Tugas Protozoa
-
Upload
rahma-wati -
Category
Documents
-
view
165 -
download
1
description
Transcript of Tugas Protozoa
MAKALAH TEKNOLOGI BIOPROSES
PROTOZOA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 6 (Enam)
NAMA : 1. Rahmawati Nursiam
2. Niken Widiyanti
3. Evi Kartika Tammu
KELAS : 4 S-I Terapan
DOSEN PENGAJAR : Marlinda S.T M.Eng
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PROTOZOA”.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan kepada kita semua
tentang apa itu protozoa, cirri-ciri protozoa, cara hidup protozoa, peranan protozoa dalam
kehidupan, serta penyakit yang ditimbulkan oleh protozoa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
beserta saran dari semua pihak yang bersifat membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah berperan serta
dalam menyelesaikan makalah ini dari awal hingga akhir. Kritik dan saran dari teman-teman
sekaligus dosen pengajar sangat kami butuhkan karena disini kami masih belajar untuk menjadi
lebih baik, semoga makalah yang sudah kami kerjakan dapat diterima oleh para pembaca baik
dari teman-teman ataupun dosen pengajar khususnya bagi kami pribadi, sekaligus bermanfaat
bagi semuanya.Amin.
Tim Penyusun
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………...……………………….. ii
DAFTAR ISI…………………….………………………..……………………………… iii
BAB I : PENDAHULUAN..….………………………………………………………….. 1
1.1 Latar belakang ………………………………………………………..…… 11.2 Tujuan……..………………………………………………………………. 11.3 Manfaat……….............................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN……………..…………………………………..…………… 3
2.1 Definisi Protozoa …………………………………………………………….. 3
2.2 Ciri -ciri Umum Protozoa ………………………………. ……………….…. 4
2.2.1 Ciri-ciri tubuh …………………………………………………………. 4
2.3 Cara Hidup Protozoa………………………..……………………………….. 62.4 Klasifikasi Protozoa ……………………………….………………………… 13
2.4.1 Rhizopoda (Sarcodina)……………………………………………… 13
2.4.2 Ciliata (Ciliophora/Infusoria)…………………………………………. 15
2.4.3 Flagellata (Mastigophora) …………………………………………… 16
2.4.4 Sporozoa (Apicomplexa)……………………………………………… 17
2.5 Peran Protozoa Dalam Kehidupan………………………………..…………. 18
2.6 Penyakit yang disebabkan Protozoa……………………………………….….. 19
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………...... 25
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 253.2 Saran …………………………………………………………………………. 26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada dasarnya dalam ilmu taksonomi, seluruh makhluk hidup
dikelompokkan ke dalam dua kerajaan (kingdom), yakni kingdom tumbuhan
(kingdom plantae) dan kerajaan hewan (kingdom animalia). Pengelompkan
tersebut didasarkan atas persamaan ciri-ciri atau persamaannya. Tumbuhan
mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni mempunyai klorofil (zat hijau daun) dan
hewan mempunyai ciri-ciri tersendiri pula, yakni dapat bergerak.
Dalam sebuah penelitian ditemukan adanya beberapa makhluk hidup bersel
satu yang sekaligus mempunyai cirri-ciri tumbuhan dan ciri-ciri hewan
(mempunyai klorofil dan dapat bergerak leluasa). Akhirnya sebagian ahli
berpendapat bahwa bahwa makhluk-makhluk hidup ini sebaiknya dikelompokkan
ke dalam kingdom animali8a, filum protozoa. Di dalam uraian ini, kita mengikuti
pendapat yang kedua. Protozoa kita masukkan ke dalam kingdom animalia,
kelompok avertebrata.
Ukuran protozoa beranekaragam, yaitu mulai kurang dari 10 mikron sampai
ada yang mencapai 6 mm, meskipun jarang. Diperairan, protozoa adalah
penyusun zooplankton. Makanan protozoa meliputi bakteri, jenis protista lain,
atau detritus (materi organic dari organisme mati). Protozoa hidup soliter atau
berkoloni. Jika keadaan lingkungan kurang menguntungkan, protozoa
membungkus diri membentuk kista untuk mempertahankan diri. Bila mendapat
lingkungan yang sesuai hewan ini akan aktif lagi. Cara hidupnya ada yang
parasit, saprofit, dan ada yang hidup bebas (soliter).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang di maksud dengan protozoa.
2. Mahasiswa dapat menyebutkan Ciri-ciri protozoa.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan Cara hidup protozoa.
1
4. Mahasiswa dapat menjelaskan Peranan protozoa bagi kehidupan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui penyakit yang ditimbulkan protozoa
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang ptozoa dan peranannya bagi
kehidupan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Protozoa
Protozoa merupakan mikroorganisme yang menyerupai hewan yang
merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Protozoa berasal dari bahasa
Yunani, yaitu proto yang berarti pertama dan zoa yang berarti hewan. Protozoa
merupakan makhluk hidup bersel satu yang bersifat mikroskopis. Sifat umum
protozoa adalah uniselluler, heterotrofik, dan merupakan cikal bakal hewan yang
lebih kompleks. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan
menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan
mitokondria.
Bentuk dan ukuran protozoa bermacam-macam. Ada yang bentuk dan
ukurannya relatif tetap ada yang waktu aktif bentuknya berubah-ubah. Walaupun
ukuran dan bentuknya berbeda-beda, secara umum protozoa memiliki beberapa
persamaan. Protozoa mempunyai nucleus (inti) yang berisi kromosom dan
terletak dalam sitoplasma (protoplasma).
