RESPON JAMAAH
MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH TERHADAP
METODE DAKWAH K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh
Siti Buraedah
NIM: 105051001874
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 5 Maret 2009
Siti Buraedah
RESPON JAMAAH
MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH TERHADAP
METODE DAKWAH K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh:
Siti Buraedah
NIM: 105051001874
Pembimbing
Umi Musyarofah, M. Ag
NIP. 150281980
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul RESPON JAMAAH MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH
TERHADAP METODE DAKWAH K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 4 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 5 Maret 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Drs. Study Rizal, LK. M.Ag Nunung Khairiyah, M.A.
NIP. 150262876 NIP. 150389353
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. Study Rizal, LK. M.Ag Drs. Wahidin Saputra, M.A. NIP. 150262876 NIP. 150276299
Pembimbing
Umi Musyarofah, M. Ag
NIP. 150281980
ABSTRAK
SITI BURAEDAH
Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah Terhadap Metode Dakwah
K.H. Edi Junaedi Nawawi
Skripsi ini dibuat dengan mengambil judul Respon Jamaah Majlis Ta’lim
At-Tarbiyah Terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi karena penulis
ingin mengetahui bagaimana respon jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah terhadap
metode dakwah bi al hikmah yang digunakan oleh K.H. Edi Junaedi Nawawi.
Metode dakwah bi al hikmah adalah metode dakwah bijak yang sangat
memperhatikan kondisi psikologis, intelektualitas, dan sosial kutural mad’u.
Jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah adalah orang-orang yang bekerja dan
berkecimpung di dunia pendidikan yang tentunya juga merupakan orang-orang
yang berpendidikan.
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana cara
K.H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan metode dakwah bi al hikmah di majlis
ta’lim At-Tarbiyah, serta apakah metode dakwah yang digunakan dapat
menghasilkan respon kognitif, respon afektif dan juga respon konatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kuantitatif
dengan format deskriptif survei. Adapun data-data penelitian diperoleh dengan cara observasi, penyebaran angket dan wawancara.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa metode dakwah bi al hikmah yang digunakan K.H. Edi Junaedi Nawawi disampaikan dengan retorika yang
baik, komunikatif, cukup humoris, dilengkapi dengan contoh nyata, menggunakan bahasa yang lembut dan santun, tanpa paksaan, memberikan kesempatan bertanya
pada jamaah dan memberikan keteladanan. Selain itu ditemukan hubungan positif
antara metode dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi dengan respon kognitif, respon
afektif, dan respon konatif pada jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah. Hal ini
didasarkan pada hasil thitung seluruhnya berada di daerah menolak H0 karena nilai
thitung lebih besar dari 0,305. Adapun respon kognitif thitungnya adalah 0,419,
respon afektif thitungnya adalah 0,430 dan respon konatif thitungnya 1,544.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, hanyalah ucapan syukur yang mampu
terucap atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya. Tiada daya dan upaya
melainkan atas kehendak-Nya, begitu pun dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Kemudahan dan pertolongan Allah senantiasa penulis rasakan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Respon Jamaah Majlis
At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi”.
Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1)
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, tabi’in, tabi’in-tabi’in yang selalu mengikuti ajarannya.
Perasaan bahagia, haru, dan sedih berbaur menjadi satu atas
terselesaikannya skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa atas bimbingan,
bantuan dan dorongan dari semua pihaklah, penulisan skripsi ini mudah
terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
baik secara moril maupun materil, terutama kepada yang terhormat kedua orang
tua tercinta Abi K.H. Abdul Qodir Jaelani dan Umi Hj. Lailah Badriah, yang
selalu mencurahkan kasih sayang, pendidikan, dan motivasi kepada penulis.
Kesabaran, rasa cinta dan segala jasa Abi dan Umi tiada mungkin dapat terbalas,
hanya ucapan terima kasih dan bakti yang dapat penulis lakukan. Semoga Abi dan
Umi senantiasa sehat, panjang umur dan dilindungi Allah Swt. Amin.
Selain itu juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
beserta Pembantu Dekan dan jajarannya.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Serta para dosen dan staff pengajar Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang telah mengajarkan banyak hal selama penulis melakukan
studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Umi Musyaroffah, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam sekaligus pembimbing skripsi bagi penulis, terima kasih atas
bantuan dan bimbingannya.
4. Bapak Drs. Tarmi, M.M. selaku Ketua Pengembangan Bahasa Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, terima kasih atas waktu dan bantuannya
untuk penulis.
5. Orang tua terhormat Abuya K.H. Hamdun di Pandeglang yang selalu
mendoakan dan memberikan nasehat serta motivasi kepada penulis. Semoga
Buya dan keluarga selalu dalam lindungan Allah Swt.
6. Abuya K.H. Edi Junaedi Nawawi selaku Ketua Umum Majlis Ulama
Indonesia Kota Tangerang, terima kasih atas waktu, kesempatan dan doa yang
diberikan kepada penulis.
7. Segenap pengurus majlis ta’lim At-Tarbiyah Kantor Dinas P&K Kota
Tangerang, terutama Bapak Hilman Supendi, SE. selaku ketua majlis ta’lim
At-Tarbiyah. Dan tidak lupa pula kepada para jamaah majlis ta’lim
At-Tarbiyah.
8. Saudara-saudaraku tercinta Ka Zahrotun Nisa, S.Sos beserta suami Ka Zainal
Abidin, S.Ag, De Asrori Jamil, terutama De Robiah Mauliyanti yang telah
banyak meluangkan waktu dan membantu penulis. Tak lupa pula
keponakanku tesayang yang lucu Siti Zuha Humairoh yang telah menjadi
penghibur bagi penulis, semoga kelak menjadi anak yang sholehah.
9. Teman-teman KPI angkatan 2005, terutama KPI A yang telah bersama-sama
berjuang dalam menimba ilmu dengan berbagai suka dan duka. Terutama
penulis ucapkan terima kasih kepada Ayu, Qoqom, Isti, Maya, Lili, Fatimah,
Tami, Iya, Icha, Elin dan Ningsih atas segala bantuan dan semangatnya.
10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
Semoga Allah Swt, senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuannya tersebut di atas.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tentu masih jauh dari
kesempurnaan karena ”tiada gading yang tak retak”. Kritik dan saran yang
membangun penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Tangerang, 5 Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii
ABSTRAK...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 8
1. Tujuan Penelitian ................................................................ 8
2. Manfaat Penelitian .............................................................. 8
D. Tinjauan Pustaka....................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian............................................................... 10
1. Metode Penelitian ............................................................... 10
a. Model dan Desain Penelitian ......................................... 10
b. Subjek dan Objek Penelitian.......................................... 11
c. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................... 12
d. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data................. 12
1) Sumber Data............................................................ 12
2) Populasi dan Sampel................................................ 14
3) Teknik Pengolahan Data.......................................... 15
F. Hipotesis................................................................................... 16
G. Teknik Penulisan ...................................................................... 16
H. Sistematika Penulisan ............................................................... 16
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Respon............................................................. 18
1........................................................................................ Pen
gertian Respon .................................................................... 18
2........................................................................................ Teo
ri Stimulus Respon.............................................................. 20
3........................................................................................ Ma
cam-macam Respon ............................................................ 23
B. Ruang Lingkup Dakwah ........................................................... 25
1........................................................................................ Pen
gertian Dakwah................................................................... 25
2........................................................................................ Uns
ur-unsur Dakwah................................................................. 28
a. Subjek Dakwah (Da’i)................................................... 28
b. Objek Dakwah .............................................................. 30
c. Materi dan Media Dakwah ............................................ 31
d. Tujuan Dakwah............................................................. 32
e. Metode Dakwah ............................................................ 33
3........................................................................................ Ma
cam-macam Metode Dakwah .............................................. 33
1) Bi al-Hikmah................................................................. 34
2) Mauidzah al Hasanah (Nasehat yang baik).................... 37
3) Mujadalah atau berdiskusi dengan cara yang baik ......... 39
C. Ruang Lingkup Majlis Ta’lim................................................... 41
1. Pengertian Majlis Ta’lim..................................................... 41
2. Tujuan Majlis Ta’lim .......................................................... 43
BAB III GAMBARAN UMUM MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH DAN
PROFIL K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI
A. Majlis Ta’lim At-Tarbiyah........................................................ 44
1........................................................................................ Sej
arah Perkembangan Majlis Ta’lim At-Tarbiyah................... 44
2........................................................................................ Vis
i, Misi dan Tujuan Majlis Ta’lim At-Tarbiyah..................... 46
3........................................................................................ Jam
aah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah............................................ 47
4........................................................................................ Ke
giatan Majlis Ta’lim At-Tarbiyah........................................ 48
5........................................................................................ Str
uktur Organisasi Majlis Ta’lim At-Tarbiyah........................ 50
B. Profil K.H. Edi Junaedi Nawawi ............................................... 51
1. Riwayat Hidup .................................................................... 51
2. Latar Belakang Pendidikan.................................................. 53
3. Latar Belakang Keluarga..................................................... 54
4. Aktifitas dan Kiprah Dakwah .............................................. 55
BAB IV TEMUAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Responden ................................................................ 58
B. Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi .............................. 62
C. Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode
Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi ........................................... 76
1. Respon Kognitif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap
Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi......................... 77
2. Respon Afektif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap
Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.................... 83
3. Respon Konatif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap
Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi......................... 95
D. Analisis Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi.................101
E. Analisa Korelasi Antara Variabel-Variabel ...............................103
1........................................................................................ Kor
elasi antara Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi dengan
Respon Kognitif Jamaah Majlis Ta’lim At-
Tarbiyah..............................................................................104
2........................................................................................ Kor
elasi antara Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi dengan
Respon Afektif Jamaah Majlis Ta’lim At-
Tarbiyah..............................................................................108
3........................................................................................ Kor
elasi antara Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi dengan
Respon Konatif Jamaah Majlis Ta’lim At-
Tarbiyah..............................................................................112
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................117
B. Sarang-saran .............................................................................118
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................120
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 58
2. Tabel 2 Responden Berdasarkan Usia.................................................... 59
3. Tabel 3 Responden Berdasarkan Pekerjaan............................................ 60
4. Tabel 4 Pendidikan Terakhir Responden................................................ 61
5. Tabel 5 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Dakwahnya
dengan Komunikatif ................................................................. 63
6. Tabel 6 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Dakwahnya
Dibumbui dengan Humor yang Mampu Menyegarkan Suasana
dan Menghilangkan Kejenuhan................................................. 64
7. Tabel 7 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Disampaikan dengan
Retorika yang Bagus dan Disukai oleh Jamaah ......................... 65
8. Tabel 8 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Disampaikan dengan
Bahasa yang Mudah Dipahami oleh Jamaah.............................. 66
9. Tabel 9 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang Disampaikan
Tanpa Ada Unsur Paksaan Disukai oleh Jamaah ....................... 67
10. Tabel 10 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Materi Ibadah
dalam Dakwahnya .................................................................... 68
11. Tabel 11 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Materi Akhlak
dalam Dakwahnya .................................................................... 69
12. Tabel 12 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menjelaskan Materi Hadits
dengan Baik Sehingga Jamaah Mudah Memahaminya .............. 70
13. Tabel 13 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menambah Pemahaman
Jamaah tentang Hukum-hukum (Syariat) Islam......................... 71
14. Tabel 14 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Melengkapi Dakwahnya dengan
Ayat-ayat Suci Al-Qur’an yang Dijelaskan dengan Baik
sehingga Menambah Pemahaman Para Jamaah ......................... 72
15. Tabel 15 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menambah Pengetahuan
Jamaah tentang Tata Cara yang Baik dalam Menjalin
Hubungan terhadap Sesama (Hablumminannas) ....................... 73
16. Tabel 16 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga Menyampaikan Materi
tentang Fadilah (Keutamaan) Sedekah dalam Dakwahnya ........ 74
17. Tabel 17 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Memberi Pengetahuan
tentang Sejarah Perjuangan dna Perkembangan Islam kepada
Jamaah...................................................................................... 75
18. Tabel 18 Metode Dakwah yang Digunakan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
Membuat Jamaah Mampu Memahami Pesan Dakwah yang
Disampaikan............................................................................. 78
19. Tabel 19 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Memberi Kesempatan Bertanya
kepada Jamaah agar Jamaah Lebih Faham dan Mengerti........... 79
20. Tabel 20 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Juga Membahas Persoalan-
persoalan Terkini dalam Dakwahnya dan Menjelaskan dari
Sudut Pandang Agama sehingga Pengetahuan Jamaah Semakin
Bertambah ................................................................................ 80
21. Tabel 21 Jamaah Semakin Faham dengan Dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi karena Beliau Memberikan Bahan Ringkasan Materi
dalam Dakwahnya .................................................................... 81
22. Tabel 22 Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidak Perlu
Diubah karena Jamaah Mudah Memahami Dakwah yang
Disampaikan dengan Metode tersebut....................................... 82
23. Tabel 23 Keramahan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Sangat Disukai
Jamaah...................................................................................... 83
24. Tabel 24 Jamaah Menyukai Kedisiplinan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
yang Datang dan Selesai Mengajar Tepat Waktu....................... 84
25. Tabel 25 Jamaah Menyukai Sikap Terbuka Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
dalam Menerima Saran dan Masukan dari Jamaah .................... 85
26. Tabel 26 Jamaah Senang dengan SikapKyai H. Edi Junaedi Nawawi
yang Tampil Berwibawa ........................................................... 86
27. Tabel 27 Kesederhanaan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah
Bertambah Simpati pada Beliau ................................................ 87
28. Tabel 28 Jamaah Merasa Tergugah untuk Memperbaiki Diri setelah
Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.................... 88
29. Tabel 29 Jamaah Semakin Termotivasi untuk Meningkatkan Ibadah
setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ........ 89
30. Tabel 30 Jamaah Merasa Semakin Ingin Mendekatkan Diri kepada Allah
setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ........ 90
31. Tabel 31 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menggugah Jamaah
untuk Lebih Peka Kaum Dhuafa ............................................... 91
32. Tabel 32 Jamaah Merasa Dapat Menjadi Orang yang Lebih Bersyukur
setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ........ 92
33. Tabel 33 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Mampu Membuat
Jamaah Mengubah dan Menjauhi Pola Hidup yang Berlebihan . 93
34. Tabel 34 Jamaah Selalu Antusias untuk Mendengarkan Dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi .................................................... 94
35. Tabel 35 Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Jamaah Selalu Perlu Mencatat
Materi yang Disampaikan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.... 95
36. Tabel 36 Jamaah Selalu Menghadiri Jadwal Pengajian Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi di Majlis Ta’lim At-Tarbiyah ......................... 96
37. Tabel 37 Jamaah Selalu Menghadiri Jadwal Pengajian Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi di Majlis Ta’lim At-Tarbiyah Tepat Waktu..... 97
38. Tabel 38 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah
Bertambah Rajin dalam Melaksanakan Sholat Lima Waktu ...... 98
39. Tabel 39 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah Lebih
Ikhlas dalam Mengeluarkan Sedekah ........................................ 98
40. Tabel 40 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah
Menjadi Orang yang Lebih Bersabar dalam Menghadapi
Masalah .................................................................................... 99
41. Tabel 41 Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Mampu Menumbuhkan
Sifat Ikhlas dalam Diri Jamaah untuk Melaksanakan Setiap
Pekerjaan .................................................................................. 100
42. Tabel 42 Tabel Skor 30 Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah untuk
Mengetahui Respon Kognitif Jamaah terhadap Metode Dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi .................................................... 104
43. Tabel 43 Tabel Ranking Rank Spearman dari Dua Variabel (x dan y1).... 105
44. Tabel 44 Tabel Skor 30 Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah untuk
Mengetahui Respon Afektif Jamaah terhadap Metode Dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi .................................................... 108
45. Tabel 45 Tabel Ranking Rank Spearman dari Dua Variabel (x dan y2).... 109
46. Tabel 46 Tabel Skor 30 Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah untuk
Mengetahui Respon Konatif Jamaah terhadap Metode Dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi .................................................... 112
47. Tabel 47 Tabel Ranking Rank Spearman dari Dua Variabel (x dan y3).... 113
DAFTAR BAGAN
1. Bagan 1 Bagan Model Komunikasi menurut Harold Lasswell ................... 20
2. Bagan 2 Bagan Proses Dakwah ................................................................. 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Wawancara dengan Ketua Umum MUI Kota Tangerang
K.H. Edi Junaedi Nawawi
Lampiran 3 Surat Izin Wawancara/Penelitian di Majlis Ta’lim At-Tarbiyah
Lampiran 4 Surat Pernyataan Telah Melakukan Wawancara dengan Ketua
Umum MUI Kota Tangerang K.H. Edi Junaedi Nawawi
Lampiran 5 Surat Pernyataan Telah Melakukan Wawancara/Penelitian di
Majlis Ta’lim At-Tarbiyah
Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Ketua Umum MUI Kota Tangerang
K.H. Edi Junaedi Nawawi
Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Ketua Majlis Ta’lim At-Tarbiyah
Lampiran 8 Angker Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap
Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi
Lampiran 9 Tabel Hasil Kuesioner Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah
terhadap Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi
Lampiran 10 Daftar Tabel Hasil Kuesioner Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi
Nawawi
Lampiran 11 Daftar Ranking Metode Dakwah, Respon Kognitif, Respon Afektif
dan Respon Konatif
Lampiran 12 Foto Dokumentasi Majlis Ta’lim At-Tarbiyah
Lampiran 13 Foto Dokumentasi Sidang Pengujian Skripsi
Lampiran 14 Curiculum Vitae
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, dakwah adalah ajaran yang ditujukan sebagai rahmat
untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif, seperti rasa aman, tentram,
sejuk (al-amn).1 Dakwah juga merupakan kegiatan utama dalam syiar Islam.
Keberhasilan syiar Islam ditentukan pada keberhasilan dakwah yang telah
dilakukan. Namun, bukanlah suatu hal yang mudah untuk mencapai
keberhasilan dalam dakwah. Maka, untuk mencapai keberhasilan dalam
dakwah perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: apa yang diserukan atau
disampaikan oleh siapa, kepada siapa, dengan cara bagaimana, melalui media
apa, dan untuk apa. Hal ini sejalan dengan definisi komunikasi, yakni: “Who
says what to whom and with what effect.”2 Oleh karena itu dakwah tidak dapat
terlepas dari komunikasi dan keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Asep Muhiddin dalam bukunya yang berjudul Dakwah dalam Perspektif
Al-Qur’an menjelaskan cakupan dakwah secara ringkas sebagai berikut:3
1. Apa, adalah ajaran Islam dengan berbagai dimensi dan substansinya. Hal
ini dapat dikutip dan ditafsirkan dari sumbernya, yaitu dari kitab suci Al-
Qur’an dan Hadits. Dalam bahasa populer, apa itu dikenal sebagai materi
atau pesan dakwah.
2. Siapa pertama, yakni yang menyeru atau yang menyampaikan adalah da’i.
dalam kasus sehari-hari, terutama dalam masyarakat Indonesia, siapa itu
dikenal dengan sebutan muballigh, atau mungkin disebut sebagai juru
dakwah, bahkan juga penyelenggara atau pengelola dakwah. 3. Siapa yang kedua adalah sasaran dakwah, atau mad’u dalam terminologi
lain. Ia adalah peserta dakwah, perseorangan atau kolektif, laki-laki atau
1 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan (Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2002), h. 23. 2 Ibid.
3 Ibid., h. 24.
perempuan, anak-anak atau orang dewasa, demikian seterusnya yang
terikat sebagai sasaran dakwah. Siapa itu dapat disebut sebagai agregat
sasaran dakwah.
4. Cara, menunjukkan metode yang digunakan dalam kegiatan dakwah. Ia juga dapat disamakan sebagai alat dakwah, yang menjadi kelengkapan dari
metode itu. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan dalam berdakwah. 5. Saluran, merupakan media yang digunakan dalam berdakwah. Ia dapat
berupa saluran langsung tatap muka (face to face). Ia juga dapat berupa saluran bermedia manakala dakwah dilakukan berjarak jauh, seperti
melalui telepon, televisi,dan internet.
6. Untuk apa, menunjukkan tujuan dakwah. Ia dapat dirumuskan dalam
bentuk tujuan yang sangat spesifik sampai dengan tujuan yang sangat
umum. Dalam bahasa Inggris, tujuan itu dapat dipilah dengan istilah
target, objective, purpose, aim, dan goal (intermediate goal dan ultimate
goal).
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa salah satu unsur yang
harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dakwah adalah bagaimana
cara atau metode yang digunakan oleh seorang da’i sehingga dakwah itu dapat
diterima dengan mudah. Oleh karena itu, seorang da’i harus memiliki metode
tertentu dalam menyampaikan dakwahnya.
Da’i adalah sebutan bagi orang-orang yang melakukan dakwah (subjek
dakwah). Di Indonesia, da’i memiliki beberapa sebutan seperti ustadz, kyai,
ajengan dan lain-lain. Namun apapun sebutannya, sebagai subjek dakwah
tentunya da’i memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan
dakwah.
Keberhasilan dakwah seorang da’i bukan semata-mata berdasarkan
kepada keilmuan yang dimilikinya. Meskipun kedalaman ilmu yang dimiliki
seorang da’i memang penting, namun harus tetap didukung dengan cara
penyampaian (metode) dakwah yang baik. Maka, setiap da’i haruslah
memiliki metode dakwah yang sesuai dengan mad’unya, sehingga dakwah
tersebut dapat diterima dengan mudah.
Dalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 dijelaskan tentang beberapa
metode dakwah:
�� ا���� و��د��� ����� ه أ�� إن� ��أدع إ�) '&%$ ر�"! ���� �� وا��
�� '&%,- وه� أ�,� ������+ی� �$. ��� �,� ر��! ه� أ
Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara lebih baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.“
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Allah Swt memerintahkan manusia
untuk menyeru (berdakwah) kepada jalan yang diridhoi-Nya dengan cara: Bi
Al-hikmah, Al-mau’idzah Al-Hasanah, maupun Wa Jadilhum bi Al-Lati Hiya
Ahsan. Dari ketiga cara (metode) dakwah tersebut tentunya akan
menimbulkan respon yang berbeda-beda.
Menurut Ahmad Wahib, ”Ukuran baik tidaknya seorang da’i atau
muballigh dapat dilihat dari perannya dalam peningkatan kualitas kepekaan
spiritualitas kemanusiaan atau sebaliknya. Kalau membuat jamaahnya menjadi
lebih sadar, lebih merasakan keagungan Tuhan, lebih kreatif dalam
menghadapi lingkungannya, lebih jauh melihat masa depannya, da’i atau
muballigh itu berhasil.”4 Artinya respon mad’u (jamaah) positif terhadap
dakwahnya.
