SEMINAR
“LAPORAN PENDAHULUAN HYGIENE DAN INTEGRITAS
KULIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS
DIABETIKUM”
PADA Tn. R.B
DI RUANG CENDRAWASIH
BLUD. RSUD. KAJEN
DISUSUN OLEH:
Musyafaatun
Haris Musmulyanto
Tri Handayani
Casmuti
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah seminar yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Ulkus Diabetikum”. Penulisan makalah
seminar ini dibuat guna memenuhi tugas komprehensif 1.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam penyelesaian makalah ini,khususnya kepada:
1. Ibu Qurrotul Aini ,S.Kep.,Ns, dan tim selaku dosen pembimbing mata
kuliah modul kebutuhan eliminasi, yang selalu memberikan bimbingan dan
juga pengarahan kepada kami.
2. Bapak Yudi Susanto K. S.Kep.Ns dan Tim selaku S.I pembimbing ruang
Cendrawasih BLUD.Kajen
3. Rekan-rekan satu kelompok yang terus memberikan bantuan pikiran dan
tenaga.
4.Keluarga yang telah memberikan bantuan kami,berupa dorongan dan doa
juga biaya yang menjadikan makalah ini bisa selesai.
5.Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami sadar dalam penulisan makalah seminar ini kami merasa masih
banyak kekurangan, baik pada penulisan maupun materi, mengingat
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah kami.
Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi yang membacanya.Amin ya robbal alamin.
Penulis
Daftar Isi
LAPORAN PENDAHULUAN
HYGIENE DAN INTEGRITAS KULIT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh
nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya
kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap
kesehatan, serta tingkat perkembangan.
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah
sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum.
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis.
Bagi dunia keperawatan, personal hygiene merupakan kebutuhan dasar
manusia yang harus senantiasa terpenuhi. Personal hygiene termasuk kedalam
tindakan pencegahan primer yang spesifik. Personal hygiene menjadi penting
karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu
masukmikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah
seseorang terkena penyakit. Personal hygiene merupakan perawatan diri,
dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu, seperti mandi, toileting,
kebersihan tubuh secara umum dan berhias. Personal hygien atau kebersihan
diri diperlukan untuk kenyamanan, keamanan, dan kesehatan seseorang.
Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan
tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan
terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan
kebersihan diri yang buruk. Personal hygien yang tidak baik akan
mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit
kulit,penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna bahkan dapat
menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit
( Soedarto.1996)
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar, menutupi
danmelindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang
melapisi rongga-rongga, lubang-lubang masuk.Kulit adalah lapisan terluar dari
tubuh manusia, yang sebagian besar ditumbuhirambut, baik rambut halus
maupun rambut kasar dan panjang, yang membungkus seluruh permukaan
tubuh manusia.Kulit adalah suatu struktur jaringan diperlengkapi dengan
pembungkus yang kedapair (waterproof) dan melindungi tubuh, mengandung
ujung-ujung saraf sensible (perasa)dan membentuk pengaturan suhu.
Kulit terdiri dari beberapa lapisan, dari yang paling luar sampai yang
paling dalam,dan kulit tubuh dari satu bagian tubuh dengan bagian yang lain
sangat berbeda. Kulit didaerah wajah dan leher jauh berbeda dengan ketebalan
kulit di daerah telapak tangan dankaki.Kulit menerima stimulus sakit, perabaan
dan perubahan temperature.Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut
epidermis dan lapisan dalam atau lapisandermis.
BAB II
PEMBAHASAN
PERSONAL HYGIENE
A. DEFINISI
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk
kesejahteraan fisik dan psikis.
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul,
hal:1).
Personal hygiene adalah perawatan diri dimana individu
mempertahankan kesehatannya, dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan
(Mosby, 1994 dalam Pratiwi, 2008).
Menurut Mubarak (2008) personal hygiene adalah upaya seseorang
dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh
kesejahteraan fisik dan psikologis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal
hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik
personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit
merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan
implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk
melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien
(Potter & Perry).
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebersihan individu
1. Budaya
Budaya mempengaruhi kebersihan seseorang, sebagai contoh orang Eropa,
umumnya mandi sekali seminggu, karena cuaca di Eropa yang memang dingin,
dan perempuan didesa yang biasa mandidi sungai. Sehingga tergolong yang
memiliki personal hygiene yang buruk.
2. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mempengaruhi bagaimana personal hygiene
seseorang. Bagi individu yang memiliki tingkat pengetahuan personal hygiene
yang baik, akan melakukan kebersihan diri yang optimal.
3. Lingkungan pekerjaan, lingkungan keluarga
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas
merupakan faktor yang mempengaruhi personal hygiene dalam keluarga. Suatu
pekerjaan menuntut individu lebih dalam melakukan personal hygienenya.
4. Ekonomi
Status ekonomi mempengaruhi tingkat personal hygiene yang digunakan.
Sebagai contoh dalam membeli alat-alat mandi dan fasilitas toilet yang
lengkap.
5. Body image / citra tubuh
Penilaian tentang penampilan seseorang berbeda-beda, apakah individu
tersebut ingin potongan rambut atau tidak.
6. Pilihan pribadi
Tiap individu memiliki pilihan tersendiri kapan dia ingin memotong
rambut, menggunting kuku, atau bahkan keinginan untuk mandi 2 kali sehari
atau tidak mandi.
