Corak Dan Kecenderungan Penafsiran Al-qur’An

Post on 26-Dec-2015

57 views 0 download

Transcript of Corak Dan Kecenderungan Penafsiran Al-qur’An

CORAK DAN KECENDERUNGAN PENAFSIRAN AL-QUR’AN

KELOMPOK 7:EDY PRAYETNOANWAR ZUHRI

SHINTA INDAR S.VIVI DWI A.

TOYBAHTUL MAR’AH

1.TAFSIR FIQH (al-Tafsir al-Fiqhiy/Tafsir al-Ahkam)Pengertian:adalah corak tafsir yang berorientasi

kepada hukum Islam (fiqh).Ciri-cirinya:1. Para mufasirnya adalah orang-orang yang

termasuk tokoh dalam bidang hukum Islam yang menafsirkan Al-Qur’an terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan persoalan hukum Islam.

2. Penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum fiqh saja,ayat yang tidak mengandung hukum fiqh tidak di tafsirkan.

3. Tafsir ini mengintisarikan hukum-hukum Islam,yang berupa ibadah,muamalah,siyasah,dan sebagainya.

Sejarah Munculnya Tafsir Fiqh

Tafsir Fiqh ini muncul bersamaan dengan munculnya al-tafsir bi al-ma’tsur ,karena dalam membina masyarakat Islam di Madinah,Nabi banyak ditanya oleh para sahabat tentang hal-hal yang berhubungan dengan hukum.

Jawaban-jawaban Nabi tersebut kemudian disampaikan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga era pengkondifikasian pada abad ke-2 H.

Kemudian muncullah aliran-aliran yang berbeda dikalangan umat Islam dalam bidang Fiqh.

Tafsir bi al-Ma’tsurAdalah corak tafsir Al-Qur’an yang dalam operasional penafsirannya mengutip dari ayat-ayat Al-Qur’an sendiri dan apa-apa yang dikutip dari hadist nabi

Perkembangan Tafsir Al-Fiqh

Para Ulama pengikut aliran tertentu menafsirkan ayat-ayat hukum sesuai dengan teori yang berlaku dalam alirannya disertai fanatisme terhadap alirannya.

Tidak sedikit yang memaksakan diri untuk memaksakan diri untuk menafsirkan Al-Qur’an mengikuti paham aliran yang dianutnya.

Penafsiran mereka menjadi lebih cenderung membenarkan aliran yang dianut dan mencocok-cocokannya dengan AL-Qur’an.

Kemudian muncul dikalangan ahli sunnah bermacam-macam tafsir fiqh yang cenderung kepada aliran fiqh mereka.

Macam-macam Kitab Tafsir Fiqh Menurut Aliran-Aliran1. Mu’tazilah = al-kasyaf karya al-

Zamakhsyariy2. Hanafiyah = Ruh al-Ma’aniy

karya al-Alusiy3. Malikiyyah = al-Jami’li Ahkam

Al-Qur’an karya al-Qurtubiy4. Salafiyah = al-Fakhr al-Raziy

Kitab-kitab Tafsir Beraliran Fiqh1. Ahkam Al-Qur’an karya al-

Jashshash (w.370 H.)2. Ahkam Al-Qur’an karya Ibn

al-’Arabiy (w.543 H)3. Al-Jami’li Ahkam Al-Qur’an

karya al-Qurtubiy (w.671 H)

2. TAFSIR TASAWUF (al-Tafsir al-Shufiy)Pengertian: adalah corak

penafsiran Al-Qur’an beraliran Tasawuf

Corak tafsir Shuffy dibagi menjadi 2 :

1. Tafsir al-shufiy al-nazhariy2. Tafsir al-shufiy al-’amaliy/al-

faidhiy/al-isyariy

A.) al-Tafsir al-Shufiy al-Nazhariy (teoritis)

Pengertian : adalah tafsir yang disusun oleh ulama yang dalam penafsirannya berpegang pada teori-teori tasawuf yang dianut.

Karakteristik Al-Tafsir Al-Shufiy Al-Nazhariy

1. Literal Al-Quran bukanlah pengertian yang dikehendaki,melainkan pengertian batin.

2. Menggunakan takwil untuk menyesuaikan pengertian Al-Qur’an dengan teori yang dianut

3. Sering memaksakan diri dalam memahami Al-Qur’an dengan penjelasan yang menyimpang dari makna lahir ayat.(menurut al-Farmawi)

Contoh Penafsiran Al-Tafsir Al-Shufiy Al-Nazhariy

Surat al-Fajr ayat 29 dan 30:

Iتي جن وادخلي عبادي في فدخلي“Masuklah engkau (nafsu muthmainnah)ke

dalam golongan hamba-hamba-Ku,dan masuklah ke dalam surga-Ku”

Penafsiran:Yang dimaksud surga dalam ayat tersebut

adalah diri sendiri,karna dengan memasuki diri sendiri dan mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhan.(Ibn al-’Arabiy)

B.) al-Tafsir al-Shufiy al-Isyariy (Praktis)Pengertian : adalah tafsir yng

berusaha menakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan isyarat-isyarat (simbol-simbol)tersembunyi,yang menurut para sufi hanya diketahui ketika mereka melakukan suluk.

