Zaman Kejayaan Islam Spi

download Zaman Kejayaan Islam Spi

of 19

description

Cerita

Transcript of Zaman Kejayaan Islam Spi

Zaman Kejayaan Islam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Naskah biologi tentang Mata buatan Hunain bin Ishaq, sekitar 1200 M.

Zaman Kejayaan Islam (sek. 750 M - sek. 1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur di Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri.

Daftar isi

1 Penyebab 2 Filsafat 3 Sains 4 Kedokteran 5 Perdagangan 6 Catatan kaki 7 Referensi 8 Pranala luarPenyebab

Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan dengan geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Mekah merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab dan Muhammad sendiri merupakan seorang pedagang. Tradisi ziarah ke Mekah menjadi pusat pertukaran gaagasan dan barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang Muslim atas jalur perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sangat besar sekali. Akibatnya, peradaban Islam tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada ekonomi dagangnya, berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India, dan Cina yang membangun masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan kepemilikan tanah pertanian. Pedagang membawa barang dagangan dan menyebarkan agama mereka ke Cina (berujung pada banyaknya penduduk Islam di Cina dengan perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang terutama merupakan etnis Uyghur Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Cina), India, Asia tenggara, dan kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke Timur Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu pengetahuan baru dari tempat-tempat tersebut.

Filsafat

Hanya dalam bidang filsafat, para ilmuwan Islam relatif dibatasi dalam menerapkan gagasan-gagasan nonortodoks mereka. Meskipun demikian, Ibnu Rushd dan polimat Persia Ibnu Sina membberikan kontribusi penting dalam melanjutkan karya-karya Aristoteles, yang gagasan-gagasannya mendominasi pemikiran nonkeagamaan dunia Islam dan Kristen. Mereka juga mengadopsi gagasan-gagasan dari Cina dan India, yang dengan demikian menambah pengetahuan mereka yang sudah ada sebelumnya. Ibnu Sina dan para pemikir spekulatif lainnya seperti al-Kindi dan al-Farabi menggabungkan Aristotelianisme dan Neoplatonisme dengan gagasan-gagasan lainnya yang diperkenalkan melalui Islam.

Literatur filsafat Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Ladino, yang ikut membantu perkembangan filsafat Eropa modern. Sosiolog-sejarawan Ibnu Khaldun, warga Kartago Konstantinus orang Afrika yang menerjemahkan naskah-naskah kedokteran Yunani dan kumpulan teknik matematika Al-Khwarzimi adalah tokoh-tokoh penting pada Zaman Kejayaan Islam. Pada masa ini juga terjadi perkembangan filsuf non-Muslim. Filsuf Yahudi Moses Maimonides yang tinggal di Andalusia adalah salah satu contohnya.

Sains

Banyak ilmuwan penting Islam yang hidup dan berkegiatan selama Zaman Kejayaan Islam. Di antara pencapaian para ilmuwan pada periode ini antara lain perkembangan trigonometri ke dalam bentuk modernnya (sangat menyederhanakan penggunaan praktiknya untuk memperhitungkan fase bulan), kemajuan pada bidang optik, dan kemajuan pada bidang astronomi.

Kedokteran

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kedokteran IslamKedokteran adalah bagian penting dari kebudayaan Islam Abad Pertengahan. Sebagai tanggapan atas keadaan pada waktu dan tempat mereka, para dokter Islam mengembangkan literature medis yang kompleks dan banyak yang meneliti dan menyintesa teori dan praktik kedokteran.

Kedokteran Islam dibangun dari tradisi, terutama pengetahuan teoretis dan praktis yang telah berkembang sebelumnya di Yunani, Romawi, dan Persia. Bagi para ilmuwan Islam, Galen dan Hippokrates adalah orang-orang yang unggul, disusul oleh para ilmuwan Hellenik di Iskandariyah. Para ilmuwan Islam menerjemahkan banyak sekali tulisan-tulisan Yunani ke bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan kedokteran baru dari naskah-naskah tersebut. Untuk menjadikan tradisi Yunani lebih mudah diakses, dipahami, dan diajarkan, para ilmuwan islam mengusulkan dan menjadikan lebih sistematis pengetahuan kedokteran Yunani-Romawi yang luas dan kadang inkonsisten dengan cara menulis ensikolpedia dan ikhtisar.

Pembelajaran Yunani dan Latin dipandang sangat jelek di Eropa Kristen Abad Pertengahan Awal, dan baru pada abad ke-12, setelah adanya penerjemahan dari bahasa Arab membuat Eropa Abad Pertengahan kembali mempelajari kedokteran Hellenik, termasuk karya-karya Galen dan Hippokrates. Dengan memberikan pengaruh yang setara atau mungkin lebih besar di Eropa Barat adalah Kanon Kedokteran karya Ibnu Sina, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibuat manuskrip lalu dicetak dan disebarkan ke seluruh Eropa. Selama abad kelima belas dan keenam belas saja, karya tersebut diterbitkan lebih dari lima kali.

Di dunia Islam Abad Pertengahan, rumah sakit mulai dibangun di semua kota besar, misalnya di Kairo, rumah sakit Qalawun memiliki staf pegawai yang terdiri dari dokter, apoteker, dan suster. Orang juga dapat mengakses apotek, dan fasilitas penelitian yang menghasilkan kemajuan pada pemahaman mengenai penyakit menular, dan penelitian mengenai mata serta mekanisme kerja mata.

