B, pada wanita hamil berapapun

    jumahnya dinyatakan berbahaya terhadap fetus,

    - Pada wanita 12-55 tahun, infeksi streptococcus grup baru ditegakkan jika

    >50 CFU/ml urine.

    4. Kultur darah

    Kultur darah sangat rentan terhadap kontaminasi sehingga memberikan

    hasil positif palsu. Kontaminasi dapat ditegakkan jika :

    -

    Beberapa bakteri sering menjadi kontaminan, terutama bakteri flora

    normal kulit. Contohnya : Bacillus spp, Corynebacterium spp.,

    Propionibacterium acnes, or coagulase(-) staphylococcus. Dikatakan

    kontaminasi jika bakteri ini hanya ada pada 1 jenis kultur (misal cuma

    dari pengambilan di tangan kanan), namun dari hasil kultur dr tempatlain tidak ditemukan.

    - Jika ditemukan polimicroba hanya pada satu jenis kultur.

    -

    Gejala klinisnya tidak menunjukkan tanda-tanda sepsis

    -

    Organisme yang ditemukan dari hasil pemeriksaan sumber infeksi

    tidak sama dengan bakteri hasil kultur dari specimen darah.

    Penegakkan diagnosis bakteri pathogen dapat dengan ditemukannya

    hal-hal berikut :

    -

    Mikroorganisme yang sama ditemukan pada beberapa kultur

    berbeda anatomic site nya dan berbeda waktu pengambilannya.

    - Ditemukan organism pada pasien dengan gejala endocarditis

    - Jika ditemukan Enterobacteriaceae, S. pneumoniae, gram-neg

    anaerobes, and S. pyogenes.

    -

    Ditemukannya bakteri komensal pada pasien dengan

    immunosupresiv atau pasien pemasangan prostetik.

    Multiple Drug Resistant Organism (MDRO) adalah mikroorganisme yangresisten terhadap satu atau lebih obat dari kelas yang berbeda.

    Contoh MDRO :

    - Resistant Staphylococcus aureus : MRSA, VISA, VRSA

    - Vancomycin Resistant Enterococcus (VRE)

    - Gram Negatif Bacteria (GNB):

    Extended Spectrum -Lactamase (ESBL) : Pseudomonas aeruginosa

    ,Acinetobacter baumanii Stenotrophomonas maltophilia, Bulkhoderia

    cepacia. ESBL merupakan bakteri-bakteri yang punya kemampuan

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    31/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi31

    SAP FKUI 2010

    hidrolisis dan menyebabkan resistensi pada chepalosporin generasi 3

    dan monobactam tapi tidak untuk cephamycin dan carbapenam.

    Penggunaan beta lactamase inhibitor seperti clavulanic acid,

    sulbactam, and tazobactam dapat menghambat pembentukan strain

    lain dari ESBL.

    - Multi-Drugs Resistant Streptococcus pneumoniae(MDRSP)

    - Plasmid mediated AmpC -lactamases

    Contohnya : K.pneumoniae, E.coli, dan Salmonella spp resisten

    terhadap Penicillin, Cephalosporine, Cephamycin, Monobactam

    - Carbapenem hydrolizing enzymes (CHE) class B: metallo--lactamases

    Contohnya : P.aeruginosa, Acinetobacter spp. Enterobacteriaceae

    resisten terhadap Penicillin, Cephalosporine, Cephamycin,Carbapenems

    - CHE class A: Klebsiella pneumoniae carbapenemase

    Contohnya : K.pneumoniae, E.coliresisten terhadap Penicillin,

    Cephalosporine, Cephamycin, Carbapenems

    Beberapa mikroorganisme sulit ditemukan melalui kultur atau pemeriksaan

    mikroskopik. Maka dari itu diperlukan pemeriksaan lain seperi pemeriksaan

    serologi dan pemeriksaan asam nukelat menggunakan PCR.

    Pendahuluan

    Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau di dalam organisme lain

    (inang/pejamu) dan mendapatkan makanannya dari/mengorbankan organisme

    inang tersebut. Patogenesis penyakit akibat infeksi parasit sangat beragam

    karena jenis parasit penyebabnya pun bervariasi sekali. Secara umum, parasit

    yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dikelompokkan ke dalam tiga

    golongan utama:

    1.

    Protozoa

    Organisme bersel satu, mampu bereplikasi di dalam tubuh manusia dan

    mampu bertahan hingga menyebabkan infeksi berat. Secara umum terdapat

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    32/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi32

    SAP FKUI 2010

    dua kelompok besar protozoa: patogen saluran cernayang ditransmisikan

    melalui jalur fekal-oral dan patogen jaringan/darah yang ditransmisikan

    melalui vektor artropoda. Contoh: malaria (Plasmodium sp.), toksoplasma,

    amoebiasis.

    2.Helminth

    Organisme multiselular dan besar yang bentuk dewasanya dapat dilihat

    dengan mata telanjang. Salah satu karakteristik infeksi helminth adalah

    ketidakmampuan bentuk dewasa helminth untuk bereplikasi di dalam tubuh

    manusia. Contoh: platyhelminthes (cestoda dan trematoda) serta

    nemathelminthes.

    3.Artropoda/ektoparasit

    Istilah artropoda/ektoparasit terkait infeksi parasitik pada manusia terbataspada organisme seperti ticks, fleas, lice, dan mitesyang mampu menempel

    pada permukaan kulit atau menyusup di antara lapisan kulit. Meskipun

    dapat secara langsung menimbulkan penyakit, artropoda lebih sering

    berperan sebagai vektor dalam infeksi parasitik.

