Translate Mata 2

15
TEKNIK MENDIAGNOSI S PENYAKIT PERADANGAN PADA MA T A : DULU, SEKARANG DAN MASA MENDATANG :  REVIEW Stephen C Teoh dan Andrew D Dick ABSTRAK. Invest igasi digunaka n untuk membant u diagn osis dan meramal kan hasil pada gan ggu an inf lamasi oku lar ber das arkan pad a teknik yang tela h ber kemban g selama dua abad terakhir telah secara dramatis berkembang dengan kemajuan dalam biologi molekuler dan teknologi pencitraan. eningkatan pemahaman kita tentang proses bio logi das ar inf ekt if dri ve imu nit as bawaan men jembata ni keterli batan kekebalan adaptif telah membentuk teknik untuk menyesua ikan dan men gemban gka n tes! dan member ika n pili han pengobata n yan g dit arg etka n. Teknik diagnostik merupakan hal yang terpenting untuk membedakan penyakit inf lamasi intraokul ar infeksi dari non"infeksi! ter utama dalam kasus ati pikal. #emajuan telah memungkinkan kemampuan kita untuk uji multipleks sejumlah kec il jumlah samp el spe simen int raok ula r termasuk ber air ! sampel jari nga n vitreous. $amun demikian untuk mencapai diagnosis! teknik sering membutuhkan  berbagai tes dari reaksi hipersensitivitas tradisional dan analisis imunoglobulin spesifik mikroba untuk teknik molekuler modern dan analisis sitokin. endekatan ter sebu t memanf aatk an keu ngg ula n masi ng" mas ing teknik ! den gan demikia n mening kat kan sensitivitas dan spe sifisitas dia gno sis. Ar tikel ini men yorot i  perkembangan teknik diagnostik laboratorium pada gangguan inflamasi intraokular terkini untuk membantu dalam identifikasi agen infektif akurat dan  perencanaan terapi yang tepat serta merumuskan stratifikasi pasien bersama diagnosis klinis ke dalam kelompok penyakit untuk uji klinis. #ata kunci % Diagn osis! &veitis! eradanga n pada mata! 'iperse nsitiv itas! reaksi  berantai polimerase! Immunoglobulin! Sitokin! Autoimunitas( Autoregulasi. 1

description

mata

Transcript of Translate Mata 2

Page 1: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 1/15

TEKNIK MENDIAGNOSIS PENYAKIT PERADANGAN PADA MATA :

DULU, SEKARANG DAN MASA MENDATANG :  REVIEW 

Stephen C Teoh dan Andrew D Dick 

ABSTRAK.

Investigasi digunakan untuk membantu diagnosis dan meramalkan hasil pada

gangguan inflamasi okular berdasarkan pada teknik yang telah berkembang

selama dua abad terakhir telah secara dramatis berkembang dengan kemajuan

dalam biologi molekuler dan teknologi pencitraan. eningkatan pemahaman kita

tentang proses biologi dasar infektif drive imunitas bawaan menjembatani

keterlibatan kekebalan adaptif telah membentuk teknik untuk menyesuaikan dan

mengembangkan tes! dan memberikan pilihan pengobatan yang ditargetkan.

Teknik diagnostik merupakan hal yang terpenting untuk membedakan penyakit

inflamasi intraokular infeksi dari non"infeksi! terutama dalam kasus atipikal.

#emajuan telah memungkinkan kemampuan kita untuk uji multipleks sejumlah

kecil jumlah sampel spesimen intraokular termasuk berair! sampel jaringan

vitreous. $amun demikian untuk mencapai diagnosis! teknik sering membutuhkan

 berbagai tes dari reaksi hipersensitivitas tradisional dan analisis imunoglobulin

spesifik mikroba untuk teknik molekuler modern dan analisis sitokin. endekatan

tersebut memanfaatkan keunggulan masing"masing teknik! dengan demikian

meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas diagnosis. Artikel ini menyoroti

 perkembangan teknik diagnostik laboratorium pada gangguan inflamasi

intraokular terkini untuk membantu dalam identifikasi agen infektif akurat dan perencanaan terapi yang tepat serta merumuskan stratifikasi pasien bersama

diagnosis klinis ke dalam kelompok penyakit untuk uji klinis.

#ata kunci % Diagnosis! &veitis! eradangan pada mata! 'ipersensitivitas! reaksi

 berantai polimerase! Immunoglobulin! Sitokin! Autoimunitas( Autoregulasi.