Sebaliknya, kalau membuat jamaahnya menjadi beringas untuk
membenci atau menyerang penganut-penganut agama lain, mengutuk
kebudayaan Barat, berpikir magis, dan mitologis, memahami Tuhan secara
4 Ahmad Wahib, Pergolakan Pemikiran Islam (Jakarta: LP3ES, 1993), h. 135.
vulgar, dia adalah da’i atau muballigh yang gagal.5 Hal ini menggambarkan
bahwa dakwah yang disampaikan oleh da’i mendapatkan respon yang negatif.
Seorang da’i yang baik tentunya akan memperhatikan hal tersebut. Maka
sebagai seorang da’i, Kyai H. Edi Junaidi Nawawi juga sangat mengerti
dengan pentingnya hal tersebut. Sehingga dalam dakwahnya beliau selalu
memperhatikan keadaan mad’unya, baik dari segi intelektualitas dan terutama
segi psikologisnya. Jika disimpulkan metode dakwah yang digunakan oleh
beliau adalah metode bi al-hikmah. Dakwah bi al-hikmah berarti dakwah
bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, kondisi
mad’u (muqtadha-al-hal). Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan
dan realistis sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu
memperhatikan kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, dan
situasi kultural mad’u.6
Sebagai seorang Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI) di Kota
Tangerang, nama Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidaklah asing lagi.
Dakwahnya telah dikenal oleh masyarakat Kota Tangerang. Beliau pun
banyak diundang diberbagai acara dan tempat untuk menyampaikan
dakwahnya, baik pada acara hari-hari besar Islam maupun pada majlis-majlis
ta’lim sebagai pengajar. Salah satu majlis ta’lim yang diasuhnya adalah Majlis
Ta’lim At-Tarbiyah.
Majlis Ta’lim At-Tarbiyah adalah majlis ta’lim yang diadakan di Kantor
Dinas P&K Kota Tangerang. Jama’ah majlis ta’lim ini diantaranya adalah
Pegawai Dinas dan Kepala Cabang Dinas P&K Kota Tangerang, Persatuan
5 Ibid.
6 Dr. H. Asep Muhiddin, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung:
CV. PUSTAKA SETIA, 2002), h. 164.
Guru Republik Indonesia (PGRI), Persatuan Guru Taman Kanak-Kanak
Indonesia (IGTKI), Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN), Kepala Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN), Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri
(SMAN), Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) se-Kota
Tangerang, serta pengawas dan penilik. Maka, majlis ta’lim yang diadakan
setiap Jum’at pagi terdiri atas lebih dari 350 jama’ah.
Majlis ta’lim memiliki peranan yang penting dalam dakwah Islam.
Dapat dikatakan, hampir seluruh kegiatan dakwah Islam dilakukan melalui
majlis ta’lim. Majlis ta’lim merupakan salah satu wadah utama untuk
menyampaikan dakwah Islam, selain masjid. Bahkan jika kita membaca
sejarah, sebenarnya dakwah Rasulullah pun diawali dari majlis ta’lim.
Rasulullah SAW. sering berkumpul dengan para sahabat di suatu majlis untuk
membahas atau menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan syariat Islam.
Seiring dengan perkembangan zaman, dakwah pun semakin
berkembang. Dakwah tidak hanya dilakukan di mimbar-mimbar, di masjid-
masjid, ataupun di mushola-mushola. Kini, dakwah telah masuk di gedung-
gedung bertingkat, departemen-departemen, dan juga perkantoran. Majelis
ta’lim yang merupakan wadah atau tempat penyampaian dakwah, terbukti
telah mampu masuk ke tempat-tempat tersebut. Salah satu bukti nyata adalah
Majlis Ta’lim At-Tarbiyah di Kantor Dinas P&K Kota Tangerang.
Perkembangan ini menunjukkan keberhasilan dalam dakwah. Namun,
keberhasilan dakwah ini tentunya tidak dapat terlepas dari usaha para da’i.
Meskipun demikian tantangan dakwah akan selalu ada. Maka dari itu seorang
da’i harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan dakwahnya.
Dalam hal ini metode dakwah memiliki peranan yang penting, karena metode
dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i
(komunikator) kepada mad’u (komunikan) untuk mencapai suatu tujuan atas
dasar hikmah dan kasih sayang.7
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik mengadakan penelitian di majlis
ta’lim at-Tarbiyah, terlebih jama’ah majlis ta’lim ini adalah orang-orang yang
bekerja di bidang pendidikan.
Keberhasilan dakwah seorang da’i termasuk di majlis ta’lim dapat
ditunjukkan dari seberapa besar respon jama’ah terhadap dakwah yang
disampaikannya. Respon ini berkaitan dengan bagaimana seorang da’i mampu
menyampaikan materi dakwah dengan baik, sehingga jamaah merasa senang
menerimanya. Selain itu, dakwah yang baik adalah ketika mad’u dapat dengan
mudah mengerti pesan dakwah yang diberikan seorang da’i dan kemudian
diimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena dakwah pada
hakekatnya merupakan suatu upaya seorang da’i sekaligus juga sebagai media
untuk mengubah perilaku masyarakat dari perilaku negatif atau berakhlak
buruk, tertinggal menjadi maju, serta bodoh menjadi pandai.8
Atas dasar hal itu pula penulis merasa tergugah untuk mengadakan
penelitian terhadap metode dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Bagaimana
respon jama’ah terhadap dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan metode
dakwah yang digunakannya. sehingga penulis mengambil judul penelitian
mengenai: Respon Jama’ah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
7 Munzier Sukarta dan Harjani Hevni, ed., Metode Dakwah (Jakarta: Rahmat Semesta,
2003), h.16. 8 Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h.1.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari penjelasan yang tertulis pada Latar Belakang, nampak bahwa
keberhasilan metode dakwah seorang da’i akan mempengaruhi respon
yang ditimbulkan oleh jama’ah.
Untuk memfokuskan penelitian ini, maka permasalahan hanya
penulis batasi pada seputar Respon Jama’ah terhadap Metode Dakwah
Bi Al-Hikmah Kyai H. E. Junaedi Nawawi di Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah.
Dengan melihat tingkat pemahaman (respon kognitif), penilaian (respon
afektif), dan perubahan perilaku (respon konatif) jama’ah terhadap dakwah
yang disampaikan. Selain itu untuk responden, peneliti hanya membatasi
pada respon pegawai Dinas P&K Kota Tangerang, Kepala Cabang Dinas
P&K Kota Tangerang, Kepala Sekolah SMPN, SMAN dan SMKN
se-Kota Tangerang, serta pengawas dan penilik.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan sebagai
berikut:
a) Bagaimana cara Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan metode
dakwah bi al-hikmah di majlis ta’lim At-Tarbiyah?
b) Apakah metode dakwah bi al hikmah yang digunakan Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi dapat menghasilkan respon kognitif, respon afektif
dan respon konatif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian adalah:
a. Untuk mengetahui cara penyampaian metode dakwah bi al-hikmah
Kyai H. E. Junaedi Nawawi di majlis ta’lim At-Tarbiyah.
b. Untuk mengetahui apakah metode dakwah bi al hikmah yang
digunakan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat menghasilkan respon
kognitif, respon afektif dan respon konatif jamaah majlis ta’lim At-
Tarbiyah.
2. Manfaat penelitian adalah:
a. Manfaat akademis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah
pengetahuan kita semua tentang metode dakwah yang baik, terutama
metode dakwah bi al-hikmah. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan konstribusi positif, umumnya bagi para mahasiswa
fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dan khususnya bagi
mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang
tertarik untuk mempelajari metode dakwah bi al-hikmah.
b. Manfaat praktis
Dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan atau
pedoman bagi para praktisi dakwah yang tertarik menggunakan
metode dakwah bi al-hikmah.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah
terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Sebelumnya telah ada skripsi
yang berjudul Respon Jamaah terhadap Metode Dakwah K.H. M. Syafi’i
Hadzami di Majlis Ta’lim Ni’matul Ittihad Pondok Pinang Jakarta Selatan
yang dibuat oleh Syafe’i Hadzami dengan NIM. 102051025481 pada tahun
2006. Selain itu penulis juga menemukan skripsi dengan judul Respon Jamaah
Majlis Ta’lim Darussa’adah terhadap Metode Dakwah K.H. Sumarno Syafi’i
yang dibuat oleh Rahmat Topani dengan NIM. 103051028548 pada tahun
2007.
Pada skripsi yang berjudul Respon Jamaah terhadap Metode Dakwah
K.H. M. Syafi’i Hadzami di Majlis Ta’lim Ni’matul Ittihad Pondok Pinang
Jakarta Selatan membahas tentang respon jamaah terhadap metode dakwah
tradisional yang digunakan oleh K.H. M. Syafi’i Hadzami. Metode tradisional
tersebut adalah sorogan, bandongan dan mudzakaroh. Sedangkan pada skripsi
yang berjudul Respon Jamaah Majlis Ta’lim Darussa’adah terhadap Metode
Dakwah K.H. Sumarno Syafi’i membahas tentang pengaruh metode dakwah
lisan K.H. Sumarno Syafi’i terhadap keberagaman dan praktek ibadah
masyarakat kampung Kresek Duri Kosambi Tangerang.
Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengambil judul skripsi
Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah
K.H. Edi Junaedi Nawawi. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi
tersebut adalah lebih mengkhususkan pembahasan kepada metode dakwah bi
al hikmah yang dilakukan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Skripsi ini juga
hanya membatasi pada respon kognitif, afektif dan konatif jamaah majlis
ta’lim At-Tarbiyah.
Dengan demikian maka skripsi ini berbeda dengan skripsi sebelumnya
dan layak untuk diajukan sebagai penelitian ilmiah.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Menurut Wiradi, “Metode adalah seperangkat langkah
(apa yang harus dilakukan) yang disusun secara sistematis (urutan
logis).”9Sedangkan metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai
suatu maksud sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode
menyangkut masalah kerja yaitu untuk memahami objek.10
Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field
research). Dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
a. Model dan Desain Penelitian.
Pada penelitian ini penulis menggunakan model dan desain
penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Karena pendekatan
kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan
perhitungan angka yang tepat. Selain itu pendekatan ini merupakan
salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada
data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif
yang kokoh.11
Pendekatan kuantitatif juga merupakan pendekatan yang
9 E. Zainal Arifin, Penulisan Karya Ilmiah Dengan Bahasa Indonesia Yang Benar (Jakarta :
Mediatama Sarana Perkasa, 1993), cet. ke-5, h. 56. 10
Anis Sudirjana, Metode Riset dan Bimbingan Menulis Skripsi (Yogyakarta : UD Rama,
1980), h. 16. 11
Syamsir Salam dan Jaenal Arifin, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 36.
bersifat objektif karena penulis dapat melihat langsung sebuah keadaan
yang sebenarnya terjadi.
Selain itu, penulis juga memilih format deskriptif dalam
penelitian ini. Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau
berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek
penelitian itu berdasarkan apa yang tejadi.12
Dan untuk melengkapi
penelitian ini, penulis juga menggunakan metode survei. Metode
survei adalah metode (penelitian) yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data.13
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian skripsi ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan format deskriptif
survei.
b. Subjek dan Objek Penelitian.
Adapun subjek dari penelitian ini adalah jamaah majlis ta’lim
At- Tarbiyyah, terutama para pegawai Dinas P&K Kota Tangerang,
Kepala Cabang Dinas P&K Kota Tangerang, Kepala Sekolah SMPN,
SMAN dan SMKN se-Kota Tangerang, serta pengawas dan penilik.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah metode dakwah yang
digunakan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
12
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Edisi Pertama, Cet.
Ke. 3, h. 36. 13
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Poenelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STIA-LAN, 2000), Cet.
Ke-1, h. 68.
c. Waktu dan Lokasi Penelitian.
Penulis melakukan penelitian dengan menghadiri Majlis Ta’lim
At-Tarbiyah. Adapun tempat penelitian dilakukan di gedung aula
kantor Diknas Kota Tangerang yang bertempat di Jalan K.S. Tubun
Kota Tangerang yang merupakan tempat dilaksanakannya majlis
ta’lim. Serta di rumah tinggal Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang
berada di belakang masjid Raya Al-A’zhom Kota Tangerang Jalan
Satria Sudirman Kota Tangerang.
d. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data.
1) Sumber Data
Sumber data ada dua macam, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil dari
responden yang bersangkutan. Sedangkan data sekunder adalah
data yang didapat dari pihak kedua, tidak secara langsung dari
subjek penelitian.14
Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer,
yaitu menyebarkan angket kepada responden yang dituju. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah:
a. Observasi
Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala
14
Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005), cet. Ke-1, h.8.
yang diselidiki.15
Penulis ikut secara langsung dalam majlis
ta’lim At-Tarbiyyah.
b. Angket atau Quesioner.
Angket atau quesioner adalah alat pengumpulan data yang
berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada
responden penelitian. Pertanyaan-pertanyaan pada angket bisa
berbentuk tertutup (berstruktur) dan bisa juga berbentuk
terbuka (tidak berstruktur).16
Penulis memberikan angket yang
berisi pertanyaan mengenai respon terhadap metode dakwah
Kyai H. E. Junaedi Nawawi kepada jamaah majlis ta’lim
At-Tarbiyah.
c. Wawancara.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan
penjawab (responden) dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).17
Penulis
melakukan wawancara terhadap Kyai H. E. Junaedi Nawawi
dan pimpinan majlis ta’lim At-Tarbiyah, yaitu
Bapak Ustadz Hilman Supendi.
15
Drs. Kholid Narkubo, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. Ke-4,
h. 70. 16
Faisal Sanafiah, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), h.122. 17 M. Nazir, Metode Penelitian I (Jakarta: Galia Indonesia, 1995), h. 234.
d. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian.
Dapat berupa buku, majalah, artikel, foto, gambar, dan lain-
lain.18
2) Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut
Suharsimi Arikunto:
”Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik
diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya
besar dapat diambil antara 10% sampai 15% atau lebih,
tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti,
dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana”19
Jama’ah majelis ta’lim At-Tarbiyyah terdiri lebih dari 300
orang. Namun untuk mempermudah penelitian, peneliti mengambil
sampel dengan teknik purposive sampling. Teknik sampling ini
digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan
tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan
sampel penelitian.20
Maka peneliti hanya mengambil sampel pada
pegawai Dinas P&K, Kepala Cabang Dinas P&K, Kepala Sekolah
SMPN, SMAN, dan SMKN, dan pengawas serta penilik se-Kota
Tangerang yang seluruhnya berjumlah 10%. Maka jumlah
responden adalah 30 orang.
18
Nana dan Roni, Pengantar Statistika, hal. 9. 19
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 107. 20
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Edisi Pertama, Cet.
Ke. 3, h. 115.
3) Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui angket kemudian diolah melalui
tahapan yaitu:
a) Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk
diteliti, ditelaah dan dirumuskan pengelompokkannya untuk memperoleh data yang benar-benar sempurna.
b) Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memindahkan jawaban-
jawaban responden dalam tabel kemudian dicari prosentasi
untuk dianalisa. Adapun rumus yang digunakan sebagai
berikut:
1. Rumus Prosentasi21
P = N
F × 100 %
P = Besarnya prosentase
F = Frekuensi (jumlah jawaban responden) N = Jumlah responden seluruhnya
2. Rumus Uji Rank Spearman22
rs =
∑∑
∑ ∑∑ −+
22
222
2 yx
diyx
rs = Ranking Spearman
di = Beda (selisi) setiap pasang rank
∑2
x = Jumlah variabel x
∑2
y = Jumlah variabel y
3. Rumus t-test23
21
2
s
s
r
nrt
−
−=
t = t-test
n = jumlah sampel rs = ranking spearman
21
Ana Sarjono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997),
cet. ke-8, h. 40. 22
Ali Mauludi, Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Ciputat: PT. Prima Heza
Lestari, 2006), cet. Ke-1, h. 158. 23 Ibid., h. 157.
F. Hipotesis
Jika metode dakwah bi al hikmah K.H. Edi Junaedi Nawawi
disampaikan dengan cara yang sangat baik, maka jamaah majlis ta’lim
At-Tarbiyah akan memiliki respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif
yang sangat baik pada dakwahnya.
G. Teknik Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun 2007.24
H. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis
membaginya menjadi lima bab, pada tiap tiap bab terdiri dari sub-sub bab
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini memuat latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, hipotesis, teknik penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis. Dalam bab ini memuat ruang lingkup
respon, ruang lingkup dakwah, dan ruang lingkup majlis ta’lim.
BAB III : Gambaran Umum Majlis Ta’lim At-Tarbiyah dan Profil
K.H. Edi Junaedi Nawawi. Dalam bab ini meliputi majlis ta’lim At-Tarbiyah
dan profil K.H. Edi Junaedi Nawawi.
BAB IV : Temuan Data dan Hasil Penelitian. Bab ini memuat
deskripsi responden, metode dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi, respon
24
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi),
(UIN Jakarta: CeQda, 2007), cet. ke-1.
jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah terhadap metode dakwah K.H. Edi Junaedi
Nawawi, analisa metode dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi, dan analisa
korelasi antara variabel-variabel.
BAB V : Penutup. Bab ini meliputi kesimpulan dari hasil penelitian
yang penulis lakukan serta saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. RUANG LINGKUP RESPON
1. Pengertian Respon
Respon muncul karena adanya stimulus. Ketika stimulus diterima
maka respon akan terjadi. Stimulus (rangsangan) memiliki pengertian
segala hal yang menguasai alat-alat indera dan mempengaruhi tingkah laku
individu. Stimulus ini datang dari lingkungan. Sedangkan arti respon
sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan adalah
reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang, suatu
rangsang ada yang bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emosional
langsung, adapula yang bersifat terkendali.25
Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan “Respon
adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa
yang terjadi, misal: respon masyarakat terhadap rencana perbaikan
kampung sangat baik.”26
Hal ini sesuai dengan arti respon, yang
dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy di dalam bukunya yang
berjudul Ilmu Komunikasi. Ia mengartikan respon dalam proses
25
Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan
Kebudayaan Nusantara, 1997), cet. ke-1, h. 964. 26
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Purstaka, 1996), edisi ke-2,
h. 838.
komunikasi sebagai tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan
setelah diterpa pesan.27
Jadi, respon akan terjadi apabila ada rangsangan yang diterima oleh
seseorang, termasuk ketika melakukan proses komunikasi. Rangsangan
erat kaitannya terhadap segala hal yang menguasai alat-alat indera dan
mempengaruhi tingkah laku. Rangsang juga ada yang bersifat otomatis
atau terkendali. Ketika alat indera seseorang menangkap suatu hal yang
berbeda ataupun menarik baik dari suatu gejala atau peristiwa maka akan
timbul suatu reaksi/tanggapan, inilah yang disebut respon. Dalam proses
komunikasi respon biasanya terjadi pada komunikan.
Tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas, dalam kamus
lengkap psikologi respon (response) selain diartikan sebagai satu jawaban,
khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner. Respon
juga diartikan sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang
lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.28
Selain itu, respon yang secara bahasa juga berarti tanggapan
diartikan oleh Abu Ahmadi sebagai berikut:
“Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat
diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana
obyek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu
pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti hanya
kesannya saja, peristiwa demikian itu disebut tanggapan.”29
Dari semua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
proses dakwah, respon akan terjadi pada mad’u. Dakwah yang
27
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
cet. ke-21, h. 19. 28
J.P. Chaplin, penerjemah: Dr. Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta:
PT. Raja Grafindo persada, 2004), cet ke-9, h. 432. 29 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Reneka Cipta, 1992), cet III, h. 64.
Sender Encoding
Media
Message Decoding Receiver
Response Feedback
Noise
disampaikan oleh seorang da’i akan menimbulkan reaksi pada mad’u.
Reaksi yang timbul dapat berupa reaksi psikologis metabolik, reaksi
berupa tingkah laku, ataupun hanya sekedar berupa kesan. Reaksi yang
terjadi pada mad’u ini disebut respon.
2. Teori Stimulus-Respon
Komunikasi memiliki beberapa model, salah satunya model
komunikasi yang ditulis oleh Philip Kotler dalam bukunya Marketing
Management. Model komunikasi yang didasarkan pada paradigma Harold
Lasswell ini digambarkan sebagai berikut:30
Bagan tersebut menunjukkan terdapat beberapa unsur-unsur dalam
proses komunikasi:
a. Sender: komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang
atau sejumlah orang.
b. Encoding: penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam
bentuk lambang. c. Message: pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator. d. Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
30
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet 21, h. 18-19.
e. Decoding: pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan
menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
f. Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan. h. Feedback: umpan balik yakni tanggapan komunikan apabila
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. i. Noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda
dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci dalam
komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang
dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus
terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana
komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan. Komunikator harus
mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak
sasaran.31 Jika dikaitkan dengan dakwah, maka seorang da’i sebagai
komunikator harus mengetahui kondisi mad’unya agar dakwahnya
berjalan efektif. Seorang da’i juga harus terampil dalam menyampaikan
dakwahnya dengan menggunakan metode yang sesuai dan dapat diterima
oleh mad’u sasarannya.
Dari bagan model komunikasi Philip Kotler di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi akan selalu menghasilkan
respon (tanggapan). Respon (tanggapan) merupakan reaksi yang terjadi
pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Meskipun
terjadi gangguan respon akan selalu ada dalam sebuah proses komunikasi.
Menurut Dance (1967) yang mendefinisikan komunikasi dalam kerangka
31 Ibid., h.19.
psikologi perilaku manusia yang luas melalui pendefinisian komunikasi
manusia sebagai “pengungkapan respon melalui simbol-simbol verbal, di
mana simbol-simbol verbal itu bertindak sebagai perangsang (stimuli) bagi
respon yang terungkapkan tadi“.32
Maka dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa dakwah juga
merupakan proses komunikasi. Pesan dakwah yang berupa kata-kata
(simbol-simbol verbal) yang disampaikan oleh seorang da’i merupakan
perangsang (stimuli). Rangsangan (stimulus) dari pesan dakwah (simbol-
simbol verbal) itu akan diterima oleh mad’u dan menghasilkan respon.
Jika dibuat dalam sebuah bagan, proses dakwah akan terjadi sebagai
berikut:33
U-1 U-2 U-3 U-4 U-5
U-6
6.1 6.2
Keterangan:
U = Unsur/rukun dakwah 6.1 = Respon negatif terhadap kegiatan dakwah
32
Jalaluddin Rakhmat, Teori-Teori Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1990), h. 10. 33
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 207.
Media Da’i Pesan Mad’u Metode
Respon
- Bi-al-Hikmah
- Mau’idzah
- Mujadalah
Man dhalla ‘an Sabilihi
Negatif
Al-Muhtadin
Positif
6.2 = Respon positif terhadap kegiatan dakwah
Bagan di atas menjelaskan bahwa dakwah yang disampaikan
seorang da’i kepada mad’unya akan menimbulkan respon. Adapun respon
yang terjadi dapat berupa respon negatif atau respon positif.
