VII a Toksikologi Pestisida
-
Upload
elvina-sari -
Category
Documents
-
view
63 -
download
6
description
Transcript of VII a Toksikologi Pestisida
LAPORAN
TOKSIKOLOGI PESTISIDA
(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Praktikum Toksikologi Pestisida)
Disusun Oleh :
Nama : Elvina Sari NIM : 4442120791 Kelas : 7 A Agroekoteknologi
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan laporan
toksikologi pestisida ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen toksikologi pestisida yang
bersangkutan dan teman-teman yang telah membantu dalam melaksanakan
praktikum. Sehingga dapat terlaksana dengan baik.
Saya menyadari bahwa laporan toksikologi pestisida ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan toksikologi
pestisida ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya untuk saya
umumnya untuk pembaca, dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha yang telah dilakukan. Amin.
Serang, Oktober 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pestisida 3
2.2 Penggolongan Pestisida 3
2.3 Cara Mengaplikasikan Pestisida 7
2.4 Keuntungan dan Kerugian Dalam Penggunaan Pestisida 8
2.5 Delsene MX-80 WP 10
2.6 Sidazinon 600 EC 12
2.7 Niclosan 250 EC 13
2.8 Tambistan 50 WP 14
2.9 Decis 25 EC 15
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum 17
3.2 Alat dan Bahan 17
3.3 Cara Kerja 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 18
4.2 Pembahasan 18
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan 23
5.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 25
ii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Delsene MX-80 WP Dalam Kemasan 12
2. Sidazinon 600 EC Dalam Kemasan 13
3. Niclosan 250 EC Dalam Kemasan 14
4. Tambistan 50 WP Dalam Kemasan 15
5. Decis 25 EC Dalam Kemasan 16
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Petunjuk Penggunaan 11
2. Pengamatan Label Kemasan Pestisida 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis, kultur
teknis, dan kimia. Pengendalian secara mekanis adalah dengan cara menangkap
hama yang menyerang tanaman atau membuang bagian tanaman yang terserang
hama atau penyakit. Pengendalian secara kultur teknis antara dengan pengaturan
kelembaban udara, pengaturan pelindung dan intensitas sinar matahari.
Pengendalian secara kimia dengan menggunakan pestisida. Menurut Food
Agriculture Organization (FAO) 1986 dan peraturan pemerintah RI No. 7 tahun
1973, pestisida adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah,
membasmi dan mengendalikan hewan atau tumbuhan penggangu seperti binatang
pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan
manusia. Pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur
tubuh atau perangsang tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang
digunakan untuk perlindungan tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik
beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah
batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa
pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat tanaman yang
dibudidayakannya. Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama.
Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan
meningkat dan akan membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera.
Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap
lahan pertanian. Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang
penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran
pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah. Informasi penting mengenai
pestisida sebenarnya sudah melekat pada kemasan pestisida itu sendiri, dengan
catatan pestisida yang telah terdaftar dan diakui oleh pemerintah. Informasi ini
terletak pada label kemasan. Label adalah bagian yang sangat penting dalam
1
kemasan pestisida. Label memberikan informasi produk yang terdapat dalam
kemasan, namun sayangnya konsumen atau petani seringkali mengabaikan dan
tidak memperhatikannya. Label bukan hanya semata-mata untuk melindungi
kepentingan konsumen, tetapi juga seluruh stakeholder yang berperan dalam
industri pertanian.
Peranan pestisida dapat dikatakan sangat besar dan merupakan sarana penting
yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian
yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan
pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan
perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan
jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan
membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem,
sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan
tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu
tersebut yang paling mudah dan efektif hanya pestisida. Memang tersedia cara
lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga
yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi
tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih
berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh
jasad pengganggu.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk lebih mengetahui dan memahami
tentang berbagai jenis pestisida yang sering digunakan oleh petani dalam
pengendalian hama dan penyakit serta pengaplikasiannya di lapangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pestisida
Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari
bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud
hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda
(cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan (Djojosumarto, 2008).
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang
digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan
manusia. Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama
bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target
organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya
pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target
meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan
keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng,
2008).
2.2 Penggolongan Pestisida
Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-beda,
karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut
berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan sasaran
yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya
dan berdasarkan bentuknya. Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang
akan dikendalikan yaitu (Wudianto, 2007) :
1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
mematikan semua jenis serangga.
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan.
3
3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif
beracun yang bisa membunuh bakteri.
4. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda atau cacing.
5. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau,
caplak, dan laba-laba.
6. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,
siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di
tambak.
8. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
Sedangkan jika dilihat dari sifat dan cara kerja pestisida tersebut dalam
membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi enam golongan, yaitu
(Djojosumarto, 2008) :
1. Racun Kontak
Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat
kulit (kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida
aktif bekerja.
2. Racun Pernafasan (Fumigan)
Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem
pernapasan.
