Post on 29-Jun-2015
EVALUASI HUBUNGAN PRC (PHOSPHONATE RESIDUAL CONTENT)
TERHADAP KECENDRUNGAN TERBENTUKNYA SCALE PADA MFU
(MECHANICAL FLOATING UNIT) DI AREA CGS 10 LADANG MINYAK DURI
MILIK PT CHEVRON DI PT CLARIANT
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan dalam Rangka Memenuhi Kurikulum pada Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya
Oleh :
ROKEND ROY
NIM : 08061003053
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
LAPORAN KERJA PRAKTEK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DILAKSANAKAN :
18 JANUARI 2010 – 18 FEBRUARI 2010
Di :
Laboratorium PT CLARIANT INDONESIA – Duri Operation
Oleh :
ROKEND ROY
NIM : 08061003053
Menyetujui :
Ketua Jurusan Kimia Dosen Pembimbing
Dra, Fatma, M.Si Drs. Ady Mara, M.Si
NIP : 131932788 NIP : 131885586
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat dan kasih sayang-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul
“Evaluasi Hubungan Kandungan PRC ( Phosponate Residual Content) Terhadap
Kecendrungan Terbentuknya Scale Pada MFU (Mechanical Floating Unit) Di
Area CGS 10 Ladang Minyak Duri Milik PT Chevron Di PT Clariant“.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi kurikulum
mata kuliah di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Fatma M.S selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.
2. Bapak Ady Mara M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu
dan memberikan saran serta bimbingan kepada penulis.
3. Ibu Dra. Tjurmin Ginting M.Si selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis
4. Seluruh Staff dan Dosen di Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
5. Bapak Noor Wibawa selaku Project Manager di PT CLARIANT INDONESIA –
Duri Operation.
6. Bapak Amrizal Lantarani selaku senior Engineer yang telah banyak meluangkan
waktunya dalam penyelesaian laporan kerja praktek ini.
7. Bapak Agustiar Gindo A,Md selaku senior analis dan Mbak Fitri Handayani
selaku analis yang telah banyak membantu penulis di laboratorium.
8. Bapak Hadi Sukmana selaku Support Supervisor, yang telah banyak
memberikan informasi serta nasehat-nasehat kepada penulis selama pelaksanaan
kerja praktek.
9. Bang Irwan dan Bapak Amrizal selaku petugas sampel yang telah bersedia
mengantarkan sampel untuk penulis.
10. Om Hassan, Bang GH, Mas Jati, Mas Danu, Mas Angga, Bang Wen, Bang
Engkus, Pak Ari, Bang Romy, Pak Tonga, dan seluruh Staff di PT CLARIANT
INDONESIA Duri yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan informasi serta pengalaman yang sangat berharga kepada
penulis selama pelaksanaan kerja Praktek.
Duri, Februari 2010
Penulis
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.…………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………... vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... x
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang………………………………………………………. 1
I.2 Rumusan Masalah………………………………………………..….. 2
I.3 Tujuan Kerja Praktek………………………………………………… 2
I.4 Batasan Masalah……………………………………………………... 3
I.5 Metoda Pengumpulan Data………………………………………….. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Proses Terbentuknya Minyak Bumi…………………………………. 3
II.2 Penggunaan Bahan Kimia pada Produksi Minyak Bumi………….… 5
II.3 Scale…………………………………………………………………. 7
II.3.1 Proses Terbentuknya Scale………………………………………. 10
II.3.2 Prediksi Scale…………….………………………………………. 11
II.4 Scale Inhibitor…………………………………………….…………. 13
III. METODOLOGI PELAKSANAN
III.1 Tempat dan Waktu…………………………………………………… 16
III.2 Pengambilan Sampel…………………………………………………. 16
III.3 Alat-alat yang digunakan…………………………………………….. 17
III.4 Bahan-bahan yang digunakan………………………………………... 17
III.5 Prosedur Kerja……………….………………………………………. 17
III.5.1 Penentuan pH………………………………………………….. 17
III.5.2 Penentuan Kadar HCO3.................................................................. 17Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
III.5.3 Penentuan Kadar Hardness………………………………………. 18
III.5.4 Penentuan PRC ………………………………………………..… 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pengaruh Waktu terhadap PRC dan Scale……………………………. 20
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan………………………………………………………….. 32
V.2 Saran………………………………………………………………… 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
Gambar 1. Scale pada pipa / tubing…………………………………………… 7
Gambar 2. Endapan hasil korosi, bukan scale…………………………………. 8
Gambar 3. Grafik pengaruh kelarutan scale terhadap temperature……………. 9
Gambar 4. Pembentukan Scale pada Coupons………………………………… 13
Gambar 5. Contoh-contoh bentuk scale……………………………………….. 14
Gambar 6. Skematik Aliran Pengambilan Sampel …………………………… 20
Gambar 7. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 1…. 21
Gambar 8. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 1….. 22
Gambar 9. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 1….. 22
Gambar 10. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 1 – B 23
Gambar 11. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 1 – B 23
Gambar 12. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 1 – B 24
Gambar 13. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 4…. 24
Gambar 14. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 4….. 25
Gambar 15. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 4…. 25
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Gambar 16. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 4 – B 26
Gambar 17. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 4 – B.. 26
Gambar 18. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 4 – B.. 27
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
Tabel 1. Komposisi Minyak Mentah………………………………………….. 4
Tabel 2. Tingkat Kelarutan Scale pada Air Murni…………………………….. 9
Tabel 3. Contoh Program untuk memprediksi Scale …………………………. 11
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Quality Control
Lampiran 2. Data Per Train terhadap Scale Indeks
Lampiran 3. Contoh Penggunaan Scale Soft Pitzer
Lampiran 4. Penentuan Scale Index Dengan Scale Soft
Lampiran 5. Pitzer Contoh Pengolahan Data ke dalam Satuan ppm
Lampiran 6. Water Traetment Plant - CGS 10
Lampiran 7. Intermediate Skim Tank – Train 1
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bahan bakar minyak merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam
kehidupan manusia terutama di zaman yang modern sekarang ini, mencari,
memproduksi, hingga mengolah minyak bumi ini tentunya tidak semudah membalik
telapak tangan. Butuh proses panjang untuk dapat menghasilkan serta mengolah minyak
bumi hingga menjadi bahan bakar yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia
sehari. Tidak hanya dalam hal proses produksi, dalam hal perawatan alat-alat pada
proses produksi minyak bumi juga merupakan hal utama yang harus diperhatikan.
Di ladang minyak Duri Field milik PT Chevron (Kota Duri, Provinsi Riau) lebih
kurang terdapat sekitar 4000-an well atau sumur minyak. Dari sekian banyak sumur
minyak tersebut, kondisi fluida yang ditemukan berbeda-beda, sehingga beragam pula
masalah yang dihadapi dalam hal perawatan instrument dalam hal mempertahankan
jumlah produksi. Sebagai contoh yang paling dominan ditemukan dibeberapa well yaitu
masalah Scale dan Korosi.
Adapun masalah yang akan diangkat dalam kerja praktek ini yaitu scale atau
kerak yang terjadi pada pipa-pipa proses produksi minyak bumi, dimana apa bila tidak
ditindak lanjuti, scale yang timbul atau terbentuk akan menyebabkan terhambatnya
kerja dari alat-alat sehingga akan mengurangi jumlah produksi, dimana hal tersebut me-
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
rupakan suatu hal yang sangat harus dihindari oleh perusahan-perusahan pemproduksi
minyak bumi. Untuk itu berbagai macam upaya pun telah dilakukan oleh beberapa
perusahan-perusahan Migas dalam hal pencegahan serta perawatan agar masalah
tersebut tidak timbul setidaknya dapat meminimalisirnya.
