Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
-
Upload
syeikhan-panji -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
-
7/31/2019 Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
1/8
2
PENDAHULUAN
Secara umum tafsir dibagi menjadi dua macam, yaitu Tafsir bil ma'tsur dan tafsir bir ro'yi. Tafsir
bil ma'tsur adalah tafsir yang berlandaskan naqli yang shahih, dengan cara menafsirkan Al-
Qur'an dengan Al-Qur'an atau dengan sunnah, yang merupakan penjelas Al-Qur'an. Atau
dengan perkataan para sahabat yang merupakan orang-orang yang paling tahu tentang Al-Quran, atau dengan perkataan tabi'in yang belajar tafsir dari para sahabat.
Macam tafsir yang kedua adalah Tafsir Bir Ro'yi. Tafsir bir Ro'yi adalah tafsir yang berlandaskan
pemahaman pribadi penafsir, dan menyimpulkannya dengan akal semata1
Adapun menafsirkan Al-Qur'an dengan akal semata, maka hukumnya adalah haram.
Sebagaimana firman Allah, Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.(QS. Al-Isro': 36) Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang berkata
tentang Al-Qur'an dengan akalnya semata, maka hendaknya mengambil tempat duduknya di
neraka.
.Tafsir ini dilakukan
dengan meyakini pemikiran tertentu kemudian membawa lafadz-lafadz Al-Qur'an kepada
pemikiran penafsir tanpa ada pendahulu dari kalangan sahabat maupun tabi'in. Tidak dinukil
dari para imam ataupun pendapat mereka dan tidak pula dari tafsir mereka.
2
Karena inilah, banyak ulama salaf yang merasa berat menafsirkan suatu ayat Al-Qur'an tanpa
ilmu, sebagaimana dinukil dari Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa ia berkata, Bumi manakah yang
bisa membawaku, dan langit manakah yang akan menaungiku jika aku mengatakan sesuatu
tentang Al-Qur'an yang aku tidak punya ilmunya?
3
Tafsir sahabat adalah tafsir yang disampaikan oleh para sahabat. Para ulama menyebutkan
beberapa alasan mengapa kita harus bersumber pada para sahabat dalam menafsirkan Al-
Quran. Di antaranya; (i) Al-Quran turun dengan bahasa mereka dan di masa mereka, (ii)
Rasulullah n berbicara langsung dengan mereka, (iii) mereka adalah orang-orang yang paling
tahu tentang turunnya Al-Quran, dan (iv) mereka adalah orang-orang yang paling tahu tentang
tafsiran dan maksud ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan perbedaab pemahaman makna-makna
Al-Quran.
MAKNA TAFSIR SAHABAT
1
Mabahits fi Ulumil Qur'an, hal. 362.
2Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya: 1/58 dengan yang shahih mauquf (terputus),
tetapi mempunyai hukum marfu' (bersambung sampai kepada Nabi) karena berhubungan
dengan hal ghoib yang tidak mungkin bersumber dari akal semata.
3Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya: 1/58 dengan sanad yang shahih.
-
7/31/2019 Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
2/8
3
Jika kita tidak menjumpai tafsir dalam Al-Qur'an dan sunnah, maka kita merujuk kepada
perkataan para sahabat. Karena mereka lebih tahu tentang tafsir dengan apa-apa yang mereka
persaksikan dari Al-Qur'an dan keadaan-keadaan khusus bagi mereka. Juga apa yang dimiliki
mereka dari pemahaman yang sempurna, ilmu yang shahih dan amal yang shahih.
KUALITAS SAHABAT DALAM TAFSIR
Tafsir ini juga termasuk yang mu'tamad (dapat dijadikan pegangan) dan dapat diterima, karena
shahabat adalah pernah berkumpul/bertemu dengan Nabi SAW. dan mereka mengambil dari
sumbernya yang asli, mereka menyaksikan turunnya wahyu dan turunnya Al-Qur'an. Mereka
mengetahui asbabunnuzul. Mereka mempunyai tabiat jiwa yang murni, fitrah yang lurus lagi
pula berkedudukan tinggi dalam hal kefasihan dan kejelasan berbicara. Mereka lebih memiliki
kemampuan dalam memahami kalam Allah. Dan hal lain yang ada pada mereka tentang
rahasia-rahasia Al-Qur'an sudah tentu akan melebihi orang lain yang manapun juga.