    Seperti pada infeksi mikroba pada umumnya, terdapat tiga lini mekanisme

    pertahanan tubuh terhadap infeksi parasit. Di bawah ini adalah komponen

    masing-masing lini tersebut pada infeksi parasit di saluran gastrointestinal:1.Lini pertama

    a.Sawar fisik : Motilitas usus dan lapisan sel epitel yang intak.

    b.Sawar kimiawi : Asam lambung, enzim pankreas, empedu, dan

    mukus.

    2.Lini kedua

    Imunitas nonspesifik/natural yang terdiri dari sel-sel imun aktif pada lapisan

    lamina propria. Selain itu, di bagian saluran gastrointestinal tertentu

    terdapat sel terspesialisasi intraepitelial yang berfungsi mendeteksi

    keberadaan patogen. Sel epitel itu sendiri termasuk ke dalam sistem

    pertahanan tubuh lini kedua karena kemampuannya mendeteksi mikroba,

    termasuk parasit, dan mensekresikan sitokin untuk menginduksi reaksi

    inflamasi. Tidak hanya berupa sel, soluble factor seperti protein komplemen

    juga berperan dalam mekanisme pertahanan lini kedua terhadap infeksi

    parasit.

    Tujuan utama mekanisme pertahanan lini kedua adalah mengatasi bakteriyang telah berhasil menginvasi epitel dan sawar kimiawi yang menyertainya.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    33/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi33

    SAP FKUI 2010

    Akan tetapi, perlu diingan bahwa imunitas nonspesifik juga berperan besar

    dalam pengenalan antigen patogen pada imunitas adaptif. Terlebih lagi,

    respons konstituen imunitas nonspesifik terhadap patogen menentukan

    diferensiasi sistem imunitas adaptif.

    3.Lini ketiga

    Dijalankan oleh sistem imun adaptif. Khusus pada saluran gastrointestinal,

    terdapat beberapa struktur khusus yang berperan penting dalam

    menginisiasi sistem imun adaptif, termasuk di antaranya:

    Agregat limfoid pada tonsil

    Peyers patch pada mukosa ileum

    Folikel limfoid pada mukosa

    Sebaran limfosit di antara enterosit dan lamina propria.

    Patogenesis dan Imunologi Infeksi Helminth

    Karakteristik

    Berbagai macam helminth memiliki karakteristik biologis yang berbeda-beda:

    Siklus hidup yang berbeda: salah satu perbedaan utama antarhelmint adalah

    organisme inang intermediat yang dilewatinya dalam siklus hidup. Jenisnya

    sangat beragam, mulai dari siput untuk Schistosoma hingga nyamuk untuk

    cacing filaria. Hal ini mempengaruhi mekanisme transmisinya.

    Helmint menginfeksi manusia pada tahapan tertentu dalam siklus hidupnya.

    Kemudian, helmint akan berkembang, berubah dari bentuk satu menjadi

    bentuk lainnyadi dalam tubuh manusia. Setiap tahapan siklus kehidupan,

    helmint (dan parasit secara umum) mengekspresikan dan/atau melepaskan

    antigen permukaan yang berbeda-beda. Dengan demikian, induksi untuk

    setiap antigen dapat berbeda-bedadan helmint pun menjadi sulit untukdibasmi.

    Molekul yang diekspresikan parasit helmint sebagai faktor imunoregulator:

    Lipid eikosanoid : Prostaglandin (PG) E2, PGI, PGD2, dan Lipoksin A4.

    Polisakarida : Oligosakarida hingga polisakarida kompleks.

    Polipeptida : enzim glutation-S-transferase.

    Jalur tempat masuknya infeksi pun berbeda: ada yang melalui transmisi

    fekal-oral (Ascaris lumbricoides); penetrasi lapisan kulit secara langsung

    (Schistosoma sp.); atau gigitan nyamuk/lalat(parasit filaria).

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    34/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi34

    SAP FKUI 2010

    Imunopatogenesis

    Infeksi helmint dan respons imun yang dihasilkannya mencerminkan interaksi

    dinamis antara inang dan parasit tersebut. Interaksi dinamis ini menentukan

    derajat kerentanan inang. Parasit pada dasarnya membutuhkan inang untukhidup(karena inang menyediakan habitat yg baik dan sumber makanan bagi

    parasit). Oleh karena itu, parasit harus mencari suatu cara untuk tetap

    berkembang tanpa membunuh inang. Di lain pihak, parasit juga harus

    mengelabui sistem imun inanguntuk menjamin kehidupannya. Sementara itu,

    inang terus berusaha menghasilkan respons imun efektif untuk membasmi

    parasittanpa memberikan efek kerusakan jaringan.

    Seperti pada patogen lainnya, respons imun terhadap infeksi parasit terdiri dari

    respons imun natural/innate/nonspesifik dan respons imun spesifik:

    Respons Imun Nonspesifik

    Terutama diperantarai oleh granulosit: eosinofil, basofil, neutrofil, dan sel

    mast. Segera setelah infeksi terjadi, granulosit akan teraktivasi karena

    kemampuannya mendeteksi molekul tertentu pada permukaan helmint.

    Aktivasi ini menginisiasi respons imun pada jaringan tempat helmint

    terdeteksi. Selain sebagai inisiator, granulosit juga terlibat secara aktif dalam

    eradikasi helmint, terutama pada infeksi saluran cerna. Melalui perantara

    mediator kimia yang dikeluarkannya, granulosit menyebabkan perubahan

    fisiologi saluran cerna dan meningkatkan produksi mukus. Tidak sampai di

    situ, granulosit juga berperan sebagai regulator pada respons imun yang

    sedang berlangsung.

