Virus

download Virus

of 29

description

n

Transcript of Virus

MAKALAH

VIRUSMikrobiologi Industri

Anggota Kelompok :

Melly Anggraini (03111003005)Adi Kuncoro (03111003045)

M.Riandi Adiwijaya (03111003053)

Gigih Tejo Purboyo (03111003067)

Riska Pertiwi (03111003069)

Limanto (03111003071)Anissa Nurul Badriyah (03111003075)Nova Amanda (03111003081)Rengga Ulil Ambri (03111003099)Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas SriwijayaVIRUSVirus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Partikelnya secara utuh disebut virion yang terdiri dari capsid yang dapat terbungkus oleh sebuah Glycoprotein atau membran lipid. Virus resisten terhadap antibiotik.

I. KARAKTERISTIK VIRUSI.A Ciri Ciri Umum Virus

Pada umumnya virus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel).

2. Virus berukuran sangat kecil jauh lebih kecil dari bakteri, yakni berkisar antara 20 m - 300m (1 mikron = 1000 milimikron). Untuk mengamatinya diperlukan mikroskop elektron yang pembesarannya dapat mencapai 50.000 kali. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.

3. Virus hanya memiliki salah satu macam asam nukleat (RNA atau DNA). Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal. Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler. Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang terbesar. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.4. Virus umumnya berupa semacam hablur (kristal) dan bentuknya sangat bervariasi. Ada yang berbentuk oval , memanjang, silindris, kotak dan kebanyakan berbentuk seperti kecebong dengan kepala oval dan ekor silindris. 5. Tubuh virus terdiri atas, kepala , kulit (selubung atau kapsid), isi tubuh, dan serabut ekor.6. Virus memiliki lapisan protein yang disebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. Kapsid terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer. Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus. Sedangkan kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks.7. Virus hanya dapat berkembang biak di sel hidup lainnya. Seperti sel hidup pada bakteri, hewan, tumbuhan, dan sel hidup pada manusia.

8. Virus tidak dapat membelah diri.

9. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa, tetapi dapat dikristalkan.Selain karakteristik di atas, beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang. Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid. Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang berasal dari virus.

Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Ada pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada kepala kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu bakteri.

Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.

I.B Reproduksi Virus Dalam Tahapan Daur Litik dan Lisogenik

Tahapan Daur LitikPada daur litik, virus melakukan penetrasi ke inang dan memperbanyak diri dalam tubuh inang, kemudian ke luar dari inang.Sel inang mengalami lisis (pecah).Tahapan daur litik sebagai berikut :1. Adsorpsi (penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang sesuai.

2. Penetrasi (injeksi) asam nukleat virus ke dalam sel inang.

3. Tahap awal replikasi dari asam nukleat virus. Dalam peristiwa ini mesin biosintesa sel inang diambil alih untuk memulai sintesa asam nukleat virus.Enzim-enzim spesifik virus mulai dihasilkan dalam tahap ini, yang disebut tahap eclipse.

4. Replikasi dari asam nukleat virus.

5. Sintesa dari protein subunit mantel virus.

6. Perakitan dari asam nukleat dan protein subunit serta komponen membran pada virus bermembran ke dalam partikel virus.

7. Pelepasan partikel virus yang matang dari sel (lisis).

Tahapan Daur LisogenikPada daur lisogenik, asam nukleat virus menyisip pada asam nukleat inang, tidak terjadi perbanyakan virus dalam inang, dan sel inang tidak mengalami lisis.

Tahapan daur lisogenik sebagai berikut :1. Adsorpsi (penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang sesuai.

2. Penetrasi (injeksi) asam nukelat virus ke dalam sel inang.

3. Asam nukleat virus menyisip/ melebur pada asam nukleat inang membentuk profage.

4. Ketika bakteri melakukan pembelahan, profage tersebut akan ikut mengganda dan seterusnya.

5. Suatu ketika profage tersebut dapat keluar dari tubuh bakteri dan masuk ke daur litik.

I.C Jenis-Jenis Struktur Virus

1. Virus Berselubung

2. Virus kompleks

3. Virus telanjang

I.D Bentuk Tubuh Virus

Secara umum, ada empat bentuk partikel virus utama:

Helical

Contoh struktur heliks pada virus mosaik tembakau: RNA virus bergulung berbentuk garis sekerup / spiral selenoid yang disebabkan pengulangan sub-unit protein. Kapsid terdiri atas satu jenis capsomer berbadan tegap di sekitar suatu poros pusat untuk membentuk suatu struktur seperti bentuk sekerup yang mungkin punya suatu rongga pusat.

