7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
1/24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangCedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda
paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral
sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalu
lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia
produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih
rendah, disamping penanganan pertama yang belum benar - benar , serta
rujukan yang terlambat.
Di Indonesia kajadian cidera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah diatas , 10% penderita meninggal
sebelum tiba di rumah sakit. Dari psien yang sampai di rumah sakit , 80%
dikelompokan sebagai cedera kepala ringan, 10 % termasuk cedera sedang
dan 10% sedang, dan 10 % termasuk cedera kepala berat.
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan
para dokter mempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan
pertama pada penderita. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan
mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan
menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok
tindakan yang sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita.
Sebagai tindakan selanjutnya yang penting setelah primary survey adalah
identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan tindakan pembedahan, dan
yang terbaik adalah pemeriksaan dengan CT Scan kepala.
Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3% -
5% yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat
secara konservatif. Pragnosis pasien cedera kepala akan lebih baik bila
penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat. Adapun pembagian trauma
kapitis adalah: Simple head injury, Commutio cerebri, Contusion
cerebri, Laceratio cerebri, Basis cranii fracture.
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
2/24
2
Simple head injury dan Commutio cerebri sekarang digolongkan
sebagai cedera kepala ringan, sedangkan Contusio cerebri dan Laceratio
cerebri digolongkan sebagai cedera kepala berat.
Pada penderita korban cedera kepala, yang harus diperhatikan adalah
pernafasan, peredaran darah dan kesadaran, sedangkan tindakan resusitasi,
anamnesa dan pemeriksaan fisik umum dan neurologist harus dilakukan
secara serentak. Tingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan
pada saat pasien tiba di Rumah Sakit.
1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana etiologi, klasifikasi, patogenesis, patologi kelainan dan
penatalaksanaan Cidera Kepala dan Fraktur linier tulang kepala ?
1.3 Tujuan1.4 Mengetahui etiologi, klasifikasi, patogenesis, patologi kelainan dan
penatalaksanaan Cidera Kepala dan Fraktur linier tulang kepala
1.5 Manfaat
1.5.1
Menambah wawasan mengenai penyakit bedah syaraf khususnya CideraKepala dan Fraktur linier tulang kepala
1.5.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikutikepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah syaraf.
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
3/24
3
BAB II
STATUS PENDERITA
2.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Wonosari
Status perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal MRS : Kamis, 31 Mei 2012
Tanggal periksa : Senin, 3 Juni 2012
No. Reg :
2.2 ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Nyeri kepala2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan
keluhan nyeri kepala setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 2 jam
yang lalu, pada kamis jam 07.00 pagi, pasien pergi kerumah neneknya
mengendarai sepeda motor saat itu dibonceng oleh adik pasien, waktu
melewati jalan menurun sepeda motor yang dikendarai pasien remnya
blong, adik pasien tidak mampu mengendalikan sepeda motor yg
dikendarainya itu dan masuk ke perkebunan kopi saat itu pasien jatuh
dari motor dan kepalanya terbentur pada pohon kopi sesaat setelah
kejadian pasien tidak sadar dan segera dibawa ke puskesmas Jatirejo,
setelah dipuskesmas pasien masih tidak sadar dan disarankan untuk
dirujuk ke IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen, saat perjalan menuju
RSUD kanjuruhan pasien sadar dan kemudian muntah-muntah sebanyak
2x, kemudian jam 09.00 pagi pasien sampai di IGD dalam keadaan
sadar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
4/24
4
Riwayat trauma sebelumnya tidak ditemukan Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya Diabetes Mellitus disangkal Hipertensi disangkal Alergi disangkal
4. Riwayat Pengobatan :Pasien tidak sedang mengkonsumsi obatobatan apapun sebelumnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Trauma disangkal Operasi disangkal Diabetes Mellitus disangkal Hipertensi disangkal Asma disangkal
2.3 PEMERIKSAAN FISIK (05-02-2012)
1) Vital signTensi : 110/70 mmHg
Suhu : 37 0 C
Nadi : 80 x/menit
R.R : 22 x/menit
2) Status NeurologikKesadaran : GCS 3.5.6
Reflek fisiologis : (+)
Refleks Patologis : (-)
3) Status Generalis Kepala Bentuk mesocephal, rambut tidak mudah dicabut, terdapat laserasi
pada dahi kiri, serta luka robek pada dahi kiri lebar 7 cm sedalam
tulang.
