BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Masa Nifas
a. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Saiffudin, 2006; hal 23)
Masa nifas di definisikan sebagai periode selama dan tepat
setelah kelahiran. Mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi
kehamilan normal, adaptasi ibu terhadap kehamilan belum menghilang
seluruhnya pada minggu ke 6 postpartum. (Cunningham, 2006: Hal 443)
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang di perlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
(Saleha, 2009: hal 4)
Kala purperium (nifas) yang berlangsung selama 6 minggu atau 42
hari, merupakan waktu yang di perlukan untuk pulihnya organ kandungan
pada keadaan yang normal. Dijumpai dua kejadian penting pada
puerperium, yaitu involusi dan proses laktasi ( Manuaba, 2010: hal 2010)
Menurut Derek masa nifas yaitu masa nifas berlangsung selama
enam minggu dari sejak hari melahirkan. Selama waktu tersebut
perubahan-perubahan fisiologik dan morfologik yang terjadi selama
9
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
kehamilan kembali keadaan tidak hamil. Masa ini juga merupakan masa
wanita tersebut mengambil alih tanggung jawab perawatan bayi yang
masih memerlukan perhatian dan bergantung pada orang lain. Masa ini
dapat menimbulkan masalah, terutama jika ia mendapat kesulitan dalam
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Jadi masa nifas adalah masa yang di mulai dari keluarnya
placenta sampai ketika alat-alat kandungan pulih kembali. Hal itu terjadi
selama 6 sampai 8 minggu.
b. Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2006:
Hal 122)
c. Perubahan fisiologis pada masa nifas
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari
perdarahan postpartum.
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami
proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir
kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses
proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine.
Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah
persalinan, sehingga hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan.
Proses involusi uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat
gambaran sebagai berikut:
1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir sepanjang
12x15 cm, permukaan kasar, di mana pembuluh darah besar
bermuara.
2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan thrombosis, di samping
pembuluh darah tertutup karena kontaksi otot rahim
3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2
sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis
bersama dengan lokea.
5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasal dari tepi luka.
6) Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium
(Manuaba, 2010; hal 200)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d. Perubahan fisiologis dan anatomis puerperium
1) Uterus
Invulusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluara desidua
atau endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang
ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada
lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokhea.
Banyaknya lokhea dan kecepatan involusi tidak di pengaruhi oleh
pemberian obat. Akan tetapi, menyusui akan mempercepat proses
involusi.
Uterus, segera setelah kelahiran bayi, plasenta dan selaput
janin beratnya sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500
gram pada akhir menggu pertama pastca partum dan kembali pada
berat yang biasanya pada saat tidak hamil yaitu 70 gram pada
minggu ke delapan post partum.
Penurunan ukuran yang cepat ini direfleksikan dengan
perubahan lokasi uterus yaitu uterus turun dari abdomen dan kembali
menjadi organ panggul.
2) Lokhea
Lokhea adalah secret yang keluar dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium.
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:
(a) Lokhea rubra yaitu lokhea yang keluar dari hari ke 1 sampai hari
ke 3, warna merah dan hitam dan terdiri dari sel desidua, vernik
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(b) Lokhea sanguinolenta yaitu lokhea yang keluar dari hari ke 3
sampai hari ke 7, berwarna putih bercampur merah.
(c) Lokhea serosa yaitu lokhea yang keluar dari hari ke 7 sampai 14
hari, berwarna kekuningan.
(d) Lokhea alba yaitu lokhea yang keluar setelah hari ke 14,
berwarna putih (Manuaba, 2010; hal 201)
3) Vagina dan puerperium
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar mungkin
mengalami beberapa derajat edema dan memar dan celah pada
introitus. Setelah satu hingga dua hari post partum tonus otot vagina
kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema.
Sekarang vagina menjadi berbanding lunak, lebih besar dari biasanya
dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya
rugae vagina sekitar seminggu ketiga pasca partum (Varney, 2008:
Hal 960)
4) Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormone saat
melahirkan. Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum
meliputi penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi
jaringan payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya
kolostrum, apakah payudara terisi air susu, dan adanya sumbatan
duktus, kongesti, dan tanda-tanda mastitis potensial (Varney, 2008:
Hal 961)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
e. Tahapan dalam masa nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal
ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dianggap bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3) Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi (Sulistyawati, 2009; hal 5)
f. Pengeluaran pervaginam pada masa nifas
Pengeluaran lokhea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
sebagai berikut:
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:
(e) Lokhea rubra yaitu lokhea yang keluar dari hari ke 1 sampai hari ke
3, warna merah dan hitam dan terdiri dari sel desidua, vernik
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.
(f) Lokhea sanguinolenta yaitu lokhea yang keluar dari hari ke 3 sampai
hari ke 7, berwarna putih bercampur merah.
(g) Lokhea serosa yaitu lokhea yang keluar dari hari ke 7 sampai 14 hari,
berwarna kekuningan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(h) Lokhea alba yaitu lokhea yang keluar setelah hari ke 14, berwarna
putih (Manuaba, 2010; hal 201)
g. Kunjungan pada masa nifas
Kunjungan masa nifas di lakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan ini
bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk
mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut
yaitu sebagai berikut: (Saifuddin, 2006: Hal 23-24)
KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN I 6 – 8 Jam Post
partum a. Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri. b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain. c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu d. Konselinng pemberian ASI ekslusif. e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia. II 6 Hari Post
partum a. Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal serta tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
d. Memastikan ibu mendapat makanan dan minuman yang cukup.
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
III 2 Minggu Post Partum
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
d. Memastikan ibu mendapat makanan dan minuman yang cukupi.
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
IV 6 Minggu Post Partum
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang di alami ibu atau bayinya.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
h. Keadaan abnormal pada payudara
Payudara telah di persiapkan sejak mulai terlambat datang bulan
sehingga pada waktunya dapat memberikan ASI dengan sempurna.
