Post on 19-Jul-2019
IMPLEMENTASI METODE DEMPSTER SHAFER
DALAM PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK
MENDIAGNOSIS PENYAKIT LAMBUNG PADA
MANUSIA
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
oleh
Tusmaemunah 4611413025
JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
� Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah
akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik. (HR. Ahmad)
� Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS Ash-Sharh: 5-6)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
� Ibuku yang sangat saya cintai, maaf belum sempat
memberikan apapun, semoga Allah membalaskan surga
untukmu. Dan bapakku yang juga sangat saya cintai,
terimakasih telah mendengar keluh kesah dan menjadi
pahlawan dalam hidupku.
� Kakak-kakakku tercinta, Kiswanto dan Emi Purwati
yang selalu memberiku semangat dan doa
� Sahabat-sahabatku ILKOM 2013 yang sama-sama
berjuang dan saling memberikan semangat.
� Teman-teman DNN Kos tercinta yang telah memberikan
dukungan.
� Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan
skripsi ini.
� Almamaterku UNNES
vi
PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Dempster Shafer
dalam Perancangan Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Penyakit Lambung
pada Manusia”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
adanya dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Isa Akhlis, S.Si., M.Si., Ketua Penguji I.
4. Endang Sugiharti, S.Si., M.Kom., Dosen Pembimbing I dan Ketua Jurusan Ilmu
Komputer FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah meluangkan waktu,
membantu, membimbing, mengarahkan dan memberikan saran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Much Aziz Muslim, S.Kom., M.Kom., Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, membantu, membimbing, mengarahkan dan memberikan
saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komputer yang telah memberikan bekal
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
vii
7. Ibuku tercinta yang mungkin belum bisa memberikan dukungan secara
langsung, yang sangat dirindukan oleh keluarga besar kami.
8. Bapak Sutarno Tamiarso, kakak-kakaku Kiswanto dan Emi Purwati tersayang
yang selalu memberikan doa serta memberikan dukungan baik secara moral
maupun spiritual dalam menyelesaikan skripsi.
9. Segenap keluarga besar saya yang telah memberikan dukungannya.
10. Sahabat-sahabat Ilmu Komputer yang telah memberikan banyak motivas i,
kritik, usulan yang menjadikan terselesaikannya penulisan skripsi ini.
11. Mahasiswa Ilmu Komputer angkatan 2013 lainnya, yang sama-sama berjuang
dan saling menyemangati.
12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca demi kebaikan di
masa yang akan datang.
Semarang, 15 Agustus 2017
Tusmaemunah 4611413025
viii
ABSTRAK
Tusmaemunah. 2017. Implementasi Metode Dempster Shafer dalam Perancangan Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Penyakit Lambung pada Manusia. Skripsi, Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Endang Sugiharti, S.Si., M.Kom. dan Pembimbing Pendamping Much Aziz Muslim, S.Kom., M.Kom.
Kata kunci: Sistem Pakar, Penyakit Lambung, Dempster Shafer
Sistem Pakar (Expert System), merupakan salah satu cabang Artificial Intelligence (AI). Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang
menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang
tertentu. Salah satu jenis sistem pakar dalam bidang kesehatan adalah sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit lambung berdasarkan gejala yang dirasakan oleh pasien. Sistem pakar penyakit lambung ini menggunakan metode dempster shafer. Metode dempster shafer merupakan metode perhitungan untuk menentukan besarnya tingkat kepercayaan dari bukti-bukti atau informasi yang ada yaitu gejala-
gejala yang dialami pasien dan nilai densitas dari seorang pakar yang merupakan dokter penyakit dalam.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara kerja metode dempster shafer dalam mendiagnosis penyakit
lambung dan akurasi sistem dengan diagnosis dari dokter. Berdasarkan hasil uji coba sistem terhadap 60 data rekam medis pasien penderita penyakit lambung di
RSUD Tugurejo Semarang, menunjukkan tingkat akurasi sebesar 78,3% sesuai dengan hasil diagnosis dari dokter.Untuk penelitian selanjutnya diharapkan adanya perkembangan terhadap sistem ini, sehingga sistem dapat mendiagnosis lebih dari
satu penyakit. Serta perlunya peningkatan akurasi sehingga diagnosa penyakit bisa lebih akurat.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN .............................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PRAKATA........................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv
BAB
1. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah..................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 7
x
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 9
2.1 Sistem Pakar .......................................................................................... 9
2.1.1 Kategori Permasalahan Sistem Pakar .......................................... 10
2.1.2 Komponen Sistem Pakar ............................................................. 11
2.1.3 Motor Inferensi ............................................................................. 14
2.1.4 Ciri-ciri Sistem Pakar .................................................................. 15
2.1.5 Perbandingan Sistem Pakar dengan Sistem Kon ......................... 16
2.2 Lambung (Gaster) ................................................................................. 16
2.2.1 Anatomi Lambung ........................................................................ 16
2.2.2 Histologi Lambung ....................................................................... 18
2.2.3 Jenis-jenis Penyakit pada Lambung ............................................. 19
2.3 Dempster Shafer .................................................................................... 24
2.4 PHP ..................................................................................................... 27
2.5 Aplikasi Android .................................................................................... 27
2.6 Penelitian Terkait ................................................................................... 28
3. METODE PENELITIAN.............................................................................. 30
3.1 Studi Pendahuluan .................................................................................. 30
3.2 Tahap Pengambilan Data dan Pengumpulan Data................................. 30
3.2.1 Studi Pustaka ............................................................................... 31
3.2.2 Observasi...................................................................................... 32
3.2.3 Wawancara................................................................................... 32
3.3 Perancangan Proses ............................................................................... 32
3.4 Penarikan Kesimpulan ............................................................................ 34
xi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... 35
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 35
4.1.1 Tahap Pengambilan Data............................................................. 35
4.1.2 Tahap Wawancara........................................................................ 35
4.1.3 Tahap Pengolahan Data ............................................................... 36
4.1.4 Tahap Perhitungan Data .............................................................. 38
4.1.5 Hasil Perancangan Sistem ............................................................ 45
4.1.5.1 Tampilan Menu admin ..................................................... 46