3. Racun Lambung
Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk ke
dalam organ pencernaannya.
4. Racun Sistemik
Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan herbisida.
Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan
terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat
membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan
4
bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah memakan atau
menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.
5. Racun Metabolisme
Pestisida ini dapat membunuh serangga dengan mengintervensi proses
metabolismenya.
6. Racun Protoplasma
Jenis ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak.
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut
bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh
organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient), Menurut Wudianto
(2010), Beberapa jenis formulasi pestisida sebagai berikut :
1. Tepung Hembus, debu (dust = D)
Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya belerang
atau dicampur dengan pelarut aktif, kandungan bahan aktifnya rendah sekitar 2-
10%. Dalam penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan menggunakan alat
khusus yang disebut duster.
2. Butiran (granula = G)
Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan aktif
berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap, bagian luarnya ditutup
dengan suatu lapisan.
3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wettable powder = WP)
Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara langsung
digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih dahulu dibasahi air.
Hasil campurannya dengan air disebut suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut
dalam air, melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu
disemprotkan harus sering diaduk atau tangki penyemprotnya digoyang-goyang.
4. Tepung yang larut dalam air (water-sofable powder = SP)
Pestisida berbentuk SP ini sepintas mirip WP. Penggunaanya pun ditambahkan
air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP tidak bisa terlarut dalam
air, SP bisa larut dalam air. Larutan ini jarang sekali mengendap, maka dalam
5
penggunaannya dengan penyemprotan, pengadukan hanya dilakukan sekali pada
waktu pencampuran.
5. Suspensi (flowable concentrate = F)
Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut serbuk
yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah seperti pasta yang
disebut campuran basah. Campuran ini dapat tercampur air dengan baik dan
mempunyai sifat yang serupa dengan formulasi WP yang ditambah sedikit air.
6. Cairan (emulsifiable concentrare = EC)
Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan aktif
dengan perantara emulsi (emulsifiet). Dalam penggunaanya, biasanya dicampur
dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengencerannya atau cairan semprotnya
disebut emulsi.
7. Solution (S)
Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke
dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad pengganggu
secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain. Formulasi ini hampir
tidak ditemui.
Merek dagang pestisida biasanya selalu diikuti dengan singkatan formulasinya
dan angka yang menunjukkan besarnya kandungan bahan aktif. Penggunaan
pestisida yang paling banyak dan luas berkisar pada satu diantara empat kelompok
besar berikut (Kusnoputranto, 1996) :
1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)
Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins) yang
merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia, menyebabkan
tremor dan kejang-kejang.
2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)
Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut
terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal (cicak) dan
mamalia), mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
6
Organofosfat dapat menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang
mempunyai peranan penting pada transmisi dari signal saraf.
3. Karbamat (carbamat)
Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat enzim-enzim
tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat efek toksik dari
efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses penguraian
yang sama pada tanaman, serangga dan mamalia. Pada mamalia karbamat dengan
cepat diekskresikan dan tidak terbio konsentrasi namun bio konsentrasi terjadi
pada ikan.
4. Piretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester
yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum. Jenis
pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah: deltametrin,
permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan
sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin,
fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai
toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka,
dan mempunyai keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang
relatif sedikit, spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek
melumpuhkan yang sangat baik.
5. Kelompok lain
Berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, terdiri dari berbagai urutan senyawa
yang diproduksi secara alami oleh tumbuh-tumbuhan. Produk tumbuhan yang
secara alami merupakan pestisida yang sangat efektif dan beberapa (seperti
nikotin, rotenon ekstrak pyrenthrum, kamper dan terpentium) sudah dipergunakan
oleh manusia untuk tujuan ini sejak beberapa ratus tahun yang lalu.
2.3 Cara Mengaplikasikan Pestisida
Cara mengaplikasikan pestisida ada bermacam-macam diantaranya adalah
penyemprotan (spraying), pengabut, dusting (pengembus), penyebaran butiran,
penuangan atau penyiraman (pour on), injeksi batang, impregnasi, fumigasi, dan
dipping. Penyemprotan (spraying), merupakan metode yang palingbanyak
7
digunakan. Biasanya digunakan 100-200 literenceran insektisida per ha. Paling
banyak adalah 1000 liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV.
Pengabut, formulasi yang digunakan hamper sama dengan penyemprotan namun
biasanya digunakan low volume yang artinya volume cairan yang digunakan pada
pengabut jauh lebih rendah daripada penyemprotan biasa, konsentrasinya cukup
tinggi. Dusting (pengembus), untuk hama rayapkayu kering Cryptotermes, dusting
sangat efisien bila dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri
melalui efek perilaku trofalaksis.