1.2 Rumusan Masalah
Scale merupakan masalah umum yang ditemukan di beberapa sumur minyak di
ladang minyak Duri Field milik PT Chevron. Scale biasa ditemukan pada pipa-pipa atau
tubing di well maupun di line. Scale atau kerak yang mengendap dan mengeras pada
pipa-pipa di sumur produksi tentunya akan menyebabkan berkurangnya jumlah
produksi dari suatu well bahkan dapat menyebabkan rusaknya pumping unit pada well
tersebut.
1.3 Tujuan Kerja Praktek
a) Tujuan Umum :
1. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana penerapan ilmu yang
didapat di bangku kuliah dengan kenyataannya di dunia kerja.
2. Mengaplikasikan ilmu-ilmu kimia yang dipelajari di bangku kuliah pada
dunia kerja, khususnya pada penggunaan bahan kimia di laboratorium
b) Tujuan Khusus :
1. Mengetahui bagaimana peranan dan penggunaan bahan kimia pada
produksi minyak bumi.
2. Mengetahui proses kerja dalam memonitoring kerja bahan kimia yang
digunakan dalam pencegahan Scale.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terbentuknya Minyak Bumi
Teori yang paling populer mengenai asal-usul minyak bumi adalah teori organic
source material. Teori ini menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari fosil (hewan
dan tumbuhan) yang tertimbun dalam bumi selama jutaan tahun. Bahan-bahan yang
dijumpai di dalam sedimentary rock ini mengalami sedimentasi dan mengumpul
bersama batuan sedimen. Akibat berbagai pergerakan bumi, fosil-fosil ini semakin jauh
tertimbun ke dalam perut bumi. Kondisi-kondisi ekstrim dalam perut bumi seperti
tekanan, temperatur, radiasi dan kondisi-kondisi lainnya akan membantu reaksi-reaksi
pemecahan bahan organik. Karbohidrat, protein, dan bahan organik lain dari fosil
dipecah menjadi gas atau komponen yang larut dalam air kemudian melarut dalam
tanah. Lemak yang tertinggal dan bahan yang larut di dalamnya diubah menjadi minyak
bumi melalui suatu reaksi bertitik didih rendah. Proses ini terus berlangsung hingga
berangsur-angsur terbentuk minyak bumi.
Temperatur sangat berpengaruh terhadap terbentuknya minyak bumi (150-
350oF). Bila melebihi 500oF, biasanya akan terjadi pengrusakan unsur-unsur organik
yang ada. Oleh sebab itu, pada lapisan sedimentary rock yang terkubur begitu dalam di
perut bumi jarang sekali dijumpai minyak bumi. Perkiraan terjadinya minyak mentah
pada tiga bagian sedimentary rock adalah kira-kira 35% pada sandstone, 45% pada
shale, dan 20% pada carbonate.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Ada tiga faktor utama dalam pembentukan minyak dan/atau gas bumi, yaitu:
1. Adanya bebatuan asal (source rock) yang secara geologis memungkinkan
terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi.
2. Adanya migrasi hidrokarbon dari bebatuan asal menuju ke bebatuan reservoir
(reservoir rock), yang umumnya berupa sandstone atau limestone yang
berporipori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon
tersebut.
3. Adanya jebakan geologis (geological entrapment). Struktur geologis kulit bumi
yang tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya
gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus
menerus, dapat menciptakan suatu “ruangan” bawah tanah yang menjadi jebakan
hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang impermeable, maka
hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak kemana-mana lagi.
Komposisi minyak mentah sangat bervariasi, tetapi komposisi elemental pada
umumnya sama. Komposisi minyak mentah ditunjukkan pada table 1.
Zat Kandungan (%)
Karbon 84 – 87
Hidrogen 11 – 14
Sulfur 0 – 3
Nitrogen 0 – 1
Oksigen 0 – 2
Tabel 1. Komposisi minyak mentah
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
2.2 Penggunaan Bahan Kimia pada Produksi Minyak Bumi
Pada industri minyak dan gas, bahan kimia mempunyai peranan penting dalam
mengontrol kualitas minyak bumi. Untuk meningkatkan produksi dan pemeliharaan
peralatan, serta untuk memperoleh kualitas produk yang diinginkan maka ditambahkan
bahan-bahan kimia pada produksi minyak mentah. Adapun fungsi dari bahan kimia
dalam industri minyak dan gas adalah sebagai berikut :
1. Mengatasi keterbatasan kemampuan proses pemisahan secara mekanik/fisika
2. Mengatasi masalah-masalah operasi, produksi, dan pemeliharaan dengan reaksi
kimia
3. Mendapatkan hasil produksi yang optimum dan memenuhi standar kualitas yang
diinginkan
4. Menghemat biaya operasi
Komponen-komponen yang terbawa bersama minyak dari dalam sumur
menimbulkan permasalahan tersendiri dalam proses produksi. Air yang terdapat dalam
jumlah besar sebagian dapat menimbulkan emulsi dengan minyak, sehingga pemisahan
air dari minyak sukar dilakukan hanya dengan proses fisik saja. Gas CO2 dan H2S dapat
menyebabkan korosi dan mengakibatkan kerusakan pada casing, tubing, system
perpipaan, dan surface facilities. Ion-ion yang terlarut dalam air seperti kalsium,
karbonat, dan sulfat dapat membentuk kerak atau scale, yang mengakibatkan naiknya
pressure drop dan turunnya laju perpindahan panas pada sistem perpindahan panas
sehingga menurunkan produksi.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Setiap bahan kimia yang digunakan mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-
beda bergantung pada kebutuhan operasi. Secara umum, bahan kimia yang digunakan di
lading minyak Duri milik PT Chevron dikelompokkan ke dalam fungsi-fungsi kerja
sebagai berikut :
a) Pemisahan : demulsifier, reverse demulsifier
b) Penggumpalan : coagulant aid, flocculant aid
c) Penyerap : oxygen scavenger, H2S scavenger
d) Pencegahan : corrosion inhibitor, scale inhibitor, paraffin inhibitor
e) Pencuci : surfaktan, resin rinse, foamer, defoamer
f) Pelarut : toluene, trichloroethane, zat asam
g) Racun : biocide
h) Rekondisi fluida : stimulation chemicals (frac pac, proppant, wetting agent
/ /surfactant, pH buffer, dll.), zat asam (HCl, H2SO4, CH3COOH, dll.), zat basa
(NaOH, KOH), polimer, fluida pengeboran
i) Perawatan jalan : soil stabilizer, dust suppressant, cement, asphalt, asphalt
emulsion
j) Penjernihan air : netralisasi (HCl, NaOH), desinfektan (Cl2, CaO(Cl)2), Al2(SO4)3
2.3 Scale
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Scale atau kerak adalah suatu zat non organik dalam air yang mengendap
(carbonate / sulphate dari calcium, strontium, barium), merupakan endapan keras
mineral atau ion yang bersifat non organik dan menempel pada logam. Namun scale
bukanlah hasil dari kerak besi (Fe2O3) hasil korosi ataupun hasil dari endapan pasir,
tanah yang tidak larut dalam suatu aliran fluida baik pada well ataupun line.