Untuk dapat melancarkan pengeluaran ASI dilakukan persiapan sejak
awal hamil dengan melakukan masase, menghilangkan kerak pada puting
susu sehingga duktusnya tidak tersumbat. Puting susu saat mandi perlu di
tarik-tarik sehingga menonjol untuk memudahkan mengisap ASI.
(Manoaba, 2002: Hal 317)
i. Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan
garam organic yang disekresi olek kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bagi bayi.
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam:
1) Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama
sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan
yang agak kental berwarna kekuning kuningan dengan protein yang
tinggi, mengandung imunoglobin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn,
Fe) fitamin (A, E, K dan D)
2) Asi masa transisi
Asi transisi merupakan asi yang dihasilkan mulai dari hari
keempat sampai hari kesepuluh.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Ciri dari air susu masa transisi adalah sebagai berikut:
a) Merupakan asi peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang
matur
b) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi
ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru
terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
c) Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan
lemak makin tinggi
d) Volumenya juga akan makin meningkat
3) Asi mature
Asi mature merupakan asi yang dihasilkan mulai dari
kesepuluh sampai seterusnya.
Ada pun ciri dari susu matur adalah sebagai berikut:
a) Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.
Komposisi relative konstan (ada pula yang mengatakan bahwa
komposisi ASI relative konstan baru mulai pada minggu ke-3
sampai minggu ke-5.
b) Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan
terkecukupi, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling
baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.
c) Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuning yang
diakibatkan warna dari garam kalsium yang terdaat didalamnya.
d) Tidak menggumpal jika dipanaskan
e) Terdapat anti microbial factor (Manoaba, 2010; hal 214)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
j. Proses Terbentuknya ASI
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar
estrogen yang tinggi. Pada hari kedua dan ketiga pasca persalinan, kadar
estrogen dan progestron turun drastic, sehingga pengaruh prolaktin lebih
dominan dan pada saat ini mulai terjadi sekresi ASI.
Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu,
terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks
prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh
hisapan bayi.
1) Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat
pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut
afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise
anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk
memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang di sekresi dan jumlah
susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan yaitu
frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
2) Refleks aliran
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin.
Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi
sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus dan sinus menuju
putting susu (Kristiyanasari, 2009; hal 6)
k. Proses laktasi dan menyusui
Proses ini dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui dini, dimana
ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta
mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang
menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta
tersebut tidak diproduksi lagi, sehingga susu pun keluar. Umumnya ASI
keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnya dipayudara
sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena
mengandung zat kaya gizi dan anti bodi pembunuh kuman.
a) Laktasi
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan
selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, ada kalanya
seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI. Kendala yang
utama adalah karena produksi ASI yang tidak lancar.
b) Menyusui
Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai
makanan alamiah yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI ekslusif
serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat
diandalkan untuk membangun SDM yang berkualitas. Seperti kita
ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna
untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Selain itu, dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan
perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam
kehidupan.
Gambar 1. Anatomi fisiologis (Manoaba, 2010: Hal 419)
l. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
1) Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga
epitel yang lepas tidak menumpuk.
2) Puting susu di tarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3) Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu
atau dengan jalan operasi.
m. Keuntungan dan kerugian pemberian ASI
Ada kerugian maupun keuntungan dalam pemberian Asi pada bayi
yaitu sebagai berikut: (Manoaba, 2010: Hal 215)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Keuntungan Kerugian 1. ASI telah di siapkan sejak mulai
kehamilan sehingga sesuai
dengan kebutuhan tumbuh
kembang bayi.
2. ASI mempunyai kelebihan dalam
susunan kimia, komposisi
biologis dan mempunyai
substansi spesifik untuk bayi.
3. ASI siap setiap saat untuk
diberikan kepada bayi dengan
sterilitas yang terjamin.
4. ASI dapat di simpan selama 8
jam tanpa perubahan apapun,
sedangkan susu botol hanya
cukup 4 jam.
5. Karena bersifat spesifik, maka
pertumbuhan bayi baik dan
terhindar dari beberapa penyakit
tertentu.
6. Ibu yang siap memberikan ASI
mempunyai keuntungan:
a. Terjadi laktasi amenorea,
dapat bertindak sebagai
metode KB dalam waktu
relatif 3 sampai 4 bulan.
b. Mempercepat terjadinya
involusi uterus
c. Pemberian ASI mengurangi
kejadian karsinoma mamae
d. Melalui pemberian ASI, kasih
1. Waktu pemberian ASI tidak
terjadwal, bergantung pada bayinya
2. Kesiapan ibu untuk memberikan ASI
setiap saat
3. Terdapat kesulitan bagi ibu yang
bekerja di luar rumah.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
sayang ibu terhadap bayi
lebih baik sehingga
menumbuhkan hubungan
batin lebih sempurna.
n. Komplikasi pada masa nifas
1) Perdarahan postpartum
Perdarahan postpartum mencakup semua perdarahan yang
terjadi setelah kelahiran bayi. Menurut definisi perdarahan
postpartum yaitu hilangnya darah lebih dari 500 ml selama 24 jam
pertama (Oxorn, 2010: Hal 412)
Menurut Hanifa perdarahan postpartum adalah perdarahan
500 cc atau lebih setelah kala III (setelah plasenta lahir) (Hanifa,
2005: Hal 188)
Perdarahan portpartum adalah perdarahan yang berasal dari
tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan
sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu.
(Saiffudin, 2008: Hal 522)
2) Infeksi
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Suhu 38 drajat
celcius atau lebih yang terjadi antara hari kedua sampai kesepuluh
postpartum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari. Kenaikan
suhu tubuh yang terjadi didalam masa nifas di anggap sebagai
infeksi nifas (Saiffudin, 2006: Hal 259)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada
traktus genetalis yang terjadi pada setiap saat pecah ketuban
(ruptur membran) atau persalinan 42 hari setelah persalinan atau
abortus.
