Tramadol untuk Nyeri Muskuloskeletal Terkini_Tramadol...pilihan utama terapi untuk nyeri...

1
451 BERITA TERKINI CDK-217/ vol. 41 no. 6, th. 2014 Tramadol untuk Nyeri Muskuloskeletal REFERENSI: 1. Schug SA. The role of tramadol in current treatment strategies for musculoskeletal pain. Ther Clin Risk Manag. 2007 October; 3(5):717-23. 2. Hochberg MC, Altman RD, April KT, Benkhalti M, Guyatt G, McGowan J, et al. American College of Rheumatology 2012 recommendations for the use of nonpharmacologic and pharmacologic therapies in osteoarthritis of the hand, hip, and knee. Arthritis Care & Research Vol. 64, No. 4, April 2012, pp 465-74. N on-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) merupakan salah satu pilihan utama terapi untuk nyeri muskuloskeletal derajat sedang. Akan tetapi selain efek samping gastrointestinal dan renal yang sudah diketahui sebelumnya, kini hampir semua NSAID, kecuali acetylsalicyic acid dan naproxen, dikaitkan dengan risiko kardiovaskuler. Terlepas dari risiko efek samping NSAID yang sudah diketahui, banyak dokter masih menggunakan obat ini untuk penanganan nyeri derajat sedang, kebanyakan adalah nyeri muskuloskeletal. Guideline-guideline terbaru untuk osteoartritis dan low back pain yang dikeluarkan oleh berbagai badan kesehatan merekomendasi- kan NSAID dan COX-2 inhibitor hanya untuk keadaan tertentu saja, pada dosis efektif minimal dan dalam durasi sesingkat mungkin. Guideline-guideline ini lebih menekankan mengenai penggunaan paracetamol dan opioid. Tetapi penggunaan opioid masih belum optimal, sekalipun merupakan analgesik yang efektif dengan toksisitas organ minimal. Tramadol memiliki berbagai kelebihan. Tramadol memiliki efek multi modal yang efektif untuk nyeri nosiseptif dan neuropati, karena tramadol memiliki 2 mekanisme kerja, yaitu sebagai opioid dan monoaminergik. Lebih lanjut, efek samping seperti konstipasi, depresi saluran napas, dan sedasi lebih jarang terjadi pada tramadol dibanding opioid lain. Tramadol juga telah diresepkan lebih dari 30 tahun untuk berbagai indikasi. Tramadol kini dianggap sebagai analgesik pilihan pertama untuk banyak kondisi muskuloskeletal. American Pain Society merekomendasikan tramadol sebagai monoterapi atau di- kombinasikan dengan paracetamol atau NSAID sebagai terapi osteoartritis pada stadium berapa pun. Guideline European League Against Rheumatism (EULAR) tahun 2005 untuk penanganan osteoartritis panggul menyatakan bahwa analgesik opioid merupakan alternatif yang bermanfaat pada pasien yang dikontraindikasikan untuk diberi NSAID . The European Guidelines for the Management of Chronic Non-Specific Low Back Pain tahun 2006 menyatakan bahwa terdapat bukti kuat bahwa opioid lemah meredakan nyeri dan disabilitas dalam jangka waktu pendek. Guideline ini juga menyarankan dokter sebaiknya mengurangi penggunaan NSAID dan COX-2 inhibitor dan sebaiknya meningkatkan penggunaan opioid. American Geriatrics Society Panel (ASG) on Persistent Pain ini Older Persons pada tahun 2002 menganggap untuk pasien lanjut usia, terapi opioid jangka panjang mungkin memiliki risiko mengancam nyawa yang lebih rendah dibanding penggunaan harian NSAID. American College of Rheumatology menyata- kan bahwa efikasi tramadol ditemukan sebanding dengan ibuprofen pada pasien osteoartritis lutut atau panggul, dan terbukti bermanfaat sebagai terapi adjuvan pada pasien yang gejalanya kurang terkontrol dengan NSAID. Implikasinya adalah tramadol lebih dapat digunakan dibanding NSAID pada pasien dengan komplikasi jantung atau ginjal. Jika pasien sudah diberi NSAID, tramadol tetap dapat diberikan sesuai dengan pendekatan multi modal analgesia, sehingga dapat mengurangi dosis NSAID. Guideline terbaru yang mendukung penggunaan tramadol adalah dari American College of Rheumatology 2012; bersama paracetamol, NSAID oral, NSAID topikal, kortikosteroid intraartikuler, tramadol direkomendasikan sebagai salah satu plihan utama untuk osteoartritis lutut, panggul, dan tangan. Simpulannya, NSAID oral terkait dengan risiko efek samping gastrointestinal, renal, dan kardiovaskuler. Tramadol direkomendasikan oleh berbagai guideline untuk penanganan nyeri muskuloskeletal dan dapat menjadi alternatif yang lebih baik dari NSAID oral. (AGN) Gambar 1 Mekanisme kerja dari tramadol

Transcript of Tramadol untuk Nyeri Muskuloskeletal Terkini_Tramadol...pilihan utama terapi untuk nyeri...