Penyebaran butiran, pestisida yang digunakan berbentuk granular biasanya
dilakukan dengan alat penyebar dan atau alat penyebar (spreader). Penuangan atau
penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap,
serangga tanahdi persemaian dsb. Injeksi batang, dengan insektisida sistemik bagi
hamabatang, daun, penggerek dll. Dipping, perendaman atau pencelupan seperti
untuk biji /benih, kayu. Sedangkan Fumigasi, penguapan, misalnya pada hama
gudang atauhama kayu. Dan Impregnasi, merupakan metode dengan tekanan
(pressure) misalnya dalam pengawetan kayu (Wudianto, 2010).
Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang tepat untuk mengaplikasikan
pestisida. Pestisida paling tepat jika diaplikasikan pada saat organisme
pengganggu tanaman berada pada stadium paling peka terhadap pestisida.
Aplikasi pada waktu yang tepat juga seringkali lebih murah dan lebih aman
(Djojosumarto, 2008).
2.4 Keuntungan dan Kerugian Dalam Penggunaan Pestisida
Keuntungan dengan adanya pestisida tidak hanya berperan dalam
mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga
diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil
hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk
mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu
kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian
rayap atau gangguan serangga yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
serangan hama pada tanaman cukup tinggi. Dengan menggunakan pestisida
kehilangan hasil produksi pertanian bisa dikurangi. Pada tahun 1985 dunia
8
menggunakan sekitar 2300 juta kg pesyisida kimia. Pestisida meningkat dengan
pesat khususnya di Negara-negara sedang berkembang dimana pestisida dianggap
suatu cara mudah untuk meningkatkan produksi, seringkali aktif dipromosikan
dan disubsidi (Untung, 1984).
Namun demikian, beberapa kerugian dan bahaya penggunaan pestisida lambat
laun menjadi jelas, antaralain: dari waktu ke waktu, hama menjadi kebal terhadap
pestisida, yangkemudian memaksa penggunaan pestisida dalam dosisi yang lebih
tinggi. Akhirnya perlu dikembangkan pestisida jenis baru. Hal ini merupakan
proses yang mahal dan lama. Kekebalan hama ini semakin berkembangcepat di
daerah tropis daripada di daerah beriklim sedang karena proses biologisnya
berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Pestisida bukan hanya
pembunuh organisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga
membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama. Serangan hama
primer dan sekunder bisa meningkat setelah pestisida membunuh musuh alami
hama. Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan
sangat membahayakan seranggga, hewan pemakan serangga, burung pemangsa,
dan pada akhirnya manusia (Triharso, 1996).
Dampak tarhadap manusia apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi
dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan
dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida
meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat
mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan. Kecelakaan akibat
pestisida pada manusia juga merupakan kerugian yang nya pestisida, terutama
dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat
mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau
muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka,
kejang-kejang, pingsan, bahkan kematian. Kejadian tersebut umumnya
disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran
bahwa pestisida adalah racun (Oka, 1995).
Kerugiannya pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan.
Masalah yang banyak diprihatinkan dalam pelaksanaan program pembangunan
9
yang berwawasan lingkungan adalah masalah pencemaran yang diakibatkan
penggunaan pestisida di bidang pertanian, kehutanan, pemukiman, maupun di
sektor kesehatan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya residu yang
tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Dan menyebabkan kualitas
lingkungan hidup manusia semakin menurun. Tiga dampak buruk penggunaan
pestisida, khususnya yang mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi
hama yaitu munculnya ketahanan (resistensi) hama terhadap pestisida, resurgensi
hama, ledakan populasi hama sekunder (Ekha, 1988).
2.5 Delsene MX-80 WP
Delsene MX-80 WP merupakan fungisida kontak dan sistemik. Kontak,
dengan cara mematikan dan mencegah stadia pertumbuhan patogen. Sistematik,
mencegah penyebaran patogen secara epidemis dalam jaringan tanaman. Dalam
jaringan daun akan bergerak secara translaminar. Bahan aktifnya adalah
Karbendazim 6,2% , Mankozeb 73,8%. Fungisida ini berbentuk tepung berarna
kuning yang dapat disuspensikan untuk mengendalikan penyakit jamur pada
tanaman cabai, cengkeh, kacang tanah, karet, kentang, tembakau, tomat, jagung,
bawang merah dan padi. Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut, kulit dan
pernapasan. Dapat merangsang mata, hidung, tenggorokan dan kulit. Pada dosis
tinggi dapat beracun untuk ikan, karena itu jangan menggunakan fungisida ini
lebih dari 6 kg/ha pada tanaman yang berada di lingkungan perairan atau sawah.
