thahrah 2

26
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang maha suci dan mencintai kesucian serta kebersihan, yang rahman dan yang rahim kepada seluruh mahluknya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi agung Muhammad SAW. Yang telah membawa ajaran islam bagi umatnya menuju keselamatan, agama yang menjunjung tinggi kesucian, kebersihan dan keindahan. Kebersihan adalah awal dari kebaikan, jika sesuatu itu bersih maka akan sehat, jika sesuatu itu bersih maka akan indah. Begitu pentingnya kebersihan dan kesucian dimata ajaran islam, maka kita harus bisa memahami bagaimana cara untuk menjaga kebersihan dan kesucian sesuai dengan tuntunan agar benar dan sempurna menurut peraturan syari’at guna beribadah kepada yang maha suci, yaitu Allah SWT dan mendapatkan ridhanya. Amin… Tiada gading yang tak retak begitu pula dengan pembuatan makalah ini, penulis sadar akan keterbatasan serta kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka kami sangat berterima kasih apabila ada sanggahan, kritik serta saran dari pembaca. Mataram, 25 Juni 2012 Penulis,

description

fbbfb

Transcript of thahrah 2

Page 1: thahrah 2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang maha suci dan mencintai

kesucian serta kebersihan, yang rahman dan yang rahim kepada seluruh mahluknya.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi agung

Muhammad SAW. Yang telah membawa ajaran islam bagi umatnya menuju

keselamatan, agama yang menjunjung tinggi kesucian, kebersihan dan keindahan.

Kebersihan adalah awal dari kebaikan, jika sesuatu itu bersih maka akan sehat,

jika sesuatu itu bersih maka akan indah. Begitu pentingnya kebersihan dan kesucian

dimata ajaran islam, maka kita harus bisa memahami bagaimana cara untuk  menjaga

kebersihan dan kesucian sesuai dengan tuntunan agar benar dan sempurna menurut

peraturan syari’at guna beribadah kepada yang maha suci, yaitu Allah SWT dan

mendapatkan ridhanya. Amin…

            Tiada gading yang tak retak begitu pula dengan pembuatan makalah ini,

penulis sadar akan keterbatasan serta kekurangan dalam penyusunan makalah ini,

maka kami sangat berterima kasih apabila ada sanggahan, kritik serta saran dari

pembaca.

Mataram, 25 Juni 2012

Penulis,

Page 2: thahrah 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang maha suci dan mencintai

kesucian serta kebersihan, yang rahman dan yang rahim kepada seluruh mahluknya.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi agung Muhammad

SAW.

            Latar belakang disusunnya makalah ini pertama untuk memenuhi tugas mata

kuliah Fiqh Ibadah, kedua penulis melihat bagaimana pentingnya masalah thaharah

dalam kajian fiqh, itu terbukti jika kita perhatikan disetiap literature kajian tentang

fiqh, maka thaharahlah yang menempati bab pertama. Karena memang thaharah

adalah kunci awal ibadah-ibadah yang akan kita laksanakan, misal ketika seseorang

hendak melakukan shalat maka ia harus suci dari hadas dan najis terlebih dahulu.

Walaupun makalah ini hanya membahas sepintas saja tentang thaharah akan tetapi

semoga bermanfaat bagi para pembaca. Amin..

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang penyusunan makalah ini, maka penulis akan

mencoba membahas tentang apa yang dimaksud dengan thaharah, alat yang

digunakan dalam thaharah, jenis-jenis najis, cara berwudhu’, cara bertayammum dan

cara mandi janabah.

Page 3: thahrah 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah

Istilah thaharah berasal dari  kata-kata arab artinya :bersuci. Sedangkan

thaharah secara tinjauan agama berarti mengerjakan sesuatu yang menyebabkan

seseorang diperbolehkan mengerjakan shalat atau thawaf mengitari ka’bah seperti

wudhu’, mandi, tayammum dan menghilangkan najis.

B. Landasan Hukum

Adanya kewajiban thaharah bersuci, membuktikan bahwa islam menghendaki

bahwa setiap pemeluknya senantiasa memelihara kesucian diri, baik lahir maupun

batin. Allah SWT berfirman (QS. Al Baqarah: 222).