4.1.5.2 Tampilan Menu User ....................................................... 55
4.2 Pembahasan......... ................................................................................... 57
5. PENUTUP .................................................................................................... 61
5.1 Simpulan ................................................................................................. 61
5.2 Saran ...................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 63
LAMPIRAN...................................................................................................... 66
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Nilai densitas penyakit lambung ................................................................. 36
4.2 Basis pengetahuan ....................................................................................... . 37
4.3 Contoh kasus 1 ........................................................................................... 38
4.4 Aturan kombinasi untuk m3........................................................................ 39
4.5 Aturan kombinasi untuk m5........................................................................ 40
4.6 Contoh kasus 2 ........................................................................................... 41
4.7 Aturan kombinasi untuk m3........................................................................ 42
4.8 Contoh kasus 3 ........................................................................................... 43
4.9 Aturan kombinasi untuk m3........................................................................ 44
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Arsitektur sistem pakar............................................................................... 11
2.2 Pembagian daerah anatomi lambung ........................................................... 17
2.3 Histologi dari lambung ................................................................................ 19
3.1 Flowchart sistem ......................................................................................... 33
3.2 Flowchart dempster shafer ........................................................................ 34
4.1 Tampilan halaman utama web.................................................................... 46
4.2 Tampilan halaman login ............................................................................. 47
4.3 Tampilan halaman utama admin ................................................................. 48
4.4 Tampilan halaman diagnosa........................................................................ 49
4.5 Tampilan halaman gejala .......................................................................... 50
4.6 Tampilan halaman relasi ............................................................................. 51
4.7 Tampilan halaman konsultasi ...................................................................... 52
4.8 Tampilan hasil submit diagnosa .................................................................. 54
4.9 Tampilan halaman utama user ................................................................... 55
4.10 Tampilan menu diagnosa pada user ......................................................... 56
4.11 Tampilan hasil diagnosa............................................................................ 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi............................... 67
2 Surat Ijin Penelitian ........................................................................................ 68
3 Surat Balasan Ijin Penelitian .......................................................................... 69
4 Tabel Basis Pengetahuan ................................................................................ 70
5 Tabel Hasil Implementasi Data ..................................................................... 71
6 Data Rekam Medis Pasien Penyakit Lambung .............................................. 73
7 Kode Program untuk Admin .......................................................................... 79
8 Kode Program untuk Pengguna ...................................................................... 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia teknologi informasi saat ini telah mempengaruhi segala
aspek kehidupan manusia, bahkan di dalam bidang-bidang di luar disiplin ilmu
komputer. Kemajuan teknologi yang demikian pesatnya mendorong masyarakat
untuk terus menciptakan suatu terobosan baru di segala bidang. Penggunaan sistem
baru yang lebih praktis dan cepat pelayanannya serta dapat memberikan
kenyamanan bagi pengguna akan sangat membantu masyarakat.
Salah satu cabang ilmu komputer yang dapat membantu kinerja manusia
adalah sistem pakar yang merupakan sub bidang dari kecerdasan buatan.
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) merupakan bagian dari ilmu komputer
yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan
sebaik yang dilakukan oleh manusia (Kusumadewi, 2003).
Menurut Martin & Oxman (1988) dalam Kusrini (2006: 11), sistem pakar
merupakan sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan
teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat
dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tertentu. Sedangkan menurut Arhami
(2005: 3), sistem pakar adalah salah satu cabang dari AI (Artificial Intelligence)
yang membuat penguna secara luas knowledge yang khusus untuk menyelesa ikan
masalah tingkat manusia yang pakar. Seorang pakar adalah orang yang mempunya i
keahlian dalam bidang tertentu, yaitu pakar yang mempunyai knowledge yang
2
eksklusif. Dengan bantuan sistem pakar, seorang yang awam atau tidak ahli dalam
suatu bidang tertentu akan dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah dan
mengambil keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang pakar (Listiyono,
2008).
Permasalahan yang ditangani seorang pakar bukan hanya permasalahan yang
mengandalkan algoritma saja namun terkadang juga permasalahan tersebut yang
sulit dipahami. Oleh karena itu sistem pakar dibangun bukan berdasarkan algoritma
saja namun dibangun dengan berdasarkan basis pengetahuan (knowledge base) dan
aturan (rule). Sistem pakar yang berkembang saat ini sudah masuk ke dalam bidang
kesehatan.
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Ironisnya,
banyak sekali penyakit-penyakit yang terlambat ditangani karena tidak
dilakukannya diagnosis. Bagi masyarakat menengah kebawah, untuk melakukan
cek kesehatan bukanlah hal yang biasa. Masyarakat cenderung mengabaikan gejala -
gejala tubuh yang bermunculan sehingga penyakit-penyakit yang seharusnya bisa
ditangani dengan cepat menjadi terlambat disembuhkan karena diagnosis yang
tidak dilakukan. Kesehatan merupakan hal yang berharga dan mahal harganya,
karena setiap manusia dapat mengalami gangguan kesehatan.
Kesehatan menempati urutan tertinggi dalam menunjang kelangsungan
aktivitas harian setiap manusia. Menurut Ridley (2004: 123), kesehatan merupakan
unsur penting agar kita dapat menikmati hidup yang berkualitas, baik di rumah
maupun dalam pekerjaan. Sayangnya tidak semua masyarakat mampu menjaga
3
kesehatan diri mereka sendiri. Kesehatan memang menjadi barang yang mahal bagi
manusia, oleh karena itu butuh kepekaan pribadi untuk menjaganya.
Menurut WHO, proposi tingkat kematian di dunia yang disebabkan oleh
penyakit tidak menular sebesar 60%, proporsi kesakitan sebesar 47% dan
diperkirakan pada tahun 2020 proporsi kematian akan meningkat menjadi 73% dan
proposi kesakitan menjadi 60%. Untuk negara SEARO (South East Asian Regional
Office) tahun 2020 diperkirakan proporsi kematian dan kesakitan yang disebabkan
oleh penyakit tidak menular sebanyak 50% dan 42% (Irawan, 2015).
