Post on 07-Jul-2018
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
1/18
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3
“Bagaimana Mengelola Barak Pengungsian?”
BLOK 4.4 DISASTER NURSING
KELOMPOK 7
Anggota:
Aulia Zahra Rasyida (15228)
Jessica Claudia A A (15229)
Nia Anggraeni (15235)
Rochma Dwi Rahayu (15237)Rizky Fadhilah (15240)
Ratna Dwi Wijayanti (15244)
Yuninda Kurniawati (15246)
Jeki Rahmawati (15255)
Nanang Arif K (15257)
Redita Elva F (15262)
Wahyu Nitari (15264)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
2/18
Ketua kelompok : Ratna Dwi Wijayanti
Sekretaris 1 : Nanang Arif K
Sekretaris 2 : Jessica Claudia A A
Skenario 3
STEP 1
-
STEP 2
1. Apa peran perawat dalam pengelolaan barak pengungsian?
2. Bagaimana pengelolaan dan pengawasan menu makanan dan dapur umum?
3.
Bagaimana pengelolaan relawan di bagian logistik?
4. Berapa proporsi dana pa peran relawan di barak logistik?
5. Siapa penanggungjawab barak pengungsian dan apa saja tugasnya?
6.
Bagaimana alur bantuan logistik?
7. Bagaimana tindak lanjut pengungsi yang meninggal?
8. Bagaimana manajemen kelompok rentan di pengungsian?
9.
Bagaimana encegahan penyakit gatal dan diare?
10.
Apa saja kriteria minimal tempat pengungsian?
Bagaimana Mengelola Barak Pengungsian ?
Mayumi adalah perawat yang bertugas di barak pengungsian “Gelanggang ABEGE”
yang menampung pengungsi bencana gempa bumi. Ada sekitar 5.000 pengungsi
berada pada barak tersebut, 102 bumil, 433 balita, lansia 768 orang. Selama 10 hari
terakhir banyak pengungsi yang mengalami diare dan gatal-gatal, 2 orang lansia
meninggal tanpa sebab yang jelas. Bantuan susu bubuk melimpah, tapi bersamaan
dengan itu ada edaran dari Kementerian Kesehatan bahwa bayi yang ada di
pengungsian tidak boleh diberikan susu kemasan. Mayumi tidak bisa mengontrol
larangan tersebut karena banyak ibu-ibu yang punya bayi, meminta susu dengan
alasan untuk diminum sendiri. Di dapur umum setiap harinya menyiapkan nasi
bungkus sekitar 5500 bungkus 3 kali sehari, dengan menu monoton nasi sayur
tahu/tempe pedas tanpa kuah, telor dadar. Ia bersama relawan yang lain yang setiap
harinya ada sekitar 300-400 relawan. Banyak relawan yang menumpuk di logistik
yang tiap harinya lebih banyak duduk-duduk ngobrol.
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
3/18
STEP 3
1.
Peran perawat dalam pengelolaan barak pengungsian
a. Melakukan pengobatan dan pencegahan penyakit
b.
Pengkajian mental dan emosi korban
c.
Pendataan awal
d. Menjadi perantara antara pengungsi dengan pemangku kebijakan
e. Edukasi kesehatan reproduksi
f. Kerja sama lintas sektor
g. Dokumentasi tindakan
h. Follow up kesehatan korban
2.
a. Pengelolaan menu makanan:
1) Karbohidrat: 40 %, protein: 30 %, lemak: 20 %, serat: 20 % (seimbang dan sudah
diatur oleh Kemenkes dan Perka No. 7 Tahun 2008)
2)
Penyesuaian cita rasa daerah
3) Memanfaatkan kekayaan alam
b. Pengawasan dapur umum:
1) Cara pengolahan dan bahan baku
2) Dokumentasi pengelolaan makanan
3) Diawasi oleh ahli gizi (klaster gizi)
3. Pengelolaan relawan di logistik:
a.
Koordinasi dengan koordinator lapangan
b. Pembagian tugas jelas
c. Kesadaran diri relawan
d.
