Zakheus Menurut Injil Lukas

download Zakheus Menurut Injil Lukas

of 16

description

sastra

Transcript of Zakheus Menurut Injil Lukas

ZAKHEUS MENURUT INJIL LUKASZAKHEUS MENURUT INJIL LUKASOleh, Andreas Rumayar

PENGANTAR

Gereja sebagai umat Allah sadar bahwa dirinya dibantu oleh Roh Kudus dalam pemahaman dan penafsiran Kitab Suci. Murid-murid Yesus yang pertama mengetahui bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk segera memahami kepenuhan realitas dari apa yang telah mereka terima dengan segala aspeknya. Ketika mereka bertahan dalam kehidupan mereka sebagai komunitas, mereka mengalami klarifikasi yang makin mendalam dan berkembang tentang pewahyuan yang mereka terima. Dalam pengalaman ini, mereka mengenali pengaruh dan karya Roh Kebenaran yang dijanjikan Kristus kepada mereka untuk membimbing mereka ke dalam kepenuhan kebenaran. Demikian juga Gereja sekarang melangkah maju dengan ditopang oleh janji Kristus, bahwa penolong yaitu Roh Kudus, akan mengajarkan kepada para rasul dan juga kita yang percaya kepadaNya segala sesuatu dan juga akan mengingatkan semua yang telah dikatakanNya (bdk. Yoh 14:26).Eksegese katolik tidak mengklaim suatu metode ilmiah tertentu sebagai miliknya. Eksegese Katolik menerima bahwa salah satu aspek dari teks-teks Alkitabiah adalah bahwa teks-teks tersebut merupakan karya pengarang manusia, yang menggunakan kemampuan mereka untuk mengungkapkan sesuatu dan sarana-sarana yang tersedia pada zaman dan konteks sosial mereka. konsekuensinya, eksegese Katolik dapat secara bebas menggunakan metode-metode dan pendekatan ilmiah yang memungkinkan suatu pemahaman teks yang lebih baik dalam konteks linguistik, literer, sosio-budaya, religius dan historisnya; sambil menerangkan teks-teks tersebut melalui kajian tentang sumber-sumber serta memperhatikan kepribadian masing-masing pengarang. Kekhasan eksegese Katolik adalah bahwa eksegese ini dengan sengaja menempatkan diri dalam tradisi Gereja yang hidup, yang perhatian utamanya adalah kesetiaan kepada pewahyuan yang disampaikan dalam Alkitab. Sebagaimana sebuah hermeneutika modern yang menjelaskan bahwa menafsirkan suatu teks tanpa diawali dengan suatu pra-pemahaman tertentu adalah sesuatu yang mustahil.[1]Oleh karena itulah perlu suatu upaya pendekatan atas teks dengan pra-pemahaman yang merangkum bersama budaya ilmiah modern dan tradisi religius yang memancar dari Israel dan dari komunitas Kristen awal. Dengan demikian, penafsiran ini dapat berada dalam suatu kontinuitas dengan sebuah pola penafsiran yang dinamis yang dapat ditemukan dalam Alkitab dan yang sementara berlanjut terus dalam kehidupan Gereja. Pola dinamis ini sesuai dengan persyaratan bahwa seharusnya ada kesamaan yang hidup antara penafsir dan objek penafsiran; suatu kesamaan yang pada kenyataannya membentuk salah satu kondisi yang memungkinkan seluruh usaha eksegetis ditampilkan.Selanjutnya dalam karya tulis ini, penulis akan menelaah kisah tentang Yesus dan Zakheus. Adapun proses pendalaman teks ini diupayakan sedemikian rupa dengan mendekatinya lewat beberapa pendekatan yang memungkinkan teks ini ditampilkan secara apa adanya, sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengarang Injil. Langkah ini merupakan upaya dalam mempertanggung-jawabkan teks ini dengan pelbagai metode penafsiran sebagaimana yang diperkenalkan dan dipraktekkan oleh para ekseget Katolik.

1.DELIMITASI TEKS DAN KONTEKS PERIKOP

Pemilihan teks ini sebagai suatu perikop yang khusus dan istimewa sebenarnya tidak hanya didasarkan pada suatu kesan naratif, bahwa perikop ini merupakan kisah yang istimewa dan khas Lukas. Lebih daripada itu, jika diamati dan diteliti dengan saksama teks ini menggambarkan bingkai pembahasan yang sebagaimana dikatakan dalam bagian sebelumnya bahwa yang menjadi subjek pembahasannya adalah Yesus sendiri bukan Zakheus. Dalam hal ini Lukas sesungguhnya ingin memperkenalkan kepada para pembacanya bahwa Yesus tidak hanya sekedar guru dan tabib sebagaimana ada dalam kaca mata manusiawi, melainkan Dia adalah Anak Manusia yang secara khusus mengadakan perjalanan masuk-keluar kota untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Berikut ini digambarkan peta delimitasi teks yang dimaksud:

19:1Yesus masukke kota Yerikho danberjalan terus melintasikota itu.

19:3-8Zakheus dengan pelbagai halangan-halangannya untuk menjumpai Yesus.19:9Pernyataan Yesus atas sikap Zakheus

19:10Kesimpulan oleh Yesus sendiri bahwaAnak Manusia datanguntukmencari dan menyelamatkanyang hilang.

Peta di atas hendak menunjukkan batasan teks ini. Dapat dijelaskan bahwa ayat 1 dan 10 secara tegas menggambarkan hubungan kausal bahwa Yesus dengan pelbagai perjalanannya serentak hendak memperkenalkan dirinya sebagai Anak Manusia yang datang dan mencari serta menyelamatkan yang hilang. Teks ini secara jelas membingkai Misi Yesus untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang konkretnya memang harus dilaksanakan tidak hanya dengan berdiam di suatu tempat dan berkhotbah, tetapi memang harus dilakukan dengan berjalan, mengelilingi suatu tempat, entah diterima maupun ditolak. Misi ini harus tetap dijalankan demi suatu tujuan bahwa pada akhirnya mereka yang menerima Dia tidak hanya bertobat tetapi dari sikap pertobatan itu ada juga pengakuan bahwa mereka diterima dalam lingkungan orang-orang benar. Hal inilah yang menjadi gagasan utama pengajaran Lukas dalam injilnya, yaitu agar setiap orang boleh dibenarkan Allah dan setiap orang mengenal serta mengakui bahwa Yesus adalah orang benar, Dialah Anak Allah yang menyelamatkan (bdk. Luk 1:4; 23:47).[2]Gelar Anak Manusia / Putra Manusia untuk pertama kalinya muncul dalam Luk 5:24. Di situ dipakai sebagai gambaran wibawa Yesus sebagai pengampun dosa. Dalam Luk 6:45, Yesus diberi gelar yang sama sebagai pribadi yang menata secara baru hari Sabat Yahudi. Demikian pula pada ayat ini, yaitu Yesus sendiri mengatakan bahwa Anak Manusia itu khusus untuk datang mencari dan menyelamatkan yang hilang. Anak Manusia didefinisikan sebagai tokoh penyelamat.[3]Pemahaman ini tentu agak berbeda dengan Luk 9:22, yang mana gelar itu justru diterapkan oleh Lukas pada Yesus yang direndahkan, ditolak, dan dibunuh. Demikianlah Lukas memang hendak memperkenalkan Yesus pertama-tama bukan sebagai Mesias, tetapi Putra atau Anak Manusia. Seandainya Yesus sendiri menerapkan gelar ini kepada diri-Nya sendiri, maka inilah salah satu bukti bahwa pada waktu meningkatnya oposisi terhadap diri-Nya pun Ia tidak mau rasul-rasulNya salah memahamiNya.[4]Sebagai orang-orang Yahudi, mereka mengenal gelar ini dari Perjanjian Lama. Namun, di situ Putra Manusia digambarkan sebagai pribadi yang jaya. Yesus justru mengisi gelar ini dengan paham yang baru.