Dan sabda Nabi Muhammad SAW :

“Kuncinya shalat itu bersuci. Haram (berkomunikasi dengan yang selain Allah) jika

telah takbir,dan halal jika telah salam”. (HR.Ahmad dan ashhab al sunnah)

C. Pembagian Jenis Thaharah

Ada banyak sudut pandang saat kita membagi thaharah ini.Salah satunya kita

bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang besar,

yaitu thaharah hakiki dan thaharah hukmi. 1

a. Thaharah Hakiki

Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan

kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa

thaharah hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis.Seorang yang shalat dengan

memakai pakaian yang ada noda darah atau air kencing, tidak sah shalatnya. Karena

dia tidak terbebas dari ketidaksucian secara hakiki.

Thaharah hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel,

baik pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibadah ritual.Caranya

bermacam-macam tergantung level kenajisannya.Bila najis itu ringan, cukup dengan

memercikkan air saja, maka najis itu dianggap telah lenyap. Bila najis itu berat, harus

dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya dengan tanah. Bila najis itu pertengahan,

disucikan dengan cara mencucinya dengan air biasa, hingga hilang warna, bau dan

rasa najisnya.

Page 4: thahrah 2

b. Thaharah Hukmi

Thaharah hukmi maksudnya adalah sucinya kita dari hadats, baik hadats kecil

maupun hadats besar (kondisi janabah). Thaharah secara hukmi tidak terlihat

kotornya secara fisik. Bahkan boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran pada diri kita.

Namun tidak adanya kotoran yang menempel pada diri kita, belum tentu dipandang

bersih secara hukum. Bersih secara hukum adalah kesucian secara ritual.

Seorang yang tertidur, buang angin (kentut) batal wudhu’-nya, boleh jadi

secara fisik tidak ada kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang

dengan cara berwudhu’  bila ingin melakukan ibadah ritual tertentu seperti shalat,

thawaf dan lainnya. Demikian pula dengan orang yang keluar mani,  meski dia telah

mencuci maninya dengan bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia tetap

belum dikatakan suci dari hadats besar hingga selesai dari mandi janabah. Jadi

thaharah hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara fisik memang tidak ada

kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci untuk melakukan ritual

ibadah. Thaharah hukmi didapat dengan cara berwudhu’ atau mandi janabah.

D. Najis

An-Najasah dalam bahasa Indonesia sering dimaknai dengan najis. Meski pun

secara bahasa Arab tidak identikmaknanya. Najis sendiri dalam bahasa Arab ada dua

penyebutannya. 2

o Pertama : Najas (ذجس) maknanya adalah benda yang hukumnya najis.

o Kedua : Najis (ذجس) maknanya adalah sifat najisnya.

An-Najasah (najis) itu lawan dari thaharah yang maknanya kesucian.

Najis terbagi menjadi tiga. Berikut perincian ketiga najis itu beserta cara

menyucikannya.

1. Najis mughallazhah (berat), yaitu najis anjing, babi dan keturunannya atau

yang dihasilkan dari salah satunya. Cara menyucikannya wajib dibasuh tujuh

kali dan satu kali diantaranya dicampur dengan tanah (debu).

2. Najis mukhaffafah (ringan), yaitu kencing bayi laki-laki yang belum berumur

dua tahun dan belum makan makanan selain susu. Cara menyucikannya cukup

dengan mencipratkan air pada tempat yang terkena kencing. Berbeda dengan

cara menyucikan kencing anak perempuan atau banci yang belum makan

makanan selain susu. Cara meyucikannya sama dengan kencingnya orang

dewasa, yaitu membasuh dan mengaliri air diatas benda yang terkena najis.

Page 5: thahrah 2

3. Najis mutawassithah (sedang), yaitu seperti air kencing, tinja (kotoran

manusia), dan darah. Cara menyucikannya wajib dengan membasuhnya satu

kali dan sunnah tiga kali basuhan. Najis mutawassithah sendiri terbagi

menjadi dua,yaitu :

o Najis hukmiah, yaitu najis yang tidak diketahui rasa,warna

dan baunya. Cara menyucikannya cukup dengan dibasuh

dengan air.

o Najis ainiah, yaitu najis yang diketahui rasa, warna dan

baunya. Cara menyucikannya wajib dengan menghilangkan

benda najisnya kemudian dibasuh dengan air.

Benda-benda yang dikategorikan najis ialah:

1. Setiap cairan yang memabukkan

2. Air kencing

3. Mazi, yaitu cairan putih yang biasanya keluar ketika rangsangan syahwat

sedang memuncak

4. Wadi, yaitu air putih yang keruh serta kental, biasanya keluar setelah

kencing dikala pikiran tertekan atau ketika membawa barang yang berat.