7. Kondisi fisik
Orang sakit lebih banyak membutuhkan kebersihan diri dan personal
hygienenya perlu lebih hati- hati pada orang dengan luka terbuka. Macam-
macam kebersihan diri meliputi : kulit, kaki, mulut, rambut, perawatan mata,
hidung dan telinga, kebersihan lingkungan ( Graham-Brown dan Burns 2005)
C. Jenis perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan :
1. Perawatan dini hari
Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk
melakukan tindakan seperti perapian dalam pengambilan dalam pemeriksaan
(urine dan feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam
melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti
mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan mulut.
2. Perawatan pagi hari
Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan
melakukan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan
eliminasi (BAB dan BAK), mandi atau cuci rambut, melakukan perawatan
kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku dan
rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.
3. Perawatan siang hari
Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan
pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan
keperawatan diri yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan,
membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan,
kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
4. Perawatan menjelang tidur
Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat
tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan,
antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAK,BAB), mencuci tangan dan
muka membersihkan mulut dan memijat daerah punggung.
D. Macam-Macam Personal Hygiene dan Manfaatnya
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan
dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya.
Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut
dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan
mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta
kebersihan dan kerapihan pakaiannya.
Menurut Potter dan Perry (2005) macam-macam personal hygiene dan
tujuannya adalah:
Perawatan kulit kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai
pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur
temperature, dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam
mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis,
dermis, dan subkutan. Ketika pasien tidak mampu atau melakukan perawatan
kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga
bagaimana melaksanakan personal higiene. Seorang pasien yang tidak mampu
bergerak bebas karena penyakit akan beresiko terjadinya kerusakan kulit.
Bagian badan yang tergantung dan terpapar tekanan dari dasar permukaan
tubuh (misalnya matrasi gips tubuh atau lapisan linen yang berkerut), akan
mengurangi sirkulasi pada bagian tubuh yang terkena sehingga dapat
menyebabkan dekubitus.
Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri
dan menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat
menyebabkan maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan
drainase luka dapat mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan
menyebabkan kerusakan kulit dan Universitas Sumatera Utara
infeksi. Pasien yang menggunakan beberapa jenis alat eksternal pada kulit
seperti gips, baju pengikat, pembalut, balutan, dan jaket ortopedik dapat
menimbulkan tekanan atau friksi terhadap permukaan kulit sehinggga
menyebabkan kerusakan kulit.
Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas
bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan
sejahtera, serta dapat berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit.
Mandi memandikan pasien merupakan perawatan higienis total.
Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi
ditempat tidur yang lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan
total dan memerlukan personal higiene total. Keluasan mandi pasien dan
metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik
pasien dan kebutuhan tingkat hygiene yang dibutuhkan. Pasien yang
bergantung dalam pemenuhan kebutuhan personal higiene, terbaring ditempat
tidur dan tidak mampu mencapai semua anggota badan dapat memperoleh
mandi sebagian di tempat tidur.
Tujuan memandikan pasien di tempat tidur adalah untuk menjaga
kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor, memperlancar sistem
peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien. Mandi dapat
menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan
bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien
merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat dimandikan setiap hari di rumah
sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi mungkin dibatasi sekali atau dua
kali seminggu sehingga tidak akan menambah kulit menjadi kering. Perawat
atau anggota keluarga mungkin perlu membantu pasien berjalan ke kamar
mandi atau kembali dari kamar mandi. Perawat atau anggota keluarga harus
ada untuk membantu pasien mengguyur atau mengeringkan bila perlu atau
mengganti pakaian bersih setelah mandi. Kadang pasien dapat mandi sendiri di
tempat tidur atau mereka memerlukan bantuan dari perawat atau anggota
keluarga untuk memandikan bagian punggung atau kakinya. Kadang pasien
tidak dapat mandi sendiri dan perawat atau anggota keluarga memandikan
pasien di tempat tidur.
Hygiene mulut pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan
perawatan mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi
dan menimbulkan bau tidak enak. Masalah ini dapat meningkat akibat penyakit
atau medikasi yang digunakan pasien. Perawatan mulut harus dilakukan setiap
hari dan bergantung terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan
bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ
ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan
status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi
dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan mengurangi
ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut
yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. Hygiene
mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu
makan.
Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki
mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran
penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah
penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa
nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri
perawatan hygiene mulut dengan benar.
Perawatan mata, hidung, dan telinga perhatian khusus diberikan
untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien mandi. Secara
normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara
terus – menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata
mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak
terlalu memerlukan pembersihan. Namun, pasien dengan serumen yang terlalu
banyak telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri pasien atau dilakukan oeh
perawat dan keluarga.
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman
pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan
mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman,
memantau temperature dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah
masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan. Pasien yang memiliki
keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga
untuk melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga.
Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien akan memiliki
organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan
bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan perawatan mata,
hidung, dan telinga sehari – hari.
Perawatan rambut penampilan dan kesejahteraan seseorang
seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya.
Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara
perawatan rambut seharisehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-
cara dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi
indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional
maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat
mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh
yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut
perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Penyakit atau
ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat memelihara perawatan rambut
sehari – hari. Pasien immobilisasi rambutnya cenderung terlihat kusut.
Menyikat, menyisir, dan bersampo merupakan dasar higyene rambut untuk
semua pasien. Pasien juga harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan.
