Urusan Jenazah

21
Urusan Jenazah Firman Allah SWT Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.” (Q.S. Ali Imran (3) : 185) Sabda Rasulullah SAW Artinya: “ Dari abu Hurairah, bersabda Nabi Muhammad SAW: “Hendaklah kamu perbanyak mengingat mati.” (HR Tirmidzi dan disyahkan oleh Ibnu Hibban) Hal-hal yang dilakukan terhadap orang yang meninggal a. Dipejamkan atau ditutupkan matanya, mendo’akan dan memohonkan ampun atas dosanya. Sabda Nabi Muhammad SAW Artinya: Dari Syaddad bin Aus: Bersabda Rasulullah SAW : “Apabila kamu menghadapi orang mati, maka tutupkan matanya karena sesungguhnya mata itu mengikutkan ruh. Hendaklah kamu mengucapkan yang baik (mendo’akan), maka sesungguhnya ia dipercayai menurut apa yang diucapkan oleh ahlinya.” (HR Ahmad dan Ibnu Majjah). b. Ditutup seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan kepadanya dan supaya tidak terbuka auratnya Artinya: “ Dari Aisyah: sesungguhnya Rasulullah SAW, ketika beliau wafat ditutup dengan kain tenunan negeri Yaman.” (HR Bukhari dan Muslim). c. Ahli Jenazah yang mampu, menyegerakan membayar hutang si jenazah jika mempunyai hutang, baik dibayar dari harta peninggalannya atau dari pertolongan keluarga sendiri. Sabda nabi Muhammad SAW

Transcript of Urusan Jenazah

Page 1: Urusan Jenazah

Urusan Jenazah

Firman Allah SWT

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.” (Q.S. Ali Imran (3) : 185)

Sabda Rasulullah SAW

Artinya: “ Dari abu Hurairah, bersabda Nabi Muhammad SAW: “Hendaklah kamu perbanyak mengingat mati.” (HR Tirmidzi dan disyahkan oleh Ibnu Hibban)

Hal-hal yang dilakukan terhadap orang yang meninggal

a. Dipejamkan atau ditutupkan matanya, mendo’akan dan memohonkan ampun

atas dosanya.

Sabda Nabi Muhammad SAW

Artinya: Dari Syaddad bin Aus: Bersabda Rasulullah SAW : “Apabila kamu menghadapi orang mati, maka tutupkan matanya karena sesungguhnya mata itu mengikutkan ruh. Hendaklah kamu mengucapkan yang baik (mendo’akan), maka sesungguhnya ia dipercayai menurut apa yang diucapkan oleh ahlinya.” (HR Ahmad dan Ibnu Majjah).

b. Ditutup seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan kepadanya dan

supaya tidak terbuka auratnya

Artinya: “ Dari Aisyah: sesungguhnya Rasulullah SAW, ketika beliau wafat ditutup dengan kain tenunan negeri Yaman.” (HR Bukhari dan Muslim).

c. Ahli Jenazah yang mampu, menyegerakan membayar hutang si jenazah jika mempunyai hutang, baik dibayar dari harta peninggalannya atau dari pertolongan keluarga sendiri.

Sabda nabi Muhammad SAW

Artinya: dari Abu Hurairah: “ Telah bersabda Rasulullah SAW : Diri orang mukmin itu tergantung (tidak sampai ke hadirat Allah SWT) karena hutangnya, hingga dibayar dahulu hutangnya itu (oleh familinya).” (HR ahmad dan Tirmidzi).

Kewajiban Terhadap Jenazah

Seseorang muslim yang meninggal dunia, maka orang yang hidup menyelenggarakan empat perkara dan hukumnya fardhu khifayah. Empat perkara tersebut antara lain:

1. Memandikan jenazah

Syarat wajib mandi yaitu antara lain : mayatnya beragama Islam, didapati jasadnya, jenazahnya bukan mati syahid. Cara memandikannya yaitu jenazah diletakkan di tempat yang

Page 2: Urusan Jenazah

tinggi (ranjang atau balai-balai), ditempat yang sunyi (tidak ada yang masuk ke tempat itu selain orang yang memandikan dan orang yang menolong mengurus keperluan yang bersangkutan dengan mandi).Setelah diletakkan di atas ranjang atau tempat yang telah disediakan kemudian didudukkan dan disandarkan punggungnya pada sesuatu, lantas disapu perutnya dengan tangan, dan ditekan sedikit supaya kelur kotorannya. Digosok giginya, dibersihkan mulutnya dan diwudhukan, kemudian dibasuh kepala, janggut dan disisir rambut dan janggutnya perlahan-lahan . Rambutnya yang tercabut hendaklah dicampurkan kembali kretika mengafaninya. Dibasuh sebelah kanannya , kemudian kirinya, kemudian dibasuh kesebelah kirinya, dan dibasuh sebelah kanannya, kemudian dibaringkan lagi ke sebelah kanannya dan dibasuhn badannya sebelah kiri. Dengan demikian selesailah tahapan memandikan jenazah.

Dalam hal memandikan jenazah, orang yang berhak memandikan mayat adalah: Apabila mayat laki-laki yang memandikannya laki-laki pula. Perempuan tidak boleh memandikan mayat laki-laki kecuali istri dan muhrimnya. Jika mayatnya perempuan yang memandikan perempuan juga. Tidak boleh laki-laki memandikan mayat perempuan kecuali suami dan muhrimnya. Jika suami dan muhrim ada, yang lebih berhak adalah suami begitu juga jika dan muhrim ada, maka isteri yang lebih berhak untuk memandikan suaminya.

