Makalah spi

23
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillah Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat-nikmatnya, serta memberikan ilmu pengetahuan. Sehingga penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang salah satu sahabat rasulullah saw, khulafaur rasyidin yaitu khalifah Ali bin Abi Thalib. Shalawat dan salam semoga tetap selalu tercurah dan terlimpah kepada seorang manusia biasa yang mempunyai akhlaq yang sangat mulia, yaitu nabi Muhammad saw, kepada keluarga , sahabat, serta pengikutnya yang istiqomah menjalankan sunnah-sunnahnya dari dulu, sekarang, hingga hari pembalasan.Allahumma salli ‘ala Muhammad. Selesainya makalah ini, tentunya tidak lepas dari bimbingan dosen Bpk. Drs. M. Syafe’i, serta keluarga yang selalu mendukung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka. Makalah ini dibuat secara ringkas, namun mudah- mudahan tidak mengurangi sejarah aslinya. Pada kesempatan yang baik ini penulis mengangkat tentang profil Ali bin Abi Thalib, beberapa keutamaan Ali bin Abi Thalib, kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, memerangi khawarij, syahidnya Ali bin Abi Thalib, serta beberapa perkataan hikmah Ali bin Abi Thalib. Semoga makalah ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya, dan memberikan banyak manfaat kepada pembaca pada umumnya. Sesuai dengan sabda rasulullah saw. “Sebaik-baik diantara manusia sekalian, ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain”.

description

 

Transcript of Makalah spi

Page 1: Makalah spi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat-nikmatnya, serta memberikan ilmu pengetahuan. Sehingga penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang salah satu sahabat rasulullah saw, khulafaur rasyidin yaitu khalifah Ali bin Abi Thalib.

Shalawat dan salam semoga tetap selalu tercurah dan terlimpah kepada seorang manusia biasa yang mempunyai akhlaq yang sangat mulia, yaitu nabi Muhammad saw, kepada keluarga , sahabat, serta pengikutnya yang istiqomah menjalankan sunnah-sunnahnya dari dulu, sekarang, hingga hari pembalasan.Allahumma salli ‘ala Muhammad.

Selesainya makalah ini, tentunya tidak lepas dari bimbingan dosen Bpk. Drs. M. Syafe’i, serta keluarga yang selalu mendukung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka.

Makalah ini dibuat secara ringkas, namun mudah-mudahan tidak mengurangi sejarah aslinya. Pada kesempatan yang baik ini penulis mengangkat tentang profil Ali bin Abi Thalib, beberapa keutamaan Ali bin Abi Thalib, kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, memerangi khawarij, syahidnya Ali bin Abi Thalib, serta beberapa perkataan hikmah Ali bin Abi Thalib.

Semoga makalah ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya, dan memberikan banyak manfaat kepada pembaca pada umumnya. Sesuai dengan sabda rasulullah saw. “Sebaik-baik diantara manusia sekalian, ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain”.

Samata, 18 April 2013

                                                                                

Penulis,

Page 2: Makalah spi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8.

Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: الراشدون (الخلفاء atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam

Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum.

Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.

Page 3: Makalah spi

B. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah

1. Mengetahui biografi Ali bin Abi Thalib.

2. Mengetahui dinamika pemilihan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah.

3. Mengetahui kondisi islam dan kaum muslimin masa khalifahan Ali bin Abi Thalib.

4. Mengetahui berbagai peristiwa masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.

Page 4: Makalah spi

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Kelahiran Khalifah Ali Bin Abi Thalib

Imam Ali r.a dilahirkan hari Jum'at, 13 bulan Rajab, 12 tahun sebelum Nabi

Muhammad s.a.w. mendapat risalah, Sepanjang ingatan orang, inilah untuk pertama

kali seorang wanita melahirkan puteranya dalam Ka'bah. Kelahiran bayi ini hanya

disaksikan oleh ayah bundanya saja. Kejadian yang luar biasa ini, beritanya segera

tersiar ke berbagai penjuru. Berbondong- bondonglah mereka, terutama keluarga

Bani Hasyim, datang ke Ka'bah, guna menyaksikan bayi yang baru lahir. Di antara

yang datang ialah Nabi Muhammad s.a.w. Bayi ini saudara misan beliau sendiri.