5. Tinja atau kotoran manusia

6. Kotoran hewan yang dapat dimakan atau yang lain

7. Anjing dan babi berikut keturunan serta spermannya,atau keturunan salah

satunya yang dihasilkan dengan binatang lain yang suci

8. Air luka yang berubah baunya

9. Nanah baik kental maupu cair, karena nanah berasal dari darah yang sudah

membusuk

10. Darah, baik darah manusia maupu yang lain, kecuali hati dan limpa

11. Empedu

12. Muntahan

13. Makanan yang dikeluarkan kembali dari perut binatang untuk dimakan

kedua kali

14. Susu  hewan yang tidak dapat dimakan selain manusia, seperti susu keledai

betina dan anjing hutan

15. Bangkai, kecuali bangkai manusia, belalang dan ikan

Page 6: thahrah 2

16. Bagian binatang yang terpisah sedangkan binatangnya masih hidup

hukumnya sama dengan bangkainya. Sementara itu bagian yang terpisah

dari manusia, seperti kuku, rambut, kulup dan bagian yang terpisah dari

belalang dan ikan , hukumnya tetap suci. Adapun bagian terpisah dari

binatang yang halal dimakan, seperti bulu domba (wol), tulang dari bangkai,

kulit, tanduk, kuku dan bulu kapas,hukumnya juga suci.

E. Air

Allah SWT berfirman dalam (QS: Al Anfal:11):

11. (ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)[598].

[598] Memperteguh telapak kaki disini dapat juga diartikan dengan keteguhan hati

dan keteguhan pendirian.

Berdasarkan uraian diatas bahwa air merupakan alat untuk bersuci. Dalam

kajian fiqh, kita mengenal tiga macam air3, yaitu:

1. Air mutlak, yaitu air yang suci (thahir) dan dapat digunakan untuk bersuci dan

untuk mencuci (muthahhir). Yang termasuk dalam air mutlak ialah:

a.Air Hujan, firman Allah SWT (QS. Al Furqan: 48)

b. Air Salju, Es dan Embun. Ungkapan dari do’a iftitah: “Ya Allah,

bersihkanlah diriku dari dosa dengan air, salju dan embun”. (HR.

Jamaah selain Tarmudzi)

c.Air Laut, Berdasarkan hadits Abu Hurairah r.a katanya: Seorang laki-laki

menanyakan kepada Rasulallah SAW,katanya: Ya Rasulallah, kami

biasanya berlayar dilautan dan hanya membawa air sedikit. Jika kami

pakai air itu untuk berwudhu’, akibatnya kami akan kehausan, maka

bolehkah kami berwudhu’ dengan air laut? Berkatalah Rasulallah SAW; 

“Laut itu airnya suci lagi menyucikan,dan bangkainya halal dimakan”  

(Diriwayatkan oleh yang berlima)

d. Air Zamzam, Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ali r.a:

“Bahwasannya Rasulallah SAW meminta diambilkan satu ember air

Page 7: thahrah 2

zamzam, kemudian beliau minum dan berwudhu’ dengan air tersebut”

(HR. Ahmad).

2. Air Musta’mal,

Yaitu air sisa yang mengenai badan manusia karena telah digunakan untuk

wudhu’ atau mandi. Dalam ungkapan hadits, air musta’mal tidaklah najis, sehingga

penggunaannya adalah sah. Sebagaimana diungkapkan hadits-hadits berikut:

o “Bahwasanya Rasulallah SAW mengusap kepala beliau dengan sisa

air yang terdapat pada kedua tangannya” (HR. Abu Daud)

o Hadits riwayat Abdullah bin Umar: “pada masa Rasulallah SAW

wanita dan pria berwudhu dari satu tempat yang sama semuanya” (HR.

Bukhari, Abu Daud, Nasai, Malik dan Ahmad)

o Hadits riwayat Maimunah: “Kami mandi junub bersama Rasulallah

SAW dari satu tempat air yang sama” (HR. Tarmudzi)

3. Air yang tercampur benda suci, yaitu air yang terkena daun bidadari, sabun,

air kapur, lebah, semut . jika air tersebut bercampur dengan benda-benda

tersebut dalam jumlah sedikit, hukumnya tetap suci,selama kemutlakkannya

terjaga, yaitu tidak berubah bau, warna atau rasanya.

4. Air suci yang tidak menyucikan, seperti air kopi, air teh dan sejenisnya.

Karena telah berubah bau, warna atau rasanya.