Penyebab infeksi
a) Bakteri masuk kedalam uterus melalui jari pemeriksa
atau melalui instrumen pemeriksaan pelvik
b) Bakteri terdapat dalam jeringan yang memar, robek/
laserasi atau jaringan yang mati setelah persalinan
macet.
c) Bakteri masuk sampai kedalam uterus jika terjadi
pecah ketuban yang lama (Suherni, 2009: Hal 133)
Tanda dan gejala infeksi
a) Suhu >38°C
b) Molaise
c) Lokhea berbau tidak sedap
d) Nyeri ditempat infeksi (Varney, 2010: Hal 452).
3) Kelainan payudara
Kelainan payudara di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Kelainan puting payudara
Puting payudara yang retraksi (tidak menonjol keluar
dengan baik) akan menyebabkan kesukaran meneteki. Bila
tidak terlalu berat dapat dibantu dengan pompa payudara atau
air susu dikeluarkan dengan pijatan tangan atau masase.
Luka pada puting payudara menyebabkan terasa sakit saat
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
meneteki. Luka tersebut merupakan tempat masuknya kuman-
kuman sehingga diusahakan untuk menyembuhkan luka
dahulu (Saiffudin, 2008: 654)
b) Bendungan ASI
Bendungan ASI dapat terjadi pada hari kedua atau hari
ketiga ketika payudara telah memproduksi ASI (Saiffudin, 2008:
hal 652)
Bendungan ASI terjadi pada hari kedua atau hari keempat
pasca persalinan pada ibu yang tidak menyusui atau saat ketika
memberi ASI dihentikan (Glance, 2007: Hal 137)
Menurut suherni Bendungan ASI terjadi selama 24 hingga
48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara
sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol.
(Suherni, 2009: Hal 136)
c) Mastitis
Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara
disebabkan karena kuman melalui luka pada puting susu atau
melalui peredaran darah (Mochtar, 1998: Hal 422)
Menurut Derek mastitis terjadi pada minggu pertama setelah
melahirkan. Ibu menderita demam dan disalah satu
payudaranya terdapat daerah yang terasa nyeri kalau di tekan,
merah, dan padat sampai keras.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d) Abses mamae
Abses mamae yaitu timbul akibat menetapnya demam dalam
waktu 48 sampai 72 jam atau pertumbuhan masa yang teraba
(Cunningham, 2006: Hal 454)
4) Postpartum blues
Postpartum blues biasanya dimulai beberapa hari setelah
kelahiran dan selesai 10-14 hari. Postpartum blues meliputi
menangis, merasa letih karena melahirkan, gelisah, perubahan
dalam perasaan, menarik diri dan reaksi negatif terhadap anak
atau keluarga (Varney, 2008: Hal 964-965)
Menurut Mitayani postpartum blues adalah keadaan emosi
yang ditandai episode menangis ringan sesaat dan perasaan lebih
sedih selama 10 hari pertama setelah melahirkan (Mitayani, 2011:
Hal 164)
Postpartum blues menyebabkan ibu mengalami stres diiringi
perasaan sedih dan takut sehingga mempengaruhi emosional dan
sensitivitas ibu pasca persalinan. Gejala-gejala postpartum blues
di tandai dengan sedih, sering menangis, mudah tersinggung,
cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendairi,
gangguan tidur dan ganguan nafsu makan, kelelahan, mudah
sedih, cepat marah, mood mudah berubah, cepat menjadi sedih
dan cepat menjadi gembira, marah terhadap pasangannya dan
bayinya, perasaan bersalah, menjadi sangat pelupa (Suherni,
2009: Hal 91)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2. Bendungan ASI
a. Definisi Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah bendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu (Mochtar, 1998: Hal
420)
Menurut Cunningham Bendungan ASI yaitu terjadi pada payudara
pada 24 jam pertama setelah sekresi laktasi, tidak jarang payudara
meregang, menjadi keras. Hal ini mungkin disertai peningkatan suhu
badan sesaat. (Cuningham, 2006: Hal 453)
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran asi, asi tidak di
kosongkan seluruhnya. Hal ini menjadikan payudara penuh dan
menyebabkan payudara kencang (Manuaba, 2010; hal 420)
Bendungan ASI dapat terjadi pada hari ke 2 atau hari ke 3 ketika
payudara telah memproduksi air susu. Bendungan di sebabkan oleh
pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak sering menyusu,
produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi
kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui.
(Prawirohardjo, 2010: Hal 652)
Jadi, bendungan ASI dapat disimpulkan yaitu penyumbatan karena
saluran ASI yang tidak dikosongkan seluruhnya akan menyebabkan
payudara bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan
meningkat. Apabila kurang penanganan dan kurang cepat tindakan yang
di ambil akan menjadi kejadian yang berlanjut.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Etiologi Bendungan ASI
1.) Etiologi menurut Prawirohardjo, 2008: Hal 652
a) Pengeluaran air susu yang tidak lancar
b) Produksi meningkat
c) Terlambat menyusukan
d) Pembatasan waktu menyusui
e) Hubungan dengan bayi kurang baik
f) Bayi tidak cukup sering menyusu
g) Pembatasan waktu menyusui
2.) Etiologi menurut (Varney, 2008; Hal 993)
Terjadi akibat hambatan aliran air susu karena tekanan
internal atau eksternal misalnya pembesaran vena, pemakaian BH
yang ketat, dan pemkaian baju yang ketat.