Perdagangan

Selain di sungai Nil, Tigris dan Efrat, sungai-sungai yang dapat dilalui tidaklah banyak, jadi perjalanan lewat laut menjadi sangat penting. Ilmu navigasi amat sangat berkembang, menghasilkan penggunaan sekstan dasar (dikenal sebagai kamal). Ketika digabungankna dengan peta terinci pada periode ini, para pelaut berhasil berlayar menjelajahi samudara dan tak lagi perlu bersusah payah melalui gurun pasir. Para pelaut muslim juga berhasil menciptakan kapal dagang besar bertiang tiga ke Laut Tengah. Nama karavel kemungkinan berasal dari perahu terawal Arab yang dikenal sebagai qrib.[1] Sebuah kanal buatan yang menghubungkan sungai Nil dengan Terusan Suez dibangun, menghubungkan Laut Merah dengan Laut Tengah meskipun itu sering berlumpur[rujukan?]BAB IIPEMBAHASANNabi Muhammad Saw. Adalah golongan Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk mekkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nefsu duniawi, karena itu sejak muda ia sudah dijuluki Al-Amin, orang yang terpercaya.

Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke syiria(syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah tersebut dipimpin oleh Abu Tholib. Dalam perjalanan ini, di Bushara, sebelah seltan syiria, ia bertemu dengan seorang pendeta bernama, Buhairoh. Pendeta ini melihat tanda tanda kenabian pada Muhammad sesuai petunjuk cerita-cerita Kristen.

Pada usia yang ke dua puluh lima, Muhammad berangkat ke syiria membawa barang dagangan milik Khadijah seorang saudagar wanita kaya raya. Dalam perdagangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita yang pertama masuk islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.

1. Masa Kerasulan Nabi Muhammad SawMenjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisah kan diri dari pergaulan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,sebuah gunung yang dekat dengan kota Mekkah. Dan ia beribadah dengan mengikuti ajaran agama kakeknya yaitu Nabi Ibrahim dari beberapa hari sampai beberapa bulan. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama: Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu sangat mulia. Dia telah mengajarkan Qolam. Dia telah mengajar manusia apa yang mereka tidak ketahui(QS 96:1-5). Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan menjadi Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum disuruh untuk menyeru manusia kepada suatu agama.

Setelah wahyu pertama itu datang, jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun Jibril yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah, hendaklah engkau besatkan tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah ngkau memberi (dengan maksud)memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk memenuhi perintah tuhanmu bersabarlah (Q.S. Al-Muddatsir: 1-7).

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama tama, beliau melakukannya dengan cara diam diam dilingkungan sendiri dan dikalangan rekan rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Langkah dakwah seterusnya yang diambil adalah menyeru masyarakat umum.

Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai menghalangi dakwah Rasul. Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad pertama tama mereka mengira bahwa , kekuatan nabi terletak pada lindungan dan pembelaan abu tholib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan abu thalib dan mengancam dengan mengatakan kami minta anda memilih satu diantara dua: memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau ijinkan kepada kami unuk mencegahnya. Maka dengan itu Abu Thalib sebagai pamannya mencegah Nabi muhammad SAW akan dakwahnya karena beliau takut dari kaum Qurais. Namun Nabi menolak dengan mengatakan: Demi allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat allah ini, walaupun semua anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya. Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata: teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu.

Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat sahabtnya ke luar Makkah. Pada tahun kelima kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian. Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan lima dari wanita, diantaranya Usman bin Affan beserta istrinya Ruqoyah putri Rasulullah, Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf. Semakin kejam mereka memperlakukan umat islam semakin banyak orang yang masuk agama ini. Bahkan, ditengah meningkaynya kekejaman itu, dua orang yang terkuat di Quraisy masuk Islam, hamzah dan Umar bin Khattab. Namun tidak lama kemdian Abu Thalib paman Nabi sekaligus pelindung utama Nabi meninggal dunia dan menyusul Tiga hari setelah itu Khadijah istri Nabi, meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun sepuluh kenabian. Dan di tahun ini pula merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.

Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra dan memirojkan beliau pada tahun ke-10 kenabiannya itu. Berita tentang isra dan miraj ini menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan nabi. Sedangkan, bagi orang yang beriman, ia merupakan ujian keimanan.

Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang kafir Quraisy menentang Nabi : (1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. (2) Mereka tidak menginginkan persamaan hak antara hamba sahaya dengan golongan bangsawan. (3) Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran akan hari pembalasan. (4) Kokoh kepercayaan mereka terhadap agama nenek moyang. (5) Pemahat dan penjual batu memandang Islam sebagai penghalang rezeki.

1. Lahirnya Negara Muslim PertamaKetika Rasulullah SAW dan Abu Bakar berangkat untuk hijrah, orang-orang Quraisy mulai memperlihatkan keberangannya dengan menganiaya pengikut Rasulullah yang belum berangkat, seperti Asma binti Abu Bakar dan yang lainnya.

Dalam perjalanan menuju Madinah, Rasulullah SAW sempat singgah di Quba sampai kemudian Ali bin Abi Thalib berhasil mengikutinya. Di Quba Rasul sempat mendirikan pondasi masjid Quba. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW disambut dengan penuh suka cita oleh sahabat-sahabat Anshar. Langkah pertama yang dilakukan di Madinah ialah membangun masjid sebagai tempat ibadah.