Simpanlah di tempat yang aman dan jauhi dari jangkauan anak-anak. Pada waktu
menggunakan fungisida ini , jangan makan, minum atau merokok. Pada waktu
membuka wadah, memindahkan, mencampur dan menyemprot, pakailah sarung
tangan, pelindung muka dan pakaian berlengan panjang. Sebelum makan, minum
atau merokok dan setelah bekerja, cucilah dengan sabun tangan dan kulit yang
terkena. Jangan menggunakan fungisida ini dalam waktu 15 hari sebelum tanaman
dipanen. Jangan membawa ternak masuk ke daerah yang diperlakukan dengan
fungisida ini. Rusakkanlah wadah bekas fungisida ini dan kemudian tanamlah
sekurang-kurangnya 0,5 meter dalam tanah, tempat yang jauh dari sumber air.
Gejala keracunan dari fungisida ini adalah badan lemah, pusing, kulit terangsang,
mata pedih dan perut mual. Apabila tertelan, usaha terus untuk memuntahkan
dengan memberikan segelas air dan 1 sendok garam, tinggalkan pakaian yang
10
terkena fungisida, bila terkena mata dicuci dengan air bersih, apabila terhisap
bawalah penderita ke dalam ruangan segar. Fungisida ini baik digunakan sebelum
2 tahun sebelum tanggal produksi.
Tabel 1. Petunjuk Penggunaan
Tanaman / Penyakit Dosis dan
Formulasi
Cara Waktu
Padi Sawah
-Meningkatkan
persen gabah
Meningkatkan bobot kering
gabah
1-2 g / L
300 lt/ha
Digunakan dua kali pada
saat tanaman bunting
Penyakit bercak daun
cercospora Sp
Blast Pyricularia oryzae,
hawar pelepah
1-2 g/L
400-800 lt/ha
Padi umur 6,8 dan 10
minggu
-Cabai
Antraknosa Colletotrichum
capsici
Bercak daun cerespora sp
1-2 g/L
400-800 lt/ha
Penyakit muncul dan
diulang 7 hari
-Cengkeh
Cacar daun Phyllosicta sp
1-2 g/L
450-600 lt/ha
Setelah terjadi serangan
dan ulanga dengan interval
19 hari
-Karet
Gugur daun colletotrichum
gloesporiodies di
pembibitan
1-2 g/L
500 lt/ha
Serangan ringan 6 kali,
serangan berat 9 kali
-Kacang Tanah
Bercak daun cercospora sp
1-2 g/L
400-800 lt/ha
Pada umur 40,50,60,70,80
hari setelah tanam
-Kentang
Busuk daun phytoptora
infestans
2-4 g/L
400-800 lt/ha
Umur 14 tahun selama
tanam
-Tembakau
Rebah batang phytoptora sp,
pythium sp
1-2 g/L
300-800 lt/ha
Waktu penyakit mulai
muncul, diulang 7 kali
sekali
11
Gambar 1. Delsene MX-80 WP Dalam Kemasan
2.6 Sidazinon 600 EC
Sidazinon 600 EC adalah pestisida yang termasuk dalam golongan insektisida
yang bekerja sebagai racun kontak atau kontak langsung dengan bagian tubuh
organisme pengganggu tanaman sasaran, sehingga residu sebagian besar adalah
residu permukaan. Menurut Tarumingkeng (2008), residu permukaan yang
tertinggal pada tanaman pada saat disemprot dapat hilang karena pencucian atau
pembilasan. Pencucian bukan hanya terhadap pestisida yang larut dalam air, akan
tetapi juga terhadap pestisida yang lipofilik. Dalam jumlah sedikit pestisida dalam
tanaman dapat hilang sama sekali karena proses pertumbuhan tanaman tersebut.
Sidazinon 600 EC berbentuk pekatan berwarna kuning yang dapat diemulsikan
dalam air. Bahan aktifnya adalah Diazinon 600 g/l. Efektif untuk mengendalikan
hama-hama penting pada pertanaman kedelai, kelapa sawit, kubis, jeruk dan sawi.
Waktu aplikasi yang paling tepat adalah pada pagi hari sebelum jam 9 atau sore
hari setelah jam 4. Lakukan penyemprotan pada waktu cuaca cerah dan
diperkirakan hujan tidak turun dalam waktu 4-6 jam setelah penyemprotan. Pada
waktu menggunakan insektisida ini , jangan makan, minum atau merokok. Pada
waktu membuka wadah, memindahkan, mencampur dan menyemprot, pakailah
sarung tangan, pelindung muka, kaos kaki, sepatu dan pakaian berlengan panjang.
Sebelum makan, minum atau merokok dan setelah bekerja, cucilah dengan sabun
tangan dan kulit yang terkena. Usahakan agar kabut semprotnya tidak terkena
langsung ke peralatan makan, manusia dan makanan. Gejala dini keracunan dari
insektisida ini yaitu mual, diare, pusing, keluar lendir dari hidung dan mulut, kram
perut, sakit dada, kedutan otot, kesulitan bernafas. Apabila timbul gejala tersebut
12
segera berhenti bekerja, lakukan pertolongan pertama dan segera pergi ke dokter.