Pasien yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk
memelihara perawatan rambut sehari – hari. Sedangkan pada pasien yang
memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau keluarga
pasien dalam melakukan higyene rambut.
Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit
kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga
diri, dan pasien dapat berpartisifasi dalam melakukan praktik perawatan
rambut.
Perawatan kaki dan kuku kaki dan kuku seringkali memerlukan
perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan.
Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi
nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau
pada waktu yang terpisah.
Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh
dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien
akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan
benar.
Perawatan genitalia perawatan genitalia merupakan bagian dari
mandi lengkap. Pasien yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah
pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Pasien yang mampu
melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri.
Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia,
terutama pada pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika
memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada
saat memberikan perawatan genitalia.
Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi,
mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta
mempertahankan personal higiene.
E. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
Menurut Tarwoto (2004) dampak yang sering timbul pada masalah
personal hygiene adalah Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang
diderita seseorang karena tidak terpeliharanya personal higiene dengan baik.
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan
gangguan fisik pada kuku. Dampak psikososial masalah sosial yang
berhubungan dengan personal hygiene pada pasien immobilisasi adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
INTEGRITAS KULIT
A. SISTEM INTEGUMEN
Tinjauan Struktur Anatomi Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis
atau lapisan luar dan dermis atau kulit sebenarnya, terdapat juga apendises
pada kulit yang termasuk rambut dan kuku.
1. Epidermis
Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang
mengandung bahan lemak yang menjadikan kulit kedap air. Sel superficial
dari stratum ini secara konstan dilepaskan dan diganti. Sel lain mengandung
cairan berminyak. Lapisan ketiga terdiri dari sel-sel yang mengandung granula
yang mapu merefraksi cahaya dan membantu memberikan warna putih pada
kulit. Lapisan keempat mengandung sel yang memproduksi melamin, yaitu
suatu bahan yang berfungsi sebagai protektiof terhjadap efek sinar ultraviolet.
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limfe bersirkulasi dalam
ruang interseluler.
2. Dermis
Lapisan ini terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian
superficial dibandingkan dengan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi dua
lapisan; yaitu yang pertama mengandfung akhiran saraf sensorik, pembuluh
darah dan limpatika; yang kedua mengandung serat kolagen, serat elastic,
glandula sebasea dan glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus
arrektor pilli
3. Hipodermis
Lapisan ini terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih apdat pada bagian
superficial dibandingkan dengan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi dua
lapisan: yaitu yang pertama mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh
darah dan limpatika; yangkedua mengandung serat kolagea, serat elastic,
glandula sebasea dan glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus
arrektor pilli. Lapisan ini merupakan zona transisisonal diantara kulit dan
jaringan adipose dibawahnya, mengandung sel lemak demikian juga jaringan
ikat putih dan kuning, kumparan dari sejumlah glandula sebacea dan radiks
dari sejumlah rambut. Pemberian zat makanan dermis atau korium terganggu
pada vena dan limfatika, Baik saraf bermielin maupun tidak bermielin
ditemukan pada kulit yang berisi organ akhir dan banyak serat saraf. Organ ini
memberikan respon sensasi terhadap panas, dingin, nyeri, getar dan rasa
ringan.
a) Kelenjar Keringat terdiri dari glomerulus atau bagian sekresi dan
duktus. Secara relative tardapat satu darah yang kaya dan mensekresi keringat
yang agak keruh, hampir tidak berbau, hampir mengandung 99 persen air dan
sejumlah kecil klorida, urea, ammoniak, asam urat dan kreatinin. Berbagai tipe
kelenjar keringat ditemukan pada area seperti genitalia, anus, aksila dan
putting susu dan masing-masing juga mempunyai bau yang khas.
B. Fungsi Kulit
Brunner dan Suddarth (2002) membagi fungsi kulit ke dalam enam fungsi,
yaitu fungsi perlindungan, fungsi sensibilitas, fungsi keseimbangan air, fungsi
pengatur suhu, dan fungsi prodeksi vitamin.
• Perlindungan
Kulit memberikan perlindungan invasi bakteri dan benda asing
lainnya.Bagian sternum korneum epidermis meripakan barrier yang paling
efektif terhadap berbagai faktor lingkungan, seperti zat-zat kimia, sinar
matahari, virus, fungus, gigitan serangga, luka karena gesekan angin, dan
trauma.Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan lewat
jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya.Serabut elastic dan kolagen yang
saling berjalin dengan epidermis memungkinkan kulit untuk berperilaku
sebagai satu unit
• Sensibilitas
Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa
nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan.Berbagai ujung saraf bertanggung
jawab untuk bereaksi terhadap stimuli yang berbeda.
• Keseimbangan Air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga
lapisan tersebut dapat mencegah kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan
dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan. Selain itu, kulit juga akan mengalami evaporasi secara terus-menerus
dari permukaan kulit. Evaporasi ini yang dinamakan perspirasi tidak kasat mata
(insensible perspiration) berjumlah kurang-lebih 600 ml per hari untuk orang
dewasa yang normal.Pada penderita demam, kehilangan ini dapat
meningkat.Ketika terendam dalam air, kulit dapat menimbun air tiga sampai
empat kali berat normalnya.
