PEND AHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan lahan perkebunan karet terluas di
dunia. Namun bila ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia masih berada di
bawah Thailand dan Malaysia. Ini memperlihatkan kurang efisiennya pengolahan
karet di Indonesia selama ini.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan
(dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon
karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang
dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Heveaá
brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon
sehingga pohon akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak latex
lagi. Pohon jenis lainnya yang mengandung lateks termasuk fig, euphorbia dan
dandelion. Lebih dari setengah produksi karet yang digunakan sekarang ini adalah
sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih tetap diproduksi setiap tahun,
dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif
dan militer. Karet hypoallergenic dapat dibuat dari Guayule. Eksperimen awal
dari pengembangan karet sintetis membawa ke penemuan Silly Putty.
Karet alam (polyisoprene) termasuk ke dalam elastomer yaitu bahan yang
dapat direnggangkan dan dapat kembali seperti bentuk semula. Selain karet alam,
terdapat beberapa bahan yang juga termasuk elastomer yaitu polybutadiene,
polyisobutylene dan polyurethanes, yang ketiganya merupakan polimer sintetis.
Elastomer memiliki potensi yang besar dalam dunia industri karena
memiliki sifat keliatan dan kelekatan yang tinggi, elatisitas tinggi, daya tarik yang
kuat, daya lengket yang baik dan daya pegas yang tinggi. Karena sifat-sifat
tersebut polyisoprene banyak dimanfaatkan untuk membuat sepatu boot tahan air,
bola dan peluru karet.
Molekul karet alam terbentuk melalui reaksi adisi monomer-monomer
isoprene secara teratur yang terikat secara “kepala ke ekor”, memiliki susunan
geometri 98% cis-1,4 dan 2% trans-1,4 dengan berat molekul berkisar antara 1-2
juta dan mengandung sekitar 15.000-20.000 ikatan tidak jenuh.
Karet alam dihasilkan dari tanaman karet Hevea brasiliensis. Tanaman
karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae,
tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah (0-400 dpl) dengan curah hujan
1500-2500 mm/tahun dan mampu hidup di lahan dengan keasaman tinggi (pH
4.0-4.5), pada tanah bersolum dalam dan miskin hara.
Untuk mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan terhadap batang
pohon tanaman karet hingga dihasilkan getah kekuning-kuningan yang disebut
dengan lateks. Lateks merupakan cairan atau sitoplasma yang berisi ±30% partikel
karet. Pada tanaman karet, lateks dibentuk dan terakumulasi dalam sel-sel
pembuluh lateks yang tersusun pada setiap jaringan bagian tanaman, seperti pada
bagian batang dan daun. Penyadapan lateks dapat dilakukan dengan mengiris
sebagian dari kulit batang. Penyadapan ini harus dilakukan secara hati-hati karena
kesalahan dalam penyadapan dapat membahayakan bahkan mematikan pohon
karet.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lateks dalam penyadapan
antara lain arah dan sudut kemiringan, panjang irisan sadap, letak bidang sadap,
kedalaman irisan sadap, ketabalan irisan sadap, frekuensi penyadapan dan waktu
penyadapan. Waktu penyadapan yang baik adalah dilakukan sepagi mungkin
sekitar pukul 05.00-07.30.
Secara umum dalam lateks karet yang segar mengandung 20-60% karet,
0.3-0.7% abu, 1-2% protein, 2% resin atau lipid dan 33-75% air. Adapun menurut
Tangpakdee (1998) lateks jika disentrifugasi pada 54.000 g (gravitasi) selama 1
jam akan terpisahkan menjadi beberapa komponennya yaitu fraksi karet, frey
wyssling, serum C (sitosol) dan fraksi bawah yang terdiri atas partikel lutoid.