    Seluruh granulosit (eosinofil, basofil, dan neutrofil) ditambah sel mast

    berperan dalam respons imun nonspesifik terhadap infeksi helmint.

    A.

    Eosinofil

    Dalam kondisi normal, hanya menyusun 2-

    5%dari total leukosit dalam darah. Jumlah ini akan

    meningkat dengan drastis saat infeksi helmint

    aktif hingga mencapai 40%.

    Produksi dan migrasinya menuju sirkulasi

    darah diinduksi oleh IL-5.

    Di lain pihak, rekruitmen eosinofil menuju jaringan tempat infeksi terjadi

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    35/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi35

    SAP FKUI 2010

    dimediasi oleh eotaksin yg dihasilkan oleh sel-sel imun lokal area tersebut.

    Beberapa spesies helmint tertentu, seperti Necator americanus, mampu

    memecah eotaksin sehingga menghambat rekruitmen eosinofil menuju

    lokasi infeksi.

    Selain berperan dalam respons imun terhadap helmint, eotaksin juga

    terlibat dalam patogenesis eosinophilic esophagitis, suatu penyakit

    inflamasi alergik saluran gastrointestinal yang bersifat kronik. Tanda

    kardinal dari penyakit ini adalah eosinofiliadan inflamasi pada esofagus.

    Selain itu, sejumlah besar eosinofil juga terdeteksi pada esofagus yang

    diduga terjadi akibat reaksi terhadap makanan, refluks asam lambung,

    atau alergen dari udara. Keseluruhan kondisi ini dapat menginisiasi reaksi

    inflamasi. Eosinofil terutama berperan sebagai efektor respons imun melalui

    mediasi protein toksik yang terdapat di dalam granulnya:

    Major basic protein-1 (MBP-1): toksin poten bagi helmint; induksi

    sekresi histamin oleh sel mast.

    Eosinphil peroxidase (EPO): toksin poten bagi helmint.

    Eosinophil cationic protein (ECP): toksin poten bagi helmint;

    ribonuklease.

    RNAse eosinophil-derived neurotoxin(EXN): ribonuklease.

    Sesuai dengan peranan granulosit dalam infeksi helmint, eosinofil

    berperan sebagai efektor pada infeksi primerdengan berdegranulasi dan

    mengeluarkan berbagai protein toksik. Sementara itu, pada infeksi

    sekunder, eosinofil terutama berperan sebagai modulator respons imun.

    Sebagai contoh, pada infeksi helmint Strongyloides stercoralis, eosinofil

    diperlukan untuk menginisiasi respons protektif yg dimediasi oleh IgM.

    B.Sel Mast

    Sel mast tersebar di seluruh jaringan ikat

    dan biasanya ditemukan dekat dengan pembuluh

    darah, pembuluh limfatik, serabut saraf, dan

    permukaan epitel.

    Mengekspresikan reseptor IgE dengan

    afinitas tinggi(FcERI) yang teraktivasi ketika terjadi cross-linking olehkeberadaan antigen. Aktivasi ini menginduksi degranulasi (protein

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    36/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi36

    SAP FKUI 2010

    inflamatorik seperti histamin dan protease) serta pembentukan de novo

    berbagai mediator kimiawi. Antigen helmin merupakan salah satu

    induktor poten aktivitas sel mast.

    Sama seperti sel imun lainnya, migrasi sel mast (menuju berbagai

    jaringan, termasuk usus halus dan paru-paru) dimediasi oleh molekul

    integrin.

    Dua produk sel mast utama, yakni histamin dan prostaglandin E2,

    berperan dalam infeksi helmint dengan:

    Menyebabkan kerusakan sawar epitel. Hal ini dilakukan dalam rangka

    mengeluarkan parasit ke lumen saluran gastrointestinal.

    Menginduksi sel dendritik untuk menghasilkan kemokin yang bersifat

    kemotaktik terhadap sel TH2.

    C.

    Neutrofil

    Sel pertama yang bermigrasi menuju lokasi infeksi dan segera

    memfagositosis patogen. Akan tetapi, aktivitas neutrofil sebagai fagosit

    tidak berperan banyak dalam eradikasi helmint, terutama apabila ukuran

    helmint patogen sangat besar.

    Aktivator utama adalah TNF-alfa. Peranan dalam infeksi helmint adalah menghasilkan IL-4. Sitokin IL-4

    merupakan sitokin utama yang berperan dalam proses diferensiasi sel T

    CD4 menjadi sel TH2.

    D.

    Basofil

    Menyusun < 1% total leukosit di dalam darah.

    Memiliki granul basofilik di sitoplasmanya yangmengandung histamin.

    Sama seperti sel mast, basofil

    mengekspresikan reseptor Fc IgE berafinitas tinggi

    pada permukaan selnya.

    Pembentukan dan maturasi basofil sepenuhnya terjadi di sumsum tulang,

    tidak seperti sel mast yang keluar dari sumsum tulang sebagai sel

    progenitor dan baru matur di jaringan perifer.

    Kitin (komponen dinding parasit dan telurnya) serta proteaseyang

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    37/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi37

    SAP FKUI 2010

    dihasilkan oleh helmint dapat menginduksi sistem imun adaptif yang

    didominasi oleh sel TH2 melalui perantara basofil.

    Sebagai contoh, antigen glikoprotein telur Schistosoma yg disekresikan

    menstimulasi degranulasi basofil (pengeluaran histamin respons imun

    nonspesifik) dan pembentukan de novo IL-4 serta IL-13. Kedua sitokin ini

    memegang peranan penting dalam perkembangan sel T ke arah sel TH2.