• Pengatur Suhu
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai proses
metabolisme makanan yang memproduksi energi. Tiga proses fisik yang
penting terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan, yaitu radiasi
(perpindahan panas ke banda lain yang suhunya lebih panas), konduksi
(pemindahan panas dari tubh ke benda lain yang lebih dingin), dan konveksi
(pergerakkan massa molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh). Dalam
kondisi normal, produk panas dari metabolism akan diimbangi oleh kehilangan
panas, dan suhu internal tubuh akan dipertahankan agar tetap konstan pada
suhu kurang-lebih 37oC. Pengeluaran keringat merupakan proses lainnya yang
digunakan tubuh untuk mengatur laju kehiangan panas. Pada hawa lingkungan
yang sangat panas, laju produksi keringat dapat setinggi 1 L/jam.Dalam
keadaan tertentu, misalnya pada stress emosional, perspirasi dapat terjadi
secara refleks dan tidak ada hubungannya dengan keharusan untuk
menghilangkan panas dari tubuh.
• Produksi Vitamin
Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang
diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial
untuk mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi
vitamin D, kalsium serta fosfor dan yang menyebabkan deformitas tulang
(Morton, 1993 dalam Brunner and Suddarth, 2002).
C. Terminologi
Pada Kondisi Dermatologis banyak bentuk berbeda dari lesi diuraikan
dalam status dermaotlogis yang menentukan penyakit spesifik. Hal ini dapat
dibagi dalam bentuk yang tidak merusak kulit (lesi primer) dan yang merusak
kulit (lesi sekunder)
Lesi Primer
a. Makula
Perubahan dalam warna kulit,bervariasi dalam ukuran dan bentuk,dan
tampak sebagai pewarnaan pada kulit.
Makula dibentuk dari :
- Deposit pigmen dalam kulit misalnya frekles
- Keluarnya darah kedalam kulit misalnya petekie
- Dilatasi permanen dari pembuluh perifer misalnya nevi
- Dilatasi sementara dari pembuluh darah perifer misalnya eritema
b. Papula
Terdapat elevasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi diameternya
dari sekitar 1 sampai 5 mm.Permukaan dapat tajam,bulat atau datar. Terletak
superficial dan dibentuk dari proliferasi sel atau eksudasi cairan kedalam kulit.
c. Nodul
Serupa dengan papula tetapi terletak lebih dalam.Bervariasi dalam ukuran
dan biasanya lebih besar dari papula.
d. Vesikel
Merupakan lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam
epidermis,biasanya terisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-anak
yang menderita eksema.
e. Bula atau pustule
Bula merupakan vesikel besar yang mengandung serum,pus atau darah
ditemukan biasanya pada pemfigus neonatorum.
f. Gelegata
Merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh dermis dan
dilatasi kapiler sekitarnya.Biasanya berkaitan dengan respon alergi terhadap
bahan asing.
Lesi sekunder
Skuama
Adalah lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit
yang dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi,ditemukan pada
psoriasis.
Krusta
Terbentuk dari serum,darah atau nanah yang mongering pada kulit masing-
masing dikenal dari warna : merah kehitaman( krusta darah),kuning kehijauan
(krusta nanah) dan berwarna madu (krusta serum).
Fisura
Merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan
dermis.Dapat terjadi pada kulit kering pada inflamasi kronik.
Ulkus
Merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan local dari seluruh epidermis
dan sebagian atau seluruh korium dibawahnya.
D. Prinsip Umum Dalam Terapi Penyakit kulit
Tujuan terapi adalah melestarikan atau memelihara keadaan fisiologis dari
kulit.Terapi local sering dipilih karena medikasi dapat diberikan dalam
konsentrasi yang optimal pada tempat yang tepat diperlukan. Air memainkan
peranan penting dan ditemukan banyak pada larutan dan lotion.Jika kulit
mengalami hidrasi maka akan menjadi lembut dan licin dan untuk tetap dalam
keadaan ini,kelembaban lingkungan harus adekuat (sekitar 60 %).Jika menurun
maka stratum korneum menciut dan pecah,barier epidermis hilang dan
mikroorganisme dan iritan akan masuk,menimbulkan respon inflamasi.Dapat
terjadi overhidrasi jika jumlah air yang diabsorbsi meningkat dan sambungan
lipid yang ketat antara sel strtum korneum secara berangsur-angsur diganti
dengan air.Hal ini dapat terjadi pada daerah popok,ketiakdan daerah lainnya.
Dasar preparat topical :
a. Cairan
Sebagai kompres basah juga dapat menghilangkan rasa gatal
Dengan bedak,jika digunakan sebagai pasta pengering
Dengan minyak,jika digunakan sebagai vanishing,karena penitrasinya
cepat dan memungkinkan penguapan
Kelebihan pelumas dan emulsifikasi.Air dalam minyak berfungsi sebagai
krim emolien yang menembus lebih lambat sehingga dapat menahan
kelembaban pada kulit.
b. Minyak sebagai zalf :
hal ini menahan bahan pada kulit untuk waktu yang lama dan mencegah
penguapan air.
c. Bedak,berfungsi meningkatkan penguapan
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15
cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata
60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas juga merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di
dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar
pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian
pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ
ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak
pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk
dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong,
2001).
Fungsi pankreas ada 2 yaitu :
Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim
dan elektrolit.
Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang
bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan
insulin. Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama,
yaitu :
a) Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi
glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang
mempunyai “ anti insulin like activity”.
b) Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80%, membuat insulin.
c) Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin
yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon .
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas,
adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan
diintestin dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan
disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena porta lebih
tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah lagi
menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari
vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal
glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa
hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau
hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glukagon sangat penting pada
metabolisme karbonhidrat. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan
merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan
fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila cadangan
glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif.
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang
dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis
beberapa hormon antara lain :
a) Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin.
Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa
darah dengan cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
b) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
c) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.
d) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
e) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
f) Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone
membentuk suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah
timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin.
2. Pengertian
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes.
Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus
Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan
komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
4. Penyebab
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi
menjadi faktor endogen dan ekstrogen.
a. Faktor endogen: Genetik, metabolic, angiopati diabetik., neuropati
diabetik.
b. Faktor ekstrogen: Trauma, Infeksi, Obat.
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah
angipati, neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan
hilang atau menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga
merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita
akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan
asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka
yang sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang
menyertai Ulkus Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,
sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus
Diabetikum.(Askandar 2001).
5. Patofisiologi
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini
berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas
sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras
dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai
vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah
kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer
memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang
membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus.
Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi.
Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini.
Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya
sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan
infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
6. Manifestasi Klinik
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220) Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul
gambaran klinis menurut pola dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Klasifikasi Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan, yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
7.. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah
a. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki / jari (-), kalus, claw toe.
Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 – 5 )
Palpasi
a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal.
b) Klusi arteri dingin,pulsasi ( – )
c) Ulkus :kalus tebal dank eras.
b. Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomielitis
c. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
Urine: Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
Kultur pus: Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
8. Penatalaksanaan Medik
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien
dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO). Berdasarkan cara kerjanya OHO
dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3) Penghambat glukoneogenesis.
4) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin: Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar
glukosa darah.
d. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara
lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan
mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic
ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg
dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara
mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka
amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan
terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar
glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari
terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus
Diabetik:
a) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan
kadar lemak.
b) Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara
optimal.
d) Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada
malam hari.
e) Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri
dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
f) Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas
12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada
penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi
yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%.
Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah
yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau
infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita
dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun
sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai
perawatan pasien secara total.
g) Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.
Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, kursi roda, sepatu yang
tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur,
tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus
diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak
peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang
ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka.
h) Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
b. Derajat I – V : pengelolaan medik dan bedah minor.
ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DM (POST-OP)
PADA Tn.R.B di RUANG CENDRAWASIH
Format Pengkajian
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian: 13 juni2013
Waktu: 09.00 WIB
A. Data Pasien Dan Penangung Jawab
a. Identitas Pasien
Nama: Tn. R.B
Umur: 53 Th
Jenis Kelamin: Laki-laki
Status: Menikah
Agama: Islam
Pendidikan: Tamat SD
Pekerjaan: Buruh
Alamat: Rengas 7/4 Kedungwuni
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama: Ny.R
Umur: 55 Th
Jenis Kelamin: Perempuan
Status: Menikah
Hubungan: Istri
Agama: Islam
Pendidikan: Tamat SD
Pekerjaan: Buruh/ Ibu Rumah Tangga
Alamat: Rengas 7/4 Kedungwuni
B. Pengkajian
a. Keluhan Utama:
Luka di kaki kiri
Keluhan Utama Masuk RS:
Pasien datang ke RS dengan keluhan ada luka dikaki kirinya yang
tidak sembuh-sembuh
Keluhan Utama Saat Pengkajian:
Saat pengkajian pasien mengatakan kakinya luka besar dan dalam,
tidak sembuh-sembuh, bengkak, kulit sekitar luka menjadi hitam dan
kaku, yang menyebabkan pasien kesulitan untuk beraktifitas.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan lukanya awalnya tidak seperti sekarang, sebulan
yang lalu dirumah awalnya kakinya terdapat bisul, kemudian digaruk
hingga timbul luka. Lama luka tersebut semakin melebar dan tidak
sulit sembuh, hingga akhirnya tanggal 4 juni beliau datang ke RS di
IGD, dan mendapatkan saran untuk dirawat inap, karena hasil
laboratoriumnya nilai GDS (gula darah sewaktu) sangat tinggi 276
mg/dl, terdapat ulkus dan hal ini ditunjang pasien memiliki riwayat
DM. Saat Pengkajian luka ulkus post-op, presentasi luka dalam, lebar,
bau, terdapat pes, ada jaringan nekrotik, ada jaringan slough,
hiperpigmentasi sekitar luka, turgor kering, bengkak, dan neuropati.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengatakan mempunyai riwayat diabetes (DM), tidak
memiliki riwayat hipertensi, tidak memiliki riwayat jantung.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Mempunyai Penyakit Keturunan:
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM,
Hipertensi, Jantung, TB Paru, Asma.
Mempunyai Penyakit Menular:
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menular seperti HIV
Aids, hepatitis, TB Paru, ikterik.
Perawatan/Pengobatan:
Pasien mengatakan pernah menjalani perawatan rawat jalan di RS
dikarenakan kontrol harian diabetes melitus.
c. Genogram
Keterangan :
: laki-laki
O :wanita
: meninggal
: menikah
: keturunan
serum
ah
: klien
d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar (virginia henderson)
1. Pola Oksigenasi
Keluhan: pasien mengatakan tidak memiliki keluhan
oksigenasi seperti sesak, sulit bernafas.