2. Mengafani Jenazah

Hukum dalam mengafani jenazah adalah fardhu kifayah atas orang yang hidup. Maksud dari mengafani jenazah adalah membungkus jenazah dengan kain kafan yang diperoleh dari harta peninggalan jenazah jika ia meninggalkan harta. Jika tidak, maka yang menyediakan kafan adalah keluarga terdekatnya. Kalau keluarga terdekatnya tidak mampu juga, maka diambilkan dari baitul mal, jika baitul mal tidak ada, yang wajib menyediakan adalah orang Islam yang mampu.

Orang yang berhak mengafani sama ketentuannya dengan orang yang berhak memandikan jenazah. Untuk mengafani jenazah, sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi badan jenazah baik laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi sebaiknya untuk laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain; tiap-tiap lapis menutupi seluruh badannya. Sedangkan untuk jenazah perempuan sebaiknya dilapisi dengan lima lembar kain kafan, yaitu kain basahan atau kain mandi, baju, tutup kepala, kerudung dan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya.

Setelah semua perlengkapan disediakan maka dalam mengafaninya adalah sebagai berikut:

a. Hamparkan kain kafan yang sudah disiapkan sehelai-sehelai dan setiap helainya diberi harum-haruman dan sebelumnya bentangkan empat utas tali kira-kira terletak di tempat kepala, tangan, lutut, dan mata kaki jenazah.

b. Jenazah diberi kapur barus yang halus, kemudian diletakkan di atas hamparan kain kafan yang telah disediakan tersebut. Kedua tangan diletakkan diatas dadanya, tangan kanan di atas tangan kiri atau kedua tangannya diluruskan ke bawah dengan ditempeli kapas secukupnya pada bagian muka, pusar, kelamin dan duburnya.

c. Balutkan ke seluruh tubuh dengan kain kafan sampai rapi, lantas didikat dengan empat utas tali yang telah disiapkan tadi pada bagian atas kepala, lengan, lutut dan mata kakinya.

d. Untuk muslim/muslimah yang meninggal dunia ketika berhaji atau umrah, jenazahnya tidak boleh diberi harum-haruman dan tidak pula ditutup kepalanya.

Page 3: Urusan Jenazah

e. Dalam hal kain kafan, kafannya yaitu kain yang bersih dan berwarna putih dan sederhana. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Pakailah olehmu kain kamu yang putih, karena sesungguhnya kain putih itu kain yang sebaik-baiknya, dan kafanilah mayat kamu dengan kain putih itu.” (HR Tirmidzi dan lain-lain).

3. Shalat Jenazah

Orang yang telah meninggal dunia setelah selesai dimandikan dan dikafani yaitu dishalatkan. Hukum menyolatkan jenazah yaitu fardhu kifayah Apabila seorang muslim atau muslimah mati syahid yaitu mati dalam menegakkan agama Allah SWT tidak perlu dishalatkan, dimandikan atau dikafani cukup hanya dengan dikuburkan dengan pakaian yang pakai ketika berjihad menegakkan agama Allah SWT.

Sabda Rasulullah SAW tentang perintah untuk menyolatkan jenazah yaitu:

Artinya: “ Shalatkanlah olehmu orang-orang yang mati.” (HR Ibnu Majah).

Hal-hal yang berhubungan dengan shalat jenazah yaitu antara lain:

Syarat menyolatkan jenazah

Orang yang menyalatkan jenazah syaratnya adalah:

a). Islam, suci dari hadats besar, menutup aurat, suci badan, pakaian dan menghadap kiblat

b). Shalatnya dilakukan setelah jenazah dimandikan dan dikafani

c). Letak jenazah disebelah kiblat orang yang meyalatkan, kecuali jika shalatnya di atas

kubur atau shalat ghaib.

. Rukun Shalat Jenazahah

a). Niat

b). Takbir empat kali

c). Membaca Surat Fatihah setelah takbir pertama

d). Membaca Shalawat Nabi Muhammad SAW setelah takbir ke dua

e). Membaca do’a setelah takbir ke tiga

f). Berdo’a setelah takbir ke empat

g. Salam

4. Sunat-Sunat shalat mayat

Page 4: Urusan Jenazah

Dalam shalat jenazah tidak ada adzan dan iqamah. Hal-hal yang disunatkan adalah sebagai berikut:

a. Mengangkat tangan pada saat mengucapkan empat kali takbir

b. merendahkan suara bacaan (Israr)

c.membaca “a’udzubillahiminas syaithanirrajim”.

5. Hal-Hal tentang Shalat Jenazah

a. Shalat jenazah dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri (munfarid), akan tetapi lebih afdhal apabila dilaksanakan secara berjamaah yaitu dengan susunan barisan dijadikan tiga baris (saf) sekurang-kurangnya dua orang . maka jika ada yang shalat terdiri dari enam orang, disusun tiap shaf dua orang agar menjadi tiga shaf . Sabda Rasulullah SAW:

Artinya: “ Dari Malik bin Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Orang mukmin yang mati, lalu dishalatkan oleh segolongan kaum muslimin sampai tiga shaf tentulah diampuni dosanya.”

b. Orang Islam perempuan tidak dilarang melakukan shalat jenazah artinya ia menyolatkan

jenazah hukumnya boleh dan syah begitu juga dalam shalat ghaib yaitu shalat jenazah

yang jenazahnya tidak ada di tempat shalat.

c.Apabila ada diantara muslim yang juga ingin ikut menyolatkan jenazah yang sudah dishalatkan dan sudah dikubur, menyolatkan di atas kuburnya diperbolehkan sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:

Artinya: Dari Ibnu abbas: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah shalat di atas sebuah kubur , sesudah (mayat dikubur) sebulan lamanya.” (HR Daruquthni).

d. Beberapa jenazah boleh dishalatkan bersama-sama atau sekaligus.