Beliau menggendong bayi tersebut, kemudian bersama ayah-ibunya pulang ke rumah

Abu Thalib.

Pemuka-pemuka Quraisy diundang mengunjungi pesta itu, sebagai

penghormatan atas kelahiran puteranya. Pada kesempatan itulah Abu Thalib

mengumumkan pemberian nama "Ali" kepada puteranya yang baru lahir. "Ali"

berarti "luhur". Sesungguhnya, sebelum berlangsung pesta walimah, di mana Abu

Thalib mengumumkan nama "Ali" bagi puteranya yang keempat itu, Fatimah telah

memberi nama "Haidarah", yang berarti "Singa". Satu nama yang diambil

persamaannya dari nama Asad, nama datuknya dari pihak ibu, yang juga berarti

"Singa". Sementara orang mengatakan, bahwa yang memberi nama "Haidarah" ialah

orang-orang Quraisy. Tetapi sejarah membuktikan, bahwa nama "Haidarah" itu

sesungguhnya pemberian ibunya sendiri.

Bukti sejarah ini dapat diketahui dari peristiwa perang-tanding, seorang

lawan seorang, antara Imam Ali r.a. melawan Marhaban. Dalam perang-tanding itu

Marhaban mengagul-agulkan diri engan bait syairnya: "Aku inilah yang diberi nama

Marhaban oleh ibuku!" Imam Ali r.a. segera menukas dan melanjutkan bait syair itu

dengan kata-katanya: "Aku inilah yang diberi nama Haidarah oleh ibuku!" Hanya

Page 5: Makalah spi

saja nama yang diberikan ibunya menjadi tenggelam sesudah pengumuman ayahnya

dalam pesta walimah, yaitu "Ali". Ia lebih terkenal dengan nama Ali bin Abi Thalib.

Ketika di bawah asuhan Rasul Allah s.a.w., Imam Ali r.a. pernah diberi

julukan "Abu Turab", yang artinya "Si Tanah". Pemberian julukan itu erat kaitannya

dengan peristiwa ditemuinya Imam Ali r.a. di satu hari sedang tidur berbaring di atas

tanah. Yang menemuinya Nabi Muhammad s.a.w. sendiri. Beliau menghampirinya

dan duduk dekat kepalanya sambil mengusap-usap punggungnya guna membuang

debu-tanah. Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. membangunkannya seraya berkata:

"Duduklah, engkau hai Abu Turab!" Nama Abu Turab ini paling disukai oleh Imam

Ali r.a. Ia sangat bangga bila dipanggil dengan nama itu. [1]

2.      Dinamika Pemilihan Ali Bin abi Thalib Sebagai Khalifah

Menurut penuturan Abu Mihnaf, sebagaimana tercantum dalam Syarh Nahjil

Balaghah, jilid IV, halaman 8, dikatakan, bahwa ketika itu kaum Muhajirin dan

Anshar berkumpul di masjid Rasul Allah s.a.w. Dengan harap-harap cemas mereka

menunggu berita tentang siapa yang akan menjadi Khalifah baru. Masjid yang

menurut ukuran masa itu sudah cukup besar, penuh sesak dibanjiri orang. Di antara

tokoh-tokoh muslimin yang menonjol tampak hadir Ammar bin Yasir, Abul Haitsam

bin At Thaihan, Malik bin 'Ijlan dan Abu Ayub bin Yazid. Mereka bulat

berpendapat, bahwa hanya Ali bin Abi Thalib r.a. lah tokoh yang paling mustahak

dibai'at. Diantara mereka yang paling gigih berjuang agar Imam Ali r.a. dibai'at

ialah Ammar bin Yasir. Dalam mengutarakan usulnya, pertama-tama Ammar

mengemukakan rasa syukur karena kaum Muhajirin tidak terlibat dalam

pembunuhan Khalifah Utsman r.a.