1

Page 2: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 2/15

Review

Pendahuluan

Intraocular Inflammatory )ye Disease *enyakit Inflammasi Intraoclar+ walau

 jarang terjadi namun merupakan penyebab yang penting terhadap gangguan

 penglihatan. Sebagai contoh! uveitis merupakan penyebab kebutaan ketiga. Secara

umum! etiologi yang mendasari dibagi menjadi penyebab infektif dan non"infektif 

*akibat autoimune atau autoinflammasi+. Sejak abad ke",-! peningkatan dari

teknik molekul membuat peningkatan dalam pemahaman kita terhadap

mekanisme patogenesis yang dikaitkan dengan berbagai bentuk uveitis

noninfeksi! namun juga meningkatan ketepatan! sensitifitas! dan diagnosis spesifik 

 pada penyebab infeksi. emahaman kita tentang jalur seluler dan molekuler yang

ada pada uveitis menyebabkan adopsi dari berbagai obat immunosupresif untuk 

mengurangi beban dari penggunaan kortikosteroid! tradisional! yang sudah

daridulu digunakan terhadap pengobatan uveitis.

ada survei terakhir terhadap pola pengobatan dari uveitis noninfeksi oleh

pthalmologist *Ahli /ata0Spesialis /ata+ di Amerika! ada sekitar 1-2 pasien

yang masih ditangai dengan penggunaan dosis steroid lebih dari 3- mg hingga 4.5

tahun sebagai terapi pemeliharaan untuk mengendalikan inflammasi dan

 penggunaan terapi immunosupresif hanya digunakan pada sektiar 4,2 pasien.

652 dokter tidak mengetahui tentang panduan pengobatan untuk uveitis. anduan

ini berdasarkan data dan bukti yang dimasukkan dari translasi terhadap bukti

 praktik dan klinis terhadap penggunaan anti metabolit dan calcineurin inhibitor.

Selain itu! pengembangan dari terapi sasaran terhadap sistem biologis dengan

sasaran sitokin *contoh anti"I7"4/ anti I7"1! dan anti T$8" 9+! pelarut mediator *contohnya interferon+! atau molekul sel permukaan *contoh Alemtu:umab dan

CT7A"; Ig+ tampak sangat menjanjikan untuk mengendalikan refrakter dari

uveitis non infektif. 'al ini masih membutuhkan bukti dari uji coba acak 

terkontrol untuk memastikan efisiensinya! beberapa uji coba ini masih dilakukan.

Ada peningkatan terhadap pengembangan dari panduan dan alogaritma terhadap

terapi immunosupresif dan immunomodulator terhadap uveitis non infeksi dengan

2

Page 3: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 3/15

adanya peningkatan dari pengembangan bukti klinis! sebagai contoh pada

<ehcet(s disease! dan adopsi dari pemerintahan.

#ebalikan dari apa yang ada! uveitis infeksi masih ditangai berdasarkan

 pengalaman dokter dalam hal diagnosis klinis yang terkadang hanya berdasarkan

tanda klinis dan gejalanya saja! didukung dengan adanya infeormasi demografis!

morfologi! dan juga riwayat klinis. Salah satu buktinya adalah pada rinitis akibat

cytomegalovirus pada 'I=. $amun pada praktik dengan banyak kasus! investigasi

masih dibutuhkan untuk menyingkirkan dan membedakan etiologi dan sangat

 penting untuk membedakan penyebab langsung dari penyakit infeksi

dibandingkan dengan penyebab yang menyebabkan penyakit inflammas seperti

tuberkulosis latent.

ada praktik! pengenalan terhadap etiologi yang mendasari merupakan langkah

 penting dan rutin terhadap penilaian dan evaluasi pada pasien uveitis. ;-">12

 pasien mempunyai penyebab dasar dari infeksi hingga autoimmune! sementara

sisanya diklassifikasikan sebagai idiopatik dimana tidak ada penyebab yang dapat

diidentifikasi! namun kondisi ini menunjukkan respon terhadap terapi anti"

inflammasi standar. Sementara obat anti"infeksi tidak mengubah jalur atau

outcome dari uveitis autoimmune dan noninfeksi! terapi ini tidak mempunyai efek 

menghilangkan kondisi penyakit kecuali untuk pengobatan dari inflammasi

non-infeksi yang berkepanjangan dan tidak dapat diobati. enggunaan dari obat

antiinflammasi dan immunosupresif pada uveitis infeksi tidak menunjukkan efek 

 potensial. Diferensiasi sangat penting dan penjelasan terhadap penyebab infeksi vs

noninfeksi merupakan poin vital terhadap outset yang ada. Adanya kemampuanmolukular dan patologi sel yang lebih baik untuk diagnostik dari uji labor dan

radiologi *termasuk ?"@ay! CT Scan! /@I! )T dan foto nuklir+! peneliti bisa

mendiagnosis secara lebih tepat. ada review ini! peniliti memfokuskan terhadap

uji labor! darah! dan immunologis! dan akan dibahas lebih lanjut.

revalensi dari uveitis infektif bervariasi tergantung dari daerah geografis &veitis

yang sebelumnya masih belum terdiagnosa! dikategorikan dan diobati sebagai

3

Page 4: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 4/15

idiopatik! lebih dikenal sekarang dengan keterkaitan terhadp penyebab infektif 

dan noninfektif sebagai hasil dari pengembangan teknik diagnostik. Sebagai

contohm deteksi dari cytomegalovirus pada aua dengan hasil respon terapi

terhadap obat antiviral menyebabkan peningkatan terhadap outcome terapi pada

uveitis hipertensi dengan gejala yang terkait seperti! osner"Schlossman

syndrome. 8uch(s heterochromic iridocylitis juga dikaitkan dengan beberapa virus

herpes dan rubella! dan Inflammasi intraocular akibat Tuberkulosis sudah lebih

 pasti untuk didagnosis karena pengembangan teknik diagnosis yang baru.

