BIOETIKABIOETIKA
Nizar Zainal AbidinNizar Zainal Abidin
BIOETIKA
BIOETIKA
PendahuluanPengertian & pemahaman mengenai bioetika adalah penting
sebab :
Bioetika dapat dipandang sebagai dasarnya moral dari
etika praktek kedokteran dewasa ini
Apabila bioetika ini difahami dengan baik, maka sudah
dapat diperoleh pemahaman yang mendasar tentang
etika praktek kedokteran dlm era kini.
BIOETIKA
Ada beberapa faktor penting yg mendorong lahirnya bioetika, a.l.:
● Penelitian dan pengembangan luar biasa dlm ilmu dan teknologi medis dan penerapannya pd manusia sejak tahun 1950 ( revolusi biomedis)
Revolusi biomedis adalah intervensi thd hidup dan kehidupan manusia
● Para dokter sering menghadapi dilema moral dlm mengambil keputusan klinis secepat mungkin sebagai akibat revolusi biomedis tsb. diatas, terutama yg menyangkut penyelamatan hidup, penelitian & eksperimen medis
BIOETIKA
● Tergoncangnya dasar2 moral di banyak negara Barat sejak tahun 1960-an sebagai akibat gerakan2 masal yg menuntut :
liberalism hak2 azasi manusia otonomi emansipasi anti kemapanan dan anti otoritas ( ingat hippies)
Gerakan2 sosial tsb. menyebakan lembaga2 seperti negara, gereja dan militer kehilangan otoritas moral mereka
BIOETIKA
Konsep dan Prinsip BioetikaKonsep Bioetika
Martabat manusia sebagai konsep dasar dalam
Bioetika
Martabat manusia merupakan pengakuan bahwa makhluk
manusia adalah berguna bagi suatu derajat penghargaan
atau penghormatan (human beings are worthy of a particular level
of esteem or respect simply because they are human beings), adalah
suatu cara untuk menyatakan nilai dari manusia, ia adalah
aspek yang inheren dalam keberadaannya sebagai
manusia, sebuah hasil ciptaan Tuhan.
Konsep dan Prinsip BioetikaKonsep Bioetika
Martabat manusia sebagai konsep dasar dalam
Bioetika
Martabat manusia merupakan pengakuan bahwa makhluk
manusia adalah berguna bagi suatu derajat penghargaan
atau penghormatan (human beings are worthy of a particular level
of esteem or respect simply because they are human beings), adalah
suatu cara untuk menyatakan nilai dari manusia, ia adalah
aspek yang inheren dalam keberadaannya sebagai
manusia, sebuah hasil ciptaan Tuhan.
BIOETIKA
Prinsip Bioetika
Prinsip2 utama dlm etika pelayanan kesehatan yg
umum diterima seperti yg dikemukakan dimuka,
berlaku pula disini dan mencakup :
1.prinsip menghargai otonomi
2.prinsip tanpa kekerasan
3.prinsip kemanfaatan
4.prinsip keadilan martabat
Prinsip Bioetika
Prinsip2 utama dlm etika pelayanan kesehatan yg
umum diterima seperti yg dikemukakan dimuka,
berlaku pula disini dan mencakup :
1.prinsip menghargai otonomi
2.prinsip tanpa kekerasan
3.prinsip kemanfaatan
4.prinsip keadilan martabat
BIOETIKA
Tempat dari prinsip-prinsip dalam Bioetika
Di bidang kesehatan adalah sulit untuk berpegang pada
aturan atau prinsip yang mutlak, sebab terdapat banyak
variabel dalam konteks kasus klinik maupun kenyataan
dalam pelayanaan kesehatan, dimana terdapat berbagai
prinsip yang dapat diterapkan dalam banyak situasi
BIOETIKA
How do principles "apply" to a certain case?Principles in current usage in health care ethics seem to be of self-evident value. For example, the notion that the physician "ought not to harm" any patient appears to be convincing to rational persons. Or, the idea that the physician should develop a care plan designed to provide the most "benefit" to the patient in terms of other competing alternatives, seems self-evident. Further, before implementing the medical care plan, it is now commonly accepted that the patient must indicate a willingness to accept the proposed treatment, if the patient is cognitively capable of doing so. Finally, medical benefits should be dispensed fairly, so that people with similar needs and in similar circumstances will be treated with fairness.
How do principles "apply" to a certain case?Principles in current usage in health care ethics seem to be of self-evident value. For example, the notion that the physician "ought not to harm" any patient appears to be convincing to rational persons. Or, the idea that the physician should develop a care plan designed to provide the most "benefit" to the patient in terms of other competing alternatives, seems self-evident. Further, before implementing the medical care plan, it is now commonly accepted that the patient must indicate a willingness to accept the proposed treatment, if the patient is cognitively capable of doing so. Finally, medical benefits should be dispensed fairly, so that people with similar needs and in similar circumstances will be treated with fairness.
BIOETIKA
One might argue that we are required to take all of the above principles into account when they are applicable to the clinical case under consideration. Yet, when two or more principles apply, we may find that they are in conflict. For example, consider a patient diagnosed with an acutely infected appendix. Our medical goal should be to provide the greatest benefit to the patient, an indication for immediate surgery. On the other hand, surgery and general anesthesia carry some small degree of risk to an otherwise healthy patient, and we are under an obligation "not to harm" the patient. Our rational calculus holds that the patient is in far greater danger from harm from a ruptured appendix if we do not act, than from the surgical procedure and anesthesia if we proceed quickly to surgery.
One might argue that we are required to take all of the above principles into account when they are applicable to the clinical case under consideration. Yet, when two or more principles apply, we may find that they are in conflict. For example, consider a patient diagnosed with an acutely infected appendix. Our medical goal should be to provide the greatest benefit to the patient, an indication for immediate surgery. On the other hand, surgery and general anesthesia carry some small degree of risk to an otherwise healthy patient, and we are under an obligation "not to harm" the patient. Our rational calculus holds that the patient is in far greater danger from harm from a ruptured appendix if we do not act, than from the surgical procedure and anesthesia if we proceed quickly to surgery.
BIOETIKA
In other words, we have a "prima facie" duty to both benefit the patient and to "avoid harming" the patient. However, in the actual situation, we must balance the demands of these principles by determining which carries more weight in the particular case. Moral philosopher W.D. Ross claims that prima facie duties are always binding unless they are in conflict with stronger or more stringent duties. A moral person's actual duty is determined by weighing and balancing all competing prima facie duties in any particular case
In other words, we have a "prima facie" duty to both benefit the patient and to "avoid harming" the patient. However, in the actual situation, we must balance the demands of these principles by determining which carries more weight in the particular case. Moral philosopher W.D. Ross claims that prima facie duties are always binding unless they are in conflict with stronger or more stringent duties. A moral person's actual duty is determined by weighing and balancing all competing prima facie duties in any particular case
BIOETIKA
Pengertian dan PemahamanBioetika dapat dinyatakan sebagai etika dari sains biologik (biological science) dan ilmu kedokteran (medicine)
● Bioethics is the study of value judgments pertaining to human conduct in the area of biology and includes those related to the practice of medicine.