Apabila tertelan, usaha terus untuk memuntahkan dengan memberikan segelas air,
bila terkena mata dicuci dengan air bersih kurang lebih selama 15 menit, apabila
terhisap bawalah penderita ke dalam ruangan segar. Hubungi dokter untuk
perawatan lebih lanjut.
Gambar 2. Sidazinon 600 EC Dalam Kemasan
2.7 Niclosan 250 EC
Niclosan 250 EC merupakan pestisida golongan moluskisida yang efektif
melindungi dan mengamankan tanaman padi dan sayuran dari serangan keong
mas, siput murbei. Niclosan 250 EC dapat membasmi keong dan telurnya.
Moluskisida ini biasanya digunakan dengan konsentrasi 2 ml/liter air. Bahan
aktifnya adalah Niklosamid 250 g/l. Niclosan 250 EC efisien, karena dapat
menyelamatkan kehilangan panen sampai 40%. Toksisitas rendah terhadap
mamalia dan aman untuk tanaman pokok. Apabila tertelan, usaha terus untuk
memuntahkan dengan memberikan segelas air atau susu, bila terkena mata dicuci
dengan air bersih kurang lebih selama 15 menit, apabila terhisap bawalah
penderita ke dalam ruangan segar. Apabila kulit terkena moluskisida ini, cucilah
kulit dengan air yang banyak dan memakai sabun. Penyemprotan dilakukan pada
pagi hari, diperkirakan hujan tidak akan turun 3 jam setelah penyemprotan. Pada
waktu menggunakan moluskisida ini , jangan makan, minum atau merokok. Pada
waktu membuka wadah, memindahkan, mencampur dan menyemprot, pakailah
13
sarung tangan, pelindung muka, celana panjang dan pakaian berlengan panjang.
Sebelum makan, minum atau merokok dan setelah bekerja, cucilah dengan sabun
tangan dan kulit yang terkena. Jangan membawa ternak masuk ke daerah yang
diperlakukan (disemprot) dengan moluskisida ini. Rusakkanlah wadah bekas
moluskisida ini dan kemudian tanamlah sekurang-kurangnya 0,5 meter dalam
tanah, tempat yang jauh dari sumber air dan pemukiman. Gejala dini keracunan
dari moluskisida ini yaitu muntah dan diare. Apabila timbul gejala tersebut segera
berhenti bekerja, lakukan pertolongan pertama dan segera pergi ke dokter.
Gambar 3. Niclosan 250 EC Dalam Kemasan
2.8 Tambistan 50 WP
Tambistan 50 WP merupakan moluskisida dengan bahan aktif fentin asetat 50
% + mankozeb 15%. Moluskisida ini termasuk racun kontak dan lambung
berbentuk tepung yang dapat disuspensikan untuk mengendalikan siput trisipan di
tambak. Tambistan 50 WP dapat menyebabkan keracunan melalui mulut, kulit
dan pernafasan. Dapat pula berbahaya pada hewan ternak. Pada waktu
menggunakan moluskisida ini , jangan makan, minum atau merokok. Pada waktu
membuka wadah, memindahkan, mencampur dan menyemprot, pakailah sarung
tangan, pelindung muka, celana panjang dan pakaian berlengan panjang. Sebelum
makan, minum atau merokok dan setelah bekerja, cucilah dengan sabun tangan
dan kulit yang terkena. Jangan membawa ternak masuk ke daerah yang
diperlakukan (disemprot) dengan moluskisida ini. Rusakkanlah wadah bekas
moluskisida ini dan kemudian tanamlah sekurang-kurangnya 0,5 meter dalam
14
tanah, tempat yang jauh dari sumber air. Simpanlah moluskisida ini dalam wadah
aslinya, jauh dari makanan, api dan diluar jangkauan anak-anak. Gejala dini
keracunan dari moluskisida ini yaitu mual, muntah, pingsan, sakit perut dan gejala
alergi. Apabila timbul gejala tersebut segera berhenti bekerja, lakukan pertolongan
pertama, bawa penderita ke ruang terbuka dengan udara segar dan segera pergi ke
dokter. Apabila moluskisida terkena mata, segera dicuci dengan air bersih kurang
lebih selama 15 menit. Cara aplikasi moluskisida ini yaitu dengan penyiraman
0,5-1 kg/ha sampai 7 hari. Penebaran udang windu dan ikan bandeng setelah 35
HSA atau Hari Setelah Aplikasi.
Gambar 4. Tambistan 50 WP Dalam Kemasan
2.9 Decis 25 EC
Decis 25 EC adalah insektisida non sistemik, yang bekerja pada serangga
dengan cara kontak dan pencernaan. Decis menguasai spektrum besar dari
serangga hama yang berbeda seperti Lepidoptera, Homoptera, dan Coleoptera.
Decis juga aktif untuk beberapa serangga hama dari kelas lain seperti Hemiptera,
Orthoptera (belalang) , Diptera (lalat) dan Thysanoptera (thrips).
Bahan aktif Decis yang terdiri atas hanya satu isomer, yaitu isomer murni D-CIS.