Pada beberapa protozoa di dalam nucleus ini terdapat satu atau beberapa
granula yang disebut nucleolus (karyosome). Jumlah nucleus ini ada yang satu
atau lebih dari satu. Bagian dalam dari cytoplasma disebut endoplasma. Di dalam
endoplasma ini terdapat nucleus, vakuola makanan, mitokondria. Bagian luar
cytoplasma yang membungkus endoplasma disebut ektoplasma. Fungsi
ektoplasma ini diduga sebagai alat gerak, untuk bernafas, membuang sisa-sisa
metabolisme dan sebagai alat perlindungan diri.
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Alga dan protozoa
memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh. Kebanyakan Protozoa hanya dapat
dilihat di bawah mikroskop. Habitat hidupnya adalah hidup di air tawar (selokan,
parit, sungai, dan waduk), air laut, permukaan tanah yang lembap, rendaman
jerami, dan di dalam tubuh makhluk hidup lain atau di dalam jasad yang mati.
Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa
akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut Kista. Protozoa dapat
3
berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual, secara aseksual dilakukan
dengan membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi
Gambar 2.1 Protozoa
2.2 Ciri -ciri Umum Protozoa
Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar
(cillia) atau bulu cambuk (flagel).
Hidup bebas, saprofit atau parasit
Organisme bersel tunggal (uniseluler)
Eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati
Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup. kista, merupakan bentuk sel
protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang
terjadi pada bakteri
Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah.
Protozoa tidak mempunyai dinding sel
Protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot
2.2.1 Ciri Tubuh
Ciri Protozoa meliputi ukuran dan bentuk, serta struktur dan fungsi tubuh.
1. Ukuran dan bentuk tubuh
4
Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 – 200 mikron
(πm). Bentuk selnya sangat bervariasi, ada yang tetap dan ada yang
berubah-ubah. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak
secara khas menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia,
namun ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang
dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke
dalam 4 kelas.
Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam
Sarcodina, yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam
Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam
Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan
maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa.
2. Struktur dan Fungsi Tubuh
Gambar 2.2 Struktur Tubuh Protozoa
Sel protozoa umumnya terdiri dari membrane sel, sitoplasma, vakuola
makanan, vakuola kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel.
Membran Sel
Fungsi : sebagai pelindung serta pengatur pertukaran makanan dan gas
Vakuola Makanan
Fungsi : mencerna makanan. Vakuola makanan terbentuk dari proses
makan sel atau sel dengan cara ‘menelan’ oleh setiap bagian membrane sel
atau melalui sitostoma (mulut sel). Zat-zat makanan hasil cernaan dalam
vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa
makanan dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui membrane plasma.
5
Vakuola Kontraktil
Fungsi : mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair ke luar sel melalui
membrane sel serta mengatur kadar air dalam sel. Vakuola kontraktil
merupakan vakuola yang selalu mengembang dan mengempis.
Inti Sel
Fungsi : mengatur aktivitas sel
Tabel 2.1 Sistem Protozoa
JENIS
SISTEMSISTEM PROTOZOA
Otot-rangka Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak
dengan berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau
pseudopodia yang meluas ketika bergerak. Paramecium ditutupi
dengan rambut yang disebut silia. Euglena viridis memiliki cambuk
seperti ekor yang disebut flagel untuk bergerak.
Pencernaan Protozoa mengambil makanan melalui air dan menyimpan makanan
di kantung yang disebut vakuola. Mereka memakan ganggang kecil
dan bakteri.
Saraf Protozoa memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia
di sekitar itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat
bereaksi terhadap cahaya dan perubahan suhu.
Sirkulasi Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air
berisi makanan dan kebutuhan oksigen protozoa.
Respirasi Protozoa mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida
melalui membran selnya.
Reproduksi Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Ekskresi Protozoa memiliki kantung disebut vakuola yang berfungsi
mengambil dan membuang air.
Simetri Protozoa biasanya asimetris.
Warna Protozoa umumnya berwarna pucat.
6
2.3 Cara Hidup Protozoa
Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, dan
sampah organisme. Sebagai pemangsa bakteri, protozoa berperan penting dalam
mengontrol jumlah bakteri di alam.
a. Habitat
Protozoa hidup soliter atau berkoloni pada habitat yang beragam Protozoa
hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup
bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa
spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang
bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai
vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh
di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Tetapi apabila
keadaan lingkungan kurang menguntungkan, hewan tersebut akan
mengatasinya dengan membungkus diri menjadi sista. Sama halnya dengan
bakteri yang membentuk endospora.
Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat
apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton.
Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut.
Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau
genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di
dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia.
Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat
menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka
memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan
lainnya.
b. Reproduksi
Protozoa sebagian besar melakukan reproduksi secara aseksual dengan
cara pembelahan biner. Pembelahan diawali deangan pembelahan inti yang
diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Sebagian protozoa melakukan
reproduksi seksual dengan penyatuan sel geaneratif (gamet) atau dengan
penyatuan inti sel vegetatif. Reproduksi seksual dengan penyatuan inti sel
disebut konyugasi.
