Industri Karet

31
PEND AHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan lahan perkebunan karet terluas di dunia. Namun bila ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia masih berada di bawah Thailand dan Malaysia. Ini memperlihatkan kurang efisiennya pengolahan karet di Indonesia selama ini. Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Heveaá brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak latex lagi. Pohon jenis lainnya yang mengandung lateks termasuk fig, euphorbia dan dandelion. Lebih dari setengah produksi karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih tetap diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Karet hypoallergenic dapat dibuat dari Guayule. Eksperimen awal dari pengembangan karet sintetis membawa ke penemuan Silly Putty.

Transcript of Industri Karet

Page 1: Industri Karet

PEND AHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan lahan perkebunan karet terluas di

dunia. Namun bila ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia masih berada di

bawah Thailand dan Malaysia. Ini memperlihatkan kurang efisiennya pengolahan

karet di Indonesia selama ini.

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan

(dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon

karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang

dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Heveaá

brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon

sehingga pohon akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak latex

lagi. Pohon jenis lainnya yang mengandung lateks termasuk fig, euphorbia dan

dandelion. Lebih dari setengah produksi karet yang digunakan sekarang ini adalah

sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih tetap diproduksi setiap tahun,

dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif

dan militer. Karet hypoallergenic dapat dibuat dari Guayule. Eksperimen awal

dari pengembangan karet sintetis membawa ke penemuan Silly Putty.

Karet alam (polyisoprene) termasuk ke dalam elastomer yaitu bahan yang

dapat direnggangkan dan dapat kembali seperti bentuk semula. Selain karet alam,

terdapat beberapa bahan yang juga termasuk elastomer yaitu polybutadiene,

polyisobutylene dan polyurethanes, yang ketiganya merupakan polimer sintetis.

Elastomer memiliki potensi yang besar dalam dunia industri karena

memiliki sifat keliatan dan kelekatan yang tinggi, elatisitas tinggi, daya tarik yang

kuat, daya lengket yang baik dan daya pegas yang tinggi. Karena sifat-sifat

tersebut polyisoprene banyak dimanfaatkan untuk membuat sepatu boot tahan air,

bola dan peluru karet.

Molekul karet alam terbentuk melalui reaksi adisi monomer-monomer

isoprene secara teratur yang terikat secara “kepala ke ekor”, memiliki susunan

geometri 98% cis-1,4 dan 2% trans-1,4 dengan berat molekul berkisar antara 1-2

juta dan mengandung sekitar 15.000-20.000 ikatan tidak jenuh.

Page 2: Industri Karet

Karet alam dihasilkan dari tanaman karet Hevea brasiliensis. Tanaman

karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae,

tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah (0-400 dpl) dengan curah hujan

1500-2500 mm/tahun dan mampu hidup di lahan dengan keasaman tinggi (pH

4.0-4.5), pada tanah bersolum dalam dan miskin hara.

Untuk mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan terhadap batang

pohon tanaman karet hingga dihasilkan getah kekuning-kuningan yang disebut

dengan lateks. Lateks merupakan cairan atau sitoplasma yang berisi ±30% partikel

karet. Pada tanaman karet, lateks dibentuk dan terakumulasi dalam sel-sel

pembuluh lateks yang tersusun pada setiap jaringan bagian tanaman, seperti pada

bagian batang dan daun. Penyadapan lateks dapat dilakukan dengan mengiris

sebagian dari kulit batang. Penyadapan ini harus dilakukan secara hati-hati karena

kesalahan dalam penyadapan dapat membahayakan bahkan mematikan pohon

karet.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lateks dalam penyadapan

antara lain arah dan sudut kemiringan, panjang irisan sadap, letak bidang sadap,

kedalaman irisan sadap, ketabalan irisan sadap, frekuensi penyadapan dan waktu

penyadapan. Waktu penyadapan yang baik adalah dilakukan sepagi mungkin

sekitar pukul 05.00-07.30.

Secara umum dalam lateks karet yang segar mengandung 20-60% karet,

0.3-0.7% abu, 1-2% protein, 2% resin atau lipid dan 33-75% air. Adapun menurut

Tangpakdee (1998) lateks jika disentrifugasi pada 54.000 g (gravitasi) selama 1

jam akan terpisahkan menjadi beberapa komponennya yaitu fraksi karet, frey

wyssling, serum C (sitosol) dan fraksi bawah yang terdiri atas partikel lutoid.