5. Air sisa yang diminum hewan, dibagi menjadi dua:

a.Hewan yang tidak najis

Maksud hewan yang tidak najis adalah kucing dan himar. Air sisa

minum hewan tersebut tidaklah najis, berdasarkan hadits berikut:

“bahwasanya Rasulallah SAW bersabda: kucing itu tidak najis. Kucing

itu termasuk binatang yang selalu berada disekitar kalian”. (HR. Al

Khamsah, menurut Tarmudzi: hadits ini hasan lagi sahih)

b. Babi dan anjing (QS. Al Ma’idah:3)

6. Air najis, dibagi menjadi dua:

1. Air yang sedikit kurang dari dua kulah, yang terkena najis baik berubah

atau tidak.

2. Air yang banyak, dua kulah atau lebih, yang berubah  (bau, rasa atau

warna) sebab kemasukan sesuatu yang najis, baik berubahnya itu sedikit

Page 8: thahrah 2

atau banyak. ukuran dua kulah menurut Imam Nawawi adalah 174,580

liter air atau 55,9 cm³ air.[4]

F. Wudhu’

Pengertian wudhu’ menurut bahasa artinya bersih dan indah. Menurut

pandangan agama wudhu’ berarti membersihkan anggota wudhu’ untuk

menghilangkan hadast kecil.

Wudhu  adalah sebuah ibadah ritual untuk menyucikan diri dari hadats

kecil dengan menggunakan media air. Yaitu dengan cara membasuh atau mengusap

beberapa bagian anggota tubuh menggunakan air sambil berniat didalam hati dan

dilakukan sebagai sebuah ritual khas atau peribadatan[5]. Bukan sekedar bertujuan

untuk membersihkan secara fisik atas kotoran, melainkan sebuah pola ibadah yang

telah ditetapkan tata aturannya dari AllahSWT.

1. Landasan Hukum

Firman Allah SWT: (QS.Al Ma’idah: 6), yang artinya: Hai orang-orang yang

beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan

tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai

dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu

sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau

menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah

dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan

menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

Cara wudhu’ yang benar adalah sebagaimana yang dicontohkan Rasulallah

SAW, yang diungkapkan dalam hadits-haditsnya, baik yamg qauli (perkataan)

maupun hadits fi’li (perbuatan).

Rasulallah SAW bersabda: “siapa yang wudhu’nya seperti wudhu’nya aku

ini,kemudian melakukan shalat dua raka’at tanpa memikirkan yang lain

(konsentrasi), maka segala dosanya diampuni Allah”. (HR. Muslim)

2. Hukum Wudhu’

[4] M. Masykri Abdurahman, Moh. Syaifun Bakhari, “Kupas Tuntas Shalat Tatacara dan Hikmahnya”, Erlangga, 2006. 

[5] Sayyid Sabiq, “Fikih Sunnah 1”, Alma’arif, Bandung,1973.

Page 9: thahrah 2

Hukum wudhu’  bisa wajib dan bisa sunnah, tergantung konteks untuk apa kita

berwudhu’.

a. Hukumnya fardu/ wajib, yaitu hukumnya fardu (wajib) manakala

seseorang akan mlakukan hal-hal berikut.

o Melakukan Shalat

Baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Termasuk juga didalamnya

sujud tilawah.

o Untuk Menyentuh Mus-haf Al-Quran Al-Kariem

Meskipun tulisan ayat Al-Quran Al-Kariem itu hanya ditulis di atas

kertas biasa atau di dinding atau ditulis pada uang kertas. Ini

merupakan pendapat jumhur ulama yang didasarkan kepada ayat Al-

Quran Al-Kariem (QS.Al Waqi’ah: 79)

o Tawaf di Seputar Ka`bah

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum berwudhu` untuk tawaf di

ka`bah adalah fardhu. Kecuali Al-Hanafiyah, Hal itu didasari oleh

hadits Rasulullah SAW yang berbunyi :

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Tawaf di

Ka`bah itu adalah shalat, kecuali Allah telah membolehkannya untuk

berbicara saat tawaf. Siapa yang mau bicara saat tawaf, maka

bicaralah yang baik-baik.(HR. Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Tirmizy)

b. Hukumnya Sunnah, Sedangkan yang bersifat sunnah adalah bila akan

mengerjakan hal-hal berikut ini :

o Mengulangi wudhu` untuk tiap shalat

Hal itu didasarkan atas hadits Rasulullah SAW yang menyunnahkan

setiap akan shalat untuk memperbaharui wudhu` meskipun belum batal

wudhu`nya.