3. Macam-Macam Respon
Respon akan terjadi karena beberapa hal. Terjadinya respon akan
sangat tergantung dengan penyebab yang menimbulkannya. Menurut
Jalaluddin Rakhmat, respon dibagi menjadi:
1. Kognitif, yaitu respon yang timbul setelah adanya pemahaman
terhadap sesuatu yang terkait dengan informasi atau pengetahuan.
Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau
dipersepsi khalayak.
2. Afektif, yaitu respon yang timbul karena adanya perubahan perasaan
terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi, sikap dan nilai. Timbul
bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak.
3. Konatif, yaitu respon yang berupa tindakan, kegiatan atau kebiasaan yang terkait dengan perilaku nyata. Merujuk pada perilaku nyata yang
dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku..34
Selain itu beberapa pakar juga membagi respon menurut beberapa hal,
diantaranya: Abu Ahmadi mengemukakan pembagian respon berdasarkan
indera yang dipakainya dan menurut ikatannya. Respon ia artikan dengan
tanggapan, menurutnya tanggapan terbagi menjadi lima macam, yaitu:
“Menurut indera yang digunakan, tanggapan dapat dibagi menjadi
lima macam, yaitu: (1) tanggapan pengadilan, (2) tanggapan baru, (3)
tanggapan pengecap, (4) tanggapan pendengaran, (5) tanggapan
peraba. Sedangkan menurut ikatannya, tanggapan dapat dibagi menjadi
dua macam, ialah: tanggapan keberadaan dan tanggapan
pengamatan.”35
34
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999),
h. 218. 35 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Reneka Cipta, 1992), cet III, h. 36.
Hampir sama dengan Abu Ahmadi, Agus Sujanto dalam bukunya
Psikologi Kepribadian mengelompokkan tanggapan kepada beberapa bagian,
yaitu:36
a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, terdiri atas:
1. Tanggapan Audit yaitu tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dll.
2. Tanggapan visual adalah tanggapan terhadap sesuatu ang dilihatnya.
3. Tanggapan perasa adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya.
b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:
1. Tanggapan ingatan adalah ingatan masa lampau, artinya tanggapan
terhadap kejadian yag telah lalu.
2. Tanggapan fantasi adalah tanggapan masa kini artinya tanggapan
terhadap sesuatu yang saling terjadi.
3. Tanggapan fikiran, adalah tanggapan masa datang atau tanggapan
terhadap sesuatu yang akan terjadi.
c. Tanggapan menurut lingkungannya:
1. Tanggapan benda adalah tanggapan terhadap benda-benda yang ada di
sekitarnya.
2. Tanggapan kata-kata adalah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang dilontarkan oleh lawan bicara.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Akyas
Azhari dalam bukunya Psikologi Umum dan Perkembangan membagi juga
tanggapan sebagai berikut:37
a. Berdasarkan indera yang menerima, tanggapan dibagi dalam lima jenis,
antara lain:
1. Tanggapan penglihatan (visual/optis): tanggapan yang diterima melalui
indera penglihatan/ dari proses melihat.
2. Tanggapan pendengaran (auditif/akustis): tanggapan yang diterima
dari proses mengengar / melalui indera pendengaran.
3. Tanggapan mengecap (bau): tanggapan yang diterima melalui indera
pengecap/ penciuman.
4. Tanggapan gerak (motorik/kinestesis): tanggapan yang diterima
melalui gerakan.
5. Tanggapan taktik (rasa/peraba): tanggapan yang diterima melalui
indera peraba.
b. Sedangkan dari segi bentuknya tanggapan/ respon terbagi dua, yaitu: 1. Tanggapan kenangan, sebuah tanggapan yang sekedar reproduksi pada
pengamatan masa lampau.
36
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Aksara Baru, 1991), h. 31-32. 37
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: Teraju Mizan, 2004),
h. 91-92.
2. Tanggapan khayal atau pengamatan lama yang disusun oleh daya
khayal menjadi sesuatu yangseolah-olah baru. Ia bisa berbentuk tanggapan editis yakni gambaran-gambaran ingatan yang sedemikian
jelas, sehingga seakan-akan ia mengalami hal yang sebenarnya; dan tanggapan yang didasarkan pada pengertian, di mana tanggapan ini
merupakan hasil proses berpikir atau rangkuman sifat-sifat pokok dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu konsep.
Dari penjelasan di atas, respon memiliki berbagai bentuk dan pada
umumnya terbentuknya respon dipengaruhi oleh indera yang menerima dan
digunakan ketika menerima stimulus. Respon juga dipengaruhi oleh
lingkungan dan bentuk dari stimulus yang diterima. Respon akan
menghasilkan perubahan pemahaman (respon kognitif), perubahan perasaan
(respon afektif), dan juga perubahan tindakan (respon konatif). Inilah yang
akan kita bahas dalam penelitian ini. Bagaimana dakwah yang disampaikan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan metode dakwah yang digunakannya,
mampu menghasilkan tiga bentuk respon tersebut.
B. RUANG LINGKUP DAKWAH
1. Pengertian Dakwah
Kata dakwah secara bahasa (etimologi) adalah bentuk masdar dari
kata yad’u (fiil mudhari) dan da’a (fiil madhi) yang artinya adalah
memanggil (to call), mengundang (to in vite), mengajak (to summer),
menyeru (to propo), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).38
Arti dakwah dalam pengertian tersebut terdapat di dalam ayat-ayat
al-Qur’an antara lain dalam surat Yusuf ayat 33 dan Surat Yunus ayat 25:
�ن�) إ� � ... %- �6ل رب" اا�"3� أ�12 إ� � م��� ی+
38 Narson Munawir, Kamus Al Munawi, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1994), hal. 439.
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi “ajakan” mereka kepadaku...”39
(Q.S. Yusuf: 33)
�ا إ�) دار ا��9م� ...وا: ی+
“Allah menyeru (manusia) ke Dar al Salam (Syurga)...“40
(Q.S.
Yunus: 25)
Maka secara etimologi (lughah) pengertian dakwah dan tabligh
merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang
berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan
tersebut.41
Sedangkan menurut istilah (terminologi), dakwah didefinisikan
sebagai berikut oleh para ahli:
1. Syeikh Ali Makhfuz mengemukakan bahwa dakwah adalah:
“mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut
petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka
dari perbuatan mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan
akhirat“.42
Definisi ini menekankan pada proses pemberian motivasi
untuk melakukan pesan dakwah (ajaran islam).
2. Hamzah Yaqub dalam bukunya Publistik Islam mengatakan bahwa
“Dakwah adalah mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan
untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.“43
39
Departemen Agama RI., Al Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bumi Restu, 1975),
hal. 353 40
Ib id.,h.310. 41
Dra. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontempore, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000),
cet. ke-1, hal.2-3. 42
Syeikh Ali Makhfuz, Hidayat al Mursyidin, Terjemahan Chodijah Nasution,
(Yogyakarta: Tiga A, 1970), hal. 17. 43 Hamzah Yaqub, Publisistik Islam (Bandung: CV. Diponogoro, 1973), h. 49.
3. Dalam buku Metodologi Dakwah pada Suku Terasing yang diterbitkan
oleh Departemen Agama RI diterangkan bahwa “Dakwah merupakan
setiap usaha yang mengarah untuk memperbaiki suasana kehidupan
yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan tuntunan
kebenaran.“44
4. A. Jainuri dalam bukunya Muhammadiyah: Gerakan Reformasi Islam
di Jawa Pada Abad 20, menuliskan “Dakwah adalah segala bentuk
amal yang membawa manusia kepada kebaikan.”45
5. Ahmad Ghalwusy mendefinisikan dakwah adalah: “Menyampaikan
pesan Islam kepada manusia di setiap waktu dan tempat dengan
berbagai metode dan media yang sesuai dengan situasi dan kondisi
para penerima pesan dakwah (khalayak dakwah).“46
6. S.M. Nasaruddin Latif mengemukakan bahwa dakwah adalah “usaha
atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat
menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan
mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah syari’at serta
akhlak Islamiyah’’.47
Dari beberapa definisi di atas, maka dakwah dapat diartikan
sebagai suatu usaha, kegiatan, aktivitas dalam menyampaikan, menyeru,
mengajak, mendorong manusia untuk melakukan amal kebaikan sesuai
perintah Allah SWT. dan tidak melakukan perbuatan mungkar (amar
44
Departemen Agama RI, Metodologi Dakwah Pada Suku Terasing (Jakarta: DEPAG,
1979), h. 4. 45
A. Jainuri, Muhammadiyah: Gerakan Reformasi Islam di Jawa Pada Abad 20 (Surabaya:
Bina Ilmu, 1981), h. 30. 46
Ahmad Ghalwusy, Al-Da’wah Al-Islamiyah (Kairo: Dar Al-Kutub Al-Mishr, 1987),
h. 10-11. 47
Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah (Jakarta: Firma Dara, 1979),
h. 11.
ma’ruf nahi munkar) dilakukan dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan dan
sebagainya dengan sadar dan terencana yang disampaikan secara hikmah
kebijaksanaan dengan tujuan memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia
maupun di akhirat.
2. Unsur-unsur Dakwah
Dakwah memiliki beberapa unsur yang saling terkait satu sama
lain. Unsur-unsur tersebut akan selalu ada di setiap kegiatan dakwah.
Adapun unsur-unsur dakwah meliputi: subjek dakwah (da’i), objek
dakwah (mad’u), materi dakwah, dan tujuan dakwah.
a. Subjek Dakwah (da’i)
Orang yang melakukan dakwah disebut subjek dakwah. Istilah
yang sering digunakan untuk orang yang melakukan dakwah (subjek
dakwah) adalah da’i. Da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru.
Tetapi karena proses memanggil atau menyeru tersebut juga
merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan
tertentu maka pelakuya dikenal juga dengan istilah muballigh.48
Di
Indonesia orang yang berdakwah selain dipanggil dengan istilah da’i
dan muballigh, juga digunakan istilah ustadz, ustadzah, kiyai, ajengan,
tuan guru, dan lain-lain.
Da’i sebagai subjek dakwah dapat dibedakan menjadi dua
bagian, pertama da’i dalam kriteria umum; kedua da’i dalam
pengertian khusus.49
48
Dra. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000),
cet. ke-1, hal. 2. 49 Ibid., h.25.
Dalam pengertian umum, maka tiap-tiap pribadi muslim
menjadi da’i bagi dakwah islamiyah. Hal ini dapat dilihat
kesesuaiannya dengan Surat at-Taubah ayat 71:50
وا��Dم��ن وا��Dم��ت �=B�� أو�%�ء �=@ ی<م>ون ����=>وف
�ن ا: =%Eآ�ة وی�Hن ا���ن ا�9�Jة ویDت�%K� >وی�ا� ��وی���ن
)٧١: ا����� (.H � %�ور'��- أوL�! '%>���� ا: إن� ا: �Hی
“Dan orang-orang yang beriman, pria dan wanita, bergotong
royong satu sama yang lain, menyuruh yang ma’ruf dan melarang yang munkar, mendirikan shalat, membayar zakat, dan taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Kepada mereka itu Allah akan memberi rahmat,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.“
Dalam arti khusus, dakwah juga harus dilakukan oleh tenaga
khusus yang memiliki spesifikasi dan profesional di bidangnya.
Sebagaimana dapat dipahami dari makna ayat 104 Surat Ali Imran:51
���ن إ�) اN�%> وی<م>ون ����=>وف وی���ن �و�� � م� � أم�� ی+ ا��� >
)١٠٤: �ل ���ان(
“Hendaklah ada dari kalanganmu sekelompok umat yang
bertugas dalam bidang dakwah, menyeru ke jalan kebaikan, menyuruh
yang makruf, melarang yang munkar.“
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa da’i mengandung
dua pengertian:52
a. Secara umum adalah setiap muslim/muslimat yang berda’wah sebagai kewajiban yang melekat tak terpisahkan dari missinya
sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu anni
walau ayat“.
50
Ibid. 51
Ibid., h. 26. 52 Ibid., h. 27.
b. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus
(mutakhassis) dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan qudrah hasanah.
Dalam berdakwah seorang da’i harus memiliki akhlaqul
karimah sebagaimana yangn terkandung di dalam al-Qur’an dan al-
Sunnah, di antaranya; jujur, ikhlas, arif, sabar, lembut, kasih sayang,
pemaaf, rendah hati, tepat janji, wara’ dan sebagainya sebagaimana
diwariskan oleh Rasulullah.
Dalam hal ini Imam Muhammad al-Maqdisi berpendapat
bahwa (seseorang) tidak dapat melakukan amar makruf nahi munkar
kecuali dengan cara yang lembut, sabar, dan arif. Syekh al-Islam Ibnu
Taimiyah mengatakan, “ada tiga sifat yang diperlukan seorang da’i,
pertama berilmu (mengetahui) sebelum memerintah dan melarang,
kedua; lembut dan ketiga; sabar.“53
b. Objek Dakwah
Dalam berdakwah selain terdapat subjek dakwah ada juga yang
dinamakan objek dakwah. Objek dakwah adalah orang yang menjadi
sasaran dalam berdakwah (mad’u). Dalam menyampaikan dakwahnya
seorang da’i harus memperhatikan mad’unya agar pesan dakwah
mudah diterima oleh mad’u yang kemudian dapat dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Mad’u merupakan peserta dakwah, baik perseorangan, kolektif,
laki-laki atau perempuan, anak-anak atau orang dewasa. Mad’u
bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi, misalnya atheis, animis,
53 Ibid., h. 31-32
musyrik, munafik, fasik dan muslim, juga dari sudut lainnya seperti
intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.54
c. Materi dan Media Dakwah
Hal yang tidak kalah penting dan harus diperhatikan dalam
berdakwah adalah materi (pesan) dakwah itu sendiri. Materi adalah isi
dakwah yang akan disampaikan oleh da’i kepada mad’u mengenai
berbagai hukum Islam, sejarah, dan lain sebagainya. Materi yang akan
diberikan oleh seorang da’i akan memperlihatkan keilmuan yang
dimilikinya. Materi yang diberikan juga harus disesuaikan dengan
keadaan mad’u. Hal terpenting dalam pemberian materi (pesan
dakwah) adalah tidak boleh menyimpang dari al-Qur’an dan hadits.
Selain materi, media juga memiliki peranan penting dalam
proses dakwah. Media dapat diartikan juga sebagai perantara. Maka
segala alat bantu (perantara) yang digunakan oleh da’i (subjek) untuk
menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u (objek) itulah yang
disebut dengan media dakwah. Saat ini dakwah semakin berkembang,
dakwah tidak hanya dari mimbar ke mimbar tetapi telah mampu
mengikuti perkembangan zaman. Kini dakwah dilakukan di berbagai
media, tidak hanya pada media cetak, dakwah juga dilakukan di
media-media elektronik bahkan di dunia maya (internet). Oleh karena
itu, seorang da’i harus mampua memanfaatkan berbagai hal yang dapat
mendukung proses dakwah termasuk media-media yang tersedia kini.
54 Ibid, h. 32.
d. Tujuan Dakwah
Salah satu unsur terpenting dalam dakwah adalah tujuan
dakwah itu sendiri. Tujuan dakwah salah satunya terdapat dalam al-
Qur’an Surat Yusuf ayat 108:
�ا إ�) ا: �,) J�%>ة أن� وم� ات�&=�) و'&��ن ا: � أد,%&' OP6$ ه
)١٠٨: ���� (.وم� أن� م� ا��Q>آ%�
“Katakanlah: Inilah jalan (agama)Ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang
nyata, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.’’
Atas dasar ayat di atas, salah satu tujuan dakwah adalah
membentangkan jalan Allah diatas bumi agar dilalui umat manusia.55
Masih berdasarkan ayat tersebut, Abdul Rosyad Saleh
membagi tujuan dakwah menjadi dua, yakni tujuan utama dakwah dan
tujuan departemental (tujuan perantara). Lebih jauh, ia menyatakan:
“Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir
yang ingin dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan
dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah, penyusunan
semua rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan
diarahkan.
Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan
ketika memberikan pengertian tentang dakwah adalah
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
akhirat yang diridai Allah SWT. Dilihat dari segi utama tujuan dakwah, tujuan
departemental merupakan tujuan perantara. Karena sebagai perantara, tujuan departemental berintikan nilai-nilai yang
dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah SWT. masing-masing sesuai dengan segi atau
bidangnya.“56
55
A. Hajsmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hal. 18. 56
Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),
hal. 21-27.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah:
1. Menegakkan ajaran dan perintah Allah SWT. di muka bumi agar
dilaksanakan oleh seluruh umat manusia.
2. Memperoleh kesejahteraan hidup dengan keridhoan Allah SWT.
3. Menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
e. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah salah satu unsur yang terpenting dalam
penyampaian dakwah. Metode dakwah adalah suatu cara untuk
mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien.
Merujuk kepada statemen di atas maka berikut ini akan
dipaparkan metode dakwah yang akurat dalam al-Qur’an, antara lain
tertuang dalam surat an-Nahl ayat 125:
�� ا���� و��د��� ����� ه��أدع إ�) '&%$ ر�"! ���� �� وا��
�� '&%,- وه� أ�,� ������+ی� �$. ��� �,� .أ�� إن� ر��! ه� أ
)١٢٥: ا����(
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
nasehat-nasehat yang baik dan bertukar pikiranlah dengan cara yang
lebih baik...“
Berdasarkan ayat di atas, maka metode dalam berdakwah ada
tiga macam yaitu: bi al hikmah, mau’idzoh hasanah dan mujadalah.
3. Macam-macam Metode Dakwah
Dalam berdakwah ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh
seorang da’i. Metode dakwah yang paling populer adalah metode dakwah
yang diterangkan dalam surat an-Nahl ayat 125, yaitu metode dakwah bi al
hikmah, mau’idzoh hasanah dan mujadalah.
1) Bi al-Hikmah
Kata al-hikmah mempunyai banyak pengertian. Pengertian-
pengertian yang dikemukakan para ahli bahasa maupun pakar al-Qur’an tidak hanya menyangkut pemaknaan mashadaq (eksistensi)-
nya, tetapi juga pemaknaan dalam mafhum (konsep)-nya sehingga pemaknaannya menjadi lebih luas dan bervariasi. Dalam kamus dan
beberapa kitab tafsir, kata al-hikmah diartikan; al’adl (keadilan), al-
hilm (kesabaran dan ketabahan), an-nubuwwah (kenabian), al-‘ilm
(ilmu pengetahuan), al-Qur’an, falsafah, kebijakan, pemikiran atau
pendapat yang baik, al-haq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada
tempatnya, kebenaran sesuatu, dan mengetahui sesuatu yang paling
utama dengan ilmu yang paling utama.57
Penjabaran di atas, sesuai dengan pegertian hikmah yang di
uraikan oleh Said bin Ali bin Wahif al-Qathani dalam kitab al Hikmah
wa fi al Dakwah Ilallah Ta’ala, sebagai berikut: 58
a. Menurut Bahasa
• Adil, ilmu, sabar, kenabian, al-Qur’an dan Injil
• Memperbaiki (membuat menjadi baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan
• Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
• Obyek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal • Pengetahuan atau ma’rifat, dan seterusnya.
b. Menurut istilah (syar’i) • Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan
• Mengetahui yang benar dan mengamalkannya (ilmu dan
pengamalan)
• Wara’ dalam Din Allah
• Meletakkan sesuatu pada tempatnya
• Menjawab dengan tegas dan tepat, dan seterusnya.
Dalam bahasa komunikasi hiknnmah menyangkut apa yang
disebut sebagai frame of reference, field of reference dan field of
57
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 163. 58
Said bin Ali bin Wahif alQathani, al Hikmah wa fi al Dakwah Ilallah Ta’ala, penerjemah
Masykur Hakim Ibaidillah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h.21-23.
experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap terhadap pihak
komunikan (obyek dakwah).59
Selain itu beberapa ilmuan Islam juga memberi makna
bi al-hikmah, sebagai berikut:
a. Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi memberi makna bi al-hikmah
dengan hujjah (argumentasi).60
b. Al-Zamakhsyari memberikan makna bi al-hikmah sebagai perkataan
yang pasti benar, yakni dalil yang menjelaskan kebenaran dan
menghilangkan keraguan atau kesamaran. Kemudian ia juga
mengartikan dengan Al-Qur’an, yakni “serulah mereka mengikuti
kitab yang memuat al-hikmah“. 61
c. Wahbah Al-Juhali memberikan makna bi al-hikmah sebagai perkataan
yang jelas dengan dalil yang terang, yang dapat mengantarkan pada
kebenaran dan menyingkap keraguan.62
d. Al-Maraghi memberi makna bi al-hikmah dengan lebih luas, yakni
“dengan wahyu Allah yang telah diberikan kepadamu”.63
Dari pemaknaan al-hikmah tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
dakwah bi al-hikmah dakwah yang dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan, kesabaran, keadilan, ketabahan, argumentatif, dan filosofis,
yang sesuai dengan risalah kenabian (an-nubuwwah) dan ketentuan-
ketentuan di dalam al-Qur’an (wahyu Allah), dalam rangka
59
Toto Tasmono, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratam, 1987), hal. 37. 60
Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsir Al-Munir, h. 469. 61
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 163. 62
Wahbah Al-Juhali, At-Tafsir Al-Munir, Juz. 13-14, h.267. 63 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz.5, h. 161.
mengungkapkan al-haq (kebenaran), menghilangkan keraguan, dan
memposisikan sesuatu pada tempatnya secara proporsional berdasarkan
ilmu yang paling utama dan ma’rifat.
Dakwah bi al-hikmah yang berarti dakwah bijak, mempunyai
makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u
(muqtadha-al-hal). Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan
realistis sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu
memperhatikan kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, dan
situasi sosial kultural mad’u.64
Dengan demikian dakwah bi al-hikmah yang merupakan metode
dakwah bijak, akan selalu memperhatikan kondisi mad’u dalam hal:
a. Kadar pemikiran, tingkat pendidikan, dan intelektualitas mad’u,
b. Keadaan psikologis mad’u yang menjadi objek dakwah, dan
c. Suasana serta situasi sosial kultural mad’u.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Sayyid Quthub. Ia menyatakan
bahwa untuk mewujudkan metode dakwah bi al-hikmah harus
memperhatikan tiga faktor, yaitu:
a. Keadaan dan situasi orang yang didakwahi.
b. Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak
merasakan keberatan dengan beban materi tersebut.
c. Metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi
sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.65
64
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan, (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 164. 65
Sayyid Quthub, Fi Dzilal Qal-Qur’an Jilid VII, Bairut, Ihya’ At-Turas Al-Arabi, t.t.,
h.122.