c. Faktor predisposisi
1) Psikologi ibu
Psikologi yang mempengaruhi ibu seperti Depresi sering
disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar
merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh
wanita yang membenci bayinya karena tidak mengharapkan bayinya
lahir dan akan mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI yang adekuat
dan hal ini dapat menyebabkan bendungan ASI karena ASI tidak
disusukan (Mitayani, 2011: Hal 19)
2) Pekerjaan ibu
Menurut Mitayani ibu dengan bendungan ASI biasanya
disebabkan karena kurangnya perhatian ibu terhadap bayinya dan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
dalam hal ini rentan sekali ibu terjadi bendungan ASI karena sangat
jarang ibu dalam menyusui bayinya (Mitayani, 2011: Hal 4)
3) Pemakaian BH yang ketat
Ibu yang memakai BH atau baju yang ketat akan
menimbulkan bekas pada payudara, payudara terasa sesak dan akan
menimbulkan payudara menjadi lebih susah untuk digerakan. Dan
akan menjadi factor tidak langsung terjadinya bendungan ASI
(Varney, 2007: Hal 993)
4) Ibu yang melahirkan dengan bedah sesar
Pada ibu yang mengalami bedah sesar dengan pembiusan
umum, tidak mungkin dapat segera menyusui bayinya, karena ibu
belum sadar akibat pengaruh obat bius. Hal ini sangat mempengaruhi
dalam pemberian ASI yang mungkin bisa menyebabkan payudara
penuh karena ASI tdak di susukan pada bayi langsung (Sulistyawati,
2009: Hal 46-47)
5) Ibu yang menderita AIDS
Dugaan factor menyusui menjadi sebagai resiko penderita
AIDS bagi bayi atau anak tentang ibu yang mendapat transfuse
setelah persalinan karena sebagai berikut. Ternyata, bayinya
terinfeksi oleh HIV. Berdasarkan laporan ini lah kemudian diduga ASI
dapat menjadi media penularan HIV. Bahkan, bahwa HIV dapat di
isolasi dari ASI (Varney, 2007: Hal 164)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d. Patofisiologis
Payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-
benjol. Keadaan ini yang lazim di kenal sebagai pembendungan air susu,
sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan biasa disertai
dengan kenaikan suhu yang sepintas. Kelainan tersebut menggambarkan
aliran darah vena normal yang berlebihan dan pengembangan limfatik
dalam payudara, yang merupakan perkusor regular untuk terjadinya
laktasi. Keadaan ini bukan akibat overdistensi system lacteal oleh air susu
(Prawirohardjo, 2010; Hal 104-105)
Payudara yang tidak dikosongkan seluruhnya akan menyebabkan
Bendungan asi terjadi karena sumbatan pada saluran asi yang tidak
dikosongkan seluruhnya. Keluhannya mamae bengkak, keras dan terasa
panas sampai suhu badan meningkat (Sujiyatini, 2009; Hal 104)
e. Tanda dan gejala
1. Tanda dan gejala menurut (Manoaba 2010 Hal 420)
a) Rasa berat pada payudara
b) Payudara terasa panas
c) Badan terasa panas sampai suhu meningkat
d) Payudara bengkak
e) Puting susu kencang
f) Payudara terasa nyeri
g) ASI tidak keluar
2. Tanda dan gejala Menurut (Saiffudin 2008: hal 625)
a) pembengkakan payudara bilateral,
b) payudara teraba keras,
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c) kadang terasa nyeri
d) tidak terdapat tanda kemerahan
3. Tanda dan gejala Menurut (Suherni 2009: Hal 55)
a) benjolan terlihat jelas dalam perabaan lunak
b) adanya pembengkakan yang terlokalisasi
f. Komplikasi
1) Mastitis
Mastitis adalah infeksi dan peradangan parenkrim kelenjar
payudara. Gejala dari mastitis demam yang disertai menggigil,
mialgia, nyeri, pada pemeriksaan payudara ditemukan payudara
membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan, disertai rasa
sangat nyeri (Saiffudin, 2008: Hal 652-653)
2) Abses payudara
Abses payudara terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat
meluasnya peradangan. Sakit ibu tampak lebih parah, payudara lebih
merah mengkilat, benjolan tidak sekeras mastitis, tapi lebih penuh
atau bengkak berisi cairan (Mansjoer, 2008: Hal 326)
g. Penatalaksanaan medis
1. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani bendungan ASI:
a) Perawatan payudara
1) Peralatan dan bahan
Handuk bersih, washlap, cawan, baskom, minyak kelapa, air
hangat, air dingin.
2) Pelaksanaan
(a) Menyiapkan alat dan bahan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(b) Menncuci tangan sebelum tindakan di bawah air mengalir
dengan menerapkan 7 prinsip cuci tangan.
(c) Mengoleskan kedua telapak tangan dengan minyak
kelapa atau baby oil.
Gambarb 2. Oleskan minyak ke tangan
(d) Menempatkan kedua telapak tangan diantara kedua
payudara
Gambar 3. Tempatkan tangan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(e) Melakukan pengurutan, dimulai kearah atas, kesamping
lalu ke bawah.
Gambar 4. pengurutan
Dalam pengurutan posisi tangan kanan kerarah sisi kanan
dan tangan kiri kearah sisi kiri
(f) Melakukan pengurutan ke bawah, ke samping, melintang, lalu
ke depan. Setelah pengurutan ke depan lalu kedua tangan di
lepaskan dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali untuk
setiap payudara.
Gambar 5. Pengurutan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(g) Menyokong payudara dan urut dengan jari tangan
Gambar 6. Sokong payudara
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lalu tiga jari tangan
kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai
dari pangkal payudara sampai pada putting susu. Lakukan
tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan dua kali
gerakan pada tiap payudara.
(h) Menyokong payudara dan urut dengan sisi keliling
Gambar 7. Sokong payudara
Sokong payudara dengan satu tangan sedangkan tangan
yang lain mengurut payudara dengan sisi keliling dari arah
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
tepi kearah putting susu. Lakukan tahap yang sama pada
kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
(i) Membersihkan payudara dengan waslap
Gambar 8. Bersihkan payudara
Membersihkan payudara dari bekas minyak dengan
menggunakan waslap basah dan hangat.
(j) Mengelap payudara ibu dengan handuk kecil.
Gambar 9. Lap payudara
Gunakan handuk kering untuk mengelap.
(k) Mencuci tangan
Biasakan mencuci tangan setelah tindakan dengan
menggunakan 7 prinsip mencuci tangan. (Saleha, 2009: Hal
114-117)
2. Konseling menyusui yang benar
b. Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
1) Mengeluarkan sedikit ASI dari putting susu, kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola.
2) Memposisikan ibu dalam posisi yang rileks dan nyaman
3) Menjelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya.