Fraksi karet sebanyak 37% mengandung protein, fosfolipid, sterol ester, lemak
dan resin, sedangkan frey wyssling mengandung karotenoid, plastokromanol, dan
lipid. Fraksi frey wyssling ini berwarna kuning dan mengandung partikel-partikel
berbentuk spiral dengan diameter 3-6μm. Serum C adalah cairan bening yang
merupakan sitosol dari sel pembuluh lateks, mengandung berbagai persenyawaan
antara lain sukrosa, protein dan asam-asam organik. Fraksi bawah terdiri atas
protein, fosfolipid, sterol, trigonolein, labikuinon dan argothionin. Fraksi ini
banyak mengandung lutoid yang mengandung protein karet, lipid, ion Ca dan ion
Mg.
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah
penemuan proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca
dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar
dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun
pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya
terbuat dari bahan karet.
Usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet
manjadi kaku di musim hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti
yang pernah dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833
dengan cara melarutkan karet alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam
karbon untuk menghasilkan karet keras yang tahan air. Struktur dasar karet alam
adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar
antara 10.000 – 400.000.
Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat
digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan telapak ban
kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak
berbentuk cairan. Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada
sifat karet yang lembut, fleksibel dan elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa
karet alam adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan
kekentalan yang sangat tinggi.Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai
kulit binatang sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar
menjadi lebih pendek. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas
karet alam sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain
ditambahkan.
Karet semakin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, dalam rumah
tangga, perusahaan dan sebagainya. Hal ini yang mendorong kegiatan industri
karet semakin tinggi pula limbah yang akan dihasilkan dari produksi tersebut.
Baik itu limbah padat maupun limbah cairnya. Pengelolaan limbah karet ini harus
ditangani dengan sebaik-baiknya, karena sangat berdampak pada lingkungan
sekitar. Limbah dari hasil produksi karet ada yang dapat di manfaatkan kembali
dan ada pula yang mana harus benar-benar di buang agar tidak mengganggu
kualitas lingkungan.
Dalam jurnal ilmiah ini dimuat tentang sumber, karakteristik, dan dampak
limbah industri karet, teknologi proses karet, konsep pengolahan limbah industri
karet.
Batasan Masalah
Limbah dari hasil produksi karet harus ditangani secara baik dan benar.
Semakin tinggi produktivitas penghasil karet semakin tinggi pula limbah yang
akan dihasilkan. Memang sebagian limbah masih dapat digunakan manfaatnya,
seperti limbah karet yang berunsur bagus untuk menyuburkan tanaman. Dan ada
pula limbah karet cair yang harus dibuang sampai-sampai harus dibuat kolam
limbah dari hasil produksi karet tersebut. Ruang lingkup pembahasan dalam
pedman ini meliputi: identifikasi sumber dan karakteristik dan dampak limbah
industri karet, teknologi proses karet, dan konsep pengolahan limbah industri
karet.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah mengidentifikasi pengelolaan limbah
industri karet.
Metode Penulisan
Jurnal ilmiah ini bersifat diskriptif yang akan mengkaji industri karet
beserta pengelolaan limbah karet tersebut. Penyusunan makalah dilakukan dengan
studi pustaka, melalui tahapan pengumpulan pustaka yang diambil dari internet
dan literature, data-data pendukung dan pembuatan jurnal ilmiah.
TINJAUAN PUSTAKA
Industri Karet
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa
jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional
adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan
lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet,
seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah
perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa
Perang Dunia II, sumbersumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan
karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha),
sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet
industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam
industri perkaretan.
Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau
kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet
atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat. Dalam bentuk bahan mentah,
karet alam sangat disukai karena mudah menggulung pada roll sewaktu diproses
dengan openmill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan berbagai
bahan-bahan yang diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam bentuk
kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat
disukai dalam pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum
vulkanisasi dilakukan.
Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit
disaingi oleh karet sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun
dalam pembuatan sol karet yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi
langsung.
Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon,
protein, lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.
Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air
dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau
antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga
meningkatkan ketahanan sobek.
Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi
keras. Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin
sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam
bisa mengkristal pada suhu rendah (misalkan -26°C) dan bila ini terjadi,
diperlukan pemanasan karet sebelum diolah pabrik barang jadi karet.