Icosahedral

Kebanyakan virus binatang adalah icosahedral atau near-spherical dengan icosahedral simetri.Suatu bidang dua puluh reguler adalah jumlah maksimum suatu kelopak tertutup dari sub-unit tersebut. Jumlah minimum capsomers yang diperlukan adalah duabelas, masing-masing terdiri atas lima sub-unit serupa. Banyak virus, seperti rotavirus, mempunyai lebih dari duabelas capsomers dan nampak berbentuk bola tetapi mereka mempertahankan simetri ini. Capsomers di apices dikelilingi oleh lima capsomers lain dan disebut pentons. Capsomers pada atas muka yang bersegi tiga adalah mengepung dengan enam capsomers yang lain dan yang disebut hexons.Contohnya adalah adenovirus.

Enveloped

Beberapa jenis amplop virus, terdapat di dalam suatu selaput sel, yaitu selaput eksternal yang melingkupi suatu sel tuan rumah yang terkena infeksi/tersebar, atau selaput internal seperti selaput nuklir atau reticulum endoplasmic, begitu mendapatkan lipid, maka virus akan membentuk bilayer yang dikenal dengan sebutan amplop. Selaput ini adalah protein yang membawa kode genetic dari genom tuan rumah ke genom virus.

Complex

Struktur khas dari suatu bacteriophage Virus ini memiliki suatu kapsid yang tidak berbentuk seperti bentuk sekerup, walaupun semata-mata serupa dengan icosahedral, dan memiliki struktur ekstra seperti jas berekor protein atau suatu dinding sebelah luar yang kompleks. Beberapa bacteriophages mempunyai suatu struktur kompleks terdiri dari suatu icosahedral di depan dan diikuti suatu ekor seperti bentuk sekerup yang memiliki suatu pelat dasar bersudut enam dengan serat ekor protein yang menonjol.II. KLASIFIKASI VIRUS

Virus dapat diklasifikasi menurut kandungan jenis asam nukleatnya. Pada virus RNA, dapat berunting tunggal (umpamanya pikornavirus yang menyebabkan polio dan influenza) atau berunting ganda (misalnya revirus penyebab diare). Demikian pula virus DNA (misalnya berunting tunggal oada fase 174 dan parvorirus berunting ganda pada adenovirus, herpesvirus dan pokvirus). Virus RNA terdiri atas tiga jenis utama: virus RNA berunting positif (+), yang genomnya bertindak sebagai mRNA dalam sel inang dan bertindak sebagai cetakan untuk intermediat RNA unting minus (-), virus RNA berunting negatif (-) yang tidak dapat secara langsung bertindak sebagai mRNA, tetapi sebagai cetakan untuk sintesis mRNA melalui virion transkriptase; dan retrovirus, yang berunting + dan dapat bertindak sebagai mRNA, tetapi pada waktu infeksi segera bertindak sebagai cetakan sintesis DNA berunting ganda (segera berintegrasi ke dalam kromosom inang ) melalui suatu transkriptase balik yang terkandung atau tersandi. Setiap virus imunodefisiensi manusia (HIV) merupakan bagian dari subkelompok lentivirus dari kelompok retrovirus RNA. Virus ini merupakan penyebab AIDS pada manusia, menginfeksi setiap sel yang mengekspresikan tanda permukaan sel CD4, seperti pembentuk T-sel yang matang.

Tingkat klasifikasi virus:

ordo famili subfamili genus species strain/tipe

Untuk saat ini, klasifikasi virus yang penting hanya dari tingkat famili ke bawah. Semua famili virus memiliki akhiran viridae , misalnya

Poxviridae

Herpesviridae

Parvoviridae

Retroviridae

Anggota-anggota famili Picornaviridae umumnya ditularkan melalui jalur faecal/oral dan melalui udara.