[1] H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Ali Bin Abi Thalib ra, (Jakarta : Lembaga Penyelidikan Islam, 1981), h. 6-7

Page 6: Makalah spi

Kepada kaum Anshar, Ammar menyatakan, jika kaum Anshar hendak

mengkesampingkan kepentingan mereka sendiri, maka yang paling baik ialah

membai'at Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Ali bin Abi Thalib, kata Ammar,

mempunyai keutamaan dan ia pun orang yang paling dini memeluk Islam. Kepada

kaum Muhajirin, Ammar mengatakan: kalian sudah mengenal betul siapa Ali bin

Abi Thalib. Oleh karena itu aku tak perlu menguraikan kelebihan-kelebihannya lebih

panjang lebar lagi. Kita tidak melihat ada orang lain yang lebih tepat dan lebih baik

untuk diserahi tugas itu! Usul Ammar secara spontan disambut hangat dan didukung

oleh yang hadir. Malahan kaum Muhajirin mengatakan: "Bagi kami, ia memang

satu-satunya orang yang paling afdhal!" Setelah tercapai kata sepakat, semua yang

hadir berdiri serentak, kemudian berangkat bersama-sama ke rumah Imam Ali r.a.

Di depan rumahnya mereka beramai-ramai minta dan mendesak agar Imam

Ali r.a. keluar. Setelah Imam Ali r.a. keluar, semua orang berteriak agar ia bersedia

mengulurkan tangan sebagai tanda persetujuan dibai'at menjadi Amirul Mukminin.

Pada mulanya Imam Ali r.a. menolak dibai'at sebagai Khalifah. Dengan terus terang

ia menyatakan : "Aku lebih baik menjadi wazir yang membantu daripada menjadi

seorang Amir yang berkuasa. Siapa pun yang kalian bai'at sebagai Khalifah, akan

kuterima dengan rela. Ingatlah, kita akan menghadapi banyak hal yang

menggoncangkan hati dan fikiran." Jawaban Imam Ali r.a. yang seperti itu tak dapat

diterima sebagai alasan oleh banyak kaum muslimin yang waktu itu datang

berkerumun di rumahnya. Mereka tetap mendesak atau setengah memaksa, supaya

Imam Ali r.a. bersedia dibai'at oleh mereka sebagai Khalifah. Dengan mantap

mereka menegaskan pendirian: "Tidak ada orang lain yang dapat menegakkan

pemerintahan dan hukum-hukum Islam selain anda. Kami khawatir terhadap ummat

Islam, jika kekhalifahan jatuh ketangan orang lain…"

Beberapa saat lamanya terjadi saling-tolak dan saling tukar pendapat antara

Imam Ali r.a. dengan mereka. Para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. dan para

pemuka kaum Muhajirin dan Anshar mengemukakan alasannya masing-masing

tentang apa sebabnya mereka mempercayakan kepemimpinan tertinggi kepada Imam

Page 7: Makalah spi

Ali r.a. Betapapun kuat dan benarnya alasan yang mereka ajukan Imam Ali r.a. tetap

menyadari, jika ia menerima pembai'atan mereka pasti akan menghadapi berbagai

macam tantangan dan kesulitan gawat. Baru setelah Imam Ali r.a. yakin benar,

bahwa kaum muslimin memang sangat menginginkan pimpinannya, dengan

perasaaan berat ia menyatakan kesediaannya untuk menerima pembai'atan mereka.