Sumber Limbah Industri Karet
Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari
lateks dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentukpada
industri karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas
bahan baku berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan
terjadi dengan rincian sebagai berikut :
1. Makin kotor bahan karet olahan akan makin banyak air yang diperlukan
untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.
2. Maki kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan
makin mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau pun
meningkat.
3. Bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal dan
pasir relatif tinggi.
Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran, proses ini juga
bertujuan untuk memperbesar luas pemukaan karet agar waktu pengeringan relatif
singkat. Dengan demikian, limbah yang terbentuk dominan berbentuk limbah cair.
Sumber limbah cair dapat dikategorikan dari proses produksi dengan
rincian sebagai berikut:
1. Bahan baku olahan karet rakyat
Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah
dibubuhi asam semut, dan banyak mengandung air dan unsur pengotor dari
karet baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun rakyat. Sumber
limbahnya antara lain:
a. Penyimpanan koagulum
b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga
menghasilkan limbah
c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi
d. Proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair,
waaupun jumlahnya relatif kecil
2. Bahan baku berasal dari lateks kebun
Dalam proses produksi untuk meghasilkan karet digunakan air lebih sedikit,
tetapi mempunyai bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya
adalah dari proses pencacahan dan peremahan.
Pengaruh tiap parameter terhadap lingukungan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. BOD
BOD merupakan salah satu parameter limbah yang ,e,beri gambaran atas
tingkat polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme merubah organik. Makin
tinggi kandungan bahan organik akan menyebabkan makn berkurangnya
konsentrasi oksigen terlarut di dalam air yang akhirnya berakibat kematian
berbagai biota air. Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut menyebabkan
kondisi aerob bergeser ke kondisi anaerob.
b. COD
COD mirip dengan BOD, bedanya osigen yang diperlukan merupakan
oksigen kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi
secara kimia bahan organik menjadi senyawa lain seperti gas metan,
amoniak, dan karbon dioksida. Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai
BOD karena hampir seluruh jenis bahan organik dapat teroksidasi secara
kimia termasuk bahan organik yang teroksidasi secara biologis.
c. Padatan Terendap
Padatan terendap menunjukkan jenos padatan yang terkandung di dalam
cairan limbah yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi
dalam waktu paling lama sekitar 1 jam.
d. Padatan Tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid.
Secara kasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang serta
mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.
e. Padatan Terlarut
Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat dipisahkan
secara penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses
oksidasi biologis atau koagulasi kimia.
f. Kandungan Nitrogen
Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adlah protein amonia, nitrit
dan nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein,
sisa tanaman dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah.
g. Derajat Keasaman (pH)
Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7 . makin rendah nilai pH
artinya air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi bersifat basa.
Karakteristik dan Dampak Limbah Cair
Karakteristik dan jumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi karet
dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan
1. Perkiraan Debit Limbah Cair
Proses pengolahan karet tergolong proses basah, banyaknya kebutuhan air
untuk keperluan pngolahan akan menentukan banyaknaya limbah cair yang
dihasilkan, sekaligus menetukan rancangan ukuran sarana pengolah limbah.
Jumlah air yang digunakan dalam proses produksi, hampir seluruhnya
menjadi limbah, karena karet baik berupa bahan baku maupun setengah jadi
tidak menyerap air. Pengaruh kebutuhan air adalah tingkat kotoran yang ada
dalam bahan baku, serta efesiensi kinerja sarana pengolahan. Nilai parameter
limbah pada setiap bagian proses pengolahan berbeda-beda. Nilai parameter
BOD atau COD yang sangat besar dari air buangan menunjukkan tingginya
kadar bahan organiknya, peningkatan kadar bahan organik akan makin
mengganggu ekosistem lingkungan yang menerima air buangan karena
oksigen banyak digunakan oleh bakteri pengurai untuk menghancurkan bahan
organik tersebut. Total padatan merupakan bahan yang berasal dari emecahan
komponen organik, sedangkan padatan tersuspendi merupakan bahan yang
tidak larut d dalam air dan cenderung mengalami pembusukan jika suhu air
meningkat (musim panas). Dampak negatif juga timbul jika air limbah
langsung dibuang ke sungai atau perairan umum. Bagi pabrik yang berlokasi
di areal perkebunan, penanganan limbah cair relatif mudah, bahkan dapat
dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman karetnya.