Empat hal yang pokok yaitu:
a) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus
b) Muka bayi harus menghadap kepayudara, sedangkan
hidungnya kearah putting.
c) Ibu harus memegang bayinya berdekatan pada ibu
d) Untuk BBL ibu harus menopang badan bayi bagian
belakang, di samping kepala dan bahu.
4) Memegang payudara dengan menggunakan ibu jari diatas,
sedangkan jari yang lainnya menopang bagian bawah
payudara, serta gunakan ibu jari untuk membentuk putting
susu demikian rupa sehingga mudah memasukannya ke
mulut bayi.
5) Memberikan rangsangan pada bayi agar membuka mulut
dengan cara menyentuhkan bibir bayi ke putting susu atau
dengan cara menyentuh sisi mulut bayi.
6) Menunggu sampai bibir bayi terbuka cukup lebar
7) Setelah mulut bayiterbuka cukup lebar
Menggerakan segera bayi segera ke payudara dan bukan
sebaliknya ibu atau payudara ibu yang di gerakan ke mulut
bayi.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
8) Mengarahkan bibir bawah bayi di bawah putting susu
sehingga dagu bayi menyentuh payudara.
9) Memperhatikan bayi selama menyusui. (Suherni, 2009: Hal
48)
c. Ciri-ciri bayi menyusu dengan benar
1) Bayi tampak tenang
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Dagu bayi menempel pada payudara
4) Mulut bayi terbuka cukup lebar
5) Bibir bawah bayi juga terbuka lebar
6) Areola yang kelihatan lebih luas di bagian atas dari pada di
bagian bawah mulut bayi.
7) Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya,
lembut dan tidak ada bunyi.
8) Putting susu tidak merasa nyeri
9) Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus
10) Kepala bayi tidak pada posisi tengadah (Suherni, 2009: Hal
48)
3. Tindakan yang dilakukan pada mastitis:
a. BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
b. Memperhatikan yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan
payudara
c. Kompres hangat pada daerah yang terkena mastitis
d. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
e. Peningkatan asupan cairan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
f. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup
g. Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan
keletihan dalam kehidupannya.
h. Pengobatan yang di berikan (Cuningham, 2006: Hal 454)
Terapi Asalan 1. Amoksilin 500 mg
2. Parasetamol
3. Asam fenamat
Untuk mencegah infeksi.
Untuk menurunkan panas yang di
sebabkan infeksi
Untuk mengurangi rasa nyeri
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Menejemen kebidanan yaitu pendekatan yang di gunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian analisis data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi (PP IBI 2006)
1. Teori Asuahan Kebidanan
Teori varney
Dalam bukunya menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah
merupakan salah satu teori yang dapat di gunakan dalam menejemen
kebidanan.
Langkah I: Pengumpulan data dasar
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Ini
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang
berkaitan dengan kondisi pasien.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Langkah II: Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikompulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik.
Langkah III: Diagnosa Potensial
Langkah ini Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi.
Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.
Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera dan
kolaborasi.
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi pasien.
Langkah V: Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu
apa yang akan terjadi berikutnya.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Langkah VI: Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman.
Langkah VII: Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan,
ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksana. Langkah ini untuk mengukur apakah ibu
sudah mengerti tentang perawatan payudara dan cara menyusui yang benar
agar tidak terjadi bendungan ASI (Varney, 2007: Hal 197)
2. Menejemen Asuhan Kebidanaan
Asuhan kebidanan yaitu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
Menejemen dengan menggunakan teori varney mencangkup 7 (tujuh)
langkah yaitu: Pengumpulan data dasar, interpretasi data untuk
mengidentifikasi diagnose atau masalah, mengidentifikasi diagnose atau
masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya, menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi,
menyusun rencana asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan langsung
asuhan dengan efisien dan aman, mengevaluasi.
Ketujuh langkah Varney tersebut adalah sebagai berikut:
Langkah I: Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Ini
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang
berkaitan dengan kondisi pasien.
a. Data Obyektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Varney,
2007: Hal 31)
b) Umur
Umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Dan hal ini sangat
mempengaruhi ibu-ibu, khususnya ibu muda karena ibu bisa saja
tidak mau menyusui bayinya sehingga menyebabkan bendungan
ASI (Mitayani, 2011: Hal 18)
c) Agama
Agama ditanyakan untuk mengetahui perilaku seseorang
tentang kesehatan dan penyakit yang berhubungan dengan
agama, kebiasaan dan kepercayaan dapat menunjang namum
tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat. (Mufdilah,
2011)
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
mengetahuin sejauh mana tingkat itelektualnya, sehingga bidan
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
teutama tentang teknik menyusui yang benar dan perawatan
selama nifas (Anggraeni, 2010: Hal 135)
e) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
Yang berkaitan dengan kebiasaan ibu dalam kehidupan sehari-
hari, contohnya cara ibu dalam memberikan ASI pada bayinya.
(Anggraeni, 2010: Hal 135)
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur seberapa
pedulinya ibu dengan anaknya, contohnya pada ibu bekerja yang
biasanya sangat kurang dalam memperhatikan anak sehingga
anak tidak menyusu dengan adekuat dan hal ini menjadikan
payudara terasa penuh karena kurang menyusui bayi dan
menjadikan penyebab bendungan ASI (Mitayani, 2011: Hal 4)
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah hubungan dengan pasien
apabila diperlukan dalam keadaan mendesak, dan mengetahui
alamat yang lebih jelas dalam melakukan kunjungan rumah untuk
mengetahui hasil dari perawatan yang telah diberikan (Mufdilah,
2011: hal 4)
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa berat pada payudara, payudara
terasa panas, badan terasa panas sampai suhu meningkat, payudara
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
bengkak, payudara terasa nyeri, dan ASI tidak keluar. (Suherni,
2009: Hal 119)
3) Riwayat Kesehatan
Penyakit yang mempengaruhi dalam masalah menyusui adalah
sebagai berikut:
a. Ibu yang melahirkan dengan bedah sesar
Pada ibu yang mengalami bedah sesar dengan
pembiusan umum, tidak mungkin dapat segera menyusui
bayinya, karena ibu belum sadar akibat pengaruh obat bius.