Pengertian Suluk Suluk secara harfiah berarti menempuh (jalan). Dalam

kaitannya dengan agama Islam dan sufisme, kata suluk berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju Allah. Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin seumur hidup dalam melaksanakan aturan-aturan agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan agama Islam (hakikat). Ber-suluk juga mencakup hasrat untuk Mengenal Diri, Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati (ilahiyyah), melalui penempaan diri seumur hidup dengan melakukan syariat lahiriah sekaligus syariat batiniah demi mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan.

Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat 69, Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Seseorang yang menempuh jalan suluk disebut salik.

Karakteristik al-Tafsir al-Shufiy al-Isyariy (Praktis)

1. Corak tafsir mengacu kepada amalan praktis

2. Berpendapat bahwa ayat-ayat Al-Qur’an memiliki dua pengertian:

Pengertian tekstual (tersurat)=dapat ditangkap manusia ketika menafsirkan ayat.

Pengertian non-tekstual (tersirat)=Rumit,hanya diketahui orang tertentu melalui latihan rohani.

Contoh Penafsiran al-Tafsir al-Shufiy al-Isyariy

السبيل ابن و بالجنب وصاحب الجنب الجار و القربي الجارذى و)Surat An-Nisa:36)

Artinya:Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.

Yang di tafsirkan bahwa makna batin dari ayat tersebut adalah:

القربي adalah hati الجارذىالجنب adalah tabiat الجاربالجنب adalah akal yang mengikuti syariat صاحبالسبيل adalah anggota-anggota badan yang ابن

taat kepada Allah

Perbandingan atau perbedaan diantara kedua tafsir shufiy

1. Perbandingan pertama: Al-Tafsir al-shufiy al-nazhariy disusun berdasar pokok

pikiran tasawuf filosofis yang mereka anut,setelah itu didatangkan ayat-ayat Al-Qur’an yang menopang pendapat mereka

Al-Tafsir al-shufiy al-isyary disusun atas dasar keruhanian yang ditetapkan oleh mufasir terhadap dirinya,sehingga ia dapat mencapai drajat tertinggi,memungkinkan menerima isyarat suci dari illahi tentang makna suatu ayat.

2. Perbandingan kedua: Mufasir dalam tasawuf nazhariy beranggapan penafsiran

batiniah suatu ayat merupakan makna segala-galanya yang mencakup suatu ayat.

Mufasir dalam tasawuf isyary beranggapan penafsiran mereka bukanlah satu-satunya yang mencakup keseluruhan apa yang dimaksud oleh suatu ayat.

Tafsir ini banyak terdapat kesalahan atau penyimpangan,namun bisa diterima jika memenuhi syarat:

1. Tidak bertentangan dengan zhahir ayat2. Penafsiran dikuatkan oleh dalil syara

yang lain3. Penafsiran tidak bertentangan dengan

dalil syara dan akal4. Mufasirnya tidak menganggap bahwa

penafsirannya itu merupakan satu-satunya penafsiran yang benar,tapi harus mengakui terlebih dahulu zhahir ayat.

Kitab-kitab yang bercorak shufiy:1. Tafsir Al-Qur’an al-’Azhim karya

Abdullah al-Tusturiy (w.283H)2. Haqaiq al-Tafsir karya

al-’Alamah al-Sulamiy (w.412H)3. ‘Arais al-Bayan fi Haqaiq Al-

Qur’an karya Imam al-Syiraizy (w.606H)

3. TAFSIR FILSAFAT (al-Tafsir al-Falsafiy)Pengertian: adalah tafsir Al-

Qur’an yang beraliran filsafat,yang pada umumnya difokuskan pada bidang filsafat dan menyesuaikan paham filsafat melalui petunjuk yang berupa rumus-rumus.

Contoh Penafsiran Dengan Penafsiran Filsafat

Penafsiran al-awaliyah dan al-Akhirah dalam surah al-Hadid: 3 

oليمqع rءtي qش vلw بك qوwهqو wاطنq tب وqال wالظ|اهرqو wخر tاآلqو wو|لq tاأل qوwه 

Artinya:Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segalasesuatu.

Penafsiran:Bahwa alam itu pertama (awwal) dari

segala sesuatu yang diciptakan atau yang bersumber dari Tuhan,yakni segala yang ada selain dari-Nya.

4. TAFSIR ILMU PENGETAHUAN (al-Tafsir al-’Ilmiy) Pengertian: Menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan pendekatan ilmiah atau menggali kandungan Al-Qur’an berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan.

