Web viewSulit menjelaskan apa hakikat cintaIa kerinduan dari ... XIVYa Illahi RabbiMalam telah...
Transcript of Web viewSulit menjelaskan apa hakikat cintaIa kerinduan dari ... XIVYa Illahi RabbiMalam telah...
PUASA:
EMPAT KEGEMBIRAAN DALAM TIGA DIMENSI PERSONAL MANUSIA
MUHAMMAD SOLEH
Pengantar
Dalam rangka menyambut kehadiran bulan Ramadhan, kita dianjurkan merasa bergembira. Sebagai ungkapan kegembiraanku, aku akan membahas empat kegembiraan ditinjau dari
tiga dimensi personal manusia.
Empat kegembiraan itu adalah: ketika menyambut datangnya Ramadhan, ketika berbuka puasa, ketika mengakhiri puasa sebulan Ramadhan, dan ketika berjumpa dengan Rabb
pencipta kita. Sedangkan tiga dimensi personal manusia adalah intra personal, inter personal dan religius spiritual.
Terima kasih Tuhanku, atas nikmat kegembiraan ini.
Part 3 of 3
D. PENINGKATAN KUALITAS DIMENSI PERSONAL SEBAGAI DAMPAK KEGEMBIRAAN BERPUASA.
Dengan berpuasa secara gembira (dalam artian ikhlas karena didasari iman), maka akan berdampak pada peningkatan kualitas dimensi personal kita.
1. Pada Dimensi Intra Personal (Aku), antara lain:
a. Aku semakin yakin bahwa dengan kekuatan niat yang tulus, seberapapun kesulitan itu dapat kita lalui.
b. Aku semakin mampu menjaga keseimbangan antara masukan makanan dan kapasitas pencernaanku.
c. Aku semakin mampu mengendalikan nafsu kehendak yang berlebihan atau kehendak terhadap yang dilarang Allah.
d. Aku semakin mampu mengendalikan emosi negatif dan mengubahnya menjadi positif.
e. Aku semakin teguh memegang prinsip kebenaran, kejujuran, apapun yang menggodaku.
f. Aku semakin sadar, bahwa hidupku sedang diawasi oleh Penciptaku.g. Aku semakin merasa disayangi Penciptaku.
2. Pada Dimensi Inter Personal (Kita), antara lain:
a. Kita merasakan saling membutuhkan satu sama lain.b. Kita merasakan, dalam harta kita juga ada dititipkan harta saudara kita yang
berkekurangan.c. Kebersamaan kita dalam beribadah atau bekerja ternyata sangat menguntungkan dan
menyenangkan.d. Kita memiliki kekuatan untuk mengatasi masalah.
e. Kita bersinergi memproduksi sesuatu.f. Kita bertambah ilmu dengan saling bertukar pikiran.
3. Pada Dimensi Religius (penghambaan kepada Pencipta Kita), antara lain:
a. Hamba merasa dikasihi Allah swt,b. Hamba merasa dipelihara, diberi rezeki dan kesehatan oleh Allah swt.c. Hamba merasa diberi petunjuk agar selamat hidup di dunia ini oleh Allah swt.d. Hamba merasa ditegur bila hamba menyimpang sedikit saja, oleh Allah swt.e. Hamba merasa nyaman dalam berdekatan (ibadah) dengan Allah swt.f. Hamba merasa dijanjikan karunia nikmat yang lebih besar lagi di alam akhirat oleh
Allah swt.
Peningkatan kualitas dimensi personal kita itu dirasakan manusia secara bergradasi, sesuai dengan usaha kita. Ada yang belum merasakan, ada yang sedikit merasakan, ada yang sesekali merasakan, ada yang senantiasa merasakan.
E. PENCAPAIAN OPTIMAL DARI KUALITAS DIMENSI PERSONAL
Pencapaian optimal dari kualitas dimensi personal tersebut telah banyak dikisahkan dalam sejarah Nabi dan para Pecinta Allah swt.
1. Pada Dimensi Intra Personal (keteguhan pribadi) antara lain:
a. Suatu ketika Rasulullah berteduh di bawah pohon kurma. Datanglah seorang kafir merampas pedang Nabi sambil berkata: “Nyawamu di tanganku. Siapa yang akan menolongmu”. “Allah”. Jawab Nabi. Bergetar seluruh tubuh si kafir itu, pedangnya terjatuh, dan dia terjerembab ke bumi.