Prinsip-prinsip metode dakwah bi al-hikmah ini ditujukan terhadap
mad’u yang kapasitas intelektual pemikirannya terkategorikan khawas,
cendekiawan, atau ilmuan.66
Mohammad Natsir dalam bukunya yang berjudul Fiqhud Da’wah,
mengartikan kata hikmah dalam beberapa arti berikut ini:67
a. Mengenal golongan.
b. Kemampuan memilih saat bila harus bicara, bila harus diam.
c. Mengadakan kontak pemikiran dan mencari titik pertemuan, sebagai
tempat bertolak, untuk maju secara sitematis.
d. Tidak melepaskan shibghah (corak kepribadian) dari ajaran yang
dibawakan.
e. Memilih dan menyusun kata yang tepat.
f. Hikmah dalam cara perpisahan.
g. Uswah hasanah dan lisanul hal.
h. Khulasah.
Dengan demikian, maka seorang da’i yang menggunakan metode
dakwah bi al hikmah dalam menyampaikan dakwahnya akan melakukann
dan melaksanakan hal-hal yang tersebut di atas.
2) Mauidzah al Hasanah (Nasehat yang baik)
Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa Mauidhah al Hasanah
adalah “ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik dimana ia dapat
bermanfaat bagi orang yang mendegarkannya, atau argumen-argumen
66
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 164. 67 Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah (Jakarta: MEDIA DA’WAH, 2000), h. 161-225.
yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang
disampaikan oleh subyek dakwah.“68
Dakwah dengan metode ini ditujukan pada manusia jenis kedua,
yaitu keumuman manusia. Manusia yang memiliki kemampuan di bawah
manusia jenis pertama. Mereka memiliki fitrah terhadap kebenaran, tetapi
ragu untuk memilih mengikuti kebenaran yang disampaikan kepada
mereka atau justru mengikuti kebatilan yang tumbuh disekelilingnya.
Muhammad Husain Yusuf mengatakan:
“Mereka membutuhkan pelajaran yang baik (al-maw’idzah
al-hasanah), ucapan yang mengena (qaul baligh), serta penjelasan
yang berguna, berupa sugesti (targhib) untuk mengikuti kebenaran,
penjelasan tentang kebaikan mengikuti kebenaran, serta ancaman
(tarhib) mengikuti kebatilan, serta penjelasan atas dosa dan nista
yang terdapat dalam kebatilan. Begitu pula seterusnya sampai benar-benar jelas kepada mereka jalan yang lurus dan cahaya yang terang,
serta dapat menghilangkan keraguan mereka untuk masuk ke dalam barisan orang-orang mukmin di bawah panji Nabi dan Rasul yang
paling mulia“.69
Dengan demikian menurut Asep Muhiddin, dakwah dengan
pendekatan mau’idzah hasanah ini, perlu memperhatikan faktor-faktor
berikut:70
a. Tutur kata yang lembut sehingga akan terkesan hati.
b. Menghindari sikap sinis dan kasar.
c. Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau bersikap menghakimi orang
yang diajak bicara (mukhathab).
Mereka tidak merasa tersinggung atau merasa dirinya dipaksa
menerima suatu gagasan atau ide tertentu. Upaya untuk menghindari
68
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997),
h. 121. 69
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 166-167. 70 Ibid., h. 167.
rasa tersinggung atau paksaan ini tercermin dalam ayat al-Qur’an surat
Al-Imran ayat 159:
�ا م� 1BSنT 2,K�ا U%,V �W�X Y�آ �X&�� ر��� م� ا: Y�� ��� و�
!�� )١٥٩: �ل ���ان ( ...�
“Maka disebabkan Rahmat dari Allah, kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati (bersikap)
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu...“
3) Mujadalah atau berdiskusi dengan cara yang baik
Metode dakwah yang ketiga ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an
surat an-Nahl ayat 125, yakni wa jadilhum bi al-lati hiya ahsan. Metode
ini merupakan upaya dakwah melalui jalan bantahan, diskusi, atau
berdebat dengan cara yang terbaik, sopan santun, saling menghargai, dan
tidak arogan.71
Dalam hal ini, Syeikh Yusuf al-Qardhawi menuturkan bahwa
dalam diskusi ada dua metode, yaitu metode yang baik (hasan) dan
metode yang lebih baik (ahsan). al-Qur’an menggariskan bahwa salah satu
pendekatan dakwah adalah dengan menggunakan metode diskusi yang
lebih baik. Diskusi dengan metode ahsan ini adalah dengan menyebutkan
segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi, kemudian dari
situ dibahas masalah-masalah perbedaan dari kedua belah pihak, sehingga
diharapkan mereka akan mencapai segi-segi persamaan pula.72
71
Ibid. 72
Syekh Yusuf al-Qardhawi, al Shahwah al Islamiyah baina al-Juhud wa al-Tatarruf,
Risalah al Mahakim al-Syar’iyyah wa al Syu’ur al-Diniyah (Qatar, 1402 H), h. 203.
Lazimnya cara ini digunakan untuk orang-orang yang taraf
berpikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahl al kitab yang memang telah
memiliki bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya. Karena itu
al-Qur’an juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahl al Kitab
yaitu melarang berdebat (bermujadalah) dengan mereka kecuali dengan
cara terbaik.73
Sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an surat al-Ankabut
ayat 46:
�ا م����,Z �یPا�� "T� إ�أ ه����� Tا أه$ ا� ��ب إ� ...وT ت�3د�
)٤٦: ا�"�! �ت(
“Dan janganlah kamu sekalian berdebat dengan ahli kitab (Yahudi
dan Nasrani) melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali dengan
orang-orang dzalim dari mereka.“74
Ayat tersebut menerangkan cara melakukan perdebatan kepada ahli
kitab, yakni harus dilakukan dengan cara yang sebaik mungkin, sopan
santu, dan lemah lembut, kecuali jika mereka telah memperlihatkan
keangkuhan dan kezaliman yang keluar dari batas-batas kewajaran.
Dalam aplikasi metode ini, ada watak dan suasana yang khas,
yakni bersifat terbuka atau transparan, konfrontatif, dan kadang-kadang
reaksioner. Namun, juru dakwah harus tetap memegang teguh pada
prinsip-prinsip umum dari watak dan karakteristik dakwah yang berinti
pencerahan pikiran dan penyejukan jiwa.75
73
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: MITRA PUSTAKA, 2000),
Cet. Ke. I. h. 49. 74
Departemen Agama RI. Op.Cit., 635. 75
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 168.
Sayyid Qutb menyatakan bahwa dalam menerapkan metode
diskusi dengan cara yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Tidak merendahkan pihak lawan, atau menjelek-jelekkan, karena
tujuan diskusi bukan mencari kemenangan, melainkan memudahkannya agar ia sampai kepada kebenaran.
2. Tujuan diskusi semata-mata untuk menunjukkan kebenaran sesuai dengan ajaran Allah.
3. Tetap menghormati pihak lawan, sebab jiwa manusia tetap memiliki
harga diri. Karenanya harus diupayakan ia tidak merasa kalah dalam
diskusi dan merasa tetap dihargai dan dihormati.76
Maka penulis menyimpulkan bahwa metode dakwah mujadalah ini
hanya perlu digunakan pada orang-orang tertentu seperti ahli kitab dan
orang-orang kafir yang sombong. Namun ketika seorang da’i
menggunakan metode ini, Ia harus tetap mampu menjaga sikap dan kata-
katanya dengan penuh kelemah lembutan dan sopan santun sehingga
mereka mampu menerima kebenaran yang disampaikan dengan
kesadarannya sendiri tanpa merasa ada unsur paksaan apalagi permusuhan.
Namun, bagi orang-orang yang benar-benar dzalim metode ini tidak perlu
digunakan.
C. RUANG LINGKUP MAJLIS TA’LIM
a. Pengertian Majlis Ta’lim
Majlis ta’lim berasal dari bahasa Arab, yaitu majlis yang berarti
tempat duduk, dan ta’lim yang berarti menahukan, membuat tahu atau
mengajar. Maka berdasarkan asal kata tersebut, majlis ta’lim adalah wadah
atau tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, maka terdapat di
76
Sayyid Qutb, Fi Dhibah al Qur’an (Cairo: Dar al Syuruq, 1399 H/1979 M), Jilid IV,
hal. 2202.
dalamnya orang yang belajar, yaitu: jamaah, guru atau ustadz, materi yang
diajarkan, sarana dan tujuan.77
Sedangkan Dra. Hj. Tutty Alawiyah A.S. dalam bukunya Strategi
Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim, mengatakan bahwa ”...Salah satu
arti dari majlis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak,
sedangkan ta’lim berarti pengajaran atau pengajian agama Islam...”78
Pada musyawarah majlis ta’lim se-DKI pada tanggal 9-10 Juli
1980, memberikan batasan (ta’rif) majlis ta’lim adalah lembaga
pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri,
diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang
relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan
hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah Swt, antara
manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan lingkungannya
dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.79
Maka dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa
majlis ta’lim adalah suatu tempat atau wadah pengkajian dan pengajaran
umat Islam yang berbentuk lembaga non formal, yang memiliki bentuk
kurikulum tersendiri, dan dilakukan secara teratur, dalam rangka membina
umat kepada kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam, baik dalam
rangka menjalin hubungan hablumminallah, hablumminannas, dan
hablumminal alam.
77
Depag RI., Ensiklopedi Islam (Jakarta: Depag RI, 1987), Jilid II, h. 556-557. 78
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim (Bandung: Mizan,1997),
h. 5. 79 Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Majlis Ta’lim (Jakarta: KODI, 1996), h. 6.
b. Tujuan Majlis Ta’lim
Menurut Dra. Hj. Tutty Alawiyah tujuan majlis ta’lim dari segi
fungsinya adalah:80
a. Tempat belajar, untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang
akan mendorong pengamalan agama. b. Tempat kontak sosial, untuk bersilaturrahmi agar dapat menciptakan
persatuan dan kesatuan umat Islam.
c. Mewujudkan minat sosial, untuk meningkatkan kesadaran dan
kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya.
Maka dari pendapat yang dikemukakan Dra. Hj. Tuti Alawiyah, dapat
disimpulkan tujuan utama majlis ta’lim adalah:
a. Menambah pengetahuan keislaman jamaahnya.
b. Menjalin silaturrahmi dan ukhuwah yang lebih erat bagi para jamaahnya
khususnya dan umat Islam pada umumnya.
c. Meningkatkan kesejahteraan dan keharmonisan rumah tangga dan
lingkungan jamaahnya.
80 Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim), h. 5.
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYYAH DAN
PROFIL K.H. E. JUNAEDI NAWAWI
A. Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah
a. Sejarah Perkembangan Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah
Majlis Ta’lim At-Tarbiyah adalah sebuah majlis ta’lim yang
diadakan di Kantor Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Kota
Tangerang (Dinas P&K). Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
ini berada di Gedung Cisadane lantai 1 dengan alamat Jalan K.S. Tubun
nomor 1 Kota Tangerang.
Berdirinya majlis ta’lim ini adalah prakarsa dari Bapak Drs. H. M.
Harry Mulya Zein, M.Si yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang. Sebagai seorang Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, beliau memiliki suatu gagasan untuk
membentuk sebuah pengajian di lingkungan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan.81
Untuk merealisasikan ide tersebut, beliau mengungkapkannya
kepada rekan-rekannya yang lain. Ternyata idenya mendapat respon yang
positif dari rekan-rekannya, baik Kepala Bagian Tata Usaha maupun
Kepala Sub Dinas. Respon positif yang diberikan oleh Kepala Bagian Tata
Usaha maupun Kepala Sub Dinas tersebut membuatnya tambah
81
Hasil wawancara Bpk. Hilman Sukademi, S.E. Ketua Majlis Ta’lim At-Tarbiyah pada
tanggal 12 Desember 2008 di Kantor Dinas P&K Kota Tangerang.
bersemangat dan optimis untuk membentuk sebuah pengajian di
lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.82
Maka pada hari senin tanggal 8 Desember 2003, yang bertepatan
pada tanggal 13 Syawal 1424 H beliau memanggil Kepala Bagian Tata
Usaha dan seluruh Kepala Sub Dinas. Mereka terdiri dari Drs. Abduh
Surahman, M.Si (Kepala Bagian Tata Usaha), Drs. Zaenudin, MM.
(Kepala Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah), Drs. H. Rudi Supardi, M.Si
(Kepala Sub Dinas Sarana dan Prasarana), Drs. H. Imam Soetopo Dj.
(Kepala Sub Dinas Pembelajaran Siswa dan Kurikulum), Sutarso, BA.
(Kepala Sub Dinas Pemberdayaan Sekolah dan Ketenagaan), Drs. H.
Ghozali Barmawi (Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat Pendidikan Luar
Sekolah). Pemanggilan tersebut berkaitan dengan waktu pelaksanaan
pengajian. Dari hasil pembicaraan disepakati waktu pengajian dilakukan
pada setiap malam Jum’at ba’da maghrib.83
Maka pada setiap malam Jum’at ba’da maghrib Kantor Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang memiliki kegiatan pengajian
rutin. Namun, hingga berjalan dua bulan pengajian tersebut belum
memiliki nama. Untuk menetapkan nama pengajian, Bapak Drs. H. M.
Harry Mulya Zein, MM. memanggil Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat
Pendidikan Luar Sekolah yakni Bapak Drs. H. Ghozali Barmawi.
Kemudian Bapak Drs. H. Ghozali Barmawi mengusulkan nama At-
Tarbiyah. Nama At-Tarbiyah menurutnya cocok dengan lingkungan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan yang bergerak dalam bidang pendidikan.
82
Ibid. 83 Arsip Majlis Ta’lim At-Tarbiyah.
Nama tersebut juga mencerminkan bahwa pengajian tersebut adalah
wadah menambah pendidikan keagamaan bagi para staff Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan yang dapat menambah pengetahuan keagamaan para
jama’ahnya. Nama tersebut disetujui oleh Bapak Drs. H. M. Harry Mulya
Zein, MM. Sebagai nama pengajian di Kantor Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Tangerang. Dan ditetapkanlah nama tersebut secara
resmi pada tanggal 8 Maret 2004.84
Seiring dengan berjalannya waktu terdapat perubahan pada waktu
pelaksanaan pengajian. Waktu pelaksanaan pengajian berubah dari malam
Jum’at ba’da maghrib menjadi Jum’at pagi mulai pukul 07.45 sampai
09.45. Perubahan ini terjadi pada akhir bulan Februari 2004 hingga
sekarang.
Itulah sekilas tentang sejarah singkat berdirinya majlis ta’lim
At-Tarbiyyah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang.
b. Visi, Misi dan Tujuan Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah
Sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan
berdirinya majlis ta’lim At-Tarbiyah diharapkan dapat menjadi kegiatan
yang dapat menambah pengetahuan terutama dalam hal ilmu keagamaan
khususnya bagi para staff Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini
dianggap penting karena Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah
lembaga yang memiliki peranan penting dalam menentukan setiap
kebijakan pendidikan di Kota Tangerang.85
84
Ibid. 85
Hasil wawancara dengan Ketua Majlis Ta’lim At-Tarbiyah pada tanggal 12
Desember 2008.
Kota Tangerang adalah kota yang memiliki semboyan “Kota
Tangerang Berakhlaqul Karimah”. Semboyan ini ditetapkan oleh Bapak
Walikota Tangerang untuk menjadikan Kota Tangerang sebagai kota yang
masyarakatnya memiliki akhlaqul karimah. Untuk mewujudkan hal
tersebut bukanlah hal yang mudah dan tentunya memerlukan dukungan
berbagai pihak. Faktor utama tentunya adalah pendidikan. Pendidikan
yang baik akan mampu menciptakan generasi-generasi yang baik.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang sangat erat dalam masalah
pendidikan merasa perlu mendukung terciptanya Kota Tangerang
Berakhlaqul Karimah. Dibentuknya majlis ta’lim At-Tarbiyah adalah salah
satu bentuk partisipasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam
mewujudkan hal tersebut. Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah yang memiliki visi
membentuk generasi yang jujur, amanah dan profesional dalam
menjalankan kegiatan yang berdasarkan pada iman dan taqwa, diharapkan
juga dapat mempermudah terealisasinya harapan untuk menjadikan “Kota
Tangerang Berakhlaqul Karimah”.86
c. Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah
Pada awal terbentuknya Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah hanya
dikhususkan untuk para Staff Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kepala Cabang Dinas. Maka, pengajian ini pun hanya rutin diikuti oleh
para Staff Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Cabang Dinas.
86 Ibid.
Ketika pergantian kepemimpinan Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan dari Bapak Drs. H. M. Harry Mulya Zein, MM. menjadi
Bapak Drs. Zaenudin, MM., terjadi peningkatan jamaah pengajian.87
Jamaah pengajian tidak lagi hanya para Staff Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kepala Cabang Dinas tetapi juga Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI), Persatuan Guru Taman Kanak-Kanak
Indonesia (IGTKI), Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN), Kepala Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN), Kepala Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN), Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) se-
Kota Tangerang serta pengawas dan penilik se-Kota Tangerang. Maka,
pengajian yang diadakan setiap minggu ini terdiri atas lebih dari 350
jamaah.88
d. Kegiatan Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah
Selain mengadakan pengajian rutin pada setiap minggu. Majlis
ta’lim At-Tarbiyah juga memiliki beberapa kegiatan, diantaranya:89
1. Menyediakan konsultasi agama; bagi yang memiliki pertanyaan
maupun persoalan yang berkaitan dengan masalah keagamaan dapat
menggunakan media ini. Dengan adanya media konsultasi keagamaan
ini, diharapkan dapat membantu memecahkan persoalan keagamaan
yang dialami oleh seseorang terutama jamaah majlis ta’lim At-
Tarbiyah.
87
Ibid. 88
Arsip Majlis Ta’lim At-Tarbiyah. 89
Hasil wawancara dengan Ketua Majlis Ta’lim At-Tarbiyah pada tanggal 19
Desember 2008.
2. Wisata rohani; dilakukan setiap menjelang bulan Ramadhan. Wisata
rohani ini biasanya ketempat-tempat bersejarah yang berkaitan dengan
sejarah penyebaran ajaran Islam di Indonesia, seperti ke makam Sultan
Hasanuddin di Banten. Tujuannya adalah untuk menambah
pengetahuan dan menambah keimanan kepada Allah serta kecintaan
kepada para wali Allah.
3. Melaksanakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI); peringatan ini
selalu dilakukan dalam rangka syiar Islam. Biasanya kegiatan berupa
tabligh akbar. Peringatan Hari-Hari Besar Islam yang biasa dilakukan
adalah Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj, Nuzulul Qur’an, dan Muharram.
4. Menyelenggarakan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH);
disediakan bagi anggota jamaah yang berniat melaksanakan ibadah
haji dan umroh, namun bagi orang-orang selain anggota jamaah majlis
ta’lim pun diperbolehkan.
e. Struktur Organisasi Majelis Ta’lim At-Tarbiyyah
PENANGGUNG JAWAB
KADIS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG
Drs.H. Zaenuddin, MM, M.Pd
PENASEHAT I
Dewan Guru
ANGGOTA
Seluruh Kepala Sekolah
SD/SMP/SMA/SMK
ACARA
Penyelenggara
UMUM
Abdul Ghofur
HUMAS
Abdul Qadir
SEKSI-SEKSI
WAKIL KETUA
H. Udjat Sudjadi
SEKRETARIS
- Hj. Tati Nurhayati
- A. Sholahuddin
BENDAHARA
Hj. Ety
PENASEHAT II
1. KABAG TU 2. KASUBDIN
3. KASIE KETUA MT
Hilman Suhadeni
B. Profil K.H. E. Junaedi Nawawi
a. Riwayat Hidup
Bagi masyarakat Kota Tangerang nama Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi tidaklah asing. Beliau adalah ketua Umum Majlis Ulama
Indonesia (MUI) Kota Tangerang saat ini. Selain itu beliau adalah salah
satu orang yang memprakarsai dibangunnya Masjid Raya Al- ‘Azhom,
masjid yang menjadi kebanggaan Kota Tangerang. Jabatan sebagai Ketua
Dewan Kegiatan Masjid (DKM) Masjid Raya Al-‘Azhom pun
dilimpahkan padanya.
Nama Junaedi merupakan pemberian kedua orang tuannya. Junaedi
diambil dari kata Junudun yang dalam Bahasa Arab berarti tentara.
Menurut cerita, kedua orang tuanya memberi nama tersebut agar ia bisa
kuat seperti seorang tentara. Sedangkan kata Nawawi adalah nama
ayahnya yakni H. Nawawi.90 Itulah sedikit kisah dibalik nama beliau. Dan
kini, nama Junaedi Nawawi telah banyak dikenal orang terutama
masyarakat Kota Tangerang.
Ketika kecil, ia memiliki nama kesayangan yakni Edi. Hingga kini
nama tersebut terselip dalam namanya, sehingga banyak orang yang
mengenalnya dengan nama Edi Junaedi Nawawi. Kedua orang tuanya
bernama H. Nawawi dan Hj. Siti Khodijah. Ayahnya berasal dari
Pandeglang sedangkan ibunya berasal dari Purwakarta. Keluarganya
90
Hasil wawancara dengan K.H. Edi Junaedi Nawawi pada tanggal 12 Desember 2008 di
rumah singgah K.H. Edi Junaedi Nawawi.
adalah keluarga besar. Ia merupakan anak pertama dari delapan
bersaudara.91
Cita-citanya saat kecil sangatlah sederhana. Ia ingin menjadi
seorang guru. Baginya menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang mulia.
Dengan menjadi seorang guru ia dapat mengamalkan ilmu yang
dimilikinya. Cita-citanya tersebut tidak jauh berbeda dari pekerjaan kedua
orang tuanya. Selain berdagang ayahnya adalah seorang guru agama.
Sedangkan ibunya adalah seorang guru ngaji.92
Ia sangat bersyukur
menjadi anak kedua orang tuanya, karena apa yang ia capai saat ini
tidaklah terlepas dari andil kedua orang tuanya.
Dalam perjalanan hidupnya beliau ditemani oleh seorang istri
tercintanya Hj. Siti Napsiah. Namun, Allah telah memanggilnya terlebih
dahulu pada tahun 2004. Selama dua tahun beliau hidup tanpa seorang
istri. Ternyata Allah memiliki rencana lain, pada tahun 2006 ia
dipertemukan dengan seorang wanita bernama Hj. Rosmini seorang wanita
yang hingga saat ini setia mendampinginya. Baginya kedua istrinya adalah
orang-orang yang memiliki bagian terpenting dalam hidupnya. Kedua
istrinyalah yang selalu setia mendampinginya dalam berjuang di jalan
dakwah.93
Dari kedua istrinya ia memiliki delapan orang anak. Tiga
diantaranya mengikuti jejaknya memilih jalur keagamaan. Dalam
mendidik anak-anaknya ia meneladani kedua orang tuanya yang
menyeimbangkan antara pengetahuan umum dengan pengetahuan agama.
91
Ibid. 92
Ibid. 93 Ibid.