1.1Konteks Dekat

Sesudah pembahasan seputar pemberitahuan ketiga tentang penderitaan Yesus, Lukas kembali mengangkat karya nyata Kristus yang terjadi di hadapan banyak orang. Dalam hal ini perikop yang mendahuluinya adalah kisah tentang Yesus yang menyembuhkan seorang buta dekat Yerikho (Luk 18:35-43). Kisah ini nampaknya memang berada pada tempat yang seharusnya, yakni mendahului kisah tentang Zakheus. Lukas sepertinya cukup teliti dalam hal penempatan kisah dan penggalian maknanya bagi pembaca. Kisah yang mendahului ini terjadi pada waktu Yesus sedang dalam perjalanan menuju ke Yerikho. Memang tidak dijelaskan apakah tujuan Yesus ke Yerikho adalah semata-mata untuk menjumpai Zakheus atau ada misi yang lain yang lebih utama. Akan tetapi secara historis kisah ini jelas menunjukkan bahwa Yesus sedang dalam perjalanan ke suatu tempat bernama Yerikho. Dan menarik bahwa sebelum Yesus tiba di Yerikho, Ia sempat juga berjumpa dengan seorang buta di dalam perjalanan itu, dan Ia pun menyembuhkannya. Dari kisah ini dapat diinformasikan oleh penginjil bahwa Yesus ternyata melakukan perjalanan misiNya tidak sendirian. Ia tidak hanya ditemani oleh para muridNya, tetapi bersama-sama dengan Dia ada juga banyak orang yang berjalan, entah mengikuti Dia, maupun yang kebetulan berada di jalan ketika Yesus melintas. Yang jelas bahwa kisah yang mendahului ini memberikan cukup makna yang menjelaskan betapa Yesus mengadakan perjalanan menuju Yerikho, tempat di mana Ia akan mengadakan mukjizat yang lebih besar lagi, tidak hanya sekedar membuat orang sembuh dari kebutaan fisik, tetapi juga sembuh dari kebutaan rohani.Berbeda dengan teks yang mendahului, teks yang sesudahnya justru ditampilkan oleh penginjil dalam rangka lebih menegaskan karya nyata Yesus di hadapan publik terlepas dari kisah pertobatan Zakheus. Dalam teks ini Lukas mengisahkan bagaimana Yesus yang berbicara di hadapan para pendengarNya dengan mengemukakan sebuah perumpamaan, yaitu perumpamaan tentang uang mina (Luk 19:11-27). Kisah ini barangkali sengaja dipaparkan oleh Lukas sebagai kisah pengunci seluruh agenda pewartaan Yesus, sebelum Ia memasuki Yerusalem. Dalam hal ini Yesus masih berada di Yerikho. Akan tetapi, sebagaimana diterangkan dalam teks ini bahwa posisi Yesus yang melakukan perjalanan ini memang sudah sangat dekat dengan Yerusalem. Dalam hal ini pewartaan mesti berlangsung terus dan efektif bagi semua pendengarnya. Perumpamaan ini berakhir dengan kalimat: setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya akan diambil (19:26). Apa saja yang dimiliki manusia harus dipakainya sedemikian rupa supaya menghasilkan buah. Berkat rahmat Yesus, kekayaan materiil Zakheus menghasilkan kasih dan keadilan (bdk. 19:8). Perubahan ini selalu menjadi tanda terjadinya penyelamatan. Hal ini cocok dengan pemikiran Lukas bahwa kekayaan dunia ini harus diubah menjadi bernilai juga secara adikodrati, juallah segala milikmu dan berilah sedekah. Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak dapat habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusak ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (12:33ss).Ada pendapat bahwa, teks yang menyusul kisah ini justru sengaja ditempatkan sesudah kisah Zakheus, sebab penginjil sendiri ingin menekankan betapa pentingnya subjek Yesus dalam keseluruhan kisah, bukan Zakheus secara individu. Justru karena Yesuslah maka Zakheus boleh mengalami penyelamatan.[5]Dan justru karena Yesus pula maka seorang buta di dekat Yerikho dapat mengalami kesembuhan. Para pendengar waktu itu dan pembaca zaman ini juga harus mengetahui hal itu. Soalnya adalah bahwa Yesus sendirilah Allah Sang Mahakasih itu dan mengakhiri perjalananNya di Yerikho, sebelum Ia memasuki Yerusalem, semua orang harus tahu bahwa Dialah orang benar itu dan bahwa kerajaan Allah harus semakin dikenal luas.[6]

1.2Konteks Jauh

Injil Lukas pada dasarnya mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah untuk Israel dan untuk seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Tuhan untuk menyiarkan Kabar Baik dari Allah kepada orang miskin. Kabar Baik ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai-bagai kebutuhan. Dalam pemaparan tekstual tampak pula suatu nada sukacita, terutama pada pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus, kemudian pada bagian penutupnya juga mengenai terangkatnya Yesus naik ke surga. Kisah tentang tumbuhnya dan tersebarnya agama Kristen setelah Yesus naik ke surga diceritakan juga oleh penginjil dalam kitab Kisah Rasul-rasul.Berikut ini susunan isi Injil Lukas, yang mana di dalamnya dapat dijumpai posisi kisah Yesus dan Zakheus sebagaimana yang dituliskan oleh penginjil[7]:Pendahuluan 1:1-4Kelahiran dan masa kanak-kanak dari Yohanes Pembaptis dan Yesus 1:5--2:52Pelayanan Yohanes Pembaptis 3:1-20Baptisan Yesus dan cobaan terhadap diri-Nya 3:21--4:13Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea 4:14--9:50Dari Galilea ke Yerusalem 9:51--19:27Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya 19:28--23:56Kebangkitan Yesus dari kematian, penampakan diri-Nya dan terangkat-Nya ke surga 24:1-53

Pada dasarnya gagasan pokok yang hendak dikemukakan oleh penginjil Lukas kepada pembacanya sedapat mungkin diuraikannya melalui susunan isi Injilnya. Selalu dapat dijumpai bahwa ada pengantar yang mengiringi pembaca masuk ke alam refleksi penginjil dan selanjutnya ditampilkan kisah naratif tentang karya Yesus yang hendak diperkenalkan, tentang kepergian Yesus ke Yerusalem dan akhirnya tentang penggenapan misi-Nya di Yerusalem. Hal yang istimewa dalam Injil Lukas ini adalah suatu kesadaran yang sangat menghargai historisitas, yakni pentingnya peranan waktu dan tempat terwujudnya tahap-tahap sejarah penyelamatan.[8]Kisah tentang Yesus dan Zakheus dalam konteks keutuhan kitab Injil ke-tiga dapat dijumpai dalam bagian pewartaan tentang karya Yesus di hadapan umum. Pewartaan tentang karya Yesus di hadapan umum ini oleh Lukas dibagi dalam tiga divisi, yakni aksi Yesus di Galilea (4:31-9:50), kepergian Yesus ke Yerusalem (9:51-19:28), sebagai bagian yang paling orisinil dalam Injil Lukas, dan susunan laporan tentang penggenapan karya penyelamatan di Yerusalem (19:29-24:53). Berdasarkan pembagian divisi ini, maka sejelasnya tentang kisah Yesus dan Zakheus berada pada divisi yang kedua, yaitu yang membahas tentang kepergian Yesus ke Yerusalem (9:51-19:28). Bahan pemaparan Lukas dalam divisi ini cukup banyak juga dapat dijumpai paralelnya pada dua Injil sinoptik lainnya. Tetapi penting dicamkan bahwa bagi Lukas, seluruh bagian dalam pewartaannya disusun dalam kerangka sebuah perjalanan dan hal inilah yang justru menjadi sebuah orisinalitas teknik penulisan Lukas. Kisah tentang Yesus dan Zakheus merupakan sebuah kisah yang khas Lukas. Hal ini disebabkan oleh tidak dijumpainya teks pembahasan serupa baik dalam injil sinoptik lainnya maupun juga dalam injil Yohanes.Perjalanan Yesus menuju Yerusalem memasuki tahap terakhir. Beberapa ayat sebelum kisah ini, Lukas mencatat bahwa Yesus memanggil keduabelas rasul, lalu berkata kepada mereka, sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain, diolok-olok, dihina dan diludahi. Mereka akan mencambuk dan membunuh Dia (18:31). Yesus siap memasuki Yerusalem untuk mati di situ, biarpun murid-muridNya tetap tidak mampu memahamiNya. Dalam konteks dramatis ini, terjadilah dua peristiwa, yaitu penyembuhan seorang tunanetra dekat Yerikho (18:35-43) dan pertobatan Zakheus. Kedua peristiwa ini bukan hanya tindakan belas kasihan Yesus belaka, melainkan lebih-lebih tindakan kenabianNya. Yesus tahu bahwa bahasa manusiawi sangat terbatas, sehingga tidak dapat mengungkapkan sejumlah kenyataan spiritual. Maka, daripada berbicara terus, sekali-kali Yesus melakukan tindakan. Ia berharap bahwa tindakan itu akan dapat menyatakan realitas spiritual dengan lebih tajam. Jadi, tindakan-tindakan Yesus pun harus diartikan sebagai suatu ajaran, walaupun pada dasarnya ajaran itu ditujukan oleh Yesus kepada rakyat jelata.Kisah tentang Zakheus merupakan ajaran luar biasa tentang kerahiman Allah, tentang peranan pendosa dalam rencana Allah dan tentang dimensi misterius yang terbuka terhadap setiap keluarga yang membuka pintunya bagi Kristus. Waktu mendekati kota Yerikho, seorang buta menyapa Yesus sebagai Anak Daud. Yesus menyembuhkannya. Si buta itu akhirnya bergabung dengan kelompok pengikut Yesus, sedangkan khalayak memuliakan Alllah yang melakukan mukjizat itu di tengah-tengah mereka. Dan orang pertama yang menangkap maknanya terdalam ialah seorang kepala pemungut cukai.Akan tetapi kisah ini bukan sebuah laporan, melainkan teologi, artinya tulisan yang dibuat demi perkembangan dan peneguhan iman pembaca. Pelaku utamanya juga bukan Zakheus melainkan Yesus yang datang untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang. Penginjil hendak meyakinkan para pembaca bahwa Allah itu penuh kerahiman. Ia selalu memberi dengan cuma-cuma. Tetapi agar Zakheus sungguh-sungguh selamat, diperlukan bantuan Yesus. Penerimaan Zakheus terhadap Yesus menunjukkan betapa ia sendiri merasa miskin di dalam dirinya dan karena itulah ia mencari Yesus. Dalam kisah ini menarik bahwa, Lukas berusaha untuk menampilkan Yesus yang selalu hidup dalam hati orang-orang yang mencari Dia.