Perhatikan kondisi intra personal Nabi. Tidak ada rasa takut, karena rasa takutnya hanya kepada Allah swt.
b. Suatu ketika, terjadi duel maut antara Ali bin Abi Thalib dengan seorang musuh dalam suatu peperangan. Sang Kafir sudah jatuh terlentang, sesaat lagi Ali akan menghunjamkan pedangnya. Tiba-tiba saja Kafir itu meludahi muka Ali, dan Ali membatalkan ayunan pedangnya. Beliau malahan melepas musuh itu sambil berputar-putar di atas kudanya mengelilingi Kafir itu. Kafir itu bertanya, mengapa kau tak jadi membunuhku? Ali menjawab, “Ketika engkau meludahiku, emosiku meluap, dan aku tidak mau membunuhmu dikarenakan emosiku” Subhanallah.
Perhatikan, betapa kuatnya Ali memilah antara bertindak dengan nafsu atau bertindak karena Allah. Ia tidak mau bertindak dengan emosi. Maka begitu Kafir itu kembali menghina Islam, Ia langsung menebas leher Kafir itu. Subhanallah.
c. Perhatikan lagi kisah Bilal, budak hitam dari Habasyi, yang disiksa majikannya, Umayyah karena Bilal masuk Islam.
Bilal disiksa dengan cambuk yang menghunjam tubuhnya. Bilal dengan kekuatan syahadatnya mengucapkan Ahad, Ahad, Ahad. Dicambuk lagi tak hentinya, (joke: mungkin si algojo itu mengartikan ahad = sekali lagi). Jeda sejenak, kemudian ia dibaringkan
di pasir panas yang terbakar matahari gurun, masih ditindih lagi dengan batu besar, dicambuk lagi. Kekuatan syahadat Bilal menggetarkan bibirnya mengeluarkan suara Ahad, Ahad, Ahad. Atraksi (doa) Bilal memancar melayang ke kepala Abu Bakar yang tergerak mendatangi tempat itu, sambil berteriak: Umayah, aku beli budakmu, berapapun kau minta tebusannya. Allahu Akbar, Bilal bebas merdeka, ditebus Abu Bakar. Bilal lulus ujian syahadat. Selanjutnya, Allah memberikan rahmat kepadanya dengan karunia suara yang powerful dan speed control yang bagus, sehingga Bilal diangkat Nabi sebagai muazzin tidak duanya di masjid Nabawi. Begitu cintanya Bilal kepada Nabi, -ini syahadat keduanya-, setelah Nabi wafat, Bilal tidak mau lagi menjadi muazzin. Ia tidak kuat menyuarakan Asyhadu anna Muhammadar rasulullah. Tangisnya tak tertahankan. Betapa dahsyatnya syahadatain bagi Bilal.
2. Pada Dimensi Inter Personal (Kepekaan sosial), antara lain:
a. Nabi merasa lelah sehabis dikejar dan dilempari batu oleh orang-orang Bani Thaif, karena mereka tidak suka Nabi menyeru agama Islam di kalangan mereka. Nabi berteduh di bawah pohon. Datanglah Jibril, utusan Allah, sambil berkata, “Kekasih Allah, Aku diutus Allah untuk menanyakan kepadamu, sudikah engkau bila aku angkat gunung itu dan kutimpakan kepada Bani Thaif itu yang telah menyakitimu”.
Nabi menjawab, “Jangan Jibril, mereka belum tahu benar tentang aku, dan aku berharap nantinya dari keturunan mereka akan ada yang menjadi pembela Islam yang gigih”
Subhanallah, betapa kuatnya inter personal Nabi, yang tidak mementingkan dirinya, tetapi beliau mementingkan keturunan Bani Thaif yang akan datang.
b. Suatu ketika, perjuangan menegakkan Islam memerlukan dana yang sangat besar, Nabi memohon kepada Allah swt, dan Allah menjawabnya dengan firman QS Al-Baqarah 02:245
وإليه ويبسط يقبض والله كثيرة أضعافا له فيضاعفه حسنا قرضا الله يقرض الذي ذا منترجعون
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
Dikisahkan, Abu Bakar ra langsung menyerahkan seluruh hartanya kepada Nabi, sampai-sampai Nabi bertanya, apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu? Subhanallah, Abu Bakar menjawab: “Cukuplah Allah dan Rasulnya”.
c. Pada zaman Nabi Muhammad saw. Pernah terjadi musim kering yang menyebabkan kesulitan air. Hanya ada satu sumur yang menghasilkan air, sumur itu kepunyaan orang Yahudi. Datanglah sahabat Nabi, Utsman bin Affan ra bertransaksi membeli sumur itu. Yahudi itu mau menjual separuhnya, yakni sehari untuk Usman dan sehari untuk Yahudi, begitu seterusnya. Usman setuju. Pada hari jatahnya Utsman, dihibahkannya air itu untuk kaum muslimin. Yahudi terkecoh,
dan akhirnya ia jual semua air sumur itu, dan Usman tidak memperdulikan berapa besar pengeluarannya demi kehidupan umat muslim.