Fraksi karet sebanyak 37% mengandung protein, fosfolipid, sterol ester, lemak

dan resin, sedangkan frey wyssling mengandung karotenoid, plastokromanol, dan

lipid. Fraksi frey wyssling ini berwarna kuning dan mengandung partikel-partikel

berbentuk spiral dengan diameter 3-6μm. Serum C adalah cairan bening yang

merupakan sitosol dari sel pembuluh lateks, mengandung berbagai persenyawaan

antara lain sukrosa, protein dan asam-asam organik. Fraksi bawah terdiri atas

protein, fosfolipid, sterol, trigonolein, labikuinon dan argothionin. Fraksi ini

Page 3: Industri Karet

banyak mengandung lutoid yang mengandung protein karet, lipid, ion Ca dan ion

Mg.

Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah

penemuan proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca

dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar

dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun

pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya

terbuat dari bahan karet.

Usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet

manjadi kaku di musim hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti

yang pernah dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833

dengan cara melarutkan karet alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam

karbon untuk menghasilkan karet keras yang tahan air. Struktur dasar karet alam

adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar

antara 10.000 – 400.000.

Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat

digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan telapak ban

kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak

berbentuk cairan. Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada

sifat karet yang lembut, fleksibel dan elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa

karet alam adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan

kekentalan yang sangat tinggi.Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai

kulit binatang sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar

menjadi lebih pendek. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas

karet alam sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain

ditambahkan.

Karet semakin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, dalam rumah

tangga, perusahaan dan sebagainya. Hal ini yang mendorong kegiatan industri

karet semakin tinggi pula limbah yang akan dihasilkan dari produksi tersebut.

Baik itu limbah padat maupun limbah cairnya. Pengelolaan limbah karet ini harus

ditangani dengan sebaik-baiknya, karena sangat berdampak pada lingkungan

Page 4: Industri Karet

sekitar. Limbah dari hasil produksi karet ada yang dapat di manfaatkan kembali

dan ada pula yang mana harus benar-benar di buang agar tidak mengganggu

kualitas lingkungan.

Dalam jurnal ilmiah ini dimuat tentang sumber, karakteristik, dan dampak

limbah industri karet, teknologi proses karet, konsep pengolahan limbah industri

karet.

Batasan Masalah

Limbah dari hasil produksi karet harus ditangani secara baik dan benar.

Semakin tinggi produktivitas penghasil karet semakin tinggi pula limbah yang

akan dihasilkan. Memang sebagian limbah masih dapat digunakan manfaatnya,

seperti limbah karet yang berunsur bagus untuk menyuburkan tanaman. Dan ada

pula limbah karet cair yang harus dibuang sampai-sampai harus dibuat kolam

limbah dari hasil produksi karet tersebut. Ruang lingkup pembahasan dalam

pedman ini meliputi: identifikasi sumber dan karakteristik dan dampak limbah

industri karet, teknologi proses karet, dan konsep pengolahan limbah industri

karet.

Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah mengidentifikasi pengelolaan limbah

industri karet.

Metode Penulisan

Jurnal ilmiah ini bersifat diskriptif yang akan mengkaji industri karet

beserta pengelolaan limbah karet tersebut. Penyusunan makalah dilakukan dengan

studi pustaka, melalui tahapan pengumpulan pustaka yang diambil dari internet

dan literature, data-data pendukung dan pembuatan jurnal ilmiah.

Page 5: Industri Karet

TINJAUAN PUSTAKA

Industri Karet

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa

jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional

adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan

lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet,

seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah

perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa

Perang Dunia II, sumbersumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan

karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha),

sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet

industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam

industri perkaretan.

Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau

kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet

atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat. Dalam bentuk bahan mentah,

karet alam sangat disukai karena mudah menggulung pada roll sewaktu diproses

dengan openmill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan berbagai

bahan-bahan yang diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam bentuk

kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat

disukai dalam pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum

vulkanisasi dilakukan.

Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit

disaingi oleh karet sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun

dalam pembuatan sol karet yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi

langsung.

Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon,

protein, lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.

Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air

dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau

Page 6: Industri Karet

antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga

meningkatkan ketahanan sobek.

Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi

keras. Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin

sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam

bisa mengkristal pada suhu rendah (misalkan -26°C) dan bila ini terjadi,

diperlukan pemanasan karet sebelum diolah pabrik barang jadi karet.

Sumber Limbah Industri Karet

Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari

lateks dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentukpada

industri karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas

bahan baku berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan

terjadi dengan rincian sebagai berikut :

1. Makin kotor bahan karet olahan akan makin banyak air yang diperlukan

untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.

2. Maki kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan

makin mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau pun

meningkat.

3. Bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal dan

pasir relatif tinggi.

Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran, proses ini juga

bertujuan untuk memperbesar luas pemukaan karet agar waktu pengeringan relatif

singkat. Dengan demikian, limbah yang terbentuk dominan berbentuk limbah cair.

Sumber limbah cair dapat dikategorikan dari proses produksi dengan

rincian sebagai berikut:

1. Bahan baku olahan karet rakyat

Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah

dibubuhi asam semut, dan banyak mengandung air dan unsur pengotor dari

Page 7: Industri Karet

karet baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun rakyat. Sumber

limbahnya antara lain:

a. Penyimpanan koagulum

b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga

menghasilkan limbah

c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi

d. Proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair,

waaupun jumlahnya relatif kecil

2. Bahan baku berasal dari lateks kebun

Dalam proses produksi untuk meghasilkan karet digunakan air lebih sedikit,

tetapi mempunyai bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya

adalah dari proses pencacahan dan peremahan.

Pengaruh tiap parameter terhadap lingukungan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. BOD

BOD merupakan salah satu parameter limbah yang ,e,beri gambaran atas

tingkat polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar

oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme merubah organik. Makin

tinggi kandungan bahan organik akan menyebabkan makn berkurangnya

konsentrasi oksigen terlarut di dalam air yang akhirnya berakibat kematian

berbagai biota air. Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut menyebabkan

kondisi aerob bergeser ke kondisi anaerob.

b. COD

COD mirip dengan BOD, bedanya osigen yang diperlukan merupakan

oksigen kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi

secara kimia bahan organik menjadi senyawa lain seperti gas metan,

amoniak, dan karbon dioksida. Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai

BOD karena hampir seluruh jenis bahan organik dapat teroksidasi secara

kimia termasuk bahan organik yang teroksidasi secara biologis.

c. Padatan Terendap

Page 8: Industri Karet

Padatan terendap menunjukkan jenos padatan yang terkandung di dalam

cairan limbah yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi

dalam waktu paling lama sekitar 1 jam.

d. Padatan Tersuspensi

Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid.

Secara kasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang serta

mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.

e. Padatan Terlarut

Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat dipisahkan

secara penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses

oksidasi biologis atau koagulasi kimia.

f. Kandungan Nitrogen

Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adlah protein amonia, nitrit

dan nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein,

sisa tanaman dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah.

g. Derajat Keasaman (pH)

Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7 . makin rendah nilai pH

artinya air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi bersifat basa.

Karakteristik dan Dampak Limbah Cair

Karakteristik dan jumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi karet

dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan

1. Perkiraan Debit Limbah Cair

Proses pengolahan karet tergolong proses basah, banyaknya kebutuhan air

untuk keperluan pngolahan akan menentukan banyaknaya limbah cair yang

dihasilkan, sekaligus menetukan rancangan ukuran sarana pengolah limbah.