Salah satu organ yang paling penting untuk kelangsungan hidup adalah
lambung. Lambung merupakan organ dalam yang penting dalam sistem pencernaan
tubuh. Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization), penyakit pada
saluran pencernaan merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan
kematian nomor 6 dan 7 di dunia (Istiqomah, 2013). Sebagai salah satu organ
pencernaan, lambung memiliki peranan penting dalam mencerna makanan dan
menyerap sari-sari makanan dan mengubah makanan menjadi sumber energi yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk memulai berbagai aktivitas sehari-hari. Karena
memiliki peran yang penting dalam sistem pencernaan maka kita perlu untuk
menjaga kesehatan lambung dan mengenali gejala-gejala penyakit pada lambung
agar jika lambung kita bermasalah dapat dengan segera ditangani. Oleh karena itu,
penyebaran informasi tentang penyakit ini sangat diperlukan untuk mengetahui
lebih dini jenis penyakit pada lambung yang diderita.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengadakan sebuah tinjauan terhadap 8
Negara di dunia untuk mengambil sebuah hasil presentase angka penyakit maag di
4
dunia. Negara-negara tersebut seperti USA, India, Inggris, China, Jepang, Kanada,
Prancis dan Indonesia. Hasil yang didapatkan di mana Amerika Serikat memuncak i
daftar tersebut dengan presentasi kejadian sebanyak 47% yang disusul di tempat
kedua oleh india yang memiliki presentase mencapai 43%. Kemudian disusul oleh
beberapa negara-negara lainnya seperti Indonesia 40,85%, Kanada 35%, China
31%, Perancis 29,5%, Inggris 22% dan Jepang 14,5%.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pun mengeluarkan hasil
penelitian dan pengamatan mengenai kejadian penyakit maag di kota-kota besar
yang mendapatkan hasil bahwa Kota Medan merupakan kota dengan tingkat
kejadian penyakit maag yang sangat tinggi yang mana mendapatkan presentasi
sebesar 91,6% yang dilanjutkan dengan Kota Jakarta sebanyak 50%. Di Kota
Semarang, Puskesmas mencatakan pada tahun 2010 penyakit maag menempati
urutan ke 9 dalam jumlah penyakit maag yang mana sebanyak 14.702 orang.
Tumor neurondokrin memiliki kejadian 2,39 % per 100.000 penduduk per tahun,
dan prevalensi kasus per 100.000, perbedaan antara tingkat ini adalah berdasarkan
ciri dari tumor ini yang bertahan lama, yang dapat dianggap sebagai penyakit kronis
(Merola, 2016).
Dalam sistem pakar penalaran merupakan teknik umum dalam
menyelesaikan masalah, digunakan bila suatu algorima tidak cukup atau tidak ada
yang ada solusinya dan hanya penalaran yang memungkinkan untuk solusi tersebut.
Ketidakpastian dapat dianggap sebagai suatu kekurangan infromasi yang memadai
untuk membuat suatu keputusan. Ketidakpastian merupakan suatu permasalahan
karena mungkin menghalangi kita dalam membuat suatu keputusan yang terbaik
5
bahkan mungkin dapat menghasilkan suatu keputusan yang buruk. Dalam dunia
medis, ketidakpastian mungkin menghalangi pemeriksaan yang terbaik untuk para
pasien dan dapat menyebabkan terapi yang keliru.
Ada berbagai macam penalaran dengan model yang lengkap dan sangat
konsisten, tetapi pada kenyataannya banyak permasalahan yang tidak dapat
terselesaikan secara lengkap dan pasti. Ketidakpastian yang tersebut adalah akibat
adanya penambahan fakta baru. Penalaran seperti itu disebut dengan penalaran
monotonis. Untuk mengatasi ketidakpastian tersebut maka dapat menggunakan
penalaran Dempster Shafer.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dirancang suatu sistem pakar dengan
menggunakan metode Demster Shafer yang diharapkan dapat membantu dokter
maupun masyarakat dalam mendeteksi gejala penyakit pada lambung. Sehingga
dengan sistem ini nantinya banyak masyarakat yang bisa mengetahui penyakit
lambung yang dideritanya dan langsung bisa ditangani dengan cepat. Hal ini juga
yang menjadi latar belakang peneliti dalam melakukan penelitian pada skripsi yang
berjudul “IMPLEMENTASI METODE DEMPSTER SHAFER DALAM
PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT
LAMBUNG PADA MANUSIA”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
6
1) Bagaimana cara kerja metode Dempster Shafer dalam mendiagnosis penyakit
lambung?
2) Bagaimana merancang aplikasi sistem pakar yang mengadopsi kepakaran
dokter menggunakan metode Dempster Shafer untuk mendiagnosis penyakit
lambung?
3) Bagaimana tingkat akurasi sistem pakar Dempster Shafer ?
1.3. Batasan Masalah
Pada penelitian ini diperlukan batasan-batasan agar tujuan penelitian dapat
tercapai. Adapun batasan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Sistem pakar yang dibuat hanya untuk mendiagnosis penyakit pada lambung,
yaitu GERD, Dispepsia, Ca Gaster dan Gastroparesis.
2) Proses diagnosis penyakit lambung menggunakan metode Dempster Shafer.
3) Sistem ini menghasilkan diagnosis penyakit pada lambung yang diderita oleh
pengguna.
1.4. Tujuan
Tujuan perancangan dan pembangunan aplikasi ini adalah sebagai berikut.
1) Mengetahui cara kerja metode Dempster Shafer dalam mendiagnos is
penyakit lambung.
2) Mengetahui cara merancang sistem pakar dengan mengadopsi kepakaran
dokter dengan metode Dempster Shafer.
7
3) Mengetahui tingkat akurasi sistem Dempster Shafer.
1.5. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mengetahui macam-macam penyakit pada lambung dan gejalanya.
2) Menambah wawasan mengenai metode Dempster Shafer dan Penerapannya.
3) Memberikan informasi awal pada penderita penyakit lambung, sehingga
penanganan bisa cepat dilakukan.
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan untuk memudahkan dalam memahami alur pemikiran
secara keseluruhan skripsi. Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi
tiga bagian yaitu sebagai berikut:
1) Bagian Awal Skripsi
Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman
pernyataan, halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi,
daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2) Bagian Isi Skripsi
Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut.
a. BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
b. BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
8
Bab ini terdiri atas landasan teori yang berhubungan dengan topik skripsi dan
penelitian terkait.
c. BAB 3: METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri atas studi pendahuluan, tahap pengumpulan dan pengumpulan
data, studi pustaka, teknik analisis data, analisis kebutuhan, dan pengambilan
kesimpulan.
d. BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri atas hasil penelitian dan pembahasan penelitian.
e. BAB 5: PENUTUP
Bab ini terdiri atas simpulan yang diambil terkait dengan penelitian yang
dilakukan dan saran untuk pengembangan algoritma agar lebih baik.
3) Bagian Akhir Skripsi
Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka yang merupakan informas i
mengenai buku-buku, sumber-sumber dan referensi yang digunakan penulis serta
lampiran- lampiran yang mendukung dalam penulisan skripsi ini.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pakar
Menurut Kusumadewi (2003: 109), secara umum sistem pakar (expert
system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke
komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa
dilakukan oleh para ahli. Menurut Durkin (1994) tentang sistem pakar yaitu
program komputer yang didesain untuk meniru kemampuan memecahkan masalah
dari seorang pakar. Pakar adalah orang yang memiliki kemampuan atau mengert i
dalam menghadapi suatu masalah lewat pengalaman, seorang pakar
mengembangkan kemampuan yang membuatnya dapat memecahkan permasalahan
dengan hasil yang baik dan efisien.
