Post on 24-Dec-2015
description
LAPORAN PENDAHULUAN
ARTHRITIS REUMATOID PADA LANSIA
A. Pengertian
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson
dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan
dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali
berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang,
obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.
B. Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa
osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi
pada penuaan berbeda dengan perubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosartritis lutut dan sendi.
Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
osteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diatas usia 50 tahun (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing
suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan
tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada
sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis
sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit)
yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Cedera sendi, pekerjaan
dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan
resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
6. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan
dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
7. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih
padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima
oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih
mudah robek.
C. Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
1. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik
sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling
sering ditemukan yaitu:
2. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan
menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan
berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis dipersendian
menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi
biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan terjadi
akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus
yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di
sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris
(terjadi pada kedua sisi).
Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada
yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun
semuanya belum terbukti. Berbagai faktor termasuk kecenderungan
genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus
Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres
yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan
satu¬-satunya anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang
dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial
mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi
hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan
respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat
menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan
dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan
merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan
bentuk).
3. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan
penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan
biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama. Proses penyakitnya
berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai
seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan
jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular).
Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai
dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan
sendi.
Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa
faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu :
Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa,
genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan,
dan olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
4. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah
(hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga
dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal
monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik
gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui
(idiopatik).
Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat
meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit
(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang
tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton
(hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton
yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
5. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan
lunak di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga
reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik
yang sering ditemukan yaitu:
a. Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama
di batang tubuh dan anggota gerak. Fibrosis lebih sering
ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya
adalah faktor kejiwaan.
b. Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang
menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya.
Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus
tendon.
c. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen
melekat pada tulang. Entesis ini dapat mengalami
peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa
timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan,
degenerasi, atau radang sendi.
d. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat
perlekatan tendon atau otot ke tulang. Peradangan bursa
juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
e. Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan
dengan proses degenerarif diskus intervertebralis,
bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau
sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri
maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses
peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
f. Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena
semua orang pernah mengalaminya. Nyeri terdapat
kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan
sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
g. Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah
persendian di pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke
lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat,
terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan
kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi
terbatas.
D. Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang
lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah
immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut
atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut
atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
E. Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup
yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago
artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain.
terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
Sedimentasi eritrosit meningkat
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik,
cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
G. Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya
bersifat simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja
hanya sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan
yang tepat
7. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan
8. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan
asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh
dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan
makanan
Makanan yang boleh
diberikan
Makanan yang tidak boleh
diberikan
Karbohidrat
Protein hewani
Protein nabati
Lemak
Sayuran
Buah-buahan
Minuman
Bumbu, dll
Semua
Daging atau ayam, ikan tongkol,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu,
keju
Kacang-kacangan kering 25 gr
atau tahu, tempe, oncom
Minyak dalam jumlah terbatas.
Semua sayuran sekehendak
kecuali: asparagus, kacang
polong, kacang buncis,
kembang kol, bayam, jamur
maksimum 50 gr sehari
Semua macam buah
Teh, kopi, minuman yang
mengandung soda
Semua macam bumbu
--
Sardin, kerang, jantung, hati,
usus, limpa, paru-paru, otak,
ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
--
--
Asparagus, kacang polong,
kacang buncis, kembang kol,
bayam, jamur maksimum 50 gr
sehari
--
Alkohol
Ragi
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Kasus
Ny.mei berusia 54 tahun,datang keklinik dengan keluhan Klien
mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta
pergelangan tangan kiri,Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk,Klien
mengatakan nyeri timbul pada malam dan pagi hari saat bangun tidur,Klien
mengatakan nyeri bertambah saat bergerak,Klien mengatakan nyeri hilang
timbul,Klien mengatakan sendi pergelangan kaki kanan dan kiri terasa
kaku,Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya bengkak,Klien tampak
berhati-hati bergerak,Status fungsional (katz indeks AKS) B: kemandirian
dalam semua hal kecuali mobilisasi,ROM terbatas pada pergelangan kaki kanan
dan kaki kiri karena nyeri,Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan
berjalan,Skala kekuatan otot 5 atau sedang,Kaki klien gemetar saat berdiri,
Klien mengatakan selama sakit dan di wisma tidak pernah bekerja/berkebun
lagi,Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi sumber pendapatan,Klien
mengatakan pagi ini belum mandi,Klien mengatakan kesulitan saat mandi,klien
selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa yang diderita,klien juga bertanya
tentang penyebab dari penyakitnya.