Memperbanyak relawan ke kelompok rentan
e.
Surveillance kebutuhan logistik
f. Pendataan stok logistik
4.
Proporsi relawan di barak pengungsian:
a. Kesehatan lingkungan : 10-20 orang
b. Bidan : 5-10 orang
c.
Paramedis : 4-5 orang
d. Dokter : 1 orang
e.
Asisten apoteker : 1 orang
f. Teknisi laboratorium : 1 orang
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
4/18
g. Pembantu umum : 5-10 orang
h. Pengawas sanitasi : 2-4 orang
i.
Asisten sanitasi : 10-20 orang
5. a. Penanggungjawab barak pengungsian adalah Direktorat Penanganan Pengungsi di
bawah Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB.
b. Tugas penanggungjawab:
1) Penanganan pengungsi
2) Pelatihan pengelolaan barak
3) Monitoring
4) Rapat/diskusi
5) Kolaborasi dengan sektor lain
6) Pendataan pengungsi
6. Alur bantuan logistik:
a. Melakukan RHA terlebih dahulu
b.
Pemberian bantuan berdasarkan perjulah anggota keluarga (perorangan)
c. Alur:
7. Tindak lanjut pengungsi yang meninggal:
a.
Kerja sama dengan tim DVI
b. Pengkajian sebab kematian
c. Pengkajian penyakit penyerta
d.
Menghubungi dan mendampingi keluarga
8.
Manajemen kelompok rentan di pengungsian:a. Pendataan kelompok rentan
NGO/Negara donor
Kedutaan
Kemenlu
BNPB/BPBD Kab/Kota
Koordinator lapangan
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
5/18
b. Pemenuhan nutrisi
c. Prioritas dan pelayanan kesehatan khusus bagi kelompok rentan
d.
Dapur umum khusus kelompok rentan
e. Melibatkan dalam aktivitas selama di barak pengungsian
f. Manajemen stress lansia
9.
Pencegahan gatal dan diare:
a. Kebersihan: Air bersih ± 50 meter dari barak, pembuangan limbah jauh dari sumber
mata air, pembuangan sampah ± 100 meter dari barak.
b.
Nutrisi yang cukup
c. PHBS: Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, kebersihan MCK, kebersihan
sandang.
d.
Pembagian kamar mandi
e. Pembuatan limbah rumah tangga
f. Pemberian ASI untuk bayi
g.
Manajemen lingkungan
h. Memperhatikan tanggal kadaluarsa logistik
10. Kriteria tempat pengungsian:
a. Jauh dari sumber bencana
b.
Mampu menampung banyak pengungsi
c. Penerangan cukup
d.
Akses mudah
e. Aman
f. Dekat dengan sumber air
g. Ventilasi baik
h. Memiliki fasilitas umum yang cukup
i.
Standar minimal diatur dalam Kepmenkes dan Perka BNPB.
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
6/18
STEP 4
STEP 5
1. Mahasiswa mampu menjelaskan proporsi jumlah relawan di pengungsian.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengelolaan barak pengungsian.
STEP 6
Belajar mandiri
STEP 7
1. Proporsi jumlah relawan di pengungsian:
a. Prabencana
Penyiapan relawan dimulai dari prabencana. Saat prabencana dilakukan
berbagai persiapan untuk penempatan SDM kesehatan dan pembentukan Tim
Penanggulangan Krisis Akibat bencana. Perencanaan penempatan SDM kesehatan
untuk pelayanan kesehatan pada kejadian bencana perlu diperhatikan beberapa hal
berikut:
1) Analisis risiko pada wilayah rawan bencana
2) Kondisi penduduk di daerah bencana
3)
Ketersedian fasilitas pelayanan kesehatan
BNPB
BPBD
Korlap
Pelayanan
Kesehatan
NGO
Logistik Air dan Sanitasi
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
7/18
4) Kemampuan SDM kesehatan setempat
5) Kebutuhan minimal pelayanan kesehatan di wilayah setempat
b. Saat dan pascabencana
Dilakukan mobilisasi SDM kesehatan yang tergabung dalam suatu Tim
Penanggulangan Krisis yang meliputi Tim Gerak Cepat, Tim Penilaian Cepat
Kesehatan (Tim RHA) dan Tim Bantuan Kesehatan.