Hakim mengatakan dalam kitabAl-Mustadrakbahwa tafsir sahabat yang menyaksikan
turunnya wahyu berstatus sebagai hadits marfu. Kemudian, ulama yang lain memberikan
batasan bahwa tafsir sahabat berstatus marfu jika isinya berkenaan tentang penjelasan
asbabul nuzul dan sejenisnya yang tak mungkin berasal dari opini pribadi. Sedangkan jika tidak,
maka ia berstatus mauquf.
Sementara itu, Ibnu Hajar memberikan dua syarat bagi riwayat sahabat gara diterima dalam
menafsirkan Al-Quran. Pertama, bahwa riwayat tersebut bukan tentang sesuatu yang berasal
dari opini pribadi, seperti asbabul nuzul, keadaan hari kiamat, akhirat, dan sejenisnya. Kedua,
sahabat tersebut tak dikenal sebagai seorang yang mengambil riwayat dari Ahlu Kitab yangmasuk Islam. Atau, dengan kata lain, tidak pernah mengambil riwayat Israiliyat.
SAHABAT-SAHABAT AHLI TAFSIR DAN ALASANNYA:
Beberapa shahabat dikenal sebagai ahli tafsir, di antaranya sebagaimana yang disebutkan as-
Suyuthy adalah empat khalifah Islam; Abu Bakar, Umar, Utsman dan Aly.
Hanya saja riwayat mengenai tiga orang pertama (selain Aly) tidaklah terlalu banyak karena
kesibukan mereka mengurusi pemerintahan (kekhalifahan), di samping masih belum diperlukanadanya riwayat mengenai hal itu karena begitu banyaknya kalangan para shahabat yang
memahami tafsir.4
Di antara kalangan para shahabat yang dikenal sebagai ahli tafsir juga
adalah Abdullah bin Masud dan Abdullah bin Abbas.
-
7/31/2019 Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
3/8
4
Aly Bin Abi Thalib RA
Dilahirkan sepuluh tahun sebelum diutusnya Nabi SAW sebagai Nabi, tergambleng di sisi Nabi
SAW. Beliau terkenal sebagai seorang yang pemberani dan pintar, berilmu dan suci hatinya.
Maka, tidak heran bilamana Umar bin al-Khaththab RA berharap agar jangan sampai bila
menghadapi suatu rintangan tanpa keberadaan Abu Hasan. Para Ahli Nahwu mengungkapkandengan istilah, Masalah yang tanpa Abu Hasannya. (menunjukkan betapa penting perannya)
Diriwayatkan dari Aly RA, bahwasanya dia pernah berkata, Tanyakan kepadaku, tanyakan
kepadaku, tanyakan kepadaku tentang Kitabullah. Demi Allah, tidak satu ayat pun kecuali aku
mengetahui apakah diturunkan pada malam atau siang hari.
Ibn Abbas RA berkata, Bila ada riwayat dari periwayat Tsabat(yang dapat dipercaya) yang
meriwayatkan dari Aly, maka kami tidak akan mengambil yang lainnya. Diriwayatkan juga
darinya (Ibn Abbas) bahwasanya dia berkata, Apa yang aku ambil dari tafsir Quran, maka
pastilah ia dari Aly bin Abi Thalib. Ia salah seorang dari anggota dewan syuro yang
dinominasikan Umar guna menunjuk khalifah.
Abdullah Bin Masud RA
Ia mengambil al-Quran dari Nabi SAW sebanyak tujuh puluh-an surat. Pada permulaan Islam,
Nabi SAW pernah berkata kepadanya, Sesungguhnya engkau adalah si anak yang (berpredikat)
pengajar.Beliau juga bersabda, Barangsiapa yang ingin membaca al-Quran dalam kondisi
masih segar sebagaimana diturunkan, maka bacalah sesuai bacaan Ibn Ummu Abd.
Di dalam shahih al-Bukhari disebutkan bahwa Ibn Masud RA berkata, Para shahabatRasulullah SAW telah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling mengetahui mengenai
Kitabullah di kalangan mereka. Dalam momen yang lain, ia berkata, Demi Allah Yang Tiada
Tuhan yang berhak disembah- selain-Nya, tidaklah satu surat pun dari Kitabullah yang
diturunkan melainkan aku mengetahui di mana ia diturunkan dan tidaklah satu ayat dari
Kitabullah yang diturunkan melainkan aku mengetahui pada siapa ia turun. Andaikatan aku
mengetahui ada seseorang yang lebih mengetahui dariku mengenai Kitabullah di mana untuk
mencapainya harus menggunakan onta (kendaraan), maka pasti aku akan berangkat ke sana.