● A branch of applied ethics that studies the philosophical, social, and legal issues arising in medicine and the life sciences.
● It is chiefly concerned with human life and well-being, though it sometimes also treats ethical questions relating to the nonhuman biological environmen
(Encyclopaedia Britanica).
BIOETIKA
Beberapa definisi tentang Bioetika :
Shannon :
Bioetika menyelidiki dimensi etis dari:
● teknologi ilmu kedokteran
● biologi
sejauh diterapkan pada kehidupan
BIOETIKA
FJE. Basterra :
● Bioetika bukan hanya berurusan dg hubungan dokter – pasien dari sudut pandangan moral, tetapi ikut juga peduli dg profesi2 terkait, seperti kesehatan mental.
● Bioetika juga mencakup perhatian pd riset2 biomedis dan perilaku manusia, baik berhubungan dg tujuan terapi maupun tidak.
● Studi bioetika juga mencakup secara luas isyu2 sosial seperti kesehatan masyarakat, lingkungan kerja dan demografi.
Ada kalanya bioetika tidak hanya melibatkan diri dengan kehidupan manusia, tetapi juga dg kehidupan hewan dan tumbuh- tumbuhan
BIOETIKA
Perbedaan antara etika medis tradisional dg bioetika : Etika medis tradisional Bioetika
A.Azas2 Hippokrates dg tam- A.Sejak tahun 1960-an ( era biomedis)
bahannya kmd pd th 1948 diawali dengan revolusi biomedis
Sumpah Dokter Internasional (SDI) Banyak dilema yang harus dihadapi
SDI:Sekular / non religis,dokter dokter
berjanji pada diri sendiri dan tak
pd Tuhan, Indonesia juga meng-
acu pd SDI, tapi tetap bersumpah/
berjanji sesuai pancasila
B.Mempunyai obligasi & otoritas B.Menyebabkan goncangan moral moral yang tinggi dasar kehilangan / lemah otoritas moral
BIOETIKA
Bioetika dalam Profesi KedokteranBioetika dalam Profesi Kedokteran
BIOETIKA
Ranah pengetahuan mengenai kesehatan manusia (areas of human health sciences) cukup luas yg terlibat dlm bioetika sbb: Abortion Gene therapy
Artificial insemination Genetically modified food
Artificial life Genetically modified organism
Artificial womb Genomics
Assisted suicide Human cloning
Blood/blood plasma(Trading) Human genetic engineering
Body modification Brain-computer interface
Circumcision Infertility (Treatment)
Cloning Life extension
Confidentiality (medrec) Life support
Consent Lobotomy
Contraception(birth control) Medical malpractice
Cryonics Medical research
Euthanasia (human) Organ donation
Feeding tube Pain management
BIOETIKA
Dlm kuliah ini diketengahkan sebagian dari ranah tsb.diatassesuai dg bobot masalahnya di Indonesia sbb.:
● Etika dan Reproduksi Abortus provocatus Infertilitas Birth control● Etika dan seksualitas Revolusi seksual● Etika dan Euthanasia (human)● Etika dan Medical malpractice● Etika dan Life support & Life extension● Etika dan Assisted suicide● Etika dan Confidentiality (medrec)● Etika dan Consent● Etika dan Organ donation ● Etika dan Medical research
BIOETIKA
Etika dan Reproduksi
Pendahuluan
Eksistensi manusia secara alamiah tak mungkin tanpa
adanya hubungan antara manusia manusia lainnya.
Oleh sebab itu rasio kita mengatakan bahwa tak perlu ada
kekhawatiran bahwa eksistensi alamiah tsb akan terancam
oleh hasil penelitian biokimiawi / biomolekuler dan
bioseluler tentang pembiakan jaringan secara in vitro
BIOETIKA
Ada beberapa topik disini yang perlu dikaji sebab tak jarang dijumpai serta menimbulkan dilemma dalam etika kedokteran sebagai berikut :
● Abortus Abortus provocatus
● Reproduksi yang dibantu Infertilitas (Artificial insemination)
● Contraception Birth control
Ada beberapa topik disini yang perlu dikaji sebab tak jarang dijumpai serta menimbulkan dilemma dalam etika kedokteran sebagai berikut :
● Abortus Abortus provocatus
● Reproduksi yang dibantu Infertilitas (Artificial insemination)
● Contraception Birth control
BIOETIKA
Abortus provocatusAbortus: adalah suatu anomali dari suatu proses alamiah
Abortus provocatus: Nonalamiah, merupakan suatu tindakan yg disengajaTelah dilakukan dibanyak negara sejak zaman dahulu
sp kiniMasalah yg selainnya kedokteran mempunyai banyak
segi (etik, sosial, hukum, agama dsb.)
BIOETIKA
●Abortus provocatus dianggap sebagai tindakan melang-
gar etik / pidana:
Sumpah dokter, KODEKI ps 9 dan KUHP ps 346 sd 349
Tindakan kriminal/tindakan pidana sesuai KUHP
ps 299,38 dan 350
● Dapat dikenakan sanksi etik / hukum pidana (abortus provocatus criminalis).
●Abortus provocatus dianggap sebagai tindakan melang-
gar etik / pidana:
Sumpah dokter, KODEKI ps 9 dan KUHP ps 346 sd 349
Tindakan kriminal/tindakan pidana sesuai KUHP
ps 299,38 dan 350
● Dapat dikenakan sanksi etik / hukum pidana (abortus provocatus criminalis).
BIOETIKA
● Abortus provocatus diluar indikasi medis sukar dituntut oleh hukum, sebab :
- dokter yg menangani terikat oleh rahasia jabatan - wanita yg menggugurkan / menyuruh menggugurkan kandungannya enggan berbicara - kesulitan untuk membuktikan bahwa kandungannya hidup ketika digugurkan - kesulitan untuk membuktikan bhw gugurnya kandungan betul disebabkan oleh tindakan tsb
● Abortus provocatus diluar indikasi medis sukar dituntut oleh hukum, sebab :
- dokter yg menangani terikat oleh rahasia jabatan - wanita yg menggugurkan / menyuruh menggugurkan kandungannya enggan berbicara - kesulitan untuk membuktikan bahwa kandungannya hidup ketika digugurkan - kesulitan untuk membuktikan bhw gugurnya kandungan betul disebabkan oleh tindakan tsb
BIOETIKA
● INDIKASI ABORTUS PROVOCATUS
- Di dunia kedokteran dikenal apa yang disebut abortus provocatus therapeuticus / medicinalis,ialah tindakan medik (pengobatan) untuk menolong jiwa ibu ( indikasi medik) dari bahaya maut dan hal ini dpt dibenarkan secara etik dan hukum, walau hal ini berarti pula euthanasia bagi si janin.
- Ada sejumlah indikasi medik yang dianut, tetapi indikasi
iniberubah dg perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran, misalnya hipertensi & TBC tak lagi menjadi
indikasi untuk melakukan abortus provocatus
therapeuticus
● INDIKASI ABORTUS PROVOCATUS
- Di dunia kedokteran dikenal apa yang disebut abortus provocatus therapeuticus / medicinalis,ialah tindakan medik (pengobatan) untuk menolong jiwa ibu ( indikasi medik) dari bahaya maut dan hal ini dpt dibenarkan secara etik dan hukum, walau hal ini berarti pula euthanasia bagi si janin.