Kebutuhan minimal tenaga untuk masing-masing tim tersebut antara lain:
1) Tim Gerak Cepat
Tim yang dapat segera bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi
kejadian bencana. Tim terdiri dari :
a) Pelayanan Medis
Dokter umum/BSB :1 org
Dokter Spesialis Bedah :1 org
Dokter Spesialis Anestesi :1 org
Perawat mahir :2 org
Tenaga DVI :1 org
Apoteker/asisten apoteker:1 org
Supir ambulans :1 org
b) Surveilans
Ahli epidemiologi/sanitarian:1 org
c) Petugas komunikasi
2) Tim RHA
Tim bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Gerak Cepat atau dalam waktu
24 jam sudah dilokasi. Tim ini terdiri dari:
a) Dokter umum :1 org
b) Ahli epidemiologi :1 org
c) Sanitarian :1 org
3)
Tim Bantuan Kesehatan
Diberangkatkan berdasarkan kebutuhan yaitu setelah Tim Gerak Cepat dan Tim
RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan selama di lapangan. Tim terdiri dari:
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
8/18
Kebutuhan jumlah minimal SDM Kesehatan:
a)
Jumlah kebutuhan SDM kesehatan di lapangan untuk jumlah
penduduk/pengungsi antara 10.000-20.000 org.
Dokter umum : 4 org
Perawat : 10-20 org
Bidan : 8-16 org
Apoteker : 2 org
Asisten apoteker : 4 org
Pranata laboratorium : 2 org
Epidemiolog : 2 org
Entomolog : 2 org
Sanitarian : 4-8 org
Untuk jumlah penduduk/pengungsi 5000 orang dibutuhkan:
a.
Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan: dokter 2 orang, perawat 6 orang, bidan
2, sanitarian 1orang, gizi 1 orang, asisten apoteker 2 orang dan administrasi 1 orang.
b.
Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan: dokter 1 orang, perawat 2 orang, bidan 1
orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1 orang.
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
9/18
Rumus kebutuhan tenaga di fasilitas rujukan/rumah sakit
Estimasi kebutuhan tenaga kesehatan di lokasi bencana: Untuk jumlah penduduk/pengungsi
antara 10.000 – 20.000 orang:
a. Dokter umum : 4 org
b.
Perawat : 10 – 20 org
c. Bidan : 8 – 16 org
d. Apoteker : 2 org
e. Tenaga teknis
f.
Unit Kerja SAR
Unit kerja SAR yang ditempatkan di posko lapangan beranggotakan 10 orang yang
dipimpin ketua regu.
g. Unit Kerja Psikososial
Dipimpin oleh koordinator tim psikososial lapangan yang beranggotakan sekkurang-
kurangnya 8 orang relawan dan sebanyak-banyaknya 20 relawan tergantung jumlah
korban yang didampingi, lokasi, dan jenis bencana yang terjadi.
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
10/18
Tim manajemen barak pengungsian:
2. Manajemen barak pengungsian:
a. Tata ruang
1)
Public health di pengungsian untuk langkah awal pengendalian dalam
menurunkan morbibitas dan mortalitas dan mengidentifikasi sumber dayakesehatan untuk meningkatkan kebutuhan kesehatan pengungsi. Ukuran tenda
public health di pengungsian:
30 m2 untuk menampung 10 pasien dan untuk pelayanan
80 m2 untuk menampung 30 pasien dan untuk pelayanan
2)
Tempat tidur masing-masing orang mempunyai luas minimal 3,5m2. Untuk
dimensi udara mempunyai ruang udara 10m3. Jarak antar tempat tidur minimal
0,75 meter.
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
11/18
3) Ventilasi yang dibutuhkan adalah 20-30 m3/orang/jam. Jika dibutuhkan, dapat
disediakan ventilator mekanik.
4)
Suhu udara antara 15-19oC. Jika suhu udara rendah, dapat disesuaikan dengan
cuaca atau musim.