2.STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEKSPada dasarnya teks ini dapat dibagi dalam tiga susunan besar[9], yaitu:19:1-2Para pelaku kisah ini diperkenalkan: Yesus dan Zakheus19:3-8Penantian Zakheus dan halangan-halangannya:Ay.4: Naik pohon untuk melihat Yesus;Ay.5: Ucapan utama Yesus, Hari ini..;Ay.6-7: Tindakan turun dari pohon untuk menyambut Yesus;Ay.8: Keputusan Zakheus yang mengatasi semua rintangan;19:9-10Anak Manusia dan Anak Abraham

Ada pendapat dari ekseget lain yaitu E.E. Ellis, ia mengemukakan pandangan yang berbeda tentang struktur yang sekaligus menggambarkan isi teks yang dibahas ini[10]. Ellis melihat bahwa struktur kisah ini dapat ditentukan dengan singkat namun jelas. Ia membaginya dalam beberapa bagian:19:1-4Introduksi19:5-7 Perjumpaan19:8-9 Perubahan dalam diri Zakheus19:10 KonklusiKendati ada beragam pandangan mengenai struktur teks ini, akan tetapi dapat dijumpai keserupaan di dalamnya bahwa pada intinya kedua model struktur yang ditampilkan ini hendak menjelaskan satu hal saja, yaitu bahwa dalam penampilan teks ini yang menjadi tujuan utama pengajaran bukanlah tentang Zakheus melainkan Yesus. Yesus adalah inti pewartaan yang dipaparkan oleh Lukas lewat kisah ini. Baik Stefan Leks maupun Ellis sepakat bahwa kisah ini berusaha menampilkan Yesus sejak awalnya hingga pada akhirnya teks ini dikisahkan.Secara keseluruhan penginjil menyusunnya serta memberikan komposisi yang memadai untuk memaknai kisah yang ada. Introduksi oleh Lukas ditampilkan dengan cukup akurat, yakni dengan memberikan situasi geografis pada masa itu. Di samping itu penginjil juga menghadirkan para tokoh protagonis dan konteks sosial yang terdekat. Keseluruhan badan kisah ini seakan dibingkai dengan pelbagai masukan kontekstual. Yesus dalam hal ini berdiri tidak hanya sebagai tokoh sentral yang ditunggu-tunggu oleh Zakheus dan serentak dipandang heran oleh orang banyak, tetapi juga berdiri sebagai seorang tamu yang menjadi tuan rumah hal penyelamatan. Kesimpulan kisah ini dengan sangat cermat dilukiskan oleh penginjil sebuah generalisasi yang sangat penting dari peristiwa yang dialami oleh Zakheus ini, bahwa Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.

3.ANALISA KOMPREHENSIF ATASTEKS DENGAN PELBAGAI METODEDAN PENDEKATAN

3.1Metode Historis KritisMetode historis-kritis adalah sebuah metode yang sangat diperlukan bagi studi ilmiah atas makna teks-teks kuno. Kitab Suci, sejauh merupakan Sabda Allah dalam bahasa manusia, disusun oleh para pengarang manusia dalam semua bagiannya dan dalam semua sumber-sumber yang ada di belakangnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemahaman yang tepat, penggunaan metode ini tidak hanya dimungkinkan, tetapi sebenarnya sangat diperlukan.Berhadapan dengan metode ini maka kisah Yesus dengan Zakheus ini diperhadapkan sungguh-sungguh pada suatu analisis historis seputar rentang ruang dan waktu kisah ini berlangsung dalam pemikiran penginjil Lukas dan kemudian diaplikasikannya dalam kitab Injil. Awal teks ini yakni 19:1 mengemukakan tentang peran Yesus, Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Lingkup waktu terjadinya kisah ini dapat ditelusuri ketika Yesus mengadakan perjalanan ke Yerusalem, sebagaimana perkataanNya sendiri pada 18:31. Yerusalem adalah kota tujuanNya, kendati secara detail waktu yang digunakan tidak dieksplisitkan oleh penginjil. Kota Yerikho memang telah cukup dikenal dalam perkembangan tanah Palestina di zaman Yesus. Kota ini sudah disebut dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang berlaku sebagai sesama bagi orang yang diserang perampok (bdk. Luk 10:30-37). Nama kota ini searti dengan kota pohon-pohon kurma (bdk. 2Taw 28:15). Ini bukan kota Yerikho yang dikenal dari Perjanjian Lama, melainkan sebuah kota modern yang didirikanoleh Raja Herodes Agung di ujung barat Lembah Yordan. Teks yang mendahului kisah Yesus dengan Zakheus ini mengatakan bahwaYesus hampir tiba di Yerikho(sudah dekat kota Yerikho). Para ekseget modern menerjemahkan ungkapan ini dengan metode historis-kritis, yaitu berusaha meneliti jarak tersebut pada tempat yang sebenarnya pada waktu itu, dan kemudian disejajarkan dengan arah tujuan Yesus, yakni Yerusalem.Yerikho berada sekitar 15 mil dari Yerusalem, dan berdasarkan kisah Lukas ini, Yesus sebenarnya masuk ke kota Yerikho bukan untuk menginap atau lebih lagi menetap. Sebaliknya, Yerikho hanya sebagai tempat di mana Yesus memang harus melaluinya untuk mencapai tujuanNya, yaitu Yerusalem.[11]Menarik dalam kisah ini Lukas memperkenalkan dua tokoh utama, yaitu Yesus dan Zakheus, si pemungut cukai[12]yang akhirnya bertobat. Yesus ditempatkan oleh Lukas sebagai sosok Tuhan yang dicari begitu banyak orang untuk menyaksikan hal-hal yang luar biasa. Dalam Luk 19:1-10, ketertarikan sedemikian banyak orang terhadap Yesus, seakan memuncak, sebab mereka telah menyaksikan mukjizat yang luar biasa ketika Yesus sudah dekat Yerikho, Ia sempat menyembuhkan mata seorang yang buta, yang memanggilnya di tepi jalan. Ketakjuban sedemikian banyak orang ini rupanya juga yang mempengaruhi Zakheus untuk melihat, mengenal dan mencari tahu lebih banyak lagi siapakah orang yang begitu dikagumi oleh masyarakat di wilayahnya itu. Menarik dalam kisah ini adalah bahwa Lukas berusaha untuk menerangkan sedetail mungkin tokoh-tokoh sentral yang ada. Dalam hal ini Lukas memperkenalkan Zakheus, tidak hanya menyebutnya sebagai seorang pemungut cukai, tetapi secara jelas menyebutkan namanya. Menurut para ekseget, nama ini adalah bentuk Yunani dari nama Zakkay dalam bahasa Ibrani; artinya bersih, tidak bersalah, dan biasanya dipakai sejajar dengan saddiq (=benar). Zakheus ini jelas orang Yahudi, dan hal ini penting dalam kisah ini (ay.9). apakah lewat penyebutan nama orang itu, Lukas sepertinya sedikit melucu? Sebab memang aneh bahwa seorang kepala pemungut cukai bernama si bersih. Seandainya bukan itu maksud Lukas, tampaknya para penduduk kota Yerikho bersikap demikian; menurut mereka Zakheus pantas menerima satu jenis perlakuan saja, yaitu dikucilkan.Sebagai seorang kepala pemungut cukai, Zakheus tergantung langsung dari Roma. Ia rupanya satu-satunya wakil Roma resmi yang berhak menagih bea cukai di wilayah Yerikho terhadap orang-orang yang datang dari Perea untuk memasuki wilayah Yudea. Para pemungut cukai, sebagaimana halnya Zakheus, disebut oleh Lukas juga sehubungan dengan kegiatan Yohanes Pembaptis. Mereka datang kepadanya sambil bertanya apa yang harus mereka lakukan. Yohanes menjawab: jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu (3:13). Yohanes tidak mempertanyakan keabsahan profesi mereka, tidak juga metode kerja mereka (entahkah dilakukan dengan kekerasan, ancaman atau tekanan). Selanjutnya Lukas menyebut mereka juga dalam 7:29, seluruh orang banyak yang mendengar perkataanNya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes.Para pemungut cukai seringkali disamakan dengan para pendosa (15:1). Orang Kristen yang menolak teguran saudaranya, disamakan dalam Injil dengan orang kafir atau pemungut cukai (18:17), artinya harus dikucilkan, sehingga tidak dapat menerima berkat Allah. Dalam hal ini bangsa Yahudi yakin bahwa para pemungut cukai melakukan pekerjaan yang sungguh-sungguh kafir. Sebab mereka tergantung sepenuhnya dari penjajah yang kafir itu. karena itu mereka tidak boleh bertindak sebagai saksi di pengadilan Yahudi dan kemungkinan mereka bertobat sangat diragukan. Karena dikucilkan oleh masyarakat maka para pemungut cukai ini cenderung menutup diri dan mengandalkan diri mereka sendiri. Bergaul dengan mereka dianggap sama jahatnya dengan bekerja sebagai pemungut cukai.