7
Dalam siklus hidupnya, beberapa protozoa menghasilkan sel tidak aktif
yang disebut kista. Kista diselubungi oleh kapsul polisakarida yang
melindungi protozoa dari lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya
kekeringan. Jika kondisi lingkungan membaik, misalnya tersedia makanan
dan air maka dinding kista akan pecah dan protozoa keluar untuk memulai
hidupnya kembali.
Beberapa jenis protozoa membelah diri menjadi banyak sel
(schizogony). Pada pembelahan schizogony, inti membelah beberapa kali
kemudian diikuti pembelahan sel menjadi banyak sel anakan.
Perkembangbiakan secara seksual dapat melalui cara konjugasi, autogami, dan
sitogami.
Protozoa yang mempunyai habitat atau inang lebih dari satu dapat
mempunyai beberapa cara perkembangbiakan. Sebagai contoh spesies
Plasmodium dapat melakukan schizogony secara aseksual di dalam sel inang
manusia, tetapi dalam sel inang nyamuk dapat terjadi perkembangbiakan
secara seksual. Protozoa umumnya berada dalam bentuk diploid.
Protozoa umumnya mempunyai kemampuan untuk memperbaiki selnya
yang rusak atau terpotong. Beberapa Ciliata dapat memperbaiki selnya yang
tinggal 10 % dari volume sel asli asalkan inti selnya tetap ada.
Reproduksi Vegetatif dan Generatif Pada Protozoa
Protozoa sebagian besar melakukan reproduksi secara aseksual (vegetatif)
dengan cara pembelahan biner. Pembelahan diawali dengan pembelahan inti yang
diikuti dengan pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru.
Pembelahan biner terjadi pada Amoeba, Paramaecium, Euglena.
Protozoa bersilia membelah dengan arah transversal setelah terlebih dahulu
melakukan konjugasi. Protozoa berflagel membelah dengan arah longitudinal.
Beberapa Protozoa lain akan membelah berulang kali (multipel fission) yang
menghasilkan banyak anak sel.
8
Gambar 2.3 Beberapa macam proses reproduksi vegetatif pada protozoa
Sebagian Protozoa melakukan reproduksi secara seksual (generatif) dengan
penyatuan sel generatif (gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif. Reproduksi
seksual dengan peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya
disebut konjugasi.
2.4 Fisiologi Protozoa
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa
protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran
pencernaan manusia atau hewan ruminansia.
Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk
metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer
elektron dan atom hidrogen ke oksigen.
Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme
lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis.
Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-
molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel.
Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat
masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada
membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang
berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian
dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma.
Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang
bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi
oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan
9
ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil
kemudian mengalami pengasaman.
Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk
mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan
makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang
tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk
memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan
sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan
dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian
dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping
sitosom.
2.5 Klasifikasi Protozoa
Protozoa yang sudah teridentifikasi berjumlah lebih dari 60 ribu species. Jenis
protozoa yang sangat beragam tersebut dapat dibedakan menjadi empat kelas
berdasarkan alat geraknya, yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata, dan Sporozoa.
2.5.1 Rhizopoda (Sarcodina)
Gambar 2.5 Rhizopoda
Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo = akar, dan podos =
kaki, atau Sarcodina (sarco = daging). Semua protozoa yang tergolong kelas
Rhizopoda bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk kaki
semu (pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam, ada yang tebal membulat
dan ada yang tipis meruncing. Pseupodia berfungsi sebagai alat gerak dan
10
memangsa makanan. Hewan ini ada yang bercangkang, contohnya Globigerina
dan ada yang telanjang, contohnya Amoeba proteus. Pada Rhizopoda yang
bercangkang, pseudopodia menjulur keluar dari cangkang. Cangkang tersusun
dari silica atau kalsium carbonat. Cangkang berukuran 0,5 mm.
Bentuk sel Rhizopoda berubah-ubah saat diam dan bergerak. Sitoplasma
terdiri dari ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah sel bagian luar
yang berbatasan dengan membrane plasma. Endoplasma adalah plasma sel
pada bagian dalam sel. Ektoplasma bersifat lebih kental daripada endoplasma.
Aliran endoplasma dan ektoplasma tersebut berperan dalam penjuluran dan
penarikan pseudopodia. Amoeba proteus memiliki dua jenis vakuola yaitu
vakuola makanan dan vakuola kontraktil. Pada proses makan, pseudopodia
mengelilingi makanan dan membentuk vakuola makanan. Di dalam valuola
makanan, makanan dicerna. Zat makanan hasil cernaan dalam vakuola
makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa makanan
dikeluarkan dari vakuola keluar sel melalui membrane plasma.
Rhizopoda berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dengan
pembelahan biner, contohnya pada Amoeba sp. Amoeba dapat berkembang biak
dengan pembelahan biner tanpa melalui tahap-tahap mitosis. Pembelahan
dimulai dari membelahnya inti sel menjadi dua, lalu diikuti oleh pembelahan
sitoplasma.
Pembelahan inti tersebut menimbulkan lekukan yang sangat dalam yang
lama-lama akan putus sehingga terbentuklah dua sel anak Amoeba yang baru
yang masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula.
Kedua sel anak ini akan mengalami pembelahan biner sehingga menjadi empat
sel, delapan sel, enam belas sel, dan seterusnya.