- Ada sejumlah indikasi medik yang dianut, tetapi indikasi
iniberubah dg perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran, misalnya hipertensi & TBC tak lagi menjadi
indikasi untuk melakukan abortus provocatus
therapeuticus
BIOETIKA
Di Swedia dan Swis misalnya ada pembenaran indikasi
nonmedik yg biasanya diminta oleh orang tua janin
misalnya sosial, humanistik dan eugenetik, dimana
pertimbangannya tidak terbatas pada keselamatan atau
kepentingan ibu saja. Contoh: ketidaksanggupan untuk
membesarkan janin yang cacat fisik / mental, tetapi juga
pada keselamatan / kepentingan janinnya, baik raga
(indikasi fisik) maupun jiwanya (indikasi mental)
Di Swedia dan Swis misalnya ada pembenaran indikasi
nonmedik yg biasanya diminta oleh orang tua janin
misalnya sosial, humanistik dan eugenetik, dimana
pertimbangannya tidak terbatas pada keselamatan atau
kepentingan ibu saja. Contoh: ketidaksanggupan untuk
membesarkan janin yang cacat fisik / mental, tetapi juga
pada keselamatan / kepentingan janinnya, baik raga
(indikasi fisik) maupun jiwanya (indikasi mental)
BIOETIKA
Di Indonesia abortus diindikasikan atas kesehatan fisik
maupun mental & harus memenuhi beberapa persyaratan :
- ada indikasi medik yang kuat minimal dipertimbangkan oleh 2 orang dokter
- seorang diantaranya adalah akhli kebidanan
- persetujuan tertulis dari yg hamil dan suaminya / keluarga terdekat
- adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
Di Indonesia abortus diindikasikan atas kesehatan fisik
maupun mental & harus memenuhi beberapa persyaratan :
- ada indikasi medik yang kuat minimal dipertimbangkan oleh 2 orang dokter
- seorang diantaranya adalah akhli kebidanan
- persetujuan tertulis dari yg hamil dan suaminya / keluarga terdekat
- adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
BIOETIKA
Nilai2 dlm agama2 yg besar dan sosio-budaya yg terdapat dibanyak negara memandang abortus sebagai perbuatan yg melanggar keimanan dan kemanusiaan
Oleh sebab itu ia merupakan perbuatan dosa seperti:Dlm agama Islam (pd dasarnya melarang pengguguran bilajaninnya dianggap sudah bernyawa - hamilnya sudah lebihdari 4 bulan -, memperbolehkan apabila ada alasan yg kuatseperti untuk menolong jiwa ibu sedang janinnya belumbernyawa)
Dlm agama Nasrani Katolik (melarang abortus dg alasanapapun juga).
Nilai2 dlm agama2 yg besar dan sosio-budaya yg terdapat dibanyak negara memandang abortus sebagai perbuatan yg melanggar keimanan dan kemanusiaan
Oleh sebab itu ia merupakan perbuatan dosa seperti:Dlm agama Islam (pd dasarnya melarang pengguguran bilajaninnya dianggap sudah bernyawa - hamilnya sudah lebihdari 4 bulan -, memperbolehkan apabila ada alasan yg kuatseperti untuk menolong jiwa ibu sedang janinnya belumbernyawa)
Dlm agama Nasrani Katolik (melarang abortus dg alasanapapun juga).
BIOETIKA
● Hak untuk hidup
Aspek2 etik dari fertilitas in vitro (vivo)
Konsep yg datang dari fihak agama bahwa
kehidupan manusia dimulai saat fertilitasi/pem-
buahan, kehidupan manusia hrs dilindungi thd
eksperimentasi dan intervensi klinik yg dpt lang-
sung / tak langsung membahayakan kelangsung-
an hidup.
● Hak untuk hidup
Aspek2 etik dari fertilitas in vitro (vivo)
Konsep yg datang dari fihak agama bahwa
kehidupan manusia dimulai saat fertilitasi/pem-
buahan, kehidupan manusia hrs dilindungi thd
eksperimentasi dan intervensi klinik yg dpt lang-
sung / tak langsung membahayakan kelangsung-
an hidup.
BIOETIKA
● Beberapa masalah dijumpai disini:
1.Apakah status secara moral dari seorang manusia yg sedang berkembang pesat pada awal fertilitas ini dan status secara moral / etik dari embrio seperti dalam peristiwa abortus dan “foetal surgery”?
2.Siapa yang bertanggungjawab secara moral thd nasib embrio dan fetus dan dlm hal ini apakah ia mempunyai status sebagai manusia atau pasien?
● Beberapa masalah dijumpai disini:
1.Apakah status secara moral dari seorang manusia yg sedang berkembang pesat pada awal fertilitas ini dan status secara moral / etik dari embrio seperti dalam peristiwa abortus dan “foetal surgery”?
2.Siapa yang bertanggungjawab secara moral thd nasib embrio dan fetus dan dlm hal ini apakah ia mempunyai status sebagai manusia atau pasien?
BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN
Reproduksi yang dibantuReproduksi adalah fenomena alamiah tapi manusia melakukan intervensi / rekayasa genetik dg teknik tertentu thd proses alamiah tsb, untuk:
mengontrol pendudukmendapatkan jenis dan bibit unggul tertentuuntuk bank organ dsb,
Akibatnya:
- Menghasilkan hal2 yg dapat merupakan solusi thd masalah tentang fenomena reproduksi tsb - Dpt pula menimbulkan masalah baru yg pelik, (inseminasi buatan, pemilihan seks anak, keluarga berencana, kloning dsb.)
Reproduksi yang dibantuReproduksi adalah fenomena alamiah tapi manusia melakukan intervensi / rekayasa genetik dg teknik tertentu thd proses alamiah tsb, untuk:
mengontrol pendudukmendapatkan jenis dan bibit unggul tertentuuntuk bank organ dsb,
Akibatnya:
- Menghasilkan hal2 yg dapat merupakan solusi thd masalah tentang fenomena reproduksi tsb - Dpt pula menimbulkan masalah baru yg pelik, (inseminasi buatan, pemilihan seks anak, keluarga berencana, kloning dsb.)
BIOETIKA
Jadi perlu dipasang rambu2 agar perkembangan dan penerapan intervensi tsb tetap berjalan secara etis, sesuai dg hukum yg berlaku serta nilai2 yg dianut agama / keyakinan / budaya ybs.
Belakangan terkesan bahwa masalah reproduksi makin dilepaskan dari pembuahan alamiah, jadi prokreasi dpt pula terjadi secara buatan
BIOETIKA
Pertanyaan: Bagaimana sikap dan pandangan yg etis thd hasil konsepsi in vitro?
Apakah ia sudah dpt dipandang sbg manusia hidup / makhluk hidup semata?