Adapun akibat yang akan terjadi apabila timbulnya Scale antara lain adalah
volume pipa ataupun tubing akan semakin kecil, sehingga akan menyebabkan
berkurangnya kapasitas produksi, Scale yang mengendap dan mengeras dalam pipa juga
akan mengakibatkan formasi menjadi tersumbat yang nantinya mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan di dalam system. Dan dampak yang lebih buruk lagi
yang akan terjadi apabila terlalu banyak Scale yang timbul yaitu dapat merusak
peralatan seperti pompa dan valve, dan tidak menutup kemungkinan suatu pumping unit
akan Shut down.
Gambar 1. Scale pada pipa / tubing
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Gambar 2. Endapan hasil Korosi, bukan scale
Jenis scale yang umumnya ditemukan di industry minyak dan gas bumi adalah :
1. Kalsium karbonat (CaCO3), Magnesium karbonat (MgCO3)
2. Senyawa-senyawa alkali sulfat : CaSO4, BaSO4, SrSO4
3. Kalsium sulfat gypsum (CaSO4.2H2O)
4. Kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.1/2H2O)
5. Besi sulfida (FeS)
6. Besi karbonat (FeCO3), Oksida besi (Fe2O3), dan Sulfida besi (FeS2)
Namun diantara ketiga jenis-jenis Scale tersebut, Scale dengan jenis Calcium
Carbonate ( CaCO3) lah yang mendominasi jenis Scale yang terdapat di Indonesia.
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli, lebih dari 90% jenis Scale
yang ditemukan di Indonesia adalah Calcium Carbonat. Dari beberapa jenis scale diatas,
terdapat tija jenis scale yang paling umum diantaranya yaitu Calcium Carbonat, Barium
sulfat, dan Strontium sulfat. Tingkat kelarutan dari ketiga jenis scale ini dalam air murni
dapat kita amati pada table 2.2 :
Tabel 2. Tingkat kelarutan masing-masing Scale di air murni pada 25 oC
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Jenis Scale Kelarutan (mg/l)
BaSO4 2.3 mg/l
CaCO3 53.0 mg/l
SrSO4 114.0 mg/l
Dan apabila dalam bentuk grafik, pengaruh temperature pada kelarutan Scale dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3. Grafik pengaruh temperatur terhadap kelarutan Scale
2.3.1 Proses Terbentuknya Scale
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Proses umum terbentuknya Scale disebabkan karena adanya penggeseran
kesetimbang antara :
Calcium Air + Calcium + Carbon dioxide
Bicarbonate Carbonate
(Larut) (Tidak larut) (Gas)
Kestabilan bergeser karena pengaruh :
1. Pressuer (semua jneis carbonat) : Penurunan pressure atau tekanan dapat
mengakibatkan scale akan mudah mengendap.
2. Temperature (semua jenis carbonat, calcium sulphate) : terjadinya
peningkatan temperature membuat scale CaCO3 mudah mengendap.
3. pH ( biasanya jenis carbonates) : Peningkatan pH membuat scale
mengendap
4. Pencampuran dua macam air yang tidak compatible (semua jenis sulphate
terbentuk dengan cara ini)
5. Water #1 + Water #2 Scale (tidak larut)
Ba ++ SO4 -- BaSO4
6. Penurunan salinity (TDS = Total Dissolved Solid) membuat carbonates and
sulphates lebih mudah mengendap
2.3.2 Prediksi Scale
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Beberapa pertanyaan yang biasanya sering timubul dalam hal mengenai
Scale yaitu, apakah akan terbenuk Scale? atau Sudahkan terbentuk Scale?.
Kecendrungan terbentuknya Scale dapat dihitung berdasarkan hasil analisa air pada
laboratorium. Scale dapat kita prediksi atau dikira kapan ia akan terbentuk, metoda
prediksi dilakukan dengan cara menghitung semua faktor kimia dan fisika yang
mempengaruhi timbulnya scale antara lain adalah analisa kation/anion dalam air,
temperature, tekanan dan perubahan parsial tekanan CO2, total dissolved solids,
serta kelarutan tipe-tipe scale yang terbentuk.
Adapun contoh – contoh yang biasa digunakan untuk memprediksi Scale
antara lain dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3. Contoh Program untuk memprediksi Scale
Nama Program Jenis Scale
Stiff & Davis CaCO3
Langelier CaCO3
Pitzer CaCO3
Ryzner CaCO3
Oddo & Thomson CaCO3
Skillman, Mc Donald, Stiff
CaSO4
Templeton BaSO4
Larson and Buswell CaCO3
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Dalam memprediksi telah terbentuknya scale atau belum, kita perlu
melakukan ampling dan analisa air dengan cermat. Diantaranya kita harus selalu
mengukur pH pada waktu sampling, alkalinity harus ditest secepatnya, dan kita
juga harus memastikan terlebih dahulu bahwa tidak terjadinya pembentukkan scale
pada botol sampel.
Selain melulai analisis air di laboratorium, Cara lain yang juga telah
dilakukan untuk memonitoring telah terbentuk atau tidaknya Scale yaitu dengan
menggunakan Scale coupons. Cara ini boleh dibilang cukup sederhana yaitu dengan
cara menancapkan coupons pada Scale monitoring point yang telah ditentukan dan
dibiarkan lebit kurang selama satu bulan, kemudian Scale coupons dicabut lalu
diamati. Apabila coupons (berat coupons ditimbang terlebih dahulu sebelum
ditanam) yang telah ditanam selama satu bulan tadi beratnya bertambah dari berat
sebelumnya, berarti itu diidentifikasikan telah terbentuk Scale, lalu dihitung kadar
Scalenya dengan membandingkan antara berat awal coupons dan berat coupons
setelah ditancapkan. Namun apabila berat coupons semakin ringan, berarti itu
mengidentifikasikan terbentuknya Korosi. Karena dapat memonitoring Scale
ataupun korosi, oleh sebab itu cara ini masih digunakan hingga sekarang, dan cara
ini juga dianggap sebagai cara monitoring scale yang lebih akurat. Namun yang
harus kita ingat adalah bahwa hasil yang kita dapatkan sifatnya hanyalah
merupakan perkiraan saja.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Gambar 4. Pembentukan Scale pada Coupons
2.4 Scale Inhibitor
Scale Inhibitor merupakan bahan kimia cair yang disuntikkan ke dalam pipa
aliran untuk mencegah atau memperlambat terbentuknya scale pada dinding bagian
dalam pipa akibat adanya unsur sadah yang berlebihan dari cairan yang selalu kontinyu
mengalir dalam pipa. Injeksi Scale inhibitor merupakan salah satu cara untuk mencegah
terbentuknya scale. Perlu diketahui bahwa injeksi Scale inhibitor dilakukan dalam
upaya pencegahan terbentuknya Scale, bukan untuk menghilangkan Scale. Namun
apabila Scale sudah terbentuk, maka langkah yang kita lakukan salah satunya dengan
cara acidizing atau di asamkan. Acidizing adalah cara utnuk menghilangkan Scale
plugging di sumur tetapi tidak mencegah terjadinya Scale.
Scale inhibitor ini bekerja dengan cara mengikat scale yang cenderung
mengendap supaya tetap larut dan tidak mengendap, merubah bentuk kristal supaya
tidak tumbuh, serta mampu merubah kristal yang telah terbentuk menjadi lebih bulat
dan mudah teurai/lepas. Scale Inhibitor menghambat pertumbuhan Kristal dengan
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
berbagai cara diantaranya melekat pada permukaan Kristal, mencegah pertumbuhan
Kristal baru dan mendorong penguraian kembali, dan apabila Kristal tetap tumbuh,
Kristal yang terbentuk mempunyai permukaan yang tidak rata, akibatnya
pertumbuhannya menjadi sangat lambat.