Bahan aktif insektisida ini adalah Deltametrin : 25 g/ l. Tersedia dalam kemasan
300 ml, 500 ml, 5 liter. Decis dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada
tanaman bawang merah, cabai, jagung, kacang hijau, kakao, kapas, kedelai, kelapa
sawit, kentang, kubis, lada, semangka, tomat, teh, tembakau, dan lainnya.
15
Insektisida ini berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan berwarna kuning jernih.
Decis dapat menyebabkan keracunan melalui mulut, kulit dan pernafasan,
menyebabkan iritasi pada mata. Dapat pula berbahaya pada hewan ternak, ikan,
burung liar dan lebah. Pada waktu menggunakan insektisida ini , jangan makan,
minum atau merokok. Pada waktu membuka wadah, memindahkan, mencampur
dan menyemprot, pakailah sarung tangan, pelindung muka, celana panjang dan
pakaian berlengan panjang. Sebelum makan, minum atau merokok dan setelah
bekerja, cucilah dengan sabun tangan dan kulit yang terkena. Jangan membawa
ternak masuk ke daerah yang diperlakukan (disemprot) dengan insektisida ini.
Rusakkanlah wadah bekas insektisida ini dan kemudian tanamlah sekurang-
kurangnya 0,5 meter dalam tanah, tempat yang jauh dari sumber air dan
pemukiman. Gejala dini keracunan dari insektisida ini yaitu mual, kejang otot,
limbung, pingsan, muntah. Apabila timbul gejala tersebut segera berhenti bekerja,
lakukan pertolongan pertama dan segera pergi ke dokter. Apabila tertelan, usaha
terus untuk memuntahkan dengan memberikan segelas air, bila terkena mata
dicuci dengan air bersih kurang lebih selama 15 menit, apabila terhisap bawalah
penderita ke dalam ruangan segar. Hubungi dokter untuk perawatan lebih lanjut.
Gambar 5. Decis 25 EC Dalam Kemasan
16
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Toksikologi Pestisida dilaksanakan pada hari Senin, 5 Oktober
2015 pukul 09.00 WIB sampai selesai, bertempat di Laboratorium Bioteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu : Delsene MX-
80 WP, Sidazinon 600 EC, Niclosan 250 EC ,Tambistan 50 WP dan Decis 25 EC.
Sedangkan Alat yang digunakan yaitu : Pulpen, Buku Tulis dan Kamera.
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2. Amati contoh-contoh pestisida yang ada.
3. Lihat dan baca baik-baik keterangan pada kemasan bahan tersebut.
4. Bacalah dengan teliti jenis-jenis pestisida dengan melihat nama dagang,
formulasi, jenis bahan aktif, sasarannya, dan cara pengaplikasiannya.
5. Mencatat hasil pengamatan dan mendokumentasikan (mengambil gambar)
jenis-jenis pestisida yang diamati.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 2. Pengamatan Label Kemasan Pestisida
No Nama Dagang Bahan Aktif Formulasi
1 Delsene MX Karbendazim 6,2%
Mankozeb 73,8%80 WP
2 Sidazinon Diazinon 600 g/l 600 EC
3 Niclosan Niklosamid 250 g/l 250 EC
4 Tambistan Fentin asetat 50 %
Mankozeb 15%50 WP
5 Decis Deltametrin 25 g/ l 25 EC
4.2 Pembahasan Pestisida adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah,
membasmi dan mengendalikan hewan atau tumbuhan penggangu seperti binatang
pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan
manusia. Pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur
tubuh atau perangsang tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang
digunakan untuk perlindungan tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama
Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau
membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama
sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang
kendali.
Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu
petani merawat tanaman yang dibudidayakannya. Pestisida dapat mencegah lahan
pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan
pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani
18
menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah
digunakan di hampir setiap lahan pertanian. Namun sekarang ini banyak
pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani
tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah.
Informasi penting mengenai pestisida sebenarnya sudah melekat pada kemasan
pestisida itu sendiri, dengan catatan pestisida yang telah terdaftar dan diakui oleh
pemerintah. Informasi ini terletak pada label kemasan. Label adalah bagian yang
sangat penting dalam kemasan pestisida. Label memberikan informasi produk
yang terdapat dalam kemasan, namun sayangnya konsumen atau petani seringkali
mengabaikan dan tidak memperhatikannya. Label bukan hanya semata-mata
untuk melindungi kepentingan konsumen, tetapi juga seluruh stakeholder yang
berperan dalam industri pertanian.
Pada praktikum pengenalan pestisida, contoh bahan yang digunakan yaitu
pestisida dengan merk dagang Delsene MX-80 WP, Sidazinon 600 EC, Niclosan
250 EC ,Tambistan 50 WP dan Decis 25 EC. Delsene MX-80 WP merupakan
fungisida kontak dan sistemik. Kontak, dengan cara mematikan dan mencegah
stadia pertumbuhan patogen. Sistematik, mencegah penyebaran patogen secara
epidemis dalam jaringan tanaman. Dalam jaringan daun akan bergerak secara
translaminar. Bahan aktifnya adalah Karbendazim 6,2% , Mankozeb 73,8%.