5) Bangunan dapat didesain tertutup, dengan memperbanyak bagian gelap untuk
menghindari suhu udara yang tinggi.
6) Bangunan harus mempunyai jalur darurat jika terjadi kebakaran. Relawan yang
ada di pengungsian juga harus mengajarkan pada pengungsi cara evakuasi jika
terjadi kebakaran di pengungsian.
7) Satu wastafel disediakan untuk setiap 10 orang, atau wastafel duduk berukuran 4-
5 meter untuk setiap 100 orang, dan dipisahkan antara pria dan wanita. Satu
Shower mandi disediakan untuk setiap 50 orang dan dapat menggunakan pemanas
air.
8) Jamban terletak 50 meter dari bangunan, tetapi juga berjarak 20 meter dari dapur
umum, tempat makan, dan sumber mata air.
9) Tempat sampah dengan kapasitas 20-100 liter disediakan untuk setiap 12-15
orang.
b. Registrasi: Mendaftar setiap pengungsi yang ada, termasuk tanggal kedatangan dan
kepergian. Mengumpulkan data rekam medis, nomor telfon atau email yang bisa
dihubungi, kebutuhan apa saja yang diperlukan khususnya untuk kelompok rentan.
c.
Pelayanan makanan: Terdapat dua jenis penyediaan makanan. Yang pertama adalah
dengan model fast food (makanan dikirim dari institusi lain, sehingga tidak perlu ada
dapur umum). Dan yang ke dua adalah memasak makanan sendiri dengan membangun
dapur umum. Hal yang perlu diperhatikan adalah aspek etnis pengungsi, adanya
vegetarian, dan bayi. Untuk orang dengan penyakit kronis (diabetes, jantung, ginjal)
bisa disuplai dari rumah sakit terdekat. Makana disimpan di tempat yang gelap, kering,
dan sejuk. Jarak dari lantai minimal 4 inchi. Jika ada bahan sisa, maka harus digunakan
sebelum 4 hari, atau sebaiknya dibuang.
d. Medical health care: Menyediakan pelayanan kesehatan reguler, mencegah penyakit,
pelayanan emergency jika dibutuhkan, mengkaji sanitasi, memperhatikan kelompok
rentan, memanajemen penyakit menular, serta melakukan dokumentasi dengan baik.
e.
Mengatur tempat untuk hewan peliharaan ataupun ternak.
f.
Memperhatikan fasilitas untuk kelompok rentan, area yang mudah diakses, dan
terdapat petunjuk arah atau informasi yang jelas.
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
12/18
g. Manajemen informasi
Setelah mengurus registrasi, langkah berikutnya yaitu identifikasi pengungsi dengan
kebutuhan khusus seperti wanita dan anak-anak. Karena wanita dan anak-anak sering
mengalami pelecehan seksual ketika berada di barak pengungsian.
h. Air dan sanitasi
Air harus aman untuk diminum, memasak dan untuk personal hygiene. Jarak air
dengan kakus yaitu 30 meter.
1) Sarana mencuci peralatan rumah tangga yang adekuat
2)
Operasional toilet yang adekuat: minimal 1 toilet untuk 20 orang dan dibedakan
sesuai jenis kelamin.
3) Operasional kamar mandi yang adekuat: 1 tempat untuk 15 orang
4)
Operasional sarana pencuci tangan 1 tempat untuk 15 orang.
i. Makanan
Minimum kalori yang dibutuhkan 2.100 kkal per orang/hari. Jika ibu hamil maka
ditambah 300kkal per hari dan jika menyusui ditambah 500kkal perhari. Intinya
kebutuhan 2.100 kkal per hari/orang mencakup 10-12% total energi dari protein, 17%
lemak dan intake mikronutrien.
1) Temperatur suhu makanan panas dijaga sampai 135 F, suhu makanan dingin
dijaga sampai 40 F.
2) Dapur yang dijaga kebersihannya
3) Suplai air minum yang adekuat: air minum yang diberikan dalam rentang 1-2
galon per orang per hari
4) Suplai es yang adekuat untuk menjaga suhu makanan yang membutuhkan suhu
dingin.
i.