Untuk menyatukan potensi sahabat anshar dan muhajirin, Rasulullah telah menyatukan sahabat Muhajirin dan Anshar dengan sistem muakhkhah, yakni mengangkat sebagian anggota dari mereka menjadi saudara angkat bagi yang lain. Sebagai tindak lanjut dari pembentukan umat, umat Yahudi pun mempunyai pandangan negatif. Untuk mengantisipasi gejala perpecahan, akhirnya Rasulullah SAW melakukan pembentukan kesepakatan diantara mereka dengan membuat suatu undang-undang yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Piagam Madinah merupakan undang-undang pertama di dunia yang menjadi landasan dalam pembentukan Negara Madinah.

Menurut kami, langkah-langkah yang diambil oleh Nabi Muhammad adalah sangat brilian, yaitu dengan membuat suatu undang-undang yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Fungsinya untuk mengantisipasi gejala perpecahan dan menyatukan umat agar berdiri sebuah negara yang kuat yaitu Negara Madinah

1. Pembentukan Negara MadinahSetelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Babak sejarah dalam dunia Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan bukan saja sebagai kepala atau pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid. Selain untuk tempat salat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Bahkan pada masa Nabi, masjid juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan golongan Muhajirin dan Anshar. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti, menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.

Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, selain orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan golongan masyarakat Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan perjanjian dengan mereka. Untuk itu, sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas telah dibuat. Setiap golongan masyarkat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin, dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar. Dalam perjanjian itu, jelas disebutkan bahwa Rasulullah saw sebagai kepala pemerintahan karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang social, beliau juga meletakkan dasar persamaan antarsesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi Madinah.

Menurut kami, dengan terbentuknya Negara Madinah maka Islam makin bertambah kuat karena dengan berdirinya Negara Madinah kaum Muslimin sering memenangkan peperangan. Tidak ada pejabat pegawai yang digaji. Namun, semua pengikut Nabi Muhammad siap diperintah untuk menjalankan tugas apapun. Oleh Nabi Muhammad para sahabat dibebankan tugas-tugas dakwah dan politik.

1. Perluasan Wilayah pada Masa RasulullahSejarah islam di zaman nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua macam periode yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Pada periode Mekkah (12 tahun) pengikut nabi Muhammad masih sangat sedikit, sementara kegiatan keagamaan lebih ditekankan kepada penanaman akidah, dan pembinaan akhlak. Posisi umat islam pada periode ini sangat lemah. Mereka berada dibawah tekanan dan penindasan kaum quraisy. Dakwah nabi Muhammad mendapat tantangan sengit (dari warga mekkah), terutama dari kelompok oligarki. Mereka tidak hanya takut pada tantangan nabi Muhammad terhadap agama tradisional mereka yang bersifat politisme itu, tetapi juga khawatir kalau striktur masyarakat dan kepentingan-kepentingan.

Pada waktu Nabi Muhammad wafat ,wilayah kekuasaan Madinah telah mencakup seluruh jazirah Arabia Husein Muknis menyatakan ,sejak pertama berdirinya hingga wafatnya Nabi, dan ketika wilayah kekuasan islam sudah meliputi seluruh jazirah Arabia, maka perkembangan wilayah Negara islam dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu:

Fase pertama,yaitu sejak rajab 1 H sampai rajab 2 H. pada fase ini, kekuasaan Nabi menjadi sempurna atas seluruh bagian kota madinah dan sekitarnya. Pada masa ini, Nabi mengirim sepuluh ekspedisi, baik ghazwah (ekspedisi militer yang di pimpim Nabi Saw). Maupun syariyah (ekspedisi militer yang di pimpim sahabat).

Fase kedua, yaitu mulai dari perang Badar sampai Perang Khandaq berakhir (17 Ramadhan 2H/13 Maret 624 M-Dzulqadah 5H/April 627 M). Pada fase ini, madinah menetapkan kekuasaannya atas seluruh tanah Hijraz (kecuali Mekkah dan Thaif). Pada masa ini pula kelompok-kelompok besar Yahudi di Madinah yang berkhiyanat terusir atau dihukum berat, sehingga Negara Madinah menjadi kekuatan politik dan militer terbesar di Hijaz dan sekitar Najd.

Fase ketiga, yaitu mulai Muharam 6H sampai jumadilakhir 6H (Juni 627 M-November 628 M). Pada fase ini Negara Madinah berhasil menggabungkan seluruh daerah di perbatasan Najd dengan Madinah. Ini berarti menambah wilayah islam seluas 40mil persegi di sebelah timur, yangmembuka jalan untuk peluasan wilayah kekuasaan lebih lanjut ke arah Najd sehingga Quraisy Mekkah menjadi terkepung.

Fase keempat, yaitu mulai ekspedisi ke Hasma sampai dilaksanakannya Umrah Al-Qadha(umrah setahun setelah perjanjian Hudaibiyah), (Jumadilakhir 6H/November 628 M-Dzulqadah7H/Maret 629M). pada fase ini ekspedisi Islam mengarah ke utara Madinah, mencapai Wadi Al-Qura dan Daumat al-Jandal, sehingga umat Islam dapat menguasai Khaibar, Fadak, dan Wadi Al-Quran.