Genus memiliki nama dengan akhiran virus . Misalnya, famili Picornaviridae terdiri dari 5 genus:

Genus Enterovirus misalnya poliovirus 1, 2, 3

Genus Cardiovirus misalnya mengovirus

Genus Rhinovirus misalnya Rhinovirus 1a

Genus Apthovirus misalnya FMDV-C

Genus Hepatovirus misalnya virus Hepatitits A

Definisi `spesies merupakan hal yang paling penting, namun sulit dilakukan untuk virus. Penentuan spesies virus mengandung unsur subyektif. Sebagai contoh, genus Lentivirus terdiri dari banyak spesies yang berbeda, termasuk:

HIV-1, Human Immunodeficiency Virus 1

HIV-2, Human Immunodeficiency Virus 2

SIV, Simian Immunodeficiency Virus

FIV, Feline Immunodeficiency Virus

BIV, Bovine Immunodeficiency Virus

Visna (domba)

EIAV (kuda)

CAEV (kambing)

Dasar-dasar klasifikasi secara taksonomi :A. Klasifikasi Virus Berdasarkan FisikokimiaAsam NukleatSimetri kapsid dan amplopSensitivitas terhadap eterFamili VirusDiameter partikel (nm)Contoh Virus

DNAIcosahedral,tidakBeramplopResistenParvovirus18 26Adeno-associated virus

Papovavirus45 55Papilloma virus

Adenovirus70 90Adenovirus

DNAIcosahedral, beramplopSensitifHerpesvirus100 150Virus Herpes simplek, Varicella-zoster,cytomegalovirus,

DNAKompleksBervariasiPoxvirus230 300Smallpox (variola), vaccinia virus, molluseum contagiosum virus

RNAIcosahedral, tidak beramplopResistenPicornavirus20 30Enterovirus, rhinovirus

Reovirus60 80Reovirus, Orbivirus

RNAIcosahedral, beramplopSensitifTogavirus40 70Virus Rubella

RNAHeliks, tidak beramplopSensitifBunyavirus90 100California Arbovirus, Bunyamwera Arbovirus

Coronavirus100Coronavirus

Orthomyxvirus80 120Virus Influenza A dan B

Paramyxovirus100 200Parainfluenza

Retrovirus100 200Animal tumor virus

Rhadbovirus70 170Virus Rabies

RNAHeliks, beramplopSensitifArenavirus50 300Lyphocytic choriomeningitis virus

B. Klasifikasi Virus berdasarkan jenis asam nukleat (DNA atau RNA)

1. Virus RNA

a. Famili : Picornaviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer yang bertindak sebagai cetakan sintesis RNA genom.

Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter virion 28-30 nm.

Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma.

Spektrum hospes sempit.

Contoh : virus polio

b. Famili : Calicivirdae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal.

Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas tiga jenis protein utama. Diameter virion 35-45 nm.

Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma.

Spektrum hospes sempit.

Contoh : virus Sapporo

c. Famili : Togaviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer, yang bertindak sebagai cetakan RNA genom.

Virion : berselubung, nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3-4 jenis protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi.Diameter virion 60-70 nm.

Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran sel.

Spektrum hospes luas.

Contoh : virus Chikungunya, virus rubella

d. Famili : Flaviviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui RNA komplementer yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi sintesis RNA genom.

Virion : berselubung, simetri nukleokapsid belum jelas, tersusun atas empat jenis protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi.Diameter virion 40-50 nm.

Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran sel.

Spektrum hospes luas.

Contoh : virus demam kuning

e. Famili : Bunyaviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, terdiri dari tiga segmen. Pada proses replikasinya, RNA virion disalin menjadi mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk translasi mRNA selanjutnya disintesis RNA komplementer. Tiap segmen RNA komplementer kemudian menjadi cetakan bagi RNA genom.

Virion : berselubung, nukleokapsid bentuk helik, tersusun atas empat protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi.Diameter virion 90-120 nm.

Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran Golgi.

Contoh : virus ensefalitis California

f. Famili : Arenaviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, terdiri dari dua segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan Bunyaviridae.

Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk virion pleomorfik.Diameter virion 50-300 nm (rata-rata 110-130 nm).

Replikasi di sitoplasma morfogenesisnya melalui proses budding di membran plasma.

Spektrum hospes luas.

Contoh : virus lymphotic

g. Famili : Coronaviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, terdiri dari satu segmen. Replikasi RNA genom melalui pembentukan rantai RNA negatif yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi RNA genom. Sintesis RNA negatif disertai sintesis enam jenis mRNA.

Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk pleomorfik.Diameter virion 80-160 nm.

Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran intrasitoplasma.

Contoh : coronavirus manusia 229-E dan OC43

h. Famili : Rhabdoviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, satu segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan Bunyaviridae.

Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 4-5 protein. Virion berbentuk seperti peluru dengan selubung beraktivitas hemaglutinasi. Diameter dan panjang virion 70-85 nm dan 130-180 nm.

Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya di membran plasma atau intrasitoplasma, tergantung spesies virus.

Contoh : virus stomatitis vesicularis

i. Famili : Filoviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, segmen tunggal.

Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tujuh protein utama. Berbentuk pleomorfik.Diameter virion 80 nm dan panjang mencapai 14.000 nm.

Replikasi di sitoplasma.

Contoh : virus Ebola

j. Famili : Paramyxoviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, polaritas negatif. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk protein mRNA dibuat RNA cetakan RNA genom.

Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 6-10 protein utama. Berbentuk pleomorfik. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi dan menginduksifusi sel. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran plasma. Diameter virion 150-300 nm.

Spektrum hospes sempit.

Contoh : parainfluenza 1-4, viris parotitis

k. Famili : Orthomyxoviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, segmen berganda (7 untuk influenza C dan 8 untuk influenza A dan B), polaritas negatif. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan protein produk mRNA, RNa komplementer dibuat dan dijadikan cetakan pembuatan RNA genom. Sifat segmentasi genom virus memudahkan terjadinya virus mutan.

Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 7-9 protein utama. Bentuk pleomorfik. Selubung beraktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 90-120 nm. Pada filamentosa panjangnya mencapai beberapa mikrometer.

Replikasi RNA di inti dan sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran plasma.

Contoh : virus Influenza A,B, dan C

l. Famili : Reoviridae

Sifat penting :

RNA : rantai ganda, segmen ganda (10 untuk reovirus dan obvirus, 11 untuk rotavirus, 12 untuk Colorado tick fever virus. Setiap mRNA berasal dari satu segmen genom.Sebagian mRNA dipakai untuk sintesis protein dan sebagian lagi dipakai sebagai cetakan untuk pembuatan rantai RNA pasangannya.

Virion : tak berselubung, kapsidnya dua lapis dan bersimetri ikosahedral. Diameter virion 60-80 nm.

Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma.

Contoh : Reovirus 1-3

m. Famili : Retroviridae

Sifat penting :

RNA : rantai tunggal, terdiri dari dua molekul polaritas negatif yang identik. Replikasi dimulai dengan pemisahan kedua molekul RNA dan pembuatan rantai DNA dengan cetakan RNA tersebutdengan bantuan reverse transcriptase virion. Setelah molekul RNA-DNA terpisah, dibuat rantai DNA komplementer terhadap pasangan DNA yang sudah ada. DNA serat ganda kemudian mengalami sirkularisasi dan berintegrasi dengan kromosom hospes. Selanjutnya RNA genom dibuat dengan cetakan DNa yang sudah terintegrasi pada kromosom hospes.

Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Virion tersusun atas 7 jenis protein utama. Diametr virion 80-130 nm. Morfogenesis virus melalui proses budding di membran plasma.

Contoh : HIV 1 dan 2

2. Virus DNA

a. Famili : Adenoviridae

Sifat penting :

DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA dan translasinya menjadi protein komplek.

Virion : tak berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 70-90 nm. Virion tersusun atas paling tidak 10 protein.

Replikasi dan morfogenesis di inti sel.

Spektrum hospes sempit.

Contoh : Adenivirus 1-49

b. Famili : Herpesviridae

Sifat penting :

DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek.

Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 15-200 nm.

Replikasi di intisel. Morfogenesis melalui proses budding di membran inti. Di dalam sitoplasma virion dibawa dalam vesikel-vesikelke membran plasma.Di membran plasma, membran vesikel fusi dengan membran plasma.

Contoh : virus herpes simplex 1-2, virus B

c. Famili : Hepadnaviridae

Sifat penting :

DNA : rantai ganda (bagian terbesar) dan rantai tunggal (bagian kecil, di ujung molekul DNA), segmen tunggal. Pada replikasi genom, bagian rantai tunggalnya harus dibuat rantai ganda. Transkripsi DNA menghasilkan mRNA untuk sintesis protein dan RNA lain sebagai cetakan bagi pembuatan DNA oleh reverse transcriptase.

Virion : berselubung (HBsAg), diameter 42 nm. Tersusun atas selubung (HBsAg) dan nukleokapsid.Dalam nukleokapsid terdapat core (HBcAg) dan protein penting lain (HBeAg).

Replikasi di hepatosit terjadi di inti sel sedangkan HBsAg dibuat di sitoplasma.

Contoh : virus hepatitis B

d. Famili : Papovaviridae

Sifat penting :

DNA : rantai ganda, segmen tunggal sirkuler. Replikasi DNA komplek dan selama replikasi bentuknya tetap sirkuler. Siklus replikasi DNA dapat melibatkan DNA genom yang episomal maupun yang berintegrasi dengan kromosom sel.

Virion : tak berselubung, diameter 45 nm (polyomavirus) dan 55 nm (papillomavirus), tersusun atas 5-7 jenis protein utama.

Replikasi dan morfogenesis di inti sel.

Spektrum hospes sempit.

Contoh : papilloma virus manusia

e. Famili : Parvoviridae

Sifat penting :

DNA : rantai tunggal, segmen tunggal. Genus Parvovirus lebih banyak mengandung rantai DNA polaritas negatif sedang dua genus lagi DNA polaritas negatif dan positifnya seimbang. Replikasi DNA komplek.

Virion : tak berselubung, nukleokapsid bersimetri ikosahedral dan berdiameter 18-26 nm, tersusun atas tiga protein utama.

Replikasi dan morfogenesis di inti sel dan memerlukan bantuan sel hospes.

Spektrum hospes sempit.

Contoh : parvovirus B-19

f. Famili : Poxviridae

Sifat penting :

DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek.

Virion : berselubung, berbentuk seperti batu bata dan merupakan virus dengan dimensi terbesar.Tersusun atas lebih dari seratus jenis protein. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi.

Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma yaitu dalam viroplasma (semacam pabrik virus). Hasil morfogenesis dapat berupa virion berselubung maupun tidak.

Contoh : virus cacar sapi

Komponen Kimia Virus Menurut Kandungan Protein

Setiap makhluk hidup pada dasarnya tersusun oleh komponen-komponen kimiawi yang akan membantu kelangsungan hidupnya. Virus memliki komponen kimia berups protein, karbohidrat, dan lipid. Komponen kimis yang akan kita bahas hanya komponen protein saja. Protein dalam virus terdapat dalam bentuk asam nukleat, kapsid, enzim, dan protein lainnya.

Asam Nukleat

Virus hanya mengandung DNA atau RNA saja. Hal ini menjadi ciri khas virus dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Virus hanya memiliki satu asam nukleat, jadi berdasarkan hal ini, virus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis asam nukleat yang mungkin dimiliki, yaitu:

DNA berutasan tunggal

RNA berutasan tunggal

DNA berutasan ganda

RNA berutasan ganda

Pada virus tumbuhan baru dapat ditemukan RNA berutasan tunggal dan ganda serta DNA berutasan tunggal saja. Sedangkan pada hewan, keempat jenis asam nukleat telah ditemukan. Berdasarkan jenis asam nukleat yang terkandung dalam virus, kita dapat menggolongkan virus menjadi 3 yaitu virus RNA, virus DNA, dan virus yang tidak diklasifikasi.