Pean dai U!i Dia"n#$%i& 'ada In(la))a$i In%a#*ula

&ji Diagnosis untuk mencari etiologi pada penyakit inflammasi intraocular selalu

kontroversial! disebabkan karena kurangnya dari riwayat penyakit dan juga

sensitifitas dari essay penilaian. andangan ini mengarahkan pada konsep tentang

kebutuhan untuk mendeteksi dari agen infeksi atau penyebab penyakit

inflammasi! apakah untuk tujuan klinis atau penelitian! sehingga dapat

meningkatkan dan memantapkan diagnosis atau pemahaman tentang mekanisme

dari penyakit inflammasi dan juga harus diimbangi dengan kebutuhan biaya

investigasi! sumberdaya yang tersedia di rumah sakit! ketepatan dari uji yang

dilakukan *dapat menimbulkan kurangnya potensial terhadap sensitifitas

 penilaian+ sehingga saat fase akut! pengambilan data dilakukan untuk 

mendapatkan hasil. /erupakan hal yang kontras untuk melakukan uji terhadap

sistem kesehatan secara keseluruhan pada individu terkait dengan gangguan

immunosupresi yang dapat mengganggu kesehatan. ada perspektif yang lebih

luas! sebuah daftar dari Btetbook yang tidak disesuaikan dengan penelitian tetap

memakan biaya hingga adanya perubahan dari cara diagnosis dan manajemen.Sebuah tinjauan restropektif pada pasien dengan berbagai tipe uveitis

menunjukkan adanya nilai abnormal dari hitung darah lengkap! viskositas plasma!

atau laju endap darah *7)D+! dan =D@#0T'A namun tidak menunjukkan

adanya hubungan kontribisu terhadap penyebab yang mendasari uveitis. Sebuah

survey #anada yang dilakukan dengan menggunakan uji rutin untuk pemeriksaan

uveitis anterior memiliki kekurangan sensitifitas dan spesifisitas dan juga

rendahnya kegunaan pada diagnostik.

4

Page 5: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 5/15

ada umumnya! investigasi tidak dilakukan terhadap uveitis anterior saja kecuali

 pada kondisi khusus seperti penyakit kronis atau berulang! penyakit yang tidak 

menunjukkan respon atau malah memburuk terhadap pemberian anti inflammasi

atau pada uveitis anterior hipertensif. Di lain pihak! pasien dengan uveitis

intermediate dan posterior atau pasien yang mengalami gejala sistemik dan

manifestasi biasnaya diperiksa dengan sebuah uji skrining menggunakan panel

meliptui pemantauan autoimmune dan infeksi yang secara tipikal termasuk sifilis

dan juga tuberkulosis"dua infeksi yang mempunyai beraga! manifestasi terhadap

ocular. enelitian lebih lanjut dengan uji darah! imaging *foto+! dan diagnosis

molekular pada sample aua atau vitreous! juga biopsi terkait dengan manifestasi

klinis dari penyakit ini.

Ini$ia$i dan Ada'%a$i I)uni%a$ 'ada In(e&$i

atogen infeksi menyebabkan respon inflammasi yang diketahui dari berbagai uji

diagnostik. Imunitas tubuh natural yang non spesifik antigen independent

termasuk leukosit makrofag dan aktifasi komplemen! berinteraksi secara

 pilogenetik dan menyebabkan adaptasi sistem imune antigen speisik serta respon

sel < melalui interaksi kompleks yang melibatkan kemokin! sitokin! dan beberapa

sel tertentu termasuk sel dendrit! $#! dan makrofag! sebagai respon perlawanan

terhadap infeksi. engukuran dari respon ini! secara kuantitas dan kualitatif!

membuat penilaian terhadap status imunitas individu. #arakteristik dari respon

inflammasi granulomatous yang dibentuk dengan interaksi dari patogen dan

CD;ETh4 melalui I8$" F membentuk suatu dasar terhadap tes hipersensitifitas

seperti uji mantou. Immunoglobulin yang dibentuk dengan aktifasi dari <"limfost juga dideteksi secara rutin atau diukur sebagai patokan dari aktifitas

temporal terhadap infeksi

#emajuan teknologi juga menyebabkan dapat dilakukannya pengukuran langsung

terhadap tingkat sitokin serta kemokin yang berbeda! profil relatif! dan juga

tingkat yang dapat digunakan untuk meneegakkan diagnosis terhadap berbagai

 proses infeksi dan inflammasi. Interaksi kompleks antara inisiasi dan adaptasi

5

Page 6: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 6/15

imunitas secara hitherto masih belum terlalu jelas! hal ini tetap digunakan pada

ujicoba reguler dan penyeimbangan terhadap sistem dari mediator kimiawi untuk 

memastikan efisiensi terhadap penghapusan patogen. Gangguan disfungsi atau

adaptasi dari sistem imune dapat menyebabkan respon yang tidak umum! tidak 

sesuai sehingga dapat menimbulkan atuoimmune! alergi! dan rejeksi alograft!

hingga syok.