Fase kelima, yaitu dari Dzulhijah 7H sampai penaklukan Thaif,DzulQadah 8H(April 629 M-Februari 630 M). Peristiwa penting yang termasuk dalam fase ini adalah penaklukan kota Mekkah. Sebelumnya Nabi sudah memusatkan perhatiannya kepada kabilah-kabilah Bali, Judzam, Bahra.

Menurut Ahmad Faridh, bahwa khauf adalah cambuk yang digunakan Allah SWT untuk menggiring hamba-hamba-Nya menuju ilmu dan amal supaya dengan keduanya itu mereka dapat dekat dengan Allah SWT. Khauf adalah kesakitan hati karena mmbayangkan sesuatu yang ditakuti, yang akan menimpa diri di masa yang akan datang. Khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan.

1. Kondisi Masyarakat Sepeninggal Rasulullah SAWDengan wafatnya Nabi Muhammad SAW di madinah pada tahun 11 hijriah (632 M), ummat muslim dihadapkan kepada suatu krisis konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula membentuk sebuah majelis untuk masalah tersebut. Sejumlah suku melepaskan diri dari kekuasaan madinah dan menolak memberi penghormatan kepada khalifah yang baru, bahkan menolak pemerintahannya. Sebagian dari mereka bahkan menolak islam. Ada golongan telah murtad, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi dan mendapat pengikut (pendukung) yang tidak sedikit jumlahnya. Ada juga golongan yang tidak mau lagi membayar zakat karena mengira zakat sebagai upeti kepada Nabi Muhammad SAW. Yang masih tetap patuh kepada agama islam adalah penduduk Mekkah, Madinah dan Thaif. mereka tetap memenuhi kewajiban dan mau mengorbankan apa yang mereka miliki untuk mengembalikan kejayaan islam.

1. Sistem Pemilihan KhalifahPermasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah SAW adalah siapakah yang menjadi penggantinya sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem pemerintahannya, karena Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Tetapi setelah beliau telah mengajarkan suatu prinsip, yaitu musyawarah, sesuai dengan ajaran islam itu sendiri. Prinsip tersebut telah dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam setiap pergantian pimpinan dari empat khalifah periode khulafa al-rasyidun, meski dengan versi yang beragam.

1. Abu Bakar As-SiddiqAbu Bakar mengaku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di muktamar tsaqifah bani said, memenuhi tata cara perundingan yang dikenal dunia moderen ini. Kaum anshar menekankan pada persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Saad bin Ubadah. Kaum mujahirin menekankan pada persyaratan kesetiaan mereka mengajukan calon Abu Ubaidah bin Jarrah. Sementara itu dari ahlul bait menginginkan Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas kedudukannya dalam islam, juga sebagai menantu karib Nabi. hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah. Rupanya,semangat keagamaan Abu bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam,sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.

2. Umar Bin KhatabUmar bin Khatab menjadi pemimpin negara, setelah Abu Bakar, selama sepuluh tahun. Beliau di angkat dan dipilih para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pilihan itu sudah dimintakan pendapat dan persetujuan pada saat mereka menengok Abu Bakar waktu sakit. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat,ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat,kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera membaiat Umar.

3. Ustman Bin AffanUstman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk oleh khalifah Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Umar dibunuh oleh seorang majusi, budak dari Persia bernama Abu Luluah.Untuk menentukan penggantinya,Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar.Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada merika untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Saad bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf. Setelah Umar wafat,tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.

4. Ali bin Abi ThalibAli bin Abi Thalib tampil memegang pucuk pimpinan Negara di tengah-tengah kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum pemberontak.Khalifah Ali dipilih dan diangkat oleh jamaah kaum muslimin di madinah dalam suasana yang sangat kacau,dengan pertimbangan jika Khalifah tidak segera dipilih dan diangkat,maka keadaan akan semakin bertambah kacau,meskipun ada golongan yang tidak menyukai Ali,tetapi tidak ada seorang yang ingin diangkat menjadi Khalifah karena Ali masih ada.

1. Perkembangan peradaban Islam pada masa Bani UmayyahDinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan berbagai cara,siasat, dan tipu muslihat yang licik, bukan atas dasar demokrasi yang berdasarkan atas hasil pilihan umat islam.

Dengan demikian, berdirinya dinasti ini bukan berdasarkan hukum musyawarah. Dinasti Bani Umayyah berdiri selama kurang lebih 90 tahun (40-132H/661750M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Orientalis, artinya dalam segala hal dan segala bidang para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula dengan corak peradaban yang dihasilkan pada masa dinasti ini.

Pada masa pemerintahan dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan, dan perluasan daerah yang dicapai, terlebih pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik (86-96H/705-715M). Pada masa awal pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha memperluas wilayah kekuasaan ke berbagai daerah, seperti ke India dengan mengutus Mhallab bin Abu Sufyan, dan usaha perluasan ke Barat ke daerah Byzantium dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyah. Selain itu juga diadakan perluasan wilayah ke Afrika Utara. Juga mengarahkan kekuatannya untuk merebut pusat-pusat kekuasaan diluar jazirah Arab, antara lain kota Konstantinopel. Adapun alasan Muawiyah bin Abi Sufyan untuk terus berusaha Byzantium. Pertama, Byzantium merupakan basis kekuatan Agama Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering mengadakan pemberontakan kedaerah Islam. Ketiga, termasuk wilayah yang mempunyai kekayaan yang melimpah.

Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah Agama yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan social, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Andalusia pun memcapai kejayaan pada masa pemerintahan Islam.