    Apabila terdapat IL-3 dan IL-18 dalam jumlah cukup di lingkungan

    sekitarnya, basofil mampu mensekresikan IL-4. Oleh sebab itu, basofil

    membantu proses proliferasi dan diferensiasi sel TH2 serta membantu sel

    B mengalami class-switchingsehingga menghasilkan IgE.

    Selain itu, IL-4 juga mengaktivasi berbagai komponen jaringan non-sistem-

    imun seperti endotel pembuluh darah,otot polos, dan sel epitel mukosayang bekerja secara sinergis untuk membantu mengeluarkan helmint

    (terutama nematoda) dari saluran gastrointestinal.

    Peran basofil dalam respons imun primer dan sekunder:

    Pada infeksi primer, akitvasi basofil merupakan respons langsung

    terhadap keberadaan helmint. Meskipun basofil telah

    mengekspresikan FcERI, belum terbentuk IgE yang spesifik terhadap

    antigen helmint (= mekanisme independen-IgE). Melalui jalur aktivasi

    ini, basofil hanya mensekresikan IL-4 dalam jumlah sedikittetapi

    cukup untuk menginisasi diferensiasi sel T CD4 (naif)menjadi sel

    TH2. Proses diferensiasi sel TH2 segera diikuti peristiwa class-

    switching sel B menjadi sel plasma pensekresi IgE (di jaringan lokasi

    infeksi). Dengan demikian, pada penghujung infeksi primer, sudah

    terbentuk IgE spesifik terhadap antigen helmint yang siap diaktivasi

    apabila terjadi paparan ulang terhadap antigen.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    38/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi38

    SAP FKUI 2010

    Seperti pada semua reaksi imun seluler, akan terbentuk pula sel T

    memori (selain sel efektor). Sel T memori merupakan subset sel T

    yang memiliki reseptor terhadap antigen spesifik dan mampu

    memberikan respons dalam durasi singkat dengan magnitude yang

    lebih hebat ketika terpapar oleh antigen tersebut. Sel T memori dapat

    ditemukan baik pada organ limfoid sentral maupun perifer.

    Pada respons imun sekunder, aktivasi basofil terjadi melalui interaksi

    antara IgE-terikat-antigen dengan reseptornya pada permukaan

    basofil. Oleh sebab itu, proses ini disebut juga sebagai mekanisme

    respons imun dependen-IgE. Aktivasi basofil melalui mekanisme ini

    berujung pula pada sekresi sitokin IL-4. Akan tetapi produksi ini

    dimulailebih cepatdan dalam jumlah yang lebih besar. Perbedaanlainnya adalah, IL-4 menginduksi sel T memori yg sebelumnya

    terbentuk pada respons infeksi primer(bukan sel T naif).

    E.Sel T regulator

    Merupakan salah satu subset sel T CD4 (5-10% dari total populasi sel T

    CD4).

    Terbentuk secara natural (seperti subset sel T lainnya) ataupun terbentukpada lokasi tempat paparan antigen.

    Merupakan imunoregulator yang sangat penting.

    Inflamasi

    Inflamasi merupakan respons jaringan bervaskularisasi terhadap

    luka/kerusakan yang disebabkan oleh agen fisika, kimia, atau biologi, termasuk

    infeksi parasit. Respons ini termasuk ke dalam mekanisme pertahanan tubuh

    nonspesifik yang diinisiasi oleh pengenalan zat asing/molekul patogen

    (karbohidrat, lipid, protein, atau asam nukleat bakteri/virus/jamur/parasit)

    olehpattern recognition receptors (PRR). Beberapa perubahan yang

    ditemukan pada saat terjadinya inflamasi adalah:

    Demam

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    39/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi39

    SAP FKUI 2010

    Respons fase akut yang terdiri dari: leukositosis, perubahan permeabilitas

    vaskuler (pada lokasi tempat patogen berada), peningkatan metabolisme,

    dan berlangsungnya proses imunitas nonspesifik.

    Peningkatan sintesis berbagai protein seperto C-reactive proteindan serum

    amyloid protein, terutama di hati.

    Perubahan tersebut terjadi akibat meningkatnya sekresi sitokin oleh berbagai

    sel yang terlibat, baik sel sistem imun (neutrofil, makrofag) maupun sel non

    imun (sel epitel, endotel). Sitokin yang dominan: TNF, IL-1, IFN, IL-6, IL-8, dan

    macrophage inflammatory protein (MIP).

    Respons Imun Spesifik

    Semua respons imun seluler diawali dengan proses presentasi antigen oleh

    professional APCs pada sel T naif. Diferensiasi sel T naif menjadi sel TH2

    ditentukan jenis sitokin yang banyak dihasilkan pada respons imun nonspesifik,

    baik oleh sel imun seperti APC, sel B naif, sel mast, basofil ataupun sel lainnya

    (sel epitel). Dalam respons imun nonspesifik terhadap infeksi helmint, sitokin

    yg dihasilkan mengarahkan diferensiasi sel T naif menjadi sel TH2.

    Selanjutnya, sel TH2 menjalankan berbagai fungsi efektor dalam mengeradikasi

    helmint patogen melalui perantara berbagai sitokin yang dihasilkannya:

    1.IL-4

    Menstimulasi class-switchingIg sel B teraktivasi menjadi isotipe IgE dan

    IgG4.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    40/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi40

    SAP FKUI 2010

    Faktor pertumbuhan autokrin untuk menstimulasi perkembangan sel TH2

    lebih jauh lagi.