Pada Amoeba apabila keadaan lingkungan kurang baik misalnya
kekeringan, maka Amoeba akan membentuk kista. Didalam kista Amoeba dapat
membelah menjadi amoeba-amoeba baru yang lebih kecil. Bila keadaan
menguntungkan maka amoeba-amoeba tadi dapat keluar dan selanjutnya
amoeba ini akan tumbuh. Setelah mencapai pada ukuran tertentu maka amoeba
tadi akan membelah diri seperti semula.
11
Gambar 2.6 Pembelahan biner
pada Amoeba
Makananya dapat berupa ganggang, bacteri atau sisa-sisa organik.
Ektoamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup liar di luar tubuh organisme lain
(hidup bebas). Contohnya Amoeba proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria.
Entamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme ,
contohnya Entamoeba histolityca, dan Entamoeba coli.
Genus/Species Rhizopoda
1. Amoeba proteus
Tubuhnya bersel tunggal, di dalamnya
terdapat:
a. Nukleus, berperan dalam pengaturan aktivitas hidup.
b. Vakuola makanan, berperan dalam pencernaan makanan.
c. Vakuola kontraktil, berperan dalam memelihara tekanan osmosis sel.
d. Dinding sel atau plasmolemma dengan sitoplasma yang terdiri dari
ektoplasma dan endoplasma.
Hidup di tempat yang lembab yang kaya bahan organik, baik di darat, laut dan
air tawar, atau sebagai parasit pada manusia maupun hewan. Berkembang biak
dengan cara membelah diri.
2. Entamoeba disentri (Entamoeba histolitica)
Tubuh bersel tunggal, bentuknya tidak tetap
12
Gambar 2.7 struktur amoeba
Hidup dalam jaringan usus (bersifat endoparasit)
Makanan eritrosit dan mampu membentuk cysta bila keadaan tidak
menguntungkan.
Gambar 2.8 struktur entamoeba histolytiva
Entamoeba histolytica mempunyai siklus hidup secara berurutan dari
trophozoite (bentuk vegetatif), prakisa, kista (dengan satu atau dua inti),
metatropozoite. Bentuk tropozoitenya aktif bergerak, ukurannya 10-60
mikron, sedangkan kistanya tidak bergerak ukurannya 5-20 mikron.
Bentuk tropozoitenya mudah mati di luar tubuh manusia. Bentuk
kistanya mudah mati dengan pengeringan atau pemanasan 550C, tetapi
tahan hidup sampai dua bulan di dalam air (selokan, kali, sawah) tidak mati
pada kadar chlor yang biasa dipakai dalam pengolahan air minum, tahan
terhadap desinfektan. Pada feses yang basah tahan sampai 12 hari.
3. Entamoeba coli
13
Tubuh bersel tunggal, hidup pada usus besar, kadang-kadang bersifat
parasit sehingga dapat menimbulkan penyakit diarrhea. Berfungsi membantu
membusukkan sisa pencernaan juga menghasilkan vitamin B12, dan vitamin
K yang penting dalam proses pembekuan darah. Dalam organ pencernaan
berbagai hewan ternak dan kuda, bakteri anaerobik membantu mencernakan
selusosa rumput menjadi zat yang lebih sederhana sehingga dapat diserap
oleh dinding usus.
4. Arcella
Tubuh memiliki rangka luar zat tanduk (kitin) Berbentuk seperti piring, dengan
satu permukaan cembung dan permukaan lainnya cekung atau datar , yang
ditengahnya terdapat lubang tempat keluarnya kaki palsu.
5. Diflugia
Tubuh memanjang, hidup di air tawar. Tubuh memiliki kerangka yang terdiri
dari pasir.
6. Foraminifera
Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari zat kapur dan tanah yang
mengandung endapan tersebut dinamakan “tanah Globigerina”. Fosil
Foraminifera merupakan petunjuk adanya sumber minyak.
7. Radiolarian (Heliosphaera)
Hidup di laut dengan tubuh yang memiliki zat kersik, tanah yang memiliki
endapan rangka tersebut dinamakan tanah radiolarian yang berguna untuk
bahan penggosok.
2.5.2 Ciliata (Ciliophora/Infusoria)
Gambar 2.9 Ciliata
Ciliata berasal dari bahasa Latin, yaitu cilia = rambut kecil, atau ciliophora,
yaitu phora = gerakan, bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar).
14
Ciliata juga disebut Infusoria (Infus = menuang) karena hewan ini ditemukan
juga pada air buangan atau air cucuran. Silia terdapat pada seluruh permukaan
sel atau hanya pada bagian tertentu. Selain berfungsi untuk bergerak, silia juga
merupakan alat Bantu untuk makan. Silia membantu pergerakan makanan ke
sitoplasma. Makanan yang terkumpul di sitoplasma akan dilanjutkan ke dalam
sitofaring (kerongkongan sel). Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke
sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan.
Sel Ciliata memiliki ciri khusus lain, yaitu memiliki dua inti, yaitu
makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus berukuran lebih besar daripada
mikronukleus. Makronukleus memiliki fungsi vegetatif, yaitu untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan yang mengendalikan fungsi hidup sehari-
hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual.
Mikronukleus memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konyugasi. Ciliata juga
memiliki trikokis yang fungsinya untuk pertahanan dri dari musuh dan memiliki
dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang berfungsi
untuk mengatur kesetimbangan tekanan osmosis (osmoregulator)..
Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun laut.
Ciliata juga hidup di dalam tubuh hewan lain secara simbiosis maupun parasit.
Ciliata yang hidup bebas di alam contohnya adalah Paramecium caudatum,
Didinium, Stentor, Balantidium, dan vorticella. Jenis lainnya hidup
bersimbiosis dalam perut hewan pemakan rumput dan berfungsi membantu
hewan tersebut mencerna sellulosa yang terdapat dalam rumput. Hanya sedikit
jenis Ciliata yang hidup sebagai parasit. Salah satunya adalah Balantidium coli.
Ciliata ini hidup pada usus besar ternak atau manusia dan dapat menyebabkan
diare (balantidiosis).
Ciliata melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual, yaitu dengan pembelahan biner membujur (transversal). Reproduksi
seksual dilakukan dengan konyugasi. Ciliata memiliki dua inti yaitu,
makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus berukuran lebih besar
dibandingkan mikronukleus. Makronukleus memiliki fungsi vegetatif, yaitu
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Mikronukleus memiliki fungsi
reproduktif, yaitu pada konjugasi. Contohnya pada Paramaecium sp.
15
Ciliata melakukan reproduksi secara vegetatif (aseksual) dan generatif
(seksual). Reproduksi vegetatif, yaitu dengan pembelahan biner membujur
(transversal) sepanjang selnya. Pembelahan diawali dengan pembelahan
mikronukleus dan diikuti dengan pembelahan makronucleus.
Gambar 2.10
Reproduksi generatif dilakukan dengan konjugasi yaitu dengan cara
penggabungan atau penyatuan fisik sementara antara dua individu kemudian
terjadi pertukaran nukleus. Dengan demikian, akan terjadi perpaduan sifat yang
dibawa oleh kedua individu tersebut dan menghasilkan satu individu baru.
Reproduksi generatif Paramaecium berlangsung sebagai berikut :
1. Dua Paramaecium saling mendekat dan menempel pada bagian mulut sel
untuk kawin, lalu terbentuk tabung konjugasi.
2. Mikronukleus masing-masing individu bermeosis 2 kali, lalu menghasilkan 4
mikronukleus haploid pada asing-masing individu.
3. Tiga mikronukleus melebur/hilang dan satu mikronukleus akan membelah
secara mitosis menjadi dua mikronukleus.
4. Pasangan tersebut kemudian mempertukarkan satu mikronukleusnya.
5. Mikronukleus yang sudah dipertukarkan akan melebur dengan
makronukleus, terjadilah singami. Terbentuklah zigot nucleus yang diploid.
Kemudian pasangan Paramaecium memisah.
6. Zigot nucleus masing-masing membelah secara mitosis sebanyak 3 kali
berturut turut sehingga terbentuk 8 mikronukleus yang identic pada asing-
masing paramaecium.
7. Selanjutnya masing-masing makronukleus yang asli hancur. (kenapa hancur?
karena yang berperan dalam proses konjugasi hanya mikronukleus,
sedangkan makronukleus untuk proses metabolisme).
16
8. Empat mikronukleus akan hilang sehingga tersisa akan tersisa empat
mikronukleus.
9. Tiga mikronukleus akan bergabung menjadi satu mikronukleus dan satu
mikronukleus lainnya akan tetap menjadi mikronukleus.
Gambar 2.11 Reproduksi secara konjugasi pada Paramecium
2.5.3 Flagellata (Mastigophora)
Gambar 2.12 Flagellata
Flagellata berasal dari flagell = cambuk, atau dengan menggunakan bulu
cambuk, phora = gerakan yang bergerak dengan menggunakan bulu cambuk
atau flagellum. Sebagian besar flagellata mempumyai dua flagellum. Letak
flagellum ada yang di bagian belakang sel (posterior) sehingga saat bergerak
seperti mendorong sel, dan ada yang di bagian depan sel (anterior) sehingga saat
bergerak seperti menarik sel. Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat
berfotosintesis. Contohnya : Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox
globator, Zooflagellata.
Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas). Contohnya : Trypanosoma
gambiens, Leishmania.
17
Flagellata berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner
membujur, misalnya pada Trypanosoma. Flagellata yang hidup bebas di
lingkungan berair, baik air tawar maupun air laut, dan ada yang hidup
bersimbiosis dalam tubuh hewan. Flagellata yang hidup bersimbiosis, misalnya
Trichonympha campanula hidup pada usus rayap dan kecoa kayu. Flagellata ini
membantu rayap atau kecoa mencerna kayu yang dimakan serangga tersebut.
Flagellata yang hidup parasit antara lain adalah Trypanosoma brucei
menyebabkan penyakit tidur pada manusia di Afrika, Trypanosoma evansi
penyebab penyakit surra pada ternak. Trichomonas vaginalis penyebab
penyakit pada alat kelamin wanita dan saluran kelamin pria, serta Leishmania
penyebab penyakit kala-azar yang merusak sel darah manusia. Trypanosoma
dan Leishmania dibawa oleh jenis lalat tertentu yang menghisap darah manusia,
contohnya lalat tsetse (Glossina moritans) yang menularkan penyakit tidur.
Penyakit ini merusak system saraf pusat dan pembuluh darah sehingga penderita
tidak dapat berbicara dan berjalan, tidur terus-menerus , dan akhirnya dapat
mengakibatkan kematian.
Gambar 2.13
2.5.4 Sporozoa (Apicomplexa)
18
Gambar 2.13 Sporozoa
Sporozoa berasal dari bahasa Yunani, spore = biji, zoa = hewan;
Sporozoa adalah hewan uniselluler yang pada salah satu tahapan dalam
siklus hidupnya memiliki bentuk seperti spora. Sporozoa tidak memiliki
alat gerak. Cara bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan
tubuhnya. Seluruh jenis Sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan atau
manusia.
Sporozoa melakukan reproduksi secara vegetatif (aseksual) dan
generatif (seksual). Sporozoa memiliki pergiliran antara fase seksual dan
aseksualnya. Reproduksi vegetatif dilakukan dengan pembentukan spora.
Reproduksi generatif dilakukan dengan pembentukan gamet dan
dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan betina. Misalnya pada
Plasmodium. Pada Plasmodium peleburan gamet jantan dan gamet betina
terjadi di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina.
Fase vegetatif / aseksual/ skizogoni
Berlangsung di dalam tubuh manusia.
a. Siklus Eksoeritrositer (EE).
Nyamuk Anopheles betina mengisap darah manusia, sporozoit
(bibit penyakit) dalam air liur nyamuk masuk ke dalam tubuh manusia.
Sporozoit menyerang butir-butir sel darah merah kemudian masuk ke
hati menjadi skizont kriptozoik. Skizont kriptozoik berkembang biak
secara vegetatif dengan membelah diri membentuk merozoit
cryptozoik.
b. Siklus Eritrositer (E).
Merozoit cryptozoik masuk ke dalam sel darah merah dan
berkembang menjadi bentuk tropozoit. Selanjutnya inti tropozoit
tersebut mengalami pembelahan secara berganda membentuk
merozoit . Kemudian sel darah merah pecah. Sebagian merozoit ada
yang berkembang membentuk gametofit, sedang sebagian yang lain
19
ada yang menyerang sel darah merah yang lain. Proses merozoit
menyerang sel darah merah disebut sporulasi .
Fase generatif / seksual / sporogoni
Berlangsung di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina
Saat nyamuk menghisap darah manusia, gametosit ikut terbawa
masuk ke dalam tubuh nyamuk. Gametofit tersebut akan berkembang
menjadi mikrogamet (gamet jantan) dan makrogamet (gamet betina). Jika
terjadi pembuahan (gamet jantan membuahi gamet betina) maka akan
terbentuk zigot yang menempel di dinding lambung nyamuk. Zigot akan
berkembang menjadi Ookinet. Ookinet menembus dinding lambung dan
menempel di sebelah luar. Ookinet selanjutnya tumbuh menjadi Ookista.
Ookista membelah menjadi banyak. Tiap Ookista akan membungkus diri
dengan sedikit sitoplasma membentuk Oosit . Oosit akan berkembang
membentuk sporozoit baru yang tersebar ke dalam jaringan tubuh nyamuk
Anopheles termasuk ke dalam kelenjar liur.
Gambar 2.14 Reproduksi vegetatif dan generatif pada Plasmodium
Contoh Sporozoa adalah Toxoplasma gondii yang menyebabkan
toksoplasmosis dan Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria
pada manusia. Toxoplasma gondii masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan, misalnya daging yang tercemar kista Toxoplasma dari
kotoran kucing. Infeksi Toxoplasma terutama membahayakan ibu hamil
karena dapat membunuh embrio atau bayi yang dilahirkan menjadi cacat.
20
Plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Di dalam tubuh manusia, Plasmodium menyerang sel-
sel hati dan sel-sel darah merah (eritrosit). Ada empat jenis Plasmodium
yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium falciparum.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale menyebabkan malaria tertiana,
Plasmodium malariae meyebabkan malaria kuartana, dan Plasmodium
falciparum menyebabkan penyakit malaria yang paling berbahaya, yaitu
malaria tropiokana.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat tetap hidup,
meskipun tidak aktif di dalam sel hati penderita malaria selama berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun. Akibatnya, di kemudian hari penyakit
malaria dapat kambuh lagi. Pemberantasan penyakit malaria dapat
dilakukan dengan memotong siklus hidup Plasmodium, yaitu dengan cara
mencegah adanya genangan air atau menutup tempat penampungan air.
Cara ini menyebabkan nyamuk tidak dapat tumbuh menjadi dewasa. Cara
lainnya adalah dengan memberi obat (misalnya obat kina) kepada si
penderita.
Siklus hidup Plasmodium terbagi menjadi dua, yaitu di dalam tubuh
nyamuk Anopheles betina dan di dalam tubuh manusia.
2.6 Peran Protozoa Dalam Kehidupan
Protozoa dapat menguntungkan dan merugikan manusia. Protozoa
berperan penting dalam mengontrol jumlah bakteri di alam karena Protozoa
adalah pemangsa bakteri. Di perairan, protozoa juga merupakan zooplankton
dan bentos. Zooplankton dan bentos adalah sumber makanan hewan air
termasuk udang, kepiting, dan ikan yang secara ekonomi bermanfaat bagi
manusia.
Protozoa khusunya Flagellata yang bersifat saprofitik memainkan peran
baik sebagai herbivora dan konsumen dalam tingkatan dekomposer dari rantai
makanan. Flagellata berperan sebagai phytoplankton dan zooplankton di dalam
lingkungan perairan yang berfungsi sebagai sumber pakan alami organisme lain.
Protozoa lain menguntungkan antara lain sebagai berikut :
21
1. Foraminifera, cangkang atau kerangkanya merupakan petunjuk dalam
pencarian sumber daya minyak, gas alam, dan mineral.