Hal ini sangat mempengaruhi dalam pemberian ASI yang
mungkin bisa menyebabkan payudara penuh karena ASI tdak
di susukan pada bayi langsung (Sulistyawati, 2009: Hal 46-47)
b. Ibu yang menderita AIDS
Factor menyusui sebagai resiko penderita AIDS bagi
bayi atau anak tentang ibu yang mendapat transfuse setelah
persalinan karena sebagai berikut. Ternyata, bayinya
terinfeksi oleh HIV. Berdasarkan laporan inilah, kemudian di
duga ASI dapat menjadi media penularan HIV, bahkan bahwa
HIV dapat di isolasi dari ASI (Varney, 2007: Hal 164)
c. Ibu yang menderita hepatitis B
Seorang ibu dengan HbsAg+ dapat menyusui bayinya
setelah bayinya di beri imunisasi hepatitis B. Memang HbsAg+
di temukan juga dalam ASI, tetapi belum pernah di laporkan
adanya penularan melalui ASI (Sulistyawati, 2009: Hal 47)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
4) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologis anaknya sehingga akan mempengaruhi
proses nifas dan menyusui, yaitu Ibu bisa saja tidak peduli dengan
bayi dan tidak mau menyusui (Mitayani, 2011: Hal 18)
5) Riwayat Obstetrik
a) Menstruasi
Data ini tidak secara langsung berhubungan dengan masa
nifas, namun dari data yang diperoleh dari pasien, akan
mendapatkan gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya, seperti menarghe, siklus, volume, keluhan saat
menstruasi (Anggraeni, 2010: Hal 126)
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu (Anggraeni, 2010)
c) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan , jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi Panjang Badan, Berat Badan, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh
pada masa nifas saat ini (Oxorn, 2010)
6) Riwayat KB
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi selanjutnya (Suherni, 2011: Hal 121)
7) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.
Wanita mengalami banyak perubahan psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering
ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan.
Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues.
Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena
psikologis yang dialami oleh wanita yang membenci bayinya karena
tidak mengharapkan bayinya lahir dan akan mempengaruhi ibu
dalam pemberian ASI yang adekuat dan hal ini dapat menyebabkan
bendungan ASI karena ASI tidak disusukan (Mitayani, 2011: Hal 19)
8) Data Pengetahuan
Data ini dapat bidan peroleh dari beberapa pertanyaan yang
bidan ajukan kepada pasien mengenai perawatan bayi dan teknik
menyusui yang benar. Pengalaman atau riwayat kehamilannya dapat
pula bidan jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyimpulkan sejauh mana pasien mengetahui tentang perawatan
bayi dan cara perawatan payudara serta teknik menyusui yang
benar. Biasanya, dalam pengkajian ini pasien akan langsung
mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan oleh pasien akan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
bidan jadikan sebagai acuan dalam memberikan pendidikan
kesehatan (Anggraeni, 2010)
9) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makanan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, pantangan makanan. Untuk
mengukur sebarapa banyak nutrisi yang dikonsumsi ibu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi (Mufdilah, 2011: Hal
169)
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan buang air kecil , meliputi frekuensi, warna,
jumlah. (Mufdilah, 2011: Hal 170)
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat
penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat penyembuhan dan bisa memperlancar produksi
ASI (Anggraeni, 2010)
d) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia dan daerah
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
payudara, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lokhea
sehingga ibu harus lebih memperhatian personal hygiene.
(Mufdilah, 2010: Hal 96)
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
Mobilisasi dini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian
alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa
sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah
ibu pusing ketika melakukan ambulasi. (Mufdilah, 2011)
b. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan
harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam
keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian
data obyektif ini adalah:
1) Vital sign
a) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolic, yang
kembali secara sepontan ketekanan darah sebelum hamil selama
beberapa hari. Untuk mengetahui pengaruh pada ibu saat
menyusui (Varney, 2007; hal 961)
b. Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama
masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Tetapi
pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali
normal. Kenaikan suhu yang mencapai lebih dari 38 drajat celcius
adalah mengarah ketanda-tanda infeksi. Hal ini biasanya terjadi
pada ibu yang mengalami bendungan Asi (Suherni, 2011: Hal
120)
c. Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir,
kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum.
Hemoragi, demam selama persalinan dan nyeri akut dapat
mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi di atas 100 selama
puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukan
adanya infeksi. (Varney, 2007; hal 961)
d. Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita
selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau
perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi
seperti kelebihan cairan, asma (Varney, 2007; hal 961)
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pemeriksaa fisik yang di lakukan adalah sebagai berikut:
a) Muka
Dilihat unutk melihat wajah ibu mengalami pucat dan lesu
karena merasa tidak nyaman dengan keadaan ibu yang
payudaranya bengkak, nyeri dan demam (Suherni, 2009: Hal120)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b) Mata
Untuk melihat adanya anemis karena berhubungan
dengan pengenceran darah dalam tubuh (Mitayani, 2011: Hal: 18)
c) Leher
Untuk mengkaji adanya infeksi, jika ada panas sebagai
diagnosa banding dari suhu tubuh yang meningkat (Anggraeni,
2010: Hal 124)
d) Pemeriksaan Payudara
(1) Inspeksi : simetris, payudara terlihat merah, mengkilat,
terliha benjoan.
(2) Palpasi : terdapat benjolan, ibu terasa nyeri ketika
payudaranya ditekan (Prawirohardjo, 2007: Hal
120-121)
e) Keadaan abdomen
Uterus
(a) Normal : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada diatas
ketinggian fundus saat masa nifas.
(b) Abnormal: lembek, diatas ketinggian fundus saat masa
postpartum segera (Prawirohardjo, 2007 Hal 127-131)
f) Keadaan genetalia
(1) Lokhea
Lokhea adalah sekret yang keluar dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium.