Tanpa scale inhibitor phosphonat Eonscale
Gambar 5. Contoh bentuk Scale
Scale Inhibitor yang biasa digunakan mempunyai beberapa tipe atau jenis
diantaranya scale inhibitor jenis Phosphate, Phosphate ester, Polyacrylate, dan
Phosphonate. Adapun sifart-sifat dari scale inhibitor tersebut antara lain adalah :
1. Inorganik Phosphate : O-P-O-P-O
Digunakan untuk mengatasi scale jenis CaCO3, memiliki stabilitas yang
rendah, berubah jadi Ortho – PO4, dan tidak compatible dengan air asin.
2. Organic Phosphate Esters: C-O-P
Scale inhibitor jenis ini sangat efektif untuk CaCO3, CaSO4, BaSO4.
Bersifat lebih tahan terhadap temperature ringgi, dapat digunakan untuk
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
squeeze jika temperature dibawah 60oC, dan kelebihannya adalah scale
inhibitor jenis ini lebih mudah untuk dimonitoring.
3. Acrylic Acid Polymers
Scale inhibitor jenis ini boleh dikatakan cocok untuk sebagian besar tipe
scale, dikarenakan sifatnya yang stabil pada temperature tinggi (260oC),
dapat digunakan untuk squeeze, namun sedikit susah untuk dimonitor.
4. Phosphonates : C-P Eonscale W702/ W737
Jenis ini cocok juga untuk sebagian besar tipe scale. Sifatnya stabil hingga
temperature 135oC, dapat digunakan untuk squeeze dan dapat dimonitor.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2010 sampai dengan 18
Februari 2010, di Laboratorium PT CLARIANT – Duri Operation Jl. Raya Duri-Dumai
Km 14, Duri – Riau.
3.2 Pengambilan Sampel
Sampel yang dianalisa diperoleh dengan mengambil ke Duri Field di area CGS
10 oleh petugas sampel kemudian dibawa ke laboratorium dan segera dianalisa. Petugas
sampel tersebut telah dilatih dan berpengalaman dalam pengambilan sampel di Duri
Field.
Sampel yang diambil berupa cairan yang masih mengandung minyak mentah
serta kandungan mineral lainya yang diambil di 3 titik tempat pengambilan sampel dari
2 jalur tanki yang berbeda, yaitu pada tanki 1 : titik sampelnya pada Intermediate Skim
Tank 1 (IST 1), Primary Tank 1 (PR 1), dan Secondary Tank 1 (SC 1). Dan pada tanki 4
: titik sampelnya pada Intermediate Skim Tank 4 (IST 4), Primary Tank 4 (PR 4), dan
Secondary Tank 4 (SC 4). Kemudian sampel juga diambil kembali pada tempat yang
sama dengan jeda waktu sekitar setengah jam dari pengambilan pertama (kode A) yang
selanjutnya ditandai dengan Kode B.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
3.3 Alat-alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrometer DR-
2000, Schott Bottle, Sany glass, Beaker glass, Statis, Buret, pH meter, Kuvet, Kertas
saring, Pipet tetes, Corong plastic, Oven, Erlenmeyer, dan Gelas ukur.
3.4 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah H2SO4 0,1 N, HCl
pekat, Buffer pH 4 dan 7, EDTA 0,022 M, NaCl (150 mg/l), KOH 8 N, Photassium
Peroxodisulfat, Hidroxy Naftol Blue,
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Penentuan pH
Sampel yang telah diambil dari titik pengambilan sample oleh Tim sampling
disaring terlebih dahulu menggunakan kertas saring biasa kedalam botol Schott
kemudian di ambil 50 ml lalu di ukur pH nya menggunakan pH meter yang
sebelumnya sudah dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan 7. Amati hasil
pengukuran hingga menunjukkan pH yang stabil, kemudian dicatat pH larutan
sampel hasil pengukuran.
3.5.2 Penentuan Kadar HCO3
Sediakan 50 ml larutan sampel yang telah disaring dalam gelas beaker,
kemudian tentukan pH awal larutan tersebut selanjutnya dititrasi dengan H2SO4
0.1 N hingga pH sampel berubah menjadi 4.5. Setelah pH sampel menjadi 4.5
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Ppm CaCO3 = BM CaCO3 x ppm Ca
Ar CA
Ppm CaCO3 = BM CaCO3 x ppm Ca
Ar CA
maka titrasi dihentikan dan catat berapa volume titran yang digunakan. Hasil
pengukuran dalam ml di ubah menjadi ppm.
3.5.3 Penentuan Kadar Hardness (Kesadahan air)
3.5.3.1 Kadar Ca
Sediakan 25 ml larutan sampel yang telah disaring ke dalam Erlenmeyer.
Tambahkan 1 ml NaCl (150 mg/ml), 2 ml KOH 8 N, dan 2 tetes indicator
Hidroxy Nafthol Blue. Selanjutnya dititrasi dengan EDTA 0.02202 M
hinggan terjadi perubahan warna yang stabil. Catat volume titran yang
digunakan kemudian ubah satuannya ke dalam ppm.
3.5.3.2 Kadar CaCO3
Untuk menghitung kadar CaCO3 kita menggunakan rumus :
3.5.4 Penentuan PRC (Phosphonate Residual Content)
Siapkan 60 ml sampel yang telah disaring ke dalam botol Schott kemudian
sampel di Acid dengan menambahkan 2 tetes HCl 0.1 N, tutup rapat botol dan
di kocok hingga campuran menjadi homogen. Lalu sampel tersebut di Oven
selama 17 jam pada 95oC. Setelah dilakukan pemanasan, keluarkan sampel dari
oven lalu dinginkan kemudian disaring lagi dengan menggunakan 2 lembar
kertas saring. Untuk persiapan sampel selanjunya yaitu, sediakan sebanyak 5 ml
sampel tadi lalu ditambhkan 4 ml Photasium peroxodisulfat, 16 ml aquadest.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Kemudian sampel dipananskan kembali kedalam oven selama 2 jam pada 95oC.
Setelah itu dinginkan sampel kemudian tambahkan 1 sachet reagen Phosver
(Phosphate) aduk hingga larut. Untuk larutan Blanko sediakan sampel yang
sama tetapi tanpa ditambahkan reagen.Ukur dengan spectrometer DR-2000
dengan no program 501 dan panjang gelombang 890. Catat hasil pengukuran
tersebut.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Waktu Terhadap PRC dan Scale
Pada pelaksanaa kerja praktek ini pengamatan atau monitoring terhadap kerja
Scale Inhibitor pada area CGS 10 Duri Field PT Chevron ini dengan jumlah sampel
sebanyak 12 botol per hari dari 6 titik sampel dalam 2 kali pengambilan (antara
pengambilan pertama dan kedua pada titik sampel yang sama berselang sekitar ½ jam)
dari 2 Train atau jalur yang berbeda yaitu Train 1 dan 4.
To Surge Tank
Gambar 6. Skematik Aliran pengambilan Sampel
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Train 1Train 1
Intermediate Skim Tank 4
Intermediate Skim Tank 4
Primary 4 - MFU
Primary 4 - MFU
Secondary 4 - MFU
Secondary 4 - MFU
Train 4Train 4
Intermediate Skim Tank 1
Intermediate Skim Tank 1
Primary 1 - MFU
Primary 1 - MFU
Secondary 1 - MFU
Secondary 1 - MFU
Setelah dilakukan water analysis dan PRC dari ke keseluruhan sampel selama
tiga hari berturut-turut, maka didapatkanlah data analisa laboratorium (data terlampir).