Kemajuan-Kemajuan yang DicapaiPertama, Bani Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.

Kedua, Islam memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas, Sikap fanatik Arab sangat efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar sekaligus menjadi kaum muslimin atau bangsa Islam Setelah pada saat itu bangsa Arab merupakan prototipikal dari bangsa Islam sendiri.

Ketiga, telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing-masing tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam ilmu Qiroat (7 qiroat) yang terkenal yaitu: Ibnu katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr (118H).

Ilmu Tafsi tokohnya ialah Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid yang pertama kali menghimpun Tafsir dalam sebuah suhuf, Ilmu Hadits dikumpulkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri atas perintah Umar bin Abdul Aziz, tokohnya ialah Hasan Al-Basri (110H), Said bin Musayyad, Rabiah Ar-Raiy guru dari Imam Malik, Ibnu Abi Malikah, Syabi Abu Amir bin Syurahbil. Kemudian ilmu Kimia dan Kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.

Keempat, perkembangan dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid, dan sebagainya.

2. Perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti AbbasiyahAwal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad.

Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Akan tetapi karena kekuasaannya sangat singkat, Abu jafar al-Manshur (754-775 M) yang banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani Abbas. Pada tahun 762 M, Abu jafar al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.

Abu jafar al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah, digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah mempunyai pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad sangatlah disegani oleh kekuasaan Byzantium.

Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M).

Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :

1. Periode Pertama (132 H/750 M 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.

5. Periode Kelima (590 H/1194 M 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.

Kemajuan Dinati Bani AbbasyiahSetiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan penyelenggaraan pemerintahan yang bersangkutan.

Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.

3. Bidang PolitikWalaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di Persia, gerakan Syiah dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.

4. Bidang EkonomiPada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan di sector pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang penting.

5. Bidang SosialPopularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Mamun (813-833 M). kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak 800 orang dokter. Disamping itu pemandian-pemandian juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya

BAB IIIPENUTUP6. KesimpulanNabi Muhammad Saw. Adalah golongan Bani Hasyim, ia datang dengan agama Islam dimana Allah tidak akan menerima pada hari kiamat akan agama selain agama Islam. Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisah kan diri dari pergaulan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,sebuah gunung yang dekat dengan kota Mekkah. Dan ia beribadah dengan mengikuti ajaran agama kakeknya yaitu Nabi Ibrahim.

Islam merupakan agama yang langsung diturunkan oleh Allah SWT yang memuat peraturan mutlak dan abadi untuk mengatur kehidupan umat manusia. Peraturan itu tertuang dalam Al-Quran. Sebagai pedoman hidup, Al-Quran sudah mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia.

Pada pemerintahan masa sahabat (Khulafa ar-Rasyidin) kekuasaan Abu Bakar bersifat sentral.Sedangkan Khalifah Umar menduduki system pemerintahan yang menonjol,ia juga dijuluki peletak Dasar/Pembangun Negara Modern.Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil dalam beberapa tahun pertama pemerintahannya.Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan Khalifah Umar.Pada separuh terkhir pemerintahannya,muncul kekeciwaan dan ketidak puasan di kalangan masyarakat karena ia mulai mengambil kebijakan yang berbeda dari sebelumnya,Usman mengangkat keluarganya (Bani Umayah) pada kedudukan yang tertinggi.Melainkan masa Ali,ia ingin bercita-cita mengembalikan system pemerintahan yang sudah dilakukan oleh Usman untuk dirubah seperti masa pemerintahan Umar.Ali kemudian bertikad untuk mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat,tetapi Muawiyah gubernur Syria,menolaknya.Oleh karenanya khalifah Ali harus menghadapi kesulitan dengan Bani Umayah.Pada masa dinasti Bani Umayyah, peradaban Islam mengalami perkembangan/kemajuan, yaitu:

7. Berhasil dalam memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia, seprti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.

8. Islam mempengaruh kehidupan masyarakat luas.

9. Ilmu pengetahuan, antara lain: Ilmu Qiroat, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Kimia, dan kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.

Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (negara) Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat Islamiah ketika berada di bawah kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan Daulat Abbasiyah. Daulat Abbasiyah adalah daulat (negara) yang melanjutkan kekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas), paman Nabi Muhammad SAW.

Sejalan dengan berdirinya Dinasti Abbasyiah, ada beberapa kemajuan yang dicapai oleh Dinasti ini, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Selain itu juga setiap Dinasti bukan hanya mencapai kemajuan, tapi juga mendapat sebuah kehancuran.

ebab-sebab kemajuan teknologi dan sains di masa-masa kejayaan IslamDisamping secara eksternal saat itu Barat tengah tertidur lelap dalam buaian teosentrisme dan alam pikiran yang jumud, bahkan bangsa barat saat itu dalam kondisi terbelakang. Islam mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang sepektakuler dengan revolusi pemikiran dan budaya Islam yang bercorak peradaban baru, menyambung matarantai peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan Persia). Islam yang kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era Abasiyyah. Secara umum menurut Arif16) ada beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan sains di dunia Islam saat itu yakni; 1). Kesungguhan dalam mengimani dan mempraktikkan ajaran Islam sehingga lahirlah individu-individu unggul. 2). Motivasi agama. 3). Faktor sosial politik. 4). Faktor ekonomi. 5). Faktor dukungan dan perlindungan penguasa saat itu.5. Sebab-sebab kemunduran umat Islam dalam Pengetahuana. Eksternal