Dari Abi Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Seandainya

tidak memberatkan ummatku, pastilah aku akan perintahkan untuk

berwudhu’ pada tiap mau shalat. Dan wudhu itu dengan bersiwak.

(HR. Ahmad dengan isnad yang shahih)

o Menyentuh Kitab-kitab Syar`iyah

Page 10: thahrah 2

Seperti kitab tafsir, hadits, aqidah, fiqh dan lainnya. Namun bila di

dalamnya lebih dominan ayat Al-Quran Al-Kariem, maka hukumnya

menjadi wajib.

o Ketika Akan Tidur

Disunnahkan untuk berwudhu’  ketika akan tidur, sehingga seorang

muslim tidur dalam keadaan suci. Dalilnya adalah sabda Rasulullah

SAW :

Dari Al-Barra` bin Azib bahwa Rasulullah SAW bersabda,:”Bila kamu

naik ranjang untuk tidur, maka berwudhu`lah sebagaimana kamu

berwudhu` untuk shalat. Dan tidurlah dengan posisi di atas sisi

kananmu” . (HR. Bukhari dan Tirmizy).

o Sebelum Mandi janabah

Sebelum mandi  janabah disunnahkan untuk berwudhu` terlebih

dahulu. Demikian juga disunnahkan berwudhu` bila seorang yang

dalam keaaan junub,  mau makan, minum, tidur atau mengulangi

berjimak lagi.

Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW :

Dari Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bila dalam keadaan

junub dan ingin makan atau tidur, beliau berwudhu` terlebih dahulu.

(HR. Ahmad dan Muslim)

Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bila ingin tidur dalam

keadaan junub, beliau mencuci kemaluannya dan berwudhu` terlebih

dahulu seperti wudhu` untuk shalat. (HR. Jamaah)

Dan dasar tentang sunnahnya berwuhdu’  bagi suami istri yang ingin

mengulangi hubungan seksual adalah hadits berikut ini :

Dari Abi Said al-Khudhri bahwa Rasulullah SAWbersabda,:”Bila

kamu berhubungan seksual dengan istrimu dan ingin mengulanginya

lagi, maka hendaklah berwuhdu’ terlebih dahulu”.(HR. Jamaah

kecuali Bukhari)

o Ketika Marah

Untuk meredakan marah, ada dalil perintah dari Rasulullah SAW

untuk meredakannya dengan membasuh muka dan berwudhu`.

Page 11: thahrah 2

“Bila kamu marah, hendaklah kamu berwudhu`”. (HR.Ahmad dalam

musnadnya)

o Ketika Membaca Al-Quran

Hukum berwudhu’ ketika membaca Al-Quran Al-Kariem adalah

sunnah, bukan wajib. Berbeda dengan menyentuh mushaf menurut

jumhur. Demikian juga hukumnya sunnah bila akan membaca hadits

Rasulullah SAW serta membaca

kitab-kitab syariah. Diriwayatkan bahwa Imam Malik ketika

mengimla`kan

pelajaran hadits kepada murid-muridnya, beliau selalu berwudhu`

terlebih dahulu sebagai takzim kepada hadits Rasulullah SAW.

o Ketika Melantunkan Azan, Iqamat, Khutbah dan Ziarah Ke

Makam Nabi SAW

3. Fardu Wudhu’

Fardu wudhu’[6] ada enam (6), yaitu:

a. Niat

Niat wudhu’ adalah ketetapan di dalam hati seseorang untuk melakukan

serangkaian ritual yang bernama wudhu’sesuai dengan apa yang ajarkan oleh

Rasulullah SAW dengan maksud ibadah. Sehingga niat ini membedakan antara

seorang yang sedang memperagakan wudhu’ dengan orang yang sedang melakukan

wudhu’.Kalau sekedar memperagakan, tidak ada niat untuk melakukannya sebagai

ritual ibadah. Sebaliknya, ketika seorang berwudhu’, dia harus memastikan di dalam

hatinya bahwa yang sedang dilakukannya ini adalah ritual ibadah berdasar petunjuk

nabi SAW untuk tujuan tertentu.

b. Membasuh muka

Para ulama menetapkan bahwa batasan wajah seseorang itu adalah tempat

tumbuhnya rambut (manabit asy-sya'ri) hingga ke dagu dan dari batas telinga kanan

hingga batas telinga kiri.

c. Membasuh kedua tangan hingga kesiku

Secara jelas disebutkan tentang keharusan membasuh tangan hingga ke siku.