2. Karakteristik dan Dampak Limbah Padat
Secara umum limbah padat yang terbentuk pada pengolahan karet tidak
tergolong limbah beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal, lumpur, pasir
rotan, kayu, daun, dan plastik bekas kemasan. Bokar yang kotor merupakan
sumber utama pembawa limbah padat. Beberapa jenis padatan dalam jumlah
yang sudah sedemikian besar akan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Limbah tersebut jika dibuang ke sungai, dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan pendangkalan badan air. Limbah padat akan dikirim ke TPA
dalam keadaan sudah cukup kering, lebih baik lagi jika sudah bersifat
kompos, sehingga di TPA tinggal proses pelapukan akhir.
Teknologi Proses Karet
Bahan baku yang diperoleh industri karet berasal dari industri perkebunan,
bahan baku tersebut berbentuk lateks dan dari perkebunan rakyat berbentuk
koagulum yang sudah diawetkan dengan asam sulfit. Bahan baku tersebut harus
dibersihkan dan juga harus dalam kondisi stabil. Dalam proses pencucian dan
penstabilan karet tersebut diperlukan bahan pencucinya adalah air bersih cukup
banyak, dan umumnya diambil dari air pemukaan sungai.
Sebelum dilakukan proses pencacahan karet yang berbentuk koagulum
terlebih dahulu dilakukan pencucian dengan menyemprotkan air ke tumpukan
koagulum karet tersebut, selanjutnya dilakukan pemecahan (breaker), dan
pencacahan rextunder yang ditindaklanjuti dengan mixing tank. Kemudian
dilakukan proses penggilingan di crapper berulang-ulang sampai diperoleh karet
yang benar-benar murni atau berdih dan kondisi stabil. Kemudian dilakukan
pengeringan selama kurang lebih dari 8 jam, kemudian dipotong-potong.
Proses produksi karet meliputi hal-hal berikut :
1. Bahan baku (lateks kebun)
2. Penerimaan lateks di gudang pabrik
3. Pengenceran Lateks
4. Penambahan bahan kimia
5. Penggumpalan
6. Penggilingan
7. Pengemasan
Pasokan air bagi proses produksi maupun untuk penunjang memerlukan
jumah yang besar/banyak dengan fungsinya sebagai pembersih atau pencuci.
Apabila air yang diperoleh dari sumbernya sudah layak sebagai pencuci maka
langsung digunakan atau sebaliknya. Pembakuan air bertujuan untuk
menghilangkan kontaminan yang berada dalam air baku berupa padatan
tersuspensinya, padat terlarutnya dan kontaminasi logam. Apabila tidak
ditemukan unsur logam, maka pengbakuan air dilakukan secara fisika saja
yaitu cara filtrasi dan sedimentasi.
METODE PENELITIAN
Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat
tahan dari pecah dan elastis maka kebutuhan akan karet saat ini akan terus
berkembang dan meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif,
kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan
sebagainya. Diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan akan karet
akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi
Indonesia mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yang ada di Indonesia
ke negara-negara lainnya.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan akan bahan karet
alami di negara-negara industri terhadap komoditi karet dimasa yang akan datang,
maka upaya untuk meningkatkan persediaan akan karet alami dan industri
produksi karet merupakan langkah yang bagus untuk dilaksanakan. Guna
mendukung hal ini semua, perlu diperhatikan perkembangan perkebunan karet,
industri hilir guna memberi nilai tambah dari hasil industri hulu.