Penin"&a%an %ehada' Te&ni& Dia"n#$i$

Pendahuluan

Teknik diagnostik sudah berevolusi dari observasi langsung terhadap reaksi

hipersensitifitas dan analisa dari immunoglobulin ke reaksi rantai polimerase dan

 juga pengukuran modern terhadap sitokin. Terkait dari banyaknya ujicoba dan

teknik baru! tidak ada uji coba untuk diagnosis dan terbatas oleh spesifisitas dan

sensitifitasnya! dan hal ini harus sesuai dengan penilaian klinis. Dkter sering

menggunakan uji kombinasi! karena adanya perbedaan terhadap kekuatan dari

ujicoba ini! dengan tujuan untuk meningkatkan spesifisitas dan sensitifitas untuk 

diagnosis yang cepat dan tepat. 'al ini sering melibatkan campuran dari uji lama

dan baru.

K#)+ina$i dai U!i E$$a -i'e$en$i%i(i%a$ Tadi$i#nal dan M#den

@espon hipersensitifitas! sebuah teknik yang sudah lama digunakan! dan masih

 juga digunakan secara umum dalam teknik kombinasi molekular modern untuk 

membantu diagnosa dari tuberculosis ocular. Inflammasi intraocular akibat T<

diketahui sering terjadi pada berbagai manifestasi T<. Diagnosis sulit ditegakkan

dengan mengugnakan isolasi langsung dan kultur karena jarang tersedia di @S.Sampel jaringan dan cairan yang didapatkan dari ocular masih terbatas! juga

karena kterbatasan kemampuan untuk mendeteksi adanya organisme

mycobakterium.

Selain itu! Inflammasi Intraocular akibat T< juga diperantarai oleh immune!

karena adanya reaksi dari protein mikrobakterial pada tuberculosis latent! hal ini

lebih sering dibandingkan terkena infeksi langsung. 'al ini dapat menimbulkan

6

Page 7: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 7/15

dilema terhadap pengobatan antara Spesialis mata dan Spesialis enyakit Dalam

untuk menentukan terapi dengan menggunakan obat anti"tuberculosis pada pasien

ini dimana tidak ada kultur0smear yang membuktikan pada pasien ini. atokan

klasik dari uji diagnsosis ini adalah uji kulit tuberkulin *&ji /antou+ dimana

tuberkulin diinjeksi intradermal untuk mengetahui adanya respon inflammasi

granulomatous lokal akibat interaksi dari makrofak dan limfosit Th4 memory

CD; T"'elper pada reaksi hipersensitifitas tipe ;. #eterbatasan yang terpenting

dari uji kulit tuberkulin ini adalah ketidakmampuannya untuk membedakan

/.tuberculosis dan infeksi mycrobakterium non"tuberkulosis. Teknik molekular 

terbaru termasuk reaksi rantai polimerase dan penggunakaan analisis sitokin

dalam bentuk interferon gamma release assays *IG@A+ sudah dimasukkan ke

dalam patokan uji diangosis untuk meningkatan spesifisitas dan sensitifitas dari

diagnosis uvitis akibat T<.

IG@A mendeteksi kemampuan antigen /ycrobacterium Tuberkulosis Hearly

secretory antigen target 1 *)SAT"1+ dan culture filtrate protein 4- *C8"4-+ untuk 

menstimulasi produksi I8$"y dari inang! dan lebih baik daripada uji kulit

tuberkulin untuk menyingkirkan infeksi T< laten dari mycrobakterium non

tuberkulosis dan juga vaksin <CG karena adanya poin terhadap eksposur dari

antigen tuberkulsos spesifik. Antigen ini membedakan /.tuberkulosis dari

mikrobakterioa lainnya. Jalaupun IG@A masih belum diuji secara luas pada

 pasien dengan infeksi mycrobacterium non"tuberculosis! /. kansasii! /. s:ulgai!

/. marinum! dan / bovis juga dapat memberikan hasil positif! karena bakteri ini

memiliki antigen yang serupa.

 $amun essay ini tidak dapat membedakan infeksi T< latent yang berasal dari

infeksi T< aktif sebagai akibat dari pemaparan dari /.Tuberkulosis. Di lain pihak!