Sistem pakar merupakan cabang AI yang cukup tua karena sistem ini telah
mulai dikembangkan sejak 1960 diantaranya sistem General-purpose Problem
Solver (GPS) oleh Newel dan Simon (Suyoto, 2004: 181).
Sistem pakar merupakan sistem yang didesain dan diimplementasikan dengan
bantuan bahasa pemrograman tertentu untuk dapat menyelesaikan masalah seperti
yang dilakukan oleh para ahli (Suyoto, 2004: 181). Tujuan sistem pakar bukan
untuk menggantikan peran manusia, tetapi untuk mempresentasikan pengetahuan
manusia ke dalam suatu bentuk sistem, sehingga bisa digunakan oleh banyak orang
(Muslim, 2015).
10
2.1.1 Kategori Permasalahan Sistem Pakar
Menurut Herman Tolle, terdapat beberapa permasalahan dalam sistem pakar
secara umum adalah sebagai berikut.
1) Interpretasi yaitu membuat kesimpulan atau deskripsi dari sekumpulan data
mentah.
2) Prediksi yaitu memproyeksikan akibat-akibat yang dimungkinkan dari
situasi-situasi tertentu.
3) Diagnosis yaitu menentukan sebab malfungsi dalam situasi kompleks yang
didasarkan pada gejala-gejala yang teramati.
4) Desain yaitu menentukan konfigurasi komponen-komponen sistem yang
cocok dengan tujuan-tujuan kinerja tertentu yang memenuhi.
5) Perencanaan yaitu merencanakan serangkaian tindakan yang akan dapat
mencapai sejumlah tujuan dengan kondisi awal tertentu.
6) Debugging dan perbaikan yaitu menentukan dan menginterpretasikan cara-
cara untuk mengatasi malfungsi.
7) Instruksi yaitu mendeteksi dan mengoreksi defisiensi dalam pemahaman
domain subyek.
8) Pengendalian yaitu mengatur tingkah laku suatu environment yang kompleks.
9) Seleksi yaitu mengidentifikasi pilihan terbaik dari sekumpulan (list)
kemungkinan.
10) Simulasi yaitu pemodelan interaksi antara komponen-komponen sistem.
11) Pengamatan yaitu membandingkan hasil pengamatan dengan kondisi yang
diharapkan.
11
2.1.2 Komponen Sistem Pakar
Menurut Turban dalam Arhami (2005:13), sistem pakar disusun oleh dua
bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan
lingkungan konsultasi (consultation environtment). Lingkungan pengembangan
sistem pakar digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar ke dalam
lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan oleh
pengguna yang bukan pakar guna memperoleh pengetahuan pakar. Komponen-
komponen sistem pakar dalam kedua bagian tersebut dapat dilihat dalam gambar
2.1 sebagai berikut.
Gambar 2.1 Arsitektur Sistem Pakar (Turban dalam Arhami (2005: 14))
Perekayasa
pengetahua
Antar muka
Aksi yang
direkomendasi
Fasilitas
penjelasan
BLACKBOARD
Rencana Agenda
Solusi Deskripsi
Motor Inferensi
� Interpreter
� Schedule
� Consistency
ecforcer
Lingkungan Konsultasi Lingkungan Pengembangan
Basis Pengetahuan
Fakta : Apa yang diketahui tentang area
domain
Aturan : Logical reference
Fakta-fakta tentang
kajdian khusus
User
Pengetahu
an ahli
Pengetahuan yang
didokumentasikan Penambahan
pengetahuan
Perbaikan
pengetahuan
12
Sistem pakar memiliki beberapa komponen utama seperti yang dijabarkan
pada gambar 2.1, yaitu antarmuka pengguna (user interface), basis data sistem
pakar (expert system database), fasilitas akuisisi pengetahuan (knowledge
acquisition facility), dan mekanisme inferensi (inference mechanism). Selain itu ada
satu komponen yang hanya ada pada beberapa sistem pakar, yaitu fasilitas
penjelasan (explanation facility) (Martin & Oxman, 1988).
Komponen utama yang ada pada sistem pakar seperti pada gambar di atas
adalah sebagai berikut.
1) Subsistem penambahan pengetahuan (Akuisisi Pengetahuan)
Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer dan transformasi keahlian
dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program
komputer.
2) Basis Pengetahuan (Knowledge Base)
Berisi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami,
memformulasikan dan menyelesaikan masalah. Basis pengetahuan
merupakan bagian yang sangat penting dalam proses inferensi yang di
dalamnya menyimpan informasi dan aturan-aturan penyelesaian suatu pokok
bahasan masalah beserta atributnya.
3) Mesin Inferensi (Inference Engine)
Mesin inferensi adalah program komputer yang memberikan metodologi
untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan
dalam workplace, dan untuk memformulasikan kesimpulan.
13
4) Workplace/ Blackboard
Merupakan area dari sekumpulan memori kerja (working memory).
Workplace digunakan untuk merekam kejadian yang sedang berlangsung
termasuk keputusan sementara.
5) Antarmuka (Interface)
Digunakan untuk media komunikasi antara user dan program. Pada bagian
ini terjadi dialog antara program dan pemakai, yang memungkinkan sistem
pakar menerima instruksi dan informasi (input) dari pemakai, juga
memberikan informasi (output) kepada pemakai.
6) Subsistem Penjelasan (Explanation Facility)
Explanation Facility memungkinkan pengguna untuk mendapatkan
penjelasan dari hasil konsultasi. Fasilitas penjelasan diberikan untuk
menjelaskan bagaimana proses penarikan kesimpulan. Biasanya dengan cara
memperlihatkan rule yang digunakan.
7) Perbaikan Pengetahuan (Knowledge Refiniment)
Sistem ini digunakan untuk mengevaluasi sistem kerja pakar itu sendiri untuk
melihat apakah pengetahuan-pengetahuan yang ada masih cocok untuk
digunakan di masa mendatang.
Menurut Schnupp (1989) ada 4 tipe penjelasan yang digunakan dalam sistem
pakar adalah sebagai berikut.
1) Penjelasan mengenai jejak aturan yang menunjukkan status konsultasi.
2) Penjelasan mengenai bagaimana sebuah keputusan diperoleh.
3) Penjelasan mengapa sistem menanyakan suatu pertanyaan.
14
4) Penjelasan mengapa sistem tidak memberikan keputusan seperti yang
dikehendaki pengguna.