Karet tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini dan yang
akan datang. Barang yang berbahan dasar karat diperlukan di seluruh negara di
dunia baik untuk kehidupan sehari-hari, maupun keperluan khusus yang berkaitan
dengan teknologi tinggi. Penggunaan karet alam untuk berbagai keperluan yang
semakin meningkat seiring dengan kemajuan industri, di sisi lain menimbulkan
dampak negatif berupa pencemaran. Salah satu dampak negatif tersebut adalah
menumpuknya/tidak terolahnya limbah padat karet alam. Limbah padat karat alam
adalah produk jadi atau setengah jadi berbahan baku karet alam, yang telah
kadaluwarsa, cacat atau tidak dipergunakan lagi karena tidak dikehendaki.
Limbah lateks memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi
seperti terlihat pada tingginya kadar COD dan nitrogen totalnya, sehingga
merupakan sumber pencemaran yang potensial dan berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai medium pertumbuhan mikroba, khususnya untuk
produksi biomassa protein sel tunggal. Dengan demikian kadar cemaran
dapat diturunkan dan sekaligus diperoleh nilai tambah. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
menggunakan lima taraf perlakuan dan tiga ulangan yaitu A. Limbah lateks
0%, B. Limbah lateks 2,5%, C. Limbah lateks 5%, D. Limbah lateks 7,5%
dan E. Limbah lateks 10%. Parameter yang diamati adalah berat biomassa
kering dan kadar protein Spirulina platensis. Data dihitung dengan analisis
varians satu jalan dan diuji lanjut dengan LSD.
Hasil analisis statistik dengan Anava Satu Jalan untuk berat rata-rata
biomassa kering dan rata-rata kadar protein Spirulina platensis,F hitung > F
tabel. Hasil uji lanjut LSD terhadap berat rata-rata Spirulina platensis dan
didapatkan hasil yaitu kelompok A tidak berbeda signifikan dengan
kelompok B. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok D dan E. Kelompok
C berbeda signifikan dengan kelompok A, B, D dan E. Uji lanjut dengan
LSD terhadap kadar protein Spirulina platensis dan didapatkan hasil yaitu
kelompok A berbeda signifikan dengan kelompok B. Kelompok B tidak
berbeda signifikan dengan kelompok C. Kelompok D tidak berbeda
signifikan dengan kelompok B dan C. Sedangkan kelompok E berbeda
signifikan dengan kelompok A, B, C dan D. Disimpulkan bahwa konsentrasi
limbah lateks berpengaruh terhadap produksi protein sel tunggal (Spirulina
platensis) dan kadar protein sel tunggal (Spirulina platensis). Kadar terbaik
untuk produksi Spirulina platensis terdapat pada konsentrasi limbah lateks
sebesar 10%. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan konsentrasi limbah
lateks di atas 10% dengan rentangan suhu dan pH yang bervariasi dan
penelitian serupa dengan spesies alga yang lain. Disamping itu perlu
dilakukan penelitian dengan menggunakan limbah lain yang tersedia di
lingkungan sehingga didapatkan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat
luas.
Beberapa akibat merugikan yang disebabkan oleh adanya limbah produk
karet alam adalah :
1. Gangguan terhadap kesehatan;
2. Gangguan terhadap kehidupan biotik;
3. Gangguan terhadap keindahan dan kenyamanan.
Limbah padat ini karena tidak dapat didaur-ulang, maka biasanya
dibiarkan menumpuk begitu saja, ditimbun atau dibakar. Hal ini disebabkan
karena karat alam merupakan bahan polimer yang bersifat termoset atau bahan
polimer yang tidak dapat diolah kembali dengan cara pemanasan dan
pengepresan. Selain itu karat alam juga merupakan bahan polimer yang sulit
terdegradasi dialam, sehingga limbah karet alam tersebut akan
menumpuk di permukaan bumi.
Dalam mengatasi limbah produk karet alam, beberapa upaya telah
dilakukan antara lain pembakaran ataupun penimbunan, di mana hal ini
menimbulkan masalah baru karena dengan pembakaran (insenerasi) selain
biayanya cukup mahal juga menghasilkan asap hitam yang mengganggu
pernafasan dan mengganggu kenyamanan. Sedangkan bila ditimbun di dalam
tanah, akan mengganggu masuknya unsur hara dan menghambat resapan air
kedalam tanah. Untuk mengantisipasi semakin menumpuknya limbah karet, saat
ini sedang dikembangkan bermacam-macam penelitian untuk menanggulangi
limbah tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam
Pedoman Minimisasi Limbah (BAPEDAL,1992).