Kemudian ditentukan harga Scale Index rata-rata per titik sampel, lalu kita bandingkan
harga Scale index terhadap harga PRC yang didapat. Hasilnya terlihat pada Grafik
berikut ini :
Gambar 7. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 1
Keterangan :
IST 1 – A = Sampel dari IST pada pengambilan pertama Train 1
PRC = Phosponate Residual Content
SI = Scale Index
Pada gambar 7. terlihat jelas bahwa hubungan antara harga PRC terhadap Scale indeks
adalah berbanding terbalik, hal ini dapat diamati dari kurva dari SI yang semakin tinggi
pada saat kurva PRC semakin menurun, hal ini disebabkan karna pada saat pengambilan
sampel di titik ini kondisi phosponat yang terkandung dalam fluida sedikit sehingga
kurva yang ditunjukkan menurun sehingga kurva SI akan semakin naik.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Gambar 8. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 1
Pada Primary 1 pengambilan pertama, hasil dari grafik (Gambar 8) yang didapat
menunjukkan bahwa pada hari ke dua harga PRC naik dan kembali turun pada
pengecekkan dihari ketiga. Sedangkan harga SI juga ikut naik pada kedua dan turun
pada hari ketiga. Pada grafik ini antara PRC dan SI terjadi hubungan yang berbading
lurus, hal ini mungkin saja disebabkan karena penyebaran PRC yang tidak merata yang
tercampur dalam fluida yang terbawa keluar oleh pumping unit, sehingga PRC yang
terukur terlalu tinggi dibandinkan dengan harga SI yang terbentuk.
Gambar 9. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 1
Pada Secondary 1 pengambilan pertama (gambar 9) grafiknya menunjukkan bahwa
harga PRC terhadap SI berbanding terbalik dimana pada saat harga SI tinggi, harga Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
PRC semakin menurun seiring dengan berjalannya waktu harga PRC telihat semakin
menurun hal ini disebabkan karena kandungan Phosponat yang diinjeksikan ke dalam
fluida semakin lama akan semakin berkurang karena terabsorbsi sedikit demi sedikit
oleh fluida yang terpompa keluar oleh pumping unit.
Gambar 10. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 1 - B
Untuk IST 1 pada pengambilan kedua ini (Gambar 10) grafiknya juga menunjukkan
bahwa pada saat harga SI turun, harga PRC nya justru naik, yang menandakan bahwa
kandungan phosponat yang terdapat di dalam fluida masih banyak dan masih dapat
mencegah terbentuknya Scale sehingga kurva SI yang dihasilkan semakin menurun.
Dihari ketiga kurva SI naik hal ini disebabkan karena pada hari ketiga kadar phospat
yang tersisa di dalam fluida semakin sedikit.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Gambar 11. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 1 - B
Pada Primary 1 pengambilan kedua (Gambar 11) terlihat jelas bahwa grafik yang
dihasilkan menunjukkan bahwa antara harga PRC terhadap SI adalah berbanding
terbalik dimana harga SI jauh semakin menurun pada saat kurva PRC naik, Kurva PRC
yang tinggi menandakan bahwa kandungan phosponat di dalam fluida tersebut masih
banyak sehingga kemungkinan scale akan terbentuk sangat kecil atau sedikit.
Sedangkan pada hari ketiganya kurva PRC sedikit menurun dan kurva SI naik yang
disebabkan oleh kurangnya kadar phosponat yang masih tersisa di fluida.
Gambar 12. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 1 - B
Pada gambar 12. terlihat bahwa hubungan antara harga PRC terhadap Scale indeks juga
berbanding terbalik, hal ini dapat diamati dari kurva dari PRC yang semakin tinggi pada
saat kurva SI semakin menurun. Yang artinya pada data ini menunjukkan kondisi dari
fluida yang diamati masih mangandung kadar phosponat yang cukup banyak untuk
mencegah terbentuknya Scale. Sedangkan dihari ketiganya kurva PRC jauh merosot
turun yang disebabkan berkurangnya jumlah phosponat yang terkandung dalam fluida
atau sudah tidak ada sama sekali.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Gambar 13. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 4
Pada IST train 4 pengambilan pertama ini (Gambar 13) grafik menunjukkan bahwa
hubungan antara harga PRC terhadap Scale indeks adalah berbanding terbalik, namun
perbedaan antara keduanya tidak terlalu signifikan dibandingkan dari data-data yang
didapati sebelumnya. Terlihat bahwa pada hari kedua PRC naik yang diiringi dengan
turunnya kurva SI dan dihari ketiga kurva PRC kembali turun dengan naiknya harga SI.
Gambar 14. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 4
Dari grafik pada gambar 14. Terlihat bahwa pada saat harga PRC meningkat tajam.
Sedangkan kurva SI semakin menurun dari hari pertama hingga ketiga. Hal ini mungkin
saja disebabkan karna kondisi dari phosponat yang terukur pada hari kedua sangat
banyak atau terjadi penumpukan, sedangkan SI yang dihasilkan dari data perhitungan
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
menggunakan program komputerisasi (ScaleSoftPitze version 2.0) menunjukkan grafik
SI yang demikian.
Gambar 15. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 4
Dari grafik pada Gambar 15 terlihat jelas bahwa hubungan antara harga PRC terhadap
Scale indeks adalah juga berbanding terbalik, dimana kurva dari PRC yang semakin
tinggi dihari kedua pada saat kurva SI menurun. Hal tersebut menandakan bahwa
kandungan phosponat yang masih terkandung dalam fluida masih dapat untuk
mencegah terbentuknya scale.
Gambar 16. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada IST 4 - B
Pada IST 4 pengambilan kedua ini (Gambar 16) grafiknya menunjukkan bahwa
hubungan antara harga PRC terhadap Scale indeks juga berbanding terbalik, hal ini
terlihat jelas dari awal pengukuran dimana kurva dari SI yang selalu berada diatas dari
kurva PRC yang artinya dari pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
phosponat dalam fluida pada saat itu sangat sedikit sehingga harga SI selalu tinggi.
Maka untuk mencegah terbentuknya scale, harus dilakukan penginjeksian phosponat
lagi ke dalam formasi.
Gambar 17. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada PR 4 - B
Untuk gambar 17. Kurva seperti ini seharusnya tidak terjadi karena PRC dan SI
sangatlah berlawanan, jika PRC tinggi maka SI haruslah semakin rendah. Dari gambar
terlihat bahwa pada saat harga SI naik, harga PRC juga naik. Hal seperti ini mungkin
saja disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu kondisi dari fluida itu sendiri, karena
phosponat yang kita amati disini berbeda-beda kadarnya kadang kala terlalu banyak
ataupun terlalu sedikit.
Gambar 18. Grafik hubungan antara waktu terhadap PRC dan SI pada SC 4 - B
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Pada data yang terakhir dari Secondary 4 (Gambar 18) grafik juga memperlihatkan
bahwa hubungan antara harga PRC terhadap Scale indeks adalah berbanding terbalik,
hal ini dapat diamati dari kurva dari SI yang semakin tinggi pada saat kurva PRC
semakin menurun yang juga dipengaruhi oleh waktu pada saat pengambilan sampel.