Satu-satunya alasan yang mendorong Imam Ali r.a. bersedia dibai'at, ialah demi

kejayaan Islam, keutuhan persatuan dan kepentingan kaum muslimin. Rasa tanggung

jawabnya yang besar atas terpeliharanya nilai-nilai peninggalan Rasul Allah s.a.w.,

membuatnya siap menerima tanggung jawab berat di atas pundaknya. Sungguh pun

demikian, ia tidak pernah lengah, bahwa situasi yang ditinggalkan oleh Khalifah

Utsman r.a. benar-benar merupakan tantangan besar yang harus ditanggulangi.

Keputusan Imam Ali r.a. untuk bersedia dibai'at sebagai Amirul Mukminin

disambut dengan perasaan lega dan gembira oleh sebagian besar kaum muslimin.

Kepada mereka Imam Ali r.a. meminta supaya pembai'atan dilakukan di masjid agar

dapat disaksikan oleh umum. Kemudian Imam Ali r.a. juga memperingatkan, jika

sampai ada seorang saja yang menyatakan terus terang tidak menyukai dirinya, maka

ia tidak akan bersedia dibai'at. Mereka dapat menyetujui permintaan Imam Ali r.a.,

lalu ramai-ramai pergi menuju masjid. Setibanya di Masjid, ternyata orang pertama

yang menyatakan bai'atnya ialah Thalhah.

Ubaidillah. Menyaksikan kesigapan Thalhah itu, seorang bernama Qubaisah

bin Dzuaib Al Asadiy menanggapi: "Aku Khawatir, jangan-jangan pembai'atan

Thalhah itu tidak sempurna!" Ia mengucapkan tanggapannya itu karena tangan

Thalhah memang lumpuh sebelah. Orang lain membiarkan komentar itu lewat begitu

saja. Zubair bin Al-'Awwam segera mengikuti jejak Thalhah menyatakan bai'at

kepada Imam Ali r.a. Sesudah itu barulah kaum Muhajirin dan Anshar menyatakan

bai'atnya masing-masing. Yang tidak ikut menyatakan bai'at ialah Muhammad bin

Maslamah, Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Salam, Abdullah bin Umar, Usamah bin

Zaid, Saad bin Abi Waqqash, dan Ka'ab bin Malik. Tata cara pembai'atan dilakukan

Page 8: Makalah spi

menurut prosedur sebagaimana yang lazim berlaku atas diri Khalifah-khalifah

sebelumnya. Sesuai dengan tradisi pada masa itu, sesaat setelah dibai'at

Amirul Mukminin Imam Ali r.a. menyampaikan amanatnya yang pertama.

Antara lain mengatakan:

"Sebenarnya aku ini adalah seorang yang sama saja seperti kalian. Tidak

ada perbedaan dengan kalian dalam masalah hak dan kewajiban. Hendaknya kalian

menyadari, bahwa ujian telah datang dari Allah s.w.t. Berbagai cobaan dan fitnah

telah datang mendekati kita seperti datangnya malam yang gelap-gulita. Tidak ada

seorang pun yang sanggup mengelak dan menahan datangnya cobaan dan fitnah itu,

kecuali mereka yang sabar dan berpandangan jauh. Semoga Allah memberikan

bantuan dan perlindungan. "Hati-hatilah kalian sebagaimana yang telah

diperintahkan oleh Allah s.w.t. kepada kalian, dan berhentilah pada apa yang

menjadi larangan-Nya. Dalam hal itu janganlah kalian bertindak

tergesa-gesa, sebelum kalian menerima penjelasan yang akan kuberikan.

"Ketahuilah bahwa Allah s.w.t. di atas 'Arsy-Nya Maha Mengetahui, bahwa

sebenarnya aku ini tidak merasa senang dengan kedudukan yang kalian berikan

kepadaku. Sebab aku pernah mendengar sendiri Rasul Allah s.a.w. berkata: "Setiap

waliy (penguasa atau pimpinan) sesudahku, yang diserahi pimpinan atas kaum

muslimin, pada hari kiyamat kelak akan diberdirikan pada ujung jembatan dan para

Malaikat akan membawa lembaran riwayat hidupnya. Jika waliy itu seorang yang

adil, Allah akan menyelamatkannya karena keadilannya. Jika waliy itu seorang yang

dzalim, jembatan itu akan goncang, lemah dan kemudian lenyaplah kekuatannya.