Apakah hasil konsepsi in vitro tsb punya potensi menjadi seorang manusia ataukah sesuatu yg tak mempunyai potensi untuk berakhir / entelechy ?
Pertanyaan: Bagaimana sikap dan pandangan yg etis thd hasil konsepsi in vitro?
Apakah ia sudah dpt dipandang sbg manusia hidup / makhluk hidup semata?
Apakah hasil konsepsi in vitro tsb punya potensi menjadi seorang manusia ataukah sesuatu yg tak mempunyai potensi untuk berakhir / entelechy ?
BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN
Infertilitas
Infertility primarily refers to the biological inability of a man
or a woman to contribute to conception. Infertility may also
refer to the state of a woman who is unable to carry a
pregnancy to full term. There are many biological causes of
infertility, some which may be bypassed with medical
intervention
Infertilitas
Infertility primarily refers to the biological inability of a man
or a woman to contribute to conception. Infertility may also
refer to the state of a woman who is unable to carry a
pregnancy to full term. There are many biological causes of
infertility, some which may be bypassed with medical
intervention
BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN
Ethics
There are several ethical issues associated with infertility and its treatment.•High-cost treatments are out of financial reach for some couples.•Debate over whether health insurance companies should be forced to cover infertility treatment.•Allocation of medical resources that could be used elsewhere•Anti-abortion opposition to the destruction of embryos not transferred in vivo.•The legal status of embryos fertilized in vitro and not transferred in vivo. (See also Beginning of pregnancy controversy.
BIOETIKA
•IVF and other fertility treatments have resulted in an increase in multiple births, provoking ethical analysis because of the link between multiple pregnancies, premature birth, and a host of health problems.•Religious leaders' opinions on fertility treatments.•Infertility caused by DNA defects on the Y chromosome is passed on from father to son. If natural selection is the primary error correction mechanism that prevents random mutations on the Y chromosome, then fertility treatments for men with abnormal sperm (in particular ICSI only defer the underlying problem to the next male generation.
BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN
Contraception (Birth control)
Birth control, sometimes synonymous with contraception, is a regimen of one or more actions, devices, or medications followed in order to deliberately prevent or reduce the likelihood of pregnancy or childbirth. "Contraception" may refer specifically to mechanisms that are intended to reduce the likelihood of a sperm cell fertilizing the egg. Birth control is commonly used as part of family planning.
BIOETIKA
● Pengendalian penduduk
Pengendalian jumlah penduduk di Indonesia dilaksanakan melalui program keluarga berencana (KB)
● Definisi dari KB : Upaya merencanakan & mengatur semua aspek kehidupan berkeluarga supaya tercapai keluarga bahagia atau upaya manusia demi untuk kesejahteraan keluarga, dg sengaja mengatur kehamilan dlm keluarga dg tak melawan hukum.
● Pengendalian penduduk
Pengendalian jumlah penduduk di Indonesia dilaksanakan melalui program keluarga berencana (KB)
● Definisi dari KB : Upaya merencanakan & mengatur semua aspek kehidupan berkeluarga supaya tercapai keluarga bahagia atau upaya manusia demi untuk kesejahteraan keluarga, dg sengaja mengatur kehamilan dlm keluarga dg tak melawan hukum.
BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN
Religions vary widely in their views of the ethics of birth
control. In Christianity, the Roman Catholic Church accepts
only Natural Family Planning, while Protestants maintain a
wide range of views from allowing none to very lenient.
Views in Judaism range from the stricter Orthodox sect to
the more relaxed Reform sect. In Islam, contraceptives are
allowed if they do not threaten health or lead to sterility,
although their use is discouraged.[ Hindus may use both
natural and artificial contraceptives. A common Buddhist
view of birth control is that preventing conception is
ethically acceptable, while intervening after conception has
occurred or may have occurred is not.
Religions vary widely in their views of the ethics of birth
control. In Christianity, the Roman Catholic Church accepts
only Natural Family Planning, while Protestants maintain a
wide range of views from allowing none to very lenient.
Views in Judaism range from the stricter Orthodox sect to
the more relaxed Reform sect. In Islam, contraceptives are
allowed if they do not threaten health or lead to sterility,
although their use is discouraged.[ Hindus may use both
natural and artificial contraceptives. A common Buddhist
view of birth control is that preventing conception is
ethically acceptable, while intervening after conception has
occurred or may have occurred is not.
BIOETIKA
Revolusi seksual
Seksualisasi punya beberapa pola dasar
Pd makhluk non seksual tak ada partner
Pd tingkat bakteri, reproduksi terjadi via prinsip identitas,
hanya ada 1 progr. genetik diteruskan, ad random, indivdu
membagi diri ( duplikasi), 1 2, sepanjang masa repro-
duksi merupakan lanjutan hal yg sama
Revolusi seksual
Seksualisasi punya beberapa pola dasar
Pd makhluk non seksual tak ada partner
Pd tingkat bakteri, reproduksi terjadi via prinsip identitas,
hanya ada 1 progr. genetik diteruskan, ad random, indivdu
membagi diri ( duplikasi), 1 2, sepanjang masa repro-
duksi merupakan lanjutan hal yg sama
BIOETIKA
Dlm bentuk yg sangat maju:
Reproduksi seksual (prokreasi) berbeda dg reproduksi
duplikatif, disini bukan 2 dari 1, tapi 1 dari 2, terjadi
kombinasi dari 2 program genetik dg variasi2 “tak
terhingga”, sebab itu perbedaan dlm identitas jadi prinsip
yg pokok & mendasar, jadi indiv. dapat melangsungkan
kehidupannya dg mengikutsertakan individu lain (partner-
nya) dan seksualisasi membuat kehidupan berjalan terus
menerus, via revolusi menuju kesempurnaan kemudian
mengalami polarisasi.
Dlm bentuk yg sangat maju:
Reproduksi seksual (prokreasi) berbeda dg reproduksi
duplikatif, disini bukan 2 dari 1, tapi 1 dari 2, terjadi
kombinasi dari 2 program genetik dg variasi2 “tak
terhingga”, sebab itu perbedaan dlm identitas jadi prinsip
yg pokok & mendasar, jadi indiv. dapat melangsungkan
kehidupannya dg mengikutsertakan individu lain (partner-
nya) dan seksualisasi membuat kehidupan berjalan terus
menerus, via revolusi menuju kesempurnaan kemudian
mengalami polarisasi.