Fasilitas barak:
Rentang jarak antar area tidur dibedakan sesuai shelter:
a) Evacuation shelter seluas 20 kaki persegi per orang
b) General shelter seluas 40 kaki persegi per orang
c) Special needs shelter seluar 60-100 kaki persegi perorang
j. Area anak-anak
Disediakan caregiver sesuai usia anak seperti:
1) BBL-12 bulan (3:1)
2)
13-30 bulan (4:1)
3)
31-35 bulan (5:1)
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
13/18
4) 3 tahun (7:1)
5) 4-5 tahun (8:1)
6)
6-8 tahun (10:1)
7) 9-12 tahun (12:1)
Penatalaksanaan mainan anak-anak:
1) Penatalaksanaan mainan:
a)
Permukaannya tidak menyerap air, mudah dibersihkan dan dikeringkan.
b) Tidak menggunakan arus listrik (batu baterai)
c)
Hindari mainan yang bisa menyimpan air, misalnya pisol air.
d) Menyediakan dua box, yang pertama diberi label bersih, dan yang kedua
diberi label kotor.
e)
Setelah digunakan ditempatkan ke box yang berlabel kotor untuk
dibersihkan.
2) Cara pembersihan:
a)
Mainan kecil-kecil bisa diswap dengan alkohol swap 70%, kemudian
dibiarkan kering.
b) Mencuci dengan hot cycle of washing machine. Jika tidak tersedia washing
machine bisa dicuci dengan sabun cuci tangan dan air hangat, menyikat sela-sela, bilas dengan air bersih, kemudian dibiarkan kering atau dikeringkan
dengan menggunakan kain bersih.
c)
Setelah dicuci mainan harus didesinfeksi dengan menggunakan cairan
desinfektan, dibiarkan selama satu menit, kemudian dikeringkan. Jika
kemungkinan mainan dimasukkan ke dalam mulut, maka setelah
didesinfeksi, mainan harus dibilas dengan air bersih.
k. Manajemen Sampah: Jika terdapat sampah medis seperti kasa, plester, dan lain-lain,
sampah itu harus dimasukkan ke tempat kering dan tertutup sebelum dibuang. Sampah
medis yang tajam seperti jarum suntik harus ditampung di tempat yang terbuat dari
plastik yang kuat, seperti botol soda 2 L. Sampah biasa: Menyediakan tempat sampah
khusus berdasarkan jenis sampah (organik, kertas/plastik, botol kaca/logam). Tempat
yang digunakan harus tertutup, diletakkan di tempat strategis. Memberikan
penyuluhan pada pengungsi tentang pentingnya pemilahan sampah.
Pengelolaan pengungsian dalam bidang kesehatan, melakukan:
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
14/18
a. Pelayanan kesehatan masyarakat, dengan tujuan menurunkan tingkat kematian & korban
penyakit.
1)
Menggunakan standar pelayanan puskesmas
2) Satu pusat pelayan kesehatan untuj 20.000 orang
b. Kesehatan reproduksi, meliputi program Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu dan Anak,
deteksi dini IMS & HIV/AIDS, dan kesehatan reproduksi remaja.
c. Kesehatan jiwa
d. Vaksin untuk anak usia 6 bulan - 5 tahun ditambah pemberian vitamin A.
e.
Pada anak yang terkena penyakit menular perlu penanganan segera sebagai tindakan
pengurangan risiko penularan, termasuk pada kematian.
f. Surveilans
g.
Manajemen pencegahan infeksi dan penyakit menular di pengungsian:
1) Syndromic Surveillance
Petugas barak pengungsian seharusnya mengembangkan rencana pengkajian
penyakit untuk memonitor setiap individu dan staff di lokasi untuk mengidentifikasi
adanya risiko penyakit menular dan infeksi. Pengkajian sebaiknya dilakukan pada
waktu seperti berikut:
a) Saat kedatangan pengungsi
b)
Setiap hari, atau tergantung pada hasil pengkajian risiko pada bencana biasa.