(a) Lokhea rubra berwarna merah karena mengandung
darah. Ini adalah lokhea pertama yang mulai keluar
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
segera setelah pelahiran dan terus berlanjut selama dua
atau tiga hari postpartum.
(b) Lokhea serosa
Lokhea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih
pucat dari lokhea rubra. Lokhea ini berhenti sekitar tujuh
hingga delapan hari kemudian dengan warna merah
muda, kuning, atau putih.
(c) Lokhea alba
Lokhea alba mulai terjadi sekitar pada hari kesepuluh
postpartum dan hilang sekitar periode dua hingga empat
minggu (Varney, 2007: Hal 960)
(2) TFU : 2 jari bawah pusat
(3) Keadaan perineum
Pada perineum tidak terdapat oedem, pada perineum
terdapat luka jahitan, jahitan masih basah, tidak ada laerasi
pada jalan lahir, perineum tidak memar (Varney, 2010: Hal
450)
(4) Keadaan anus:
Normal : anus tidak hemoroid.
Abnormal : hemoroid (Suherni, 2009: Hal 120)
g) Keadaan Ekstremitas:
Tidak ada edema, tidak ada Varises, tidak ada nyeri pada betis
(Varney, 2010: Hal 451)
Langkah II: Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikompulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik.
a. Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus,
anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas.
Ny…., Umur … tahun, P…A… dengan Bendungan ASI
Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
a. Ibu mengatakan bernama Ny….
b. Ibu mengatakan berusia…
c. Ibu mengatakan melahirkan anak yang ke…
d. Ibu mengatakan merasa payudaranya bengkak
e. Ibu mengatakan bayi tidak mau menyusu (Prihardjo, 2007)
2) Data Obyektif
Meliputi vital sign, keadaan payudara, keadaan abdomen,
keadaan genetalia (Suherni, 2009: Hal 121)
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Data yang didapat dari anamnesa pasien
2) Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Mufdilah, 2011: Hal170)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Langkah III: Diagnosa Potensial
1. Mastitis
2. Abses payudara (Suherni, 2011: Hal 121)
Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera dan
kolaborasi.
1. Mastitis
Antisipasi yang di lakukan pada ibu yang menderita mastitis adalah
sebagai berikut:
a. BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
b. Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum perawatan
payudara.
c. Kompres hangat pada area yang terkena
d. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu.
e. Peningkatan asupan cairan
f. Menganjurkan ibu untuk Istirahat yang cukup
g. Membantu ibu menentukan priotitas untuk mengurangi stres dan
keletihan dalam kehidupannya (Varney, 2007: Hal 1007)
2. Abses payudara
Antisipasi yang di lakukan pada ibu yang menderita mastitis
adalah sebagai berikut:
a. Sering menyusui dan mengosongkan payudara
b. Pemakaian bra yang dapat menyokong payudara
c. Mencuci tangan dan perawatan payudara
d. Kompres hangat dan pijit
e. Tingkatkan asupan cairan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
f. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup
g. Kurangi kelelahan dan stress
h. Beri antibiotic (Varney, 2010: Hal 271)
Langkah V: Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu
apa yang akan terjadi berikutnya. Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk
masalah-masalah sosial, ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal-hal
yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah:
a. Kebersihan diri
Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah payudara
b. Perawatan payudara
1) Jaga kebersihan payudara
2) Beri ASI eksklusif sampai 6 bulan tanpa tambahan makanan lain.
(Mufdilah, 2011: Hal172)
c. Konseling menyusui yang benar
1) Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
a) Mengeluarkn sedikit ASI dari puting susu, kemudian di oleskan
pada puting susu dan areola
b) Memposisikan ibu dalam posisi yang rileks dan nyaman
c) Menjelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayi yang
benar
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Empat hal pokok yaitu:
(1) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus
(2) Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan
hidungnya ke arah puting
(3) Ibu harus memegang bayinya berdekatan pada ibu
(4) Untuk BBL ibu harus menopang badan bayi bagian
belakang, di samping kepala dan bahu
d) Memegang payudara dengan menggunakan ibu jari diatas,
sedangkan jari yang lain menopang bagian bawah payudara,
serta gunakan ibu jari untuk membentuk puting susu demkian
rupa sehingga mudah memasukannya ke mulut bayi.
e) Memberikan rangsangan pada ibu agar membuka mulut
dengan cara menyentuh bibir bayi ke puting susu atau dengan
cara menyentuh sisi mulut bayi.
f) Menunggu sampai bibir bayi terbuka cukup lebar
g) Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar
Menggerakan segera bayi kepayudara dan sebaliknya ibu atau
payudara ibu yang di gerakan ke mulut bayi.
h) Mengarahkan bibir bawah bayi di bawah puting susu sehingga
dagu bayi menyentuh payudara ibu.
i) Memperhatikan bayi selama menyusui (Suherni, 2009: hal 48)
Langkah VI: Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
1. Kebersihan diri
2. Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah payudara
3. Perawatan payudara
a. Menjaga kebersihan payudara
b. Memberi ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan (Anggraini, 2010: Hal
140-144)
4. Konseling menyusui yang benar
a. Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
1) Mengeluarkn sedikit ASI dari puting susu, kemudian di oleskan
pada puting susu dan areola
2) Memposisikan ibu dalam posisi yang rileks dan nyaman
3) Menjelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayi yang
benar
Empat hal pokok yaitu:
(a) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus
(b) Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan
hidungnya ke arah puting
(c) Ibu harus memegang bayinya berdekatan pada ibu
(d) Untuk BBL ibu harus menopang badan bayi bagian
belakang, di samping kepala dan bahu
4) Memegang payudara dengan menggunakan ibu jari diatas,
sedangkan jari yang lain menopang bagian bawah payudara,
serta gunakan ibu jari untuk membentuk puting susu demkian
rupa sehingga mudah memasukannya ke mulut bayi.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
5) Memberikan rangsangan pada ibu agar membuka mulut dengan
cara menyentuh bibir bayi ke puting susu atau dengan cara
menyentuh sisi mulut bayi.