Ia termasuk Orang yang mengabdi kepada Nabi SAW, yang memasangkan kedua sandalnya,
mengambilkan air untuk wudlunya dan mengambilkan bantal untuk tidurnya. Sampai-sampaiAbu Musa al-Asyari berkata, Saat aku datang bersama saudaraku dari Yaman, kami tinggal
beberapa waktu. Dalam masa itu, kami hanya melihat Abdullah sebagai seorang Ahli Bait Nabi
SAW karena kami melihat betapa seringnya ia dan ibunya menemui Nabi SAW. Dan karena
pengabdiannya yang begitu lama dengan Nabi SAW, ia begitu terpengaruh dengannya dan
dengan petunjuknya hingga Hudzaifah berkata mengenainya, Aku tidak mengenal seorang pun
yang lebih dekat petunjuk dan sifatnya dengan Nabi SAW selain Ibn Ummu Abd (Ibn Masud).
-
7/31/2019 Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
4/8
5
Abdullah Bin Abbas RA
Beliau adalah anak paman (sepupu) Rasulullah SAW. Rasulullah pernah merengkuhnya ke dada
beliau seraya berdoa, Ya Allah, ajarilah ia al-Hikmah. Dalam suatu riwayat disebutkan,(Ajarilah ia) al-Kitab (al-Quran).
Ketika mengajarinya berwudlu beliau SAW berdoa, Ya Allah, anugerahilah pemahaman agama
kepadanya. Berkat doa yang diberkahi ini, ia kemudian benar-benar menjadi ulama umat
(lautan ilmu) di dalam menyebarkan tafsir dan fiqih. Ia meraih kedudukan yang tinggi sampai-
sampai Amirul Mukminin, Umar bin al-Khaththab RA mengundangnya ke majlis-majlisnya dan
mengambil pendapatnya.
Ibn Masud berkata, Sebaik-baik Turjumaan al-Quran (penerjemah) adalah Ibn Abbas.
Andaikata ia seusia kami, niscaya tidak seorang pun dari kami yang menandinginya.
Ibn Umar pernah berkata kepada salah seorang yang bertanya mengenai suatu ayat
kepadanya, Berangkatlah menuju Ibn Abbas lalu tanyakanlah kepadanya sebab ia adalah sisa
shahabat yang masih hidup yang paling mengetahui wahyu yang diturunkn kepada Nabi SAW.
Atha` berkata, Aku tidak pernah melihat sekali pun ada suatu majlis yang lebih mulia dari
majlis Ibn Abbas dari sisi fiqih, demikian juga yang paling agung dari sisi wibawanya.
Sesungguhnya para ahli fiqih berada di sisinya, para ahli Quran berada di sisinya dan para ahli
syair juga berada di sisinya. Ia menimbakan untuk mereka semua dari lembah yang luas
(mengajarkan ilmu yang banyak).
KARAKTERISTIK TAFSIR SAHABAT
Tafsir dengan Ma'tsur adalah termasuk bagian tafsir yang paling baik bila sanadnya benar-benar
berasal dari Nabi SAW. atau sampai pada Sahabat dan sepatutnya hendaklah meneliti riwayat
setiap menyebutkan tafsir dengan ma'tsur. Ibnu Katsir berkata: "Sesungguhnya kebanyakan
tafsir ma'tsur telah banyak terpengaruh oleh perawi-perawi Zindik, Yahudi, Persi dan ahli kitab
yang masuk Islam. Hal itu banyak terdapat dalam kisah-kisah para Rasul dengan kaumnya, hal-
hal yang berhubungan dengan kitab-kitab dan mukjizatnya, serta sejarah-sejarah lainnya seperti
ashhabul kahfi dan lain-lain. Karena itu perlu penyelidikan dari segi riwayatnya.
-
7/31/2019 Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
5/8
6
Sebab-sebab kelemahan riwayat dengan Ma'tsur
Penafsiran Al-Qur'an dengan Al-Qur'an dan penafsiran Al-Qur'an dengan Sunnah yang shahih
lagi marfu' sampai kepada Nabi SAW tidak perlu diragukan lagi diterimanya dan tidak
diperselisihkan. Dan keduanya adalah tafsir yang mempunyai kedudukan yang tinggi. Adapun
penafsiran Al-Qur'an dengan ma'tsur dari Shahabat atau Tabi'in ada beberapa kelemahankarena berbagai segi:
1. Campur-baur antara yang shahih dengan yang tidak shahih, serta banyak mengutip kata-kata
yang dinisbatkan kepada Sahabat atau Tabi'in dengan tidak mempunyai sandaran dan
ketentuan, yang akan menimbulkan pencampuradukkan antara yang hak dan yang bathil.