BIOETIKA
Sebagian akhli menyimpulkan hal-hal berikut
1.Kualitas hidup menjadi lebih penting dari kuantitasnya. Dilihat dari segi reproduksi, bentuk yg paling baik adalah individu yg paling kuat & mempunyai sifat paling luhur dan yg tua memberi jalan pd yg muda
2.Program genetik tak hanya merupakan kesenangan dan nafsu, tapi juga kemampuan membentuk & menerima rangsangan2 olfaktorik, auditorik & visual, hingga dg dmk ada akhli yg menyatakan bahwa seksualisasi membawa kita ke suatu keadaan yg sebenarnya tak ada hubungannya dg hidup
Sebagian akhli menyimpulkan hal-hal berikut
1.Kualitas hidup menjadi lebih penting dari kuantitasnya. Dilihat dari segi reproduksi, bentuk yg paling baik adalah individu yg paling kuat & mempunyai sifat paling luhur dan yg tua memberi jalan pd yg muda
2.Program genetik tak hanya merupakan kesenangan dan nafsu, tapi juga kemampuan membentuk & menerima rangsangan2 olfaktorik, auditorik & visual, hingga dg dmk ada akhli yg menyatakan bahwa seksualisasi membawa kita ke suatu keadaan yg sebenarnya tak ada hubungannya dg hidup
BIOETIKA
3.Boleh dikatakan sifat khas seksualisasi “berhubungan” untuk tujuan yg lebih luas dp reproduksi saja, misalnya hubungan dari kualitas2 tertentu,
Dapat pula diketengahkan bahwa bukanlah disebabkan oleh seksualisasi manusia yg satu tertarik pd yg lainnya, tapi tertariknya manusia yg satu thd yg lain menyebabkan terjadinya seksualisasi
BIOETIKA
4.Apabila seksualisasi dilihat dari segi nafsu semata, maka
hal ini merupakan keinginan untuk mendapat kesenangan
yg berlangsung sejenak tanpa rasa bahagia, bagaikan
rasa nikmat sebentar pd waktu makan makanan yg
disukai.
Seksualitas hendaknya dilihat berdasarkan pengertian
tercapainya partnership dari dua orang yang berbeda
jenis
5.Dari segi sosial, perkawinan jauh lebih penting dari
seksualisasi semata dan dari segi agama perkawinan
dan seksualisasi dikaitkan dg hal yg sakral
4.Apabila seksualisasi dilihat dari segi nafsu semata, maka
hal ini merupakan keinginan untuk mendapat kesenangan
yg berlangsung sejenak tanpa rasa bahagia, bagaikan
rasa nikmat sebentar pd waktu makan makanan yg
disukai.
Seksualitas hendaknya dilihat berdasarkan pengertian
tercapainya partnership dari dua orang yang berbeda
jenis
5.Dari segi sosial, perkawinan jauh lebih penting dari
seksualisasi semata dan dari segi agama perkawinan
dan seksualisasi dikaitkan dg hal yg sakral
BIOETIKA
● Ketentuan etik kedokteran yg harus diperhatikan adalah:
1.Butir17 bab I KODEKI (menekankan pd segi etik) menyatakan bahwa “dokter hendaklah berupaya pula menjadi pendidik rakyat yg sebenarnya”, sebab ketidaktahuan mengenai program KB masih merupakan faktor kendala bagi suksesnya program ini, dlm hal ini banyak peran yg dapat dilakukan dokter sep. penyuluh kesehatan (tentang manfaat KB), penggerak pola hidup sehat, konsultan keluarga dlm masalah ybs, penyelenggara kontrasepsi dsb.
● Ketentuan etik kedokteran yg harus diperhatikan adalah:
1.Butir17 bab I KODEKI (menekankan pd segi etik) menyatakan bahwa “dokter hendaklah berupaya pula menjadi pendidik rakyat yg sebenarnya”, sebab ketidaktahuan mengenai program KB masih merupakan faktor kendala bagi suksesnya program ini, dlm hal ini banyak peran yg dapat dilakukan dokter sep. penyuluh kesehatan (tentang manfaat KB), penggerak pola hidup sehat, konsultan keluarga dlm masalah ybs, penyelenggara kontrasepsi dsb.
BIOETIKA
2.Bekerjasama dg semua fihak yg berkaitan erat dg program
KB dg mem-perhatikan butir 8 bab I KODEKI yg menyatakan
bahwa “dalam kerjasama dg para pejabat dibidang kesehatan
lainnya, hendaklah dipelihara pengertian sebaik-baiknya” dan
ini berarti bahwa sikap dan perilaku etik sangat diperlukan bagi
seorang dokter yg berinteraksi dg fihak2 terkait tsb.
3.Masalah tindakan kontrasepsi berkaitan dg kehamilan yg tak diinginkan, yg berlanjut dg abortus provocatus yg pd galibnya berhubungan pula dg hak untuk hidup janin (ingat lafal sumpah dokter), jadi aborsi tak termasuk dlm program KB
2.Bekerjasama dg semua fihak yg berkaitan erat dg program
KB dg mem-perhatikan butir 8 bab I KODEKI yg menyatakan
bahwa “dalam kerjasama dg para pejabat dibidang kesehatan
lainnya, hendaklah dipelihara pengertian sebaik-baiknya” dan
ini berarti bahwa sikap dan perilaku etik sangat diperlukan bagi
seorang dokter yg berinteraksi dg fihak2 terkait tsb.
3.Masalah tindakan kontrasepsi berkaitan dg kehamilan yg tak diinginkan, yg berlanjut dg abortus provocatus yg pd galibnya berhubungan pula dg hak untuk hidup janin (ingat lafal sumpah dokter), jadi aborsi tak termasuk dlm program KB
BIOETIKA
● Beberapa masalah yang dijumpai disini :
a.Adakah hak moral unt. berprokreasi?
Benarkah bahwa keinginan sepasang suami-istri yg
infertil harus dipenuhi? Apakah dari yg semula ingin
mendapatkan keturunan dpt berakibat antikeluarga,
sebab hub. ayah-ibu jadi tak jelas?
b.Bagaimana aspek moral / etik pada tindakan2 donasi
ovum / embrio,pembekuan embrio, amniocentesis,
amnioskopi dan monitoring fetus?
c.Bagaimana apabila fihak ketiga ikut serta?
d.Bagaimana aspek moral / etik pada tindakan sterilisasi?
● Beberapa masalah yang dijumpai disini :
a.Adakah hak moral unt. berprokreasi?
Benarkah bahwa keinginan sepasang suami-istri yg
infertil harus dipenuhi? Apakah dari yg semula ingin
mendapatkan keturunan dpt berakibat antikeluarga,
sebab hub. ayah-ibu jadi tak jelas?
b.Bagaimana aspek moral / etik pada tindakan2 donasi
ovum / embrio,pembekuan embrio, amniocentesis,
amnioskopi dan monitoring fetus?
c.Bagaimana apabila fihak ketiga ikut serta?
d.Bagaimana aspek moral / etik pada tindakan sterilisasi?
BIOETIKA
● Bayi lahir dg hendaya berat, dll
1. Bagaimana aspek moral / etik membiarkan bayi lahir dg hendaya berat?
2. Bagaimana aspek moral / etik menterminasi bayi lahir
dg hendaya berat?
Dlm menelaah permasalah etik faktor2 yg relevan dibahas
a.l.: - pemahaman / tuntutan masyarakat (kebinekaan
sosialbudaya, religi)
- kepribadian dokter
- perkembangan teknologi kedokteran / kesehatan
● Bayi lahir dg hendaya berat, dll
1. Bagaimana aspek moral / etik membiarkan bayi lahir dg hendaya berat?
2. Bagaimana aspek moral / etik menterminasi bayi lahir
dg hendaya berat?