Monitoring kerja Scale inhibitor dapat dilakukan salah satunya dengan cara
water analysis serta menentukan berapa kadar dari phosponate atau sering disebut
dengan metoda PRC (Phosphonate Residual Content) yang terbawa oleh fluida-fluida
yang terserap oleh pumping unit pada sumur produksi minyak bumi. Scale Inhibitor ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya Scale, bukan untuk menghilangkan Scale. Scale
inhibitor yang digunakan untuk mencegah terbentuknya Scale pada alat-alat pemproses
minyak bumi ini adalah Scale inhibitor dengan merk dagang ST 5858 atau ‘Scale Treat
5858’. Senyawa ini berwujud cair berwarna seperti air teh, bersifat asam, serta phosphor
sebagai kandungan utamanya. Untuk itu kita dapat memonitoring apakah Scale inhibitor
yang diinjekkan masih bekerja atau tidak salah satunya dengan metoda PRC.
Pada saat eksekusi penginjekkan Scale Inhibitor pada DSST (Downhole Scale
Squeeze Treatment) telah selesai dilakukan, pompa minyak dibiarkan dalam posisi Shut
down lebih kurang 24 jam setelah itu baru pompa minyak dapat dihidupkan. Hal ini
bertujuan agar Scale inhibitor yang telah diinjekkan teradsorpsi terlebih dahulu di antara
bebatuan-bebatuan pada daerah reservoar sumur produksi, dan diharapkan terbawa
sedikit demi sedikit oleh fluida yang mengalir ke luar akibat hisapan dari pompa pada
sumur tersbut, untuk mengecek apakah masih ada atau tidaknya Scale inhibitor yang
telah diijekkan tadi, maka kita perlu melakukan analisa rutin terhadap air dan
kandungan phosphor yang terbawa di dalam fluida tersebut.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
Dalam metoda PRC, sampel yang kita butuhkan adalah air. Yaitu air yang
terbawa keluar yang sebagian masih erikat di dalam fluida. Air tersebut disaring terlebih
dahulu lalu kita tambahkan dengan sedikit acid (disini acid yang digunakan yaitu HCL
pekat) dan dipanaskan selama ± 17 jam. Tujuan dari penambahan acid dan pemanasan
ini adalah untuk menurunkan pH air hingga menjadi 2, karena berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya Scale Inhibitor jenis ST 5858 ini dapat terurai setelah
dipanaskan selama 17 jam pada pH tersebut. Setelah pemasan tersebut diharapkan
struktur dari phosphonat pecah dan menjadi phosphor, agar bisa bewarna apabila diberi
indicator karena pengukuran PRC ini menggunakan alat spektrometri UV – Vis. Setelah
pendinginan, sampel ditambahkan potassium peroxodisulfate dan dipanaskan kembali ±
2 jam, tujuan dari pemanasan yang kedua ini yaitu untuk pemisahan lebih lanjut antara
phosphor terhadap struktur phosphonatnya dengan potassium sebagai senyawa
penganggunya. Kemudian barulah diukur dengan kadarnya Spektrometer DR-2000.
Berdasarkan data yang didapat dari analisa di laboratorium terhadap monitoring
kerja Scale Inhibitor yang diinjeksikan, kita mengamati data-data pada pengambilan
sampel yang pertama yaitu dengan kode ‘A’ dan sebagai pembanding yaitu data pada
pengambilan kedua dengan selang waktu ½ jam yaitu dengan kode ‘B’.
Berdasarkan teorinya, hubungan antara Scale Index terhadap kandungan
phosphonat atau PRC (Phosphonat Residual Content) di dalam sampel haruslah
berbanding terbalik. Karena pada dasarnya Phosphonat hanyalah sebagai pengotor atau
senyawa pengangggu terbentuknya scale pada suatu formasi atau system, jadi dengan
melakukan monitoring terhadap scale inhibitor yang diijeksikan, kita dapat menentukan
apakah scale yang kita injeksikan tersebut masih terkandung di dalam formasi atau tidak Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
yaitu dengan mengamati dari kadar Phosphonat yang terbawa keluar pada sumur-sumur
produksi minyak bumi dengan kadar minimum yang telah ditentukan. Kadar minimum
phosphonat yang terkandung dalam suatu sumur produksi ang telah diijekkan scale
inhibitor tersebut adalah ± 2 ppm.
Apabila pada waktu melakukan analisa sampel dengan metoda PRC didapati
bahwa kadar phosphonat yang terbawa oleh suatu sampel dari suatu sumur produksi di
bawah atau lebih rendah dari 2 ppm, itu artinya scale inhibitor yang di injeksikan perlu
dilakukan injeksi ulang untuk mencegah timbul atau terbentuknya scale.
Dari data laboratorium terhadap analisa PRC yang telah dilakukan lebih kurang
selama 3 hari, kita dapat mengamati bahwa secara keseluruhan dari data yang diperoleh
menunjukkan bahwa hasil pengukuran antara PRC terhadap Scale index adalah
berbanding terbalik, dimana pada saat harga Scale index naik, maka harga dari PRC
akan turun, begitu juga sebaliknya, apabila harga scale index turun, maka harga PRC
akan naik.
Dari beberapa uraian data diatas, kita dapat beberapa kesimpulan diantaranya
yaitu : secara keseluruhan data membuktikan serta menunjukan adanya hubungan yang
berbanding terbalik antara PRC terhadap besar harga dari Scale index, baik pada train 1
dan Train 4 secara keseluruhan yang mengindikasikan bahwa pada train pengambilan
sampel baik 1 maupun train 4 belum membuktikan akan terbentuknya Scale dimana hal
ini terbukti dari pengujian terhadap kadar scale tersebut yang masih rendah yang mana
secara teorinya untuk kadar scale yang sekecil itu maka scale blum terbentuk.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan di laboratorium PT
CLARIANT INDONESIA – Duri Operation terhadap evaluasi hubungan PRC terhadap
kecendrungan terbentuknya pada MFU di area CGS 10 ( Central Gathering Stations 10 )
ladang minyak Duri milik PT Chevron didapati beberapa kesimpulan diantaranya :
Apabila harga kandungan PRC di dalam aliran fluida masih besar, maka harga Scale
indeks akan kecil sehingga kemungkinan akan terbentuknya Scale sangat kecil. Dan
penurunan PRC terbesar terjai pada Secondary Tank 1 (SC -1 A) yaitu dengan
penurunan hingga 0.2 ppm.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis tuangkan dalam laporan kerja praktek ini
antara lain yaitu : Salah satu cara untuk pencegahan scale yaitu dengan cara Acidizing,
yaitu pemberian asam yang diharapkan dapat melunturkan atau menghancurkan scale
yang sudah terbentuk, mengeras dan mengendap. Untuk itu diharapkan apabila nantinya
ada mahasiswa/i yang melakukan kerja praktek tentang Scale, untuk membahas
bagaimana proses dari pencegahan Scale secara Acidizing atau pengasaman tersebut.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. http://www.google.co.id/opec. Februari 2010.
Anonim. 2010. Minyak Bumi. http://www.google.com/search. Februari 2010.
Anonim.2010.http://www.google.com/search/
quality+control+water+analysis8&aq=t&rls=org.mozilla:en-
US:official&client=firefox-a. Februari 2010.
Anonim. 2010. Komposisi Minyak Bumi. http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/kom
posisi_minyak_bumi. Februari 2010.
Anonim. 2010. Scale & Scale Inhibitor. http://yahoomail.com/mailinglist_gruop_kimia_
indonesia. Februari 2010.
Nugraha, Angga. 2009. Laporan Kerja Praktek. Analisa Korosi Pada Wash Tank Dan
Tindakan Penanggulangannya . Duri : PT Chevron Pacific Indonesia.