Pada pengkajian fisik skala nyri nya 5 atau sedang,Ekspresi wajah
meringis,Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas pada area dorsum
pedis dextra,Nyeri tekan pada area dorsum pedis,Klien mengatakan terasa kaku
pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien mengatakan jika ingin berdiri
dan jalan harus dibantu dengan tongkat,Klien mengatakan bila bergerak kakinya
bertambah nyeri, Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti yang
lain,Klien tidak memiliki sumber pendapatan,Rambut tampak acak-
acakan,Penampilan tidak rapi,Tercium bau badan klien,Kuku panjang dan
kotor,Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang bersih.pada pemeriksaan TTV
terdapat : TD :140/100 mmHg,suhu :36,7 derajat celcius,pernapasan :28
X/mnit,nadi :84X/menit.
B.Analisa Data
NO Data Fokus Masalah
1
2.
DS:
Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki
kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri.
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan nyeri timbul pada malam dan
pagi hari saat bangun tidur.
Klien mengatakan nyeri bertambah saat
bergerak.
Klien mengatakan nyeri hilang timbul
Klien mengatakan sendi pergelangan kaki kanan
dan kiri terasa kaku.
Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya
bengkak.
DO:
Ekspresi wajah meringis.
Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas
pada area dorsum pedis dextra.
Ada nodul berisi pus pada pergelangan kaki
kanan dan lutut kiri. Nyeri tekan pada area dorsum
pedis.
DS:
Klien mengatakan terasa kaku pada sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri.
Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan
harus dibantu dengan tongkat.
Klien mengatakan bila bergerak kakinya
bertambah nyeri
Nyeri
Kerusakan imobilitas fisik
3.
4.
DO:
Klien tampak berhati-hati bergerak.
Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi.
ROM terbatas pada pergelangan kaki kanan dan
kaki kiri karena nyeri.
Klien menggunakan tongkat (kruk) saat berdiri
dan berjalan.
Skala kekuatan otot
Kaki klien gemetar saat berdiri.
DS
Klien mengatakan selama sakit dan di wisma
tidak pernah bekerja/berkebun lagi.
Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi
sumber pendapatan.
DO:
Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti
yang lain.
Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi.
Klien tidak memiliki sumber pendapatan.
DS:
Klien mengatakan pagi ini belum mandi.
Klien mengatakan kesulitan saat mandi.
DO:
Rambut tampak acak-acakan.
Penampilan tidak rapih.
Tercium bau badan klien.
Kuku panjang dan kotor.
Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang bersih.
Perubahan peran
Defisit perawatan diri
5.
6.
DS:
DO :
klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa
yang diderita.
klien juga bertanya tentang penyebab dari
penyakitnya.
DS:
Klien mengatakan terasa kaku pada sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien mengatakan
jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan
tongkat.
DO :
Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan
berjalan.
Kaki klien gemetar saat berdiri.
Kurang pengetahuan
Resiko cedera
Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi. Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri,
ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/
respons autonomic. Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi. Hasil yang
diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor-
faktor yang mempercepat dan tanda-
tanda rasa sakit non verbal.
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl,
karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.
d. Dorong untuk sering mengubah
posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan
bawah, hindari gerakan yang menyentak.
e. Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat atau mandi pancuran pada waktu
a.Membantu dalam menentukan
kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program.
b.Matras yang lembut/ empuk,
bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stress
pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri.
c.Mengistirahatkan sendi-sendi
yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan pada sendi.
d.Mencegah terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/ rasa sakit pada sendi.
e.Panas meningkatkan relaksasi
otot, dan mobilitas, menurunkan
rasa sakit dan melepaskan
kekakuan di pagi hari. Sensitivitas
bangun dan/atau pada waktu tidur.
Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi, dan sebagainya.
f. Berikan masase yang lembut
g. Dorong penggunaan teknik
manajemen stres, misalnya relaksasi
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed
back, visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan pengendalian napas.
h.Libatkan dalam aktivitas hiburan yang
sesuai untuk situasi individu.
i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan
yang direncanakan sesuai petunjuk.
j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai
petunjuk (mis:asetil salisilat) .
pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan.
f. meningkatkan relaksasi/
mengurangi nyeri.
g.Meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan
kemampuan koping.
h. Memfokuskan kembali
perhatian, memberikan stimulasi,
dan meningkatkan rasa percaya
diri dan perasaan sehat.
i. Meningkatkan realaksasi,
mengurangi tegangan otot/
spasme, memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi.
j. sebagai anti inflamasi dan efek
analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
k.Rasa dingin dapat
menghilangkan nyeri dan bengkak
selama periode akut.
k. Berikan kompres dingin jika
dibutuhkan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/
ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan
otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/
pembatasan kontraktur
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi
dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.
Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas.
NO INTERVENSI RASIONAL
a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat
inflamasi/ rasa sakit pada sendi.
b. Pertahankan istirahat tirah baring/
duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat yang
terus menerus dan tidur malam hari yang
tidak terganggu.
c. Bantu dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikiqan juga latihan
resistif dan isometris jika
memungkinkan.