3.2Metode Analisis LitererMembaca dan mendalami teks ini, sangat disadari bahwa tidak ada metode ilmiah yang sungguh memadai bagi studi Alkitab untuk memahami teks beserta kekayaannya. Kendati dengan segala keabsahannya sebagai suatu metode, metode historis-kritis di atas tidak dapat mengklaim diri sebagai suatu metode yang paling memadai berkenaan dengan hal ini. terang saja bahwa metode ini masih menyisakan banyak aspek dari teks yang dikajinya. Tidak mengejutkan bahwa pada saat ini berbagai metode dan pendekatan lain diusulkan sebagai usaha untuk menyelidiki secara lebih mendalam aspek-aspek lain yang juga pantas diberi perhatian. Pada bagian ini, penulis akan mencoba memperhadapkan teks ini dengan kajian analisis-literer yang lebih khusus memperhatikan analisis retoris, naratif dan semiotik yang berkembang dalam penuturan kisah oleh penginjil.Kisah Yesus dan Zakheus ini merupakan kisah yang khas Lukas. Dalam bahasa eksegetis lebih dikenal dengan prinsip teks simpleks. Lukas dengan khasnya membahas kisah ini. Penginjil berusaha sedemikian rupa untuk meyakinkan pembaca tentang pengalaman Yesus ketika memasuki kota Yerikho dan berjumpa dengan tokoh Zakheus yang akhirnya menjadistarting pointuntuk memperkenalkan penyelamatan ilahi dalam bentuk pertobatan manusiawi. Bahasa yang dipakai Lukas untuk mengungkapkan kisah ini sangat meyakinkan. Dalam kisah ini dengan mudah pembaca dapat menjumpai gaya khas yang agak sering dipakai oleh Lukas dalam karya tulisnya. Dalam 19:1 dikatakan bahwa Yesus berjalan terus melintasi kota itu. Kata melintasi sering dipakai oleh Lukas dalam Injilnya (bdk. 2:15, 35; 4:30;5:15;8:22;9:6;11:24;17:11) maupun juga dalam Kisah Para Rasul. Penting maknanya bagi Lukas untuk menggunakan istilah ini. Sebab justru istilah ini mau mengatakan bahwa Yesus adalah tokoh yang aktif, tidak pasif.Selanjutnya, Zakheus dilukiskan secara mendetail bahkan sampai kondisi fisiknya sekalipun (19:3).Dalam bahasa Yunani:, istilah ini secara jelas menunjuk pada suatu fakta bentuk tubuh yang entah kecil atau juga pendek. Oleh Lukas gaya pengungkapan seperti ini sebenarnya tidak bermaksud untuk mematikan imajinasi pembaca seputar tokoh yang ditampilkannya, melainkan justru Lukas berusaha untuk membukanya seluas-luasnya agar pembaca dapat dengan bebas memahami dan menginterpretasi sosok pelaku yang digambarkan oleh Lukas.[13]Dalam hal ini ukuran postur maupun bentuk tubuh secara fisik, sebenarnya tidak hanya itu yang dimaksudkan oleh Lukas. Tetapi hal yang lebih mendasar adalah berkaitan dengan cerminan postur iman yang dimaksud. Istilah badannya pendek secara implisit juga dapat menunjuk pada sisi rohani tokoh yang dimaksud. Hal ini dapat ditarik sebuah garis penjelasan, yakni sejak Lukas berusaha untuk menjelaskan siapakah Zakheus itu pada awal kisahnya. Hal ini tentu mau mengajak pembaca modern untuk menginterpretasinya lebih mendalam bahwa justru orang yang pendek rohaninya, imannya dan pengetahuannya akan Tuhan, seyogyanya berusaha mencari Tuhan. Kendati segalanya telah dimiliki, tetapi harta yang lebih berharga dan lebih menenangkan adalah kehadiran Tuhan sendiri.[14]Tidak hanya itu saja, pengungkapan yang khas juga dapat dijumpai dari penggambaran tentang sikap dan perilaku Zakheus selanjutnya. Ia berlari, memanjat pohon ara hingga kemudian dilihat oleh Yesus. Setelah disuruh turun, maka ia segera turun dari atas pohon dan menerima Yesus (19:4-6). Niat yang baik mendorong Zakheus untuk melakukan hal yang tidak lazim: ia berlari dan tidak peduli akan reaksi para penonton di sekitarnya. Katasykomoreasebenarnya lebih dekat artinya dengan pohon kurma, bukan pohon ara. Memang dalam Alkitab terjemahan LAI, sudah disebut pohon ara, padahal dalam versi American Standart dan English Version lebih jelas digunakan istilahsycamore. Menurut para ahli istilah ilmiahnya:ficus sycomoris(bhs. Latin). Pohon jenis ini memang biasanya bertumbuh lebih tinggi dan mempunyai cabang-cabang pada bagian bawahnya sehingga mudah dipanjat. Zakheus memang sudah berlari dan memanjat pohon. Tetapi hal yang luar biasa yang diangkat Lukas adalah bahwa justru bukan Zakheus yang menyapa Yesus, tetapi Yesuslah yang memprakarsai kelanjutannya. Inilah teknik naratif yang luar biasa yang diangkat oleh Lukas demi mengalihkan perhatian pembaca kepada sosok Yesus yang hampir saja terlupakan atau menjadi kabur dengan perkenalan identitas dan gerak-gerik Zakheus. Yesus harus tetap menempati posisi sentral pewartaan. Dalam sikap ini Yesus ditampilkan seperti pangeran yang menjadikan dirinya pengemis. Ia akan meminta supaya Zakheus turun dan sudi menerimaNya di rumahnya sambil menghidangkan makanan juga. Lukas memperkenalkan Yesus yang rendah hati, tidak menunggu Zakheus yang datang kepadaNya dengan berlutut dan memohon berkat pengampunan dari padaNya. Justru Dialah yang mendekati Zakheus, bahkan mencarinya, ibarat seorang gembala yang baik. Bahkan hal yang tidak disangka oleh Zakheus, maupun juga oleh pembaca modern bahwa Yesus menyapa Zakheus dengan namanya, seakan Zakheus adalah sahabat karib Yesus. Ketika Yesus mengatakan bahwa hari ini = , Ia akan menginap di rumah Zakheus, Lukas berusaha memberikan makna yang penting bahwa soal penyelamatan tidak bisa ditunda. Keselamatan = , harus berlangsung secepatnya, selagi Yesus ada bersama-sama. Reaksi Zakheus yang bergegas turun dari pohon menggambarkan suatu reaksi yang berbeda dengan pandangan masyarakat sekitar waktu itu, yang menganggap orang seperti Zakheus kebal terhadap perintah atau pun anjuran dari pihak luar. Lukas mengubah cara pandang masyarakat dan bahkan pembaca modern yang telah sejak awal memperhatikan perkembangan historis dan tradisi bahwa orang berdosa yang berhadapan dengan Tuhan cenderung malu dan takut untuk menerima Tuhan (bdk. 7:6). Sukacita adalah ungkapan yang dipakai oleh Lukas untuk menggambarkan suasana hati Zakheus, tetapi juga suasana lingkungan pada waktu itu.[15]Setelah memperhatikan dengan saksama isi teks dan gaya pengungkapan oleh penginjil, maka jelas bahwa teks ini dapat dianalisis pada tiga tahap berbeda.1.Tahap naratif[16]Dalam teks ini pembaca dapat mempelajari bagaimana transformasi yang menggerakkan adegan dari situasi awal ke situasi akhir terjadi. Dalam perjalanan kisah, terlacak bahwa memang ada fase-fase peralihan yang dipakai oleh penginjil untuk menjalankan kisah ini semenarik mungkin. Inilah yang menarik bahwa rangkaian kisah ini baik cerita awal tentang perjalanan Yesus yang kemudian beralih ke pertobatan Zakheus, yang malahan didahului dengan identifikasi tokoh, secara logis terkait satu sama lain yang sekaligus menandai transformasi dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Dalam masing-masing fase ini, terbentuklah hubungan perang yang dimainkan oleh Yesus sebagaisalvatordan Zakheus sebagai tokoh pendukung pewartaan Yesus hingga akhirnya kisah ini menampakkan makna perubahannya.2.Tahap wacanaDi sini prosesnya telah melalui tiga operasi yang memadai. Bahwa pertama telah dijelaskan tentang gambaran tokoh, baik Yesus sebagaimana yang ditampilkan oleh penginjil maupun juga Zakheus yang cukup panjang lebar diperkenalkan lewat identifikasi penginjil. Di samping itu jelas juga sebagaimana ditampilkan dengan metode historis-kritis tentang waktu dan tempatnya. Dalam penjelasannya, Lukas sedapat mungkin mempertahankan identifikasi tokoh sebagaimana yang telah diterangkannya. Ia mengatur alur penceritaan sedemikian rupa sehingga, Yesus sebagai sentral pewartaan tidak tertutupi oleh kesan Zakheus yang bertobat, kendati kisah ini pun penting untuk disimak. Dalam hal ini jelas rupanya Lukas tidak mau asal-asalan dalam teknik pewarisan nilai kepada pembacanya. Yesus adalah tokoh yang harus dikisahkan hingga tuntas dalam keseluruhan Injil. Oleh karena itu, apapun kisah, pengalaman dan peristiwa yang terjadi, nilai yang tetap diperjuangkan berada pada sisi Yesus sendiri sebagai Sang Kebenaran sejati yang harus dikenal oleh orang Yahudi pada masa itu, dan tidak ketinggalan juga pembaca modern yang mendalami kisah ini.3.Tahap logika-semantikLukas dalam hal ini berhasil menampilkan kisah yang menghantar orang pada kekaguman terhadap Zakheus. Ia adalah tokoh yang secara tegas telah diperkenalkan sebagaimana kaca mata tradisi yang berkembang pada masa itu. Bahkan ada semacam keyakinan bahwa Zakheus tidak mungkin dapat bertobat, mengingat profesinya yang menguntungkan dirinya dan juga bangsa penjajah yang dianutnya. Akan tetapi Yesus sebagai tokoh Yahudi juga diperhadapkan dengan situasi Zakheus di lingkungan orang Yahudi pada umumnya. Yesus justru tampil sebagaimana orang yang sudah sangat dekat dengan Zakheus. Demikian pula sebaliknya. Barangkali kontradiksi ini berkembang dalam pemikiran orang-orang pada zaman itu, tetapi juga para pembaca modern. Di sinilah teknik semiotik diangkat oleh Lukas agar makna yang hendak dikemukakan sungguh-sungguh dapat digali dan murni tampaknya. Dengan tahap ini teks justru menampakkan logika yang mengatur artikulasi-artikulasi dasar aliran naratif dan figuratif dari teks. Jika pembaca memilah-milah teks ini akan tampak bahwa kisah Yesus yang mengadakan perjalanan ke Yerusalem seakan beralih ke kisah karyanya di Yerikho. Peralihan ini sejenak melupakan pengalaman penderitaan sebagaimana yang telah dikemukakan Yesus pada 18:31-34. Justru dalam kisah ini bukan penderitaan, kecemasan dan ketakutan yang ditampakkan, melainkan sukacita karena terjadi penyelamatan kepada sesama anak Abraham oleh Anak Manusia (bdk. 19:9-10).[17]