    Menghambat aktivasi makrofag klasik (yg dimediasi oleh IFN-gamma). Hal

    ini mengarahkan perkembangan makrofag melalui jalur alternatif

    (makrofag M2). Makrofag M2 mensekresikan sitokin antiinflamasi (IL-10,

    TGF-beta) serta mediator kimia yang berperan dalam proses

    penyembuhan luka dan fibrosis (prolin, poliamin, TGF-beta).

    Menginduksi gerak peristaltik saluran gastrointestinal.

    Menstimulasi rekruitmen eosinofildengan menginduksi ekspresi molekul

    adhesi pada endotel (Selektin-E dan VCAM-1, ligan dari integrin VLA-4 yg

    diekspresikan eosinofil) dan menginduksi sekresi kemokin-khusus-

    eosinofil, yakni eotaksin (CCL11). Eotaksin dihasilkan oleh sel epitel lokal

    tempat infeksi helmint terjadi. Sesampainya di jaringan tersebut, eosinofil

    mensekresikan protein granul yang bersifat toksik terhadap organisme

    parasit helmint. Sekresi tersebut diduga diinisiasi oleh ikatan antara

    kompleks antigen-antibodi (IgG, IgA, atau IgE) dengan reseptornya

    masing-masing pada permukaan sel eosinofil.

    2.

    IL-13

    Bersama dengan IL-4 menginduksi perkembangan makrofag melalui jalur

    alternatif(makrofag M2).

    Menginduksi gerak persitaltik saluran gastrointestinal.

    Meningkatkan produksi mukus sel epitel saluran napas.

    3.

    IL-5

    Aktivator eosinofil: induksi pertumbuhan dan diferensiasi eosinofil

    sehingga sel tersebut dapat mensekresikan protein toksik di dalam

    granulnya dan membunuh helmint.

    Parasit helmint paling sering menimbulkan gangguan saluran cerna karena

    sistem gastrointestinal adalahport of entry-nya yang paling sering. Karena

    helmint dianggap sebagai benda asing oleh sel-sel penyusun saluran

    gastrointestinal, sel-sel tersebut bereaksi menimbulkan respons-respons

    tertentu dengan 1 tujuan: pengeluaran helmint. Di bawah ini adalah beberapa

    tahapan proses terjadinya pengeluaran helmint:

    1.Parasit berinteraksi dengan enterosit, bahkan membentuk perlekatan

    induksi sistem imun.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    41/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi41

    SAP FKUI 2010

    2.

    Terjadi berbagai respons imun, baik spesifik maupun nonspesifik, yang

    disertai dengan tanda-tanda inflamasi. Respons imun, seperti yang sudah

    dijelaskan di atas, banyak dimediasi oleh sitokin-sitokin. IL-4 dan IL-13

    adalah dua sitokin peranannya dominan dalam respons imun terhadap

    parasit helmint. IL-4 bisa berasal dari sel mast,basofil, atau neutrofil sebagai

    bagian dari respons imun nonspesifik ataupun dari sel TH2 sebagai respons

    imun spesifik, bersamaan dengan produksi IL-13. Terlepas dari sumbernya,

    baik IL-4 maupun IL 13 menyebabkan perubahan lokal pada saluran

    gastrointestinal:

    Hiperkontraktilitas otot saluran cerna, terutama pada lapisan muskularis

    eksterna (karena IL-4 dan IL-13 terdeteksi pada lapisan ini).

    Hiperplasia sel gobletpeningkatan sekresi mukus, yg selanjutnyamenyebabkan:

    Perubahan pH dari netral menjadi lebih asam.

    Memerangkap/menyelimuti parasit.

    Menghambat motilitas parasit dan kemampuannya mencari makanan.

    Peningkatan jumlah sel mast (mastositosis) pada lapisan lamina propria.

    Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sel mast mengeluarkan

    mediator kimiawi yang dapat merusak sawar epitel.

    3.Sel enteroendokrin pada mukosa saluran gastrointestinal bekerja sebagai

    sistem saraf sensorik yang mampu mengaktivasi sistem saraf enterik melalui

    pelepasan sekretin, serotonin, kolesistokinin, dan kromogranin.

    Neurotransmiter2 tersebut akan mempengaruhi fisiologi sekresi dan

    motilitas saluran cerna.

    Modulasi Sistem Imun oleh Helmint

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    42/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi42

    SAP FKUI 2010

    Empat subset utama sel T CD4, yakni TH1, TH2, TH17, dan Treg, merupakan

    elemen sentral keempat respons imun seluler. Keseimbangan regulasi antara

    sitokin proinflamasi dan antiinflamasi menentukan gambaran patologi dan

    hasil akhir suatu penyakit. Pada infeksi helmint, TH2 dan Tregmemegang

    peranan penting: TH2 pada fase akut dari infeksi sementara Treg lebih

    dominan pada fase kronis. Treg mensekresikan sitokin IL-10 dan TGF-beta yang

    bersifat antiinflamasi. Salah satu efek utama IL-10 adalah perubahan respons

    imun humoral yg sebelumnya (pada fase akut) menghasilkan IgE menjadi IgG.

    Pengecualian

    Kedua organisme helmint ini tidak menginduksi reaksi infeksi helmint klasik

    seperti yang dijelaskan di atas: Schistosoma dan filariasis.

    A.Infeksi Schistosoma sp.

    Terdiri dari 2 fase: fase akut dan kronis. Pada fase akut, respons imun adaptif

    yang terjadi terutama dimediasi oleh sel TH1. Alasan mengapa hal ini terjadi

    belum diketahui dengan pasti. Seiring berjalannya waktu, infeksi terus

    berlanjut dan cacing dewasa pun bertelur. Saat inilah respons imun berubah

    hingga lebih didominasi oleh sel TH2 (peralihan dari fase akut menjadi kronis).