4. Mengubur Jenazah

Setelah jenazah dimandikan, dikafani dan dishalatkan, yaitu dikuburkan. Penguburan jenazah dianjurkan untuk disegerakan. Sabda nabi Muhammad SAW:

Artinya: “ Dari Abu Hurairah: “Bersabda Rasulullah SAW Hendaklah kamu segerakan mengangkat jenazah, karena jika ia orang shaleh, maka kamu melekskannya kepada kebaikan, atau jika ia bukan orang shaleh, maka supaya kejahatan itu lekas terbuang dari tanggungan kamu.” (HR Jamaah)

Hukum menguburkan jenazah yaitu fardhu kifayah. Dalam hal menguburkan jenazah sekurang-kurangnya diperkirakan tidak tercium oleh hidung dan tidak dapat dibongkar oleh binatang buas, karena maksud dari penguburan jenazah adalah untuk menjaga kehormatannya dan untuk menjaga kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.

Page 5: Urusan Jenazah

Lubang kubur disunatkan memakai lubang lahad (relung di lubang kubur tempat meletakkan jenazah, kemudian ditutup dengan papan, bambu dan sebagainya kalau tanahnya keras. Apabila tanahnya tidak keras atau mudah runtuh, seperti tanah yang bercampur dengan pasir maka

Dibuat secara lubang tengah yaitu lubang kecil di tengah-tengah kubur kira-kira memuat jenazah, kemudian ditutup dengan papan dan sebagainya.

Untuk menguburkan jenazah tatacaranya yaitu lubang kubur dan lubang lahat sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum jenazahnya diberangkatkan ke pemakaman. Setelah jenazah sampai di pemakaman dan masih dalam posisi di usungan diletakkan di pinggir atas lubang kubur sebelah kiblat, sejajar dengan lubang kubur kemudian tiga orang muslim atau sahibul janazah turun ke lubang kubur dan tiga lainnya berdiri di atas mengahadap jenazah. Tiga orang muslim yang berdiri menghadap jenazah mengangkat jenazahnya dan menyerahkan ke tiga orang muslim yang ada di lubang kubur, lantas jenazah diletakkan dengan baik di lubang lahat dengan posisi miring, kepala di sebelah utara, kaki membujur ke selatan menghadap kiblat. Keempat tali yang mengikat jenazah dilepas dan kain kafan yang menutup mukanya disingkapkan sehingga posisi muka mencium tanah. Setelah itu ditutup dengan papan atau bambu dan ditimbun dengan tanah galian kubur.

Perlu di ingat bahwa pada saat memasukkan jenazah ke lubang kubur disunatkan untuk mengucapkan:…

Artinya: Dengan nama Allah dan atas nama milah atau agama Rasulullah SAW”. kira-kira memuat jenazah, kemudian ditutup dengan papan dan sebag

Selain itu, ada beberapa sunat lainnya yaitu diantaranya adalah: ketika memasukkan jenazah ke kubur, disunatkan menutup di atasnya dengan kain atau sebagainya kalau jenazah itu perempuan, disunatkan meninggikan kubur sekadarnya agar diketahui bahwa itu kuburan akan tetapi lebih baik didatarkan daripada dimunjungkan, menandai kuburan dengan batu disebelah kepalanya, meletakkan batu-batu kecil dan pelepah basah di atas kubur, menyiram kubur dan mendo’akan supaya jenazah mendapat ampunan dan rahmat dari allah SWT.

Larangan yang berhubungan dengan kubur

a. Duduk di atas kuburanb. Menembok kuburanc. Membuat rumah di atasnyad. Membuat kuburan menjadi masjid

5 Takziah / Melawat

Melawat atau takziah yaitu mendatangi ke keluarga yang meninggal dunia. Melawat atau takziah hukumnya sunat dan sebaiknya dilakukan sebelum jenazah dikuburkan. Yang dimaksud dalam perlawatan adalah untuk menganjurkan kepada ahli jenazah agar sabar, tidak berkeluh kesah dan mendo’akan jenazah agar mendapat ampunan.

Sabda Rasulullah SAW

Page 6: Urusan Jenazah

Artinya: “ Dari abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersabda, barang siapa yang melawat hingga dishalatkanmaka dia mendapat pahala satu qirad, dan barang siapa yang menghadirinya sampai dikuburan, maka baginya mendapat pahala dua qirad, ketika Rasulullah SAW ditanya sahabat apakah dua qirad itu? Beliau menjawab, ‘Laksana dua bukit besar.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

6. Ziarah Kubur

Ziarah Kubur disunatkan bagi laki-laki dan dimakruhkan bagi perempuan. Dalam hal ziarah kubur harus memperhatikan adab-adabnya, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:

Artinya: “ Dari Sulaiman bin Buraidah, dari bapaknya: “ rasulullah SAW mengejari mereka ketika pergi ke kubur, yaitu supaya mengatakan: Mudah-mudahan selamatlah dan sejahteralah orang mukmin dan muslimin disini, kami mudah-mudahan akan menyusulmu; kami mohonkan kepada Allah supaya kami dan kamu mendapat keselamatan.” (H.R. Muslim dan Ahmad)

Page 7: Urusan Jenazah

Kewajiban Terhadap   Jenazah

Kewajiban Terhadap JenazahAdapun soal-soal yang bersangkutan dengan jenazah ada empat. Jenazah tersebut hendaklah dimandikan,dikafankan,disolatkan dan dikuburkan .