2.1.3 Motor Inferensi
Motor inferensi adalah software yang merupakan alat operasi pelacakan dan
pencocokan pola. Namun, motor inferensi kadang-kadang disebut penerjemahan
kaidah (rule interpreter) karena cara kerjanya seperti interpreter bahasa komputer
(Suparman, 2007: 106). Jika interpreter bahasa melihat baris kode ke dalam suatu
program, lalu melakukan operasi yang ditentukan, maka penerjemah kaidah
menguji kaidah-kaidah dalam urutan tertentu untuk mencari yang sesuai dengan
kondisi awal dan kondisi saat ini yang sudah dimasukkan ke dalam basisdata.
Begitu kaidah cocok dengan kondisi yang ditemukan, maka kaidah terstimulas i,
sehingga aksi spesifik dilakukan.
Singkatnya, kita bisa mengatakan bahwa fungsi motor inferensi merupakan
pembuktian hipotesis. Bila hipotesis sudah dimasukkan ke dalam sistem pakar,
maka motor inferensi pertama-tama mengecek apakah hipotesis sudah ada dalam
basisdata atau belum. Jika sudah, maka hipotesis dianggap sebagai fakta yang sudah
dibuktikan, sehingga operasi tidak perlu dilanjutkan.
1) Penalaran Maju (Forward Chaining)
Penalaran forward chaining yaitu dimulai dari sekumpulan fakt-fakta tentang
suatu gejala yang diberikan oleh user sebagai masukan ke dalam sistem, kemudian
dilakukan perhitunan sampai tujuan akhir berupa diagnosis penyakit yang dialami
dan nilai kepercayaan (Minardi, 2016).
15
Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian kiri (IF dulu). Dengan
kata lain, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji hipotesis (Nur
Istiqomah, 2013).
2) Penalaran Mundur (Backward Chaining)
Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan (THEN
dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih dahulu dan untuk
menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis
pengetahuan (Yuwono, 2010).
2.1.4 Ciri-ciri Sistem Pakar
Ciri-ciri sistem pakar menurut Arhami (2005: 23) adalah sebagai berikut.
1) Memiliki informasi yang handal, baik dalam menampilkan langkah-langkah
antara maupun dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang proses
penyelesaian.
2) Mudah dimodifikasi, yaitu dengan menambah atau menghapus suatu
kemampuan dari basis pengetahuannya.
3) Heuristik dalam menggunakan pengetahuan (yang seringkali tidak sempurna)
untuk mendapatkan penyelesaiannya.
4) Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer.
5) Memiliki kemampuan untuk beradaptasi.
16
2.1.5 Perbandingan Sistem Pakar dengan Sistem Konvensional
Menururt Kusbianto dan Triantono (2014), perbandingan sistem pakar
dengan sistem konvensional adalah sebagai berikut.
1) Sistem Konvensional
a. Informasi dan pemrosesan umumnya digabung menjadi satu;
b. Program sequential;
c. Program tidak pernah salah (kecuali programnya yang salah);
d. Tidak menjelaskan mengapa input dibutuhkan atau;
e. Bagaimana hasil diperoleh;
f. Data harus lengkap.
2) Sistem Pakar
a. Knowledge base terpisah dari mekanisme;
b. Pemrsesan (inference);
c. Program bisa melakukan kesalahan;
d. Penjelasan (explanation) merupakan bagian dari ES;
e. Data tidak harus lengkap;
f. Perubahan pada rules dapat dilakukan dengan mudah;
g. Sistem bekerja secara heuristik dan logic.
2.2. Lambung (Gaster)
2.2.1 Anatomi Lambung
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar dan terletak di antara
bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Gray, 2008). Lambung
17
merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma,
terletak pada regio epigastrik, umbilikal dan hipokondria kiri pada regio abdomen
(Tortora & Derrickson, 2009).
Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak,
fundus, badan (body), antrum, dan pilori, seperti yang terlihat pada gambar 2.2.
Kardiak adalah daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofagea l
(gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung. Fundus
adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan
(body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan
merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum adalah bagan lambung yang
menghubungkan badan (body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik
adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan
mengandung spinkter pilorik (Schmitz dan Martin, 2008).
Gambar 2.2 Pembagian Daerah Anatomi Lambung
(Tortora & Derrickson, 2009)
18
2.2.2 Histologi Lambung
Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya
dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi tertentu yaitu lapisan
mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz & Martin, 2008).
Histologi lambung dapat dilihat pada gambar 2.3.
1) Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia dan muskular is
mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propia dengan
kedalaman yang bervariasi dan membentuk sumur-sumur lambung disebut
foveola gastrika. Epitel yang menutupi permukaan dan melapisi lekukan-
lekukan tersebut adalah epitel selapis silindris dan semua selnya menyekres i
mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas jaringan ikat longgar yang
disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Muskularis mukosa yang memisahkan
mukosa dari submukosa dan mengandung otot polos (Tortora & Derrickson,
2009).
2) Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem
limfatik, limfosit dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus
submukosa (Meissner) (Schmitz & Derrickson, 2009).
3) Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner
oblique, (2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis propia
terdapat pleksus nyenterik (auerbach) (Schmitz & Martin), 2008). Lapisan
oblik terbatas pada bagian badan (body) dari lambung (Tortora & Derrickson,
2009).
19
4) Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos
(mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora & Derrickson, 2009). Lapisan
serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan bagian dari viseral
peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).
Gambar 2.3 Histologi dari Lambung
(Tortora & Derrickson, 2009)
2.2.3 Jenis-jenis Penyakit pada Lambung
1) Dispepsia
Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau
dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau
terbakar di perut.
Di dalam masyarakat penyakit dispepsia sering disamakan dengan penyakit
maag, dikarenakan terdapat kesamaan gejala antara keduanya. Hal ini sebenarnya
kurang tepat, karena kata maag berasal dari bahasa Belanda, yang berarti lambung,
sedangkan kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata
20
yaitu “dys” yang berarti buruk dan “peptei” yang berarti pencernaan, jadi dispepsia
berarti pencernaan yang buruk.
Gejala yang dialami pada penderita dispepsia diantaranya adalah nyeri dan
rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan
suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat
memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.
Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan
flatulensi (perut kembung).
Penyakit dispepsia disebakan oleh beberapa hal sebagai berikut.
a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Kecemasan atau depresi
2) GERD (Asam Lambung)
Penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
adalah masalah yang cukup umum terjadi di masyarakat. Kondisi ini disebabkan
naiknya asam lambung menuju esofagus dan menimbulkan nyeri pada ulu hati atau
21
sensasi terbakar di dada. Esofagus yang juga dikenal sebagai kerongkongan adalah
bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan mulut dan lambung.
Menurut Dent J dkk, Camilleri M dkk dan Fock Km dkk dalam Kwong Ming
Fock (2010), GERD merupakan salah satu gangguan kronis yang paling umum,
dengan 10 - 30% dari masyarakat barat dengan gejala yang muncup tiap minggu.