    Infeksi dikatakan kronis apabila respons imun TH2 sudah termodulasi (seperti

    modulasi sistem imun pada infeksi parasit helmintik lainnya).

    Skistosomiasis Akut

    Menyebabkan penyakit febrile yakni Katayama illness

    Terjadi akibat lonjakan kadar sitokin proinflamasi seperti TNF, IL-1, dan

    IL-6 yang memuncak 6-8 minggu setelah infeksi.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    43/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi43

    SAP FKUI 2010

    Dalam bentuk yang berat bisa menyebabkankakeksia dengan angka

    mortalitas tinggi. Bentuk yang berat ini terjadi akibat ketidakmunculan

    respons TH2.

    Perlu diperhatikan, bentuk yang akut ini hanya terjadi pada travelleryg

    sedang berpergian ke area endemik.

    Skistosomiasis Kronis

    Setelah berkopulasi di pembuluh darah dan menghasilkan telur, telur

    akan dibawa ke hati (S. mansoni & S. japonicum) atau ke kandung

    kemih (S. haematobium). Secara umum, di kedua lokasi ini, telur akan

    mati dan menyebabkan kerusakan jaringan.

    Kerusakan jaringan diinduksi oleh antigen telur helmint yakni Laktosa-

    N-ficopentosa III(gula polilaktosamin) yang dideteksi reseptor TLR 4 seldendritik. Subset sel dendritik ini cenderung mengarahkan diferensiasi

    sel T CD4 menjadi TH2.

    Aktivasi sel TH2 dibarengi juga dengan aktivasi makrofag melalui jalur

    alternatif yang dimediasi sitokin hasil sekresi TH2. Bersama dengan IL-

    13 dan eosinofil, terjadi proses fibrogenesis yg berujung pada lesi

    granulomatosa di sekitar telur.

    Lama-kelamaan telur mati dan jaringan granulomatosa berangsur-

    angsur hilang, meninggalkan plak fibrotik.

    Sebenarnya granuloma bertujuan untuk melindungi hepatosit (pada

    infeksi S. mansoni/japonicum), tetapi justru fibrosis yg terjadi

    menyebabkan gangguan fungsional. Fibrosis berat dapat timbul pada

    human schistosomiasis.

    B.Infeksi Filaria

    Parasit filaria memiliki wolbachia, suatu bakteri riketsial yang bersifat

    endosimbiotik di dalam tubuhnya. Uniknya, justru bakteri inilah yang

    menginduksi respons imun akibat antigen Wolbachia surface protein yang

    menginduksi sekresi sitokin proinflamasi (TNF, IL6) oleh makrofag serta

    aktivitas kemotaktik netrofil. Mediator kimiawi tersebut menyebabkan

    perubahan pada pembuluh limfa berupa dilatasi. Dilatasi menimbulkan stasis

    cairan limfe di dalamnya sehingga terjadi obstruksi. Dengan demikian,

    terjadilah gambaran patologis pada sistem limfatik yg termanifestasikan

    sebagai edema atau hidrokel.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    44/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi44

    SAP FKUI 2010

    http://www.cdc.gov/parasites/about.html

    http://www.acaai.org/allergist/allergies/Types/food-

    allergies/types/Pages/eosinophilic-esophagitis.aspx

    Patogenesis dan Imunologi Infeksi Protozoa

    Meskipun ada banyak protozoa yang dapat menyebabkan infeksi pada

    manusia, di bagian ini hanya akan dibahas patogenesis dan imunologi infeksi

    malaria.

    Seperti yg telah kita ketahui, infeksi malaria disebabkan oleh parasit bersel 1

    yakni Plasmodium , sp.Di dalam tubuh manusia, plasmodium mengalami

    perkembangan bertahap yang terdiri dari berbagai bentuk intermediet. Oleh

    sebab itu, respons imun terhadap malaria bersifat kompleks. Selain itu,respons tersebut juga bervariasi antarspesies plasmodium yg menyebabkan

    infeksi.

    Pada dasarnya, respons imun nonspesifik dan spesifik bekerja sama untuk

    mencegah patologi berat pada organ tertentuserta membatasi parasitemia

    dengan cara menurunkan jumlah total parasit yang menginfeksi sel dan

    bersirkulasi.

    Imunitas pada Infeksi Malaria

    Berdasarkan outcome klinisnya, terdapat tiga jenis imunitas pada infeksi

    malaria:

    1.Imunitas terhadap Parasit

    Pada kondisi ini, sistem imun pasien secara adekuat merespons terhadap

    parasit sehingga parasit dapat dieradikasi dari tubuh dan ditandai dengan

    kondisi aparasitemia.

    2.

    Imunitas terhadap Penyakit/ Imunitas Klinis

    http://www.cdc.gov/parasites/about.htmlhttp://www.cdc.gov/parasites/about.htmlhttp://www.acaai.org/allergist/allergies/Types/food-allergies/types/Pages/eosinophilic-esophagitis.aspxhttp://www.acaai.org/allergist/allergies/Types/food-allergies/types/Pages/eosinophilic-esophagitis.aspxhttp://www.acaai.org/allergist/allergies/Types/food-allergies/types/Pages/eosinophilic-esophagitis.aspxhttp://www.acaai.org/allergist/allergies/Types/food-allergies/types/Pages/eosinophilic-esophagitis.aspxhttp://www.acaai.org/allergist/allergies/Types/food-allergies/types/Pages/eosinophilic-esophagitis.aspxhttp://www.cdc.gov/parasites/about.html
  • 7/21/2019 Tentir 1B

    45/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi45

    SAP FKUI 2010

    Gambar di atas menunjukkan perjalanan infeksi malaria hingga terdapat

    imunitas klinis. Dimulai dari infeksi sporozoit (sporozoite infection [sp]),

    infeksi malaria tidak semerta-merta langsung menimbulkan gejala klinis.