6) Menunggu sampai bibir bayi terbuka cukup lebar
7) Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar
Menggerakan segera bayi kepayudara dan sebaliknya ibu atau
payudara ibu yang di gerakan ke mulut bayi.
8) Mengarahkan bibir bawah bayi di bawah puting susu sehingga
dagu bayi menyentuh payudara ibu.
9) Memperhatikan bayi selama menyusui ( Suherni, 2009: hal 48)
Langkah VII: Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan,
ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksana. Langkah ini untuk mengukur apakah ibu
sudah mengerti tentang perawatan payudara dan cara menyusui yang benar
agar tidak terjadi bendungan ASI (Varney, 2007: Hal 197)
3. Metode pendokumentasikan dengan menggunakan SOAP
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai
asuhan yang telah dan akan di lakukan pada seorang pasien, didalamnya
tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang
pasien sesuai langkah-langkah menejemen kebidanan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Pendokumentasian atau catatan menejemen kebidanan dapat di
terapkan dengan metode soap. Dalam metode soap, S adalah data subyektif,
O adalah data obyektif, A adalah analisis atau assessment, P adalah
planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
singkat. Prinsip dari metode soap ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan menejemen kebidanan.
Berikut adalah pendokumentasian menggunakan SOAP:
S = Data Subjektif
Merupakan pendokumentasian menejemen kebidanan, data subyektif
ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang di catat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis.
O = Objektif
Merupakan pendokumentasian menejemen kebidanan, yang di
peroleh melelui hasil observasi dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium atau diagnostic lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga
atau orang lain dapat dimasukan dalam data obyektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnostik.
A = Assessment
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. YaItu mencakup hal-hal
sebagai berikut:
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
1. Diagnose atau masalah kebidanan
2. Diagnose
3. Antisipasi diagnose lain
P = Planning
Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini
dan yang akan datang. Dalam planning ini juga harus mencantumkan
evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakn yang telah diambil untuk menilai
efektifitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan (Mufdilah, 2011: Hal 123-
124)
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1. Peraturan-peraturan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Pasal 18: Bidan dalam memberikan pelayanan
a. Memberikan imunisasi
b. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas
c. Mengeluarkan plasenta secara menual
d. Bimbingan senam hamil
e. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi
f. Episiotomy
g. Penjahitan luka episiotomy dan luka jalan lahir sampai drajat II
h. Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm.
i. Pemberian infuse
j. Pemberian suntikan intramuskuler uterotenika, aantibiotik
k. Kompresi bimanual
l. Versi ekstraksi gemeli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
m. Vacuk ekstraksi dengan kepala bayi didasar panggul
n. Pengendalian anemi
o. Meningkatan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu.
p. Resusitari pada bayi baru lahir dengan asfiksia
q. Penanganan hipotermi
r. Pemberian minum dengan sonde
s. Pemberian obat-obatan terbatas, melalui lembaran permintaan obat,
sesuai dengan formulir IV terlampir
2. Kompetensi Bidan
Kompetensi ke 5: Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan
menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
Berikut adalah kompetensi bidan dalam memberikan asuhan pada ibu
nifas dan menyusui.
a. Pengetahuan Dasar
1) Fisiologis nifas
2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus
3) Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan peyudara,
abses, mastitis, putting susu lecet, putting susu masuk.
4) Nutrisi pada ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas dan kebutuhan
fisiologis lainnya, seperti pengosongan kandung kemih.
5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir
6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus
7) Bonding dan attachment orang tua dan bayi baru lahir untuk
menciptakan hubungan positif
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
8) Indicator subinvolusi yaitu misalnya perdarahan yang terus menerus,
infeksi
9) Indicator masalah-masalah laktasi
10) Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan
pervaginam menetap, sisa plasenta, sok dan pre eklamsi post
partum.
11) Indicator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti
anemia kronis, hematoma vulva.
12) Kebutuhan konseling dan asuhan selama dan sesudah abortus.
13) Tanda dan gejala komplikasi abortus
b. Keterampilan Dasar
1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatah yang terfokus,
termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan
kelahiran.
2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu
3) Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan
4) Merumuskan diagnose masa nifas
5) Menyusu perencanaan
6) Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.
7) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri
sendiri, istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir.
8) Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksankan rujukan bilamana
perlu.
9) Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai dengan
kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
10) Penatalaksanaan ibu post partum abnormal, seperti sisa plasenta,
syok dan infeksi ringan.
11) Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca
persalinan
12) Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita pasca
aborsi.
13) Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
14) Memberikan antibiotic yang sesuai
15) Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan tntervensi
yang dilakukan
c. Keterampilan Tambahan
1) Melakukan insisi pada hematoma vulva
3. Standar Pelayanan Kebidanan
a. Standar Pelayanan Umum
Terdapat dua standar pelayanan umum sebagai berikut:
Standar 1: Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Standar 2: Pencatatan dan pelaporan
b. Standar Pelayanan Antenatal
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal adalah
sebagai berikut:
Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Standar 5: Palpasi Abdominal
Standar 6: Pengelolaan anemia pada kehamilan
Standar 7: Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Standar 8: Persiapan Persalinan
c. Standar Pertolongan Persalinan
Terdapat empat standar dalam standar pertolongan persalinan
seperti berikut ini:
Standar 9: Asuhan persalinan kala I
Standar 10: Persalinan kala II yang aman
Standar 11: Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Standar 12: Penanganan kala II Dengan gawat janin melalui episiotomi.
d. Standar Pelayanan Nifas
Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas seperti berikut
ini:
Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
Standar 14: Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
e. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal
Disamping standar untuk pelayanan kebidanan dasar (antenatal,
persalinan, nifas) di sini ditambahkan beberapa standar penanganan
kegawatan obstetric neonatal.
Standar 16: Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III
Standar 17: Penanganan kegawatan pada eklamsi
Standar 18: Penanganan kegawatan pada partus lama/macet
Standar 19: Persalinan dengan menggunakan vakum ekstraktor
Standar 20: Penanganan retensio plasenta
Standar 21: Penanganan perdarahan postpartum primer
Asuhan Kebidanan Ibu..., Noni Nofita Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Top Related