Akhirnya orang itu akan jatuh ke dalam api neraka…" [2]

[2] Ibid, h. 83-85

Page 9: Makalah spi

3. Kondisi Islam dan Kaum Muslimin Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib

Kholifah Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai .

a.   Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap.

     Kholifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap dalam bekerja. Akan tetapi, pejabat-pejabat tersebut ternyata banyak yang berasal dari keluarga Kholifah Usman bin Affan ( Bani Umayah ). Akibatnya, makin banyak kalangan Bani Umayah yang tidak  menyukai Kholifah Ali bin Abi Thalib.

b.  Membenahi Keuangan Negara ( Baitul Mal )

     Setelah mengganti para pejabat yang kurang cakap, Khalifah Ali bin Abi Tahlib kemudian menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak  benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.

c.  Memajukan Bidang Ilmu Bahasa.

    Pada saat Kholifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan , Wilayah Islam sudah mencapai India. Pada saat itu , penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Al-Qur'an dan Hadits di daerah-daerah yang jauh dari Jazirah Arab.    Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur'an dan Hadits. Kholifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajarai tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat membantu orang-orang non  Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu Al-Qur'an dan Hadits.

d.   Bidang Pembangunan     Salah satu pembangunan yang mendapat perhatian khusus dari Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah pembangunan Kota Kuffah. Pada awalnya kota Kufah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi , Kota Kufah kemudian berkembang  menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits,ilmu nahwu dan ilmu pengetahuan lainya.     Pada waktu itu , perselisihan antara pendukung Kholifah Ali bin Abi Thalib dan Mua'wiyah bin Abu Sufyan makin membesar. Perselisihan itulah yang menjadi awal

Page 10: Makalah spi

berakhirnya pemerintahan Islam dibawah Khulafaur Rasyidin. meskipun memiliki kelemahan-kelemahan, para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintahan Islam masa Khulafaur Rasyidin merupakan masa pemerintahan Islam yang paling mendekati masa pemerintahan Rasulullah saw.[3]

4. Berbagai Peristiwa Masa Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib

Politik Ali bin Abi Talib

Menurut pendapat Ali bin Abi Talib wali-wali yang diangkat Khalifah Utsman tidak layak dan cakap mengurus masalah ummat Islam. Maka sekalipun kedudukannya sebagai khalifah belum kuat dan kokoh, niatnya telah tetap akan memberhentikan para wali itu. Beberapa sahabat memberi peringatan kepada Ali agar dia membatalkan niatnya itu. Akan tetapi dia tidak mau mundur barang setapak, niatnya itu dilaksanakan.

Perpecahan ummat Islam

Oleh karena siasat Ali yang sedemikian itu, maka ummat Islam menjadi retak, ummat Islam pecah menjadi tiga golongan (partai), yaitu 1.Golongan pendukung Ali bin Abi Talib, 2. Ummat yang menuntut atas kematian Utsman bin Affan, mereka dikepalai oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan, 3. Yang tidak setuju dengan tuntutan Mu’awiyah dan tidak setuju dengan pengangkatan Ali, mereka dipimpin oleh Thalhah, Zubair dan ‘Aisyah.

Perang Unta

Khalifah Ali bin Abi Talib telah memecat Mu’awiyah dari jabatannya. Akan tetapi di tidak mempedulikan pemecatannya itu, melainkan ia tetap memegang jabatannya sebagai wali Syam. Maka Ali bin Abi Talib menyiapkan pasukan untuk memeranginya. Akan tetapi ketika ia akan berangkat ke Syam datanglah berita bahwa orang Makkah telah keluar dari kelompok Ali, mereka dikepalai oleh Thalhah, Zubair dan ‘Aisyah. Mereka telah menduduki kota Bashrah dengan tentara besar yang dipimpin oleh ‘Aisyah pada tahun 36 H. (567 M.)