Demikianlah kepekaan sosial (inter personal) yang optimal dapat mengatasi kepentingan pribadi (intra personal).
3. Pada Dimensi Religius Spiritual, antara lain:
a. Ummul Mu’minin, Aisyah ra, tidak tega melihat Nabi shalat malam. Air mata Nabi membasahi janggutnya, beliau berdiri terlalu lama, sehingga kakinya membengkak. Aisyah tidak tahan untuk tidak bertanya. Akhirnya ia bertanya juga. ”Mengapa Engkau terlalu berlebihan dalam beribadah, bukankah Allah sudah menjanjikan, Engkau sebagai kekasih-Nya, akan mendapat tempat yang paling mulia di sisi-Nya?”
Nabi menjawab, “Tidak pantaskah aku bersyukur atas limpahan rahmat-Nya?”
Perhatikan sikap religius yang dicontohkan Nabi, beribadah bukan untuk mengharapkan balasan, tetapi untuk bersyukur atas nikmat Allah yang telah kita rasakan. Bagi Nabi dan para Pecinta Allah swt, malahan lebih dari sekedar bersyukur, tetapi beliau ingin merasakan cinta Allah yang dahsyat.
b. Kisah Rabiah Al-Adawiyyah juga mengharukan spiritual kita.
Puisi-puisi Sufi Rabi’ah al-Adawiyah
IAlangkah sedihnya perasaan dimabuk cinta
Hatinya menggelepar menahan dahaga rinduCinta digenggam walau apapun terjadi
Tatkala terputus, ia sambung seperti mulaLika-liku cinta, terkadang bertemu surgaMenikmati pertemuan indah dan abadi
Tapi tak jarang bertemu nerakaDalam pertarungan yang tiada berpantai
IIAku mencintai-Mu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diri-MuCinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingat-MuCinta karena diri-Mu, adalah keadaan-Mu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihatBaik untuk ini maupun untuk itu
Pujian bukanlah bagikuBagi-Mu pujian untuk semua itu
IIITuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu
Hingga tak ada satupun yang mengganguku dalam jumpa-MuTuhanku, bintang gemintang berkelip-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu pintu istana pun telah rapatTuhanku, demikian malam pun berlalu
Dan inilah siang datang menjelangAku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku, Engkau terimaHingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau tolak, hingga aku dihimpit duka,Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalu ku lakukanSelama Kau beri aku kehidupan
Demi kemanusian-Mu,Andai Kau usir aku dari pintu-Mu
Aku tak akan pergi berlaluKarena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu
IVYa Allah, apa pun yang akan Engkau
karuniakan kepadaku di dunia ini,Berikanlah kepada musuh-musuh-Mu
Dan apa pun yang akan Engkaukaruniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabat-MuKarena Engkau sendiri, cukuplah bagiku
VAku mengabdi kepada Tuhanbukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surgaTetapi aku mengabdi,
Karena cintaku pada-NyaYa Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnyaDan jika aku menyembah-Mu
karena mengharap surga, campakkanlah aku darinyaTetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Muyang abadi padaku
VIAlangkah buruknya,
Orang yang menyembah AllahLantaran mengharap surga
Dan ingin diselamatkan dari api nerakaSeandainya surga dan neraka tak ada
Apakah engkau tidak akan menyembah-Nya?Aku menyembah Allah
Lantaran mengharap ridha-NyaNikmat dan anugerah yang diberikan-Nya
Sudah cukup menggerakkan hatikuUntuk menyembah-Mu
VIISulit menjelaskan apa hakikat cinta
Ia kerinduan dari gambaran perasaanHanya orang
yang merasakan dan mengetahuiBagaimana mungkin
Engkau dapat menggambarkansesuatu yang engkau sendiri bagai hilang
dari hadapan-Nya, walau ujudmumasih ada karena hatimu gembira yang
membuat lidahmu keluVIII
Andai cintakudi sisimu sesuai dengan apayang kulihat dalam mimpi
Berarti umurku telah terlewatiTanpa sedikit pun memberi makna
IXTuhan, semua yang aku dengardi alam raya ini, dari ciptaan-Mu
Kicauan burung, desiran dedaunanGemericik air pancuran