Dan para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud adalah bahwa siku harus ikut

[6] Dr.Sa’id bin Ali bin Wahaf al-Qathani. “panduan bersuci:bersuci yang benar menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah”. Almahira. Jakarta. 2006. Hal: 75

Page 12: thahrah 2

dibasahi. Sebab kata dalam ayat itu adalah lintihail ghayah. Selain itu karena yang

disebut dengan tangan adalah termasuk juga sikunya.

d. Membasuh atau menyapu sebagian dari kepala

Yang dimaksud dengan mengusap adalah meraba atau menjalankan tangan ke

bagian yang diusap dengan membasahi tangan sebelumnya dengan air. Sedangkan

yang disebut kepala adalah mulai dari batas tumbuhnya rambut di bagian depan (dahi)

ke arah belakang hingga ke bagian belakang kepala.

e. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki

Menurut jumhur ulama, yang dimaksud dengan hingga mata kaki adalah

membasahi mata kakinya itu juga. Sebagaimana dalam masalah membahasi siku

tangan.

f. Tertib atau berurutan.

Yang dimaksud  dengan  tartib adalah mensucikan anggota wudhu secara

berurutan mulai dari yang awal hingga yang akhir. Maka membasahi anggota wudhu’

secara acak akan menyalahi aturan wudhu’.

4. Syarat-syarat Wudhu’

a. Beragama islam

b. Mumayid yaitu seseorang yang telah dapat membedakan antara yang

bersih dan yang kotor

c. Suci dari haid dan nifas

d. Menggunakan air yang suci lagi menyucikan

e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air sampai kekulit(anggota

wudhu’) seperti getah, minyak dan sebagainya

f. Mengetahui mana yang wajib dan sunnah.

5. Sunnah-sunnah Wudhu’:

a. Mencuci kedua tangan hingga pergelangan tangan

b. Membaca basmalah sebelum berwudhu`

c. Berkumur dan memasukkan air ke hidung, bersiwak atau

membersihkan gigi

d. Meresapkan air kejenggot yang tebal dan jari

e. Membasuh tiga kali tiga kali

Page 13: thahrah 2

f. Membasahi seluruh kepala dengan air

g. Membasuh dua telinga luar dan dalam dengan air yang baru

h. Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri.

6. Tatacara Wudhu’[7]:

a. Niat

b. Membaca basmalah

c. Mencuci tangan

d. Bersiwak atau menggosok gigi

e. Berkumur dan menghirup air (memasukan air kelubang hidung)

f. Mencuci muka

g. Mencuci kedua tangan hingga siku

h. Mengusap kepala

i. Mengusap telingga

j. Mencuci kaki

k. Membaca syahadat (Do’a setelah wudhu’)

8. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN WUDHU’:

1. Keluarnya sesuatu apapun yang keluar dari dubur (pantat) atau qubul (kemaluan).

2. Tidur yang bukan dalam posisi tamakkun (tetap) diatas bumi

3. Hilang akal karena mabuk atau sakit

4. Menyentuh kemaluan secara langsung (tanpa penghalang)

5. Bersentuhan kilit lawan jenis yang bukan mahram (mahzab As-Syafi’iyah)

TAYAMMUM

BAB III

1.PENGERTIAN TAYAMMUM

Secara bahasa, tayammum itu maknanya adalah ( القصد) al-qashdu,

yaitu bermaksud.

Sedangkan secara syar`i maknanya adalah bermaksud kepada tanah atau

penggunaan tanah untuk bersuci dari hadats kecil maupun hadats besar. Caranya

dengan menepuk-nepuk kedua tapak tangan keatas tanah lalu diusapkan ke wajah dan

kedua tangan dengan niat untuk bersuci dari hadats.

2.LANDASAN HUKUM

Page 14: thahrah 2

Firman Allah SWT:(QS. An Nisa’: 43)

3.HAL –HAL YANG MEMBOLEHKAN BERTAYAMMUM

1.Tidak ada air

Ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa selama seseorang tidak mendapatkan

air, maka selama itu pula diperbolehkan tetap bertayammum, meskipun dalam jangka

waktu yang lama dan terus menerus.

Dari Abi Dzar r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda:"Tanah itu mensucikan bagi

orang yang tidak mendapatkan air meski selama 10 tahun". (HR. Abu Daud, Tirmizi,

Nasa`i, Ahmad).