Tingkat aktivitas/ latihan
tergantung dari perkembangan/
resolusi dari peoses inflamasi.
Istirahat sistemik dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk
mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan.
Mempertahankan/ meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan
d. Ubah posisi dengan sering dengan
jumlah personel cukup. Demonstrasikan/
bantu tehnik pemindahan dan
penggunaan bantuan mobilitas, mis,
trapeze
e. Posisikan dengan bantal, kantung
pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah
leher.
g. Dorong pasien mempertahankan
postur tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.
h. Berikan lingkungan yang aman,
tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas
yang berlebihan dapat merusak
sendi.
Menghilangkan tekanan pada
jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Mempermudah perawatan
diri dan kemandirian pasien. Tehnik
pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit.
Meningkatkan stabilitas
( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi yang
diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor.
Mencegah fleksi leher.
Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas.
Menghindari cidera akibat
kecelakaan/ jatuh.
Berguna dalam memformulasikan
program latihan/ aktivitas yang
misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada
toilet, penggunaan kursi rodai.
Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/
pengubah tekanan.
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai
indikasi (steroid).
berdasarkan pada kebutuhan
individual dan dalam
mengidentifikasikan alat.
Mungkin dibutuhkan untuk
menekan sistem inflamasi akut.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan
penampilan. Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan
peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya
hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
NO INTERVENSI RASIONAL
a.Dorong pengungkapan mengenai
masalah tentang proses penyakit,
Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa takut/
harapan masa depan.
b. Diskusikan arti dari kehilangan/
perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn
pribadi pasien dalam memfungsikan
gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-
aspek seksual.
c.Diskusikan persepsi pasienmengenai
bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
d. Akui dan terima perasaan berduka,
bermusuhan, ketergantungan.
e. Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
f. Susun batasan pada perilaku mal
adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang
dapat membantu koping.
g. Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas.
kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung.
Mengidentifikasi bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi
diri dan interaksi dengan orang lain
akan menentukan kebutuhan
terhadap intervensi/ konseling lebih
lanjut.
Isyarat verbal/non verbal orang
terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya sendiri.
Nyeri konstan akan melelahkan,
dan perasaan marah dan
bermusuhan umum terjadi.
Dapat menunjukkan emosional
ataupun metode koping
maladaptive, membutuhkan
intervensi lebih lanjut.
Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri, yang
dapat meningkatkan perasaan harga
diri.
Meningkatkan perasaan harga diri,
mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam
terapi.
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan
yang diperlukan.
i. Berikan bantuan positif bila perlu.
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling
psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri,
psikolog.
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan
obat-obatan peningkat alam perasaan.
Mempertahankan penampilan yang
dapat meningkatkan citra diri.
Memungkinkan pasien untuk
merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku
positif. Meningkatkan rasa percaya
diri.
Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka
panjang/ ketidakmampuan
Mungkin dibutuhkan pada saat
munculnya depresi hebat sampai
pasien mengembangkan kemapuan
koping yang lebih efektif.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan
sehari-hari. Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
NO INTERVENSI RASIONAL
a.Diskusikan tingkat fungsi umum
(0-4) sebelum timbul awitan/
Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum dengan melakukan adaptasi yang
eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang
diantisipasi.
b. Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan program
latihan.
c. Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi /rencana untuk
modifikasi lingkungan.
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli
terapi okupasi.
e. Kolaborasi: Atur evaluasi
kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.
f. Kolaborasi : atur konsul dengan
lembaga lainnya, mis: pelayanan
perawatan rumah, ahli nutrisi.
diperlukan pada keterbatasan saat ini.
Mendukung kemandirian
fisik/emosional.
Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan
harga diri.
Berguna untuk menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan individual.
Mis; memasang kancing, menggunakan
alat bantu memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk mandi
pancuran.
Mengidentifikasi masalah-masalah yang
mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual.
Mungkin membutuhkan berbagai
bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah.
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi,
pernyataan kesalahan konsep. Tidak tepat mengikuti instruksi/
terjadinya komplikasi yang dapat dicegah. Hasil yangdihapkan/
kriteria Evaluasi-Pasien akan : Menunjukkan pemahaman tentang
kondisi/ prognosis, perawatan.
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk
modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau
pembatasan aktivitas.