    Terdapatprepatent period(p) yang berarti selang waktu antara infeksi

    hingga parasit dapat terdeteksi dalam darah, tetapi belum menimbulkan

    gejala klinis. Garis biru menunjukkan batas minimum deteksi mikroskopik

    yang menandakan berakhirnyaprepatent period tersebut. Selainprepatent

    period, terdapat pula istilah masa inkubasi (i) yang berarti masa

    asimptomatik setelah infeksi terjadi. Masa inkubasi ini mencakupprepatent

    period. Garis merahpada gambar dikenal sebagai ambang batas klinisatau

    derajat parasitemia minimal yang dapat menghasilkan gejala klinis. Garis

    hitam menunjukkan kuantitas parasitemia selama perjalanan penyakit.Apabila digambar dengan garis putus-putus artinya parasitemia sudah

    terjadi, tetapi belum dapat terdeteksi.

    Warna area yang berbeda-beda pada latar belakang grafik memperlihatkan

    kondisi klinis pasien terinfeksi. Warna kuning berarti pasien mengalami

    parasitemia subpaten. Warna oranye berarti pasien mengalami parasitemia

    paten asimptomatik. Sementara warna merah menunjukkan parasitemia

    yang sudah termanifestasikan.

    3.

    Imunitas yang Tidak Adekuat

    Bentuk sporozoit malaria yang menginfeksi eritrosit dapat menyisipkan

    antigen malaria pada membran sel eritrosit. Antigen tersebut dikode oleh

    berbagai gen, seperti antigen PfEMP yang dikode gen var. Karakteristik

    struktur dari antigen PfEMP berbeda antarsubtipe plasmodium. Padahal,

    antigen inilah yang merangsang respons imun adaptif, terutama produksi

    antibodi. Apabila terjadi infeksi ulang oleh plasmodium dengan subtipe yg

    berbeda, antibodi yg sudah ada tidak dapat mengenal infeksi tersebut. Halini berpotensi menyebabkan penyakit berat akibat proliferasi parasit tidak

    terkontrol.

    Imunopatogenesis

    Vektor malaria, nyamuk Anopheles akan mendeposisi plasmodium ketika

    mengisap darah manusia. Plasmodium akan masuk ke pembuluh darah dan

    menginfeksi hepatosit. Parasit mengalami pematangan di sel hati dan akhirnya

    kembali ke darah dalam bentuk sporozoit yang menginfeksi hepatosit. Dua

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    46/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi46

    SAP FKUI 2010

    infeksi sel inang yang berbeda ini (infeksi hepatosit dan eritrosit) menginduksi

    jalur respons imun berbeda pula:

    1.Infeksi hepatosit menginduksi respons imun seluler berupa aktivasi sel T CD8

    menjadi sel T sitotoksik yang melisiskan hepatosit terinfeksi. Proses aktivasidan diferensiasi ini diinisasi oleh presentasi antigen plasmodium yang

    tertinggal pada kulit saat inokulasi pertama kali oleh vektor. Antigen

    kemudian disalurkan melalui pembuluh limfatik menuju kelenjar getah

    bening. Salah satu antigen plasmodium yg dipresentasikan adalah protein

    sirkumsporozoit.

    2.Sementara itu, infeksi eritrosit menginduksi respons imun seluler melalui

    perantara sel TH1. Eritrosit terinfeksi mengekspresikan protein antigen pada

    membran selnya. Protein ini dapat dideteksi oleh APCs seperti sel dendritik

    dan makrofag. Penjelasan ini saya terjemahkan dari gambar, agak blunder

    sebetulnya karena sel dendritik itu biasanya adanya di jaringan perifer,

    pembuluh limfatik, atau organ limfoid sementara makrofag di pembuluh

    darah juga belum sepenuhnya matur (a.k.a.: monosit). Ada satu jenis sel

    dendritik, yaitu sel dendritik plasmasitoid yg lebih banyak di pembuluh

    darah. Tapi subtipe sel dendritik yg satu ini terutama berperan dalam infeksi

    virus. Karena gambarnya gak disertai sumber jurnal jadi yodah deh gak bisadilacak penjelasannya.

    Yang selanjutnya terjadi adalah proses aktivasi sel T CD4 naif dan

    diferensiasinya menjadi sel TH1. Sitokin IFN-gamma yang disekreskan

    berbagai sel (terutama sel TH1, tetapi sel NK dan sel Tjuga produksi IFN-

    gamma) akan meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag. Makrofag

    yang teraktivasi merespons, salah satunya, dengan meningkatkan sekresi

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    47/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi47

    SAP FKUI 2010

    TNF-alfa, sitokin proinflamasi yang berpotensi merugikan. Namun demikian,

    dalam konsentrasi optimal, kombinasi IFN-gamma dan TNF-alfa

    menginduksisekresi NO oleh makrofag yg bersifat paraticidal.

    3.Protein antigen abnormal pada eritrosit terinfeksi juga menginduksi respons

    imun humoral dan berujung pada sekresi IgG spesifik protein antigen terkait.