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), odem (-/+) hematom
palpebra (-/+), subkonjungtiva bleeding (-/-).
Telinga Bentuk normotia, otorhoe (-) dextra, battle sign (-) dexra
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
5/24
5
Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
Mulut dan Tenggorokan Bibir atas luka (-), perdarahan (-).
Leher JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid
(-), kelenjar getah bening tidak teraba membesar, tidak teraba
adanya benjolan.
Thorax Paru-paru
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis,luka dan benjolan tidak tampak.
Palpasi : Stem fremitus paru kanan sama dengan parukiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi : Suara nafas vesikuler + / +, ronkhi - / -,
wheezing - / -
Jantung Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V MCLS Perkusi : Redup
Batas atas : ICS III parasternal line sinistra
Batas kiri : ICS V MCLS
Batas kanan : ICS V midsternal line
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, Murmur -/-, Gallop-/-
Abdomen Inspeksi : datar, tidak tampak adanya kelainan Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-)
Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus (+) normal
Kulit
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
6/24
6
Warna sawo matang, turgor kulit baik. Ekstremitas
Ekstremitas superior et inferior tidak tampak kelainanPENANGANAN IGD
Ivfd RL 20 tetes/menit Inj Cefotaxime 3 x 1 gram Inj Antrain 2 x 500 mg Inj Ranitidin 2 x 1 ampul Inj ATS 1500 iu
PENANGANAN IGD (setelah konsul dr Yahya Sp.BS)
Konservatif Terapi Vulnus Laserasi bersihkan semaksimal mungkin. Cefotaxim 3 x 1gram Inj Antrain 2 x 500 mg Inj Ranitidin 2 x 1 ampul Inj ATS 1500 iu Pro Debridement (bila perlu)
PRIMARY SURVEY (31-05-2012)
A : Airway clear, snoring (-), gurgling (-), crowing (-), maxillofacialinjury (-), C-spine stabil
B : Spontan, RR : 22 x/i, retraksi iga (-), pernafasan cuping hidung (-),hematopneumothorax (-)
C : Akral H/M/K, HR : 80 x/i, TD : 110/70 mmHg D : GCS 14 (E3V5M6) E : 37 0CPEMERIKSAAN FISIK(31-05-2012)
B1 : Airway : Clear, RR : 22 x/i, SP : Vesikuler, ST : -, Bloody Rinorhoe(-), Bloody Otorrhoe (-), sesak (-), asma (-), batuk (-), alergi (-).
B2 : Akral : H/M/K, TD : 110/70 mmHg, HR : 88 x/i, Reguler, T/Vkuat/cukup, Temp : 370 C
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
7/24
7
B3 : Sens : GCS 14 (E3V5M6), pupil isokor, d/s : 3 mm, RC +/+, Ptosis(-/-)
B4 : DC (-), warna : kuning jernih. B5 : Abdomen soepel, peristaltik (+). B6 : Oedem (-), luka bersih, tampak di jahit, dan di tutup dengan kassa
dan plester di kepala sebelah kiri
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-Scan Kepala tanggal 31 Mei 2012
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
8/24
8
KESAN
a) Fracture linier frontal sinistra
2.5 RESUMESeorang wanita berusia 21 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan
Kepanjen dengan keluhan nyeri kepala setelah kecelakaan lalu lintas, pasien
sempat tidak sadar setelah kepalanya terbentur pohon kopi, kemudian pasien
sadar dan muntah 2x, pasien tiba di IGD dalam kondisi sadar. Pasien
mengalami luka robek pada dahi sebelah kiri selebar 7 cm sedalam tulang,
Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 356, T=110/70, S=37C, RR=22
x/menit Nadi 80 x/ menit, odem (+) hematom (+) pada palpebra kiri.