Nasihat yang selalu ia berikan kepada anak-anaknya adalah harus mampu
menghargai orang lain, menghargai waktu, dan jangan pernah
meninggalkan ibadah. Ketiga hal tersebut baginya adalah pokok utama
untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.94
b. Latar Belakang Pendidikan
Dalam menerapkan pendidikan kepada putra/putrinya, kedua orang
tua beliau berusaha menyeimbangkan antara pendidikan umum dengan
pendidikan agama. Pada saat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) ia diharuskan kos di rumah seorang Kyai
oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya ingin ia memiliki pengetahuan
yang luas baik dalam hal ilmu umum maupun ilmu agama. Pada waktu
SMP ia kos di rumah K.H. Tubagus Mansyur Mahmud di daerah Galur
kecamatan Senen Jakarta. Sedangkan ketika SMA ia tinggal di rumah K.H.
Muhammad Dari di daerah Tanah Abang.
Junaedi kecil adalah seorang anak yang cerdas. Ia tamat Sekolah
Rakyat (SR) pada tahun 1951, kemudian langsung melanjutkan ke tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan lulus pada tahun 1954 dengan
meraih nilai kelulusan rata-rata sembilan dan menjadi juara umum. Pada
tahun 1957 ia pun lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dan kemudian
melanjutkan kuliah di bidang Pendidikan Pengatur Teknik Telekomunikasi
(Telkom). Tahun 1959 ia lulus sebagai Diploma II (D2) Telkom.
Keinginannya untuk memperdalam ilmu agama, membuatnya
memutuskan untuk masuk ke dalam sebuah pesantren. Maka, ia pun
94 Ibid.
mengikuti pendidikan pesantren pada tahun 1959 hingga tahun 1962.
Pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren Al-Falahiyah di daerah
Panggang Balaraja. Ia menjadi santri di pesantren tersebut selama satu
tahun. Kemudia ia melanjutkan di Pondok Pesantren Al-Jauharotun
Naqiyah di daerah Cibeber Cilegon pimpinan K.H. Muhaimin.95
c. Latar Belakang Keluarga
Nama Junaedi Nawawi adalah pemberian kedua orang tua
tercintanya H. Nawawi dan Hj. Siti Khodijah. Ayahnya berasal dari
Pandeglang dan ibunya berasal dari Purwakarta. Beliau dapat merasakan
kasih sayang seorang ayah hanya sampai di masa Sekolah Menengah Atas
(SMA). Ayahnya meninggalkan dirinya, adik-adiknya, dan ibunya pada
tahun 1957.96
Ia sangat mencintai kedua orang tuanya. Baginya kedua orang
tuanya adalah orang-orang yang sangat memiliki andil besar sehingga ia
dapat menjadi seperti sekarang ini. Namun, saat ia menjabat sebagai
Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) saat ini, kedua orang tuanya tidak
dapat menyaksikannya. Ibunya menyusul sang ayah pada tahun 1994.97
Mungkin jika mereka masih hidup, mereka akan sangat bahagia.
Baginya kedua orang tuanya adalah seorang yang sangat luar biasa.
Ayahnya berdagang untuk menghidupi ke delapan anaknya. Selain
berdagang ayahnya juga menjadi guru agama. Tidak berbeda dengan sang
ayah, ibunya pun menjadi seorang guru ngaji. Kehidupan yang relijius
telah ia dapatkan sejak kecil. Ayah dan ibunya menciptakan suasana yang
95
Ibid. 96
Ibid. 97 Ibid.
agamis dalam lingkungan keluarganya dan juga dalam mendidik anak-
anaknya.
Ada sebuah nasihat dari kedua orang tuanya yang hingga saat ini
masih ia ingat, orang tuanya selalu berpesan untuk menghargai orang lain.
Kata-kata yang sangat ia ingat adalah “Mendapat kawan seratus orang
sehari, terlalu sedikit.“ Mendapat musuh satu orang sehari terlalu banyak.
Jadilah orang yang dicintai orang dengan cara mencintai orang lain“.
Itulah pesan dari kedua orang tuanya yang sangat mendalam bagi dirinya.
Dengan nasihat tersebut ia selalu berusaha menghargai orang lain agar
dicintai banyak orang sebagaimana nasehat kedua orang tuanya.98
d. Aktifitas dan Kiprah Dakwah
Sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia telah aktif
dalam organisasi, terutama yang bergerak dalam bidang keagamaan.
Ketika Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) ia aktif di Pandu ANSOR. Pada tahun 1962-1965 terpilih menjadi
Ketua Gerakan Pemuda Ansor Cabang Serang. Tahun 1965-1971 menjadi
Ketua SARBUMUSI (Syarikat Buruh Muslim Indonesia) di PT. Krakatau
Steel. Tahun 1985-1991 menjadi Ketua MDI (Majlis Da’wah Islamiyah) di
Kabupaten Tangerang. Masih pada tahun yang bersamaan tahun 1986-
1991 juga menjadi ketua IKSAN (Ikatan Santri) Kabupaten Tangerang.
Tahun 1998-2003 menjabat sebagai Rois Suriah NU Provinsi Banten. Pada
tahun 2003 hingga sekarang menjadi Mustasar NU Provinsi Banten. Dan
98 Ibid.
diangkat sebagai Ketua Umum MUI (Majlis Ulama Indonesia) pada tahun
2005 hingga saat ini.99
Berbagai organisasi yang ia ikuti telah memberikan pengalaman
yang luar biasa bagi dirinya. Namun ia tidak hanya mengikuti organisasi-
organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, aktifitas dakwahnya pun
telah dilakukan jauh sebelum ia menjabat sebagai Ketua Majlis Ulama
Indonesia (MUI) Kota Tangerang. Baginya dakwah adalah pengaplikasian
dari sifat Nabi yang bernama “Tabligh“ yang berarti menyampaikan,
mengajak, menyadarkan, dan mengamalkan.100
Orang tuanya tidak pernah
menyuruhnya untuk menjadi seorang pemuka agama. Ia memilih jalur
keagamaan karena terdorong oleh situasi dan kondisi umat. Ia melihat
tidak sedikit kegagalan dakwah yang terjadi dan semakin mundurnya
ketaatan beragama dikalangan umat Islam, sehingga membuatnya tergerak
untuk melakukan dakwah. Baginya dakwah adalah hal yang ia sukai
melebihi kesukaannya pada membaca dan memelihara tanaman.
Kegiatan dakwahnya dilakukan dengan mengajar dan memenuhi
undangan-undangan pada acara-acara tertentu sebagai pembicara
(muballigh). Sesekali ia juga diundang menjadi narasumber pada
penataran-penataran dan seminar-seminar. Bahkan yang paling ia sukai
adalah melakukan Study Banding terutama ke daerah-daerah kumuh untuk
membuat peta dakwah. Bisa dikatakan ia melakukan dakwah bil lisan
maupun bil hal. Dalam menyampaikan dakwahnya secara umum ia
menggunakan pendekatan psikologis. Ia berdakwah diberbagai kalangan
99
Ibid. 100 Ibid.
mulai dari grass root sampai Birokrat, karena visinya dalam berdakwah
adalah “Keselamatan dan Kemaslahatan Umat“. 101
Ketika diangkat menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kota Tangerang pada tanggal 18 Oktober 2005/ 14 Ramadhan 1426
H, ia merasa sangat terharu dan sedih. Ia terharu karena terpilih secara
Aklamasi, dan sedih karena merasa hanya memiliki kemampuan yang
sedikit. Tidak pernah terbayangkan olehnya dapat terpilih menjadi Ketua
Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang. Sedikit pun ia
tidak memiliki ambisi untuk menjabat sebagai Ketua Umum Majelis
Ulama Indonesia (MUI). Bahkan ketika namanya dipilih menjadi salah
satu calon Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang
ia telah menyatakan tidak bersedia. Namun atas desakan para sesepuh dan
para Ulama Sepuh, akhirnya ia menerima jabatan tersebut. Ia berharap
dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi umat.102
101
Ibid. 102 Ibid.
BAB IV
TEMUAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Responden
Dalam penelitian yang berjudul Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-
Tarbiyah terhadap Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi ini, peneliti
menggunakan data primer dengan cara menyebarkan kuesioner. Kuesioner
peneliti sebar kepada 30 orang responden. Responden tersebut adalah jamaah
majlis ta’lim At-Tarbiyah. Untuk mengetahui deskripsi responden, peneliti
mengelompokkan responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan dan
pendidikan terakhir. Berikut adalah deskripsi responden berdasarkan hasil
penelitian:
Tabel 1
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
n = 30
No. Jenis Kelamin f %
1. Pria 16 53
2. Wanita 14 47
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
jumlah responden adalah pria. Hasil penelitian menggambarkan bahwa
responden pria berjumlah 16 orang (53%), sedangkan responden wanita
berjumlah 14 orang (47%). Hal ini berarti jumlah responden pria lebih besar
6% dibandingkan responden wanita. Hasil ini menjelaskan pula bahwa jamaah
Majlis Ta’lim At-Tarbiyah sebagian besar adalah pria.
Dari 30 orang responden tentunya memiliki tingkat usia yang berbeda-
beda. Dan dari hasil penelitian, penulis menemukan perbedaan dalam hal usia
pada 30 orang responden tersebut. Berikut penulis uraikan data responden
berdasarkan usia dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2
Responden berdasarkan usia
n = 30
No. Usia Responden f %
1. 25-34 tahun 3 10
2. 35-44 tahun 4 13
3. 45-54 tahun 14 47
4. 55-64 tahun 9 30
Jumlah 30 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
adalah berusia antara 45-54 tahun dengan persentase sebesar 47%. Hasil
tersebut menggambarkan bahwa jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah mayoriras
berusia antara 45-54 tahun. Sedangkan usia antara 25-34 tahun adalah usia
terendah yang ditemui dengan persentase yang rendah pula yakni sebesar
10%. Selain itu terdapat pula responden yang berusia antara 55-64 tahun
dengan persentase sebesar 30%, dan responden berusia antara 35-44 tahun
dengan jumlah persentase sebesar 13%. Hasil tersebut menggambarkan bahwa
jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah didominasi oleh orang-orang yang telah
lama berkecimpung dalam dunia pendidikan dan juga para PNS (Pegawai
Negeri Sipil) senior.
Dalam kategori pekerjaan, penulis mengambil responden hanya yang
bekerja sebagai: Pegawai Dinas, Kepala Cabang Dinas, Kepala Sekolah SMP,
SMA, dan SMK, Pengawas, Penilik, dan Pengurus PGRI. Sesuai data tersebut
maka responden berdasarkan pekerjaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Responden Berdasarkan Pekerjaan
n = 30
No. Pekerjaan Responden F %
1. Pegawai Dinas 14 47
2. Kepala Cabang Dinas 1 3
3. Kepala sekolah SMP, SMA, dan SMA 10 33
4. Pengawas, Penilik, dan Pengurus PGRI 5 17
Jumlah 30 100
Sesuai dengan tabel di atas, maka responden terbanyak adalah Pegawai
Dinas P&K dengan jumlah porsentase sebesar 47%. Sedangkan yang lainnya
secara berturut turut berjumlah 17% untuk Pengawas, Penilik, Dan Pengurus
PGRI, 33 % untuk Kepala Sekolah SMP, SMA, dan SMK, dan 6 % untuk
Kepala Cabang Dinas P&K.
Selanjutnya dari hasil penelitian ditemukan bahwa responden memiliki
tingkat pendidikan yang berbeda-beda pula. Pendidikan terakhir responden
sangat beragam. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
Pendidikan Terakhir Responden
n = 30
No. Pendidikan Terakhir Responden f %
1. SMA 4 13
2. D1 1 3
3. D2 5 17
4. S1 18 60
5. S2 2 7
Jumlah 30 100
Dilihat dari tabel di atas, ternyata masih ditemui responden dengan
pendidikan terakhir terendah yakni hanya pada tingkat SMA. Pendidikan
terakhir responden pada tingkat SMA memiliki persentase sebesar 13%.
Sedangkan persentase terkecil adalah responden pada tingkat pendidikan D1
dengan jumlah sebesar 3%. Dan yang paling banyak ditemui adalah responden
dengan pendidikan terakhir S1 yang berjumlah 60%. Pendidikan terakhir
responden lainnya adalah D2 dengan jumlah 17%, dan S2 berjumlah 7%.
Hasil tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar jamaah adalah orang-
orang yang berpendidikan. Beberapa responden yang memiliki tingkat
pendidikan terakhir di bawah S1, sebagian besar mereka adalah orang-orang
lama yang lebih senior dibandingkan jamaah lainnya. Dengan usia yang
terbilang cukup senior pula, maka dapat dimaklumi bahwa sebagian mereka
merasa tidak perlu untuk meneruskan pandidikannya lagi hingga tingkat S1.
Demikianlah deskripsi responden yang penulis temui dari hasil
penelitian yang telah penulis lakukan dengan penyebaran kuesioner pada 30
orang responden.
B. Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi
Da’i adalah subjek dalam kegiatan dakwah. Da’i memiliki peranan
yang dominan dalam menentukan keberhasilan dakwah. Maka seorang da’i
harus benar-benar memiliki kemampuan yang baik dalam bidang dakwah
Islam. Kemampuan seorang da’i dapat dilihat dari ilmu yang dimilikinya dan
metode yang digunakannya dalam berdakwah.
Metode dakwah adalah salah satu komponen utama dakwah yang
pentig untuk diketahui seorang da’i. Da’i yang baik akan mampu memilih
metode yang menurutnya baik dan sesuai dengan kemampuannya dan sasaran
mad’unya.
Di dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 dijelaskan beberapa
metode dakwah yang dapat digunakan seorang da’i dalam menyampaikan
dakwahnya. Metode-metode tersebut adalah bi al hikmah, mauidzah al
hasanah, dan mujadalah.
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam menyampaikan dakwahnya selalu
berusaha menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Selain itu penyampaian
dakwahnya dilakukan melalui pendekatan psikologis mad’unya.103
Dalam
berdakwah sebelumnya ia harus mengetahui kondisi mad’u sasarannya, baik
dari segi pendidikan, ekonomi, usia maupun sosial budayanya. Ini berarti
103
Hasil wawancara dengan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi pada tanggal 12
Desember 2008.
bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi memilih metode bi al hikmah dalam
menyampaikan dakwahnya.
Metode dakwah bi al hikmah ini sesuai digunakan terutama bagi
mad’u yang memiliki intelektualitas tinggi. Selain itu, al-hikmah juga bisa
diartikan kemampuan da’i untuk memilih cara yang tepat dan efektif dalam
dakwah sesuai dengan kondisi objektif mad’u.
Jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah adalah orang-orang yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan dan sebagian besar mereka tentunya
adalah orang-orang yang berpendidikan. Maka metode dakwah bi al hikmah
ini semestinya sesuai dengan kondisi jamaah di majlis ta’lim At-Tarbiyah.
Oleh karena itu, bagaimana cara Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
menyampaikan metode dakwah bi al hikmahnya kepada jamaah majlis ta’lim
At-Tarbiyah akan dibahas pada tabel-tabel di bawah ini:
Tabel 5
Jamaah Menyukai Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
karena Disampaikan dengan Komunikatif
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 12 40
2. Setuju 17 57
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan
jumlah 57% setuju bahwa mereka menyukai dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi karena disampaikan dengan komunikatif. Bahkan 40% responden
sangat setuju dengan hal tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi sangat
komunikatif dalam berdakwah, sehingga hampir jamaah merasa dakwah yang
diberikan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menarik dan tidak monoton. Dan
hanya satu orang jamaah yang merasa kurang setuju bahwa Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi menyampaikan dakwahnya dengan komunikatif.
Untuk membuat dakwah lebih menarik, seorang da’i harus memiliki
selera humor. Karena adanya humor tersebut mad’u tidak merasa jenuh
dengan dakwah yang diberikan da’i. Rutinitas pekerjaan terkadang membuat
orang merasa bosan, sehingga membutuhkan penyegaran. Dengan dakwah
yang sedikit santai dan dibumbui humor, akan membuat mad’u mudah
menerima pesan dakwah.
Berikut akan penulis uraikan tabel apakah humor yang dilontarkan
oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi disukai oleh jamaah atau tidak:
Tabel 6
Jamaah Menyukai Humor yang Dilontarkan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
dalam Setiap Dakwahnya karena Mampu Menyegarkan Suasana
dan Menghilangkan Kejenuhan
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 10 33
2. Setuju 18 60
3. Kurang Setuju 2 7
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dari tabel di atas dapat diketahui sejumlah 60% responden
menyatakan setuju bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dibumbui
dengan humor yang mampu menyegarkan suasana dan menghilangkan
kejenuhan. Dan yang menyatakan sangat setuju sebesar 33% responden.
Namun, adapula 7% responden yang menyatakan kurang setuju dengan hal
tersebut.
Hasil di atas menunjukan bahwa jamaah banyak yang setuju bahwa
dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga dibumbui humor. Mereka merasa
humor yang diberikan mampu menyegarkan suasana. Sedangkan bagi mereka
yang menyatakan kurang setuju bisa dikarenakan mereka merasa humor
tersebut kurang mampu menyegarkan suasana. Karena masih banyak pula
ditemukan masukan-masukan jamaah agar K.H. Edi Junaedi Nawawi
menambah humor dalam dakwahnya.
Tabel 7
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Disampaikan dengan Retorika yang
Bagus dan Disukai oleh Jamaah
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 11 37
2. Setuju 18 60
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel 20 ini menunjukkan bahwa responden berjumlah 60% setuju
bahwa mereka menyukai retorika dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
bahkan 37% responden sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Hanya 3%
responden yang menyatakan kurang setuju akan hal tersebut.
Hasil di atas menggambarkan bahwa retorika dakwah yang dimiliki
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi disukai sebagian besar jamaahnya. Retorika
adalah seni bahasa dalam berpidato yang harus dimiliki oleh seorang da’i.
Retorika yang baik akan sangat berpengaruh pada perhatian jamaah dalam
menerima dakwah.
Dalam tabel berikutnya penulis akan menguraikan bagaimana
tanggapan responden tentang bahasa yang digunakan oleh Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi. Apakah bahasa yang digunakan olehnya mampu dipahami oleh
responden atau tidak. Berikut ini tabelnya.
Tabel 8
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Disampaikan dengan Bahasa yang
Mudah Dipahami oleh Jamaah
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 22 73
3. Kurang Setuju 0 0
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Menurut tabel di atas, tidak ada satu pun responden yang merasa
kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju dengan pernyataan
bahwa bahasa yang digunakan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam
dakwahnya mampu mereka pahami. Bahkan sebanyak 27% responden
merasa sangat setuju bahwa mereka dapat memahami bahasa yang digunakan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam dakwahnya. Dan sebagian besar
responden dengan persentasi 73% setuju dengan hal tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam dakwahnya mampu dipahami oleh para
jamaah. Bahasa yang mudah dipahami merupakan faktor utama bagi mad’u
untuk mmemahami materi dakwah yang disampaikan oleh seorang da’i. Maka
bahasa yang digunakan da’i dalam berdakwah harus disesuaikan pada mad’u
yang akan menjadi sasarannya.
Tabel 9
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang Disampaikan Tanpa Ada Unsur
Paksaan Disukai oleh Jamaah
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 22 73
3. Kurang Setuju 0 0
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dari Tabel di atas dapat diketahui hampir sebagian besar responden
setuju bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidak ada unsur paksaan.
Responden yang menyatakan setuju berjumlah 73%, sedangkan yang
menyatakan sangat setuju berjumlah 27%.
Hasil di atas menyatakan bahwa tidak ada satu pun jamaah yang
merasa ada unsur paksaan dalam dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
Dakwah yang baik adalah dakwah yang disampaikan secara bijaksana tanpa
ada paksaan maupun kekerasan.
Selanjutnya penulis akan menjelaskan materi apa saja yang
disampaikan K.H. Edi Junaedi Nawawi dalam dakwahnya untuk menambah
pengetahuan para jamaah, berikut ini tabelnya:
Tabel 10
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Materi Ibadah dalam
Dakwahnya
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 11 37
2. Setuju 18 60
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel tersebut menunjukkan sebanyak 37% responden sangat setuju
bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu menambah pengetahuan
ibadahnya. Sedangkan 60% responden memilih jawaban setuju terhadap hal
tersebut. Sisanya sebesar 3% responden merasa kurang setuju.
Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas jamaah merasa setuju
pengetahuan ibadahnya dapat bertambah setelah mendengar dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Sedangkan jamaah yang kurang setuju dengan
pernyataan tersebut, kemungkinan mereka tidak memahami, atau tidak
memperhatikan dakwah yang disampaikan.
Tabel 11
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menyampaikan Materi Akhlak dalam
Dakwahnya
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 21 70
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dengan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa setuju Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan materi akhlak
dalam dakwahnya sebanyak 70%. Sedangkan responden yang sangat setuju
dengan hal tersebut hanya 27%. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui
bahwa ada 3% responden yang kurang setuju bahwa Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi menyampaikan materi akhlak dalam dakwahnya.
Hasil di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh jamaah menyatakan
bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan materi akhlak dalam
dakwahnya. Hal ini berarti sebagian besar jamaah mengakui bahwa Kyai H.
Edi Junaedi Nawawi menyampaikan mateeri akhlak dalam dakwahnya. Untuk
jamaah yang merasa kurang setuju dengan pernyataan tersebut, mungkin
karena ia merasa kurang paham dengan penyampaian Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi.
Materi tentang akhlak adalah penting. Seorang muslim harus
memahami pengertian akhlak yang terbagi atas akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah. Dengan memahaminya diharapkan para jamaah dapat
melaksanakan akhlak mahmudah dan meninggalkan akhlak madzmumah
dalam kehidupan sehari-harinya.
Tabel 12
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menjelaskan Materi Hadits dengan Baik
sehingga Jamaah Mudah Memahaminya
n = 30
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 6 20
2. Setuju 23 77
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa hadits yang disampaikan oleh
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam dakwahnya disampaikan dengan baik
sehingga sebanyak 23 responden (77%) merasa setuju dengan hal tersebut dan
mereka merasa mudah memahami hadits yang disampaikan. Bahkan enam
responden dengan persentasi 20% sangat setuju dengan hal tersebut. Adapun
responden yang kurang setuju berjumlah satu orang (3%).
Hasil tersebut menggambarkan bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
menyampaikan hadits dengan baik dalam setiap dakwahnya, sehingga
sebagian besar jamaah mampu memahami hadits tersebut. Meskipun demikian
ada pula jamaah yang kurang setuju dengan hal tersebut, maka hendaknya hal
ini menjadi perhatian Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
Tabel 13
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menambah Pemahaman
Jamaah tentang Hukum-Hukum (Syariat) Islam
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 20 67
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 3
Jumlah 30 100
Hasil di atas menunjukkan sebanyak 27% responden sangat setuju
bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat menambah pengetahuan
mereka tentang hukum-hukum (syariat) Islam. Hal tersebut juga disetujui oleh
para responden dengan persentase sebesar 67%. Sedangkan responden yang
merasa kurang setuju sebanyak 3%. Dan ternyata adapula satu orang
responden (3%) merasa sangat tidak setuju dengan hal tersebut.