Dlm menelaah permasalah etik faktor2 yg relevan dibahas
a.l.: - pemahaman / tuntutan masyarakat (kebinekaan
sosialbudaya, religi)
- kepribadian dokter
- perkembangan teknologi kedokteran / kesehatan
BIOETIKA
EuthanasiaDari bahasa Yunani : eu = baik dan thanatos = mati / mayat , jadi mati yang baik / tenang
Pengertian: Mengakhiri kehidupan tanpa penderitaanSering diartikan sebagai pengakhiran kehidupan sebab kasihan / membiarkan seseorang mati.
Pengertian yg timbul menurut R.H.Williams disebabkan olehdua hal :
1. Manusia diberi kemampuan oleh Tuhan untuk berfikir2.Manusia mempunyai kemampuan mental dan emosi untuk membuat keputusan dan menggunakannya seefektif mgk.
Definisi : Euthanasia ialah perbuatan mengakhiri kehidupan seorang untuk menghentikan penderitaannya.
EuthanasiaDari bahasa Yunani : eu = baik dan thanatos = mati / mayat , jadi mati yang baik / tenang
Pengertian: Mengakhiri kehidupan tanpa penderitaanSering diartikan sebagai pengakhiran kehidupan sebab kasihan / membiarkan seseorang mati.
Pengertian yg timbul menurut R.H.Williams disebabkan olehdua hal :
1. Manusia diberi kemampuan oleh Tuhan untuk berfikir2.Manusia mempunyai kemampuan mental dan emosi untuk membuat keputusan dan menggunakannya seefektif mgk.
Definisi : Euthanasia ialah perbuatan mengakhiri kehidupan seorang untuk menghentikan penderitaannya.
BIOETIKA
Masih banyak tdp pertentangan mengenai euthanasia, berikut ini beberapa hal :
1.voluntary euthanasia,disini permohonan diajukan pasien disebabkan gangg. atau penyakit jasmaniah yg dpt mengakibatkan kematian segera, dimana kondisinya diperburuk oleh keadaan fisik yg tak menunjang
2.involuntary euthanasia, dimana keinginan untuk mati yg diajukan pasien tak dpt dikerjakan, contoh pd sindroma Tay Sachs, keputusan / keinginan untuk mati ada pd orang tua / yg bertanggung jawab
3.assisted suicide, suatu tindakan bersifat individual, yg pd keadaan & alasan tertentu menghilangkan rasa putus asa dg bunuh diri
4.tindakan yg langsung menginduksi kematian dg alasan meringankan derita tanpa izin individu bersangkutan dan fihak yg berhak untuk mewakilinya. Hal ini sebenarnya merupakan pembunuhan, tapi agak beda pengertiannya sebab tindakan ini dilakukan atas belas kasihan.
Masih banyak tdp pertentangan mengenai euthanasia, berikut ini beberapa hal :
1.voluntary euthanasia,disini permohonan diajukan pasien disebabkan gangg. atau penyakit jasmaniah yg dpt mengakibatkan kematian segera, dimana kondisinya diperburuk oleh keadaan fisik yg tak menunjang
2.involuntary euthanasia, dimana keinginan untuk mati yg diajukan pasien tak dpt dikerjakan, contoh pd sindroma Tay Sachs, keputusan / keinginan untuk mati ada pd orang tua / yg bertanggung jawab
3.assisted suicide, suatu tindakan bersifat individual, yg pd keadaan & alasan tertentu menghilangkan rasa putus asa dg bunuh diri
4.tindakan yg langsung menginduksi kematian dg alasan meringankan derita tanpa izin individu bersangkutan dan fihak yg berhak untuk mewakilinya. Hal ini sebenarnya merupakan pembunuhan, tapi agak beda pengertiannya sebab tindakan ini dilakukan atas belas kasihan.
BIOETIKA
Dilihat dari sudut pandang lainnya euthanasia dibedakan kedalam :a.Euthanasia aktif, disini tindakan dilakukan oleh dokter / tenaga kesehatan lainnya untuk memperpendek / mengakhiri hidup pasien
b.Euthanasia pasif, disini dokter / tenaga kesehatan lainnya secara sengaja tak (lagi) memberi bantuan medis yg dapat memperpanjang hidup pasien
c.Auto-euthanasia, dimana seorang pasien menolak secara tegas dg sadar untuk menerima perawatan medik dan ia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek / mengakhiri hidupnya, dari penolakan tsb ia membuat codicil (pernyataan tertulis dengan tangan sendiri), jadi auto-euthanasia adalah juga euthanasia pasif
Dilihat dari sudut pandang lainnya euthanasia dibedakan kedalam :a.Euthanasia aktif, disini tindakan dilakukan oleh dokter / tenaga kesehatan lainnya untuk memperpendek / mengakhiri hidup pasien
b.Euthanasia pasif, disini dokter / tenaga kesehatan lainnya secara sengaja tak (lagi) memberi bantuan medis yg dapat memperpanjang hidup pasien
c.Auto-euthanasia, dimana seorang pasien menolak secara tegas dg sadar untuk menerima perawatan medik dan ia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek / mengakhiri hidupnya, dari penolakan tsb ia membuat codicil (pernyataan tertulis dengan tangan sendiri), jadi auto-euthanasia adalah juga euthanasia pasif
BIOETIKA
Di indonesia menurut Kodeki, euthanasia dipergunakan dalam 3 arti :
1.Berpindah ke alam baka dg tenang dan aman, tanpa penderitaan, untuk yg beriman dg nama Allah di bibir
2.Ketika hidup akan berakhir penderitaan si sakit diringankan dg memberi obat penenang
3.Mengakhiri dg sengaja penderitaan dan kehidupan seseorang yg sakit, atas permintaan pasien dan keluarganya
Di indonesia menurut Kodeki, euthanasia dipergunakan dalam 3 arti :
1.Berpindah ke alam baka dg tenang dan aman, tanpa penderitaan, untuk yg beriman dg nama Allah di bibir
2.Ketika hidup akan berakhir penderitaan si sakit diringankan dg memberi obat penenang
3.Mengakhiri dg sengaja penderitaan dan kehidupan seseorang yg sakit, atas permintaan pasien dan keluarganya
BIOETIKA
Pseudo-euthanasia adalah konsep belakangan ini yg dikatakan suatu bentuk pengakhiran kehidupan yg bukan euthanasia tetapi mirip dengannya.
Menurut Prof Leenen terdiri atas :
Tipe 1 : pengakhiran hidup pasien sebab mati batang otak (brainstem death)
Tipe 2 : pengakhiran hidup seseorang disebabkan keadaan darurat yg terjadi oleh kuasa yg tak terlawan (force mayeure)
Tipe 3 : penghentian perawatan medik yg tak berguna lagi
Tipe 4 : penolakan perawatan medik, sering disebut sebagai auto-euthanasia
Pseudo-euthanasia adalah konsep belakangan ini yg dikatakan suatu bentuk pengakhiran kehidupan yg bukan euthanasia tetapi mirip dengannya.