Limbah lateks pekat merupakan polutan yang potensial jika tidak
ditangani dengan baik. Pengolahan limbah lateks untuk memenuhi persyaratan
lingkungan semata, akan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Kini limbah lateks dapat dikonversi secara mikrobiologis untuk
menghasilkan berbagai produk yang bernilai tambah ekonomis tinggi seperti: IAA
(hormon tumbuhan), pupuk bio organik, dan biomassa mikroalga.
Proses biokonversi dapat dibuat berlangsung simultan dengan pengolahan
limbah sehingga bisa mengurangi volume limbah dan sekaligus menghilangkan
bau busuk. Pupuk bio organik yang dihasilkan terbukti dapat menghemat sampai
50% pupuk kimia pada tanaman pangan, tanaman perkebunan, serta tanaman
penutup tanah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perusahaan harus menyadari bahwa apabila limbah yang dihasilkan
dibuang ke linkungan sekitarnya akan mempengaruhi keseimbangan alam atau
lingkungan hidup dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka
pendek dapat dirasakan oleh masyarakat setempat secara langsung maupun secara
tidak langsung yag membuat respon negatif terhadap perusahaan dan jangka
menengah dan panjang akan mempengaruhi lingkungan yang lebih luas.
Pengolahan limbah dapat dikelompokkan edalam pengolahan dari
sumbernya yang disebut sebagai proses produksi bersih, dan pengelolaan saat
limbah tersebut keluar dari proses produksi.
1. pengolahan limbah dari sumbernya
pengolahan limbah dapat dilakukan mulai dari sumber limbah itu dihasilkan,
yaitu dengan meminimalisasi limbah yang dihasilkan, reuse, reycling. Dalam
industri karet meminimalisasi limbah cair dapat dilakukan dengan cara:
a. gudang penyimpanan bahan baku sebaiknya beratap dan air yang keluar
dari bahan baku berupa limbah dialirkan langsung ke IPAL
b. limbah yang berasal dari pencucian awal koagulum dan pencacahan di
mesin Pre Beaker, dan di Hammer Mill dipisahkan saluran airnya serta
diarahkan langsung ke IPAL.
c. Air limbah yang berasal dari proses di tahap ke dua atau ketiga di creper,
tngkat kualitas air tersebut masih dapat digunakan pencucian tanpa
pengolahan.
d. Pemisahan dari saluran air limbah yang haus diolah terpisah dengan air
limbah yang masih dapat digunakan
e. Air yang keluar dari IPAL dapat digunakan kembali sebagai pencuci di
lantai gudang baha baku.
2. IPAL
Dalam pengolahan limbah cair dari industri karet adalah karakteristik limbahnya
dan teknologi prosesnya serta jenis produk yang dihasilkan sehingga dapat
dihasilkan keandalannya, keamanan berproduksi.
Dalam pengolahan limbah cair ini perlu diperhatikan menajemen pengolahan
limbah di perusahaan an pengolahan fisik limbah sebagai efluen dari proses
produksi.
Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk memisahkan zat atau unsur
padatan kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan untuk
meminimalisasi gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya. Proses
pengolaha awal ini juga disebut sebagai pengolahan proses fisika
a. penyaringan
bertujuan untuk memisahkan pengotor yang berupa padatan kasar atau serpihan
yang terbawa oleh limbah cair.
b. sedimentasi
sedimentasi adalah proses pemisahan padatan dari cairannya dengan cara
mengendapkan secara gravitasi. Proses ini juga dapat memisahkan jenis padatan
berupa flok hasil proses kimiawi dan hasil proses biologi
c. netralisasi
limbah cair industri pengolahan karet bersifat asam, maka proses penetralan perlu
dilakukan terlebih daulu sebelum pengolahan lanjutan.
d. Equalisasi
Pross equalisasi sangat dibutuhkan agar aliran relatif konstan dan kinerja proses
operasi pada sistem pengolahan meningkat.