Hasil di atas menunjukkan bahwa ada jamaah yang merasa sangat
tidak setuju bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat menambah
pengetahuannya tentang hukum-hukum (syariat) Islam. Selain itu ada pula
yang merasa kurang setuju dengan hal tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa
bagi mereka dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi kurang dan tidak membuat
pemahaman mereka terhadap hukum-hukum (syariat) Islam bertambah.
Kemungkinan pengetahuan tentang hukum-hukum (syariat) Islam yang
disampaikan oleh Kyai H.Edi Junaedi Nawawi telah mereka ketahui
sebelumnya. Namun demikian mayoritas jamaah merasa setuju bahkan ada
yang sangat setuju bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi justru
menambah pemahaman mereka tentang hukum-hukum (syariat) Islam.
Tabel 14
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Melengkapi Dakwahnya dengan Ayat-Ayat
Suci Al-Qur’an yang Dijelaskan dengan Baik sehingga Menambah
Pemahaman Para Jamaah
n = 30
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 20 67
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 1 3
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menunjukkan 20 reponden (67%) menyatakan setuju
dengan pernyataan bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga melengkapi
dakwahnya dengan ayat-ayat suci al-Qur’an yang dijelaskan dengan baik
sehingga menambah pemahamannya tentang materi dakwah yang
disampaikan. Bahkan 27% responden sangat setuju dengan pernyataan
tersebut. Namun demikian ada pula responden yang menyatakan kurang setuju
sebesar 3%, dan juga tidak setuju dengan persentasi yang sama yaitu sebesar
3%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak semua jamaah merasa
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi telah melengkapi dakwahnya dengan ayat-ayat
suci al-Qur’an yang dijelaskan dengan baik sehingga menambah pemahaman
para jamaah. Karena ternyata ada beberapa jamaah yang merasa kurang dan
tidak mendapatkan hal itu. Namun demikian mayoritas jamaah merasa setuju
bahkan sangat setuju bahwa mereka merasa dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi telah dilengkapi dengan ayat-ayat suci al-Qur’an yang dijelaskan
dengan baik sehingga menambah pemahaman mereka tentang materi dakwah
yang disampaikan.
Seorang da’i tidak hanya harus mampu menjelaskan materi tentang
hablumminallah, tetapi juga ia harus mampu menjelaskan tata cara yang baik
dalam menjalin hubungan terhadap sesama (hablumminannas). Dengan
demikian akan terjadi keseimbangan dalam kehidupan.
Berikut akan penulis uraikan tabel apakah dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi menambah pengetahuan jamaah tentang tata cara yang baik dalam
menjalin hubungan terhadap sesama (hablumminannas) atau tidak:
Tabel 15
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menambah Pengetahuan Jamaah
tentang Tata Cara yang Baik dalam Menjalin Hubungan terhadap Sesama
(Hablumminannas)
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 20 67
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 1 3
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menunjukkan sebanyak 20 responden (67%) menyatakan
setuju bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menambah pengetahuan
mereka tentang tata cara yang baik dalam menjalin hubungan terhadap sesama
(hablumminannas). Dan delapan responden (27%) menyatakan sangat setuju
dengan hal tersebut. Namun demikian adapula responden yang menyatakan
kurang setuju dan tidak setuju dengan hal tersebut, dengan persentase masing-
masing 3%.
Dengan melihat tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa ada sebagian
kecil jamaah yang merasa kurang setuju dan tidak setuju bahwa dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menambah pengetahuan mereka tentang tata
cara yang baik dalam menjalin hubungan terhadap sesama (hablumminannas).
Namun mayoritas jamaah justru menyatakan setuju bahkan ada yang merasa
sangat setuju bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menambah
pengetahuan mereka tentang tata cara yang baik dalam menjalin hubungan
terhadap sesama (hablumminannas).
Tabel 16
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga Menyampaikan tentang
Fadilah (keutamaan) Sedekah dalam Dakwahnya
n = 30
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 19 63
3. Kurang Setuju 3 10
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ada 10% responden yang
kurang setuju sehingga merasa bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidak
memberikan materi tentang fadilah (keutamaan) sedekah dalam dakwahnya.
Namun demikian sebagian besar responden dengan jumlah persentase 63%
menyatakan setuju bahwa Kyai H.Edi Junaedi Nawawi memberikan materi
tentang fadilah (keutamaan) sedekah. Bahkan 27% responden sangat setuju
dengan hal tersebut.
Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jamaah
setuju bahwa Kyai H.Edi Junaedi Nawawi memberikan materi tentang fadilah
(keutamaan) sedekah dalam dakwahnya. Materi sedekah penting untuk
diberikan agar menumbuhkan sifat ikhlas dan kepedulian sosial.
Tabel 17
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Memberi Pengetahuan tentang
Sejarah Perjuangan dan Perkembangan Islam kepada Jamaah
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 9 30
2. Setuju 18 60
3. Kurang Setuju 2 7
4. Tidak Setuju 1 3
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa 60% responden setuju
bahwa mereka memperoleh pengetahuan tentang sejarah perjuangan dan
perkembangan Islam dari dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Dan ada pula
responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 30%. Meskipun demikian
ada pula jamaah yang merasa kurang setuju dan tidak setuju dengan hal
tersebut dengan persentasi masing-masing sebesar 7% dan 3%.
Dari hasil di atas, penulis menyimpulkan bahwa meskipun sebagian
besar jamaah merasa setuju dan ada pula yang menyatakan sangat setuju
bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat membuat mereka
memperoleh pengetahuan tentang sejarah perjuangan dan perkembangan
Islam. Ternyata ada pula jamaah yang justru merasa kurang setuju bahkan
tidak setuju dengan pendapat tersebut. Mereka tidak merasa bahwa dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat membuat mereka memperoleh
pengetahuan tentang sejarah perjuangan dan perkembangan Islam.
Dari uraian beberapa tabel di atas dapat diketahui bahwa dakwah Kyai
H. Edi Junaedi Nawawi disampaikan dengan komunikatif, dibumbui humor,
menggunakan retorika yang bagus dan bahasa yang mudah dipahami serta
tanpa paksaan. Sedangkan materi-materi dakwah yang disampaikan oleh Kyai
H. Edi Junaedi Nawawi meliputi materi ibadah, akhlak, hadits, syariat
(hukum-hukum) Islam, tafsir al-Qur’an, cara berhubungan terhadap sesama
(hablumminannas), fadilah sedekah, juga sejarah perjuangan dan
perkembangan Islam.
C. Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah
K.H. Edi Junaedi Nawawi
Dalam penyebaran kuesioner, penulis membuat 24 pertanyaan dalam
bentuk pernyataan bagi para responden. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
terbagi dalam tiga bagian, yaitu: 5 pertanyaan mengenai respon kognitif
responden, 12 pertanyaan mengenai respon afektif responden, dan tujuh
pertanyaan mengenai respon konatif responden.
Dari hasil penyebaran kuesioner tersebut, maka penulis dapat
mengetahui Respon kognitif, afektif, dan konatif jamaah majlis ta’lim
At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Berikut
Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang ditemui dari hasil penelitian.
1. Respon Kognitif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah
K.H. Edi Junaedi Nawawi
Untuk mengetahui bagaimana respon kognitif jamaah majlis ta’lim
At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi, penulis
membuat 16 pertanyaan yang dapat menggambarkan respon kognitif yang
terjadi pada jamaah. Uraian respon kognitif jamaah penulis jelaskan pada
tabel-tabel di bawah ini.
Untuk tabel respon kognitif pertama, akan duraikan bagaimana
pendapat responden tentang metode dakwah yang digunakan Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi. Apakah metode yang digunakan Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi dapat membuat jamaah mengerti pesan dakwah yang disampaikan
atau tidak. Berikut ini uraiannya:
Tabel 18
Metode Dakwah yang Digunakan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah Mampu Memahami Pesan
Dakwah yang Disampaikan
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 7 23
2. Setuju 23 77
3. Kurang Setuju 0 0
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden sebesar 23% sangat
setuju dengan pernyataan tentang metode dakwah yang digunakan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat membuat mereka mampu memahami
pesan dakwah yang disampaikan. Dan 77% responden setuju pula dengan
pendapat tersebut. Sedangkan tidak ada sama sekali responden yang merasa
kurang setuju, tidak setuju, apalagi yang sangat tidak setuju.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi mampu membuat jamaah memahami pesan dakwah yang
disampaikannya dengan metode dakwah bil hikmah yang digunakannya. Hal
ini berarti seluruh jamaah mampu menerima metode dakwah yang
digunakannya.
Tabel 19
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Memberi Kesempatan Bertanya kepada
Jamaah agar Jamaah Lebih Faham dan Mengerti
n = 30
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 7 23
2. Setuju 21 70
3. Kurang Setuju 2 7
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dari tabel di atas dapat diketahui sebanyak 70% responden setuju
bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi memberi kesempatan bagi jamaah untuk
bertanya agar jamaah lebih faham dan mengerti materi yang disampaikan.
Sedangkan responden yang menyatakan sangat setuju dengan hal tersebut
sebanyak 23%. Dan ternyata ada pula responden yang kurang setuju dengan
pendapat tersebut, mereka berjumlah dua orang (7%).
Maka dapat disimpulkan, sebagian besar jamaah menyetujui bahwa
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi memberikan kesempatan bertanya kepada
mereka sehingga mereka lebih faham dan mengerti. Dan hal tersebut didukung
oleh jamaah yang memilih jawaban sangat setuju dengan jumlah 23%.
Sedangkan jamaah yang merasa kurang setuju dengan hal tersebut hanyalah
berjumlah 7%.
Tabel selanjutnya adalah tabel yang menjelaskan apakah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga membahas persoalan-persoalan terkini
dalam dakwahnya dan menjelaskan dari sudut pandang agama sehingga
pengetahuan jamaah semakin bertambah atau tidak. Berikut tabelnya:
Tabel 20
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga Membahas Persoalan-Persoalan Terkini
dalam Dakwahnya dan Menjelaskan dari Sudut Pandang Agama
sehingga Pengetahuan Jamaah Semakin Bertambah
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 7 23
2. Setuju 23 77
3. Kurang Setuju 0 0
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menunjukkan sebanyak 23% responden sangat setuju
bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam dakwahnya juga membahas
persoalan-persoalan terkini yang kemudian dijelaskan dari sudut pandang
agama. Dan sebagian besar responden yang berjumlah 77% semua setuju
dengan hal tersebut.
Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu pun
jamaah yang merasa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidak
membahas persoalan-persolan terkini, justru mereka menyatakan setuju
bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam dakwahnya juga membahas
persoalan-persoalan terkini yang kemudian dijelaskan dari sudut pandang
agama. Dan jamaah sangat senang dengan hal tersebut karena dapat
menambah penetahuan agama para jamaah.
Tabel 21
Jamaah Semakin Faham dengan Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
karena Beliau Memberikan Bahan Ringkasan Materi dalam Dakwahnya
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 5 17
2. Setuju 24 80
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 80%
responden menyatakan setuju bahwa pemahaman mereka bertambah dengan
bahan ringkasan materi yang diberikan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam
dakwahnya. Bahkan yang menyatakan sangat setuju berjumlah 17%. Dan
untuk responden yang memilih jawaban kurang setuju hanya 3%.
Dengan melihat hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan
ringkasan materi sangat membantu para jamaah untuk tambah memahami
materi dakwah yang disampaikan. Maka atas dasar itu para jamaah sebagian
besar setuju dengan adanya bahan ringkasan materi tersebut. Adapun jamaah
yang menyatakan kurang setuju hanyalah sebagian kecil saja. Mungkin karena
mereka merasa tanpa adanya bahan ringkasan materi mereka sudah mampu
memahami dakwah yang disampaikan atau juga bisa dikarenakan mereka
malas membaca bahan ringkasan tersebut, sehingga bahan ringkasan tersebut
tidak berpengaruh banyak bagi mereka.
Tabel 22
Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Tidak Perlu Diubah
karena Jamaah Mudah Memahami Dakwah yang Disampaikan
dengan Metode tersebut
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 5 17
2. Setuju 21 70
3. Kurang Setuju 4 13
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dari tabel 18, kita dapat mengetahui bahwa responden yang setuju agar
metode dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidak perlu diubah berjumlah 21
orang (70%). Dan sejumlah 17% responden sangat setuju dengan hal tersebut.
Namun ada pula responden yang kurang setuju dengan pendapat tersebut,
mereka berjumlah 13%.
Jika dilihat dari hasil tersebut, metode dakwah yang digunakan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menurut sebagian besar jamaah tidak perlu
mengalami perubahan. Hal ini berarti mereka telah merasa cocok dan senang
dengan metode dakwah yang digunakan sehingga dengan metode tersebut
mereka mampu memahami dakwah yang disampaikan. Metode dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi cenderung menggunakan metode dakwah
bi al hikmah. Prinsip-prinsip metode dakwah bi al-hikmah ini ditujukan
terhadap mad’u yang kapasitas intelektual pemikirannya terkategorikan
khawas, cendekiawan, atau ilmuan.104
Maka dapat disimpulkan bahwa jamaah
yang merasa perlu adanya perubahan dalam metode dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi kemungkinan berkaitan dengan pendidikan terakhir yang
mereka miliki.
2. Respon Afektif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah
K.H. Edi Junaedi Nawawi
Selain ingin mengetahui respon kognitif jamaah majlis ta’lim
At-Tarbiyah, penulis juga ingin mengetahui seberapa besar respon
afektif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah terhadap metode dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
Berikut ini akan dijelaskan melalui tabel bagaimanakah respon afektif
jamaah majlis ta’lim AT-Tarbiyah terhadap metode dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi:
Tabel 23
Keramahan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Sangat Disukai Jamaah
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 9 30
2. Setuju 19 63
3. Kurang Setuju 2 7
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel tersebut mendeskripsikan 63% responden menyukai keramahan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Dan yang menyatakan sangat setuju dengan
104
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan
Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h. 164.
keramahan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi adalah 30% responden. Untuk yang
menyatakan kurang setuju hanyalah 7% responden.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jamaah menyukai
keramahan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Keramahan bagi seorang da’i adalah
hal yang penting agar jamaah tidak merasa jauh dari da’i tersebut.
Tabel 24
Jamaah Menyukai Kedisiplinan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
yang Datang dan Selesai Mengajar Tepat Waktu
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 11 37
2. Setuju 19 63
3. Kurang Setuju 0 0
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menunjukkan sebanyak 63% responden menyatakan
setuju Kyai H. Edi Junaedi Nawawi datang dan selesai mengajar tepat pada
waktunya. Sedangkan responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 37%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi selalu datang dan selesai mengajar tepat pada waktunya, dan hal
tersebut sangat disukai oleh jamaah. Sehingga jamaah mengenal sosok
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi adalah orang yang disiplin.
Tabel 25
Jamaah Menyukai Sikap Terbuka Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
dalam Menerima Saran dan Masukan dari Jamaah
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 9 30
2. Setuju 19 63
3. Kurang Setuju 2 7
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel tersebut menunjukkan bahwa responden sebanyak sembilan
belas orang (63%) menyatakan setuju Kyai H. Edi Junaedi Nawawi terbuka
dalam menerima saran dan masukan dari jamaah. Selain itu ada pula
responden yang menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan tersebut,
mereka berjumlah sembilan orang (30%). Adapun mereka yang menyatakan
kurang setuju dua responden (7%).
Penulis menyimpulkan berdasarkan hasil di atas, Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi mampu bersikap terbuka dan menerima setiap saran dan masukan
dari jamaah. Dan sebagian besar jamaah senang dengan sikap terbuka yang
dimiliki oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
Tabel 26
Jamaah Senang dengan Sikap Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
yang Tampil Berwibawa
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 7 23
2. Setuju 21 70
3. Kurang Setuju 2 7
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Pada tabel 27 di atas dapat diketahui responden yang menyatakan
setuju Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tampil berwibawa sebanyak 70%
responden. Bahkan 23% responden menyatakan sangat setuju dengan hal
tersebut. Adapun responden yang menyatakan kurang setuju sebesar 7%.
Kesimpulan dari hasil di atas adalah sebagian besar jamaah setuju dan
merasa senang dengan kewibawaan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
Selain harus memiliki sikap berwibawa, kesederhanaan seorang da’i
juga menjadi perhatian bagi jamaah.
Untuk itu berikut akan diuraikan tabel mengenai apakah
kesederhanaan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi membuat jamaah bertambah
simpati pada sosok beliau atau tidak:
Tabel 27
Kesederhanaan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah
Bertambah Simpati pada Sosok Beliau
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 13 43
2. Setuju 15 50
3. Kurang Setuju 2 7
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Pada tabel di atas jelas terlihat bahwa 50% responden menyatakan setuju
bahwa mereka menaruh simpati pada kesederhanaan Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi. Bahkan 43% responden menyatakan sangat setuju dengan hal tersebut.
Hanya 7% yang menyatakan kurang setuju.
Dalam setiap penampilannya Kyai H. Edi Junaedi Nawawi selalu
berpenampilan sederhana. Penampilannya yang sederhana mampu membuat
simpati jamaahnya, dan hal tersebut terbukti dari hasil tabel di atas.
Dakwah dikatakan berhasil ketika seorang da’i mampu mempengaruhi
mad’unya untuk mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik. Namun hal
tersebut tentunya dilakukan atas kesadaran mereka sendiri. Perubahan perilaku
biasanya diawali dengan kemauan dan niat yang kuat.
Tabel berikutnya akan menjelaskan mengenai bagaimana
jamaah tergugah untuk memperbaiki diri setelah mendengar dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Berikut ini tabelnya:
Tabel 28
Jamaah Merasa Tergugah untuk Memperbaiki Diri
setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 21 70
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Pada tabel 29 dapat kita ketahui sebanyak 70 % responden memilih
jawaban setuju bahwa mereka merasa tergugah untuk memperbaiki diri setelah
mendengar dakwah yang disampaikan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
Bahkan 27% responden memilih jawaban sangat setuju terhadap pernyataan
tersebut. Namun demikian, adapula responden yang memilih jawaban kurang
setuju sebesar 3%.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan hanya sedikit jamaah yang
merasa kurang setuju bahwa Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat
menggugahnya untuk memperbaiki dirinya. Sedangkan jamaah yang merasa
setuju dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu menggugahnya untuk
memperbaiki diri lebih banyak.
Selanjutnya akan dijelaskan apakah jamaah semakin termotivasi untuk
meningkatkan ibadah setelah mendengar dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi atau tidak. Berikut uraiannya:
Tabel 29
Jamaah Semakin Termotivasi untuk Meningkatkan Ibadah
setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 9 30
2. Setuju 20 67
3. Kurang Setuju 0 0
4. Tidak Setuju 1 3
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dengan melihat tabel di atas, dapat diketahui hanya 3% responden
yang menyatakan tidak setuju bahwa dirinya termotivasi untuk meningkatkan
ibadah setelah mendengar dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Justru
sebagian besar responden merasa termotivasi untuk meningkatkan ibadahnya
setelah mendengar dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Mereka yang
menyatakan setuju berjumlah 67% dan yang menyatakan sangat setuju sebesar
30%.
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi patut bersyukur bahwa dakwahnya
mampu memotivasi jamaah dalam meningkatkan ibadahnya. Hal tersebut
perlu dipertahankan. Karena dakwah dapat dikatakan berhasil jika
berpengaruh pada mad’u.
Tabel berikut akan menjelaskan apakah jamaah merasa semakin ingin
mendekatkan diri kepada Allah setelah mendengar dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi atau tidak.
Tabel 30
Jamaah Merasa Semakin Ingin Mendekatkan Diri kepada Allah
setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 12 40
2. Setuju 17 57
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 57% responden merasa
setuju, dan 40% merasa sangat setuju dengan dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi yang membuat mereka semakin ingin mendekatkan diri kepada
Allah. Sedangkan responden yang merasa kurang setuju berjumlah 3% .
Dengan demikian sebagian besar jamaah merasa semakin
ingin mendekatkan diri kepada Allah setelah mendengar dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Adapun jamaah yang menyatakan kurang setuju
mungkin karena mereka kurang memperhatikan dakwah yang disampaikan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
Dalam berdakwah seorang da’i juga harus menumbuhkan rasa
kepedulian dan kepekaan sosial terutama terhadap orang-orang yang kurang
mampu (dhuafa). Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin mengajarkan
umatnya untuk selalu peduli dan mencintai sesamanya.
Oleh karena itu, di bawah ini akan dijelaskan bagaimana responden
menganggap bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu menggugah
jamaah untuk lebih peka kepada kaum dhuafa. Berikut uraiannya:
Tabel 31
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Menggugah Jamaah
untuk Lebih Peka kepada Kaum Dhuafa
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 3 10
2. Setuju 25 83
3. Kurang Setuju 2 7
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 83% responden
memilih jawaban setuju terhadap pernyataan dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi dapat menggugahnya untuk lebih kepada kaum dhuafa. Untuk
responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 10%. Adapun yang
memilih jawaban kurang setuju berjumlah 7%.
Maka dapat disimpulkan bahwa dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
telah mampu menggugah para jamaah untuk lebih peka kepada kaum dhuafa.
Tabel berikutnya akan menjelaskan apakah dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi mampu membuat responden lebih bersyukur atau tidak.
Karena salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang muslim adalah rasa
syukur. Sebab muslim yang baik adalah muslim yang mampu mensyukuri
segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya.
Tabel 32
Jamaah Merasa Dapat Menjadi Orang yang Lebih Bersyukur
setelah Mendengar Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 21 70
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menunjukkan adanya 3% responden yang menyatakan
kurang setuju bahwa dirinya dapat menjadi orang yang lebih bersyukur setelah
mendegar dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Untuk responden yang
menyatakan sagat setuju dan setuju terhadap pernyataan tersebut masing-
masing berjumlah 27% dan 70%.
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa dakwah yang disampaikan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi telah mampu membuat sebagian besar jamaah
menjadi orang yang lebih bersyukur. Dengan sifat syukur akan membuat
seseorang mampu menerima dengan ikhlas apa yang diberikan Allah
kepadanya. Dan ia pun tidak akan menjadi orang yang mudah mengeluh.
Selanjutnya akan dijelaskan apakah dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi mampu membuat jamaah mengubah dan menjauhi pola hidup yang
berlebihan atau tidak. Berikut uraiannya:
Tabel 33
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Mampu Membuat Jamaah
Mengubah dan Menjauhi Pola Hidup yang Berlebihan
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 8 27
2. Setuju 21 70
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 34 dapat diketahui bahwa 70% responden setuju
dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu membuatnya mengubah dan
menjauhi pola hidup yang berlebihan. Untuk responden yang menyatakan
sangat setuju berjumlah 27%. Sedangkan yang menyatakan kurang setuju
hanyalah 3% responden.