Pemeriksaan penunjang CT scan: fracture linier frontal sinistra.
2.6 WORKING DIAGNOSA
Cedera Kepala Ringan + Fraktur Linier Frontal Sinistra
2.8 PLANNING DIAGNOSA
1. Lab DL2. CT Scan
2.9 PLANNING TERAPI
1. Medikamentosa RL20 tetes/menit Cefotaxim 3 x 1gram Ranitidin 2 x 1 ampul Antrain 3 x 1 gram ATS 1500 iu
2. Non medikamentosa Observasi TTV
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
9/24
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ANATOMI KEPALA
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat
kita seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami
kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat di perbaiki lagi.
Otak dilindungi oleh:
1) SCALPSCALP/Kulit kepala terdiri atas 5 lapisan, 3 lapisan pertama saling
melekat dan bergerak sebagai satu unit.
SCALP terdiri dari:
Skin atau kulitTebal, berambut dan mengandung banyak kelenjar sebacea.
Connective Tissue atau jaringan penyambungMerupakan jaringan lemak fibrosa yang menghubungkan kulit dengan
aponeurosis dari m. occipitofrontalis di bawahnya. Banyak
mengandung pembuluh darah besar terutama dari lima arteri utama
yaitu cabang supratrokhlear dan supraorbital dari arteri oftalmik di
sebelah depan, dan tiga cabang dari karotid eksternal-temporal
superfisial, aurikuler posterior, dan oksipital di sebelah posterior dan
lateral. Pembuluh darah ini melekat erat dengan septa fibrosa jaringan
subkutis sehingga sukar berkontraksi atau mengkerut. Apabila
pembuluh ini robek, maka pembuluh ini sukar mengadakan
vasokonstriksi dan dapat menyebabkan kehilangan darah yang
bermakna pada penderita laserasi kulit kepala. Perdarahan sukar
dijepit dengan forcep arteri. Perdarahan diatasi dengan menekannya
dengan jari atau dengan menjahit laserasi.
Aponeurosis atau galea aponeurotikaMerupakan suatu jaringan fibrosa, padat, dapat digerakkan dengan
bebas, yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal,
menghubungkan otot frontalis dan otot occipitalis.
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
10/24
10
Spatium subaponeuroticum adalah ruang potensial dibawah
aponeurosis epicranial. Dibatasi di depan dan di belakang oleh origo
m. Occipito frontalis, dan meluas ke lateral sampai ke tempat
perlekatan aponeurosis pada fascia temporalis.
Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgarMenghubungkan aponeurosis galea dengan periosteum cranium
(pericranium). Mengandung beberapa arteri kecil dan beberapa
v.emmisaria yang menghubungkan v.diploica tulang tengkorak dan
sinus venosus intrakranial. Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa
infeksi dari kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, sehingga
pembersihan dan debridement kulit kepala harus dilakukan secara
seksama bila galea terkoyak. Darah atau pus terkumpul di daerah ini
dan tidak bisa mengalir ke region occipital atau subtemporal karena
adanya perlekatan occipitofrontalis. Cairan bisa masuk ke orbita dan
menyebabkan hematom yang bisa jadi terbentuk dalam beberapa
waktu setelah trauma kapitis berat atau operasi kranium.
PericraniumMerupakan periosteum yang menutupi permukaan luar tulang
tengkorak. Sutura diantara tulang-tulang tengkorak dan periousteum
pada permukaan luar tulang berlanjut dengan periousteum pada
permukaan dalam tulang-tulang tengkorak.