&ji tuberkulin kulit yang positif tidak dapat membedakan antara penyakit aktif 

dan infeksi microbakteriium atipikal dan juga &ji /antoi negatif tidak termasuk 

 pada diagnosa nantinya. Ada berbagai penyebab dari hasil positif"negatif palsu

dalam interpretasi dari uji tuberkulin. <ahkan pada pasien dengan limfadenitis

non"tuberkulosis mycrobakterium yang sudah terbukti! &ji kulit standar hanya

7

Page 8: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 8/15

 bisa menunjukkan hasil positif pada 5-2 kasus. Setiap essay ini terbatas pada

spesifisitas dan sensitifitas mereka masing"masing. Sebuah meta analisis oleh Diel

etal menyatakan bahwa IG@A lebih baik daripada uji tuberkulin untuk 

mendiagnosis T< Aktif. $amun Ang et Al melaporkan bahwa uji kulit tuberkulin

lebih sensitif dibandiingkan T"ST.T< *ford Immunotec 7td! Abingdon! &#+!

namun T"ST.T< lebih spesifik untuk mendiagnosis uveitis akibat T<.

#ombinasi dari teknik yang melibatkan uji kulit tuberkulin dan IG@A lebih baik 

,.41 kali untuk mendiangosis &veitis Akibat Tuberculosis. <agaimana pun

kombinasi dari teknik yang menyertakan TST dan IG@A ,!41 kali lebih mungkin

untuk mendiagnosis TA&. #ombinasi sari TST dan IG@A mungkin berguna

dalam membedakan antara T< dengan non"T<! seperti halnya masa aktif ataupun

masa laten dari penyakit tersebut. ada ,--6! sintesis Gupta yang diperkuat

dengan metode dan hipotesis dimana diagnosis dari Bperkiraan T< ocular bisa

dibuat engan persentasi klinis tetap dari inflamasi okular granulamatosa sepanjang

TST atau IG@A positif dan0atau isolasi dari D$A mikrobakteri dari cairan okular 

atau C@ jaringan.

K#)+ina$i dai Anali$i$ I)#n#"l#+ulin Tadi$i#nal dan Rea&$i Ran%ai

P#li)ea$e M#den

Analisis immunoglobulin dan C@ biasa dikombinasikan dalam penelitian0studi

mengenai infeksi intraokular. enilaian serologi *vi:. IgG0Ig/+ berguna terutama

 pada penyakit yang tidak la:im *tidak biasa+ atau pada pasien dengan demografi

dan populasi yang spesifik. Serologi plasma yang positif dapat diinterpretasikan

sebagai evidence dari agen infeksius pada inflamasi intraokuler. atogen

bservasi" tingkatan isotipe imunoglobulin spesifik dapat dinilai dari Ig/ ke IgGserum! diatur oleh sitokine yang mencakup I8$"y! I7";! I7"5 dab TG8"<!

diinterpretasikan sebagai tanda dari infeksi yang baru saja terjadi. Ig/ yang

 positif merupakan indikasi dari infeksi primer atau rekuren! tapi bisa juga negatif 

 pada individu dengan imunocompromised. Sedangkan IgG positif mungkin

menunjukkan seroconversion setelah ,"; minggu pada pemassangan sampel sera

atau pada antibodi Ig/ yang tidak ada! biasanya pada mata hanya dideteksi

 produksi antibodi IgG H5>. engamatan menunjukkan bahwa jumlah antibodi

8

Page 9: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 9/15

intraokular spesifik patogen berhubungan dengan tingkat infiltrasi plasma dalam

 jaringan uvea menyebabkan perbaikan lebih lanjut dengan koefisien Goldmann"

Jitmer *GJC+ sejak tahun 4K6- H5K"1,. C@! dengan spesifisitas yang tinggi

dan kemampuan untuk menganalisis sampel yang sedikit! telah digunakan secara

luas dalam deteksi etiologi patogen infektif! sindrom /asuerade dan keganasan

dari cairan mata. $amun! jumlah sampel yang sedikit akibat keterbatasan dapat

mengakibatkan kesalahan sistematis dan negatif palsu. Di sisi lain! tingkat

sensitivitas yang tinggi dapat mengakibatkan hasil positif palsu. &ntuk mengatasi

kekurangan ini! kombinasi GJC dengan C@ telah diusulkan untuk 

meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas deteksi H13. De Groot /ijnes

melaporkan tingkat deteksi tinggi untuk virus herpes dan toksoplasma dengan

 penilaian GJC dan C@ H5K! dan Talabani et al. dan =illard et al. juga

melaporkan peningkatan sensitivitas sebanyak >-">32 untuk mendeteksi infeksi

tooplasma dengan GJC atau en:yme"linked immunosorbent assay *)7ISA+ dan

 peningkatan penilaian C@ 6-"632 dibandingkan dengan satu teknik saja H1;!15.

ada uveitis endogen aktif! peningkatan imunoglobulin juga telah terdeteksi baik 

dari sera maupun humor auous. eningkatan IgG! Ig/ dan IgA menunjukkan

uveitis anterior akut H11"1>. Demikian juga! peningkatan IgG non"spesifik dan

IgA dari humor auous juga telah terdeteksi. Telah diusulkan bahwa kehadiran

respon IgA menunjukkan lingkungan atau peran etiologi menular melewati

 jaringan mukosa. $amun kurangnya patogen spesifik tidak mendukung

 patogenesis infeksi. Di sisi lain! adanya peningkatan antibodi IgG! terutama

deteksi antibodi IgG anti"retina! memperkuat sebuah patogenesis autoimun

LidiopatikL dan uveitides posterior tidak menular.