Jumlah air yang digunakan dalam proses produksi, hampir seluruhnya

menjadi limbah, karena karet baik berupa bahan baku maupun setengah jadi

tidak menyerap air. Pengaruh kebutuhan air adalah tingkat kotoran yang ada

dalam bahan baku, serta efesiensi kinerja sarana pengolahan. Nilai parameter

limbah pada setiap bagian proses pengolahan berbeda-beda. Nilai parameter

Page 9: Industri Karet

BOD atau COD yang sangat besar dari air buangan menunjukkan tingginya

kadar bahan organiknya, peningkatan kadar bahan organik akan makin

mengganggu ekosistem lingkungan yang menerima air buangan karena

oksigen banyak digunakan oleh bakteri pengurai untuk menghancurkan bahan

organik tersebut. Total padatan merupakan bahan yang berasal dari emecahan

komponen organik, sedangkan padatan tersuspendi merupakan bahan yang

tidak larut d dalam air dan cenderung mengalami pembusukan jika suhu air

meningkat (musim panas). Dampak negatif juga timbul jika air limbah

langsung dibuang ke sungai atau perairan umum. Bagi pabrik yang berlokasi

di areal perkebunan, penanganan limbah cair relatif mudah, bahkan dapat

dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman karetnya.

2. Karakteristik dan Dampak Limbah Padat

Secara umum limbah padat yang terbentuk pada pengolahan karet tidak

tergolong limbah beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal, lumpur, pasir

rotan, kayu, daun, dan plastik bekas kemasan. Bokar yang kotor merupakan

sumber utama pembawa limbah padat. Beberapa jenis padatan dalam jumlah

yang sudah sedemikian besar akan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Limbah tersebut jika dibuang ke sungai, dalam jangka waktu tertentu akan

menyebabkan pendangkalan badan air. Limbah padat akan dikirim ke TPA

dalam keadaan sudah cukup kering, lebih baik lagi jika sudah bersifat

kompos, sehingga di TPA tinggal proses pelapukan akhir.

Teknologi Proses Karet

Bahan baku yang diperoleh industri karet berasal dari industri perkebunan,

bahan baku tersebut berbentuk lateks dan dari perkebunan rakyat berbentuk

koagulum yang sudah diawetkan dengan asam sulfit. Bahan baku tersebut harus

dibersihkan dan juga harus dalam kondisi stabil. Dalam proses pencucian dan

penstabilan karet tersebut diperlukan bahan pencucinya adalah air bersih cukup

banyak, dan umumnya diambil dari air pemukaan sungai.

Sebelum dilakukan proses pencacahan karet yang berbentuk koagulum

terlebih dahulu dilakukan pencucian dengan menyemprotkan air ke tumpukan

Page 10: Industri Karet

koagulum karet tersebut, selanjutnya dilakukan pemecahan (breaker), dan

pencacahan rextunder yang ditindaklanjuti dengan mixing tank. Kemudian

dilakukan proses penggilingan di crapper berulang-ulang sampai diperoleh karet

yang benar-benar murni atau berdih dan kondisi stabil. Kemudian dilakukan

pengeringan selama kurang lebih dari 8 jam, kemudian dipotong-potong.

Proses produksi karet meliputi hal-hal berikut :

1. Bahan baku (lateks kebun)

2. Penerimaan lateks di gudang pabrik

3. Pengenceran Lateks

4. Penambahan bahan kimia

5. Penggumpalan

6. Penggilingan

7. Pengemasan

Pasokan air bagi proses produksi maupun untuk penunjang memerlukan

jumah yang besar/banyak dengan fungsinya sebagai pembersih atau pencuci.

Apabila air yang diperoleh dari sumbernya sudah layak sebagai pencuci maka

langsung digunakan atau sebaliknya. Pembakuan air bertujuan untuk

menghilangkan kontaminan yang berada dalam air baku berupa padatan

tersuspensinya, padat terlarutnya dan kontaminasi logam. Apabila tidak

ditemukan unsur logam, maka pengbakuan air dilakukan secara fisika saja

yaitu cara filtrasi dan sedimentasi.

METODE PENELITIAN

Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat

tahan dari pecah dan elastis maka kebutuhan akan karet saat ini akan terus

berkembang dan meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif,

kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan

sebagainya. Diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan akan karet

akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi

Page 11: Industri Karet

Indonesia mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yang ada di Indonesia

ke negara-negara lainnya.

Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan akan bahan karet

alami di negara-negara industri terhadap komoditi karet dimasa yang akan datang,

maka upaya untuk meningkatkan persediaan akan karet alami dan industri

produksi karet merupakan langkah yang bagus untuk dilaksanakan. Guna

mendukung hal ini semua, perlu diperhatikan perkembangan perkebunan karet,

industri hilir guna memberi nilai tambah dari hasil industri hulu.

Karet tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini dan yang

akan datang. Barang yang berbahan dasar karat diperlukan di seluruh negara di

dunia baik untuk kehidupan sehari-hari, maupun keperluan khusus yang berkaitan

dengan teknologi tinggi. Penggunaan karet alam untuk berbagai keperluan yang

semakin meningkat seiring dengan kemajuan industri, di sisi lain menimbulkan

dampak negatif berupa pencemaran. Salah satu dampak negatif tersebut adalah

menumpuknya/tidak terolahnya limbah padat karet alam. Limbah padat karat alam

adalah produk jadi atau setengah jadi berbahan baku karet alam, yang telah

kadaluwarsa, cacat atau tidak dipergunakan lagi karena tidak dikehendaki.

Limbah lateks memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi

seperti terlihat pada tingginya kadar COD dan nitrogen totalnya, sehingga

merupakan sumber pencemaran yang potensial dan berpotensi untuk

dimanfaatkan sebagai medium pertumbuhan mikroba, khususnya untuk

produksi biomassa protein sel tunggal. Dengan demikian kadar cemaran

dapat diturunkan dan sekaligus diperoleh nilai tambah. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

menggunakan lima taraf perlakuan dan tiga ulangan yaitu A. Limbah lateks

0%, B. Limbah lateks 2,5%, C. Limbah lateks 5%, D. Limbah lateks 7,5%

dan E. Limbah lateks 10%. Parameter yang diamati adalah berat biomassa

kering dan kadar protein Spirulina platensis. Data dihitung dengan analisis

varians satu jalan dan diuji lanjut dengan LSD.

Hasil analisis statistik dengan Anava Satu Jalan untuk berat rata-rata

biomassa kering dan rata-rata kadar protein Spirulina platensis,F hitung > F

Page 12: Industri Karet

tabel. Hasil uji lanjut LSD terhadap berat rata-rata Spirulina platensis dan

didapatkan hasil yaitu kelompok A tidak berbeda signifikan dengan

kelompok B. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok D dan E. Kelompok

C berbeda signifikan dengan kelompok A, B, D dan E. Uji lanjut dengan

LSD terhadap kadar protein Spirulina platensis dan didapatkan hasil yaitu

kelompok A berbeda signifikan dengan kelompok B. Kelompok B tidak

berbeda signifikan dengan kelompok C. Kelompok D tidak berbeda

signifikan dengan kelompok B dan C. Sedangkan kelompok E berbeda

signifikan dengan kelompok A, B, C dan D. Disimpulkan bahwa konsentrasi

limbah lateks berpengaruh terhadap produksi protein sel tunggal (Spirulina

platensis) dan kadar protein sel tunggal (Spirulina platensis). Kadar terbaik

untuk produksi Spirulina platensis terdapat pada konsentrasi limbah lateks

sebesar 10%. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan konsentrasi limbah

lateks di atas 10% dengan rentangan suhu dan pH yang bervariasi dan

penelitian serupa dengan spesies alga yang lain. Disamping itu perlu

dilakukan penelitian dengan menggunakan limbah lain yang tersedia di

lingkungan sehingga didapatkan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat

luas.

Beberapa akibat merugikan yang disebabkan oleh adanya limbah produk

karet alam adalah :

1. Gangguan terhadap kesehatan;

2. Gangguan terhadap kehidupan biotik;

3. Gangguan terhadap keindahan dan kenyamanan.

Limbah padat ini karena tidak dapat didaur-ulang, maka biasanya

dibiarkan menumpuk begitu saja, ditimbun atau dibakar. Hal ini disebabkan

karena karat alam merupakan bahan polimer yang bersifat termoset atau bahan

polimer yang tidak dapat diolah kembali dengan cara pemanasan dan

pengepresan. Selain itu karat alam juga merupakan bahan polimer yang sulit

terdegradasi dialam, sehingga limbah karet alam tersebut akan

menumpuk di permukaan bumi.

Page 13: Industri Karet

Dalam mengatasi limbah produk karet alam, beberapa upaya telah

dilakukan antara lain pembakaran ataupun penimbunan, di mana hal ini

menimbulkan masalah baru karena dengan pembakaran (insenerasi) selain

biayanya cukup mahal juga menghasilkan asap hitam yang mengganggu

pernafasan dan mengganggu kenyamanan. Sedangkan bila ditimbun di dalam

tanah, akan mengganggu masuknya unsur hara dan menghambat resapan air

kedalam tanah. Untuk mengantisipasi semakin menumpuknya limbah karet, saat

ini sedang dikembangkan bermacam-macam penelitian untuk menanggulangi

limbah tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam

Pedoman Minimisasi Limbah (BAPEDAL,1992).

Limbah lateks pekat merupakan polutan yang potensial jika tidak

ditangani dengan baik. Pengolahan limbah lateks untuk memenuhi persyaratan

lingkungan semata, akan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Kini limbah lateks dapat dikonversi secara mikrobiologis untuk

menghasilkan berbagai produk yang bernilai tambah ekonomis tinggi seperti: IAA

(hormon tumbuhan), pupuk bio organik, dan biomassa mikroalga.

Proses biokonversi dapat dibuat berlangsung simultan dengan pengolahan

limbah sehingga bisa mengurangi volume limbah dan sekaligus menghilangkan

bau busuk. Pupuk bio organik yang dihasilkan terbukti dapat menghemat sampai

50% pupuk kimia pada tanaman pangan, tanaman perkebunan, serta tanaman

penutup tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perusahaan harus menyadari bahwa apabila limbah yang dihasilkan

dibuang ke linkungan sekitarnya akan mempengaruhi keseimbangan alam atau

lingkungan hidup dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka

pendek dapat dirasakan oleh masyarakat setempat secara langsung maupun secara

tidak langsung yag membuat respon negatif terhadap perusahaan dan jangka

menengah dan panjang akan mempengaruhi lingkungan yang lebih luas.

Page 14: Industri Karet

Pengolahan limbah dapat dikelompokkan edalam pengolahan dari

sumbernya yang disebut sebagai proses produksi bersih, dan pengelolaan saat

limbah tersebut keluar dari proses produksi.

1. pengolahan limbah dari sumbernya

pengolahan limbah dapat dilakukan mulai dari sumber limbah itu dihasilkan,

yaitu dengan meminimalisasi limbah yang dihasilkan, reuse, reycling. Dalam

industri karet meminimalisasi limbah cair dapat dilakukan dengan cara:

a. gudang penyimpanan bahan baku sebaiknya beratap dan air yang keluar

dari bahan baku berupa limbah dialirkan langsung ke IPAL

b. limbah yang berasal dari pencucian awal koagulum dan pencacahan di

mesin Pre Beaker, dan di Hammer Mill dipisahkan saluran airnya serta

diarahkan langsung ke IPAL.

c. Air limbah yang berasal dari proses di tahap ke dua atau ketiga di creper,

tngkat kualitas air tersebut masih dapat digunakan pencucian tanpa

pengolahan.

d. Pemisahan dari saluran air limbah yang haus diolah terpisah dengan air

limbah yang masih dapat digunakan

e. Air yang keluar dari IPAL dapat digunakan kembali sebagai pencuci di

lantai gudang baha baku.

2. IPAL

Dalam pengolahan limbah cair dari industri karet adalah karakteristik limbahnya

dan teknologi prosesnya serta jenis produk yang dihasilkan sehingga dapat

dihasilkan keandalannya, keamanan berproduksi.

Dalam pengolahan limbah cair ini perlu diperhatikan menajemen pengolahan

limbah di perusahaan an pengolahan fisik limbah sebagai efluen dari proses

produksi.

Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk memisahkan zat atau unsur

padatan kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan untuk

meminimalisasi gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya. Proses

pengolaha awal ini juga disebut sebagai pengolahan proses fisika

a. penyaringan

Page 15: Industri Karet

bertujuan untuk memisahkan pengotor yang berupa padatan kasar atau serpihan

yang terbawa oleh limbah cair.

b. sedimentasi

sedimentasi adalah proses pemisahan padatan dari cairannya dengan cara

mengendapkan secara gravitasi. Proses ini juga dapat memisahkan jenis padatan

berupa flok hasil proses kimiawi dan hasil proses biologi

c. netralisasi

limbah cair industri pengolahan karet bersifat asam, maka proses penetralan perlu

dilakukan terlebih daulu sebelum pengolahan lanjutan.

d. Equalisasi

Pross equalisasi sangat dibutuhkan agar aliran relatif konstan dan kinerja proses

operasi pada sistem pengolahan meningkat.

Pengolahan limbah lanjutan dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu :

a. pengolahan secara kimiawi

b. pengolahan secara sistim kolam/flokulasi (aerob atau anaerob)

c. pengolahan secara lumpur aktif (biologi)

d. pengolahan secara pemanenan ganggang

pengolahan secara kimia

a. koagulasi

proses koagulasi adalah perlakuan kimiawi terhadap limbah cair dengan cara

penambahan bahan elektrolit yang berlawanan muatan dengan koloid. Bahan

kimia yang bisa digunakan sebagai koagulan adalah tawas/ alum, fero sulfat, feri

sulfat dan feri khlorida.

b. flokulasi

flokulasi adalah proses pengadukan lambat dan terus meneris terhadap air yang

dikoagulasikan dengan tujuan membentuk flok.

Pengolahan secara sekunder

Pengolahan secara sekunder juga disebut pengolahan secara biologi yang

bertujuan untuk mengirangi senyawa organik terlarut dalam air limbah.

Pengolahan secara kolam fakultatif

Page 16: Industri Karet

Pabrik karet yang terletak di lokasi dengan ketersediaan lahan terbuka yang masih

luas seperti di PT Perkebunan atau perkebunan swasta bes, sistem kolam

arobik/anaerobik yang dilanjutkan dengan kolam fakultatif dinilai merupakan

sistem penanganan limbah yang paling memadai.

a. proses aerob

bahan-bahan organik terlarut akan masuk ke dalam sel secara absorpsi, sedangkan

yang bersifat koloid masuk secara adsorpsi. Proses espirasi sel mengoksidasi

senyawa organik dan menghasilan senyawa fosfat yang digunakan sebagai

sumber tenaga.

1. kolam stabilisasi

proses pengolahan limbah cair dengan cara kolam stabilisasi berdasarkan

konsep pemurnian di alam. Proses biologis dapat terjadi secara aerobik,

fakultatif dan anaerobik.

Lumpur-lumpur yang mengendap dan organik terlarut yang berada di bagian

bawah akan didegradasi oleh bakteri anaerobik menghasilkan bahan-bahan

anorganik dan komponen-komponen lain yang berbau.

2. kolam aerasi

kolam aerasi merupakan engolahan degan sistem aerasi dimana pelarutan

oksige diperoleh dari alat-alat mekanis. Alat-alat untuk aerasi ada yang di

permukaan dan ada pula ditempatkan di dalam air. Pada bagian akhir kolam

aerasi harus dilengkapi dengan alat pengendapan untuk pemisahan lumpur

yang dihasilkan dari proses.

b. proses anaerob

pada kolam anaerobik berlangsung serangkaian reaksi seperti hidrolisis senyawa

organik – organik oleh enzym ekstraselular menjadi organik terlarut, reaksi

aeidogenesis terhadap produk hidrolisis oleh bakteri fakultatif/obligat anaerob

menjadi molekul – molekul.

Pengolahan secara lumpur aktif

Proses lumpur aktif banyak diterapkan karena mempunyai efisiensi pengolahan

yang tinggi dan lahan yang diperlukan tidak seluas seperti pengolahan sistem

kolam.

Page 17: Industri Karet

Biomassa lumpur dlam tangki sedimentasi akan terpisah dan cairan sebagai

endapan.

Sebagian lumpur tersebut didaur ulang dan sisanya dibuang.

Konsentrasi oksigen terlarut dalam proses lumpur aktif diperlukan untuk

kehidupan mikroorgansma, yaitu untuk melakukan oksidasi sumber karbon

(BOD)

dan oksidasi senyawa nitrogen (nitrifikasi)

Perlakuan lumpur

Lumpur yang dikeluarkan dari unit pengolahan limbah cair dibedakan atas lumpur

primer dan lumpur sekunder. Lumpur primer berasal dari hasil perlakuan fsika

atau

kimia, sedangkan lumpur sekunder berasal dari perlakuan biologi. Lumpur

sekunder

umumnya masih memiliki kadar air yang cukup tinggi. Perlakuan ini dengan

pengurangan kadar air danmeningkatkan kestabilan sift lumpur menjadi lebih aik

agar

penanganan selanjutnya tidak menimbulkan permasalahan baru dalam lingkungan

a. Pemekatan

b. Stabilisasi

Pemanfaatan sludge

Sludge merupakan padatan hasil pengolahan limbah cai yang perlu dilakukan

penangannya atau tempat penyimpanan. Sludge ini selain mengandung berbagai

jenis

mikroorganisme juga mengandung berbagai jenis senyawa organik yang tidaj

dapat

diuraikan oleh mikroorganisme. Lumpur yang dibiarkan di tempat terbuka tanpa

penanganan lebih lanjut berpotensi sebagai sumber pencemar.

Pemanfaatan lumpur sebagai pupuk tanaman merupakan salah satu alternatif yang

dapat dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan lingkungan. Pemanfaatan

limbah

Page 18: Industri Karet

lumpur sebagai pupuk juga harus memperhatikan kondisi yang mendukung

aktivitas

mikroorganisme dalam proses melepaskan nutrien yang dapat dimanfaatkan untuk

tanaman, yaitu kondisi lembab dan hangat, serta kecukupan bahan makanannya.

Meski berpotensi sebagai pupuk, namun ”sludge” mempunyai berbagai sifat yang

kurang baikyaitu : tekstur yang halus, unsur hara.

KESIMPULAN

Pengolahan limbah dapat dikelompokkan kedalam pengolahan dari sumbernya

yang disebut sebagai proses produksi bersih, dan pengelolaan saat limbah tersebut

keluar

dari proses produksi. Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk

memisahkan zat

atau unsur padatan kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan

untuk

meminimalisasi gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya.

Teknik pengelolaan air limbah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan

harus dilaksanakan dalam melakukan pengkajian dan inovasi penerapan teknologi

produksi bersih, untuk mendukung terwujudnya undustri karet yang berdaya saing

tinggi

dan berwawasan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. gambaran sekilas industri karet.

http://www.depperin.go.id/PaketInformasi/Karet/Karet.pdf.

Di akses pada tanggal 8 Maret 2010

Kresnawaty, Irma dkk. 2008. Optimisasi produksi biogas dari limbah lateks cair

pekat

dengan penambahan logam.

http://docs.google.com/viewer?

a=v&q=cache:rmBjBZMz4jEJ:www.ibriec.org/menara_perkebunan/download.ph

p%3Fid

%3D63+Optimisasi+produksi+biogas+dari+limbah+lateks+cair+pekat+dengan+p

Page 19: Industri Karet

enambahan+logam&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiGxTR3au70V3ReX0

faVoI8khJ-

9ta8XZiXXoat6feBwWZzzWjh3mL5iWCfpz4jTlQmagaUkr9B_wGcTp7Lb_

X-rhPXpVJKUw-

0SBtMhqf8sx5DHiY2v0Fik8kv74JjXnMhl81&sig=AHIEtbQbX2dtDazQC16pEa

snnj-csSAeBQ

Di akses pada tanggal 8 Maret 2010

Suhartini, Meri. Modifikasi produk dan daur-ulang limbah karet alam

http://www.digilib.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=77852&lokasi=lokal

Di akses pada tanggal 8 Maret 2010

Infokito.2007. Limbah Cair Industri Karet Ancam Perikanan

http://infokito.wordpress.com/2007/12/01/limbah-cair-industri-karet-

ancamperikanan/

Di akses pada tanggal 8 Maret 2010

Rollit. 2009. Pemanfaatan Limbah Karet Menjadi Pupuk.

http://automotive.id.finroll.com/asuransi/21-berita-terkini/14021-

__pemanfaatanlimbah-

karet-jadi-pupuk____.html

Di akses pada tanggal 8 Maret 2010

Damayanti, reskha dan Retno Martini. Proses Pembuatan Bahan Bakar Cair

Dengan

Menggunakan Limbah Ban Bekas Menggunakan Katalis Zeolit Y dan ZSM-5

http://www.docstoc.com/docs/25101463/PROSES-PEMBUATAN-

BAHANBAKAR-

CAIR-DENGAN-MEMANFAATKAN-LIMBAH-BANv