Umumnya, penyakit GERD dan kompilasi terkait GERD di Asia lebih rendah
dibandingkan di negara-negara barat. Namun, dalam studi terbaru, kasus GERD di
Asia dilaporkan meningkat.
Naiknya asam lambung atau GERD pada umumnya disebabkan oleh tidak
berfungsinya lower esophageal sphincter (LES). LES adalah lingkaran otot pada
bagian bawah dari esofagus. LES berfungsi sebagai pintu otomatis yang akan
terbuka ketika makanan atau minuman turun ke perut. Setelah makanan masuk,
LES akan menutup untuk mencegah asam dan makanan yang ada di perut agar tidak
naik kembali ke kerongkongan atau esofagus. Jika tidak LES akan menjadi longgar
dan tidak menutup dengan baik, asam lambung bisa keluar dari perut dan
menyebabkan penyakit asam lambung. Penyebab penyakit asam lambung biasanya
terkait dengan faktor kelebihan berat badan, keadaan hamil atau konsumsi makanan
yang mengandung banya lemak.
Gejala-gejala yang sering dialami oleh seseorang yang menderita asam
lambung adalah sebagai berikut.
a. Perut terasa nyeri seperti terbakar. Perasaan terbakar ini tak hanya sampai
pada perut tapi umumnya penderita bisa merasakan terbakar ini pada
bagian dada juga.
22
b. Perut terasa kembung, mual bahkan disertai muntah. Gejala ini
diakibatkan karena penderita merasakan nyeri pada bagian lambung yang
mengakibatkan perasaan mual bahkan muntah.
c. Sering sendawa juga merupakan salah satu ciri dari meningkatnya asam
lambung.
d. Mulut terasa pahit, jika kadar asam lambung dalam keadaan yang tidak
normal maka bisa menyebabkan mulut terasa pahit, ini terjadi karena zat
asam menyebar pada bagian tenggorokan bagian belakang yang
menimbulkan mulut terasa pahit bahkan ada juga yang sampai tersedak.
e. Penderita mengalami kesulitan untuk menelan makanan.
f. Meningkatnya jumlah produksi air liur, ini merupakann salah satu gejala
refluks asam yang terjadi karena tubuh sedang mencuci iritaan yang
berasal dari dalam perut.
3) Ca Gaster
Kanker lambung merupakan kanker yang berawal pada bagian lambung.
Secara global, kanker lambung merupakan penyebab kematian akibat kanker urutan
ke-2 bagi pria maupun wanita. Kanker ini umum ditemukan di wilayah Asia Timur.
Di Singapura sendiri, kanker ini merupakan urutan ke-6 penyebab kematian pada
pria, dengan kemungkinan 1 kali dalam 50 kali rentang terkena kanker lambung.
Sementara, untuk wanita di Singapura, kanker ini merupakan kanker paling umum
urutan ke-8. Setiap tahunnya, kanker lambung menjadi penyebab kematian untuk
kira-kira 300 orang Singapura.
23
Kanker lambung banyak disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
a. Konsumsi makanan yang diasinkan serta diasapi
b. Jarang mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran
c. Riwayat medis keluarga di mana terdapat kanker lambung
d. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri H. Pylori, sebuah bakteri yang
tinggal di lapisan lendir dalam lambung
e. Radang lambung kronis, yang mengacu pada radang lambung jangka
panjang.
f. Pernicious anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah yang terjadi
saat saluran pencernaan tidak dapat menyerap vitamin B12 dengan baik
g. Merokok
Kanker lambung memiliki sangat sedikit gejala atau bahkan tidak sama sekali
pada tahap awal pertumbuhannya, sehingga pendeteksian dini sulit untuk
dilakukan. Seseorang bisa saja kehilangan selera makan, kehilangan berat badan
mendadak dan sakit kronis pada bagian perut. Akan tetapi rasa sakit pada perut atau
nyeri pada daerah lambung, kembung pada lambung, demam atau meriang, kejang
perut merupakan gejala yang umum dan seringkali terjadi akibat dari naiknya asam
lambung atau radang lambung. Karena itu banyak orang, bahkan dokter sekalipun
tidak dapat dengan segera menduga adanya kanker lambung. Inilah yang menjadi
sebab utama mengapa kanker sering terlambat terdeteksi. Sedikit sekali terjadi
gejala pada kanker lambung, dan cenderung terjadi pada tahap di mana kanker telah
mencapai stadium lanjut, termasuk di dalamnya adalah muntah-muntah dan
24
keluarnya BAB dengan warna hitam pekat, yang merupakan tanda-tanda
pendarahan (Hematemesis Melena).
4) Gastroparesis
Gastroparesis adalah penyakit kelumpuhan lambung yang membuat
makanan lama dicerna. Hal ini disebabkan karena lambung tidak mampu
berkontraksi untuk memindah makanan ke dalam usus halus. Saraf vagus
mengontrol kontraksi ini.
Gejala yang ditimbulkan akibat penyakit gastroparesis antara lain mual
kronis, perasaan kenyang berlebihan walaupun hanya makan sedikit. Gejala lainnya
dapat berupa mulas, perut kembung, kadar glukosa darah yang tidak menentu,
kurangnya nafsu makan, kejang dinding perut, turunnya berat badan dan malnutr is i.
Diabetes melitus menjadi penyebab utama gastroparesis karena kadar
glukosa dalam darah yang tinggi dapat mempengaruhi susunan kimia pada saraf
vagus. Merokok juga dapat menyebabkan gastroparesis.
2.3. Dempster Shafer
Teori Dempster Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian
berdasarkan belief function (fungsi kepercayaan) dan plausible reasoning
(pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan
informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu
peristiwa (Septiana, 2015). Dengan kata lain, teori Dempster Shafer adalah teori
matematika untuk fakta-fakta (Chowdhury, 2012). Teori Dempster Shafer
diperkenalkan oleh Dempster (1967) dan kemudian diperluas oleh Shafer (1976)
25
(Thakur, 2016). Teori Dempster Shafer dapat diartikan sebagai bentuk umum dari
teori probabilitas, di mana probabilitas digunakan untuk sekumpulan data bukan
untuk satu data (Chowdury, 2012).
Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence (bukti) dalam mendukung suatu
himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada
evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan adanya kepastian atau Plausability (Pl).
Plausability dinotasikan sebagai berikut (Kusumadewi, 2003).