Gambar 1. Anatomi Kepala
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
11/24
11
2) Tulang TengkorakTulang tengkorak terdiri dari calvarium (kubah) dan basis cranii (bagian
terbawah). Pada kalvaria di regio temporal tipis, tetapi di daerah ini
dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii terbentuk tidak rata sehingga
dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi
dan deselarasi.
Pada orang dewasa, tulang tengkorak merupakan ruangan keras yang
tidak memungkinkan perluasan isi intracranial. Tulang tengkorak
mempunyai 3 lapisan, yaitu:
a) Tabula interna ( lapisan tengkorak bagian dalam)b) Diploe (rongga di antara tabula)c) Tabula eksterna (lapisan tengkorak bagian luar)
Tabula interna mengandung alur-alur yang berisiskan arteria meningea
anterior, media, dan posterior. Apabila fraktur tulang tengkorak
menyebabkan terkoyaknya salah satu dari arteri-arteri ini, perdarahan
arterial yang di akibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural,
dapat menimbulkan akibat yang fatal kecuali bila di temukan dan diobati
dengan segera.
Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu fossa anterior yang
merupakan tempat lobus frontalis, fossa media yang merupakan tempat
lobus temporalis, fossa posterior yang merupakan tempat bagian bawah
batang otak dan cerebellum.
3) MeningenSelaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3
lapisan, yaitu:
1. DuramaterDuramater adalah selaput keras yang terdiri atas jaringan ikat fibrosa
yang melekat erat pada pada permukaan dalam kranium. Duramater
terdiri dari dua lapisan, yaitu:
Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar, dibentuk olehperiosteum yang membungkus dalam calvaria.
Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosayang kuat
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
12/24
12
yang berlanjut terus di foramen mgnum dengan duramater
spinalis yang membungkus medulla spinalis.
2. ArakhnoidArakhnoid adalah membran fibrosa halus, tipis, elastis, dan tembus
pandang. Di bawah lapisan ini terdapat ruang yang dikenal sebagai
subarakhnoid, yang merupakan tempat sirkulasi cairan LCS.
3. PiamaterPiamater adalah membran halus yang melekat erat pada permukaan
korteks cerebri, memiliki sangat banyak pembuluh darah halus, dan
merupakan satu-satunya lapisan meningeal yang masuk ke dalam
semua sulkus dan mem-bungkus semua girus.
Gambar 2. Susunan struktur kepala
3.2 C E D E R A K E P A L A
3.2.1 DEFINISI
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda
paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral
sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan
lalulintas.
Adapun pembagian trauma kapitis adalah:
Simple head injury Commotio cerebri Contusion cerebri
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
13/24
13
Laceratio cerebri Basis cranii fracture
Simple head injury dan Commotio cerebri sekarang digolongkan
sebagai cedera kepala ringan. Sedangkan Contusio cerebri dan Laceratiocerebri digolongkan sebagai cedera kepala berat.
Pada penderita harus diperhatikan pernafasan, peredaran darah umum
dan kesadaran, sehingga tindakan resusitasi, anmnesa dan pemeriksaan fisik
umum dan neurologist harus dilakukan secara serentak. Tingkat keparahan
cedera kepala harus segera ditentukan pada saat pasien tiba di Rumah Sakit.
3.2.2 MEKANISME DAN PATOLOGI
Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung atau tanpa
benturan langsung pada kepala. Kelainan dapat berupa cedera otak fokal atau
difus dengan atau tanpa fraktur tulang tengkorak.
Cedera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural,
subdural dan intraserebral. Cedera difus dapat mengakibatkan gangguan
fungsi saja, yaitu gegar otak atau cedera struktural yang difus.
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah.
Gelombang ini mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar,
akan terjadi kerusakan jaringan otak di tempat benturan yang disebut coup
atau ditempat yang berseberangan dengan benturan (contra coup)
3.2.3 GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis ditentukan berdasarkan derajat cedera dan lokasinya.
Derajat cedera dapat dinilai menurut tingkat kesadarannya melalui system
GCS, yakni metode EMV (Eyes, Verbal, Movement).