Inspeksi:
Jaln nafas baik, tidak ada sumbatan secret, tidak
adacuping hidung, ada pengembangan dada. Bentuk
dada simetris, frekuensi 21x/menit, irama teratur,
sifat pernafasan menggunakan dada, kulit daerah
dada tidak ada lesi, tidak ada jejas, tidak
pigeonchest
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan kulit daerah dada, ada taktil
fremitus dimana getar kiri lebih besar dibandingkan
getar kanan.
Perkusi:
Terdengar suara perkusi dada sonor
Auskultasi:
Terdengar bunyi vesikular (nafas ekspirasi,inspirasi
halus)
2. Pola Nutrisi
Keluhan: pasien mengatakan tidak memiliki keluhan
seperti tidak nafsu makan, mual, muntah
Inspeksi:
Mulut tidak sumbing, bibir tidak ada sariawan, lidah
kotor ada sisa makanan, gigi kotor ada caries gigi
ada bekas makanan, mukosa bibir lembab, abdomen
tidak ada lesi tidak buncit
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan palatum, tidak ada nyeri tekan
bibir, tidak ada nyeri tekan lidah, tidak ada nyeri
tekan gigi, tidak ada nyeri tekan mukosa bibir, tidak
ada pembesaran tonsil, tidak ada nyeri tekan
abdomen, tidak ada pembesaran hati,limfe.
Perkusi:
Terdengar perkusi abdomen timpani
Auskultasi:
Terdengar bising usus +, 17x/menit saat pengkajian
3. Pola Eliminasi
Keluhan: pasien mengatakn sering BAK.
Inspeksi:
Tidak ada lesi abdomen, tidak buncit.
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada
pembesaran hati, tidak ada pembesaran limfe
Perkusi:
Terdengar perkusi abdomen timpani
Auskultasi:
Terdengar bising usus +. 17x/menit saat pengkajian
4. Pola Aktifitas
Keluhan: pasien mengatakan kesulitan beraktifitas.
TTV:
TD: 140/90 mmHg, S: 37.2”C, N: 21x/menit, N:
78x/menit
Skala Aktifitas 4, Pasien memerlukan bantuan dan
pengawasan orang lain dan alat bantu
Skala Mobilitas 3, Pasien memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain dan peralatan.
Kekuatan Otot 4,Gerakan normal menentang
gravitasi dengan sedikit tahanan. Bagian X.ULKUS
Skala 2, gerakan otot penuh menentang gravitasi
dengan sokongan
5. Pola Istirahat Dan Tidur
Keluhan: pasien mengatakn istirahat dan tidurnya
terganggu karena luka di kaki yang menyebabkan
hambatan bergerak.
Waktu tidur:
Lama jam tidur siang 1-2 jam, lama jam tidur malam
3-5 jam
6. Kebutuhan Berpakaian
Keluhan: pasien mengatakan saat berpakaian
(pakaian bawah) mengalami sedikit kesulitan
Berganti pakaian 2x/hari
7. Mempertahankan Temperatur Tubuh
Keluhan: pasien mengatakan badannya panas. O/
suhu: 37.2”C
Suhu: 37.2” C, Akral dingin, turgor kering, mukosa
bibir lembab
8. Personal Hygiene
Keluhan: pasien mengatakan kesulitan untuk mandi
karena hambatan gerakan
Inspeksi:
Rambut kotor ada ketombe, mulut kotor ada sisa
makanan, telinga kotor ada serumen dan lapisan
lilin, kulit bersih putih, kuku panjang dan kotor.
Frekuensi:
Mandi 2x/hari, gosok gigi 1x/hari, mengganti pakain
kotor 2x/hari
9. Kebutuhan Aman Dan Nyaman
Keluhan: pasien mengatakan tidak nyaman saat
gerak dan mobilisasi (kaku,nyeri ekstremitas)
P: Nyeri ekstremitas meningkat disaat bergerak,
nyeri berkurang saat istirahat
Q: Melekit-lekit
R: Sekitar Luka (Daerah yangg bengkak)
S: 7 (Nyeri, dpt tertahankan)
T: Kadang-kadang
Pemeriksaan terkait organ yang dikeluhkan:
Inspeksi: hiperpigmentasi sekitar luka, turgor kering
Palpasi: sekitar luka bengkak pasien mengeluh nyeri
10. Komunikasi
Keluhan: pasien mengatakan tidak kesulitan dalam
berbicara/komunikasi.
Pasien tidak terlihat hati-hati dalamberbicara, pasien
terbuka, kooperatif, terkadang menggunakan
bahasa isyarat
Pemeriksaan Fisik
Mata
Inspeksi: mata kemerahan, mata kanan-kiri simetris,
ada refleks kedip mata
Palpasi: tidak ada nyeri tekan palpebra-bulbi,
kekuatan kedua mata sama
Telinga
Inspeksi: telinga kanan kiri semetris, telinga dalam
kotor ada serumen
Palpasi: tidak nyeri tekan helix, antihelix, pina,
tragus, kleidomastoideus
11. Pola Spiritual
Keluhan : pasien mengatakan semenjak dirumah
sakit pola spiritualnya terganggu
Kebutuhan untuk beribadah tidak terpenuhi
Terdapat masalah dalam beribadah karena tidak
dapat menjalankan sholat lima waktu.