NO INTERVENSI RASIONAL
a.Tinjau proses penyakit,
prognosis, dan harapan masa
depan.
b. Diskusikan kebiasaan
pasien dalam penatalaksanaan
proses sakit melalui diet,obat-
obatan, dan program diet
seimbang, latihan dan
istirahat.
c.Bantu dalam merencanakan
jadwal aktivitas terintegrasi
yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian
obat-obatan, terapi fisik, dan
manajemen stres.
d. Tekankan pentingnya
melanjutkan manajemen
farmakoterapeutik.
e. Anjurkan mencerna obat-
obatan dengan makanan, susu,
atau antasida pada waktu
tidur.
f. Identifikasi efek samping
obat-obatan yang merugikan,
mis: tinitus, perdarahan
gastrointestinal, dan ruam
purpuruik.
g. Tekankan pentingnya
Memberikan pengetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.
Tujuan kontrol penyakit adalah untuk
menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain
untuk mempertahankan fungsi sendi dan
mencegah deformitas.
Memberikan struktur dan mengurangi
ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks.
Keuntungan dari terapi obat-obatan
tergantung pada ketepatan dosis.
Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri
pada HS akan meningkatkan tidur dan
m,engurangi kekakuan di pagi hari.
Memperpanjang dan memaksimalkan dosis
aspirin dapat mengakibatkan takar lajak.
Tinitus umumnya mengindikasikan kadar
terapeutik darah yang tinggi.
Banyak produk mengandung salisilat
membaca label produk dan
mengurangi penggunaan obat-
obat yang dijual bebas tanpa
persetujuan dokter.
h. Tinjau pentingnya diet yang
seimbang dengan makanan
yang banyak mengandung
vitamin, protein dan zat besi.
i.Dorong pasien obesitas
untuk menurunkan berat
badan dan berikan informasi
penurunan berat badan sesuai
kebutuhan.
j. Berikan informasi mengenai
alat bantu
k. Diskusikan tekinik
menghemat energi, mis:
duduk daripada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan
mandi.
l. Dorong mempertahankan
posisi tubuh yang benar baik
pada sat istirahat maupun
pada waktu melakukan
aktivitas, misalnya menjaga
agar sendi tetap meregang ,
tidak fleksi, menggunakan
bebat untuk periode yang
ditentukan, menempatkan
tangan dekat pada pusat tubuh
tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko
takar layak obat/ efek samping yang
berbahaya.
Meningkatkan perasaan sehat umum dan
perbaikan jaringan.
Pengurangan berat badan akan mengurangi
tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut,
pergelangan kaki, telapak kaki.
Mengurangi paksaan untuk menggunakan
sendi dan memungkinkan individu untuk ikut
serta secara lebih nyaman dalam aktivitas
yang dibutuhkan.
Mencegah kepenatan, memberikan
kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.
mekanika tubuh yang baik harus menjadi
bagian dari gaya hidup pasien untuk
mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
selama menggunakan, dan
bergeser daripada mengangkat
benda jika memungkinkan.
m. Tinjau perlunya inspeksi
sering pada kulit dan
perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat
penyokong. Tunjukkan
pemberian bantalan yang
tepat.
mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit.
6. resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot
NO INTERVENSI RASIONAL
a.Berikan obat anti rematik.
b.Anjurkan klien berhati-hati saat berdiri
dan berjalan .
c.Anjurkan klien duduk apabilanyeri saat
berdiri atau berjalan.
d.Anjurkan klien menggunakan tongkat
atau alat bantu jalan.
e.Jelaskan kepada keluarga klien tentang
teknik menolong klien saat timbul nyeri
rematik.
a.meminimalkan rasa nyeri.
b.Sikap yang tidak berhati-hati
memicu tingkat cedera yang
tinggi.
c.
d.meminimalakan tingkat cedera.
e.meringankan tugas perawat
sekaligus pertolongan pertama
pada klien dalam keadaan
mendadak.
D.Evaluasi
1. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
2. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
3. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
4. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
5. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
kompensasi bagian tubuh.
6. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
7. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan
8. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik
menahun yang proses patologi utamanya terjadi di cairan sinovial.
Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis
yang nyata dan tanda-tanda keradangan sistemik. Baisanya gejala timbul
perlahan-lahan seperti lelah, demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat
badan, nyeri, dan kaku sendi.
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi
atau sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan
utama dari program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan,
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki
deformaitas.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep
rheumatoid atritis serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta :
Salemba Medika.
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Anonim, 2004, Arthritis, http://www.arthritis.org.
http://www.peutuah.com/artritis-reumatoid-rematik/
http://nurse87.wordpress.com/2009/12/12/asuhan-keperawatan-rheumatoid-
artritis/
http://ilmukeperawatan.wordpress.com
http://askepdoumbojo.blogspot.com/2010/08/askep-muskuloskeletal.html
http://www.peutuah.com/pengkajian-sistem-muskuloskeletal/
http://asuhankeperawatan-kumpulan-askep.blogspot.com/
2009_07_01_archive.html