Tugas Parasitologi.docx

4
1. Dipylidium caninum Infestasi parasit intestinal yang disebabkan Dipylidium caninum disebut dipylidiasis. Cacing ini dikenal juga dengan nama lain flea tapeworm, double-pored tapeworm, cucumber seed tapeworm atau common dog tapeworm. Penyakit ini disebabkan oleh cacing pita yang umumnya termasuk dalam golongan Dipylidium. Cacing pita ini termasuk kedalam kelas subkelas cestoda, kelas cestoidea, filum platyhelminthes, genus dipylidiidae, spesies diphilidium caninum. Klasifikasi taksonomi cacing dipylidium caninum : Kingdom : Animalia Phylum : Platyhelminthes Class : Cestoda Order : Cyclophyllidea Family : Dipylidiidae Genus : Dipylidium Species : D. caninum Cacing Dipylidium caninum tinggal dalam usus halus anjing, memiliki panjang sampai 50 cm. Untuk melekat dan memperoleh makanan cacing tersebut dilengkapi dengan 4 penghisap (Sucker) pada skoleksnya. Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook. Serta kait-kait yang dapat ditarik ke dalam. Puluhan proglotid yang berbentuk oval memiliki alat reproduksi hermaprodit yang memiliki 2 buah muara genital yang terletak disebelah lateral. Di dalam proglotid mengandung telur dalam jumlah yang besar terdapat kapsul telur yang berbentuk ovoid. Tiap kapsul terdapat telur sebanyak 3-30 butir. Telur yang berdiameter 44-54 mikron mengandung embrio yang memiliki 6 kait dan bersifat motil (onkosfer) (Subronto, 2006). Dalam satu kapsula terdapat 1-63 telur per paket.

Transcript of Tugas Parasitologi.docx

1. Dipylidium caninumInfestasi parasit intestinal yang disebabkan Dipylidium caninum disebut dipylidiasis. Cacing ini dikenal juga dengan nama lain flea tapeworm, double-pored tapeworm, cucumber seed tapeworm atau common dog tapeworm. Penyakit ini disebabkan oleh cacing pita yang umumnya termasuk dalam golongan Dipylidium. Cacing pita ini termasuk kedalam kelas subkelas cestoda, kelas cestoidea, filum platyhelminthes, genus dipylidiidae, spesies diphilidium caninum. Klasifikasi taksonomi cacing dipylidium caninum:Kingdom:AnimaliaPhylum :PlatyhelminthesClass :CestodaOrder :CyclophyllideaFamily : Dipylidiidae Genus :Dipylidium Species :D. caninum Cacing Dipylidium caninum tinggal dalam usus halus anjing, memiliki panjang sampai 50 cm. Untuk melekat dan memperoleh makanan cacing tersebut dilengkapi dengan 4 penghisap (Sucker) pada skoleksnya. Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook. Serta kait-kait yang dapat ditarik ke dalam. Puluhan proglotid yang berbentuk oval memiliki alat reproduksi hermaprodit yang memiliki 2 buah muara genital yang terletak disebelah lateral. Di dalam proglotid mengandung telur dalam jumlah yang besar terdapat kapsul telur yang berbentuk ovoid. Tiap kapsul terdapat telur sebanyak 3-30 butir. Telur yang berdiameter 44-54 mikron mengandung embrio yang memiliki 6 kait dan bersifat motil (onkosfer) (Subronto, 2006). Dalam satu kapsula terdapat 1-63 telur per paket.Siklus hidupSpesies pinjal Ctenocephalides Spp dan Pulex irritans merupakan hospes antara yang paling sering ditemukan. Meskipun kutu Trichodectes canis juga dapat bertindak sebagai hospes antara. Larva pinjal mungkin mengkonsumsi sejumlah kapsul telur yang tiap telur mengandung sejumlah onkosfer. Seekor pinjal dapat memiliki sistiserkoid dalam jumlah besar sehingga dapat menginfeksi anjing beberapa kali (Subronto, 2006).Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari tubuh bersama feses anjing secara spontan. Segmen tersebut secara aktif bergerak di daerah anus atau jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing. Kapsul cacing yang berisi embrio akan termakan oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah sehingga onkosfer menetas dan membebaskan embrio di dinding usus larva pinjal yang selanjutnya berkembang mesnjadi sistiserkoid di dalam jaringan tubuh larva. Saat pinjal menyelesaikan metamorfosisnya dan menjadi dewasa, sistiserkoid mejadi infektif. Anjing yang tanpa sengaja memakan pinjal maka akan terinfeksi oleh cacing Dipylidium sp. Di dalam usus akan mengalami evaginasi, skoleks akan melekat diantara villi usus halus dan lama-lama akan berkembang sebagai cacing dewasa (Subronto, 2006). Dalam waktu kira-kira 20 hari. Hospes definitifnya adalah anjing, kucing dan manusia. Sebagian besar infeksi terjadi pada anak yang berumur kurang dari 8 tahun dan kira-kira sepertiga dari bayi yang berumur kurang dari 6 bulan. Infeksi ini kebanyakan terjadi karena bergaul dengan anjing sebagai binatang peliharaan. Penularan terjadi karena secara kebetulan menelan pinjal, tuna anjing atau kucing yang mengandung parasit baik melalui makanan yang terkontaminasi atau dari tangan ke mulut. Presentasi anjing yang menderita infeksi cacing ini tinggi.2. Hymenolepis diminuta dan Hymenolepis nana

Hymenolepis diminutaKlasifikasiKingdom : AnimaliaPhylum : PlatyhelminthesClass : CestodaOrdo : CyclophyllideaFamily : HymenolepididaeGenus : HymenolepisSpecies : Hymenolepis diminuta

Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang. Ukuran lebih besar daripada V. nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier adalah beberapa spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi pada tikus dan manusia.MorfologiCacing dewasa berukuran 20-60 cm mempunyai 800-1000 buah proglotid. Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 batil isap, dan rosteum tanpa kait-kait. Proglotid matang berukuran 0,8 x 2,5 mm. Proglotid gravid mengandung uterus yang berbentu kantong dan berisi kelompok-kelompok telur. Apabila proglotid gravid lepas dari strobila, menjadi hancur dan telurnya keluar bersama tinja. Telurnya agak bulat berukuran 60-79 mikron, mempunyai lapisan luar yang jernih dan lapisan yang dalam yang mengeliilingi onkosfer dengan penebalan pada 2 kutub, tetapi tanpa filamen. Onkosfer mempunyai 6 buah kait.Cacing dewasa hidup di rongga usus halus. Hospes perantaranya adalah serangga berupa pinjal dan kumbang tepung. Dalam pinjal, telur berubah menjadi larva sistiserkoid. Bila serangga dengan sistiserkoid tertelan oleh hospes definitif maka larva menjadi cacing dewasa di rongga usus halus.Siklus Hidup

Telur ditemukan pada tinja hospes definitif. Hospes perentaranya yaitu larva pinjal tikus dan kumbang tepung dewasa. Di dalam serangga ini embrio yang keluar dari telurnyaberkembang menjadi sistiserkoid. Bila dimakan oleh hospes definitif, sistiserkoid akan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus halus dalamwaktu kira-kira 18-20 hari.Penyebaran cacing ini kosmopolit juga ditemukan di Indonesi. Hospes devinitif mendapat infeksi bila hospes perantara yang mengandung parasit tertelan secara kebetulan.