Oktavera, Yulia. 2008. Laporan Kerja Praktek. Pemilihan Senyawa Flokuan Untuk
Penjernihan Air Terproduksi di Ladang Minyak Duri Injeksi Uap PT Chevron
Pacific Indonesia di PT Clariant. Padang : PT Clariant.
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
LAMPIRAN 1.a
FIELD/AREADATE
vol ppm vol ppm vol ppm vol ppm vol Ca ppm Ca CaCO3
QUALITY CONTROL LABORATORY
NO WELLWATER ANALYSIS
AreapH
HCO3 Cl Fe SO4 HARDNESS PRC ppm
1 IST 1 - A 7.27 2.9 353.8 304.243 0.611 3119.6 0.06 0.3 0 0 CGS 10
2 PR 1- A 7.82 8.5 1037 8.4 2382.2
1.9 121.843
1.1 CGS 100 0 1.1 5.5 2.3 147.494
3 SC 1- A 8.08 8.1 988.2
368.294
368.294 1.213.14 3726.5 0 0 0 0 CGS 10
4 IST 4 - A 7.25 8.3 1012.6 8.2 2325.5
2.3 147.494
0.9 CGS 100.1 0.5 0 0 2.8 179.558
5 PR 4 - A 7.69 8.2 1000.4
448.358
424.339 1.38 2268.8 0 0 2 10 CGS 10
6 SC 4 - A 8.21 8.25 1006.5 8.2 2325.5
2.65 169.939
1.5 CGS 100 0 0 0 2.35 150.701
7 IST 1 - B 7.85 8.84 1078.5
376.301
752.602 2.414.57 4132.1 0 0 0 0 CGS 10
8 PR 1 - B 7.89 7.65 933.3 8.1 2297.2
4.7 301.402
1.3 CGS 100 0 0 0 2.51 160.961
9 SC 1 - B 8.1 8.4 1024.8
401.921
163.526 408.326 1.88.2 2325.5 0.01 0.05 2 10
173.146
CGS 10
10 IST 4 - B 7.2 8.4 1024.8 7.9 2240.4
2.55
432.346 2.1 CGS 100.06 0.3 0 0 2.7
011 PR 4 - B 8.2 7.85 957.7 157.114 392.314 0.911.9 3374.8 0 0 0
153.907
CGS 10
12 SC 4 - B 7.76 8.1 988.2 10.9 3091.2
2.45
384.307 2.3 CGS 10
: CGS 10: 3 Februari 2010 / Wednesday
0 0 0 0 2.4
Table 4.1 : Hasil Pengukuran Quality Control CGS 10 pada 3 Februari 2010
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
LAMPIRAN 1.b
FIELD/AREADATE
vol ppm vol ppm vol ppm vol ppm vol Ca ppm Ca CaCO3
1.4 89.7792 224.179 0.9 CGS 105 1418 0 0 0 012 SC 4 - B 8.32 8.7 1061.4
55 1.1 70.5408 176.141 1.6 CGS 101110.2 3.9 1106 0 0 11
1.3 83.3664 208.166 1.3 CGS 10
11 PR 4 - B 7.87 9.1
4.5 1276.2 0.01 0.05 3 1510 IST 4 - B 7.57 8.5 1037
10 1.1 70.5408 176.141 2.4 CGS 10951.6 3.9 1106 0 0 2
1.2 76.9536 192.154 2.5 CGS 10
9 SC 1 - B 8.4 7.8
3.7 1049.3 0 0 0 08 PR 1 - B 8.09 8.5 1037
0 1.15 73.7472 184.147 1.7 CGS 10988.2 3.3 935.88 0 0 0
0.95 60.9216 152.122 2.7 CGS 10
7 IST 1 - B 7.22 8.1
4.6 1304.6 0 0 0 06 SC 4 - A 8.35 8.5 1037
0 1.25 80.16 200.16 2.5 CGS 101098 4.1 1162.8 0 0 0
1.3 83.3664 208.166 1.2 CGS 10
5 PR 4 - A 7.74 9
4 1134.4 0.1 0.5 0 04 IST 4 - A 7.11 8.9 1085.8
0 1.15 73.7472 184.147 1.1 CGS 101006.5 4.3 1219.5 0 0 0
1.45 92.9856 232.186 1.8 CGS 10
3 SC 1- A 8.35 8.25
4 1134.4 0.07 0.35 2 10
70.5408 176.141 0.4 CGS 10
2 PR 1- A 8.02 8.25 1006.5
1191.1 0.04 0.2 0 0 1.1
SO4 HARDNESS PRC ppm
1 IST 1 - A 7.23 8.4 1024.8 4.2
QUALITY CONTROL LABORATORY
NO WELLWATER ANALYSIS
AreapH
HCO3 Cl Fe
: CGS 10: 4 Februari 2010 / Thursday
Table 4.2 : Hasil Pengukuran Quality Control CGS 10 pada 4 Februari 2010
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
LAMPIRAN 1.c
FIELD/AREADATE
vol ppm vol ppm vol ppm vol ppm vol Ca ppm Ca CaCO3
0 1.6 102.605 256.205 1.3 CGS 101085.8 3.8 1077.7 0 0 0
1.3 83.3664 208.166 1.5 CGS 10
12 SC 4 - B 7.5 8.9
3.6 1021 0 0 0 011 PR 4 - B 7.49 8.6 1049.2
0 1.3 83.3664 208.166 1.3 CGS 101110.2 3.5 992.6 0 0 0
1.2 76.9536 192.154 0.6 CGS 10
10 IST 4 - B 7 9.1
3.6 1021 0 0 7 359 SC 1 - B 7.93 8.3 1012.6
5 1.2 76.9536 192.154 2 CGS 101061.4 3.6 1021 0 0 1
1.3 83.3664 208.166 1.4 CGS 10
8 PR 1 - B 7.76 8.7
3.3 935.88 0 0 0 07 IST 1 - B 7.15 8.9 1085.8
0 1.3 83.3664 208.166 0.7 CGS 101098 3.5 992.6 0 0 0
1.3 83.3664 208.166 0.3 CGS 10
6 SC 4 - A 7.73 9
3.6 1021 0 0 4 205 PR 4 - A 7.32 9.3 1134.6
0 1.3 83.3664 208.166 0.9 CGS 101037 3.3 935.88 0 0 0
1.2 76.9536 192.154 1 CGS 10
4 IST 4 - A 7.07 8.5
3.6 1021 0.09 0.45 0 0
80.16 200.16 1 CGS 10
3 SC 1- A 7.98 9.2 1122.4
1106 0.03 0.15 0 0 1.25
208.166 1.8 CGS 10
2 PR 1- A 7.92 9.5 1159 3.9
0.04 0.2 2 10 1.3 83.3664
HARDNESS PRC ppm
1 IST 1 - A 7.09 8.5 1037 4 1134.4
NO WELLWATER ANALYSIS
AreapH
HCO3 Cl Fe SO4
QUALITY CONTROL LABORATORY: CGS 10: 5 Februari 2010 / Friday
Table 4.3 : Hasil Pengukuran Quality Control CGS 10 pada 5 Februari 2010
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
LAMPIRAN 2.a
DATA PADA TRAIN 1
IST 1 - A IST 1 - BDate pH PRC SI Date pH PRC SI3-Feb 7.27 0.6 0.52 3-Feb 7.85 2.4 1.964-Feb 7.23 0.4 1.32 4-Feb 7.22 2.1 1.295-Feb 7.09 1.8 1.24 5-Feb 7.15 1.4 1.34
PR 1 - A PR 1 - BDate pH PRC SI Date pH PRC SI3-Feb 7.82 1.1 1.52 3-Feb 7.89 1.3 1.614-Feb 8.02 1.8 1.75 4-Feb 8.09 2.5 1.545-Feb 7.92 1 1.7 5-Feb 7.76 2 1.61