Beberapa famili virus yang tergolong virus RNA:

Piconarviridae

Caliciviridae

Togaviridae (penyakit cikungunya, rubella)

Flaviviridae (virus demam kuning)

Bunyaviridae (virus demam berdarah korea)

Arenaviridae (virus lassa)

Coronaviridae (coronavirus)

Rhabdoviridae (virus rabies, virus mokola)

Filoviridae (virus ebola, virus marburg)

Paramixoviridae (virus paroritis, virus morbili)

Orthomixoviridae (virus influenza)

Reoviridae (virus kemorovo, rotavirus manusia)

Retroviridae

Beberapa famili virus yang tergolong virus DNA:

Adenoviridae (adenovirus 1-49)

Herpesviridae (virus herpes simpleks, virus epstein-barr)

Hepadnaviridae (virus hepatitis B)

Papovaviridae ( papilloma virus manusia, virus JK, virus BK)

Parvoviridae (parvovirus B19)

Poxviridae (virus variola, virus vaccinia, virus cacar monyet)

Virus yang tidak diklasifikasikan:

Virus penyebab encefalopati spongiformis

Virus hepatitis delta

Verus hepatitis C

Virus Norwalk penyebab diare

AtrovirusIII. PERAN VIRUS DALAM BIOPROSES/MIKROBIOLOGI INDUSTRIApabila mendengar kata virus, maka yang terlintas dalam pikiran adalah bibit penyakit. Virus memang berkonotasi pada penyakit. Namun, virus merupakan salah satu mikroba penting dalam dunia medis. Virus merupakan bahan baku vaksin. Vaksin digunakan tidak hanya untuk menyembuhkan suatu penyakit, juga untuk mencegah timbulnya penyakit dengan cara memproteksi tubuh. Vaksin biasanya diberikan kepada manusia untuk meningkatkan imunitas. Vaksin diberikan terutama kepada balita. Balita membutuhkan imunitas terhadap berbagai penyakit seperti hepatitis dan campak.

III.A Metode Pembuatan Vaksin

Vaksin yang dibuat dalam beberapa metode. Secara umum, semua vaksin memiliki tujuan yang sama, yaitu melemahkan virus atau bakteri dengan cara yang memungkinkan resipien untuk mengembangkan respon imun tanpa mengalami gejala infeksi. Vaksin yang dibuat dengan menggunakan komponen yang sama yang ditemukan dalam virus atau bakteri alami.Beberapa strategi dasar yang digunakan untuk membuat vaksin. Kekuatan dan keterbatasan masing-masing pendekatan yang dijelaskan di bawah ini :

1. Weakened virus (Virus yang dilemahkan)

Pada metode ini, virus dilemahkan sehingga mereka sulit memperbanyak diri (bereproduksi) di dalam tubuh. Campak, gondok, campak Jerman (rubella), rotavirus, dan influenza intranasal, vaksin cacar merupakan contoh vaksin yang menerapkan metode ini pada proses pembuatannya. Virus biasanya menyebabkan penyakit dengan berkembang biak berkali-kali dalam tubuh. Sedangkan virus alami memperbanyak diri ribuan kali, virus vaksin biasanya memperbanyak diri kurang dari 20 kali. Minimnya tingkat reproduksi virus vaksin mengakibatkan virus tidak dapat menginfeksi, tetapi virus vaksin mereplikasi cukup baik untuk menginduksi "sel B memori" yang melindungi terhadap infeksi di masa depan.Kelebihan weakened vaksin adalah bahwa dengan satu atau dua dosis kecil dapat memberikan kekebalan seumur hidup. Kekurangan dari metode ini adalah bahwa vaksin biasanya tidak dapat diberikan kepada orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah (seperti orang-orang dengan kanker atau AIDS).2. Inactivate virus (Virus yang dinonaktifkan)

Strategi ini menyebabkan virus benar-benar tidak aktif / diberantas dengan bantuan bahan kimia. Dengan menonaktifkan virus, maka virus tidak mungkin mereproduksi dirinya sendiri dan bahkan menyebabkan penyakit. Polio, hepatitis A, influenza, dan vaksin rabies dibuat dengan metode inactivate virus. Karena virus ini masih berada dalam tubuh, sel-sel dari sistem imunitas yang dapat melindungi terhadap penyakit dihasilkan.Ada dua manfaat untuk pendekatan ini:a. Vaksin tersebut tidak mungkin menyebabkan bahkan bentuk ringan dari penyakit yang mencegahb. Vaksin dapat diberikan kepada orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Namun, keterbatasan pendekatan ini adalah bahwa hal itu biasanya memerlukan beberapa dosis untuk mencapai kekebalan.3. Use part of the virus / Menggunakan bagian tubuh virus