Fungisida ini berbentuk tepung berarna kuning yang dapat disuspensikan untuk
mengendalikan penyakit jamur pada tanaman cabai, cengkeh, kacang tanah, karet,
kentang, tembakau, tomat, jagung, bawang merah dan padi. Dapat merangsang
mata, hidung, tenggorokan dan kulit. Pada dosis tinggi dapat beracun untuk ikan,
karena itu jangan menggunakan fungisida ini lebih dari 6 kg/ha pada tanaman
yang berada di lingkungan perairan atau sawah. Petunjuk penggunaan dari
Delsene MX-80 WP dapat dilihat pada tabel 1. Gejala keracunan dari fungisida ini
adalah badan lemah, pusing, kulit terangsang, mata pedih dan perut mual. Apabila
tertelan, usaha terus untuk memuntahkan dengan memberikan segelas air dan 1
sendok garam, tinggalkan pakaian yang terkena fungisida, bila terkena mata
dicuci dengan air bersih, apabila terhisap bawalah penderita ke dalam ruangan
segar. Fungisida ini baik digunakan sebelum 2 tahun sebelum tanggal produksi.
Sidazinon 600 EC adalah pestisida yang termasuk dalam golongan insektisida
19
yang bekerja sebagai racun kontak atau kontak langsung dengan bagian tubuh
organisme pengganggu tanaman sasaran, sehingga residu sebagian besar adalah
residu permukaan. Menurut Tarumingkeng (1977), residu permukaan yang
tertinggal pada tanaman pada saat disemprot dapat hilang karena pencucian atau
pembilasan. Pencucian bukan hanya terhadap pestisida yang larut dalam air, akan
tetapi juga terhadap pestisida yang lipofilik. Dalam jumlah sedikit pestisida dalam
tanaman dapat hilang sama sekali karena proses pertumbuhan tanaman tersebut.
Sidazinon 600 EC berbentuk pekatan berwarna kuning yang dapat diemulsikan
dalam air. Bahan aktifnya adalah Diazinon 600 g/l. Efektif untuk mengendalikan
hama-hama penting pada pertanaman kedelai, kelapa sawit, kubis, jeruk dan sawi.
Waktu aplikasi yang paling tepat adalah pada pagi hari sebelum jam 9 atau sore
hari setelah jam 4. Lakukan penyemprotan pada waktu cuaca cerah dan
diperkirakan hujan tidak turun dalam waktu 4-6 jam setelah penyemprotan. Gejala
dini keracunan dari insektisida ini yaitu mual, diare, pusing, keluar lendir dari
hidung dan mulut, kram perut, sakit dada, kedutan otot, kesulitan bernafas.
Apabila timbul gejala tersebut segera berhenti bekerja, lakukan pertolongan
pertama dan segera pergi ke dokter. Apabila tertelan, usaha terus untuk
memuntahkan dengan memberikan segelas air, bila terkena mata dicuci dengan air
bersih kurang lebih selama 15 menit, apabila terhisap bawalah penderita ke dalam
ruangan segar. Hubungi dokter untuk perawatan lebih lanjut.
Niclosan 250 EC merupakan pestisida golongan moluskisida yang efektif
melindungi dan mengamankan tanaman padi dan sayuran dari serangan keong
mas, siput murbei. Niclosan 250 EC dapat membasmi keong dan telurnya.