Keempat- empat perkara ini ‘ Fardu Kifayah’ hukumnya bagi umat Islam, apabila yang mati itu orang yang beragama Islam. Bila pekerjaan itu ditinggalkan berdosalah semua orang Islam di negeri itu tetapi bila ada di antara mereka yang mengerjakannya, maka sekalian umat Islam di negara itu lepaslah dari dosa.

1. Memandikan MayatSyarat sah-nya mandi :

Mayat itu orang Islam (muslim) Belum dimandikanDidapati tubuhnya walaupun sedikit Mayat itu bukan mati syahid/ syuhada (mati dalam peperangan untuk membela

agama Allah).Rukunnya adalah menyeluruhkan air suci kepada segenap tubuhnya. Tata caranya secara sunnah adalah memulai dengan mewudhukannya, lalu memulai dengan bagian kanan dari tubuhnya, dan kemudian kiri tubuhnya, air untuk memandikan dicampur dengan daun sidir (bidara), setelah selesai maka diulang demikian hingga 3X, atau 5X atau 7X, dan pada kali yg terakhir dicampur dengan kafur. (shahih Bukhari hadits no.1196)

Para fuqaha menambahkan, adalah mengurut dada dan perutnya kebawah, untuk berusaha pelahan-lahan mengeluarkan kotoran yg masih tersimpan di perutnya, lalu membersihkan tubuhnya dan Qubul dan Dubur dengan kain basah, lalu membersihkan giginya, menyiwakinya, lalu mebersihkan hidungnya dan telinganya, lalu baru mewudhukannya, lalu memandikannya. Sunnah menggunakan wewangian pada mayyit bila selesai dimandikan sebelum dikafani.

Bagi yg memandikan, tak ada syarat tertentu, boleh bahkan dimandikan oleh anak anak dibawah umur dewasa, bahkan dijelaskan oleh Imam Arramly diperbolehkan dimandikan oleh Jin pun sah, namun disunnahkan adalah keluarga terdekat, dan hukum memandikan jenazah muslim adalah fardhu kifayah

Sekurang-kurangnya mandi untuk melepaskan kewajiban itu adalah sekali,merata ke seluruh badannya, setelah dihilangkan najis yang ada pada badannya. Sebaiknya mayat itu diletakkan di tempat yang tinggi,seperti balai, di tempat yang sunyi, berserta tidak ada orang yang masuk ke tempat itu melainkan orang yang memandikan dan orang yang menolong mengurus keperluan yang bersangkutan dengan mandi itu.

Pakaiannya diganti dengan kain basahan (kain mandi), untuk kain mandi itu sebaiknya kain sarung, supaya auratnya tidak mudah terbuka. Sesudah diletakkan di atas tempatnya, kemudian didudukkan dan disandarkan punggungnya kepada sesuatu, lantas disapu perutnya dengan tangan dan ditekankan sedikit, supaya keluar kotorannya.

Perbuatan itu hendaklah diikuti dengan air dan harum-haruman agar menghilangkan bau kotoran yang keluar. Sesudah itu, mayat dilentangkan lantas dicebokkan dengan tangan kiri

Page 8: Urusan Jenazah

yang memakai sarung tangan sesudah cebok, sarung tangan hendaklah diganti dengan yang bersih, lantas dimasukkan anak jari kiri ke mulutnya,digosak giginya dan dibersihkan mulutnya, dan diwu’dhukan.

Kemudian dibasuhkan kepala, janggut dan disisir rambut dan janggutnya perlahan-lahan. Rambut yang tercabut hendaklah dicampur kembali ketika mengkafankannya. Lantas dibasuh sebelah kanannya, kemudian dibaringkan ke sebelah kirinya dan dibasuh badannya sebelah kanannya kemudian dibaringkan lagi sebelah kanannya dan dibasuh sebelah kiri. Peraturan sekalian yang tersebut dihitung satu kali. Disunatkan tiga atau lima kali .

Air pemandian mayat ini sebaliknya air dingin, terkecuali jika berhajat kepada air panas karena sangat dingin atau karena susah menghilangkan kotoran. Baik juga pakai sabun atau sebagainya, dan membasuhnya. Adapun air pembasuh penghabisan (pembilasan) itu, baik dicampur dengan kapur barus sedikit atau harum-haruman yang lain.

Dari Ummi Athiyah : Nabi SAW telah masuk kepada kami sewaktu kami memandikan anak beliau yang perempuan, lalu beliau berkata: Mandikanlah dia tiga kali atau lima kali atau lebih kalau kamu pandang baik lebih dari itu dengan air serta daun bidara, dan basuh yang penghabisan hendaklah dicampur dengan kapur barus, mulailah oleh kamu dengan bagian badan sebelah kanan dan anggota wudhu-nya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Yang berhak memandikan mayat.

Kalau mayat itu lelaki hendaklah yang memandikannya lelaki, tidak boleh perempuan memandikan mayat lelaki, terkecuali isteri dan mahramnya. Sebaliknya jika mayat itu perempuan hendaklah dimandikan oleh perempuan pula; tidak boleh lelaki memandikan mayat perempuan terkecuali suami atau mahramnya. Jika suami dan mahramnya sama-sama ada suami lebih berhak memandikan isterinya. Begitu juga jika isteri dan mahramnya sama-sama ada, maka isteri lebih berhak untuk memandikan suaminya.

Bila meninggal seseorang perempuan, dan tempat itu tidak ada perempuan, suami atau mahramnya, maka mayat itu hendaklah ditayammumkan saja, tidak dimandikan oleh lelaki lain. Begitu juga sebaliknya jika lelaki yang meninggal. Kalau mayat anak-anak lelaki atau perempuan maka boleh dimandikan oleh lelaki dan perempuan.

Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah keluarga yang terdekat kepada mayat. Kalau ia mengetahui akan kewajiban mandi serta dipercayai, kalau tidak berpindahlah hak tersebut kepada yang lebih jauh yang berpengetahuan serta amanah (dipercayai).

Dari Aisyah berkata Rasulullah SAW “Barang siapa memandikan mayat dan dijaga kepercayaan, tidak dibukakannya kepada orang lain apa-apa yang dilihat pada mayat itu, bersihlah ia dari segala dosanya seperti keadaannya sewaktu dilahirkan oleh ibunya. Kata beliau lagi,hendaklah yang mengimaminya adalah keluarga yang terdekat dari mayat jika pandai memandikan mayat, jika ia tidak pandai maka siapa saja yang dipandang berhak karena amanahnya.” (Riwayat Ahmad)

2. Mengkafankan Mayat.Hukum mengkafankan(membungkus) mayat itu adalah “Fardu Kifayah” atas orang yang hidup. Kafan itu diambil dari harta si mayat sendiri, jika ia meninggalkan harta, kalau ia tidak

Page 9: Urusan Jenazah

meninggalkan harta, maka kafan atas orang yang wajib memberi belanjanya ketika ia hidup. Kalau yang wajib memberikan belanja itu tidak pula mampu, hendaklah diambil dari Baitulmal, bila ada Baitulmal dan diatur menurut hukum agama Islam. Jika Baitulmal tidak ada atau tidak teratur, maka wajib atas orang Muslim yang mampu. Demikian pula belanja yang lain-lain yang bersangkutan dengan keperluan mayat.Untuk lelakiKafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi sekalian badan mayat, baik mayat lelaki maupun perempuan. Sebaiknya untuk lelaki tiga lapis kain, tiap-tiap lapis daripadanya menutupi seluruh badannya. Sebagian ulama berpendapat , satu daripada tiga lapis itu, hendaklah izar (kain mandi) ,dua lapis menutupi sekalian badannya.Cara Memakainya :Dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan di atas tiap-tiap lapis itu harum-haruman seperti kapur barus dan sebagainya. Kedua tangannya diletakkan di atas dadanya. Tangan kanan di atas tangan kiri, dan boleh juga kedua tangan itu diluruskan menurut lambungnya(rusuknya). Dari Aisyah :” Rasulullah SAW dikafani dengan tiga lapis kain putih bersih yang dibuat dari kapas tidak ada dalamnya baju dan tiada pula serban.” (Muttafaqun alaih)Untuk PerempuanAdapun mayat perempuan maka sebaiknya dikafani dengan lima lembar, yaitu basahan (kain basah), baju, kepala, mukena dan kain yang menutupi seluruh badannya.Cara Memakainya :Dipakai kain basahan, baju, tutup kepala, lalu kekudung, kemudian dimasukkan dalam kain yang menutupi seluruh badannya. Di antara beberapa lapisan kain tadi sebaiknya diberi harum-haruman seperti kapur barus.

Dari Laila binti Qanif, katanya:”Saya salah seorang yang turut memandikan Ummi Kalsum binti Rasulullah SAW ketika wafatnya. Yang mula-mula diberikan olah Rasulullah SAW kepada kami ialah kain basahan, kemudian baju. Kemudian tutup kepala, lalu kekudung dan sesudah itu dimasukkan dalam kain yang lain (yang menutupi sekalian badannya).” Kata Laila,”Sedang Nabi berdiri di tengah pintu membawa kepadanya dan memberikannya kepada kami sehelai demi sehelai.”( Riwayat Ahmad dan Abu Daud).

Terkecuali dari itu, orang yang mati sedang dalam ihram haji atau umrah, tidak boleh diberi harum-haruman dan jangan pula ditutupkan kepalanya.

Dari Ibnu Abbas, katanya -”Ketika seorang lelaki sedang wukuf mengerjakan haji bersama-sama Rasulullah SAW di padang Arafah tiba-tiba laki-laki itu terjatuh dari kendaraannya lalu meninggal. Maka dikabarkan orang kejadian itu kepada Nabi SAW. Beliau berkata: Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara dan kafankanlah ia dengan dua kain ihramnya. Jangan kamu beri dia harum- haruman dan jangan ditutup kepalanya, maka sesungguhnya Allah akan membangkitkan dia nanti pada akhirat seperti keadaannya sewaktu berihram”.

Rosulullah saw bersabda: “Pakailah olehmu kain kamu yang putih ,karena sesungguhnya kain putih itu adalah sebaik-baiknya kain, dan kafanlah mayat kamu dengan kain putih itu” .(Riwayat Tirmidzi).

Membaikkan Pemakaian Kafan .

Dari jabir berkata Rasulullah SAW,” Apabila salah seorang kamu mengkafankan saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.”(Riwayat Muslim)

Page 10: Urusan Jenazah

Kafan yang baik, maksudnya,baik sifatnya dan baik cara memakainya,serta terjadi dari bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah diterangkan yaitu kain yang putih. Begitu pula cara memakainya yang baik. Adapun baik yang bersangkut dengan dasar kain, ialah jangan sampai berlebih-lebihan memiliki dasar kain yang mahal-mahal harganya.

Dari Ali Abi Talib berkata Rasulullah SAW, janganlah kamu berlebih-lebihan memilih kain yang mahal-mahal untuk kafan,karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(Riwayat Abu Daud).