Pengkajian secara periodic (contohnya setiap 2 atau 3 hari sekali) bisa dilakukan
jika terdapat keterbatasan waktu atau staff.
c) Setiap hari, jika terjadi bencana KLB (bioterorisme, epidemic, pandemi)
d) Ketika mengirimkan individu ke fasilitas kesehatan
2) Imunisasi
Pengungsi sebaiknya menerima vaksinasi sesuai bencana seperti tetanus atau
influenza.
3) Infection Control Triage
Dengan menggunakan hasil observasi serta data dari syndromic surveillance
bisa dilakukan triase pada tiap individu berdasarkan resiko penyakit serta penularan.
4) Area Isolasi
Setiap pengungsian sebaiknya menyediakan area isolasi untuk pengungsi yang
memiliki penyakit menular, dengan kriteria:
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
15/18
a) Pilih lokasi yang secara fisik terpisah oleh tembok di semua sisi dari area
pengungsi lainnya, atau bisa menggunakan gedung lain yang dekat area
pengungsian.
b) Jika hal di atas tidak tersedia, bisa dengan membuat area isolasi di barak
pengungsian dengan menggunakan sekat plastic.
c) Batasi dan bedakan staff untuk area isolasi dengan barak biasa.
Struktur tim manajemen pengungsian:
Contoh layout pengungsian:
Shelter maintenance plan
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
16/18
Setiap shelter seharusnya memiliki maintenance plan yang meliputi:
a. Inventory checklist dari emergency supplies
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
17/18
b.
Memastikan tersedianya emergency generator yang digunakan untuk memberikan pencahayaan dan ventilasi yang kuat
c. Jadwal rutin pemeliharaan shelter yang dilakukan oleh pihak yang ditunjuk atau yang
bertanggungjawab
8/18/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Blok 4.4
18/18
DAFTAR PUSTAKA
A Guide for Local Jurisdiction in Order Care & Shelter Planning. 2003. Aameda Country
Operation Area, Emergency Management Organization.
Camp Management Toolkit. 2004. Afganistan.
Crabb, Lynn. 2008. Shelter Operations Management Toolkit . Los Angeles: American Red
Cross.
Coletta, Leann. 2011. Mass Care and Shelter Guidance For Emergency Planners. American
Red Cross.
Departemen kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis kesehatan Akibat
Bencana. Jakarta.
FEMA. 2006. Risk Management Series Design Guidance for Shelter and Safe Rooms. USDepartment of Homeland Security.
http://www.bt.cdc.gov/shelterassessment/pdf/shelter-tool-instruction-sheet.pdf diakses pada
11 Maret 2016 pukul 08.00 WIB.
Nurwegia Refugee Council. 2008. Camp Management Toolkit.
Pedoman Sistem Operasional Prosedur Penanganan Tanggap Darurat Bencana
Muhammadiyah Disaster Management Center.
Pusat penanggulangan Krisis kesehatan kementerian kesehatan RI. 2011. pedoman teknis
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana edisi revisi. Jakarta.
Prasojo, Derajad. Nurul Hanifah Astuti. 2010. Menuju Pola Hidup Sehat Di Barak
Pengungsian Korban Merapi. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta.
Rebmann, Terri. 2008. Infection Prevention and Control for Shelters During Disaster . APIC
Emergency Committee.
Rebmann, Terri. 2008. Infection Prevention and Conturing Disasters. APIC Emergency
Preparedness Committee.
UNHCR. 2011. Epidemic Preparedness and Response in Refugee Camp Settings: Guidance
for Public Health Officers. Kongo: UNHCR.
Wisner, B. & Adams, J. 2002. Environmental Health in Emergencies and Disasters. Malta:
World Health Organization.
http://www.bt.cdc.gov/shelterassessment/pdf/shelter-tool-instruction-sheet.pdfhttp://www.bt.cdc.gov/shelterassessment/pdf/shelter-tool-instruction-sheet.pdfhttp://www.bt.cdc.gov/shelterassessment/pdf/shelter-tool-instruction-sheet.pdf