Iden%i(i&a$i Pa%#"en Bau den"an Te&ni& K#)+ina$i Te+au.

enggunaan C@ modern dan analisis imunoglobulin tradisional dengan GJC

 juga memungkinkan identifikasi patogen dalam entitas uveitic sebelumnya

dianggap idiopatik. enggunaan teknik GJC! 8uchs Mheterochromic iridocyclitis

telah dikaitkan dengan virus @ubella dan virus herpes H35"3>. Dengan teknik 

C@! banyak organisme telah diidentifikasi dari cairan mata dan terlibat dalam

9

Page 10: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 10/15

 peradangan mata termasuk 'T7="4! rubella! virus )pstein"<arr! ''="1!

 parechovirus manusia! virus demam berdarah dan virus chikungunya H1K"64.

engembangan teknik canggih seperti dot hydridi:ation dan multipleks C@ juga

meningkatkan sensitivitas dan tingkat deteksi beberapa organisme secara

 bersamaan dengan tetap menjaga sensitivitas dan spesifisitas H6,!63. Sebuah

subset dari sindrom osner"Schlossman *SS+ telah ditemukan berkaitan dengan

virus herpes terutama cytomegalovirus *C/=+. &veitis anterior C/= telah diakui

sebagai entitas yang terpisah dengan perjalanan klinis yang berbeda dan prognosis

yang lebih buruk dibandingkan dengan SS! seringkali kambuh dan

membutuhkan terapi anti"viral H3,"3;!6;. enggunaan GJC dan C@ telah

meningkatkan pemahaman kita tentang etiologi dan manajemen baru penyakit

inflamasi okular.

'I= merupakan epidemi di seluruh dunia dan masih terus meningkat setiap tahun

H65. Imunosupresi sistemik yang mendalam dari AIDS dan pemulihan kekebalan

dengan terapi anti"retroviral modern *A@T+ menyebabkan sejumlah besar 

manifestasi inflamasi uveitis mata mulai dari infeksi menular menjadi tidak 

menular imunogenik H61">4. Tak jarang! manifestasi mata dapat menjadi

indikator awal penyakit 'I= pada pasien yang belum diuji sebelumnya.

Sementara tes 'I= rutin tidak diperlukan dalam penilaian pasien uveitis! indeks

kecurigaan yang tinggi harus diingat dalam hasil pemeriksaan pasien ini karena

ada implikasi besar pada pengelolaan selanjutnya termasuk morbiditas dan risiko

kematian pada pasien yang 'I="positif. asien yang harus diuji meliputi % 4+

 pasien dengan faktor risiko 'I= dan berisiko tinggi! ,+ uveitis bilateral posterior 

atau uveitis berat! retinitis atau Choroiditis! 3+ fitur konsisten dengan retinitisC/= tanpa penyebab lain yang dikenal immunocompromise atau imunosupresi!

H>, ;+ bersamaan dengan penyakit menular seksual misalnya sifilis! 5+ T<C! 1+

diduga uveitis herpes :oster pada pasien muda N5- tahun! dan 6+ riwayat gejala

konstitusi dan limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya H>3.

10

Page 11: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 11/15

Pean Te&ni& K#)+ina$i 'ada Sind#) Ma$ueade.

enggunaan tes kombinasi untuk meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi

dan mendiagnosa banyak digunakan pada sindrom /asuerade dan limfoma

intraokular! suatu kondisi yang dikenal sulit untuk didiagnosis. Tes diagnostik saat

ini termasuk penggunaan analisis cytopathological H>;!>5! flow cytometry H>1 !

C@ monoclonality dan penyusunan ulang gen igh H>6! dan analisis sitokin.