3.3Pendekatan Tradisi[18]Berhadapan dengan pelbagai metode yang ada, penting juga untuk disadari bahwa Alkitab bukanlah kumpulan teks yang tidak berhubungan satu sama lain. Alkitab adalah kumpulan kesaksian yang merupakan satu kesatuan menyeluruh dari suatu tradisi yang besar. Demikianlah agar analisa komprehensif ini lebih menonjolkan makna aslinya terhadap objek studinya maka eksegese alkitabiah terhadap teks ini juga perlu diperdalam dengan pendekatan tradisi.Sebagaimana yang telah dibahas dalam konteks perikop ini, dikatakan bahwa perikop ini merupakan salah satu bagian yang hendak menonjolkan tentang karya Yesus, dalam hal ini berkaitan dengan kepergiannya ke Yerusalem. Oleh para ekseget, bagian ini dipandang sebagai bagian yang orisinil Lukas. Memang dalam keseluruhan Injilnya, terdapat cukup banyak bahan yang juga dapat dijumpai tema serupa dalam Injil Markus. Dapat dikatakan bahwa secara umum memang Lukas mengambil Markus Injil tertua sebagai sumbernya juga. Yang istimewa dalam bagian ini adalah bahwa tema perjalanan Yesus menuju Yerusalem, seluruh bahannya murni disusun oleh Lukas saja, artinya tidak dijumpai tema serupa dengan kisah-kisah khasnya baik dalam Injil Markus maupun juga dalam sumber Matius. Barangkali di sinilah letaknya berdasarkan tradisi penulisannya bahwa Lukas memang mempunyai sumber tersendiri yang otentik untuk merangkai sebuah tema perjalana dengan teknik penulisan yang juga khas.[19]Bagian kedua tentang karya Yesus dibuka dengan sebuah kalimat meriah yang langsung mengacu pada peristiwa Paskah yang penggenapannya sudah dekat (9:51). Yesus menuju Yerusalem, kota suci, tempat karya penyelamatan harus digenapi. Dalam seluruh bagian ini Lukas menonjolkan ajaran Yesus mengenai misteriNya sebagai Mesias. Yesus berbicara kepada segenap Israel dan berkonfrontasi keras dengan kaum Farisi dan para ahli kitab (11:37-52). Ia beseru supaya bangsaNya bertobat (12:51-13:9) walaupun sudah tahu bahwa akan ditolak (13:23-35; 14:16-24). Tetapi, secara khusus Yesus berbicara kepada para muridNya tentang misi mereka (9:52-10:20), tentang perlunya berdoa (11:1-13), dan menyangkal diri (12:22-34, 51-53; 14:26-33; 16:1-13; 18:28-30). Sebagian pengajaran Yesus dalam bagian yang panjang ini mengacu kepada masa mendatang ketika Yesus tidak akan ada lagi bersama dengan para muridNya. Pada masa itu murid-muridNya harus memohon Roh Kudus (11:13), mengakui Yesus di hadapan manusia (12:1-12), menantikan kedatangannya kembali serta berperhatian khusus terhadap komunitasnya sendiri (12:41-48). Menurut tradisi penulisannya, dalam 18:15 Lukas bergabung kembali dengan cerita yang kuat dugaan bersumber dari Injil Matius tua (19:15) dan Markus (10:13). Namun kendati Lukas merangkaikannya dengan sumber-sumber ini, Lukas rupanya tidak mau memberikan kesan bahwa karyanya ini hanya merupakan kutipan atau salinan dari sumber lain saja. Lukas memberikan kisahnya sendiri yang barangkali diperolehnya berdasarkan tradisi lisan yang berkembang pada zamannya, antara lain berkaitan dengan kisah Yesus dan Zakheus ini (19:1-10), selanjutnya tentang perumpamaan uang mina yang juga masih meliputi kisah di sekitar Yerikho. Dalam injil Lukas, perumpamaan ini akan menjadi kemudian sebab terjadinya konfrontasi yang tragis antara Yesus dengan Yerusalem, tempat tujuanNya sejak awal kisah perjalananNya.[20]Berdasarkan pendekatan ini, tidak hanya keseluruhan Injil, tetapi secara eksklusif mengenai perikop-perikop yang khas Lukas, tampak bahwa Lukas sengaja memanfaatkan banyak bahan yang sudah ada dalam Injil Matius dan Markus. Dan untuk memperkaya kisah penceritaannya, Lukas juga menambahkan cukup banyak bahan khusus yang tidak di jumpai di dalam Injil lain. Bahan yang khusus itulah yang terutama tampak dalam beberapa kisah tidak hanya cerita tentang Yesus dan Zakheus di Yerikho (19:1-10), tetapi juga tentang masa kanak-kanak Yesus (1-2), pelbagai kisah mukjizat (7:1-17; 13:10-17; 14:1-6; 17:12-19), dalam pelbagai kisah pertobatan (7:36-50; 23:40-43, di samping tentang Zakheus), dan dalam kisah-kisah tentang penampakan Yesus yang bangkit (24:12-35; 36-53). Kalaupun ditemukan kemudian bahwa ada persamaan dengan kisah-kisah pada bagian injil sinoptik yang lain, maka para ahli berpendapat bahwa hal tersebut mungkin saja terjadi karena adanya tradisi pra-injil yang demikian. Sehubungan dengan hal tersebut, harus dikatakan bahwa Lukas berhasil mengolahnya dengan sangat khas. Ia berusaha menyusun sebuah susunan narasi yang teratur dan terstruktur dengan terencana dan rapi. Seperti halnya kisah tentang Zakheus ini. Tampak bahwa rupanya Lukas tidak mau memberi kesan bahwa kisah ini hanya merupakan tempelan belaka, melainkan kisah ini justru bagi Lukas merupakan bagian integral dari perjalanan Yesus yang tidak hanya semata-mata menuju penderitaan di Yerusalem, tetapi justru dalam perjalanan itu, Yesus tampil sebagai seorang penyelamat yang kendati bersiap menghadapi kematian, Ia tetap setia dengan misiNya, yaitu menyelamatkan domba yang tersesat. Keteraturan inilah yang sangat terasa berbeda jika tulisan Lukas ini diperhadapkan dengan karya Matius dan Markus.Bersentuhan dengan pendekatan ini, teks tentang Yesus dan Zakheus juga menghantar pembaca pada suatu pola pendekatan seturut kehidupan tradisi Yahudi. Banyak sekali terjemahan Yunani yang dipakai oleh Lukas dalam menerangkan peristilahan di dalamnya (bdk. Ulasan tentang metode analisis literer). Kosa kata yang dipakai Lukas bervariasi dan kaya dalam keseluruhan tulisan ini. Bahasa Yunani yang dipilih dan dipakai jauh lebih bermutu. Kendati demikian, sambil memanfaatkan tradisi penafsiran Yahudi, Lukas sering memakai peristilahan semitisme, yaitu gaya bahasa Yahudi. Hal ini terutama jelas dari ucapan-ucapan Yesus. Salah satu contoh yang dapat ditampilkan di sini, misalnya: pada ayat 5 Yesus meminta, Zakheus segeralah turun sebab padahari iniAku harus menumpang di rumahmu. Ungkapan ini secara khas menggunakan istilah Yunani:, yangyang lebih berarti bergegas dan mempunyai tekanan tidak hanya sebatas permohonan biasa. Selanjutnya pada ayat 9, ketika Yesus beribicara bahwa pada hari ini telah terjadi keselamatan di rumah ini, Lukas menggunakan istilah Yunani yang menunjuk pada keselamatan dan yang secara tegas menunjuk kemendesakan pelaksanaannya atau kejadiannya pada hari ini.Demikianlah kiranya Lukas memberikan keistimewaan yang begitu kaya terhadap teks ini. Tidak hanya karena ia mengutip cukup banyak ungkapan dalam septuaginta, tetapi karena ia memang berniat untuk menonjolkan tokoh Yesus yang sebenarnya bersandingan dengan pandangan tradisi Yahudi yang berkembang pada zamannya. Dengan hal ini tampak bahwa sejarah pengaruh teks (wirkungsgeschichte) sangat kental dalam kisah ini secara khusus dan kisah-kisah lain yang orisinil Lukas. Kehadiran teks ini dalam tema perjalanan Yesus menuju Yerusalem dan bahkan dalam keseluruhan Injil Lukas menciptakan dinamikanya sendiri, karena teks ini secara jelas menjalankan suatu pengaruh dan membangkitkan reaksi. Lukas berniat untuk memberikan corak naratif yang kental agar dari padanya dapat melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang sungguh-sungguh menggali konteks sosial pembaca, melahirkan seleksi pribadi, penafsiran hingga pada akhirnya menciptakan pertobatan dalam diri pembaca yang mendalami teks yang terilhami ini.