Contoh Penafsiran Dengan Tafsir Ilmu Pengetahuan

Penafsiran yang keliru dari surat Ar-Rahman ayat 33: Yang artinya:Wahai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup

menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (QS. 55:33)

Mereka menduga bahwa ayat di atas mengisyaratkan

kemungkinan para ilmuan mendarat dibulan dan planet-planet lain,sedangkan konteks ayat sebelum dan sesudahnya tidak memungkinkan ayat itu diberi pengertian demikian,sebab ayat sebelumnya(ayat ke-31) :

Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu wahai manusia dan jin. (QS. 55:31)

Dan ayat sesudahnya(ayat ke-35): Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan

tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya). (QS. 55:35)

Kedua ayat tersebut sebenarnya berbicara masalah hari kiamat demikian pula ayat-ayat sesudahnya.Oleh karena itu,penafsiran tersebut jelas menyimpang dan terkesan dipaksakan.

5. TAFSIR AL-ADABIY AL-IJTIMA’IY Pengertian : Tafsir yang berorientasi dari

sastra budaya dan kemasyarakatan. Ciri khusus yang dimiliki adalah

relevansi(hubungan/kaitan) antara tafsir dengan masyarakat dan pembangunan manusia.

Disebut sebagai tafsir modern karena memiliki tingkat relevansi yang tinggi dengan realita perkembangan kehidupan manusia dalam berbagai aspeknya.

Prinsip Pokok Tafsir al-Adabiy al-Ijtima’iy

1. Setiap surat dalam Al-Qur’an dianggap sebagai suatu kesatuan ayat yang serasi.

Contoh:penafsiran surat al-Fajar ayat 1 dan21. ر` tجqفt وqال

Demi fajar,2. rر tشqع rالq qي وqل

dan malam yang sepuluh Ditafsirkan secara sejalan relevansi:

tفqجtر` fajar awal tahun hijriah= وqال= rر tشqع rالq qي 10وqل zulhijjah

Padahal arti tersebut tidak bisa sejalan,karena `رtجqفt tidak bisa dibarengi وqالdengan sifat tertentu,sehingga harus dipahami secara umum,yaitu menunjuk kepada semua waktu tempat siang.

tفqجtر` menjelma ditengah-tengah kegelapan,cahaya yang kemudian= وqالmengusik kegelapan rر tشqع rالq qي .malam-malam berikutnya dengan kegelapan yang mengusik= وqل

Maka bisa di ambil kesimpulan bahwa arti yang sebenarnya yakni fajar mengusik kegelapan yang sudah ada.Fajar bertolak dari kegelapan,mengusik kegelapan sehingga kegelapan menjadi rata.

2. Ayat-ayat Al-Qur’an bersifat umumPrinsip ini didasarkan atas makna umum lafadzh

tidak didasarkan atas kekhususan sebab nuzul. Seperti penafsiran ayat17 dari surat Al-Layl:

tقqى qت tاأل wهqا |ب ن qجw ي qسqو17 . Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling

takwa dari neraka itu, Terjemah yang bersifat umum:tقqى qت tاأل=setiap orang yang berbuat dosa dan

kemudian bertaubat menyesali dosa-dosanya.(Muhammad Abduh)

Terjemah sebenarnya yang didasarkan dari sebab nuzul:

tقqى qت tاأل= Abu Bakar al-Shiddiq

3. Al-Qur’an sebagai sumber akidah dan hukumQuran surat an-Nisa ayat 43

tمq فqل qاء qسv الن wمw ت tسqالم tوq أ tغqائط ال qمن tمw tك من oدqحq أ qاء qج tو

q أ rرqف qس عqلqى tوq أ ضqى tرqم tمw tت wن ك tإنqو

: النساء ............] � صqعيدا qم|مwوا qي فqت مqاء� qجدwوا [.43ت ...........jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali

dari tempat buang air (hadats kecil) atau kamu telah bercampur dengan istri (hadats besar) , kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik(suci).....(An-nisa ayat:43) Menurut Muhammad Abduh bagi seorang musafir dan orang yang sakit diperbolehkan tayamum meskipun ada air karena kalimat

menjadi syarat bagi orang yang berhadas besar maupun tمq فqلمqاء� qجدwوا ت

berhadas kecil yang tidak menemukan air,sedangkan bagi yang sakit tidak disyaratkan ketiadaan air tersebut .

4. Penggunaan akal secara luas dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an Dan (ingatlah)tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya

Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.(Al-Baqarah :30)

Penafsiran:Rencana Allah menciptakan khalifah di bumi,diinformasikan kepada malaikat mengandung makna bahwa Allah telah menciptakan makhluk yang bisa memberdayakan bumi.Ayat yang menjelaskan tentang pertanyaan malaikat tentang watak calon khalifah yang suka melakukan kerusakan dan pertumpahan darah menggambarkan adanya potensi manusia melakukan kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi ini.

Dan (ingatlah) tatkala Kami berkata kepada Malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlahmereka,kecuali iblis enggan dia dan me nyombong, karena adalah d i a d a r i golongan makhluk yang kafir.(Al-Baqarah:34)

Penafsiran:Sedangkan pembangkangan iblis atas perintah Allah untuk menghormati adam merupakan simbol kelemahan manusia dalam menundukkan jiwa jahatnya yang menghantarkan mereka untuk melakukan kerusakan di muka bumi ini.

Menurut Abduh kisah itu hanyalah simbolik,bukan sebenarnya.

KESIMPULAN