Tingkat relatif I7"4- dibandingkan I7"1 digunakan sebagai tambahan dalam

diagnosis limfoma primer intraokuler. I7"4- yang dihasilkan oleh keganasan sel <

dan <"limfosit untuk merangsang produksi antibodi. Sebaliknya! I7"1 merupakan

mediator endogen pada uveitides infektif. eningkatan rasio I7"4- berbanding I7"

1 lebih besar dari 4!- pada sampel vitreous yang diencerkan maupun tidak 

diencerkan merupakan alat diagnostik untuk mengkonfirmasi limfoma intraokular 

H>>"K3. #imura dkk! menemukan tingkat deteksi K4!62 pada pasien dengan

limfoma sel"< dengan atau tanpa vitritis HK;. hta dkk! juga melaporkan nilai

signifikan I7 4- % I7 1 rasio pada pasien dengan limfoma primer intraokuler 

dibandingkan dengan pasien dengan uveitis *pN-!---4+ HK5. $amun penggunaan

analisis sitokin sendiri masih kontroversial karena belum ada standar diagnostik 

definitif untuk penggunaan sitokin dalam diagnosa. ersiapan sampel vitreous

untuk analisis cytopathological juga telah berubah dari waktu ke waktu untuk 

meningkatkan hasil dari spesimen. Int:edy dkk! melaporkan bahwa sampel yang

dimasukan dalam larutan saline atau preparat segar ditambah embedding parafin

mampu menghasilkan diagnosis positif dalam semua spesimen dan ini menjadi

Mstandar emasM dalam penilaian sitologi HK1. Coupland dkk! kemudian

mengusulkan agar sampel pada transportasi lama diberikan larutan ')

*'erpes"glutamic acid buffer mediated rganic solvent rotection )ffect+ gunameningkatkan kualitas cytomorphology dan immunocytology dengan mengurangi

artefak bila dibandingkan dengan spesimen vitreous tidak tetap HK6.

Tes diagnostik dan teknik telah berkembang secara signifikan! dan dokter 

mengandalkan kombinasi tes untuk meningkatkan sensitivitas mendeteksi

etiologi. $amun semua tes diagnostik memiliki keterbatasan mereka dan masih

harus diinterpretasikan dalam konteks klinis untuk konsistensi HK4 .

11

Page 12: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 12/15

Au%#i)uni%a$ / Au%#e"ula$i.

Pean Au%#an%i"en$.

eran autoantigens terhadap berbagai komponen seluler yang baik dijelaskan

dalam penyakit jaringan ikat termasuk systemic lupus erythematosus *S7)+!

rheumatoid arthritis *@A+ dan Sjogren. enggunaan autoantibodi imunoglobulin

secara umum digunakan dalam diagnosis untuk mendukung penyakit jaringan

ikat. 8aktor rheumatoid! antibodi 8c bagian IgG! yang paling relevan dalam

rheumatoid arthritis. Autoantibodi umum lainnya dijelaskan meliputi antibodi

anti"nuklir *A$A+ ! D$A beruntai ganda *dsD$A+ pada penyakit jaringan ikat

dan lupus eritematosus sistemik! dan antibodi cytoplamsmic anti nuklir *A$CA+

di granulomatosis Jegener dan polyarteritis nodosa! dan banyak jenis lainnya.

'al ini telah menjadi tes diagnostik yang umum digunakan oleh para ahli uveitis

ketika peradangan mata atau hanya pada penyakit auotimmune. Antigen retina

uveitogenic putatif merangsang limfosit autoreaktif langsung atau tidak langsung

oleh antigenik mimikri! seperti Ag larut *SAG+ dan interphotoreceptor protein

 pengikat retinoid *I@<+ telah diduga terlibat dalam kondisi peradangan idiopatik 

segmen posterior meskipun belum ada yang menemukan HK>"4-,. <aru"baru ini

disregulasi dari sistem kekebalan tubuh bawaan *autoinflammation+ telah diakui

menjadi mekanisme yang mendasari berbagai gangguan genetik dan multifaktorial

termasuk sindrom <lau dan penyakit <ehcet mengakibatkan perubahan inflamasi

non"spesifik karena berlebih dari kemokin dan sitokin termasuk I7"4 ! I7"1 dan

T$8"9 H3-.4-3. <iomarker ini telah dijelaskan dalam berbagai kondisi inflamasi

intraokular dan diakui memberikan diagnostik dan prognostik yang baik. 7i dkk 

menyarankan bahwa kombinasi dari peningkatan C?C74- *O5--ng0m7+! C?C7>

*O3-ng0m7+ dan CC7, *O1-ng0m7+ adalah biomarker untuk membedakan sampelSS dengan atau tanpa kehadiran C/= H4-;. Ang dkk menemukan bahwa pasien

dengan T< terkait uveitis menunjukkan kadar I7"1 ! I7"> ! C?C7K dan I4- ! dan

secara signifikan berbeda dari uveitis idiopatik dan kontrol H;1 sementara Abu

)l"Asra menemukan hubungan positif signifikan dengan TA& dan I8$"F! I7">!