2.Karena sakit,

3.Karena suhu yang sangat dingin

4.Karena tidak terjangkau, Kondisi ini sebenarnya bukan tidak ada air. Air ada tapi

tidak bisa dijangkau. Meskipun ada air, namun bila untuk mendapatkannya ada resiko

lain yang menghalangi, maka itupun termasuk yang membolehkan tayammum.

5.Karena air tidak cukup

6.Karena takut habisnya waktu

4.TANAH YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK  TAYAMMUM

Dibloehkan bertayammum dengan menggunakan tanah yang suci dari najis. Dan

semua yang sejenis dengan tanah seperti batu, pasir atau kerikil. Sebab di dalam Al-

Quran disebutkan dengan istilah sha`idan thayyiba  yang artinya disepakati ulama

sebagai apapun yang menjadi permukaan bumi, baik tanah atau sejenisnya.

5.SUNNAH TAYAMMUM

1.Membaca Basmalah

2. Mengadap kiblat

3. Mendahului menyapu anggota kanan

4. Mengejakan dengan berturut-berturut.

6.TATA CARA BERTAYAMMUM

1. Niat

2. Membaca Basmallah

3. Menekankan  kedua tangan ketanah yang suci dari najis

4. Mengusap wajah dangan debu tadi

5. Menekankan kedua telapak tangan ketanah sekali lagi, lalu mengusap tangan

hingga siku

Page 15: thahrah 2

6. Tertib

Seperti yang dicontohkan Rasulallah SAW:

Dari Ammar ra berkata,"Aku mendapat janabah dan tidak menemukan air. Maka aku

bergulingan di tanah dan shalat. Aku ceritakan hal itu kepada Nabi SAW dan beliau

bersabda,"Cukup bagimu seperti ini : lalu beliau menepuk tanah dengan kedua tapak

tangannya lalu meniupnya lalu diusapkan ke wajah dan kedua tapak tangannya. (HR.

Bukhari dan Muslim)

7.HAL-HAL YANG MEMBATALKAN TAYAMMUM

1. Segala yang membatalkan wudhu` sudah tentu membatalkan tayammum. Sebab

tayammum adalah pengganti dari wudhu`.

2. Bila ditemukan air, maka tayammum secara otomatis menjadi gugur.

3. Bila halangan untuk mendapatkan air sudah tidak ada, maka batallah tayammum.

MANDI JANABAH

BAB IV

1.PENGERTIAN  MANDI JANABAH

o   Istilah janabah berasal dari kata junub, yaitu berarti hubungan kelamin antara suami-

istri (jima’).

o   Menurut pandangan agama mandi janabah yaitu tatacara ritual yang bertujuan

menghilangkan hadast besar.

2.LANDASAN HUKUM

Firman Allah SWT:  (An Nisa’: 43)

3. HUKUM MANDI JANABAH

Hukum mandi janabah  bisa wajib dan bisa sunnah, tergantung konteks untuk apa kita

mandi janabah. 

A.Hukumnya fardu/ wajib, yaitu hukumnya fardu (wajib)[8] manakala seseorang akan

mlakukan hal-hal berikut:

1. Keluar mani disertai syahwat, baik diwaktu tidur maupun bangun, dari laki-

laki maupun wanita. Dibagi menjadi lima:

a. Bila mani  itu keluar tanpa syahwat, tetapi karena sakit atau dingin, maka

tidaklah wajib mandi.

[8 Muhammad Anis Samaji. “125 masalah thaharah”. Tiga Serangkai. Solo. 2008 Hal: 180

Page 16: thahrah 2

b. Bila seseorang bermimpi tetapi tidak menemukan mani maka ia tidak wajib

mandi

c. Bila seseorang bangun tidur lalu menemukan basah tetapi ia tidak ingat

bahwa bermimpi,maka ia wajib mandi jika ia yakin itu adalah mani. Dan jika ia

bimbang apakah itu mani atau bukan , maka ia wajib mandi demi untuk ihtiyath atau

berjaga diri.

d. Bila seseorang merasakan hendak keluarnya mani diwaktu syahwat, lalu

menahan kemaluannya hingga tak jadi keluar, maka tidak wajib ia mandi. Akan tetapi

seandainya ia berjalan dan maninya keluar maka wajiblah ia mandi.

e. bila ia melihat mani pada kainnya, tetapi tidak mengetahui saat keluarnya

dan kebetulan sudah shalat, maka ia wajib mengulangi shalatnya dari tidurnya yang

terakhir.