Page 1: Tramadol untuk Nyeri Muskuloskeletal Terkini_Tramadol...pilihan utama terapi untuk nyeri muskuloskeletal derajat sedang. Akan tetapi selain efek samping gastrointestinal dan renal

451

BERITA TERKINI

CDK-217/ vol. 41 no. 6, th. 2014

Tramadol untuk Nyeri Muskuloskeletal

REFERENSI:

1. Schug SA. The role of tramadol in current treatment strategies for musculoskeletal pain. Ther Clin Risk Manag. 2007 October; 3(5):717-23.

2. Hochberg MC, Altman RD, April KT, Benkhalti M, Guyatt G, McGowan J, et al. American College of Rheumatology 2012 recommendations for the use of nonpharmacologic and

pharmacologic therapies in osteoarthritis of the hand, hip, and knee. Arthritis Care & Research Vol. 64, No. 4, April 2012, pp 465-74.

Non-steroidal anti-infl ammatory drug (NSAID) merupakan salah satu pilihan utama terapi untuk nyeri

muskuloskeletal derajat sedang. Akan tetapi selain efek samping gastrointestinal dan renal yang sudah diketahui sebelumnya, kini hampir semua NSAID, kecuali acetylsalicyic acid dan naproxen, dikaitkan dengan risiko kardiovaskuler. Terlepas dari risiko efek samping NSAID yang sudah diketahui, banyak dokter masih menggunakan obat ini untuk penanganan nyeri derajat sedang, kebanyakan adalah nyeri muskuloskeletal.

Guideline-guideline terbaru untuk osteoartritis dan low back pain yang dikeluarkan oleh berbagai badan kesehatan merekomendasi-kan NSAID dan COX-2 inhibitor hanya untuk keadaan tertentu saja, pada dosis efektif minimal dan dalam durasi sesingkat mungkin. Guideline-guideline ini lebih menekankan mengenai penggunaan paracetamol dan opioid. Tetapi penggunaan opioid masih belum

optimal, sekalipun merupakan analgesik yang efektif dengan toksisitas organ minimal.

Tramadol memiliki berbagai kelebihan. Tramadol memiliki efek multi modal yang efektif untuk nyeri nosiseptif dan neuropati, karena tramadol memiliki 2 mekanisme kerja, yaitu sebagai opioid dan monoaminergik.

Lebih lanjut, efek samping seperti konstipasi, depresi saluran napas, dan sedasi lebih jarang terjadi pada tramadol dibanding opioid lain. Tramadol juga telah diresepkan lebih dari 30 tahun untuk berbagai indikasi. Tramadol kini dianggap sebagai analgesik pilihan pertama untuk banyak kondisi muskuloskeletal. American Pain Society merekomendasikan tramadol sebagai monoterapi atau di-kombinasikan dengan paracetamol atau NSAID sebagai terapi osteoartritis pada stadium berapa pun. Guideline European League Against Rheumatism (EULAR) tahun 2005 untuk penanganan osteoartritis

panggul menyatakan bahwa analgesik opioid merupakan alternatif yang bermanfaat pada pasien yang dikontraindikasikan untuk diberi NSAID . The European Guidelines for the Management of Chronic Non-Specifi c Low Back Pain tahun 2006 menyatakan bahwa terdapat bukti kuat bahwa opioid lemah meredakan nyeri dan disabilitas dalam jangka waktu pendek. Guideline ini juga menyarankan dokter sebaiknya mengurangi penggunaan NSAID dan COX-2 inhibitor dan sebaiknya meningkatkan penggunaan opioid. American Geriatrics Society Panel (ASG) on Persistent Pain ini Older Persons pada tahun 2002 menganggap untuk pasien lanjut usia, terapi opioid jangka panjang mungkin memiliki risiko mengancam nyawa yang lebih rendah dibanding penggunaan harian NSAID.

American College of Rheumatology menyata-kan bahwa efi kasi tramadol ditemukan sebanding dengan ibuprofen pada pasien osteoartritis lutut atau panggul, dan terbukti bermanfaat sebagai terapi adjuvan pada pasien yang gejalanya kurang terkontrol dengan NSAID. Implikasinya adalah tramadol lebih dapat digunakan dibanding NSAID pada pasien dengan komplikasi jantung atau ginjal. Jika pasien sudah diberi NSAID, tramadol tetap dapat diberikan sesuai dengan pendekatan multi modal analgesia, sehingga dapat mengurangi dosis NSAID. Guideline terbaru yang mendukung penggunaan tramadol adalah dari American College of Rheumatology 2012; bersama paracetamol, NSAID oral, NSAID topikal, kortikosteroid intraartikuler, tramadol direkomendasikan sebagai salah satu plihan utama untuk osteoartritis lutut, panggul, dan tangan.

Simpulannya, NSAID oral terkait dengan risiko efek samping gastrointestinal, renal, dan kardiovaskuler. Tramadol direkomendasikan oleh berbagai guideline untuk penanganan nyeri muskuloskeletal dan dapat menjadi alternatif yang lebih baik dari NSAID oral. � (AGN)Gambar 1 Mekanisme kerja dari tramadol