Pl(s)= 1 – Bel(-s)
Plausability juga bernilai 0 sampai 1. Jika kita yakin –s, maka dapat dikatakan
bahwa Bel(-s) = 1, dan Pl(-s) = 0. Plausability akan mengurangi tingkat
kepercayaan dari evidence. Pada teori Dempster Shafer kita mengenal adanya frame
of discernment yang dinotasikan dengan (theta). Frame ini merupakan semesta
pembicaraan dari sekumpulan hipotesis (Sulistyohati, 2008).
Misalkan = {A, B, C, D}
Dengan:
A = Depresi
B = Ganguan Mental
C = Hiperaktif
D = Gangguan Tingkah laku
Tujuannya adalah untuk mengaitkan ukuran kepercayaan elemen-elemen dari
. Tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Sebagai
contoh, marah mungkin hanya mendukung {B, C, D}.
26
Untuk itu perlu adanya probabilitas fungsi dentitas (m). Nilai m tidak hanya
mendefinisikan elemen-elemen saja, tetapi juga semua himpunan bagiannya (sub-
set). Sehingga jika berisi n elemen, maka sub-set dari berjumlah 2n. Sub-set
merupakan himpunan bagian dari hasil kombinasi elemen-elemen , sedangkan n
elemen adalah jumlah dari elemen semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesis
pada . Apabila tidak ada informasi apapun untuk memilih hipotesis, maka nilai:
m( ) = 1,0
jika kemudian diketahui bahwa bersikap cuek merupakan gejalan dari gejala
hiperaktif, gangguan mental dan depresi dengan m = 0,6, nilai densitasyang dipilih
merupakan nilai densitas yang tertinggi untuk mendapatkan m1 (Indraswari, 2015),
maka:
m{H, G1, D} = 0,6
m{ } = 1 – 0,6 = 0,4
apabila diketahui X adalah sub-set dari , dengan m1 sebagai fungs i
densitasnya dengan Y juga merupakan sub-set dari dengan m2 sebagai fungs i
densitasnya, maka dapat dibentuk fungsi kombinasi m1 dan m2 sebagai m3, yaitu:
Dengan:
X, Y, Z = Himpunan gangguan
m = Nilai densitas/kepercayaan
= Himpunan kosong
27
2.4. PHP
PHP merupakan singkatan dari hypertext prepprocesor yang digunakan
sebagai bahasa script server-side dalam mengembangkan web yang disisipkan pada
dokumen HTML (Peranginangin, 2006: 2). PHP adalah bahasa pemrograman
berbasis web untuk memproses dan mengolah data secara dinamis. Aplikasi yang
dibangun dengan menggunakan PHP akan memberikan hasil pada web browser,
tetapi secara keseluruhan prosesdari PHP dijalankan oleh server. Tentunya server
akan bekerja sesuai dengan permintaan dari client. Penggunaan program PHP
memungkinkan sebuah website menjadi lebih interaktif dan dinamis.
2.5. Aplikasi Android
Android adalah sebuah sistem oeprasi untuk perangkat mobile berbasis linux
yang mencakup sistem operasi, middleware dan aplikasi. Andorid menyediakan
platform terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka.
Awalnya, Google Inc. Membeli Android Inc. Yang merupakan pendatang baru
yang membuat piranti lunak untuk ponsel/ smartphone.
Kemudian untuk mengembangkan Android, dibentuklah Open Handset
Alliance, konsorsium dari 34 perusahaan piranti keras, piranti lunak, dan
telekomunikasi termasuk Google, HTC, Intel, Motorola, Qualcomm, T-Mobile dan
Nvidia (Utami, 2016).
28
2.6. Penelitian Terkait
Penelitian ini dikembangkan dari beberapa referensi yang mempunya i
keterkaitan dengan metode dan objek penelitian. Penggunaan referensi ini ditujukan
untuk memberikan batasan-batasan terhadap metode dan sistem yang nantinya akan
dikembangkan lebih lanjut. Berikut adalah hasil dari penelitian sebelumnya.
Penelitian yang pernah dilakukan yakni oleh Agus Purwanto (2015) tentang
“Analisa dan Perancangan Sistem Pakar Kerusakan pada Aset UKM STIKOM Bali
Menggunakan Metode Dempster Shafer”. Penelitian ini membahas tentang
pencatatan aset UKM STIKOM yang masih manual dan menimbulkan potensi
ketidaksinkronan data karena rusak. Maka dibuatlah sistem pakar untuk menangani
permasalahan monitoring aset dengan cara mendeteksi kerusakan yang terjadi,
beserta solusi perbaikannya.
Ulla Bergsten dan Johan Schubert (1993) dalam “Dempster’s Rule for
Evidence Ordered in a Complete Directed Acyclic Graph”. Penelitian ini
menyajikan suatu algoritma yang memungkinkan untuk mendukung pra kalkulasi
dan kemungkinan untuk menentukan jalur pada graf terarah komplit.
Penelitian yang dilakukan oleh Eka Yusnita dan Hugo Aprilianto (2015) yang
berjudul “Sistem Pakar Penyakit Ikan Nila Menggunakan Dempster Shafer
Berbasis Web”. Penelitian ini menghasilkan aplikasi web yang bisa dengan akurat
mendiagnosis penyakit pada ikan nilai sehingga pembudidaya ikan nila bisa
mengetahui penyebab penyakit pada ikan nila dan bisa segera menanganinya.
29
Penelitian yang dilakukan oleh Ashari tahun 2015 yang berjudul “Penerapan
Sistem Pakar untuk Mengidentifikasi Masalah Kehamilan dengan Metode
Dempster Shafer” menghasilkan sistem yang dapat mendeteksi masalah kehamilan.
Deby Putri Indraswari dkk (2015) dalam “Sistem Pendukung Keputusan
Deteksi Dini Penyakit Stroke Menggunakan Metode Depster Shafer” menghasi lkan
suatu sistem yang dapat mendeteksi penyakit stroke dengan presentasi 90%.
61
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan terkait implementasi metode Dempster
Shafer dalam mendiagnosis penyakit lambung pada manusia dengan menggunakan
data rekam medis dari Rumah Sakit Tugurejo Semarang, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1) Metode Dempster Shafer merupakan metode untuk menghitung
ketidakpastian suatu masalah, ketidakpastian ini dikarenakan adanya
penambahan fakta baru. Dempster Shafer bekerja dengan menggunakan nila i
densitas atau nilai bobot dari setiap fakta yang diketahui, yang berasal dari
seorang pakar atau ahli di bidangnya, yang merupakan seorang dokter
spesialis penyakit dalam. Fakta-fakta tersebut berupa gejala yang dirasakan
oleh pasien penderita penyakit lambung. Bobot nilai fakta ini kemudian
dikombinasikan dan nantinya menghasilkan kombinasi nilai densitas fakta-
fakta yang diketahui. Hasil akhirnya berupa suatu fakta atau pun kombinas i
fakta dengan nilai bobot terbesar untuk menentukan jenis penyakit lambung
yang diderita.