SC 1 - A SC 1 - BDate pH PRC SI Date pH PRC SI3-Feb 8.08 1.2 1.11 3-Feb 8.1 1.8 1.584-Feb 8.35 1.1 1.46 4-Feb 8.4 2.4 0.925-Feb 7.98 1 1.66 5-Feb 7.93 0.6 1.57
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
LAMPIRAN 2.b
DATA PADA TRAIN 4
IST 4 - A IST 4 - BDate pH PRC SI Date pH PRC SI3-Feb 7.25 0.9 1.53 3-Feb 7.2 2.1 1.554-Feb 7.11 1.2 1.3 4-Feb 7.57 1.3 1.555-Feb 7.07 0.9 1.26 5-Feb 7 1.3 1.23
PR 4 - A PR 4 - BDate pH PRC SI Date pH PRC SI3-Feb 7.69 1.3 1.72 3-Feb 8.2 0.9 1.274-Feb 7.74 2.5 1.64 4-Feb 7.87 1.6 1.615-Feb 7.32 0.3 1.48 5-Feb 7.49 1.5 1.54
SC 4 - A SC 4 - B
Date pH PRC SI Date pH PRC SI3-Feb 8.21 1.5 1.38 3-Feb 7.76 2.3 1.654-Feb 8.35 2.7 1.14 4-Feb 8.32 0.9 1.95-Feb 7.73 0.7 1.66 5-Feb 7.73 1.1 1.66
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
LAMPIRAN 3
CONTOH PENGGUNAAN PROGRAM SCALE SOFT PITZER
Input Data To run ScaleSoftPitzer Version 2.0 click on the "Run" sheet tab.Parameters Input Units Parameters Input Units QC Checks
Sample ID Na+(mg/l) (I) equiv./liter
Date K+ (if not known =0) (mg/l) SCations= 0.006
Operator Mg2+(mg/l) SAnions= -0.094
Well Name Ca2+121.6 (mg/l) % Differ = -87.84%
Location Sr2+(mg/l) (II) mg/liter
Ba2+(mg/l) Calc TDS= 3,674.7
Field Fe2+0.3 (mg/l) Exp. TDS= 0.0
Well Depth (ft) Zn2+ (mg/l) % Differ. = 100.00%
Perforation (ft) Cl- 3,124 (mg/l)
Formation SO42- 0 (mg/l)
Rock Type Sandstone F- (mg/l)Porosity (%) Total Alkalinity 353.8 (mg/l HCO3)
Permeability (mD) Carboxylic acids (mg/l HAc)Calcite 12.00 (%) TDS (measured) (mg/l) (III)Clays 8.00 (%) Calc. Density (STP) 1.000 (g/ml) Exp. vs. calc. DensityGas/Day (103SCF) CO2 Gas (STP) 1.22 (%) If F23=1, CO2 gas is calc..
Oil/Day (STB) H2S Gas (STP) 0.59 (%) If F20>0, H2S gas is calc..Water/Day (STB) Total H2Saq (STP) 145.03 (mgH2S/l) # InhibitorB-H Temp 215 (°F) pH, measured (STP) 7.63 pH 1 NTMPW-H Temp 167 (°F) Use pH measured at 2 BHPMPB-H Pres 48 (psia) STP to calculate SI? 1 1-Yes;0-No 3 PAAW-H Pres 28 (psia) Have ScaleSoftPitzer 4 DTPMP
pick inhibitor for you? 1 1-Yes;0-No 5 PPCAUse 30Oil & 0.6gas If No, inhibitor # is: 4 # 6 SPA to calc. P b.pt.? 0 1-Yes;0-No If you select Mixed, 7 HEDP
If No, then Oil grav. 23.0 API grav. 1st inhibitor # is: 1 # 8 HDTMP
and Gas Sp.Grav.: 0.81 Sp.Grav. % of 1st inhibitor is: 50.00 % 9 Average
MeOH/Day 0 (STB) 2nd inhibitor # is: 2 # 10 MixedProtection Time 120 (min)
Procedure to estimate bubble point:
Modified Input*
IST 1
DSF
CGS # 10
2/16/2010
PT. CPI - DURI
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
LAMPIRAN 4
PENENTUAN SCALE INDEX DENGAN SCALE SOFT PITZER
Well: IST 1 Date: #######T P NTMP
(°F) (psi) pH SI DSI mg/L*(mg/l) aH2O*
167 28 7.14 0.44 -0.18 84 0.00 0.9984172 30 7.13 0.45 -0.16 87 0.00 0.9984178 32 7.12 0.47 -0.15 89 0.00 0.9984183 35 7.11 0.49 -0.13 92 0.00 0.9984188 37 7.11 0.51 -0.11 95 0.00 0.9984194 39 7.10 0.52 -0.09 98 0.00 0.9984199 41 7.10 0.55 -0.07 101 0.00 0.9984204 44 7.10 0.57 -0.05 104 0.00 0.9984210 46 7.10 0.59 -0.02 107 0.00 0.9984215 48 7.10 0.61 0.00 111 0.00 0.9984
User Input (T, P, and CO2%). Either P-H2S or T-H2Saq from Input sheet is used.
T= 77 P= 15 CO2%= 0.27 SI= 0.24 DSI= -0.01 pH=7.63
T= 340 P= 7,000 CO2%= 0.54 SI= 0.08 DSI= -0.38 pH=7.27
T= 340 P= 7,000 CO2%= 0.27 SI= -0.20 DSI= -0.45 pH=7.27*This represents the precipitation potential, in mg/L, at each (T,P) point, and not the amount expected to precipitate at any one point in the tubing. The precipitation potential for each mineral is calculated independently.
Calcite
*Note: aH2O =
{(PH2O over brine)/
(Ppure H2O at T and P)}
-0.30-0.20-0.100.000.100.200.300.400.500.600.70
0 20 40 60
SI o
r D
SI
Pressure (psia)
Calcite SI
DSI
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
LAMPIRAN 5
CONTOH PENGOLAHAN DATA DARI LAB KE DALAM SATUAN PPM
1. ppm HCO3 = (Vol titran x Konsentrasi titran x BM HCO3 x 1000) / Vol sampel
= (8,5 ml x 0,1 N x 61 gr/mol x 1000) / 50 ml
= (51850) / 50 ml
= 1037 ppm
2. ppm Cl = (Vol titran x Konsentrasi titran x Ar Cl x 1000) / Vol sampel
= (4 ml x 0,1 N x 35,45 gr/mol x 1000) / 25 ml
= (14200) / 25 ml
= 560 ppm
3. ppm Ca = (Vol titran x Konsentrasi titran x Ar Ca x 1000) / Vol sampel
= (1,3 ml x 0,02 N x 40.08 gr/mol x 1000) / 25 ml
= (1040) / 25 ml
= 41,6 ppm
4. ppm CaCO3 = (BM CaCO3 / Ar Ca) x ppm Ca
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation
= (100.08 gr/mol / 40,08 gr/mol) x 41,6 ppm
= 104 ppm
Kerja Praktek – PT Clariant Indonesia – Duri Operation