Menurut Prof Leenen terdiri atas :
Tipe 1 : pengakhiran hidup pasien sebab mati batang otak (brainstem death)
Tipe 2 : pengakhiran hidup seseorang disebabkan keadaan darurat yg terjadi oleh kuasa yg tak terlawan (force mayeure)
Tipe 3 : penghentian perawatan medik yg tak berguna lagi
Tipe 4 : penolakan perawatan medik, sering disebut sebagai auto-euthanasia
BIOETIKA
Ketentuan mati dlm dunia kedokteran (PP no 18 th 1981 bab.I ps.1):
Seseorang dinyatakan mati apabila :
a.Fungsi spontan pernafasan dan jantung sudah berhenti
b.Apabila terbukti terjadi kematian batang otak
Ketentuan mati dlm dunia kedokteran (PP no 18 th 1981 bab.I ps.1):
Seseorang dinyatakan mati apabila :
a.Fungsi spontan pernafasan dan jantung sudah berhenti
b.Apabila terbukti terjadi kematian batang otak
BIOETIKA
Beberapa pendapat pro dan kontra tentang euthanasia .Yang kontra: euthanasia adalah pembunuhan terselubung, jadi bertentangan dg kehendak Tuhan, manusia tak berhak mencabut kehidupan yg diberi Tuhan dan sebagai makhluk Tuhan, manusia tak berhak untuk mati pandangan kemutlakan
Yang pro: tindakan euthanasia adalah dg persetujuan, tujuan utamanya menghentikan penderitaan pasien, salah satu prinsip yg dipakai disini adalah bahwa manusia tak boleh dipaksa menderita pandangan hak azasi manusia
Beberapa pendapat pro dan kontra tentang euthanasia .Yang kontra: euthanasia adalah pembunuhan terselubung, jadi bertentangan dg kehendak Tuhan, manusia tak berhak mencabut kehidupan yg diberi Tuhan dan sebagai makhluk Tuhan, manusia tak berhak untuk mati pandangan kemutlakan
Yang pro: tindakan euthanasia adalah dg persetujuan, tujuan utamanya menghentikan penderitaan pasien, salah satu prinsip yg dipakai disini adalah bahwa manusia tak boleh dipaksa menderita pandangan hak azasi manusia
BIOETIKA
Pandangan etik & hukum di Indonesia tentang euthanasia
Lafal sumpah dokter Indonesia tak sejalan dengan euthanasia dan KODEKI ps 9, bab II melarangnya.
Dasar etik / moral yg dapat dipertimbangkan ialah bahwa:
Euthanasi dilihat sebagai memperpendek / mengakhiri
penderitaan pasien, bukan memperpendek / mengakhiri
kehidupan pasien.
KUHP tegas melarang euthanasia aktif dan pasif tanpa permintaan (ps 338, 340), demikian pula euthanasia aktif dengan permintaan (ps 344). Lihat juga ps 345 dan 359.
Pandangan etik & hukum di Indonesia tentang euthanasia
Lafal sumpah dokter Indonesia tak sejalan dengan euthanasia dan KODEKI ps 9, bab II melarangnya.
Dasar etik / moral yg dapat dipertimbangkan ialah bahwa:
Euthanasi dilihat sebagai memperpendek / mengakhiri
penderitaan pasien, bukan memperpendek / mengakhiri
kehidupan pasien.
KUHP tegas melarang euthanasia aktif dan pasif tanpa permintaan (ps 338, 340), demikian pula euthanasia aktif dengan permintaan (ps 344). Lihat juga ps 345 dan 359.
BIOETIKA
Jadi di Indonesia sebagai dokter tak jarang akan harus menghadapi euthanasia sebagai konsekuensi pesatnya kemajuan pengetahuan dan teknologi kedokteran.
Secara yuridis sampai saat ini belum ada penjelasan mengenai kematian, sehingga masalah euthanasia masih merupakan hal yang kontroversial dan dilemateus.
Jadi di Indonesia sebagai dokter tak jarang akan harus menghadapi euthanasia sebagai konsekuensi pesatnya kemajuan pengetahuan dan teknologi kedokteran.
Secara yuridis sampai saat ini belum ada penjelasan mengenai kematian, sehingga masalah euthanasia masih merupakan hal yang kontroversial dan dilemateus.
BIOETIKA
Secara formal tindakan euthanasia belum mempunyai dasar hukum, sehingga selalu terbuka kemungkinan terjadinya penuntutan hukum, demikian pula fatwa IDI belum memadai dalam memberi panduan bagi tindakan euthanasia.
Perlu kiranya dicari konsep baru, barangkali dalam hal ini pseudo-euthanasia dapat dipertimbangkan.
Secara formal tindakan euthanasia belum mempunyai dasar hukum, sehingga selalu terbuka kemungkinan terjadinya penuntutan hukum, demikian pula fatwa IDI belum memadai dalam memberi panduan bagi tindakan euthanasia.
Perlu kiranya dicari konsep baru, barangkali dalam hal ini pseudo-euthanasia dapat dipertimbangkan.
BIOETIKA
Etika dan Malpraktik medisPendahuluan Ketaktahuan masyarakat, umumnya dapat menimbulkan miskonsepsi yg menganggap bhw tiap kegagalan praktek medis (misalnya, hasil buruk atau tidak diharapkan selama diobat / dirawat, sebagai akibat malpraktek medis / kelalaian medis.
Padahal perlu diingat bhw hasil yg tak diharapkan di bidang kedokteran dpt diakibatkan oleh bbrp kemungkinan, yaitu :
a. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, tidak
berhubungan dg tindakan medis yg dilakukan dokter.
b.Hasil dari suatu risiko yang acceptable sebagaimana
diuraikan di atas.
c.Hasil dari suatu kelalaian (culpa).
d.Hasil dari suatu kesengajaan (dolus).
BIOETIKA
MISKONSEPSI MASYARAKAT
● LAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT HARUS MENGHASILKAN KESEMBUHAN ATAU KESUKSESAN
● SETIAP DOKTER HARUS SELALU SIAP BERKORBAN MELAYANI PASIEN
● SETIAP LAYANAN MEDIS YG MENGHASILKAN AKIBAT BURUK (UNEXPECTED, UNINTENDED, OR UNDESIRED MEDICAL RESULTS) ADALAH MALPRAKTEK MEDIS
MISKONSEPSI MASYARAKAT
● LAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT HARUS MENGHASILKAN KESEMBUHAN ATAU KESUKSESAN
● SETIAP DOKTER HARUS SELALU SIAP BERKORBAN MELAYANI PASIEN
● SETIAP LAYANAN MEDIS YG MENGHASILKAN AKIBAT BURUK (UNEXPECTED, UNINTENDED, OR UNDESIRED MEDICAL RESULTS) ADALAH MALPRAKTEK MEDIS
BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN
Memahami Malpraktek dan Kelalaian MedikMalpraktik medisMedical malpractice is professional negligence by act or omission by a health care provider in which care provided deviates from accepted standards of practice in the medical community and causes injury to the patient. Standards and regulations for medical malpractice vary by country and jurisdiction within countries. Medical professionals are required to maintain professional liability insurance to offset the risk and costs of lawsuits based on medical malpractice
BIOETIKA
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), “Malpraktik medis meliputi kegagalan dokter mematuhi standar pelayanan medis, atau kekurang-cakapan, atau kelalaian dalam memberikan pelayanan kepada pesien, yang merupakan penyebab langsung dari cedera pada pasien".