3.4Pendekatan Ilmu-ilmu HumanioraJika kisah ini diperhadapkan dengan pendekatan pelbagai ilmu humaniora seperti sosiologi, antropologi budaya dan bahkan psikologi dan psikoanalisis, akan dijumpai bahwa teks yang ditampilkan Lukas ini berusaha untuk sungguh-sungguh mengkomunikasikan dirinya sebagai sabda Allah yang berakar dalam kehidupan komunitas manusia (bdk. Sir 24:12) dan melalui disposisi psikologis dari berbagai macam pribadi yang menyusun kisah ini.Dalam kisah ini, Lukas secara eksplisi menyebut soal daerah Yerikho sebagai tempat terjadinya perjumpaan antara Yesus dan Zakheus. Di dalamnya Lukas mengisahkan bahwa perjumpaan antara Yesus dengan Zakheus tidaklah terjadi secara individual saja. Ada di sana cukup banyak orang yang juga terlibat. Menarik dalam penceritaan Lukas bahwa ternyata secara sosiologis upaya pertobatan seseorang tidak dapat secara mulus terjadi. Artinya ada pertobatan yang memang secarade factodande yuredidukung dan disepakati oleh lingkungan sosial. Tetapi ada juga yang tidak mendukung hal itu, bahkan ada yang sama sekali menolak dengan terang dan tegas. Kisah tentang Zakheus ini memberikan gambarannya, bahwa kendati Zakheus telah merasakan bahwa dirinya bisa bertobat, bahwa ia dapat menyerahkan hartanya sekalipun untuk menebus kesalahannya, akan tetapi stigma yang telah melekat pada dirinya sebagai seorang pemungut cukai yang akrab dengan tindakan pemerasan, tidak bisa hilang dari padanya. Bahkan orang-orang pada zamannya lebih mudah mencibirkan bibirnya terhadap dia ketika tindakan pertobatan itu seakan dipromulgasikan di hadapan umum.[21]Akan tetapi oleh Lukas gaya seperti ini yang mengagung-agungkan tradisi yang berkembang pada waktu itu, tidak dapat diberlakukan lagi. Justru pendekatan antropologis dan psikologis dalam hal ini amat dibutuhkan. Lukas menampilkan sosok Yesus yang lebih manusiawi untuk mendekati manusia, kendati ia adalah orang yang telah disingkirkan dalam relasi sosial. Memang tidak mudah untuk mengolah situasi ini. Ia menerima yang ditolak.Pemungut cukai adalah orang Yahudi yang bekerja pada pemerintah Roma. Oleh karena itu mereka dianggap sebagai pengkhianat oleh orang-orang sebangsanya. Zakheus adalah salah satu dari mereka. Tidak heran bila ia termasuk orang yang ditolak oleh kebanyakan orang. Apalagi sudah menjadi rahasia umum bila sebagai pemungut cukai, ia memperkaya diri dengan memeras bangsanya sendiri atau dengan menggelapkan cukai. Tetapi oleh gaya Lukas, Yesus menyatakan mau menumpang di rumahnya (5). Tentu saja sikap Yesus ini membuat orang banyak bersungut (7). Bagi mereka, kesediaan Yesus menumpang di rumah Zakheus adalah ungkapan penerimaan, sementara mereka menganggap Zakheus tidak pantas menerimanya. Padahal tindakan Yesus menunjukkan hal yang lebih dahsyat. Dengan bersedia menumpang di rumah Zakheus, Yesus sesungguhnya sedang menyatakan bahwa anugerah Allah berlaku juga atas orang yang banyak dosa dan dibuang oleh sesamanya. Itu sebabnya Ia datang ke dunia, yaitu untuk mencari dan menyelamatkan yang sesat (10). Inilah yang sekaligus mengubah tatanan sosial dan sekaligus juga pola pikir yang berkembang dalam situasi masyarakat. Zakheus pun bersukacita menerima Yesus (6). Pertemuan dengan Yesus membuat ia sadar bahwa hidupnya perlu diubah. Sebagai respons dari penyambutan Yesus atas dirinya, ia memberikan setengah dari hartanya untuk dikembalikan pada orang miskin dan ganti rugi empat kali lipat pada orang-orang yang telah diperasnya (8).[22]Itulah bukti pertobatannya! Itulah bukti bahwa anugerah Allah telah mengubah hidupnya. Iman dan bukti pertobatan tersebut adalah tanda bahwa ia orang beriman, anak Abraham (9).