2. Riwayat-riwayat tersebut ada yang dipengaruhi oleh cerita-cerita israiliyat dan
khurafat/klenik yang bertentangan dengan 'aqidah Islamiyah. Dan telah ada dalil yang
menyatakan kesalahan cerita-cerita tersebut, hal ini dibawa masuk ke dalam kalangan umat
Islam dari kelompok Islam yang dahulunya Ahli kitab.
3. Di kalangan Sahabat, ada golongan yang ekstrim. Mereka mengambil beberapa pendapat dan
membuat kebatilan-kebatilan yang dinisbatkan kepada sebagian Sahabat.
Misalnya kelompok Syi'ah yaitu yang fanatik kepada Ali, mereka sering mengatakan kata Ali
padahal Ali sendiri tidak ada urusan apa-apa.
4. Musuh-musuh Islam dari orang-orang Zindik ada yang mengicuh Sahabat dan Tabi'in
sebagaimana Nabi perihal sabdanya.
Pendapat Az-Zarqany dalam kitab Manahilul Irfan
Az-Zarqany dalam kitabnya Manahilul Irfan menyebutkan tentang tafsir dengan ma'tsur setelah
beliau mengemukakan kutipan dari Imam Ahmad ra., dan Ibnu Taimiyah. Beliau berkata:
"Pendapat yang paling adil dalam hal ini ialah bahwa tafsir dengan ma'tsur itu ada dua macam:
Pertama: Tafsir yang dalil-dalilnya memenuhi persyaratan shahih dan diterima. Tafsir yang
demikian tidak layak untuk ditolak oleh siapapun, tidaklah dibenarkan untuk mengabaikan dan
melupakannya. Tidak benar kalau dikatakan bahwa tafsir yang demikian itu tidak bisa dipakai
untuk memahami Al-Qur'an bahkan kebalikannya, tafsir tersebut adalah sarana yang kuat untuk
mengambil petunjuk dari Al-Qur'an.
Kedua: Tafsir yang dalil sumbernya tidak shahih karena beberapa faktor (yang telah kami
sebutkan) di atas atau sebab lain. Tafsir yang demikian harus ditolak dan tidak boleh diterima
serta tidak patut untuk dipelajari (ditekuni). Kebanyakan ahli tafsir yang waspada seperti IbnuKatsir selalu meneliti/memperhatikan sampai dimana kebenarannya yang mereka kutip dan
kemudian membuangnya yang tidak benar atau dha'if.
-
7/31/2019 Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
6/8
7
SUMBER TAFSIR SAHABAT DENGAN CONTOH
Tafsir yang bersumber dari Al Quran: Salah satu contohnya adalah apa yang diriwayatkan oleh
Abu Syaikh, Ibnu Mardawih, dan Hakim dari Ibnu Abbas c, ia berkata, Ada seorang laki-laki dari
kalangan muhajirin generasi awal yang telah minum khamer. Lalu, Umar memerintahkan
untuk mencambuknya. Orang tadi berkilah, Kenapa engkau mencambukku? Di antara kita adakitabullah. Maka, Umar bertanya, Ayat mana yang engkau dapati agar aku tidak
mencambukmu? Ia berkata, Sesungguhnya Allah Taala telah berfirman dalam kitab-Nya,
Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena
memakan makanan yang telah mereka makan dahulu (Al-Maidah : 93). Sedangkan, saya
termasuk orang-orang yang beriman, beramal shalih, dan berbuat baik. Saya telah ikut bersama
Rasulullah n dalam perang Badar, Uhud, Khandaq, dan lainnya. Lalu, umar berkata kepada
(Ibnu Abbas), Tidakkah engkau mematahkan alasannya?