Mendengar berita yang demikian itu, Ali mengurungkan maksudnya untuk menyerang Syam, dan dengan segera ia beserta laskarnya berangkat ke kota Kufah, kemudian terus ke Bashrah dengan membawa tentara 200.000 orang.

[3] Darsono. T Ibrahim .Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/VII

Page 11: Makalah spi

Di Bashrah ia bertemu dengan tentara ‘Aisyah, lalu terjadilah pertempuran yang terkenal dengan Waqi’atul Jamal (Perang Unta). Dinamakan demikian, karena ‘Aisyah yang memimpin pasukan menunggang unta.

Dalam peperangan ini Ali memperoleh kemenangan. Thalhah dan Zubair terbunuh dan ‘Aisyah ditawan. Akan tetapi ia tidak diperlakukan oleh Ali sebagai tawanan, melainkan dihormati dan dimuliakan, lalu dipulangkan ke Makkah, serta dinasehatinya agar dia tidak lagi mencampuri politik negara.

Bani Hasyim dan Bani Umayyah

Perang Unta telah usai, Ali memperoleh kemenangan, sedangkan ‘Aisyah tidak lagi mencampuri urusan politik negara. Akan tetapi perselisihan antara sesama ummat Islam belum berakhir, karena masih ada dua golongan yang bertentangan, yaitu parta Ali dari keluarga bani Hasyim dan partai Mu’awiyah pemimpin keluarga Bani Umayyah.

Partai Bani Umayyah menuduh Ali terlibat dalam pembunuhan atas Utsman bin Affan. Oleh karena itu perselisihan timbul kembali antara keluarga bani Hasyim dan Bani Umayyah sebagaimana paa masa Jahiliah dahulu.

Perbedaan antara Laskar Ali dan Laskar Mu’awiyah

Antara laskar Ali dan laskar Mu’awiyah besar sekali perbedaannya. Mu’awiyah yang telah dua puluh tahun lamanya memerintah di Syam sebagai wali propinsi, dapat menarik hati penduduk negeri itu dengan kemurahan dan kecerdikannya, sehingga ia berkuasa besar dalam wilayah itu dan tak ada seorang penduduk Syam yang mau menyangkal perintahnya. Hal ini bukan karena takut kepada Mu’awiyah, tapi karena sayang dan cinta mereka kepadanya. Dan lagi sifat dan tabi’at orang Syam yang cinta akan peraturan dan patuh kepada undang-undang, menjadi satu pertolongan besar bagi Mu’awiyah, dalam usahanya melaksanakan apa yang diinginkannya.

Sedangkan laskar Ali sebagian besar terdiri dari bangsa Badwi yang masih membenci peraturan, dan enggan tunduk dibawah undang-undang.

Perang Seffein

Khalifah Ali mendengar kabar bahwa Mu’awiyah telah bersiap lengkap akan memeranginya. Oleh kerana itulah Ali bersegera mengerahkan pasukannya untuk menghadapi serangan musuhnya itu di Siffein. Di Siffein di tempat sebelah barat

Page 12: Makalah spi

sungai Euphrat, laskar Ali bertemu dengan laskar Mu’awiyah, lalu terjadilah pertempuran dahsyat antara kedua laskar tersebut, pertempuran ini terjadi selama 40 hari. Dalam pertempuran itu pihak Ali hampir memperoleh kemenangan, sedangkan Mu’awiyah sudah berfikir hendak melarikan diri. Akan tetapi karena tipu daya Amru bin al-‘Ash yang berperang dipihak Mu’awiyah, maksud pelariannya itu diurungkanlah oleh Mu’awiyah. Kemudian ‘Amru bin al-‘Ash menyuruh laskarnya menusuk Mushaf (Qur’an) dengan ujung lembingnya, lalu dinaikkan sebagai tanda hendak berdamai dengan tunduk kepada al-Qur’an.