3.5Pendekatan Kontekstual[23]Setelah berusaha untuk mengkaji teks ini dari pelbagai macam sudut pandang, tampak bahwa penelusuran ini memang tidak bermaksud sama sekali untuk mengubah struktur nilai maupun pesan yang terkandung. Sebaliknya, penelusuran ini justru dipakai dalam rangka saling melengkapi dan memperkaya makna yang terkandung di dalamnya. Tafsiran atas suatu teks selalu bergantung pada gaya berpikir dan keprihatinan pembacanya. Pembaca memberikan perhatian khusus pada aspek tertentu dan bahkan tanpa menyadarinya, mengabaikan aspek yang lain. Oleh karena itu, tidak bisa dihindarkan bahwa beberapa ekseget memasukkan ke dalam karya-karya mereka sudut pandang mereka yang baru dan responsif terhadap arus pemikiran kontemporer yang sampai saat ini belum cukup mendapat perhatian. Yang penting dalam hal ini adalah bahwa mereka melakukan hal itu secara kritis.[24]Teks yang mengisahkan tentang Yesus dan Zakheus ini sebenarnya memberikan pengalaman teologi yang sangat kaya. Teologi yang berkembang di dalamnya memang bukan teologi baru, tetapi setidaknya amat penting untuk menghantar orang pada suatu pemikiran bahwa tidak ada yang mustahil untuk diubah jika rahmat Allah telah bekerja dan menentukan arah serta sasarannya. Dalam konteks ini ungkapan yang penting adalah pada 19:9-10, yakni ketika Yesus berusaha memberikan isi terhadap perubahan yang dialami oleh Zakheus. Sesungguhnya Yesus tidak berbicara kepada Zakheus secara individu, tetapi lebih-lebih mengenai Zakheus. Kata-kataNya ditujukan justru lebih luas lagi kepada masyarakat luas, sehingga ada komentator yang berpendapat bahwa aslinya Yesus mengucapkan kata-kata ini justru sebelum mampir ke rumah Zakheus.Perihal keselamatan yang telah terjadi kepada seisi rumah Zakheus hendak menggambarkan bahwa Yesus ingin memperdamaikan kembali komunitas Israel, sambil menyatakan bahwa Zakheus pun adalah pewaris sah Perjanjian. Dalam rangka itu, Yesus sekaligus menolak pendapat para rabi yang yakin bahwa pendosa-pendosa tertentu tidak boleh mengharapkan keselamatan. Keselamatan searti dengan adanya relasi antara manusia dengan Allah. Ungkapanseisi rumah inimemang terkesan kontras dengan pandangan masyarakat setempat. Akan tetapi berkat kehadiran Yesus, rumah Zakheus justru seakan menjadi gereja, tempat diadakannya liturgi kerahiman dan ritus persekutuan.[25]Zakheus membuka pertemuan itu dengan semacam pengakuan dosa. Ia tampil dengan percaya diri, tanpa merasa canggung, duduk di ruang makan bersama dengan Yesus. Zakheus memang bukananak Abrahamsecara jasmani, melainkan dalam arti spiritual, artinya termasuk juga umat pilihan Allah yang berhak atas warisan keselamatan. Biarpun akibat perkerjaannya ia dipandang pendosa, namun karena ia bermurah hati maka ia layak tergolong keluarga Abraham, Bapa kaum beriman. Yesus menerima dan meneguhkan hal ini. Bahkan sikap Yesus dan penampilanNya, oleh Lukas semakin diperjelas lagi dengan mengatakan bahwa Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Lukas sesungguhnya menggambarkan Yesus yang bukan hanya sebagai utusan Allah untuk memberitakan Kerajaan Allah (4:43) ataupun menggenapkan nubuat Yesaya tentang penghiburan (4:18ss), melainkan juga sebagai sosok gembala yang baik, sesuai dengan nubuat Yehezkiel, yang hilang akan Kucari, yang sakita akan Kukuatkan(34:16). Nubuat inilah yang kiranya semakin dilengkapi dan ditambahkan oleh Lukas dengan katamenyelamatkan.

4.REFLEKSI TEOLOGIS DAN APLIKASI PASTORAL

Zakheus, tentu sudah mendengar tentang Yesus, dimana terlihat dari keinginannya untuk melihat Yesus. Dia sudah mendengar, bagaimana Yesus sudah menyembuhkan begitu banyak orang dari berbagai macam penyakit, juga membuat begitu banyak mukjijat. Dia juga mungkin sudah mendengar, bagaimana Yesus tidak pernah menolak seorangpun untuk datang kepada-Nya, juga termasuk pendosa. Namun karena keterbatasannya, karena badannya pendek, dan juga ada begitu banyak orang, maka kita dia tidak dapat melihat Yesus. Luk 19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.Karena Zakheus sudah berusaha dengan segala keterbatasannya, dia akhirnya dapat berjumpa dengan Yesus. Benarlah apa yang dikatakan di dalam alkitab, bahwa Dia akan membiarkan diri-Nya ditemukan oleh orang yang mencari-Nya dengan tulus hati. Dan bagaimana pertemuan Yesus dengan Zakheus? Yesuslah yang terlebih dahulu mengadakan inisiatif. Dia yang terlebih dahulu membuka pembicaan dengan Zakheus. Yang Yesus lakukan adalah:BERHENTI. Yesus berhenti di bawah pohon tempat Zakheus ada. Dia mau berhenti dimana saja, juga ditempat kita ada. Yesus berhenti setiap saat di dalam kehidupan kita, lebih-lebih pada saat kita benar-benar membutuhkan uluran kasih-Nya,MELIHAT KEATAS. Pada saat semua orang memandang rendah Zakheus, Yesus justru melihat keatas, kepada Zakheus. Pada saat mata Yesus bertemu dengan mata Zakheus, mata-Nya bukanlah mata yang benci dan menuduh, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Tatapan mata yang dipancarkan oleh Yesus adalah tatapan penuh kasih.Jangan pernah berPikir bahwa kita tidaklah pantas untuk menerima Yesus karena dosa-dosa kita. Yesus tidak pernah merendahkan kita kalau kita menyadari dosa-dosa kita. Dia akan meninggikan kita, dan membawa kita ke tempat yang seharusnya, yaitu menjadi anak-anak Allah.MEMANGGIL. Bayangkan, tidak ada orang yang memanggil Zakheus dengan namanya. Semua orang memanggil Zakheus dengan sebutan pemungut cukai. Yesuslah yang juga memanggil kita dengan nama kita masing-masing, terlebih dia juga memanggil kita dengan sebutan sahabat, karena meskipun kita adalah hamba, namun Dia menganggap kita adalah sabahat-Nya. Yang terpenting, adalah Dia memanggil kita dengan sebutan anak-anak Allah. Sebutan yang memungkinkan kita untuk memanggil Allah, sebagai Abba, Bapa.MEMINTA. Jangankan meminta untuk menjadi teman, berbicarapun orang segan kepada Zakheus. Yesus meminta kepada Zakheus untuk dapat tinggal dirumahnya. Mungkin pada saat ini, Tuhan Yesus, meminta sesuatu kepada kita. Dan mungkin juga itu adalah permintaan yang sama, yaitu untuk turun dari tempat kita, tempat di mana kita biasa berada. Tempat di mana dosa dan kebiasaan buruk harus ditanggalkan.TURUN. Ajakan Yesus terhadap Zakheus barangkali dapat menyentuh hati setiap orang beriman. Kebanyakan orang tergiur dengan prestasi dan kedudukan. Orang berusaha untuk menikmati kebahagiaan dan kesejahteraan yang menurut mereka hanya dapat dicapai dengan berada pada posisi di atas. Semua mau ditinggikan, dihormati, karena berada di tempat teratas merupakan hal yang membanggakan, dapat melihat semua orang yang ada di bawah. Tetapi apakah demikian yang dimaksudkan Yesus? Yesus meminta manusia untuk juga turun ke bawah. Berada di atas boleh saja agar juga orang dapat memandang saudaranya yang barangkali masih dalam perjuangan meraih posisi itu. Akan tetapi mempertahankan kenyamanan dengan bertahan pada posisi teratas sering lebih banyak merugikan mereka yang masih ada di bawah.TINGGAL. Yesus mau tinggal menginap di rumah Zakheus. Tuhan, pencipta langit dan bumi, mau memilih untuk tinggal di rumah Zakheus, sang pendosa, sementara orang menganggap najis untuk menginjakkan kaki di rumah sang pendosa.Yesus juga mau tinggal di hatimanusia, di kehidupan kita, di permasalahankonkret manusia.Asalkan manusia bersedia menerima, membuka diri dan bertobat.