/IG dan I"4- menunjukkan penyakit autoimun daripada infeksi T< aktif. Infeksi

T< aktif yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi I74,! T$8"9

dan I8$"F H4-5. 7ahmar dkk melaporkan bahwa I7"5 dan I7"4, yang khusus

12

Page 13: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 13/15

 pada toksoplasmosis mata! dan granulosit monosit colony"stimulating factor *G/"

CS8+ dan I7"4 yang spesifik untuk virus uveitis H4-1. Payant dkk perbedaan yang

signifikan juga ditunjukkan pada pasien 'I= dengan dan tanpa C/= retinitis

dibandingkan dengan kontrol! dan perbedaan ini terus bertahan bahkan dalam

klinis diam retinitis H4-6. /eskipun penggunaan sitokin dan kemokin biomarker 

memungkinkan! mereka masih kekurangan spesifisitas yang benar dan mungkin

merupakan pro"inflamasi reaktan fase akut. Tingkat sitokin yang paling mungkin

merupakan keseimbangan dari tipe 4 dan tipe , sitokin mengakibatkan

 peradangan dan kerusakan mata H4->. enggunaan diagnostik lain potensi

 biomarker sitokin dalam penilaian resolusi klinis peradangan mata. Indikator 

klinis saat resolusi didasarkan pada kriteria S&$ H4-K! tetapi tanda"tanda klinis

tidak memprediksi kambuh atau peradangan subklinis. Seringkali tidak ada tanda

laboratorium kambuh untuk kondisi inflamasi okular! dan bahkan pada pasien

AIDS pada A@T! penggunaan count MklasikM CD; bisa gagal sebagai biomarker 

untuk memprediksi pemulihan kekebalan kontrol dan penekanan infeksi C/=

retinitis H44-!444. enanda sitokin dan kemokin dalam kasus ini mungkin terbukti

menjadi alat diagnostik yang berguna. Sebagai pekerjaan lebih lanjut tersebut

dibutuhkan untuk menunjukkan keabsahan tersebut relatif biomarker non"spesifik 

atau tanda tangan untuk jenis penyakit bila digunakan sendiri atau dalam

kombinasi! untuk digunakan ke dalam penggunaan klinis.

Pean 0a&%# Gene%i&.

8aktor genetik dan lingkungan juga dijelaskan dalam interaksi autoimunitas.

Gangguan autoimun okular digambarkan memiliki hubungan /'C kelas II atau I!

mediasi efek melalui autoantigens atau reaktivitas silang dengan motif /'Cantigen dari infeksi H4-4. Arthropathies seronegatif telah dikaitkan dengan '7A

<,6! sementara birdshot chorioretinpoathy telah dikaitkan dengan '7A A,K H44,"

44;! dan '7A"<Q peptida 54"terbatas dari /'C kelas I antigen gen rantai terkait

telah ditunjukkan untuk mengaktifkan CD> E T"sel dengan I8$"F respon up"diatur 

dalam penyakit <ehcet H445!441. /eskipun analisis C@ untuk '7A demikian

telah dianalisis untuk asosiasi patologis pada penyakit mata H446! penggunaan

'7A"mengetik untuk diagnosis terbatas dan harus ditafsirkan dengan hati"hati

13

Page 14: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 14/15

kecuali <,6 di uveitis anterior berulang dalam spondyloarthropathies terdiagnosis

atau salah diagnosis H44>. $amun! dalam penyakit inflamasi intraokular 

kompleks yang menimbulkan dilema diagnostik! sebuah '7A sugestif mungkin

nilai dalam menyelaraskan perbedaan kami. eran '7A <,6 mungkin juga

memiliki penggunaan yang terbatas dalam ramalan uveitis anterior. Accoriniti dkk 

melaporkan insiden yang lebih tinggi penyakit sistemik *pN-!--4+ dan ,-2

diperlukan terapi imunosupresif H44K. Taman dkk juga melaporkan insiden yang

lebih tinggi dari aktivitas ruang anterior berat *p R -!--1+! hypopyon *p R -!-3;+

dan frekuensi yang lebih tinggi kekambuhan *p R -!--6+ H4,-.

Table 1 An overview of validity of various tests (and combinations thereof) used in

the diagnosis of infective uveitides.

14

Page 15: Translate Mata 2

7/21/2019 Translate Mata 2

http://slidepdf.com/reader/full/translate-mata-2 15/15

KESIMPULAN

Teknik diagnostik inflamasi intraokular terus dikembangkan baik secara teknologi

maupun melalui kemajuan pemahaman kita tentang proses imunologi yang

terlibat. Apa yang diikuti adalah pengembangan tes tersebut yang semakin spesifik 

dan sensitif terhadap berbagai patologi *Tabel 4+. $amun! meskipun berkembang!

 praktek klinis harus menerima keterbatasan! dan manuver antara false"positif dan

false"negatif dari setiap tes dan menginterpretasikan hasil dalam konteks klinis.

 $amun demikian! dengan armamentarium tes dan pemanfaatan yang tepat dari

kombinasi teknik ini! spesialis uveitis dapat bergerak menuju diagnosis infeksi"

etiologi lebih akurat dan lebih awal dan untuk meningkatkan prognosis

 peradangan intraokular serta peningkatan kategorisasi dan stratifikasi pasien untuk 

memungkinkan lebih terfokus uji klinis.

15