12. Pola Kerja
Keluhan : pasien mengatakan tidak bekerja selama
sakit dirawat di rumah sakit
Pekerjaan pasien sebelum sakit adalah buruh
Waktu bekerja sebelum sakit 1 – 6 jam
C. Data Obyektif
a) Pemeriksaan umum :
- Keadaan umum : bagus, mampu berbicara, ada reflek
- Kesadaran : komposmentis E : 4 M : 6 V : 5
- Tekanan darah : 140/90 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- Suhu : 37, 02 derajat celcius
- RR : 21 x/ menit
- Antropometri :
- Berat Badan : 48 Kg
- Tinggi badan : 154 cm
- BBI : (TB - 100 ) x 1 kg
(154 – 100 ) x 1 kg = 54 Kg
b) Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi : Penyebaran rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dikepala, tidak ada
pembesaran,penumpukan cairan
Muka
Inspeksi : wajah bersih, tidak ada lesi
Palpasi :tidak ada nyeri tekan muka, tidak ada fraktur tulang pipi
(os.zigomatikum)
Mata
Inspeksi : mata sedikit kemerahan, tidak ikterik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan mata, kekuatan kedua mata sama
Hidung
Inspeksi : kotor, tidak ada lesi, tidak ada polip, tidak ada cuping
hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan hiddung, tidak ada
benjolan/polip, tidak ada fraktur os.nasalis
Mulut
Inspeksi : bersih, lidah kotor, ada caries gigi, mukosa lembab
Palpasi : tidak ada nyeri tekan mulut karena tidak ada stomatitis,
tidak ada fraktur mandibula
Telinga
Inspeksi : kotor, ada serumen, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan aurikula, tidak ada nyeri tekan
kleidomastoideus
Leher
Inspeksi : tidak ada lesi, iritasi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan leher, tidak ada pembesaran
kalenjar tiroid
2) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan, seperti
pigeon chest ataupun barel chest, pengembangan dada normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dada.
Perkusi : terdengar suara perkusi sonor
Auskultasi : Vesikuler
3) Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi , tidak buncit.
Auskultasi : Terdengar bising usus 17x/menit
Perkusi : terdengar perkusi tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada pembesaran
hepar, tidak ada pembesaran limfe.
4) Ekstremitas
Inspeksi : pada ektremitas atas bagian kanan terpasang infus,
ekstremitas bawah kiri luka, ada pus, hiperpigmentasi sekitar
luka, bengkak
Palpasi : ada nyeri tekan sekitar luka luka
5) Kulit
Inspeksi : kulit bersih, kering, tidak ada lesi, kulit ekstremitas
atas bersih, tidak ada lesi, kulit ekstremitas bawah kiri terjadi
hiperpigmentasi didaerah sekitar luka, ada luka, ada pus, kulit
kering
Palpasi : ada nyeri tekan daerah luka
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hari/tanggal : 03/06/2013
No Jenis Hasil Nilai normal
1 HbSAg - Normal
2 GDS 276 mg/dl 80 - 130 mg/dl
3 SGOT 96 u/i 0 – 37 u/i
4 SGPT 51 u/i 0 – 42 u/i
5 REA ( ureum) 54 mg/dl 10 – 100 mg/dl
6 Creatinin 0,80 mg/dl 0,6 – 1,1 mg/dl
Hasil GDS :
Hari/tanggal : 06/06/2013
Hasil :138 mg/dl
Tanggal 13/06/2013
Hasil : 130 mg/dl
Tanggal : 14/06/2013
Hasil : 95 mg/dl
Tanggal 15/06/2013
Hasil : 122 mg/dl
Tanggal : 16/06/2013
Hasil : 128 mg/dl
Tanggal 17/06/2013
Hasil : 120 mg/dl
Terapi
Tanggal 3-5 juni
No Jenis Terapi Dosis Fungsi
1
2
3
4
5
6
7
8
Inf. Asering
Inj. Ranitidin
Inj. Ketorolag
Inj. Cyprofloxacin
Ulsidex
Antasid
Mecobalamin
Asam mefenamat
5 x 500 ml
2 x 50 mg
2 x 250 mg
3 x 200 mg
2 x 5 ml
3 x 500 mg
3 x 500 mg
3 x 250 mg
Mengganti Cairan
Mngurangi Mual, anti histamin
Mengurangi Nyeri
Antibiotik
Mengurangi Nyeri
Anti Alergi
Vitamin B12
Mengurangi Nyeri
Terapi
Tanggal 6 juni- 17 juni 2013
No Jenis Terapi Dosis Fungsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Inf. RL
Inj. Ketorolag
Inj. Cefrazidin
Inf. Metronidazol
Mexformin
Amlodipin
Captropril
Glimepirid
Mecobalamin
500 ml x 12
3 x
2 x
3 x
3 x 500 mg
1 x
3 x 12,5 mg
1-1-0-0
3 x 500 mg
Mengganti Cairan
Mengurangi Nyeri
Alfa adrenergic. antibiotik
Antibiotik
Anti DM
Anti Hipertensi
Anti Hipertensi
Anti Hiperglikemi
Vitamin B12
10
11
Vit. B.C
Gabexal
3 x
1 x 30 gr
ANALISA DATA
1. DS :
Pasien mengatakan lukanya tidak sembuh-sembuh, lukanya semakin dalam
dan melebar
DO :
Adanya gangren (sampai tendon), ada ajaringan nekrotik, hiperpigmentasi,
neuropati.