Tentara Ali tertipu

Melihat hal ini tentara Ali terperdaya, lalu mereka mendesak Ali untuk menghentika perang, Ali bersikukuh hendak melanjutkan peperangan karena ia yakin perdamaian Mu’awiyah hanyalah tipu daya belaka, namun pasukannya selalu mendesaknya untuk berdamai, terpaksalah Ali mengikuti kemauan kebanyakan pasukannya.

Setelah kedua belah pihak sepakat mengadakan majlis tahkim yang akan memutuskan perselisihan itu, Ali mundur dengan tentaranya ke Kufah dan laskar Mu’awiyah mundur ke Syam.

Dalam perdamaian yang akan diadakan itu, pihak Ali diwakili oleh Abu Musa al-Asy’ari seorang tua yang lurus hati, dan pihak Mu’awiyah diwakili oleh ‘Amru bin al-‘Ash seorang ahli siasat Arab yang terkenal licin.

Korban perang Siffein

Dalam pertempuran Siffein dimana kedua belah pihak bertemu di laga sampai 90 kali, menimbulkan banyak korban dari kedua belah pihak. Di pihak laskar Ali gugur 25.000 orang dan dari pihak laskar Mu’awiyah 45.000 orang.

Setelah Ali mengundurkan sentaranya ke Kufah, sebagian pengikutnya mendurhakainya, kaum pendurhaka itu dikenal dengan parti Khawarij (partai yang keluar dari golongan Ali).

Sebat timbulnya pendurhakaan itu adalah karena mereka berpendapat bahwa Ali melakukan kesalahan besar tentang pemberhentian perang dan menerima tahkim, sedang dia hampir saja memperoleh kemenangan. Mereka mendesak Ali supaya meneruskan peperangan, tetapi Ali tidak mau melanggar janji yang telah dibuatnya dengan Mu’awiyah, walaupun hal itu selula tidak disetujuinya. Oleh karena itu kelompok ini mengadakan perlawanan dan membuat keributan dan kerusakan dimana-mana. Jumlah mereka kira-kira 12.000 orang.

Page 13: Makalah spi

Kaum pendurhaka ini sebagian dapat ditindas oleh Ali dan yang sebagian yang lain melarikan diri, dari mereka itulah timbul partai Khawarij kemudian, yaitu golongan ummat Islam yang keras, yang tak mau tunduk dibawah kekuasaan Khalifah manapun. Semboyan mereka adalah: ‘Kekuasaan hanyalah di tangan Tuhan’.

Hasil Tahkim

Setelah datang waktu tahkim sesuai dengan perjanjian, para wali dari kedua belah pihak berkumpul di Dumatul Jandal. Utusan Ali berjumlah 100 orang dikepalai oleh Abu Musa al-Asy’ari dan utusan Mu’awiyah banyaknya juga 100 orang dikepalai oleh ‘Amru bin al-’Ash, sedang Mu’awiyah sendiri termasuk dalam jumlah 100 itu.

Dengan tipu-daya yang licin ‘Amru bin al-’Ash dapat mengalahkan Abu Musa yang lurus hati itu dalam persidangan majlis tahkim.

‘Amru bin al-’Ash menerangkan kepada Abu Musa bahwa untuk menjadi dasar perundingan, maka Ali dan Mu’awiyah diturunkan dari pangkat Khalifah. Sesudah itu soal Khalifah diserahkan kepada ummat Islam dan kepada mereka diberikan kemerdekaan seluas-luasnya tentang siapa yang akan mereka pilih menjadi Khalifah.

Keterangan ‘Amru bin al-’Ash ini diterima oleh Abu Musa dengan sejujur hatinya untuk menjadi dasar perundingan. Di  hari persidangan di Daumatul Jandal itu (suatu tempat antara Irak dan Syam) diharapan beribu-ribu ummat Islam, maka tertipulah Abu Musa oleh kelicikan politik ‘Amru bin al-’Ash.