3. SHOLAT JENAZAHSholat Jenazah merupakan salah satu di antara perkara yang wajib yang dilakukan atas orang-orang yang hidup sebagai fardu kifayah dan disunatkan sholat berjamaah sebagaimana sabda Rasullullah SAW : “Tidaklah ada di antara seorang muslim yang mati kemudian sholat ke atasnya 40 orang lelaki yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun melainkan disyafaatkan Allah padanya” (HR. Muslim)

Jika yang shalat dengan imam hanya satu orang, maka orang itu tidak berdiri pas di samping imam sejajar seperti halnya dalam shalat-shalat lain, tapi ia berdiri di belakang imam. (Dari sini anda mengetahui kesalahan banyak orang bahkan orang-orang terpelajar yaitu dalam shalat-shalat biasa lainnya jika hanya berdua maka yang ma’mum mundur sedikit dari posisi yang sejajar imam).

Yang tidak wajib hukumnya dishalati (tapi boleh) : Anak yang belum baligh [Boleh dishalati meskipun lahir karena keguguran, yaitu yang

gugur dari kandungan ibunya sebelum sempurna umur kandungan. Ini jika umurnya dalam kandungan ibunya sampai empat bulan. Jika gugur sebelum empat bulan maka ia tidak dishalati].

Orang yang mati syahid

Disyariatkan menshalati :Orang yang meninggal karena dibunuh dalam pelaksaanaan huhud hukum Allah

Orang yang berbuat dosa dan melakukan hal-hal yang haram. Orang ahlul ilmi dan ahlul diin tidak menshalati supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang yang seperti itu

Orang yang berutang yang tidak meninggalkan harta yang bisa menutupi utang-utangnya, maka orang yang seperti ini dishalati

Orang yang dikuburkan sebelum dishalati (atau sebagian orang sudah menshalati sementara yang lainnya belum menshalati) maka mereka boleh menshalati di kuburnya.

Orang yang mati di suatu tempat dimana tidak ada seorangpun yang menshalati di sana, maka sekelompok kaum muslimin menshalatinya dengan shalat gaib. [Karena tidak semua yang meninggal dishalati dengan shalat gaib]

Adab-adab sholat Jenazah:Lebih afdhal jika shalat jenazah di luar masjid, yaitu di suatu tempat yang disiapkan

untuk shalat jenazah, dan boleh juga di masjid karena semuanya ini pernah diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Page 11: Urusan Jenazah

Jika kebetulkan banyak sekali jenazah terdiri dari jenazah laki-laki dan jenazah wanita, maka mereka dishalati sekali shalat. Jenazah laki-laki (meskipun masih anak-anak) diletakkan lebih dekat dengan imam, sedangkan jenazah wanita di arah kiblat atau boleh juga dishalati satu persatu, karena ini adalah hukum asalnya.

Pemimpin umat atau wakilnya lebih berhak menjadi imam dalam shalat, jika keduanya tidak ada maka yang lebih pantas mengimami adalah yang lebih baik bacaan/hafalan Qur’an-nya, kemudian yang selanjutnya tersebutkan dalam sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Imam berdiri di posisi kepala mayat laki-laki dan di posisi pertengahan mayat wanita.Jika yang shalat dengan imam hanya satu orang, maka orang itu tidak berdiri pas di

samping imam sejajar seperti halnya dalam shalat-shalat lain, tapi ia berdiri di belakang imam. [Dari sini anda mengetahui kesalahan banyak orang bahkan orang-orang terpelajar yaitu dalam shalat-shalat biasa lainnya jika hanya berdua maka yang ma'mum mundur sedikit dari posisi yang sejajar imam]

Disukai membuat shaf/baris di belakang imam tiga shaf ke atas dan Jumlah minimal jemaah yang tersebutkan dalam pelaksanaan shalat jenazah adalah tiga orang dan juga lebih banyak jumlah jemaah lebih afdhal bagi mayyit.

Bacaan dalam shalat jenazah sifatnya sir [pelan].Orang yang berutang yang tidak meninggalkan harta yang bisa menutupi utang-utangnya,

maka orang yang seperti ini dishalati Orang yang dikuburkan sebelum dishalati (atau sebagian orang sudah menshalati

sementara yang lainnya belum menshalati) maka mereka boleh menshalati di kuburnya.Orang yang mati di suatu tempat dimana tidak ada seorangpun yang menshalati di sana,

maka sekelompok kaum muslimin menshalatinya dengan shalat gaib. [Karena tidak semua yang meninggal dishalati dengan shalat gaib]

Tidak boleh shalat pada waktu-waktu terlarang, kecuali karena darurat. [waktu-waktu terlarang; saat terbitnya matahari, tatkala matahari pas dipertengahan dan tatkala terbenam]

Shalat jenazah tidak dilakukan dengan ruku’, sujud maupun iqamah, melainkan dalam posisi berdiri sejak takbiratul ihram hingga salam. Berikut adalah urutannya:1. Berniat, niat shalat ini, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain cukup diucapkan

didalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat riwayat yang menyatakan keharusan untuk melafalkan niat.

2. Takbiratul Ihram pertama kemudian membaca surat Al Fatihah 3. Takbiratul Ihram kedua kemudian membaca shalawat atas Rasulullah SAW

minimal :“Allahumma Shalli ‘alaa Muhammadin” artinya : “Yaa Allah berilah shalawat atas nabi Muhammad”

4. Takbiratul Ihram ketiga kemudian membaca do’a untuk jenazah minimal:“Allahhummaghfir lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu” yang artinya : “Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan ma’afkanlah dia”.Apabila jenazah yang dishalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jika mayatnya banyak maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahum.