(mengacu kepada pengertian malpraktik medis sebagaimana yang dianut oleh the World Medical Association)
MEDICAL MALPRACTICEMedical malpractice involves the physician’s failure to conform to the standard of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the directcause of an injury to the patient. World Medical Association, 1992
BIOETIKA
MALPRAKTEK, MELIPUTI:
● SENGAJA (INTENTIONAL)
PROFESSIONAL MISCONDUCTS
● LALAI (NEGLIGENCE)
MALFEASANCE, MISFEASANCE, NONFEASANCE
● LACK OF SKILL
DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI
DI LUAR KOMPETENSI
MALPRAKTEK, MELIPUTI:
● SENGAJA (INTENTIONAL)
PROFESSIONAL MISCONDUCTS
● LALAI (NEGLIGENCE)
MALFEASANCE, MISFEASANCE, NONFEASANCE
● LACK OF SKILL
DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI
DI LUAR KOMPETENSI
BIOETIKA
SENGAJA (MISCONDUCT) ● PRAKTEK TANPA KOMPETENSI ATAU TANPA IJIN
● MISREPRESENTASI
● KETERANGAN PALSU
● BUKA RAHASIA KEDOKTERAN TANPA HAK
● ABORSI ILEGAL
● EUTHANASIA
● PENYERANGAN SEKSUAL
● PENAHANAN PASIEN
BIOETIKA
KELALAIAN MEDIK
● JENIS MALPRAKTEK TERSERING
● BUKAN KESENGAJAAN
● TIDAK MELAKUKAN YG SEHARUSNYA DILAKUKAN,
MELAKUKAN YG SEHARUSNYA TIDAK DILAKUKAN
OLEH ORANG2 YG SEKUALIFIKASI PADA SITUASI DAN
KONDISI YG IDENTIK
BIOETIKA
SYARAT KELALAIAN (4D)
● DUTY (Duty of care)
KEWAJIBAN PROFESIKEWAJIBAN KONTRAK DG PASIEN
● DERELICTION / BREACH OF DUTY
PELANGGARAN KEWAJIBAN TSB
● DAMAGES
CEDERA, MATI ATAU KERUGIAN
● DIRECT CAUSALSHIP
HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT, SETIDAKNYAPROXIMATE CAUSE
BIOETIKA
LACK OF SKILL
KOMPETENSI KURANG ATAU BEKERJA DI LUAR KOMPETENSI / KEWENANGAN
SERING DIKAITKAN DENGAN KOMPETENSI INSTITUSI
KADANG DAPAT DIBENARKAN PADA SITUASI-KONDISI LOKAL TERTENTU (Locality Rule)
MENJADI SALAH SATU PENYEBAB KELALAIAN MEDIK
LACK OF SKILL
KOMPETENSI KURANG ATAU BEKERJA DI LUAR KOMPETENSI / KEWENANGAN
SERING DIKAITKAN DENGAN KOMPETENSI INSTITUSI
KADANG DAPAT DIBENARKAN PADA SITUASI-KONDISI LOKAL TERTENTU (Locality Rule)
MENJADI SALAH SATU PENYEBAB KELALAIAN MEDIK
BIOETIKA
Perlu dibedakan antara malpraktik medis dengan
"untoward results" yang merupakan salah satu
bentuk Kejadian Tak Diharapkan (adverse events)
yang terjadi pada tindakan / pelayanan medis yang
bukan akibat kesalahan dokter
BIOETIKA
Penyebab dan pencegahannyaKecelakaan/hasil buruk,biasanya bukan akibat dari 1 faktor, tapi dari hasil dari banyak sebab (multiple cause).
Kesalahan manusia (human error) yang terlihat pada waktu terjadi kecelakaan, hanyalah merupakan active error, yang mungkin kita sebut sebagai faktor penyebab / pencetus / presipitasi.
Sementara itu tdp faktor2 penyebab lain yang merupakan latent errors / yg biasa kita sebut sebagai predisposisi, underlying factors, faktor kontribusi, dll.
BIOETIKA
Active errors terjadi pd tingkat operator garis depan dan dampaknya segera dirasakan, sedang latent errors cende-rung berada di luar kendali operator garis depan, seperti desain buruk, instalasi tak tepat, pemeliharaan yang buruk, kesalahan keputusan manajemen, dan struktur organisasi yg buruk.
Latent error merupakan sebuah ancaman besar bagi keselamatan (safety) dalam suatu sistem yang kompleks, karena sering tidak terdeteksi dan dapat mengakibatkan berbagai jenis active errors.
BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN
Latent errors tidak terasa sebagai error, namun sebenarnya merupakan akar dari kesalahan manajemen yang telah banyak menimbulkan unsafe conditions dalam praktek kedokteran di lapangan. Bila satu saat unsafe conditions ini bertemu dengan suatu unsafe act (active error), maka terjadilah accident. Dengan demikian perlu kita pahami bahwa penyebab suatu accident bukanlah single factor melainkan multiple factors.
Latent errors tidak terasa sebagai error, namun sebenarnya merupakan akar dari kesalahan manajemen yang telah banyak menimbulkan unsafe conditions dalam praktek kedokteran di lapangan. Bila satu saat unsafe conditions ini bertemu dengan suatu unsafe act (active error), maka terjadilah accident. Dengan demikian perlu kita pahami bahwa penyebab suatu accident bukanlah single factor melainkan multiple factors.
BIOETIKA
MEDICAL ERRORSDILIHAT DARI KONTRIBUSINYA
● LATENT ERRORS
CENDERUNG BERADA DI LUAR KENDALI OPERATOR
GARIS DEPAN; SEPERTI DESAIN BURUK, INSTALASI
TAK TEPAT, PEMELIHARAAN BURUK, KESALAHAN
KEPUTUSAN MANAJEMEN, STRUKTUR ORGANISASI
YG BURUK
● ACTIVE ERROR
KESALAHAN PD TINGKAT OPERATOR GARIS DEPAN
TAK SEMUA ERRORS MENGAKIBATKAN ADVERSE EVENTS
BIOETIKA
Ada beberapa akar penyebab tersebut, yaitu:
a.Pemahaman & penerapan etika kedokteran yg rendah
b.Paham materialisme yg semakin menguat
c.Belum ada peraturan perundang-undangan yg menjamin akuntabilitas profesi kedokteran yg memuaskan
d.Belum ada good clinical governance di dlm pelayanan kedokteran di Indonesia, yg terlihat dari belum ada atau kurangnya standar (kompetensi, perilaku dan pelayanan) dan pedoman (penatalaksanaan kasus), & tak tegasnya penegakan standar dan pedoman tersebut
BIOETIKA
Etika dan Life support & Life extension
Etika dan Assisted suicide
Etika dan Confidentiality (medrec)
Etika dan Consent
Patient safety dan risk management
Hubungan Etika kedokteran dg sumpah dokter