1. Kemampuan membuka kelopak mata (E) Secara spontan 4 Atas perintah 3 Rangsangan nyeri 2 Tidak bereaksi 1
2. Kemampuan komunikasi (V) Orientasi baik 5 Jawaban kacau 4
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
14/24
14
Kata-kata tidak berarti 3 Mengerang 2 Tidak bersuara 1
3.
Kemampuan motorik (M) Kemampuan menurut perintah 6 Reaksi setempat 5 Menghindar 4 Fleksi abnormal 3 Ekstensi 2 Tidak bereaksi 1
3.2.4 PEMBAGIAN CEDERA KEPALA1. Simple Head Injury
Diagnosasimple head injury dapat ditegakkan berdasarkan:
Ada riwayat trauma kapitis Tidak pingsan Gejala sakit kepala dan pusing
Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat
simptomatik dan cukup istirahat.2. Commotio Cerebri
Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang
berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak
disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala,
vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat.
Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau
terangsangnya pusat-pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri
mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan
sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan. Amnesia ini
timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis.
Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG,
pemeriksaan memori. Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk
observasi kemungkinan terjadinya komplikasi dan mobilisasi bertahap.
3. Contusio Cerebri
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
15/24
15
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di
dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata,
meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus. Yang penting
untuk terjadinya lesi contusion ialah adanya akselerasi kepala yang seketika
itu juga menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan gaya kompresi
yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. Oleh
karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat, sehingga
menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan asendens retikularis
difus. Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input aferen dan karena itu,
kesadaran hilang selama blockade reversible berlangsung.
Timbulnya lesi contusio di daerah coup , contrecoup, dan
intermediatemenimbulkan gejala deficit neurologik yang bisa berupa
refleks babinsky yang positif dan kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran puli
kembali, si penderita biasanya menunjukkan organic brain syndrome.
Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang
beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah
cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi
rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena
pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan
bisa timbul.
Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat letak
lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek. Terapi dengan
antiserebral edem, anti perdarahan, simptomatik, neurotropik dan perawatan
7-10 hari.
4. Laceratio CerebriDikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan
robekan piamater. Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan
subaraknoid traumatika, subdural akut dan intercerebral. Laceratio dapat
dibedakan atas laceratio langsung dan tidak langsung.
Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang
disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada
fraktur depressed terbuka. Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan
oleh deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis.
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
16/24
16
5. Fracture Basis CraniiFractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan
fossa posterior. Gejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana
yang terkena.
Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:
Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival bleeding Epistaksis Rhinorrhoe
Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:
Hematom retroaurikuler, Ottorhoe Perdarahan dari telinga
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan X-foto basis kranii.
Komplikasi:
Gangguan pendengaran Parese N.VII perifer Meningitis purulenta akibat robeknya duramater
Fraktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi terapinya
harus disesuaikan. Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk mencegah infeksi.
Tindakan operatif bila adanya liquorrhoe yang berlangsung lebih dari 6 hari.
Adapun pembagian cedera kepala lainnya:
Cedera Kepala Ringan (CKR) termasuk didalamnya Laseratio danCommotio Cerebri
o Skor GCS 13-15o Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari
10 menit
o Pasien mengeluh pusing, sakit kepalao Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan neurologist.
Cedera Kepala Sedang (CKS)o Skor GCS 9-12o Ada pingsan lebih dari 10 menito Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
17/24
17
o Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dananggota gerak.