Karena menghormati ketinggian umur dan derajatnya, ‘Amru bin al-’Ash meminta kepada Abu Musa untuk terlebih dahulu berdiri diatas mimbar, menerangkan dasar perundingan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan ikhlas dan jujur hati Abu Musa naik ke atas mimbar, lalu berpidato menerangkan bahwa untuk kemaslahatan ummat Islam di dan ‘Amru bin al-’Ash telah sepakat untuk memberhentikan Ali dan Mu’awiyah dari jabatan Khalifah. Tentang pengangkatan Khalifah yang baru diserahkan sepenuhnya kepada permusyawaratan ummat Islam. Saya sebagai wakil dari pihak Ali dengan ikhlas dan jujur hati menurunkan Ali dari kursi Khalifahnya”.

Kemudian naik pula ‘Amru bin al-’Ash lalu berkata menerangkan, bahwa ia menerima dan menguatkan keberhentian Ali itu, dan menetapkan Mu’awiyah dalam pangkatnya sebagai Amirul Mu’minin.

Page 14: Makalah spi

‘Amru bin al-’Ash kembali menjadi wali Mesir

Karena kepincangan hasil perdamaian di Daumatul Jandal itu, maka timbullah perang saudara kembali. Dalam pada itu Mu’awiyah berusaha sekuat tenaga untuk menundukkan wali-wali yang diangkat oleh Ali, ‘Amru bin al-’Ash dikirimnya ke Mesir memerangi Muhammad bin Abu Bakar wali negeri dari pihak Ali. Muhammad mati terbunuh dalam peperangan itu dan ‘Amru bin al-’Ash diangkat oleh Mu’awiyah menjadi wali di negeri Mesir, menjabat jabatannya yang lama.

Page 15: Makalah spi

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

     Yang paling terkenal pada masa Ali ini adalah terjadinya Tahkim antara Ali Bin Abi

Thalib dengan Muawwiyah Ibn Abi Sufyan . Dari pihak Ali Ibn Abi Thalib diutus

seorang ulama yang terkenal sangat jujur dan tidak “ cerdik” dalam politik yaitu Abu

Musa Al Asyari. Sebaliknya dari pihak Muawiyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang

yang sangat terkenal sangat “cerdik” dalam berpolitik yaitu Amr ibn Ash.

Dalam tahkim tersebut, pihak Ali Ibn Abi Thalib dirugikan oleh pihak

Muawiyah Ibn Abi Sufyan karena kecerdikan Amr Ibn Ash yang dapat mengalahkan

Abu Musa Al Asyari. Pendukung Ali Ibn Abi Thalib, kemudian terpecah menjadi

dua, yaitu kelompok pertama adalah mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil

Tahkim dan mereka tetap setia kepada Ali Ibn Abi Thalib, sedangkan kelompok yang

kedua adalah kelompok yang menolak hasil Tahkim dan kecewa terhadap

kepemimpinan Ali Ibn Abi Thalib yang kemudian melakukan gerakan perlawanan

terhadap semua pihak yang terlibat dalam Tahkim, termasuk Ali Ibn Abi Thalib.

Page 16: Makalah spi

DAFTAR PUSTAKA

Darsono. T Ibrahim .Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/VII

H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Ali Bin Abi Thalib ra, (Jakarta :

Lembaga Penyelidikan Islam, 1981), h. 6-7

Ibid, h. 83-85

www. Sejarah Dunia Islam Masa Khalifah Keempat. ALI BIN ABI THALIB _

Pondok Pesantren Darunnajah Cipining Bogor.html.diakses pada tanggal

24 April 2013

www.Makalah Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib by Burhannudin FEKON uniska

bjm Web Burhannudin.html.diakses pada tanggal 24 April 2013