Kesimpulan dari hasil di atas adalah dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi mampu membuat para jamaahnya mengubah dan menjauhi pola
hidup yang berlebihan. Hal ini juga didukung oleh kesederhanaan yang
diperlihatkan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Sehingga dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga
keteladan.
Tabel 34
Jamaah Selalu Antusias untuk Mendengarkan
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 5 17
2. Setuju 24 80
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menjelaskan sebanyak 17% responden menyatakan
sangat setuju bahwa mereka selalu antusias untuk mendengarkan dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Dan 80% responden menyatakan setuju
terhadap hal tersebut. Adapun yang memilih jawaban kurang setuju hanya 3%
responden.
Dengan hasil di atas, hal ini berarti Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
menyampaikan dakwahnya dengan baik sehingga sebagian besar jamaah
selalu merasa antusias terhadap dakwahnya. Semua itu tidak terlepas dari
kemampuan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam berinteraksi dengan jamaah
secara komunikatif, yang dilengkapi dengan humor yang menyegarkan dan
retorika yang baik.
3. Respon Konatif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah
K.H. Edi Junaedi Nawawi
Bagaimana dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu memberikan
respon konatif pada jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah akan diuraikan pada
tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 35
Jamaah Selalu Merasa Perlu Mencatat Materi
yang Disampaikan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 5 17
2. Setuju 23 77
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 1 3
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 77% responden menyatakan
setuju untuk merasa perlu mencatat materi yang disampaikan oleh
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Bahkan 17% responden menyatakan sangat
setuju dengan hal tersebut. Untuk responden yang menyatakan kurang setuju
dan tidak setuju masing-masing berjumlah 3%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jamaah yang merasa perlu
mencatat materi yang disampaikan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi 77%.
Dan adapula jamaah yang merasa sangat setuju perlunya mencatat materi yang
disampaikan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Untuk jamaah yang kurang
setuju dan tidak setuju berarti mereka hanya mendengarkan materi yang
disampaikan tanpa perlu mencatat. Hal ini mungkin karena mereka sudah
mampu memahami dakwah yang disampaikan tanpa harus mencatat. Atau bisa
juga karena mereka malas untuk mencatat.
Selanjutnya tabel di bawah ini akan menjelaskan apakah jamaah selalu
menghadiri jadwal pengajian Kyai H. Edi Junaedi Nawawi atau tidak.
Tabel 36
Jamaah selalu Menghadiri Jadwal Pengajian Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
di Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 5 17
2. Setuju 21 70
3. Kurang Setuju 3 10
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 3
Jumlah 30 100
Hasil dari tabel di atas menjelaskan 70% responden yang setuju bahwa
mereka selalu menghadiri jadwal pengajian Kyai H. Edi Junaedi Nawawi di
majlis ta’lim At-Tarbiyah. Bahkan 17% responden memilih jawaban sangat
setuju dengan hal tersebut. Namun adapula responden yang memilih jawaban
kurang setuju dan sangat tidak setuju dengan presentasi masing-masing 10%
dan 3%.
Dari jawaban para responden tersebut dapat disimpulkan bahwa
jamaah yang selalu menghadiri pengajian Kyai H. Edi Junaedi Nawawi di
majlis ta’lim At-Tarbiyyah sebanyak 70%. Bahkan jamaah yang sangat rutin
menghadirinya berjumlah 17%. Dalam hal ini berarti banyak jamaah yang
merasa tertarik untuk mendengarkan dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
sehingga mereka selalu menghadiri jadwal pengajian Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi di majlis ta’lim At-Tarbiyah.
Tabel 37
Jamaah selalu Menghadiri Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
di Majlis Ta’lim At-Tarbiyyah Tepat Waktu
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 4 13
2. Setuju 23 77
3. Kurang Setuju 3 10
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menjelaskan sebanyak 77% responden memilih jawaban
setuju bahwa mereka selalu menghadiri pengajian Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi di majlis ta’lim At-Tarbiyyah tepat waktu. Untuk responden yang
memilih jawaban sangat setuju berjumlah 13%. Sedangkan jawaban kurang
setuju dipilih oleh 10% responden.
Dapat disimpulkan kehadiran 77% jamaah yang selalu datang tepat
waktu karena mereka memiliki kedisiplinan yang tinggi. Dan mungkin juga
mereka memiliki antusias yang tinggi terhadap dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi.
Tabel 38
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah
Bertambah Rajin dalam Melaksanakan Sholat Lima Waktu
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 9 30
2. Setuju 20 67
3. Kurang Setuju 0 0
4. Tidak Setuju 1 3
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 67% responden
setuju dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu membuat mereka
bertambah rajin dalam melaksanakan shalat lima waktu. Bahkan 30%
responden sangat setuju dengan hal tersebut. Hanya 3% responden yang
menjawab tidak setuju.
Hasil tersebut menggambarkan bahwa banyak jamaah yang merasakan
efek dari dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi sehingga sebagian besar
jamaah merasa bertambah rajin dalam melaksanakan shalat lima waktu.
Tabel 39
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah
Lebih Ikhlas dalam Mengeluarkan Sedekah
n = 30
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 6 20
2. Setuju 22 73
3. Kurang Setuju 2 7
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Dari tabel tersebut terlihat 73% responden menyatakan setuju dakwah
yang disampaikan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi membuat mereka dapat lebih
ikhlas dalam bersedekah. Untuk yang menjawab sangat setuju sebesar 20%
responden. Namun ada pula responden yang menjawab kurang setuju
sejumlah 7%.
Dapat disimpulkan sebagian besar jamaah setuju jika dakwah yang
disampaikan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu membuat mereka lebih
ikhlas dalam bersedekah. Meskipun ada beberapa jamaah yang merasa kurang
setuju dengan hal tersebut, namun justru 20% jamaah menyatakan sangat
setuju bahwa mereka semakin ikhlas dalam bersedekah setelah mendengar
dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
Tabel 40
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Membuat Jamaah
Menjadi Orang yang Lebih Bersabar dalam Menghadapi Masalah
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 5 17
2. Setuju 23 77
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 1 3
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel di atas menunjukkan responden yang setuju dapat menjadi orang
yang lebih sabar dalam menghadapi suatu permasalahan setelah mendengar
dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi sebanyak 77%. Bahkan yang
mengatakan sangat setuju berjumlah 17% responden. Sedangkan yang
menjawab kurang setuju dan tidak setuju masing-masing berjumlah sama
yaitu 3%.
Hasil diatas menggambarkan bahwa sebagian besar jamaah telah
merasa mampu menjadi orang yang bersabar dalam menghadapi suatu
masalah setelah mendengar dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
Tabel 41
Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi Mampu Menumbuhkan
Sifat Ikhlas dalam Diri Jamaah untuk Melaksanakan Setiap Pekerjaan
n = 30
No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 5 17
2. Setuju 24 80
3. Kurang Setuju 1 3
4. Tidak Setuju 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 30 100
Tabel terakhir ini menunjukkan bahwa sebanyak 80% responden setuju
dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu menumbuhkan sifat ikhlas
dalam diri mereka untuk melaksanakan setiap pekerjaan. Dan sebanyak 17%
responden sangat setuju pada pernyataan tersebut. Untuk responden yang
menyatakan kurang setuju hanya berjumlah 3%.
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi memiliki pengaruh dalam menumbuhkan sifat ikhlas dalam diri
jamaah untuk melaksanakan setiap pekerjaannya.
D. Analisis Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh H.M. Arifin dalam bukunya
Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Dakwah:
“Dakwah adalah sebuah kegiatan, ajakan baik dalam bentuk lisan,
tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual ataupun
secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,
sikap, dan penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama
sebagaimana pesan yang disampaikan padanya tanpa adanya unsur
paksaan.”
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah
diharapkan dapat menimbulkan beberapa hal dalam diri mad’u, yaitu:
a. Pemahaman dan pengertian
b. Membentuk sikap, kesadaran dan penghayatan
c. Bertambahnya pelaksanaan dan pengamalan keagamaan
Dengan demikian, maka keberhasilan dakwah seorang da’i dapat dilihat
dari sejauh mana ketiga unsur-unsur di atas dapat terpenuhi. Tentunya untuk
mencapai itu semua diperlukan metode (cara) yang tepat dan juga kemampuan
da’i itu sendiri dalam melaksanakan metode dakwah yang dipilihnya.
Metode dakwah yang digunakan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
adalah metode dakwah yang condong kepada metode bi al hikmah. Dan dari
hasil penelitian metode tersebut dapat diterima dan juga disukai sebagian
besar jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah. Sebagian besar jamaah menyatakan
bahwa mereka merasa mudah memahami pesan dakwah yang disampaikan
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan metode yang digunakannya. Pemahaman
tentang kandungan hadits dan al-Qur’an, ibadah, akhlak, hukum-hukum
(syariat) Islam, sedekah, dan juga sejarah dan perkembangan Islam
bertambah.
Mayoritas jamaah menyukai cara penyampaian dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang komunikatif, humoris, tanpa ada unsur
paksaan. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga menyampaikan dakwahnya
dengan retorika yang baik dan menggunakan bahasa yang lembut dan santun.
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan sikapnya yang sederhana, ramah,
wibawa, disiplin dan terbuka terhadap masukan dari jamaahnya mampu
mengambil simpati para jamaahnya. Dengan sikapnya itu jamaah semakin
menyenangi sosok beliau. Sikap seorang da’i akan sangat berpengaruh
terhadap dakwahnya. Oleh karena itu, terdapat syarat-syarat psikologi yang
sangat kompleks yang harus dimiliki oleh seorang da’i diantara syarat yang
paling esensi bagi seorang da’i adalah masalah moral, akhlak dan budi
pekerti.105
Yang paling khas dari dakwah bi al hikmah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi adalah selalu disertai dengan contoh-contoh nyata yang dapat
menjadi pelajaran bagi para jamaah. Selain itu, beliau juga bijaksana dalam
menyikapi persoalan dan juga pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh
para jamaah. Suatu waktu ada jamaah yang bertanya mengenai tradisi hari
rabu wakasan pada rabu akhir bulan safar, di mana pada hari tersebut biasa
dilakukan shalat tolak bala dan juga kegiatan-kegiatan tertentu lainnya.
Meskipun hal tersebut tidak dianjurkan dan diwajibkan dalam syariat Islam,
namun ia tidak serta merta menyalahkan tradisi tersebut. Ia hanya menjawab
105
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1,
h. 9.
bahwa ia tidak pernah menemukan perintah tersebut, tapi ia tetap
mempersilahkan melakukannya dengan alasan hal tersebut tidak bertentangan
dengan nash dan syariat Islam, selain itu kegiatan tersebut baginya juga
memiliki manfaat.
Sifat bijaksana adalah salah satu ciri utama dalam metode dakwah bi al
hikmah. Maka metode dakwah bi al hikmah dikatakan juga sebagai metode
dakwah bijak.
Dengan didukung oleh sikap dan kemampuannya yang baik dalam
menyampaikan dakwah, dakwahnya mudah diterima oleh para jamaahnya. Hal
ini terlihat dari hasil penelitian, sebagian besar dari mereka mengakui
hubungan mereka terhadap sesama (hablumminannas) serta pelaksanaan dan
pengamalan ibadahnya bertambah baik.
E. Analisa Korelasi Antara Variabel-Variabel
Variabel-variabel dari penelitian ini adalah metode dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi (x) dan respon kognitif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah
(y1), respon afektif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah (y2), serta respon
konatif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah (y3). Penelitian ini mengambil
sampel 30 orang yang merupakan 10% dari jumlah seluruh populasi yang
diambil.
Selanjutnya peneliti akan mengukur korelasi antara metode dakwah Kyai
H. Edi Junaedi Nawawi (x) dan respon kognitif jamaah majlis ta’lim At-
Tarbiyah (y1), respon afektif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah (y2), serta
respon konatif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah (y3). Untuk mengukur antara
empat variabel ini dengan menggunakan sampel 30 orang jamaah majlis ta’lim
At-Tarbiyah sebagai jumlah minimal penelitian. Dengan jumlah minimal 30
orang nasabah, maka distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva
normal.
1. Korelasi antara Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan
Respon Kognitif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah
Daftar Tabel Skor 30 Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah untuk
mengetahui respon kognitif jamaah terhadap metode dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi.
Nomor
Responden
Skor
Metode Dakwah
(x)
Skor Respon Kognitif
terhadap Metode Dakwah
(y1)
1 54 22
2 55 21
3 57 22
4 53 22
5 54 22
6 58 21
7 57 21
8 56 19
9 57 21
10 53 21
11 54 19
12 55 22
13 51 20
14 54 22
15 57 20
16 49 21
17 55 20
18 53 21
19 52 20
20 55 20
21 53 20
22 54 20
23 54 21
24 54 20
25 54 20
26 55 20
27 58 21
28 58 20
29 57 20
30 63 25
Langkah selanjutnya, karena korelasi ini menggunakan alat ukur korelasi
rank spearman, maka skor dari dua variabel tersebut diranking mulai dari yang
paling tinggi sampai yang paling rendah.
Daftar tabel ranking rank spearman dari dua variabel penelitian ini:
Nomor
Responden
Skor
Metode
Dakwah
(x)
Rank
x
Skor Respon
Kognitif
terhadap
Metode Dakwah
(y1)
Rank
y di di2
1 54 19.5 22 4.5 15 225
2 55 13 21 12 1 1
3 57 7 22 4.5 2.5 6.25
4 53 25.5 22 4.5 21 441
5 54 19.5 22 4.5 15 225
6 58 3 21 12 -9 81
7 57 7 21 12 -5 25
8 56 10 19 29.5 -19.5 380.25
9 57 7 21 12 -5 25
10 53 25.5 21 12 13.5 182.25
11 54 19.5 19 29.5 -10 100
12 55 13 22 4.5 8.5 72.25
13 51 29 20 22.5 6.5 42.25
14 54 19.5 22 4.5 15 225
15 57 7 20 22.5 -15.5 240.25
16 49 30 21 12 18 324
17 55 13 20 22.5 -9.5 90.25
18 53 25.5 21 12 13.5 182.25
19 52 28 20 22.5 5.5 30.25
20 55 13 20 22.5 -9.5 90.25
21 53 25.5 20 22.5 3 9
22 54 19.5 20 22.5 -3 9
23 54 19.5 21 12 7.5 56.25
24 54 19.5 20 22.5 -3 9
25 54 19.5 20 22.5 -3 9
26 55 13 20 22.5 -9.5 90.25
27 58 3 21 12 -9 81
28 58 3 20 22.5 -19.5 380.25
29 57 7 20 22.5 -15.5 240.25
30 63 1 25 1 0 0
Jumlah 3872.5
12
11
12
44
12
88
12
55
12
11
12
55
12
33
12
11 33333333−
+−
+−
+−
+−
+−
+−
+−
=
69000542100102012
11
12
11 33
=+++++++++=−
+−
+
6912
30303
−−
=
5,178.2695,247.26912
970.26=−=−=
12
22
12
1212
12
99
12
66
12
11 33333−
+−
+−
+−
+−
=
2215,0143605,170 =++++=
Karena ada nilai yang sama, maka koefisien korelasi rank spearman
didasarkan pada:
rs =
∑∑
∑ ∑∑ −+
22
222
2 yx
diyx
Untuk Rank X:
Rank 1 = 1, rank 3 = 3, rank 7 = 5, rank 10 = 1, rank 13 = 5, rank 19,5 =
8, rank 25,5 = 4, rank 28 = 1, rank 29 = 1, dan rank 30 = 1.
∑ ∑−
=12
3tt
Tx
∑ ∑−−
= TxNN
x12
32
Untuk Rank Y: Rank 1 = 1, rank 4,5 = 6, rank 12 = 9, rank 22,5 = 12,
dan rank 29,5 = 2.
∑ ∑−
=12
3 ttTy
22112
30303
−−
=
5,026.22215,247.222112
970.26=−=−=
( )( )5,026.25,178.22
5,872.35,026.25,178.2 −+=
( )13,101.22
5,332
25,730.414.42
5,332==
079,026,202.4
5,332==
419,0996875,0
418068,0
079,01
230079,0
1
2
22==
−
−=
−
−=
s
shitung
r
nrt
( ) 305,005,0 =tabel
t
∑ ∑−−
= TyNN
y12
32
∑∑
∑ ∑∑ −+=
22
222
2 yx
diyxrs
Lihat gambar di bawah ini:
Menolak H0 Menerima H0 Menolak H0
(ada hubungan -) (tidak ada hubungan) (ada hubungan +)
-0,305 0,305 0,419
t-tabel (angka kritis) t-hitung
Kesimpulan:
Setelah dihitung secara manual dengan alat ukur yang ada, maka
didapat hasil thitung = 0,419 > t (0,05) = 0,305. Maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan positif yang signifikan antara metode dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi dengan respon kognitif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah,
karena nilai t-test nya berada di daerah kritis yaitu 0,419 yang artinya menolak
H0. Artinya semakin baik Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan
metode dakwah bi al hikmahnya, maka semakin besar dan baik respon
kognitif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah.
2. Korelasi antara Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan
Respon Afektif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah
Daftar Tabel Skor 30 Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah untuk
mengetahui respon afektif jamaah terhadap metode dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi.
Nomor
Responden
Skor
Metode Dakwah
(x)
Skor Respon Afektif
terhadap Metode Dakwah
(y2)
1 54 51
2 55 52
3 57 50
4 53 52
5 54 51
6 58 49
7 57 51
8 56 51
9 57 54
10 53 53
11 54 51
12 55 51
13 51 50
14 54 49
15 57 51
16 49 51
17 55 51
18 53 49
19 52 52
20 55 49
21 53 49
22 54 48
23 54 49
24 54 50
25 54 50
26 55 51
27 58 50
28 58 50
29 57 51
30 63 60
Langkah selanjutnya, karena korelasi ini menggunakan alat ukur korelasi
rank spearman, maka skor dari dua variabel tersebut diranking mulai dari yang
paling tinggi sampai yang paling rendah.
Daftar tabel ranking rank spearman dari dua variabel penelitian ini:
Nomor
Responden
Skor
Metode
Dakwah
(x)
Rank
x
Skor Respon
Afektif
terhadap
Metode Dakwah
(y2)
Rank
y di di2
1 54 19.5 51 12 7.5 56.25
2 55 13 52 5 8 64
3 57 7 50 20.5 -13.5 182.25
4 53 25.5 52 5 20.5 420.25
5 54 19.5 51 12 7.5 56.25
6 58 3 49 26.5 -23.5 552.25
7 57 7 51 12 -5 25
8 56 10 51 12 -2 4
9 57 7 54 2 5 25
10 53 25.5 53 3 22.5 506.25
11 54 19.5 51 12 7.5 56.25
12 55 13 51 12 1 1
13 51 29 50 20.5 8.5 72.25
14 54 19.5 49 26.5 -7 49
15 57 7 51 12 -5 25
16 49 30 51 12 18 324
17 55 13 51 12 1 1
18 53 25.5 49 26.5 -1 1
19 52 28 52 5 23 529
20 55 13 49 26.5 -13.5 182.25
21 53 25.5 49 26.5 -1 1
22 54 19.5 48 30 -10.5 110.25
23 54 19.5 49 26.5 -7 49
24 54 19.5 50 20.5 -1 1
25 54 19.5 50 20.5 -1 1
12
11
12
44
12
88
12
55
12
11
12
55
12
33
12
11 33333333−
+−
+−
+−
+−
+−
+−
+−
=
69000542100102012
11
12
11 33
=+++++++++=−
+−
+
6912
30303
−−
=
5,178.2695,247.26912
970.26=−=−=
12
11
12
66
12
66
12
1111
12
33
12
11
12
11
12
11 33333333−
+−
+−
+−
+−
+−
+−
+−
=
26 55 13 51 12 1 1
27 58 3 50 20.5 -17.5 306.25
28 58 3 50 20.5 -17.5 306.25
29 57 7 51 12 -5 25
30 63 1 60 1 0 0
Jumlah 3933
Karena ada nilai yang sama, maka koefisien korelasi rank spearman
didasarkan pada:
rs =
∑∑
∑ ∑∑ −+
22
222
2 yx
diyx
Untuk Rank X:
Rank 1 = 1, rank 3 = 3, rank 7 = 5, rank 10 = 1, rank 13 = 5, rank 19,5 =
8, rank 25,5 = 4, rank 28 = 1, rank 29 = 1, dan rank 30 = 1.
∑ ∑−
=12
3tt
Tx
∑ ∑−−
= TxNN
x12
32
Untuk Rank Y: Rank 1 = 1, rank 2 = 1, rank 3 = 1, rank 5 = 3, rank 12 =
11, rank 20,5 = 6, rank 26,5 = 6, rank 30 = 1.
∑ ∑−
=12
3 ttTy
( )14,139.22
346
25,939.575.42
346==
081,028,278.4
346==
430,0996714,0
428652,0
081,01
230081,0
1
2
22==
−
−=
−
−=
s
shitung
r
nrt
( ) 305,005,0 =tabelt
14705.175,171102000 =+++++++=
14712
3030 3
−−
=
5,100.21475,247.214712
970.26=−=−=
( )( )5,100.25,178.22
933.35,100.25,178.2 −+=
∑ ∑−−
= TyNN
y12
32
∑∑
∑ ∑∑ −+=
22
222
2 yx
diyxrs
Lihat gambar di bawah ini:
Menolak H0 Menerima H0 Menolak H0
(ada hubungan -) (tidak ada hubungan) (ada hubungan +)
-0,305 0,305 0,430
t-tabel (angka kritis) t-hitung
Kesimpulan:
Setelah dihitung secara manual dengan alat ukur yang ada, maka
didapat hasil thitung = 0,430 > t (0,05) = 0,305. Maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan positif yang signifikan antara metode dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi dengan respon afektif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah,
karena nilai t-test nya berada di daerah kritis yaitu 0,430 yang artinya menolak
H0. Artinya semakin baik Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan
metode dakwah bi al hikmahnya, maka semakin besar dan baik respon afektif
jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah.
3. Korelasi antara Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan
Respon Konatif Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah
Daftar Tabel Skor 30 Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah untuk
mengetahui respon konatif jamaah terhadap metode dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi.
Nomor
Responden
Skor
Metode Dakwah
(x)
Skor Respon Konatif
terhadap Metode Dakwah
(y3)
1 54 29
2 55 29
3 57 28
4 53 29
5 54 28
6 58 28
7 57 30
8 56 28
9 57 29
10 53 30
11 54 27
12 55 30
13 51 27
14 54 28
15 57 28
16 49 26
17 55 25
18 53 30
19 52 29
20 55 29
21 53 28
22 54 28
23 54 29
24 54 29
25 54 26
26 55 29
27 58 30
28 58 30
29 57 28
30 63 35
Langkah selanjutnya, karena korelasi ini menggunakan alat ukur korelasi
rank spearman, maka skor dari dua variabel tersebut diranking mulai dari yang
paling tinggi sampai yang paling rendah.