2. Radiolaria, kerangkanya jika mengendap di dasar laut menjadi tanah
radiolarian yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok.
2.6 Penyakit yang disebabkan Protozoa
Protozoa yang merugikan manusia,
yaitu menyebabkan penyakit antara lain :
1. Entamoeba histolytica, penyebab
disentri
Gambar 2.15 Entamoeba histolytica
Disentri merupakan penyakit pada gangguan pencernaan yang
ditandai dengan peradangan usus besar. Gejala : diare berat sehingga
timbul darah pada saat BAB, muntah yang dapat menimbulkan resiko
dehidrasi. Cara mengobati : dengan meminum air putih yang cukup dan
segera membawa penderita ke dokter.
2. Trypanosoma brucei, penyebab penyakit tidur di Afrika.
Gambar 2.16 Trypanosoma brucei
22
Gambar 2.17 siklus hidup Trypanosoma brucei
Penyakit ini ditimbulkan oleh gigitan lalat, yang dinamakan lalat tse-
tse. Gejala pertama yaitu adanya suatu benjolan kecil yang berwarna
merah. Apabila penyakit itu akan berkembang, tanda-tanda dan gejala-
gejala akan nampak lebih lanjut dalam waktu dua atau tiga minggu.
Kebanyakan dirasakan sakit kepala, nyeri urat syaraf, tidak dapat tidur
(insomnia), kehilangan kesanggupan untuk mempersatukan pikiran dan
denyut nadi yang cepat.
3. Trichomonas vaginalis, parasit pada alat kelamin wanita dan saluran
kelamin laki-laki.
Trichomonas vaginalis merupakan penyakit menular lewat hubungan
seksual (PMS), seseorang beresiko terkena PMS apabila melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun
anal, bila tidak diobati dengan benar penyakit ini dapat berakibat serius bagi
kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang
baru lahir bahkan kematian.
Pada wanita : gejalanya Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau
hubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah, pengeluaran lendir
pada vagina atau alat kelamin, keputihan berwarna putih susu bergumpal
disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin dan sekitarnya, keputihan
yang berbusa, kehijauan, berbau busuk dan gatal, timbul bercak-bercak darah
setelah berhubungan seksual, bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada
alat kelamin.
23
Gambar 2.18 Trypanosoma Vaginalis
Pada laki-laki : gejalanya Berupa bintil-bintil berisi cairan, lecet atau
borok pada penis atau alat kelamin, luka tidak sakit, keras dan berwarna merah
pada alat kelamin, rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin, rasa sakit
yang hebat pada saat kencing, bengkak, panas dan nyeri pada pangkal paha
yang kemudian berubah menjadi borok.
4. Balantidium coli, penyebab diare.
Gambar 2.19. Balantidium coli
Protozoa yang menginfeksi usus besar dan menyebabkan diare dan
muntah-muntah. Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan
konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit
3 kali dalam 24 jam.
Tanda tanda yang mudah untuk kita kenali pada penderita diare yaitu
Buang air besar encer (mencret), disertai rasa melilit (sakit perut), disertai rasa
perut kembung, kadang disertai suhu badan yang meningkat (demam) terutama
sering terjadi pada bayi dan anak.
5. Toxoplasma gondii, penyebab toksoplasmosis
Toxoplasma gondii bisa menyerang manusia dan semua hewan berdarah
panas terutama burung, ayam dan sejenisnya serta Hewan berkaki empat
seperti sapi, kambing, kerbau, domba dll.
Gejala akibat Toxoplasmosis pada orang sehat, antara lain demam, sakit
kepala, pembesaran kelenjar limfa (Getah bening), lemah, lesu, nyeri
tenggorokan, nyeri dan pegal di seluruh badan.
24
6. Plasmodium sp, penyebab penyakit malaria.
Gambar 2.21 plasmodium sp
Perkembangan Plasmodium dapat dibagi menjadi:
Schizogony; meliputi Sporozoit à Tropozoit à Merozoit
Sporogony; meliputi makrogamet dan mikrogamet à zygot à ookinet à
sporozoit
Gambar 2.22 Daur Hidup Plasmodium
Plasmodium sp. pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan
gejala demam, anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dan vektornya
nyamuk Anopheles betina, karena nyamuk Anopheles jantan makanannya
cairan tumbuhan.Dikenal empat jenis plasmodium, yaitu:
25
Gambar 2.20 Toxoplasma Gondii
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (malaria tertian benigna).
Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana.
Plasmodium facifarum menyebabkan malaria tropika (malaria tertian
maligna).
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Reproduksi seksual dimulai ketika nyamuk Anopheles mengisap darah
penderita malaria, di mana gametocyte akan terisap ke dalam lambung nyamuk.
Di dalam lambung nyamuk, gametocyte jantan (mikrogamet) akan membuahi
gametocyte betina (makrogamet), sehingga terjadilah zygote. Dalam waktu 24
jam zygote tumbuh menjadi ookinete. Ookinete akan menembus dinding
lambung nyamuk dan tumbuh menjadi oocyst, kemudian berkumpul di dalam
bagian luar dan dinding lambung. Di dalam oocyst ini akan tumbuh banyak
sporozoite. Oocytst yang matang akan pecah dan sporozoitenya akan menyebar
ke seluruh tubuh nyamuk dan sebagian akan berkumpul di dalam kelenjar ludah
nyamuk. Sporozoite ini akan masuk ke aliran darah manusia bila nyamuk tadi
mengisap darah manusia.