Moluskisida ini biasanya digunakan dengan konsentrasi 2 ml/liter air. Bahan
aktifnya adalah Niklosamid 250 g/l. Niclosan 250 EC efisien, karena dapat
menyelamatkan kehilangan panen sampai 40%. Toksisitas rendah terhadap
mamalia dan aman untuk tanaman pokok. Apabila tertelan, usaha terus untuk
memuntahkan dengan memberikan segelas air atau susu, bila terkena mata dicuci
dengan air bersih kurang lebih selama 15 menit, apabila terhisap bawalah
penderita ke dalam ruangan segar. Apabila kulit terkena moluskisida ini, cucilah
kulit dengan air yang banyak dan memakai sabun. Penyemprotan dilakukan pada
pagi hari, diperkirakan hujan tidak akan turun 3 jam setelah penyemprotan. Jangan
20
membawa ternak masuk ke daerah yang diperlakukan (disemprot) dengan
moluskisida ini. Rusakkanlah wadah bekas moluskisida ini dan kemudian
tanamlah sekurang-kurangnya 0,5 meter dalam tanah, tempat yang jauh dari
sumber air dan pemukiman. Gejala dini keracunan dari moluskisida ini yaitu
muntah dan diare. Apabila timbul gejala tersebut segera berhenti bekerja, lakukan
pertolongan pertama dan segera pergi ke dokter. Tambistan 50 WP merupakan
moluskisida dengan bahan aktif fentin asetat 50 % + mankozeb 15%. Moluskisida
ini termasuk racun kontak dan lambung berbentuk tepung yang dapat
disuspensikan untuk mengendalikan siput trisipan di tambak. Tambistan 50 WP
dapat menyebabkan keracunan melalui mulut, kulit dan pernafasan. Gejala dini
keracunan dari moluskisida ini yaitu mual, muntah, pingsan, sakit perut dan gejala
alergi. Apabila timbul gejala tersebut segera berhenti bekerja, lakukan pertolongan
pertama, bawa penderita ke ruang terbuka dengan udara segar dan segera pergi ke
dokter. Apabila moluskisida terkena mata, segera dicuci dengan air bersih kurang
lebih selama 15 menit. Cara aplikasi moluskisida ini yaitu dengan penyiraman
0,5-1 kg/ha sampai 7 hari. Penebaran udang windu dan ikan bandeng setelah 35
HSA ( Hari Setelah Aplikasi ). Decis 25 EC adalah insektisida non sistemik, yang
bekerja pada serangga dengan cara kontak dan pencernaan. Decis menguasai
spektrum besar dari serangga hama yang berbeda seperti Lepidoptera, Homoptera,
dan Coleoptera. Decis juga aktif untuk beberapa serangga hama dari kelas lain
seperti Hemiptera, Orthoptera (belalang) , Diptera (lalat) dan Thysanoptera
(thrips). Bahan aktif Decis yang terdiri atas hanya satu isomer, yaitu isomer murni
D-CIS. Bahan aktif insektisida ini adalah Deltametrin: 25 g/ l. Tersedia dalam
kemasan 300 ml, 500 ml, 5 liter. Decis dapat digunakan untuk mengendalikan
hama pada tanaman bawang merah, cabai, jagung, kacang hijau, kakao, kapas,
kedelai, kelapa sawit, kentang, kubis, lada, semangka, tomat, teh, tembakau, dan
lainnya. Insektisida ini berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan berwarna
kuning jernih. Decis dapat menyebabkan keracunan melalui mulut, kulit dan
pernafasan, menyebabkan iritasi pada mata. Gejala dini keracunan dari insektisida
ini yaitu mual, kejang otot, limbung, pingsan, muntah. Apabila timbul gejala
tersebut segera berhenti bekerja, lakukan pertolongan pertama dan segera pergi ke
dokter. Apabila tertelan, usaha terus untuk memuntahkan dengan memberikan
21
segelas air, bila terkena mata dicuci dengan air bersih kurang lebih selama 15
menit, apabila terhisap bawalah penderita ke dalam ruangan segar. Hubungi
dokter untuk perawatan lebih lanjut.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pestisida adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah,
membasmi dan mengendalikan hewan atau tumbuhan penggangu seperti binatang
pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan
manusia. Pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur
tubuh atau perangsang tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang
digunakan untuk perlindungan tanaman. Delsene MX-80 WP merupakan
fungisida kontak dan sistemik, bahan aktifnya adalah Karbendazim 6,2%,
Mankozeb 73,8%. Sidazinon 600 EC adalah pestisida yang termasuk dalam
golongan insektisida yang bekerja sebagai racun kontak atau kontak langsung,
bahan aktifnya adalah Diazinon 600 g/l. Niclosan 250 EC merupakan pestisida
golongan moluskisida yang efektif melindungi dan mengamankan tanaman padi
dan sayuran dari serangan keong mas ataupun siput murbei, bahan aktifnya adalah
Niklosamid 250 g/l. Tambistan 50 WP merupakan moluskisida dengan bahan
aktif fentin asetat 50 % + mankozeb 15%. Decis 25 EC adalah insektisida non
sistemik yang bekerja pada serangga dengan cara kontak dan pencernaan, bahan
aktif insektisida ini adalah Deltametrin 25 g/ l.
5.2 Saran
Praktikan disarankan agar teliti dalam mengamati label kemasan pestisida
supaya informasi yang diperoleh benar dan tepat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida Dan Aplikasinya. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Ekha, Isuasta. 1988. Dilema pestisida. Yogyakarta: Kanisius.
Kusnoputranto, H. 1996. Toksikologi Lingkungan. Jakarta: UI Press.
Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di
Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: IPB Press.
Triharso. 1996. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press.
Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu.
Yogyakarta: Andi Press.
Wudianto, R. 2007. Petunjuk Penggunaan Pestida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wudianto, R. 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.
24
LAMPIRAN
Pengamatan kemasan Delsene MX-80
WP.
Pengamatan kemasan Sidazinon 600
EC.
Pengamatan kemasan Niclosan 250 EC.
25
Pengamatan kemasan Decis 25 EC.
26