Metode ini menerapkan cara hanya satu bagian dari virus akan dihapus dan sisanya digunakan sebagai vaksin. Hepatitis B dan vaksin HPV yang dibuat dengan cara ini. Vaksin ini terdiri dari protein yang berada pada permukaan virus. Strategi ini dapat digunakan ketika respon kekebalan terhadap salah satu bagian dari virus (atau bakteri) yang bertanggung jawab untuk perlindungan terhadap penyakit.Vaksin ini dapat diberikan kepada orang-orang dengan kekebalan melemah dan muncul untuk mendorong berumur panjang kekebalan setelah tiga dosis.4. Use part of the bacteria / Gunakan bagian dari bakteriBeberapa bakteri menyebabkan penyakit dengan membuat protein berbahaya yang disebut racun. Beberapa vaksin yang dibuat dengan mengambil racun dan menonaktifkan mereka dengan bahan kimia (racun, setelah tidak aktif, disebut toksoid a). Dengan menonaktifkan racun, tidak lagi menyebabkan kerusakan. Vaksin difteri, tetanus, dan pertusis yang dibuat dengan metode ini.Strategi lain untuk membuat vaksin bakteri adalah dengan menggunakan bagian dari lapisan gula (atau polisakarida) dari bakteri. Perlindungan terhadap infeksi oleh bakteri tertentu didasarkan pada kekebalan terhadap lapisan gula (dan bukan bakteri keseluruhan). Namun, karena anak-anak tidak membuat respon imun yang sangat baik untuk lapisan gula saja, lapisan ini terkait dengan protein berbahaya (ini disebut "konjugasi polisakarida" vaksin). The Haemophilus influenzae B (Hib atau), pneumokokus, dan vaksin meningokokus baru berlisensi yang dibuat dengan cara ini.Sama seperti untuk vaksin virus yang dilemahkan, vaksin bakteri dapat diberikan kepada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, tetapi sering membutuhkan beberapa dosis untuk menginduksi kekebalan yang memadai.III.B Proses Pembuatan Vaksin