2) Perancangan sistem dempster shafer dibagi menjadi dua, yaitu untuk halaman
admin dan pengguna. Hal ini untuk memudahkan admin dalam merubah data
yang ada tanpa merubah halaman pengguna. Untuk halaman admin dibuat
62
dengan bahasa pemrograman php dan MySQL, yang kemudian sudah
dihostingkan sehingga pengambilan data dari web ke halaman pengguna bisa
dilakukan. Sedangkan untuk pengguna menggunakan Intel XDK dan
HTML5. Pada halaman pengguna data yang digunakan adalah data dari
database admin.
3) Setelah mengimplementasikan 60 data rekam medis yang diambil dari Rumah
Sakit Tugurejo Semarang menggunakan Metode Demspter Shafer, dapat
diketahui akurasi hasil perhitungan dempster shafer dengan diagnosis dari
dokter adalah sebanyak 78,3%, dengan 47 data menghasilkan diagnosis yang
sama dengan dokter.
5.2. Saran
1) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan adanya improvisasi pada sistem ini,
agar sistem dapat mendiagnosis lebih dari satu penyakit. Dapat ditambahkan
juga data-data penyakit lain beserta nilai densitasnya sehingga sistem dapat
mendiagnosa penyakit lainnya.
2) Perlunya peningkatan keakurasian dengan menambahkan metode lain atau
pun dengan mengambil data dari banyak pakar sehingga nilai densitas bisa
lebih terkontrol dan diagnosa penyakit bisa lebih akurat.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arhami, M. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Yogyakarta: ANDI.
Ashari, A. (2016). Penerapan Sistem Pakar Untuk Mengidentifikasi Masalah Kehamilan Dengan Metode Dempster-Shafer. Jurnal Ilmu Komputer, 1(2).
Bergsten, U., & Schubert, J. (1993). Dempster's rule for evidence ordered in a complete directed acyclic graph. International Journal of Approximate Reasoning, 9(1), 37-73.
Chowdhury, S. (2013). Fusing probability density function into Dempster–Shafer theory of evidence for the evaluation of water treatment plant. Environmental monitoring and assessment, 185(5), 3917-3929.
Durkin, J. 1994. Expert System : Design and Development. Prentice Hill
International: New Jersey.
Fock, K. M., & Poh, C. H. (2010). Gastroesophageal reflux disease. Journal of gastroenterology, 45(8), 808-815.
Fock, K. M., Talley, N., Hunt, R., Fass, R., Nandurkar, S., LAM, S. K., ... & Sollano, J. (2004). Report of the Asia–Pacific consensus on the management
of gastroesophageal reflux disease. Journal of gastroenterology and hepatology, 19(4), 357-367.
Indraswari, D. P., Soebroto, A. A., & Marhaendraputro, E. A. (2015). Sistem
Pendukung Keputusan Deteksi Dini Penyakit Stroke Menggunakan Metode Dempster-Shafer. Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology, 2(2), 97-104.
Irawan, A. T. 2015. Faktor Resiko Terhadap Kejadian Dispepsia di Instalasi Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Jurnal Keperawalan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka Vol. 1 No 2.
Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu.
64
Listiyono, H. (2008). Merancang dan Membuat Sistem Pakar. Dinamik-Jurnal Teknologi Informasi, 13(2).
Martin, J & Oxman, S. 1988. Building Expert System a Tutorial. Prentice Hall: New Jersey.
Merola, E., Rinzivillo, M., Cicchese, N., Capurso, G., Panzuto, F., & Delle Fave, G. (2016). Digestive neuroendocrine neoplasms: A 2016 overview. Digestive and Liver Disease, 48(8), 829-835.
Minardi, J., & Suyatno, S. (2016). Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Kehamilan Menggunakan Metode Dempster-Shafer Dan Decision
Tree. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer, 7(1), 83-98.
Muslim, M. A., Kurniawati, I. I. N., & Sugiharti, E. (2015). Expert system diagnosis chronic kidney disease based on mamdani fuzzy inference system. Journal of Theoretical and Applied Information Technology, 78(1),
70.
Istiqomah, Y. N., & Fadlil, A. (2013). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Saluran Pencernaan Menggunakan Metode Dempster Shafer. Jurnal Sarjana Teknik Informatika, 1(1).
Peranginangin, K. 2006. Aplikasi WEB dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta:
Andi
Pressman, R. S. 2001. Software Engineering: A Practitioner’s Approach, 6th Edition. Singapore: McGraw-Hill,Inc.
Purwanto, A. (2015). Analisa Dan Perancangan Sistem Pakar Kerusakan Pada Aset UKM STIKOM Bali Menggunakan Metode Dempster
Shafer. Proceedings Konferensi Nasional Sistem dan Informatika (KNS&I).
Ridley, J. 2004. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Schnupp, P. H. 1989. Building Expert System in Prolog. Munich: Amzi!Inc.
Septiana, L. (2015). Metode Dempster-Shafer untuk Sistem Pakar Deteksi
Kerusakan Mesin Cuci Berbasis Web. Jurnal Techno Nusa Mandiri, 12(2), 38-46.
65
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyohati, A., & Hidayat, T. (2008). Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit ginjal dengan metode DEMPSTER-SHAFER. In Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) (Vol. 1, No. 1).
Suparman & Marlan. 2007. Komputer Masa Depan. Yogyakarta: ANDI.
Suyoto. 2004. Intelegensi Buatan Teori dan Pemrograman. Yogyakarta: Gava Media.
Thakur, G. S. M., Bhattacharyya, R., & Sarkar, S. (2016). Stock portfolio selection
using Dempster–Shafer evidence theory. Journal of King Saud University-Computer and Information Sciences.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Priciples of Anatomy and Phsiology. 12th ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Turban, E. 1995. Decision Support System and Expert System, 4th ed., Prentice-
Hall, Inc., New Jersey, pp 472-679.
Utami, I. F., Satoto, K. I., & Martono, K. T. (2016). Teka-teki Unsur Kimia
sebagai Media Pembelajaran Kimia Interaktif bagi siswa SMA Kelas X Berbasis Android. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, 4(1), 139-149.
Yusnita, E., & Aprilianto, H. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ikan Nila
Menggunakan Dempster Shafer Berbasis Web. JUTISI, 4(2).
Yuwono, B. (2015, July). Pengembangan sistem pakar pada perangkat mobile
untuk mendiagnosa penyakit gigi. In Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF) (Vol. 1, No. 4).