Pengolahan limbah lanjutan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
a. pengolahan secara kimiawi
b. pengolahan secara sistim kolam/flokulasi (aerob atau anaerob)
c. pengolahan secara lumpur aktif (biologi)
d. pengolahan secara pemanenan ganggang
pengolahan secara kimia
a. koagulasi
proses koagulasi adalah perlakuan kimiawi terhadap limbah cair dengan cara
penambahan bahan elektrolit yang berlawanan muatan dengan koloid. Bahan
kimia yang bisa digunakan sebagai koagulan adalah tawas/ alum, fero sulfat, feri
sulfat dan feri khlorida.
b. flokulasi
flokulasi adalah proses pengadukan lambat dan terus meneris terhadap air yang
dikoagulasikan dengan tujuan membentuk flok.
Pengolahan secara sekunder
Pengolahan secara sekunder juga disebut pengolahan secara biologi yang
bertujuan untuk mengirangi senyawa organik terlarut dalam air limbah.
Pengolahan secara kolam fakultatif
Pabrik karet yang terletak di lokasi dengan ketersediaan lahan terbuka yang masih
luas seperti di PT Perkebunan atau perkebunan swasta bes, sistem kolam
arobik/anaerobik yang dilanjutkan dengan kolam fakultatif dinilai merupakan
sistem penanganan limbah yang paling memadai.
a. proses aerob
bahan-bahan organik terlarut akan masuk ke dalam sel secara absorpsi, sedangkan
yang bersifat koloid masuk secara adsorpsi. Proses espirasi sel mengoksidasi
senyawa organik dan menghasilan senyawa fosfat yang digunakan sebagai
sumber tenaga.
1. kolam stabilisasi
proses pengolahan limbah cair dengan cara kolam stabilisasi berdasarkan
konsep pemurnian di alam. Proses biologis dapat terjadi secara aerobik,
fakultatif dan anaerobik.
Lumpur-lumpur yang mengendap dan organik terlarut yang berada di bagian
bawah akan didegradasi oleh bakteri anaerobik menghasilkan bahan-bahan
anorganik dan komponen-komponen lain yang berbau.
2. kolam aerasi
kolam aerasi merupakan engolahan degan sistem aerasi dimana pelarutan
oksige diperoleh dari alat-alat mekanis. Alat-alat untuk aerasi ada yang di
permukaan dan ada pula ditempatkan di dalam air. Pada bagian akhir kolam
aerasi harus dilengkapi dengan alat pengendapan untuk pemisahan lumpur
yang dihasilkan dari proses.
b. proses anaerob
pada kolam anaerobik berlangsung serangkaian reaksi seperti hidrolisis senyawa
organik – organik oleh enzym ekstraselular menjadi organik terlarut, reaksi
aeidogenesis terhadap produk hidrolisis oleh bakteri fakultatif/obligat anaerob
menjadi molekul – molekul.
Pengolahan secara lumpur aktif
Proses lumpur aktif banyak diterapkan karena mempunyai efisiensi pengolahan
yang tinggi dan lahan yang diperlukan tidak seluas seperti pengolahan sistem
kolam.
Biomassa lumpur dlam tangki sedimentasi akan terpisah dan cairan sebagai
endapan.