Reproduksi aseksual dimulai ketika sporozoite keluar dari aliran darah dan
masuk ke dalam sel parencym hepar untuk memulai schizogoni exoerythrocytic
(schizogoni di luar erythrocyte) yang pada tahap selanjutnya akan diikuti
schizogoni erythrocyte (schizogoni di dalam erytrhocytic).
Masa inkubasi malaria bervariasi bergantung pada daya tahan tubuh dan
spesies plasmodiumya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14 - 17 hari,
Plasmodium ovale 11 – 16 hari, Plasmodium malariae 12 – 14, dan
Plasmodium falcifarum 10 – 12 hari.
Gejala Penyakit
Gejala utama malaria adalah demam yang periodik disertai menggigil dan
diakhiri dengan berkeringat, anemia, splenomegali dan leukopenia. Munculnya
demam yang periodik ini berkaitan dengan pecahnya sejumlah besar
erythrocyte, baik yang parasit maupun tidak.
26
Interval (selang) waktu untuk terjadinya demam yang periodik,
bergantung pada lamanya waktu yang diperlukan untuk siklus schizogoni
erythrocytic. Misalnya, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, siklus
schizogoni erythrocytic-nya memerlukan waktu 48 jam sehingga demamnya
akan terjadi selang 2 hari atau setiap hari ketiga (tertian). Plasmodium malariae
memerlukan waktu 72 jam sehingga demamnya muncul setiap hari keempat
(quartana) sedangkan Plasmodium falcifarum antara 36-48 jam sehingga
datangnya demam menjadi tidak teratur.
Infeksi oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovela dan Plasmodium
malariae gejalanya datang mendadak berupa demam tinggi (40 – 40,60C),
menggigil, sakit kepala, sakit otot, malaise, nausea dan setelah berlangsung
beberapa jam demamnya hilang berkeringat banyak. Pada peyakit yang berat
dapat terjadi coma, kejang-kejang dan kegagalan jantung, tetapi sangat jarang.
Infeksi oleh Plasmodium falcifarum demamnya berlangsung lebih lama
dan interval waktu terjadinya serangan lebih pendek. Plasmodium falcifarum
sering menimbulkan kematian, diantaranya “blacwater fever” yang ditandai
dengan demam yang tinggi, menggigil, urina berwarna kemerahan atau
kecoklatan, dan kadang-kadang terjadi anuria.
Malaria bisa juga menyerang otak (Malaria cerebralis). Pada penderita
yang pengobatannya tidak sempurna penyakitnya sering kambuh lagi (relapse)
terutama Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan
golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk
Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik,
misalnya di Amerika, Asia dan Afrika.
Gejala : Penderita menggigil atau gemetar selama 15 menit sampai satu
jam, diikuti demam dengan suhu 40 derajat atau lebih. Penderita lemah,
kulitnya kemerahan dan menggigau. Demam berakhir serelah beberapa jam,
penderita mulai berkeringat dan suhunya menurun. Setelah serangan itu
berakhir, penderita merasa lemah tetapi keadaannya tidak mengkhawatirkan.
27
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulan bahwa :
1. Protozoa berarti hewan-hewan yang pertama. Protozoa merupakan kelompok
lain protista eukariotik
2. Ciri -ciri Umum Protozoa
Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar (cillia)
atau bulu cambuk (flagel).
Hidup bebas, saprofit atau parasit
Organisme bersel tunggal (uniseluler)
Eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati
Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup. kista, merupakan bentuk sel
protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang
terjadi pada bakteri
Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah.
Protozoa tidak mempunyai dinding sel
3. Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, dan
sampah organisme.
4. Protozoa berperan penting dalam mengontrol jumlah bakteri di alam karena
Protozoa adalah pemangsa bakteri.
5. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa adalah
Entamoeba histolytica, penyebab disentri
Trypanosoma brucei, penyebab penyakit tidur di Afrika.
Trypanosoma evansi, penyebab penyakit pada hewan ternak
Trichomonas vaginalis, parasit pada alat kelamin wanita dan saluran kelamin
laki-laki.
Balantidium coli, penyebab diare.
29
Toxoplasma gondii, penyebab toksoplasmosis
Plasmodium sp, penyebab penyakit malaria
B. Saran
Diharapkan masyarakat dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya
agar terhidar dari segala sumber penyakit, karena lebih baik mencaegah dari pada
mengobati.
30
Daftar Pustaka
Adhi, I Ketut D. 2008. Mengenal Protozoa. gurungeblog.com/2008/11/18/mengenal-
protozoa/
Anonim. caramengobatin.com/2012/07/mengatasi-penyakit-disentri-herbal-alami.html
Anonim. protozoabiologi.blogspot.com/p/peranan-protozoa.html
Ferdian, Ray. 2013. Pengertian protozoa ciri-ciri dan kelas.
raytkj.blogspot.com/2012/11/pengertian-protozoa-ciri-ciri-dan-kelas.html
H, Iswatun. 2011. Trypanosomiasis. iswatun-h--fkm10.web.unair.ac.id/artikel_detail-35809-
Umum.html
Handa, Fitri. 2012. digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-fitrihanda-5936-3-
babii.pdf
Hidayati, Nur. 2013. Reproduksi Vegetatif dan Generatif Pad Phylum
Protozoa.aghrywiranata.blogspot.com/2013/07/makalah-reproduksi-vegetatif-dan.html
31