Maka, Ibnu Abbas berkata, Ayat tersebut turun sebagai udzur bagi orang-orang terdahulu dan
hujjah bagi yang datang setelahnya. Sebagai udzur bagi orang-orang terdahulu, karena mereka
menghadap Allah sebelum khamer diharamkan. Adapun, sebagai hujjah bagi yang datang
setelah mereka, karena Allah berfirman, sesungguhnya (meminum) khamer, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (Al-Maidah : 90)
Tafsir yang bersumber dari Ijtihad: Pada suatu hari, Umar mengundang mereka, lalu tak berapa
lama menghadirkan Ibn Abbas bersama mereka untuk memperlihatkan kepada mereka
kebenaran langkahnya tersebut. Umar berkata, Apa pendapat kalian mengenai firman Allah,
Bila telah datang pertolongan Allah dan Penaklukan. (surat an-Nahsr hingga selesai). Maka,
sebagian mereka berkata, Kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampun kepada-Nya bila kita menang (dapat menaklukkan Mekkah). Sebagian lagi hanya terdiam saja. Lalu,
Umar pun berkata kepada Ibn Abbas, Apakah kamu juga mengatakan demikian.? Ia
menjawab, Tidak. Lalu Umar bertanya, Kalau begitu, apa yang akan kamu katakan.? Ia
menjawab, Itu berkenaan dengan ajal Rasulullah SAW di mana Allah membeitahukan
kepadanya bila telah datang pertolongan-Nya dan penaklukan kota Mekkah, maka itulah tanda
ajalmu (Yakni Rasulullah-red.,), karena itu sucikanlah Dia dengan memuji Rabbmu dan minta
ampunlah kepada-Nya karena Dia Maha Menerima taubat. Umar pun berkata, Yang aku
ketahui memang seperti yang engkau ketahui itu.
Tafsir yang bersumber dari Sahabat Lain: Diriwayatkan bahwa salah seorang datang kepadaAbdullah bin Umar, ia menanyakan tentang langit dan bumi semula bersatu kemudian
keduanya kami belah. Ibnu Umar menjawab: "Datanglah kepada Ibnu Abbas dan tanyakanlah
kepadanya." Setelah anda tanyakan, kembali lagi dan jelaskan kepadaku". Orang tersebut pergi
bertanya kepada Ibnu Abbas dan ia memberikan jawaban: "Langit bersatu (ratqan) maksudnya
tidak turun hujan, dan yang dimaksud dengan bumi ratqan tidak tumbuh tanaman/gersang,
kemudian Ia (Allah) menurunkan hujan dan menumbuhkan tanaman-tanaman.
-
7/31/2019 Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
7/8
8
Setelah itu orang tersebut kembali kepada Ibnu Umar untuk memberitahukan hasilnya, seraya
berkata: "Aku dulu telah mengatakan dengan geleng kepala karena keberanian Ibnu Abbas
dalam hal menafsirkan Al-Qur'an, sekarang aku telah mengetahui benar bahwa ia telah
dikaruniai ilmu".
Tafsir yang bersumber dari Ijtihad: Diriwayatkan pula bahwa Umar ibnu Khattab pada suatu
ketika bertanya kepada Sahabat-sahabat Nabi: "Siapa yang menjadi sebab turunnya ayat di
bawah ini, menurut pendapat kalian?" Seraya Umar membacakan ayat: "Apakah ada salah
seorang diantaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur......" (QS. Al-Baqarah: 66)
Mereka menjawab: "Allah Yang Maha Tahu". Umar marah seraya berkata: "Jawab! Tahu atau
tidak!" Ibnu Abbas menjawab: "Ada sedikit yang tergores dalam hatiku". Umar berkata: "Hai
anak saudaraku, katakanlah dan janganlah anda merasa minder/rendah diri". Ibnu Abbas
berkata: "ayat itu dijadikan suatu contoh perbuatan". Umar berkata: "Perbuatan apa?". Ibnu
Abbas menjawab: "Seorang yang kaya lagi taat kepada Allah, ia didatangi oleh syaitan, dan
terperdaya untuk melakukan maksiat sehingga amal perbuatannya tenggelam". (HR. Al-
Bukhari).
Tafsir yang bersumber dari Israiliyat: Tafsir Ibnu Abbas RA terhadap ayat 40 surat Thoha yang
artinya Dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan. Sebagian penafsirannya dalam
ayat ini diambil dari israiliyat karena di dalam Al Quran sendiri tidak ada penolakan
terhadapnya.
PENUTUP
Tafsir sahabat dengan segala keutamaannya telah membuka cakrawala ilmu yang luas bagi
umat Islam. Namun demikian kita tetap dituntut untuk selalu selektif dalam menerimanya,
karena firman Allah SWT memang harus ditafsirkan dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah tafsir yang berlaku
-
7/31/2019 Ulumul Quran - Tafsir Sahabat
8/8
9
DAFTAR PUSTAKA:
1. Mabahits fi Ulumil Qur'an, hal. 362.
2. Ushuul Fi at-Tafsiir, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
3. Manahilul Irfan, Az-Zarqany
4. At-tafsir wal mufassirun. Dr. Muhammad Husen Adzahaby5. Tafsir Al Quran, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
6. Al Itqan Fi Ulum At Tafsir, Jalaluddin As Suyuthi