    Antibodi ini bekerja mengatasi infeksi malaria melalui tiga mekanisme:

    Menginhibisi sitoadherensi. Salah satu patogenesis infeksi malaria yang

    termanifestasi sebagai gejala klinis adalah sitoadherensi, yakni perlekatan

    antareritrosit dan/atau eritrosit dengan endotel pembuluh kapiler

    hingga terjadi hambatan aliran darahpada area tertentu. Sitoadherensi

    diperantarai oleh ikatan antarprotein antigen yg dapat menginduksi

    produksi antibodi. Inhibisi invasi eritrosit yang masih sehat oleh sporozoit. Sporozoit juga

    mengekspresikan antigen tertentu yang dapat menginduksi produksi

    antibodi spesifik. Antibodi ini kemudian dapat menetralisasi sporozit

    sehingga mencegah patogen tersebut menginfeksi eritrosit.

    Antibodi yang berikatan dengan antigen dapat dideteksi oleh sel NK yg

    kemudian melisiskan parasit/sel terinfeksi (antibody dependent

    cytotoxicity).

    Patofisiologi dan Berbagai Manifestasi Klinis Infeksi Malaria

    Area Endemis Tinggi

    Pada area endemis tinggi, penyakit berat akibat malaria (malaria serebral)

    justrujarang terjadipada anak-anak di bawah 2 tahundan lebih sering pada

    anak yg lebih tua yg mengalami infeksi sekunder.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    48/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi48

    SAP FKUI 2010

    Pajanan pertama kali (primer) saat anak berusia di bawah 2 tahun hanyamenimbulkan gejala ringan karena keterbatasan sitokin proinflamasi yg

    dihasilkan oleh sistem imun. Mengapa demikian? Karena pada usia < 2

    tahun sistem imun adaptif/spesifik seorang anak belum berkembang dengan

    sempurna sehingga respons inflamasi yang terjadi tidak berlebihandan

    cukup untuk mengeradikasi parasit secara efektif. Akan tetapi, pajanan

    pertama ini tetap menghasilkan subset sel T memori yg berjaga-jaga untuk

    merespons dengan lebih cepat dan lebih hebat.

    Jika pajanan kedua terjadi saat sistem imun anak sudah berkembang

    sempurna, sel T memori yg sebelumnya terbentuk akan menginisiasi

    sistem imun adaptifnya untuk memberikan respons hebat. Meskipun inisiasi

    ini bertujuan untuk membasmi parasit, inflamasi hebat yg dihasilkan justru

    malah bersifat merugikan. Akibatnya bisa sampai terjadi syok sistemikatau

    malaria serebral.

    Pajanan secara kronis setelah pajanan kedua, sama seperti infeksi kronis

    helmint,justru menyebabkan stimulasi sel Treg yg mensekresikan sitokinantiinflamasi (IL-10 dan TGF-beta). Sitokin ini menghambat kerja sitokin

    proinflamasi. Akibatnya infeksi parasit terus terjadi, tetapi pasien tidak

    menunjukkan gejala klinis (kondisi yg dikenal sebagai imunitas klinis).

    Area Nonendemis atau Endemis Rendah

    Berkebalikan dengan yg terjadi pada area endemis malaria, pada area endemis

    rendah/nonendemis, risiko terjadinya malaria berat lebih besar pd org

    dewasa. Hal ini diduga terjadi akibat reaksi silang sel TH1.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    49/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi49

    SAP FKUI 2010

    Infeksi berbagai mikroba lain (Toxoplasma, toksoid tetanus, adenovirus,

    mycobacteria, streprococcal, dan fungi) menghasilkan berbagai subset sel T

    memori yg spesifik terhadap masing-masing mikroba tersebut. Akan tetapi,pada kenyataannya subset sel T memori tersebut bereaksi terhadap pajanan

    antigen malaria saat infeksi primer. Akibatnya, terjadi produksi berbagai

    sitokin proinflamasi yang menyebabkan penyakit berat (syok sistemik dan

    malaria serebral).

    Jika terjadi infeksi berikutnya (yg kemungkinan kejadiannya kecil karena pasien

    tinggal di area endemis rendah), respons sel Treg yang mendominasi dan

    terjadilah imunitas klinis. Ohya, kondisi ini sering ditemukan pada orangdewasa dari area nonendemis yg travelling ke area endemis tanpa

    pengobatan profilaksis.

    Mengapa pada anak-anak di area endemis rendah/nonendemis tidak terjadi

    penyakit berat? Tentu saja karena paparan infeksi belum sebanyak orang

    dewasa sehingga kemungkinan anak-anak mempunyai sel T memori yg

    bereaksi silang terhadap antigen malaria jauh lebih kecil. Dengan demikian,

    pada infeksi primer, malaria tidak akan menyebabkan penyakit begitu berat.

  • 7/21/2019 Tentir 1B

    50/64

    Tentir I-B Infeksi Imunologi50

    SAP FKUI 2010

    Jika infeksi terus berlanjut, meskipun tanpa gejala klinis yg begitu hebat karena

    infeksi cenderung terkontrol, tetap akan terjadi induksi sel Treg yg

    menghasilkan sitokin antiinflamasiimunitas klinis.

    Selamat datang di tentir farmako lagi.. Kali ini kita akan bahas mengenai

    immunomodulator dan antipiretik. Meskipun immunomodulator ini

    kompetensinya dokter spesialis, ada baiknya kita juga tau loh... Tapi hukumnya

    NICE TO KNOW nih.. (diulang mulu sama dr. Dewi loo). Kata dr.Dewi pas kuliah

    sih gak banyak ditanya yg immunomodulator, paling yang antipiretiknya aja yg

    banyak.. Jadi yg kepepet a.k.a SKS, yaaa, sa