Sekalipun Negara-negara yang dihuni ummat Islam secara populasi, geopolitik, dan kekayaan sumber daya alamnya berada jauh di atas negara lain, namun saat ini umat Islam masih sebagai end user produk sains dan teknolgi. Barang-barang produksi umat Islam masih berbasiskan sumber daya alam yang mempunyai nilai tambah (added value) sangat rendah rendah, belum berbasis sains dan teknologi. Para ilmuwan dan teknolog Muslim belum maju, belum jadi referensi saintis dan teknokrat dunia lainnya. Justeru yang terjadi adalah banyak ummat Muslim yang belajar, dan meneliti berbagai bidang sains dan teknologi kepada ilmuwan barat di Eropa, Amerika, Jepang, Australia dan lain-lain. Bahkan yang lebih tragis, di sanapara ilmuwan Islam tidak hanya belajar bidang sains dan teknologi tetapi juga dalam bidang kajian Islam. Banyak sarjana dalam kajian Islam lulus dari hasil berguru kepada orang-orang bukan Islam di Oxford, Sorbonne, Chicago, Canberra, Canada dan lain-lain. Begitulah kondisi dan citra ummat dan ilmuwan Muslim saat ini. Tentu kondisi yang sama sekali berbeda jauh dengan zaman keemasan Islam ini, tidak terjadi begitu saja. Namun merupakan perwujudan dari proses eksternal dan buah kelemahan internal yang cukup komplek yang sampai saat ini masih sering diseminarkan.Faktor serangan Mongol yang membumi-hanguskan Baghdad pada abad ke-11 sering dimasukkan sebagai salah satu penyebab eksternal dari stagnannya perkembangan sains dan teknologi Islam. Hal lain, yaitu ketergantungan ekonomi yang besar pada negara-negara Barat dan tidak adanya stabilitas politik pada masa khilafah Utsmaniyah Turki sebenarnya berkontribusi signifikan juga. Seperti diketahui, pada awal kekuasaan Turki Utsmani, mulai dibukanya rute ke Timur lewat Tanjung Harapan, para pedagang Eropa mulai membentuk hubungan dagang dengan Turki. Pada tahun 1553, Sultan Sulaiman I menyetujui perjanjian perdagangan bebas antara Inggris dengan Turki dan Inggris kemudian mendirikan Levian Company di Turki (mirip VOC pada masa awal penjajah Belanda di Indonesia). Pihak Turki demi mengurangi kerepotan industri, mulai mengimport barang dari Inggris maupun negara-negara Eropa lainnya, sehingga lambat laun perekonomian Turki menjadi tergantung kepada perekonomian Eropa. Pada awalnya tidak terasa adanya bahaya kejadian tersebut karena komoditas import hanya berkisar pada tekstil wol, logam dan kertas. Akan tetapi, masuk abad ke-19, dampak pengimporan barang-barang dari Eropa menjadi terasa. Apalagi keadaan politik yang semakin memburuk, yaitu adanya perpecahan dan upaya pemisahan diri dari negara-negara bagian Turki. Sehingga saat terjadi revolusi industri di Eropa, perekonomian dan industri di negara-negara Islam menjadi lemah. Melemahnya perekonomian menyebabkan rendahnya daya dukung terhadap pengembangan sains dan teknologi. 14) Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah setelah tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan revolusi industri di Inggris.b. InternalBanyak ilmuwan, pakar sains dan teknologi Islam mencoba untuk mencari akar permasalahan kemunduran sains ummat ini dan kemudian mencoba untuk mencari solusi. Diantaranya, Prof. Dr. Abdus Salam, Ilmuwan Muslim yang mendapatkan Nobel pada tahun 1978, mengutarakan bahwa umat Islam tertinggal dalam bidang sains dan teknologi karena beberapa faktor diantaranya:15)

a. Tidak mempunyai komitmen terhadap sains, baik sains terapan maupun sains murni.

b. Tidak memiliki hasrat yang kuat untuk mengusahakan tercapainya kemandirian sains dan teknologi (self reliance).

c. Tidak membangunkan kerangka institutional dan legal yang cukup untuk mendukung perkembangan sains. d. Menerapkan cara yang tidak tepat dalam menjalankan manajemen kegiatan di bidang sains dan teknologi. Sedangkan Prof. Baiquni, mantan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Indonesia (1973-1984), dalam bukunya Al Quran, Sains dan Teknologi menguraikan bahwa diantara sebab tertinggalnya umat Islam dalam bidang sains dan teknologi adalah: a. Adanya dikotomi di kalangan ulama Islam yang mungkin tidak begitu memahami atau salah faham terhadap buah fikiran Imam Al Ghazali, sehingga mereka memisahkan ilmu-ilmu agama dari sains dan teknologi. b. Embargo sains dan teknologi yang dibuat oleh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang, lebih-lebih lagi terhadap negara yang mayoritas umat Islam. c. Jumlah pakar sains, penerbitan, lembaga pendidikan tinggi/riset di negara-negara Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada di negara-negara bukan Islam.6. Langkah-langkah menuju kebangkitan sains dan teknologi umata. Reorientasi Motivasi Mencermati realita dunia pendidikan saat ini, misalnya sertifikasi guru dan dosen yang disinyalir lebih hanya karena adanya tambahan insentif yang akan didapatkan bukan konsideran kualitas. Jurusan di pergurun tinggi yang menjadi favorit lulusan SMA adalah jurusan yang kiranya memberikan peluang kerja dengan imbalan financial yang paling banyak, bukan karena pertimbangan sisi apa yang mungkin dikontribusikan untuk pembangunan ummat. Sehingga motivasi ummat Islam mengkaji sains dan teknologi saat ini, secara umum dapat disebutkan didorong oleh : i. Menuntut ilmu untuk ilmu itu sendiri, mereka adalah para petualang intelektual.ii. Mereka yang mencari ilmu karena motivasi dunia, mereka mencari martabat, kesenangan dunia, dan kebanggaan primordialisme dengan ilmu.

iii. Ada yang mencari dan mengembangkan sains dan teknologi karena memenuhi tuntutan dan tuntunan Allah SWT dalam upaya mengabdikan diri dan mencari keridhaan Allah. Golongan ini menggunakan ilmu untuk membangunkan berbagai industri yang bermanfaat bagi manusia, membangun ekonomi, membangunkan peralatan ketenteraan untuk membela diri, membangunkan pertanian, membuat bangunan-bangunan, sekolah, gedung, jalan raya dan lain-lain dengan tujuan agar dapat melindungi iman, memperkuatkan syariat, membesarkan syiar Allah, mendaulatkan hukum-hukum Allah. Inilah ilmuwan dan teknolog yang bertaqwa. Mindset yang melatar belakangi apapun adalah iman, menuntut ilmu merupakan bagian dari ibadah, salah satu jalan mengenal Allah (marifatullah), dan ahli ilmu adalah pewaris para nabi.Saat kita cermati shirah nabawiyah, Rasulullah SAW memulai proses pendidikan (tarbiyah) dengan menyemai aqidah kepada peserta didiknya sehingga mendorong para sahabat untuk menuntut ilmu guna mensupport kebutuhan ummat Islam. Hasilnya dalam waktu 30 tahun saja umat Islam menguasai lebih separuh dunia. Romawi dan Persia takluk kepada mereka pada zaman Pemerintahan Umar ibnu Khattab. Para Saintis kedua superpower tersebut masuk ke dalam agama Islam sengan suka rela dan beralih menjadi saintis Islam. Sejak itu berkembanglah budaya Ilmiah Islam dalam masyarakat Islam. Hal ini terulang kembali di zaman Fatimiyah, Abbasiyah dan Uthmaniah khususnya di zaman Sultan Muhammad Al Fatih yang menggunakan kaedah yang sama dengan yang digunakan oleh Rasulullah SAW dan berhasil memajukan sains dan teknologi dalam masyarakat Islam.15) Motivasi kajian sains dan teknologi harusnya menambah rasa cinta serta takut kepada Allah, serta dapat merasakan kebesaran Allah melalui alam ciptaaanNya. Dalam mengkaji hewan, tumbuhan, manusia dan alam semesta, fikiran dan hati seyogyanya dikaitkan dengan kebesaran dan keagungan Allah. Sehingga apa saja ilmu yang kita pelajari, kita kaji dan kembangkan, selalu kita kaitkan dengan kebesaran Allah. Apalagi kaidah fiqih yang menyebutkan Ma laa yatiimul waajib illaa bihi, fahuwa wajib (Apa yang mutlak diperlukan untuk menyempurnakan sesuatu kewajiban, hukumnya wajib pula) perlu direnunglah oleh ummat saat ini. Ketika melihat bahwa untuk menyempurnakan pengabdiannya kepada Allah memerlukan sesuatu maka sesuatu itu menjadi keniscayaan untuk diadakan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sains dan penggunaan teknologi haruslah dibingkai hukum syara. Teknologi hanya akan digunakan untuk memanusiakan manusia, teknologi digunakan untuk menjadikan Islam rahmat bagi seluruh alam.b. Integrasi sains dan IslamSistem pendidikan (tarbiyah Islamiyah) yang dikembangkan umat Islam di zaman Rasulullah SAW dan salafus saleh telah berhasil melahirkan kelompok ilmuwan dan teknolog yang bertaqwa dan kompeten dibidangnya. Sehingga ilmuwan dan teknolog Muslim di zaman itu telah menghasilkan publikasi yang menjadi rujukan bagi ilmuwan lain. Mereka menjadi peletak dasar-dasar sains dalam berbagai bidang seperti aljabar, matematika, astronomi, fisika, kimia, optik, biologi, geologi, dan kedokteran.Sistem pendidikan kita saati ini bukan hanya telah gagal menghasilkan ilmuwan dan teknolog yang unggul di bidangnya, tetapi juga gagal menghasilkan insan yang takut kepada Allah (QS. Al-Baqarah 2 : 191). Salah satu penyebabnya adalah pendidikan yang dianut sekarang hanya dimaknai sekedar transfer ilmu (transfer of knowledge) hanya menyentuh aspek cognitive belaka. Sementara berdasarkan survey terhadap hubungan antara sains dan agama sebaiknya bagaimana, maka 13,74% menjawab konflik; 22,1% independensi; 8,4% dialog, dan 55,7% integrasi. 18) Sistem pendidikan sekular yang dianut, dengan memisahkan antara ilmu umum dan ilmu agama (dichotomi), telah melahirkan dua jenis manusia yang ekstrim : sistem pendidikan agama yang melahirkan manusia yang hanya berfikir kepada fikih, halal haram dan kurang memperdulikan kemajuan pembangunan material. Sementara sistem lainnya hanya melahirkan manusia yang pandai membuat kemajuan dan pembangunan material tetapi makin jauh dari Allah.