PENUTUP

Alkitab sendiri serta sejarah penafsirannya menunjuk pada pentingnya suatu hermeneutika, yaitu suatu penafsiran yang berasal dari dan menyapa dunia kita sekarang. Keseluruhan tulisan yang terdapat baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa teks-teks tersebut merupakan hasil dari sebuah proses panjang di mana peristiwa-peristiwa dasariah secara terus-menerus mendapatkan reinterpretasi melalui hubungannya dengan kehidupan komunitas beriman. Dalam tradisi Gereja, para Bapa Gereja sebagai penafsir Kitab Suci yang pertama mempunyai anggapan bahwa eksegese mereka atas teks hanya dapat dianggap utuh bila telah menemukan makna yang relevan bagi kondisi umat Kristiani pada masa itu. Eksegese dapat disebut sungguh-sungguh setia terhadap tujuan sebenarnya dari teks alkitabiah jika tidak hanya menyelami inti rumusannya untuk menemukan realitas iman yang diungkapkan di sana, tetapi juga berusaha menghubungkan realitas itu dengan pengalamn iman di dunia sekarang ini.Teks Lukas 19:1-10 memberikan ulasan eksegetis yang kaya apabila memang dipertanggungjawabkan dengan memperhadapkannya pada pelbagai metode dan pendekatan menurut Gereja Katolik. Banyak pesan iman dan teologi yang dapat dirangkum dari dalamnya yang kemudian dapat juga dikembangkan menjadi suatu gagasan biblis yang otentik. Dalam hal ini analisis kisah Yesus dan Zakheus sebagai bagian dari hermeneutika umum yang diterapkan pada setiap teks sastra dan sejarah, pada saat yang bersamaan merupakan suatu contoh unik dari hermeneutika itu sendiri. Karakteristiknya yang spesifik timbul dari objeknya. Karya keselamatan dan pemenuhannya dalam pribadi Yesus Kristus memberikan makna bagi seluruh sejarah umat manusia. Penafsiran ini memang sedikit tercampur dengan bentuk penafsiran modern yang berkembang seiring perjalanan waktu. Akan tetapi dengan semakin matangnya pembaca dalam kehidupan Roh Kudus, semakin berkembang juga kemampuannya untuk memahami realitas yang diungkapkan dalam Kitab Suci.

BIBLIOGRAFI

Bailey, Kenneth E.Jesus through Middle Eastern Eyes. Downers Grove, IL: IVP Academic, 2008.Craddock, F. B.LukeInterpretation. Louisville: John Knox, 1990.D. Hamm, "Luke 19:8 Once Again: Does Zacchaeus Defend or Resolve:'JBL 107 (1988)E. E. Ellis, The Gospel of Luke (Greenwood, SC: Attic, 1974)Fitzmyer, J. A.The Gospel According to Luke. Vol. 1 Anchor Bible. Garden City: Doubleday, 1981 and 1985.H. Conzelmann, The Theology of St. Luke (New York:Harper & Row, 1960)Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2003Leks, Stefan, Tafsir Injil Lukas, Yogyakarta: Kanisius, 2003Loewe, William.P, Towards An Interpretation Of Luke 19:1-10, dalam The Catholic Biblical Quarterly, vol.36.M. Dibelius, From Tradition to Gospel (New York:Scribner, 1970)Marshall, I. H.The Gospel of Luke: A Commentary on the Greek TextNew International Greek Testament Commentary. Grand Rapids: Eerdmans, 1978.R. Bultmann, The History of the Synoptic Tradition Oxford: Blackwell, 1968R. C. White, "Vindication for Zacchaeus?" ExpTim91 (1979)Talbert, Charles H.Reading Luke: A Literary and Theological Commentary on the Third Gospel. New York: Crossroad, 1984.Tannehill, R. C.The Narrative Unity of Luke-Acts: A Literary Interpretation. Vol. 1: The Gospel According to Luke. Philadelphia: Fortress, 1986.

[1]Bdk. Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, Kanisius, Yogyakarta: 2003[2]Bailey, Kenneth E.Jesus through Middle Eastern Eyes. Downers Grove, IL: IVP Academic, 2008.[3]Fitzmyer, J. A.The Gospel According to Luke. Vol. 1 Anchor Bible. Garden City: Doubleday, 1981 and 1985.[4]Bailey, Kenneth E.Jesus through Middle Eastern Eyes. Downers Grove, IL: IVP Academic, 2008.[5]Marshall, I. H.The Gospel of Luke: A Commentary on the Greek TextNew International Greek Testament Commentary. Grand Rapids: Eerdmans, 1978.[6]Bdk. Leks, Stefan, Tafsir Injil Lukas, Yogyakarta: Kanisius, 2003

[7]Bdk. Alkitab Elektronik 2.0.0 Alkitab Terjemahan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia: 1974[8]Bailey, Kenneth E.Jesus through Middle Eastern Eyes. Downers Grove, IL: IVP Academic, 2008[9]Bdk. Leks, Stefan, Tafsir Injil Lukas, Yogyakarta: Kanisius, 2003[10]Bdk.E. E. Ellis, The Gospel of Luke (Greenwood, SC: Attic, 1974) 220.13[11]Bdk. JugaTalbert, Charles H.Reading Luke: A Literary and Theological Commentary on the Third Gospel. New York: Crossroad, 1984.[12]Jika dilihat lebih jauh berdasarkan sejarahnya, para pemungut cukai adalah petugas lembaga fiskal Romawi. Tugas itu dipercayakan oleh bangsa penjajah kepada orang yang mampu menawarkan paling banyak uang kepada mereka. Jumlah itu harus ditagihnyadengan segala macam akal. Seorang kepala pemungut cukai hidup dari selisih uang antar jumlah yang ditetapkan penjajah dan jumlah yang berhasil ditagihnya. Orang-orang Roma sangat beruntung dengan adanya lembaga itu. Sebab mereka tidak perlu bekerja langsung sebagai pemungut cukai. Tetapi, para pemungut cukai, demi memperoleh jumlah yang harus mereka setor, terpaksa memeras rakyatnya. Cicero, seorang penulis Roma termashyur berkata bahwa ketidakadilan yang dilakukan oleh para pemungut cukai lebih berat daripada bea cukai itu sendiri.

[13]M. Dibelius, From Tradition to Gospel (New York:Scribner, 1970)[14]Bdk. Loewe, William.P, Towards An Interpretation Of Luke 19:1-10, dalam The Catholic Biblical Quarterly, vol.36. p.321[15]Marshall, I. H.The Gospel of Luke: A Commentary on the Greek TextNew International Greek Testament Commentary. Grand Rapids: Eerdmans, 1978.[16]Tannehill, R. C.The Narrative Unity of Luke-Acts: A Literary Interpretation. Vol. 1: The Gospel According to Luke. Philadelphia: Fortress, 1986.[17]Bdk.R. C. White, "Vindication for Zacchaeus?" ExpTim91 (1979)[18]Bdk. Green, Sara.J, Exegesis Paper on Luke 19:1-10[19]Bdk.R. Bultmann, TheHistory of the Synoptic Tradition (Oxford: Blackwell, 1968)[20]Leks, Stefan, Tafsir Injil Lukas, Yogyakarta: Kanisius, 2003[21]Bdk.R. Bultmann, TheHistory of the Synoptic Tradition (Oxford: Blackwell, 1968) 55-57[22]D. Hamm, "Luke 19:8 Once Again: Does Zacchaeus Defend or Resolve:'JBL 107 (1988)[23]Bdk.R. C. White, "Vindication for Zacchaeus?" ExpTim91 (1979)[24]H. Conzelmann, The Theology of St. Luke (New York:Harper & Row, 1960)[25]Leks, Stefan, Tafsir Injil Lukas, Yogyakarta: Kanisius, 2003Diposkan olehAndreas Filesdi06.00