Sebagian lumpur tersebut didaur ulang dan sisanya dibuang.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam proses lumpur aktif diperlukan untuk
kehidupan mikroorgansma, yaitu untuk melakukan oksidasi sumber karbon
(BOD)
dan oksidasi senyawa nitrogen (nitrifikasi)
Perlakuan lumpur
Lumpur yang dikeluarkan dari unit pengolahan limbah cair dibedakan atas lumpur
primer dan lumpur sekunder. Lumpur primer berasal dari hasil perlakuan fsika
atau
kimia, sedangkan lumpur sekunder berasal dari perlakuan biologi. Lumpur
sekunder
umumnya masih memiliki kadar air yang cukup tinggi. Perlakuan ini dengan
pengurangan kadar air danmeningkatkan kestabilan sift lumpur menjadi lebih aik
agar
penanganan selanjutnya tidak menimbulkan permasalahan baru dalam lingkungan
a. Pemekatan
b. Stabilisasi
Pemanfaatan sludge
Sludge merupakan padatan hasil pengolahan limbah cai yang perlu dilakukan
penangannya atau tempat penyimpanan. Sludge ini selain mengandung berbagai
jenis
mikroorganisme juga mengandung berbagai jenis senyawa organik yang tidaj
dapat
diuraikan oleh mikroorganisme. Lumpur yang dibiarkan di tempat terbuka tanpa
penanganan lebih lanjut berpotensi sebagai sumber pencemar.
Pemanfaatan lumpur sebagai pupuk tanaman merupakan salah satu alternatif yang
dapat dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan lingkungan. Pemanfaatan
limbah
lumpur sebagai pupuk juga harus memperhatikan kondisi yang mendukung
aktivitas
mikroorganisme dalam proses melepaskan nutrien yang dapat dimanfaatkan untuk
tanaman, yaitu kondisi lembab dan hangat, serta kecukupan bahan makanannya.
Meski berpotensi sebagai pupuk, namun ”sludge” mempunyai berbagai sifat yang
kurang baikyaitu : tekstur yang halus, unsur hara.
KESIMPULAN
Pengolahan limbah dapat dikelompokkan kedalam pengolahan dari sumbernya
yang disebut sebagai proses produksi bersih, dan pengelolaan saat limbah tersebut
keluar
dari proses produksi. Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk
memisahkan zat
atau unsur padatan kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan
untuk
meminimalisasi gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya.
Teknik pengelolaan air limbah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan
harus dilaksanakan dalam melakukan pengkajian dan inovasi penerapan teknologi
produksi bersih, untuk mendukung terwujudnya undustri karet yang berdaya saing
tinggi
dan berwawasan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. gambaran sekilas industri karet.
http://www.depperin.go.id/PaketInformasi/Karet/Karet.pdf.
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Kresnawaty, Irma dkk. 2008. Optimisasi produksi biogas dari limbah lateks cair
pekat
dengan penambahan logam.
http://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:rmBjBZMz4jEJ:www.ibriec.org/menara_perkebunan/download.ph
p%3Fid
%3D63+Optimisasi+produksi+biogas+dari+limbah+lateks+cair+pekat+dengan+p
enambahan+logam&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiGxTR3au70V3ReX0
faVoI8khJ-
9ta8XZiXXoat6feBwWZzzWjh3mL5iWCfpz4jTlQmagaUkr9B_wGcTp7Lb_
X-rhPXpVJKUw-
0SBtMhqf8sx5DHiY2v0Fik8kv74JjXnMhl81&sig=AHIEtbQbX2dtDazQC16pEa
snnj-csSAeBQ
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Suhartini, Meri. Modifikasi produk dan daur-ulang limbah karet alam
http://www.digilib.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=77852&lokasi=lokal
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Infokito.2007. Limbah Cair Industri Karet Ancam Perikanan
http://infokito.wordpress.com/2007/12/01/limbah-cair-industri-karet-
ancamperikanan/
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Rollit. 2009. Pemanfaatan Limbah Karet Menjadi Pupuk.
http://automotive.id.finroll.com/asuransi/21-berita-terkini/14021-
__pemanfaatanlimbah-
karet-jadi-pupuk____.html
Di akses pada tanggal 8 Maret 2010
Damayanti, reskha dan Retno Martini. Proses Pembuatan Bahan Bakar Cair
Dengan
Menggunakan Limbah Ban Bekas Menggunakan Katalis Zeolit Y dan ZSM-5
http://www.docstoc.com/docs/25101463/PROSES-PEMBUATAN-
BAHANBAKAR-
CAIR-DENGAN-MEMANFAATKAN-LIMBAH-BANv
Top Related