2. Hubungan kelamin. Dari Abu Hurairah r.a Rasulallah SAW bersabda:

Bahwa Rasulallah SAW telah bersabda:”jika seseorang telah berada diantara

anggotanya empat (maksudnya kedua tangan dan kedua kaki istrinya) lalu

mencampurinya, maka wajiblah mandi, biar keluar mani maupun tidak”.

 (HR. Ahmad dan Muslim)

3. Haid

Nabi SAW bersabda:”Apabila haidh tiba, tingalkan shalat, apabila telah selesai (dari

haidh), maka mandilah dan shalatlah”. (HR Bukhari dan Muslim)

4.Nifas

Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah

melahirkan. Nifas itu mewajibkan mandi janabah, meski bayi yang dilahirkannya itu

dalam keadaan mati. Begitu berhenti dari keluarnya darah sesudah persalinan atau

melahirkan, maka wajib atas wanita itu untuk mandi janabah.

5.Melahirkan

Seorang wanita yang melahirkan anak, meski anak itu dalam keadaan mati,

maka wajib atasnya untuk melakukan mandi janabah. Bahkan meski saat melahirkan

itu tidak ada darah yang keluar. Artinya tidak mengalami nifas, namun tetap wajib

atasnya untuk mandi lantaran persalinan yang dialaminya.

6.Mati bagi orang islam, selain mati syahid.

B. Hukumnya sunnah, yaitu hukumnya sunnah  manakala seseorang akan mlakukan

hal-hal berikut:

Page 17: thahrah 2

1. Shalat Jumat

2. Shalat hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

3. Shalat Gerhana Matahari (kusuf) dan Gerhana Bulan(khusuf)

4. Shalat Istisqa` (minta hujan)

5. Sesudah memandikan mayat

6. Masuk Islam dari kekafiran

7. Sembuh dari gila

8. Ketika akan melakukan ihram

9. Masuk ke kota Mekkah

10. Ketika wukuf di Arafah

11. Ketika akan thawaf, menurut Imam Syafi`i itu adalah salah satu sunnah dalam

berthawaf.      

4.HAL-HAL YANG TERLARANG BAGI ORANG JUNUB:

1. Shalat

2. Thawaf

3. Menyentuh mus-haf Al-Qur’an dan membawanya

4. Membaca Al-Qur’an

5. Menetap dimasjid.

5. FARDU MANDI JANABAH

1. Niat

2. Menghilangkan najis kalau ada dibadan

3. membasuh seluruh angota badan

6. SUNNAH-SUNNAH DALAM MANDI JANABAH

1. Membaca basmalah

2. Membasuh kedua tangan sebelum memasukkan ke dalam air

3. Berwudhu` sebelum mandi Aisyah ra berkata,`Ketika mandi janabah, Nabi SAW

berwudku seperti wudhu` orang shalat (HR Bukhari dan Muslim)

4. Menggosokkan tangan ke seluruh anggota tubuh. Hal ini untuk membersihkan

seluruh anggota badan.

5. Mendahulukan anggota kanan dari anggota kiri seperti dalam berwudhu`.

7. TATA CARA MANDI JANABAH

1. Niat

2. Mencuci kedua tangan dengan sabun

Page 18: thahrah 2

3. Membasuh kemaluan dan dubur

4. Najis-najis dibersihkan

5. Berwudhu’ sebagaimana untuk sholat, dan menurut jumhur disunnahkan untuk

mengakhirkan mencuci kedua kaki

6. Mengalirkan air keseluruh badan dengan memulai sebelah kanan lalu sebelah kiri

7. Memasukan jari-jari tangan yang basah dengan air ke sela-sela rambut, sampai ia

yakin bahwa kulit kepalanya telah menjadi basah

8. Menyiram kepala dengan 3 kali siraman

9. Membersihkan seluruh anggota badan

10. Mencuci kaki.

Seperti yang dicontohkan Rasulallah SAW:

Aisyah RA berkata,`Ketika mandi janabah, Nabi SAW memulainya dengan mencuci

kedua tangannya, kemudian ia menumpahkan air dari tangan kanannya ke tangan

kiri lalu ia mencuci kemaluannya kemudia berwudku seperti wudhu` orang shalat.

Kemudian beliau mengambil air lalu memasukan jari-jari tangannya ke sela-sela

rambutnya, dan apabila ia yakin semua kulit kepalanya telah basah beliau menyirami

kepalnya 3 kali, kemudia beliau membersihkan seluruh tubhnya dengan air kemudia

diakhir beliau mencuci kakinya (HR Bukhari/248 dan Muslim/316)