Sebelum vaksin dapat dibuat, peneliti harus menghabiskan waktu mengisolasi dan mempelajari virus atau bakteri yang bersangkutan dan belajar bagaimana menyebabkan penyakit. Para peneliti kemudian mulai mempelajari bagaimana melindungi seseorang dari penyakit. Kadang-kadang peneliti mengajukan pertanyaan seperti: Berapa jumlah virus terbaik untuk memberi? Apakah satu dosis vaksin kerja? Apakah dosis tambahan membantu lebih banyak lagi? Berapa lama perlindungan terakhir?Ada tiga tahap penelitian yang perlu dilakukan pada orang sebelum vaksin dapat dipertimbangkan untuk masyarakat umum:Tahap IStudi Tahap I dirancang untuk menjawab dua pertanyaan: Apakah vaksin aman ? dan Apakah itu merangsang respon kekebalan tubuh? Jika jawaban untuk salah satu dari pertanyaan ini adalah "Tidak", vaksin tidak dapat dikembangkan lebih lanjut. Orang-orang terdaftar dalam studi ini biasanya orang dewasa yang sehat dengan risiko rendah untuk infeksi. Penelitian ini biasanya mencakup kurang dari 100 peserta.Tahap IIJika vaksin melewati Tahap I studi, lebih besar Tahap II studi dirancang. Mereka didasarkan pada informasi yang diperoleh dari Tahap I studi. Tahap II penelitian biasanya dilakukan dalam tipe orang yang pada akhirnya akan menggunakan vaksin. Biasanya, studi ini mendaftarkan beberapa ratus peserta. Jika vaksin ini bertekad untuk menjadi tidak aman atau tidak konsisten menginduksi respon imun, itu tidak akan dikembangkan lebih lanjut.Tahap IIITahap III penelitian menentukan apakah vaksin bekerja dan termasuk ribuan hingga puluhan ribu orang belajar selama bertahun-tahun. Dalam banyak kasus, lebih dari satu Tahap III uji coba akan dilakukan. Seringkali, uji coba dilakukan di area geografis yang luas untuk memastikan bahwa vaksin tersebut bekerja pada orang dengan latar belakang yang berbeda dan gaya hidup. Tahap III penelitian biasanya mencakup lebih dari 5.000 orang.Jika vaksin tampaknya aman dan bekerja, semua data akan diserahkan kepada para ilmuwan dan personil peraturan di US Food and Drug Administration (FDA). Mereka akan memeriksa data untuk memastikan penelitian yang dilakukan dengan benar dan hasilnya konsisten.Sementara banyak penelitian awal yang dilakukan di laboratorium penelitian akademik menggunakan hibah yang diperoleh dari yayasan atau pemerintah (misalnya, National Institutes of Health), Tahap I, II dan III studi yang dilakukan oleh perusahaan farmasi. Studi-studi ini biasanya biaya ratusan juta dolar.Sekali vaksin telah ditinjau oleh FDA dan dianggap aman, masih belum siap untuk diberikan kepada orang-orang. Semua informasi yang dihasilkan tentang bagaimana vaksin bekerja pada orang ini kemudian diberikan kepada anggota kelompok merekomendasikan ilmuwan dan dokter yang menyarankan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Kelompok ini, yang disebut Komite Penasehat Praktek Imunisasi atau ACIP, kemudian merekomendasikan bagaimana vaksin harus digunakan dan oleh siapa. CDC, serta American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy of Family Physicians (AAFP), kemudian membuat rekomendasi akhir yang dokter dan profesional kesehatan dapat mengikuti dalam memutuskan siapa yang harus menerima vaksin baru.Tahap IV (Setelah lisensi)Setelah vaksin mulai dibagikan, studi tambahan terjadi. Studi-studi ini disebut studi Tahap IV. Karena beberapa efek samping yang jarang mungkin belum terdeteksi dalam percobaan fase III, keamanan vaksin terus dipantau oleh CDC. Studi ini mengambil setidaknya empat bentuk : Pertama, CDC akan memiliki departemen kesehatan tertentu (biasanya di daerah di mana ada kejadian tinggi penyakit dan karenanya, distribusi vaksin tinggi) memonitor setiap orang yang menerima vaksin dan melaporkan kepada secara teratur. Kedua, CDC monitor penyakit yang dilaporkan setiap departemen kesehatan di negara ini, sehingga mereka akan melihat apakah ada kejadian abnormal penyakit setelah vaksin diperkenalkan dan mempertimbangkan apakah dua peristiwa mungkin terkait. Ketiga, ada Vaksin Adverse Events Reporting System (VAERS atau). Jika seorang dokter, perawat atau konsumen percaya bahwa orang yang menerima vaksin memiliki efek samping yang signifikan negatif, ia dapat mengajukan laporan dalam sistem ini, yang terus-menerus dipantau untuk tren dalam data. Keempat, Vaksin Keselamatan Datalink (VSD) termasuk sekitar 6 juta orang dalam enam HMO besar di Pantai Barat untuk melihat siapa yang melakukannya dan tidak menerima vaksin dan menjawab pertanyaan keamanan. VSD adalah salah satu pasca-lisensi langkah yang paling efektif yang kita miliki.Sistem ini terbukti utilitas mereka pada tahun 1999 ketika sebuah vaksin rotavirus baru berlisensi ditemukan menjadi penyebab langka intussusception, suatu lipat dari usus ke dalam dirinya yang mungkin memerlukan operasi darurat dan dapat mengakibatkan kematian jika tidak diobati. Setelah hubungan itu dikonfirmasi, vaksin rotavirus dihentikan.DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2009. Cirir-Ciri Virus. http://Educorolla2.Blogspot.Com/2009/03/Ciri-Ciri-Virus.Html (diakses tanggal 2 November 2012)