5. Takbir keempat kemudian membaca do’a minimal:“Allahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinna ba’dahu waghfirlanaa walahu.”yang artinya : “Yaa Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.” Atau Berdoa dengan doa yang sah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti : “Alahumma ‘abduka wabna amatika ahyaaja ilaa rahmatika wa anta ghaniyyi an ‘adzabihi in kana muhsinan farid fii hasanaatihi, saayyian fatajawaja ‘an sayyiatihi” Artinya : “Ya Allah, ini

Page 12: Urusan Jenazah

adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, ia memerlukan rahmat-Mu, Engkau berkuasa untuk tidak menyiksanya, jika ia baik maka tambahlah kebaikannya, jika ia jahat maka maafkanlah kejahatannya”

6. Mengucapkan salam Bila terdapat keluarga atau muslim lain yang meninggal di tempat yang jauh sehingga jenazahnya tidak bisa dihadirkan maka dapat dilakukan shalat ghaib atas jenazah tersebut. Pelaksanaannya serupa dengan sholat jenazah, perbedaan hanya pada niat sholatnya. Niat shalat ghaib :“Ushalli ‘alaa mayyiti (Fulanin) al ghaaibi arba’a takbiraatin fardlal kifaayati lillahi ta’alaa” Artinya : “aku niat shalat gaib atas mayat (fulanin) empat takbir fardu kifayah sebagai (makmum/imam) karena Allah”"kata fulanin diganti dengan nama mayat yang dishalati.4. Menguburkan MayatAdab-adab menguburkan mayat:

Wajib menguburkan mayyit, meskipun kafir.Tidak boleh menguburkan seorang muslim dengan seorang kafir, begitu pula sebaliknya,

harus dipekuburan masing-masing.Menurut sunnah Rasul, menguburkan di tempat penguburan, kecuali orang-orang yang

mati syahid mereka dikuburkan di lokasi mereka gugur tidak dipindahkan ke penguburan. [Hal ini memuat bantahan terhadap sebagian orang yang mewasiatkan supaya dikuburkan di masjid atau di makam khusus atau di tempat lainnya yang sebenarnya tidak boleh di dalam syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala]

Tidak boleh menguburkan pada waktu-waktu terlarang [Lihat Bagian XII No 27] atau pada waktu malam, kecuali karena dalam keadaan darurat, meskipun dengan cara memakai lampu dan turun di lubang kubur untuk memudahkan pelaksanaan penguburan.

Wajib memperdalam lubang kubur, memperluas serta memperbaiki.Penataan kubur tempat mayat ada dua cara yang dibolehkan :[a] Lahad : yaitu melubangi liang kubur ke arah kiblat (ini yang afdhal).[b] Syaq : Melubangi ke bawah di pertengahan liang kubur.Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih, dan

yanglebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.

Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki (mekipun mayatnya perempuan).Para wali-wali si mayyit lebih berhak menurunkannya.Boleh seorang suami mengerjakan sendiri penguburan istrinya.Dipersyaratkan bagi yang menguburkan wanita ; yang semalam itu tidak menyetubuhi

isterinya.Menurut sunnah : memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat, kepala dan

kedua kakinya melentang ke kanan dan kekiri kiblat.Orang yang meletakkan mayat di kubur membaca : “bismillahi wa’alaa sunnati

rasuulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallama” -Artinya : ‘(Aku meletakkannya) dengan nama Allah dan menurut sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” atau : “bismillahi wa ‘alaa millati rasulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallama” – Artinya : “(Aku meletakkan) dengan nama Allah dan menurut millah (agama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”.

Setelah menimbun kubur disunahkan hal-hal sebagai berikut:a. Meninggikan kubur sekitar sejengkal dari permukaan tanah, tidak diratakan, supaya

Dapat dikenal dan dipelihara serta tidak dihinakan.b. Meninggikan hanya dengan batas yang tersebut tadi.

Page 13: Urusan Jenazah

c. Memberi tanda dengan batu atau selain batu supaya dikenali.d. Berdiri di kubur sambil mendoakan dan memerintahkan kepada yang hadir supaya

mendoakan dan memohonkan ampunan juga. (Inilah yang tersebutkan di dalam sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adapun talqin yang banyak dilakukan oleh orang-orang awam pada zaman ini maka hal itu tidak ada dalil landasannya di dalam sunnah).

Boleh duduk saat pemakaman dengan maksud memberi peringatan orang-orang yang hadir akan kematian serta alam setelah kematian. [Hadits Al-Barra bin 'Aazib]

Menggali kuburan sebagai persiapan sebelum mati, yang dilakukan oleh sebagian orang adalah perbuatan yang tidak dianjurkan dalam syari’at, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan hal itu, para sahabat beliaupun tidak melakukannya. Seorang hamba tidak mengetahui di mana ia akan mati. Jika ia melakukan hal itu dengan dalih supaya bersiap-siap mati atau untuk mengingat kematian maka itu dapat dilakukan dengan cara memperbanyak amalan shaleh, berziarah ke kubur, bukan dengan cara melakukan hal-hal yang hanya dibikin-bikin oleh orang [Disalin dari kitab Muhtasar Kitab Ahkaamul Janaaiz wa Bid'auha, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany, diringkas oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid dan diterjemahkan oleh Muhammad Dahri Komaruddin]