Upaya mengintegrasikan ilmu umum dan agama cukup intensif sejak tahun 1950-an. Islamisasi sains ini dipopulerkan oleh Sayyed Hossein Nasr, Ziauddun Sardar, Ismail al-Faruqi, al-Attas dan akhir-akhir ini Mehdi Golshani. Di Indonesia sendiri, wacana integrasi sains dan Islam diimpikan akan didapatkan melalui konversi IAIN/PTAI menjadi UIN, sekalipun realitanya yang terjadi mengindikasikan lebih karena faktor lain yang sangat jangka pendek.

c. Dukungan Pemerintah dan masyarakatSecara internal, yang paling rasional atas kemandegan sains di dunia Muslim adalah kegagalan pemimpin memanfaatkan dan mengkoordinasikan pengembangan disiplin ilmu sains.19) Peran strategis negara dalam menyediakan stimulus positif bagi perkembangan ilmu terlihat di masa lalu. Sekolah yang disediakan negara bisa diakses masyarakat dengan mudah. Bahkan Rasulullah telah menyuruh umat Islam untuk berburu ilmu sampai ke Cina. Sejarah juga membukukan bahwa al-Kindi dipercaya Khalifah al-Mamun untuk mengelola Baitulhikmah yang kala itu gencar menerjemahkan buku-buku sains dari berbagai bahasa, seperti Yunani. Bahkan ketika Khalifah meninggal, putranya al-Mutasim, mengangkat al-Kindi menjadi guru bagi anaknya. Gerakan penerjemahan literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada masa itu, sarjana dari Syria dan Persia secara besar-besaran menerjemahkan literatur dari Yunani dan Syiria kedalam bahasa Arab. Khalifah Al-Mamun dari diansti Abbasiyah mendorong para sarjana untuk berlomba-lomba menerjemahkan literatur penting ke dalam bahasa Arab. Khalifah pun menawarkan bayaran yang sangat tinggi bagi para ilmuwan yang bersedia untuk menerjemahkan karya-karya kuno. Selain melibatkan ilmuwan Muslim, tak sedikit pula dari para penerjemahan itu yang Kristen. Mereka diperlakukan secara terhormat oleh penguasa Muslim. Proses transfer ilmu kedokteran yang berlangsung pada abad ke-7 dan ke-8 M membuahkan hasil. Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat dan sejumlah rumah sakit (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Kondisi kekinian ummat Islam; sebagai contoh Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, tahun 2008 hanya mendapatkan peringkat 109 dari indek pembangunan (HDI)21 dengan education index hanya 0,830. Banding dengan Israel dan Korea yang masing-masing berada pada peringkat 24 dan 25. Jumlah publikasi sebagai indikator produktifitas para ilmuwan/ulama dari negara-negara yang mayoritas Muslim juga relatif rendah dibandingkan negara-negara nonmuslim. Untuk tahun 2008 USA dengan 353.409 publikasi berada para urutan nomor 1 dunia, Cina (2), Korea (12), Taiwan (16), Israel (22), Iran (25), Mesir (41), Malaysia (44), Pakistan (48), dan Indonesia (66) hanya dengan 918 publikasi22. Bandingkan jumlah publikasi tersebut terhadap populasi penduduk masing-masing negara, maka akan didapatkan rasio yang sangat rendah untuk Indonesia.d. Kolaborasi dan soliditas antara para akademisi, institusi penelitian, penerbit, pihak industri, dan berbagai potensi internal ummat Islam terkait lainnya akan mengakselarasi konstruktif terwujudnya kebangkitan. e. Sejarah mencatat bahwa salah satu faktor yang membantu perkembangan sains di Eropa dahulu adalah hasil jiplakan mereka dari peradaban Islam19). Saat ini posisi terbalik, sains di Eropa lebih unggul. Maka juga perlu ada upaya intensif menterjemahkan rujukan mereka dalam bahasa yang mudah dimengerti ummat ini untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para saintis muslim.f. Kemandegan ekonomi dan instabilitas politik, ternyata juga salah satu faktor lambatnya perkembangan sains dan teknologi Islam, ditambah dengan fanatisme. Sehingga perlu adaya upaya serius menciptakan stabilitas ekonomi dan politik yang lebih baik.g. Kaedah Pendidikan yang dianut kurang tepat. Pendidikan umat Islam sudah diselenggarakan dengan kaedah dan tata cara yang tidak Islam, fokus pendidikan sekarang ini bukan pada perubahan insan tetapi pada pengajaran ilmu dan kepakaran yang dibuktikan dengan selembar ijazah atau diploma. Ijazah itulah yang kemudian menentukan masa depan, jabatan dan gaji seseorang. Sehingga tidak mendorong terbentuknya manusia yang berakhlaqul karimah dan bertaqwa. Bila ilmu tersebut diamalkan, maka Allah akan beri lagi dia bermacam-macam ilmu yang dia belum ketahui. Sabda Rasulullah SAW: Barang siapa yang mengamalkan apa yang dia tahu niscaya Allah akan berikan ilmu yang dia tidak tahu.. (Riwayat Abu Naim).