Cedera Kepala Berat (CKB)o Skor GCS
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
18/24
18
o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyerikepala sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa
jam kemudian timbul gejala-gejala yang memperberat progresif seperti
nyeri kepala, pusing, kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan darah
meninggi, pupil pada sisi perdarahan mula-mula sempit, lalu menjadi
lebar, dan akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya. Ini adalah
tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi tentorial.
o Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)o Interval lucido Peningkatan TIKo Gejala lateralisasi hemiparese
o Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapatihematoma subkutan
o Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar.Pada sisi kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda
kerusakan traktus piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon
meninggi dan refleks patologik positif.
o CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonvekso LCS : jerniho Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (dekompresi) dan
pengikatan pembuluh darah.
2. Hematom subduralo Letak : di bawah duramatero Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan
laserasi piamater serta arachnoid dari kortex cerebri
o Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertamaKronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma
o CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudianAda bagian hipodens yang berbentuk cresent.
Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim
otak (bagian dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai
lengkung tulang tengkorak). Isodens terlihat dari midline yang
bergeser
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
19/24
19
o Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalamotak (dekompresi) dengan melakukan evakuasi hematom. Penanganan
subdural hematom akut terdiri dari trepanasi-dekompresi.
3. Perdarahan IntraserebralPerdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal,
terbanyak pada lobus temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma
kapitis yang berupa hematom hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja.
Jika penderita dengan perdarahan intraserebral luput dari kematian,
perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan
kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi neurologik sesuai
dengan fungsi bagian otak yang terkena.
4. Oedema serebriPada keadaan ini otak membengkak. Penderita lebih lama
pingsannya, mungkin hingga berjam-jam. Gejala-gejalanya berupa
commotio cerebri, hanya lebih berat. Tekanan darah dapat naik, nadi
mungkin melambat. Gejala-gejala kerusakan jaringan otak juga tidak
ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi.
TIK meningkat Cephalgia memberat Kesadaran menurun
Jangka Panjang :
1. Gangguan neurologis
Dapat berupa : gangguan visus, strabismus, parese N.VII dan
gangguan N. VIII, disartria, disfagia, kadang ada hemiparese
2. Sindrom pasca traumaDapat berupa : palpitasi, hidrosis, cape, konsentrasi berkurang, libido
menurun, mudah tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah
lupa, gangguan tingkah laku, misalnya: menjadi kekanak-kanakan,
penurunan intelegensia, menarik diri, dan depresi.
3.2.8 TERAPI
CKR :
Perawatan selama 3-5 hari
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
20/24
20
Mobilisasi bertahap Terapi simptomatik Observasi tanda vitalCKS :
Perawatan selama 7-10 hari Anti cerebral edem Anti perdarahan Simptomatik Neurotropik Operasi jika ada komplikasiCKB :
Seperti pada CKS Antibiotik dosis tinggi Konsultasi bedah saraf
3.2.9 PROGNOSA
Skor GCS penting untuk menilai tingkat kesadaran dan berat ringannya
trauma kapitis.
3.3 FRAKTUR KRANIUM
3.3.1 Definisi
Fraktur tulang tengkorak merupakan fraktur yang terjadi pada tulang
tengkorak. Fraktur kranium merupakan hasil dari trauma tumpul atau penetrasi.
Fraktur cranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak dan dapat
berbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup. Fraktur dasar
tengkorak biasanya memerlukan CT scan dengan teknik bone window untuk
memperjelas garis fraktur Fraktur cranium terbuka atau komplikata
mengakibatkan adanya hubunga antara laserasi kulit kepala dan permukaan otak
karena robeknya selaput duramater. Keadaan ini membutuhkan tindakan dengan
segera.