Senandung burung tekukurSepoian angin, gelegar guruh
Dan kilat yang berkejaranKini
Aku pahami sebagai pertandaatas keagungan-Mu
Sebagai saksi abadi, atas keesaan-Mudan
Sebagai kabar berita bagi manusiaBahwa tak satu pun ada
Yang menandingi dan menyekutui-MuX
Bekalku memang masih sedikitSedang aku belum melihat tujuanku
Apakah aku meratapi nasibkuKarena bekalku yang masih kurang
Atau karena jauh di jalan yang ‘kan kutempuhApakah Engkau akan membakarku
O, tujuan hidupkuDi mana lagi tumpuan harapanku pada-Mu
Kepada siapa lagi aku mengadu?XI
Ya AllahSemua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segalakesenangan-kesenangan
di dunia ini, adalah untuk mengingat EngkauDan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan
adalah untuk berjumpa dengan-Mu
Begitu halnya dengan dirikuSeperti yang telah Kau katakan
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau kehendakiXII
Ya Tuhan, lenganku telah patahAku merasa penderitaan yang hebat atas segala
yang telah menimpakuAku akan menghadapi segala penderitaan itu dengan sabar
Namun aku masih bertanya-tanyaDan mencari-cari jawabannyaApakah Engkau ridha akan aku
Ya, Ya AllahO Tuhan, inilah yang selalu mengganggu langit pikiranku
XIIIYa Allah
Aku berlindung pada EngkauDari hal-hal yang memalingkan aku dari Engkau
Dan dari setiap hambatanYang akan menghalangi Engkau
Dari akuXIV
Ya Illahi RabbiMalam telah berlalu
Dan siang datang menghampiriOh andaikan malam selalu datang
Tentu aku akan bahagiaDemi keagungan-Mu
Walau Kau tolak aku mengetuk pintu-MuAku akan tetap menanti di depannyaKarena hatiku telah terpaut pada-Mu
XVTuhanku
Tenggelamkan diriku ke dalam lautankeikhlasan mencintai-Mu
Hingga tak ada sesuatu yang menyibukkankuSelain berdzikir kepada-Mu
*****Dikutip dari: http://sprahatini.blogspot.com/2013/03/puisi-puisi-sufi-rabiah-al-adawiyah.html
c. Sebagai penutup, saya kutipkan lagi syair kerinduan kepada Ilahi dari Abu Nawas.
Ilahiy lastu lilfirdausi ahla,walaa aqwa 'ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi,fainnaka ghafirudz- dzanbil 'adzimi....
Dzunubi mitslu a'daadir- rimali,fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,Wa 'umri naqishu fi kulli yaumi,wa dzanbi zaaidun kaifa -htimali
Ilahi 'abdukal 'aashi ataaka,muqirran bi dzunubi wa qad da'aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahla,wain tadrud faman narju siwaaka
(Ya Allah ... aku bukanlah penghuni surga-Mutetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon taubat dan mohon ampun atas dosakusesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa....)
(Dosa-dosaku seperti bilangan pasir di pantai,maka anegerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, apalah dayaku menanggungnya)
(Ya Allah... hamba-Mu yang penuh maksiat,datang kepada-Mu bersimpuh memohon ampunan,
Jika Engkau ampuni memang Engkau adalah Pemilik Ampunan,Tetapi jika Engkau menolak taubatku, maka kepada siapa lagi aku berharap?)
Dikutip dari: http://inspontan.blogspot.com/2011/06/abu-nawas-masuk-surga-atau-neraka.html
F. AKHIRUL KALAM
Marhaban Ya Ramadhan Al Mubarrak. Marhaban, Marhaban, Ahlan Wa syahlan
Sahabat-sahabatku yang tercinta.
Menyambut Ramadhan ini, menjelang pelaksanaan ibadah puasa, aku ingin menghaturkan maaf yang sedalam-dalamnya, atas kata-kata dan perbuatanku
yang tidak layak, yang mungkin menyinggung perasaan.
Semoga hati kita menjadi bersih, sebelum kita menghadap Pencipta kita yang Maha Suci. Allah yang Maha Suci, hanya bisa didekati dalam keadaan suci. Amin.
***marhabanramadhan marhabanramadhan marhabanramadhan marhabanramadhan***
Reference
Buku
Suhadi, M. 2014, Fenomena Menakjubkan Ayat-Ayat Al-Qur’an, Surakarta: Ahad Books
Website
http://inspontan.blogspot.com/2011/06/abu-nawas-masuk-surga-atau-neraka.html
http://sprahatini.blogspot.com/2013/03/puisi-puisi-sufi-rabiah-al-adawiyah.html
******tammat*****