Etiologi:
Perubahan Sirkulasi
Problem :
Kerusakan Integritas Jaringan
2. DS :
Pasien mengatakan terhambat dan kesulitan berjalan, kakinya terasa kaku,
dan gemetar saat gerak
DO :
Pasien terlihat berjalan dengan bantuan orang lain dan menggunakan alat
bantu, tremor pergerakan, postur tubuh tidak stabil, pergerakan lambat
Etiologi :
Keterbatasan Pergerakan Mandiri
Problem :
Hambatan Mobilitas Fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Penurunan
Sirkulasi
2. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kendali
Otot
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan Integritas Jaringan Berhubungan Dengan Penurunan
Sirkulasi
2. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kendali
Otot
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kerusakan Integritas Jaringan Berhubungan Dengan Penurunan
Sirkulasi
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
menunjukkan integritas jaringan kulit dengan kriteria hasil :
- keutuhan kulit
- ada perfusi jaringan
- Tidak ada nekrosis
- Ada sensasi nyeri
Intervensi :
- Kaji luka ( lebar dan kedalaman)
R/ untuk mengetahui presentasi luka ( lebar, kedalaman)
- Rawat luka
R/ untuk meminimalisasi infeksi dan mengembalikan integritas kulit
- Ajarkan tentang pentingnya kebutuhan personal hygiene
R/ untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan yang
menunjang penyembuhan
- Kolaborasi
R/ memberikan obat sesuai advis dan kebutuhan pasien
2. Hambatan Mobilitas Fisik Berjalan Berhubungan Dengan Gangguan
Keseimbangan
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
mobilitas fisik berjalan maksimal dengan kriteria hasil :
- Mampu melakukan aktivitas mandiri secara bertahap sesuai kemampuan
- Tidak menggunakan alat bantu
- Pergerakan pasien bertambah luas ( berjalan, berdiri)
Intervensi :
- Kaji tingkat kekuatan otot pasien
R/ mengetahui skala kekuatan otot pasien
- Berikan motivasi kepada pasien
R/ meningkatkan semangat, percaya diri dan memberi dorongan psikis
- Ajarkan gerakan pada ekstremitas sesuai kemampuan pasien
R/ melatih pergerakan ekstremitas untuk menghindari kekakuan otot
- Kolaborasi
R/ memberikan obat sesuai advis dokter dan kebutuhan pasien
IMPLEMENTASI
Diagnosa I
08.00 WIB : Mengkaji luka ( lebar dan kedalaman)
DS : Pasien mengatakan lukanya semkin melebar dibandingkan awal mula luka
DO : Lebar luka +_ 15cm, panjang luka+_ 15cm, kedalaman 10cm, ada jaringan
nekrotik, ada pes, ada jaringan slough, ada jaringan granulasi, odor.
08.30 WIB : Melakukan rawat Luka
DS : Pasien mengatakan bersedia untuk dilakukan rawat luka dan ganti balut
DO : Dilakukan rawat luka menggunakan NaCl, dan ganti balutan.
09.00 WIB : Kolaborasi
DS : Pasien mengatakan melakukan semua advis dokter dan perawat (meminum
obat, makan,minum sesuai advis dokter)
DO : Dilakukan pemberian obat oral sesuai advis dokter dan injeksi sesuai advis
dokter
11.00 WIB : Mengajarkan tentang pentingnya kebutuhan personal hygiene
DS : Pasien mengatakan bersedia untuk diberikan informasi pengetahuan tentang
pentingnya kebersihan diri
DO : mengajarkan kebersihan diri yang benar, saat diberikan informasi pasien
mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan
14.30 WIB : Mengkaji tingkat kekuatan otot pasien
21.15 WIB : Memberikan motivasi kepada pasien
21.25WIB : Mengajarkan gerakan pada ekstremitas sesuai kemampuan pasien
23.00 WIB : Kolaborasi
EVALUASI
1. DIAGNOSA I
Hasil SOAP
S : Pasien mengatakan kakinya masih terasa kaku bengkak
O : Masih terjadi hiperpigmentasi ekstremitas, turgor kering, tidak ada
sensasi nyeri, oedema sekitar luka dan ekstremitas.
TD: 150/90 mmHg, S:37,3”C, N:76x/mnt, RR: 22x/mnt
A: Masalah Belum Teratasi
P : Ulangi Intervensi
2. DIAGNOSA II
Hasil SOAP
S : Pasien mengatakan lukanya tidak sembuh-sembuh, lukanya semakin
dalam dan melebar
O :Adanya gangren (sampai tendon), ada ajaringan nekrotik,
hiperpigmentasi, neuropati
TD: 150/90, S:37.3”C, N:78x/mnt, RR:22x/mnt
A : Masalah Belum Teratasi
P : Ulangi Intervensi
3. DIAGNOSA III
Hasil SOAP
S : Pasien mengatakan lukanya belum membaik, masih berair dan bau.
O : Terdapat pes, ada jaringan nekrotik, ada slough, bengkak, odor
A : Masalah Belum Teratasi
P : Ulangi Intervensi
4. DIAGNOSA IV
Hasil SOAP
S : Pasien mengatakan masih sulit berjalan, kakinya terasa kaku,
O : Pasien berjalan dengan bantuan orang lain dan menggunakan alat bantu
A : Masalah Belum Teratasi
P : Ulangi Intervensi