Adanya fraktur tengkorak merupakan petunjuk bahwa benturan yang terjadi
cukup berat sehingga mengakibatkan retaknya tulang tengkorak. Frekuensi
fraktur tengkorak bervariasi, lebih banyak fraktur ditemukan bila penelitian
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
21/24
21
dilakukan di populasi yang lebih banyak mempunyai cidera berat. Fraktur
Kalvaria linear mempertinggi risiko hematom intracranial sebesar 400 kali
pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak sadar. Untuk alas
an ini adanya fraktur tengkorak mengharuskan pasien dirawat di rumah sakit
untuk pengamatan (Davidh, 2009)
3.3.2 Klasifikasi Fraktur Kranium
Menurut Japardi (2004), klasifikasi fraktur tulang tengkorak sebagai berikut;
1. Gambaran fraktur, dibedakan atas :
a. Linier
Fraktur linear, adalah fraktur yang paling tersering ditemukan, terjadi retakanpada fraktur linear tetapi tidak terjadi displacement. Fraktur linier terjadi secara
sekunder terhadap kekuatan yang besar pada permukaan yang lebar,merupakan
cedera benturan yang disebabkan oleh perubahan bentuk kepala dari sisi
benturan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah kejadian, sisi, arah dan
tingkat fraktur. Fraktur linier dapat terjadi pada kubah kranium atau basis
kranium, tergantung pada beban energi yang terjadi dengan arah jarak
sdeselerasi, dan bentuk objek yang membentur kepala.
Gambar 3 Fraktur Linier
b. Diastase
Fraktur yang terjadi pada sutura sehingga terjadi pemisahan sutura kranial.
Fraktur ini biasa terjadi pada anak usia di bawah 3 tahun.
c. Comminuted
Fraktur dengan dua atau lebih fragmen fraktur.
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
22/24
22
d. Depressed
Apabila fragmen tulang tertekan, dengan atau tanpa robekan pada kulit kepala.
Gambar 4 Klasifikasi Fraktur Kraniun
2. Lokasi Anatomis, dibedakan atas :
a. Calvarium / Konveksitas ( kubah / atap tengkorak )b. Basis cranii ( dasar tengkorak )
3. Keadaan luka, dibedakan atas :
a. Terbuka
b. Tertutup
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
23/24
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pasien yang mengalami Cedera Kepala perlu dilakukan
penanganan yang cepat dan tepat, baik dalam upaya untuk tindakan life
saving dan untuk mencegah terjadinya kecacatan fisik maupum mental,
sehingga setelah semua kegawatan telah diatasi perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang yang tepat untuk mendapatkan diagnosa pasti, sehingga terapi
Operatif dan Non-operatif (medikamentosa dan non-medikamentosa) yang
diberikan dapat adekuat dan tepat.
7/15/2019 Lapsus Bedah Saraf
24/24
DAFTAR PUSTAKA
1. Cedera Kepala dalam American College of Surgeon.Advance Trauma LifeSupport. 1997. USA: First Impression. Halaman 196-235.
2. Tondi MT, Patofisiologi Cedera Kepala dalam Referat Malam Klinik. 2002.3. Cedera Kepala. Kuliah Bedah Saraf. 20044. Melbourne Neurosurgery. Skull Fracture. 2000.5. Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, et al. The localizing value of asymmetry in
pupillary size in severe head injury: relation to lesion type and location.
Neurosurgery. May 1994;34(5):840-5;
6. Gennarelli TA, Thibault LE. Biomechanics of acute subdural hematoma. JTrauma. Aug 1982;22(8):680-6.
7. Wedro B C, Stoppler MC. Head Injury Overview. on emedicine health.Available at
http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=59402&page=1
#overview
8. Qureshi N H, Harsh G, Nosko M G, Talavera F, Wyler A R, Zamboni P. Skullfracture. On emedicine health 2009. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/248108-clinicalmanifestations last update
4 mei 2012
9. Bachrudin, M. Dasar-Dasar Neurologi. 200810.Moore K.L., Agur A.M.R. 2002.Essential Clinical Anatomy. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
11.Reilly, Peter L And Bullock, Ross. 2005.Head Injury-Pathophysiology AndManagement. Oxford University Press : New-York
12.Sadewo dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Penerbit FKUI : Jakarta13.Satynegara. 2010.Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. PT Gramedia : Jakarta.