Tambahan:Sebagian ulama berpendapat bahwa mengebumikan mayat pada waktu malam itu sama saja dengan menguburkan mayat pada waktu siang. Rasulullah s.a.w pernah menguburkan seorang lelaki yang selalu berzikir dengannya pada waktu malam. Syaidina Ali juga menguburkan Syaidatina Fatimah pada malam hari. Saidina Abu Bakar, Usman, Syaidatina Aishah dan Ibn Masud juga dikebumikan pada waktu malam.Walaupun demikian menguburkan mayat pada waktu malam itu dibolehkan sekiranya hak-hak yang berkaitan dengan mayat itu telah sempurna dilakukan. Sekiranya hal seperti ini tidak dipenuhi maka perbuatan itu dilarang.Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan bahwa nabi pada satu hari telah memberi penerangan kepada orang ramai dan menyebut tentang seorang lelaki sahabatnya yang meninggal lalu dikafankan dengan kain kafan yang tidak mencukupi dan dikebumikan pada waktu malam. Nabi telah mencela amalan menguburkan mayat pada waktu malam kecuali seseorang itu terpaksa melakukannya. Begitu juga keterangan daripada sebuah hadis lain yang diriwayatkan oleh ibnu Majah daripada Jabir.Dalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan as-sahibus Sunan daripada Uqbah katanya, ada tiga waktu di mana nabi mencegah kami mensholatkan mayat, yaitu ketika tepat waktu terbitnya matahari, ketika tepat tengah hari dan ketika hampir terbenam matahari hingga terbenam. Meskipun begitu, sekiranya keadaan memaksa, seperti dikhawatirkan mayat menjadi busuk, maka mengebumikan mayat pada waktu itu boleh dilakukan dengan sengaja tanpa sebab darurat seperti yang dijelaskan, hukumnya adalah makruh.Perlu dijelaskan bahwa dalam pengebumian ini, setiap orang perlu memastikan bahwa mayat yang dikubur itu tidak dapat digali oleh binatang buas. Kerana itu kubur perlu digali dalam sekira-kira bau mayat itu tidak dapat dicium oleh manusia juga binatang termasuk burung-burung. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Nasai daripada Hisyam bin Amir, juga oleh Tirmidzi katanya: Kami telah mengadu kepada Rasulullah s.a.w ketika perang Uhud. “Ya Rasulullah, adalah sukar bagi kami untuk menggali kubur untuk setiap mayat.’’Mendengar kata itu, Rasulullah bersabda: Galilah kamu semua, dalamkan dan perelokkan, kuburlah dua atau tiga mayat dalam satu kubur.

Page 14: Urusan Jenazah

Mereka bertanya: Siapakah yang kami hendak dahulukan ya Rasulullah? Baginda menjawab: Dulukan yang banyak hafal al-Quran. Bapakku adalah termasuk dalam salah seorang yang dikuburkan dalam sebuah kubur yang memuat tiga jenazah.Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Munzir daripada Umar ra bahwa ia berpesan: Galilah kubur itu setinggi ketika mayat tegak dan selebar badan.Satu perkara lain yang perlu juga kita fahami adalah tentang bentuk lubang kubur itu sendiri. Ada kubur yang digali yang diberi liang di sisi kubur pada arah kiblat. Di atasnya diletakkan papan-papan menjadikan bentuknya seakan-akan rumah yang beratap. Satu bentuk lain dinamakan syaq, yaitu liang yang dibuat di tengah-tengah kubur.Mengenai cara memasukkan mayat dalam kubur, hendaklah dilakukan pada bagian belakangnya, yaitu sekiranya ia tidak mengalami masalah. Sekiranya menghadapi masalah untuk berbuat demikian, maka ia boleh dimasukkan bagian mana saja.Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Abi Syaibah dan Bayhaqi daripada keterangan Abdullah bin Aid, bahawa ia memasukkan mayat dalam kubur dari arah kedua-dua kakinya, katanya: Ini adalah sunnah.Menurut Ibnu Hazim, memasukkan mayat dalam kubur itu boleh dilakukan dari bagian mana saja, sama dengan bagian arah kiblat atau sebaliknya atau dari arah kepala, ataupun dari arah kaki, karena tidak ada satu keterangan yang tegas mengenainya.Menurut sunnah, mayat hendaklah dibaringkan dalam kuburnya pada sisinya yang kanan dengan mukanya ke arah kiblat. Orang yang berbuat demikian hendaklah membaca Bismillah wa’ala millati rasulillah (dengan nama Allah dan menurut agama (sunnah) Rasulullah. Tali yang mengikat mayat hendaklah diuraikan.Menurut sebuah hadis yang diterima daripada Ibnu Umar ia berkata: Bahwa nabi apabila meletakkan mayat dalam kubur, baginda mengucapkan: Bismillah wa’ala millati rasulullah atau wa’ala sunnati rasulillah. Sebagian periwayat menganggap makruh meletakkan kain, selimut dan sebagainya untuk mayat dalam kubur. Manurut Ibnu Hazim tidak salah meletakkan kain hamparan di bawah mayat, berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, daripada Ibnu Abbas, katanya: Pada makam Rasulullah telah dihamparkan permaidani merah. Ia berkata: Dan Allah telah membiarkan perbuatan ini dalam upacara pengebumian Rasulullah seorang manusia yang maksum dan tidak mencegahnya. Dilakukan oleh manusia pilihan di muka bumi secara ijmak, tanpa seorang pun yang menentangnya.Ada ulama menganggap sunat meletakkan kepala mayat di atas bantal yang diperbuat daripada tanah liat, batu atau tanah biasa dalam keadaan pipi kanannya dicecahkan pada bantal tanah dan sebagainya setelah kain kapan dibuka daripada pipinya. Syaidina Umar ra pernah berkata: Andainya kamu menurunkan mayatku ke liang lahad nanti, tempelkan pipiku ke tanah.Memang benar bahwa amalan akan mengendalikan mayat dan akan memberi kemudahan, yaitu bagi mereka yang dapat mengambil ikhtibarnya.Wallahu ‘alam bishowab