Daftar tabel ranking rank spearman dari dua variabel penelitian ini:
Nomor
Responden
Skor
Metode
Dakwah
(x)
Rank
x
Skor Respon
Konatif
terhadap
Metode Dakwah
(y3)
Rank
y di di2
1 54 19.5 29 12 7.5 56.25
2 55 13 29 12 1 1
3 57 7 28 21 -14 196
4 53 25.5 29 12 13.5 182.25
5 54 19.5 28 21 -1.5 2.25
6 58 3 28 21 -18 324
7 57 7 30 4.5 2.5 6.25
8 56 10 28 21 -11 121
9 57 7 29 12 -5 25
10 53 25.5 30 4.5 21 441
11 54 19.5 27 26.5 -7 49
12 55 13 30 4.5 8.5 72.25
13 51 29 27 26.5 2.5 6.25
14 54 19.5 28 21 -1.5 2.25
15 57 7 28 21 -14 196
16 49 30 26 28.5 1.5 2.25
12
11
12
44
12
88
12
55
12
11
12
55
12
33
12
11 33333333−
+−
+−
+−
+−
+−
+−
+−
=
69000542100102012
11
12
11 33
=+++++++++=−
+−
+
6912
30303
−−
=
5,178.2695,247.26912
970.26=−=−=
17 55 13 25 30 -17 289
18 53 25.5 30 4.5 21 441
19 52 28 29 12 16 256
20 55 13 29 12 1 1
21 53 25.5 28 21 4.5 20.25
22 54 19.5 28 21 -1.5 2.25
23 54 19.5 29 12 7.5 56.25
24 54 19.5 29 12 7.5 56.25
25 54 19.5 26 28.5 -9 81
26 55 13 29 12 1 1
27 58 3 30 4.5 -1.5 2.25
28 58 3 30 4.5 -1.5 2.25
29 57 7 28 21 -14 196
30 63 1 35 1 0 0
Jumlah 3087.5
Karena ada nilai yang sama, maka koefisien korelasi rank spearman
didasarkan pada:
rs =
∑∑
∑ ∑∑ −+
22
222
2 yx
diyx
Untuk Rank X:
Rank 1 = 1, rank 3 = 3, rank 7 = 5, rank 10 = 1, rank 13 = 5, rank 19,5 =
8, rank 25,5 = 4, rank 28 = 1, rank 29 = 1, dan rank 30 = 1.
∑ ∑−
=12
3 ttTx
∑ ∑−−
= TxNN
x12
32
( )47,143.22
1200
25,456.594.42
1200==
280,094,286.4
1200==
544,196,0
48176,1
280,01
230280,0
1
2
22==
−
−=
−
−=
s
s
hitung
r
nrt
( ) 305,005,0 =tabel
t
12
11
12
22
12
22
12
99
12
99
12
66
12
11 3333333−
+−
+−
+−
+−
+−
+−
=
5,13805,05,060605,170 =++++++=
5,13812
30303
−−
=
109.25,1385,247.25,13812
970.26=−=−=
( )( )109.25,178.22
5,087.3109.25,178.2 −+=
Untuk Rank Y: Rank 1 = 1, rank 4,5 = 6, rank 12 = 9, rank 21 = 9, rank
26,5 = 2, rank 28,5 = 2, rank 30 = 1.
∑ ∑−
=12
3tt
Ty
∑ ∑−−
= TyNN
y12
32
∑∑
∑ ∑∑ −+=
22
222
2 yx
diyxrs
Lihat gambar di bawah ini:
Menolak H0 Menerima H0 Menolak H0
(ada hubungan -) (tidak ada hubungan) (ada hubungan +)
-0,305 0,305 1,544
t-tabel (angka kritis) t-hitung
Kesimpulan:
Setelah dihitung secara manual dengan alat ukur yang ada, maka
didapat hasil thitung = 1,544 > t (0,05) = 0,305. Maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan positif yang signifikan antara metode dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi dengan respon konatif jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah,
karena nilai t-test nya berada di daerah kritis yaitu 1,544 yang artinya menolak
H0. Artinya semakin baik Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan
metode dakwah bi al hikmahnya, maka semakin besar dan baik respon konatif
jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di majlis ta’lim
At-Tarbiyah mengenai Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap
Metode Dakwah K.H. Edi Junaedi Nawawi, dapat diketahui bahwa:
1. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan metode dakwah bi
al-hikmahnya dengan retorika yang baik, komunikatif, cukup humoris,
dilengkapi dengan contoh nyata, menggunakan bahasa yang lembut dan
santun, tanpa paksaan, memberikan kesempatan bertanya kepada
jamaah, dan juga memberikan keteladanan.
2. Metode dakwah bi al hikmah yang digunakan Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi mampu menghasilkan respon kognitif, respon afektif, dan
respon konatif yang baik pada jamaah majlis ta’lim At-Tarbiyah. Dari
hasil perhitungan dapat diketahui bahwa baik respon kognitif, respon
afektif, maupun respon konatif memiliki hubungan positif yang
signifikan terhadapa metode dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. Pada
respon kognitif thitungnya adalaha 0,419, pada respon afektif thitungnya
adalah 0,430, sedangkan pada respon konatif thitungnya adalah 1,544
maka dapat disimpulkna bahwa ttest seluruhnya berada di daerah menolak
H0 karena nilai thitung lebih besar dari 0,305. Maka dakwah Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi dengan metode bi al hikmah dapat menambah
pengetahuan para jamaah sehingga sebagian besar jamaah menyukai
metode dakwahnya dan dakwahnya juga dapat mengubah perilaku
jamaah ke arah yang lebih baik sesuai syariat Islam. Hipotesis penelitian
ini adalah jika metode dakwah bi al hikmah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi disampaikan dengan cara yang sangat baik, maka jamaah majlis
ta’lim At-Tarbiyah akan memiliki respon kognitif, respon afektif, dan
respon konatif yang sangat baik pada dakwahnya. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan
positif antara metode dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dengan
respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif para jamaah majlis
ta’lim At-Tarbiyah. Maka hipotesis yang peneliti buat dalam penelitian
ini dapat dikatakan teruji.
B. Saran-saran
1. Untuk kantor Dinas P&K Kota Tangerang agar tidak menghentikan
kegiatan majlis ta’lim At-Tarbiyah ini, karena banyak hal positif yang
didapat dari diadakannya majlis ta’lim ini. Dengan adanya majlis ta’lim
At-Tarbiyah di lingkungan kantor Dinas P&K dapat menciptakan
suasana yang relijius bagi para pegawainya, dapat mempererat
silaturahmi antara para pegawai Dinas P&K, Kepala Cabang Dinas
P&K, kepala sekolah, pengawas maupun penilik di Kota Tangerang,
serta menambah pengetahuan keagamaan para jamaahnya disela-sela
kesibukan mereka sebagai pekerja di bidang pendidikan.
2. Dari hasil kuesioner, ada beberapa jamaah yang memberikan masukan
untuk para pengurus majlis ta’lim agar lebih disiplin dan tepat waktu
dalam melaksanakan pengajian.
3. Untuk Kyai H. Edi Junaedi Nawawi semoga tetap istiqomah dalam
berdakwah karena dakwah beliau sangat dibutuhkan oleh umat dan tidak
sedikit masyarakat yang sangat mengharapkan dan menunggu dakwah
beliau. Sebuah masukan dari responden pada kuesioner berharap bahwa
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dapat selalu menjadi garda terdepan dalam
dakwah Islam.
4. Pada kuesioner yang disebarkan ada beberapa responden yang
memberikan masukan agar Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menambahkan
humor dalam dakwahnya. Sebagian besar dari mereka adalah
perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar. Jakarta: Reneka Cipta, 1992.
Alawiyah, Tutty. Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim. Bandung:
Mizan,1997.
Arifin, E. Zainal. Penulisan Karya Ilmiah Dengan Bahasa Indonesia Yang Benar,
Cetakan Kelima. Jakarta: Mediatama Sarana Perkasa, 1993.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
1996.
Azhari, Akyas. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Teraju Mizan, 2004.
Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Cetakan Ketiga, Edisi
Pertama. Jakarta: Kencana, 2008.
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Kartini Kartono. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Danapriyatna, Nana dan Setiawan, Roni. Pengantar Statistika, Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
D. Dagun, Save. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997.
Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Bumi Restu, 1975.
. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Depag RI, 1987.
. Metodologi Dakwah Pada Suku Terasing. Jakarta: DEPAG, 1979.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Purstaka, 1996.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007.
Ghalwusy, Ahmad. Al-Da’wah Al-Islamiyah. Kairo: Dar Al-Kutub Al-Mishr,
1987.
Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif, Cetakan Pertama. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1997.
Hajsmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang, 1994.
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Poenelitian: Pengantar Teori dan
Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, Cetakan Kesatu. Jakarta: STIA-LAN, 2000.
Jainuri, A. Muhammadiyah: Gerakan Reformasi Islam di Jawa Pada Abad 20. Surabaya: Bina Ilmu, 1981.
al-Jawi, Syekh Muhammad Nawawi. At-Tafsir Al-Munir.
al-Juhali, Wahbah. At-Tafsir Al-Munir, Juz. 13-14.
Koordinasi Dakwah Islam. Pedoman Majlis Ta’lim. Jakarta: KODI, 1996.
Latif, Nasaruddin. Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah. Jakarta: Firma Dara,
1979.
Makhfuz, Syeikh Ali. Hidayat al Mursyidin. Terjemahan: Chodijah Nasution.
Yogyakarta: Tiga A, 1970.
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. Tafsir Al-Maraghi, Juz.5.
Mauludi, Ali. Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial, Edisi Pertama.
Ciputat: PT. Prima Heza Lestari, 2006.
Muhiddin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi,
Misi, dan Wawasan. Bandung: CV.Pustaka Setia, 2002.
Munawir, Narson. Kamus Al Munawi. Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1994.
Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.
Narkubo, Kholid. Metodelogi Penelitian, Cetakan Keempat. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi), Cetakan Pertama. UIN Jakarta: Ceqda, 2007.
Nazir, M. Metode Penelitian I. Jakarta: Galia Indonesia, 1995.
al-Qardhawi, Syekh Yusuf. al Shahwah al Islamiyah baina al-Juhud wa
al-Tatarruf, Risalah al Mahakim al-Syar’iyyah wa al Syu’ur al-Diniyah.
Qatar, 1402 H.
al-Qathani, Said bin Ali bin Wahif. al Hikmah wa fi al Dakwah Ilallah Ta’ala.
Penerjemah: Masykur Hakim Ibaidillah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994.
Quthub, Sayyid. Fi Dhibah al Qur’an, Jilid IV. Cairo: Dar al Syuruq, 1399 H/
1979 M.
. Fi Dzilal Qal-Qur’an, Jilid VII. Bairut: Ihya’ At-Turas
Al-Arabi, t.t.
Rakhmat, Jalaluddin. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1990.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1999.
Salam, Syamsir dan Arifin, Jaenal. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Saleh, Abdul Rosyad. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Sanafiah, Faisal. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005.
Sarjono, Ana. Pengantar Statistik Pendidikan, Cetakan Kedelapan. Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 1997.
Sudirjana, Anis. Metode Riset dan Bimbingan Menulis Skripsi. Yogyakarta:
UD Rama, 1980.
Sujanto, Agus. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru, 1991.
Sukarta, Munzier dan Hevni, Harjani ed. Metode Dakwah. Jakarta: Rahmat
Semesta, 2003.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah, Cetakan Pertama. Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1997.
Tasmono, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratam, 1987.
Wahib, Ahmad. Pergolakan Pemikiran Islam. Jakarta: LP3ES, 1993.
Yaqub, Ali Mustafa. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus,
1997.
Yaqub, Hamzah. Publisistik Islam. Bandung: CV. Diponogoro, 1973.
Angket Penelitian Skripsi
Respon Jamaah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah
terhadap Metode Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi
Peneliti
Nama : Siti Buraedah NIM : 105051001874
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi Jurusan/Semester : Komunikasi dan Penyiaran Islam/VIII
Universitas :Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Program : S1
PETUNJUK UMUM
1. Angket ini dibuat tanpa tujuan apapun kecuali untuk kegiatan penelitian
skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan dalam rangka memperoleh gelar
sarjana (S1).
2. Angket ini berisi tentang beberapa pertanyaan dan pernyataan yang
memiliki beberapa pilihan jawaban. Berikan tanda silang (X) untuk
jawaban yang dipilih.
3. Isilah kolom identitas dengan lengkap.
4. Keseriusan dan kejujuran Bapak/Ibu dalam menjawab pertanyaan, akan
membantu peneliti mendapatkan data yang valid dan merupakan
bantuan yang tak ternilai harganya bagi peneliti.
5. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan peneliti jamin kerahasiaannya.
6. Serahkan angket yang telah diisi kepada petugas.
7. Selamat bekerja dan terimakasih sebelumnya atas kerjasamanya.
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin : ..............................................................................................
Umur : ..............................................................................................
Pekerjaan/Jabatan : ..............................................................................................
Pendidikan Terakhir : ..............................................................................................
PERTANYAAN
Metode Penyampaian
1. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan dakwahnya dengan komunikatif
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
2. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan dakwahnya dibumbui dengan
humor yang mampu menyegarkan suasana dan menghilangkan kejenuhan.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
3. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi disampaikan dengan retorika yang
bagus dan disukai jamaah. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
4. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi disampaikan dengan retorika yang
bagus dan disukai jamaah.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
5. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang disampaikan tanpa ada unsur
paksaan disukai oleh jamaah.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
6. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan materi ibadah dalam dakwahnya.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju d. Tidak Setuju
7. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menyampaikan materi akhlak dalam dakwahnya.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
8. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menjelaskan matei hadits dengan baik sehingga
jamaah mudah memahaminya.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
9. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menambah pemahaman jamaah tentang
hukum-hukum (syariat) Islam. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
10. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi melengkapi dakwahnya dengan ayat-ayat suci
al-Qur’an yang dijelaskan dengan baik sehingga menambah pemahaman para
jamaah.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
11. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menambah pengetahuan jamaah tentang
tata cara yang baik dalam menjalin hubungan terhadap sesama
(hablumminannas)n.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
12. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga menyampaikan materi tentang fadilah
(keutamaan) sedekah dalam dakwahnya. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
13. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi memberi pengetahuan tentang sejarah
perjuangan dan perkembangan Islam kepada jamaah. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
Respon Kognitif (Tentang Pengetahuan)
14. Dengan metode dakwah yang digunakan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi saya
mampu memahami pesan dakwah yang disampaikan.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
15. Kesempatan bertanya diberikan oleh Kyai H. Edi Junaedi Nawawi agar jamaah lebih paham dan mengerti dakwah yang disampaikan.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju b. Setuju d. Tidak Setuju
16. Kyai H. Edi Junaedi Nawawi juga membahas persoalan-persoalan terkini
dalam dakwahnya dan menjelaskannya dari sudut pandang agama sehingga
pengetahuan jamaah semakin bertambah. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
17. Saya semakin faham dengan dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi karena
beliau memberikan bahan bacaan/ ringkasan materi dalam dakwahnya.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
18. Metode dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi tidak perlu diubah karena saya
mudah memahami dakwah yang disampaikan dengan metode tersebut.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
Respon Afektif (Tentang Pembentukan Sikap)
19. Keramahan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi sangat disukai jamaah.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
20. Saya suka dengan kedisiplinan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang datang dan
selesai mengajar tepat waktu. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
21. Saya senang dengan sikap terbuka Kyai H. Edi Junaedi Nawawi dalam
menerima saran dan masukan dari jamaah. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
22. Saya senang dengan sikap Kyai H. Edi Junaedi Nawawi yang tampil
berwibawa.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
23. Kesederhanaan Kyai H. Edi Junaedi Nawawi membuat saya bertambah
simpati pada sosok beliau.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
24. Saya selalu merasa tergugah untuk memperbaiki diri setelah mendengar
dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
25. Saya semakin termotivasi untuk meningkatkan ibadah saya setelah mendengar
dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
26. Saya merasa semakin ingin mendekatkan diri kepada Allah setelah mendengar
dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
27. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi menggugah saya untuk lebih peka
kepada kaum dhuafa. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
28. Saya merasa dapat menjadi orang yang lebih bersyukur setelah mendengarkan
dakwah Kyai. H. Edi Junaedi Nawawi.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
29. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu membuat saya mengubah dan
menjauhi pola hidup yang berlebihan.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
30. Saya selalu antusias untuk mendengarkan dakwah Kyai H. Edi Junaedi
Nawawi. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
Respon Konatif (Berupa Tindakan Nyata)
31. Saya selalu merasa perlu mencatat materi yang disampaikan oleh Kyai H. Edi
Junaedi Nawawi.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
32. Saya selalu menghadiri jadwal pengajian Kyai H. Edi Junaedi Nawawi di Majlis Ta’lim At-Tarbiyah.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju b. Setuju d. Tidak Setuju
33. Saya selalu menghadiri pengajian Kyai H. Edi Junaedi Nawawi di Majlis
Ta’lim At-Tarbiyah tepat waktu.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
34. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi membuat saya bertambah rajin dalam
melaksanakan shalat lima waktu. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
35. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi membuat saya lebih ikhlas dalam
mengeluarkan sedekah.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
36. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi membuat saya menjadi orang yang
lebih bersabar dalam menghadapi masalah.
a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
37. Dakwah Kyai H. Edi Junaedi Nawawi mampu menumbuhkan sifat ikhlas
dalam diri saya untuk melaksanakan setiap pekerjaan. a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
Jika Bapak/Ibu memiliki usulan atau komentar tentang metode dakwah
Kyai H. Edi Junaedi Nawawi, silahkan tulis di sini:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
DAFTAR TABEL HASIL KUISIONER RESPON JAMAAH
MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH TERHADAP METODE DAKWAH
K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI
Kognitif Afektif Konatif Nomor
Responden 1 2 3 4 5 Jumlah
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jumlah
18 19 20 21 22 23 24 Jumlah
1 5 4 4 4 5 22 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 51 4 4 4 5 4 4 4 29
2 4 5 4 4 4 21 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 52 4 4 4 4 4 5 4 29
3 4 5 5 4 4 22 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 50 4 4 4 4 4 4 4 28
4 5 4 4 4 5 22 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 52 4 4 5 4 4 4 4 29
5 4 4 5 4 5 22 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 51 4 4 4 4 4 4 4 28
6 5 4 4 4 4 21 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49 4 4 4 2 5 4 5 28
7 5 3 4 5 4 21 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 51 4 4 4 5 5 4 4 30
8 4 3 4 4 4 19 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 51 4 4 4 4 4 4 4 28
9 4 5 4 4 4 21 3 5 4 5 3 5 5 5 4 5 5 5 54 4 5 4 4 4 4 4 29
10 5 4 4 4 4 21 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 53 4 4 4 5 4 5 4 30
11 4 4 4 3 4 19 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 51 4 4 4 4 4 3 4 27
12 4 5 5 4 4 22 4 4 5 3 4 4 5 3 5 5 5 4 51 5 4 4 4 5 4 4 30
13 4 4 5 4 3 20 5 4 4 4 4 3 5 5 4 4 5 3 50 5 3 4 4 3 4 4 27
14 4 4 5 4 5 22 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 49 4 3 4 4 3 5 5 28
15 4 4 4 4 4 20 4 4 5 3 4 4 5 4 5 4 4 5 51 4 5 4 4 4 4 3 28
16 5 5 4 4 3 21 4 5 3 4 3 5 5 4 4 5 4 5 51 4 4 4 4 4 2 4 26
17 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 5 4 3 5 4 5 5 4 51 4 1 4 4 4 4 4 25
18 4 4 5 4 4 21 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49 4 5 4 4 5 4 4 30
19 4 4 4 4 4 20 4 5 3 4 5 5 5 5 4 4 4 4 52 4 3 4 4 4 5 5 29
20 4 4 4 4 4 20 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 49 4 4 4 5 4 4 4 29
21 4 4 4 4 4 20 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49 4 4 3 4 4 4 5 28
22 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 3 5 4 4 4 28
23 4 4 4 5 4 21 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 49 4 4 5 4 4 4 4 29
24 4 4 4 5 3 20 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 5 4 50 4 4 4 5 4 4 4 29
25 4 4 4 4 4 20 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 50 2 4 4 4 4 4 4 26
26 4 5 4 4 3 20 5 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 51 5 4 3 4 5 4 4 29
27 4 4 4 5 4 21 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 50 4 4 5 5 4 4 4 30
28 4 4 4 4 4 20 5 5 4 4 5 4 4 4 3 5 3 4 50 5 4 4 5 4 4 4 30
29 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 51 3 5 4 4 4 4 4 28
30 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 5 5 5 5 5 5 5 35
TABEL RANKING METODE DAKWAH
Metode Dakwah Rangking Jumlah Responden
63 1 1
58 3 3
57 7 5
56 10 1
55 13 5
54 19.5 8
53 25.5 4
52 28 1
51 29 1
49 30 1
Jumlah 30
TABEL RANKING RESPON KOGNITIF
Kognitif Rangking Jumlah Responden
25 1 1
22 4.5 6
21 12 9
20 22.5 12
19 29.5 2
Jumlah 30
TABEL RANKING RESPON AFEKTIF
Afektif Rangking Jumlah Responden
60 1 1
54 2 1
53 3 1
52 5 3
51 12 11
50 20.5 6
49 26.5 6
48 30 1
Jumlah
30
TABEL RANKING RESPON KONATIF
Konatif Rangking Jumlah Responden
35 1 1
30 4.5 6
29 12 9
28 21 9
27 26.5 2
26 28.5 2
25 30 1
Jumlah 30
FOTO DOKUMENTASI
KUNJUNGAN KE MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH
K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI
(KETUA UMUM MUI KOTA TANGERANG) SEDANG MENYAMPAIKAN
MATERI DAKWAHNYA KEPADA JAMAAH
PENULIS SEDANG MEMPERKENALKAN DIRI DI HADAPAN JAMAAH
JAMAAH WANITA MAJLIS TA’LIM AT-TARBIYAH SEDANG MENDEGARKAN
MATERI YANG DISAMPAIKAN OLEH K.H. EDI JUNAEDI NAWAWI
FOTO DOKUMENTASI SIDANG PENGUJIAN SKRIPSI
CURICULUM VITAE
A. Data Pribadi
Nama : Siti Buraedah
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta 26 November 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Pesantren Rt. 003/ 03 Nomor 5
Kelurahan Kreo Selatan, Kecamatan
Larangan, Kota Tangerang, Propinsi
Banten 15156
Telepon/ Hp : (021) 7370608/ 085697444766
B. Riwayat Pendidikan
� TKI. Al-Ma’mur
� MI. Al-Ma’mur
1999-2000
� MTs Negeri 13 Jakarta
2001-2002
� SMU Negeri 90 Jakarta
2003-2004
� Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Qolam (STAIDA)
2004-2005
� UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2005
(Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam)