Post on 03-Jul-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal
sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan
dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila
seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada
objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman
pribadimanusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk
memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen
organisasi.
Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses
pendidikan.setiap kegiatan pengajaran adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran
adalh suatu proses aktivitas mengajar dan belajar, didalamnya terdapat dua subjek yang
saling terlibat, yaitu guru dan peserta didik.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang snagat
fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya proses yang
panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan belajar menjadi lebih
baik dan efisien. Dalam makalah ini pemakalah akan menjelaskan tentang teori-teori belajar.
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat
dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van den Daele dalam
Hurlock bahwa “perkembangan berarti perubahan secara kualitatif”. Ini berarti bahwa
perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang
atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak
struktur dan fungsi yang komplek.
Berbagai perubahan dan perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini maka
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 1
realisasi diri atau yang biasanya disebut sebagai aktualisasi diri adalah sangat penting. Tujuan
ini tidaklah statis, tujuan ini merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat untuk
dilakukan yaitu untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun
psikologis.
Mengingat proses perkembangan individu dimulai sejak masa konsepsi hingga
kematian dan proses ini berjalan terus secara permanent, qualitative, progressive dan
bersifat universal (Peterson, 1996), maka cakupan proses perkembangan individu ini menjadi
sangat luas. Menurut Peterson ada empat teori utama yang berpengaruh besar terhadap
pemahaman tentang perkembangan individu selama rentang kehidupannya, yaitu : teori
psikoanalitik , teori perkembangan kognitif, teori belajar dan teori humanistik.
BAB II
TEORI-TEORI BELAJAR
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 2
A. Pengertian Teori Belajar.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapai tujuan
pendidikan hanya bergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh
murid sebagai anak didik.
Menurut Cronbach dia mengemukakan dalam bunkunya educational
psychology dengan menyatakan bahwa “Belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah
dengan mengalami dan dalam mengalami itu sipengajar mempergunakan panca
indranya. Menurut Witharington (1952. h. 165) “belajar merupakam perubahan
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yng baru yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang hampir
sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgrld. Menurut Crow and Crow (1958.
h. 225) belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan , pengetahuan dan sikap
baru. Sedangkan menurut hilgard (1962. h. 252) belajar adalah sutu proses dinama
suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu siatuasi.
Dari defenisi yang telah dikemukakna diatas bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan tinggkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa bwlajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.
Teori adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mempelajari atau
meneliti sesuatu dalam sesuatu proses pembelajaran. Berarti teori belajar adalah cara-
cara aygn digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang relative menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
B. Aliran Psikologi Yang Mendasari Teori Belajar
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 3
R.S Jatmoko dan Rusda Sutadi (1990) mengemukakan beberapa aliran psikologi yang
mendasari teori belajar masing-masing aliran mempunyai ciri-ciri tersendiri.
1. Behaviorisme.
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau
tingkah laku yang dapat diamati. Tokohnya E.L Thorndike, Ivan Patrovich, B.F
Skinner dan Bandura. Temuan penelitian para ahli ini dalam prinsipnya
mempunyai kesamaan, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena senata-
mata oleh linkungan.
Adapun ciri-ciri aliran Behaviorisme ini adalah :
a) Memerintahkan pengaruh lingkungannya
b) Mementingkan bagian-bagian daripada keseluruhannya
c) Mementingkan reaksi atau psikomotor
d) Mementingkan sebab-sebab masa lampau
e) Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar
f) Mementingkan pembentukan kebiasaan
g) Mengutamakan “trial and error”
2. Kognitif
Tokohnya Kohler, Max Wertheimes, Kurt Lewin dan Bandura, dasar teori belajar
tokoh ini sama. Yaitu dalam belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan,
sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia
Ciri-ciri aliran ini adalah :
a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c) Mementingkn peranan kognitif
d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
f) Mengutamakan “in right” (pengertian)
3. Humanisme
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 4
Psikologi kognitif disempurnakan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan
Frankie
Ciri-cirinya adalah :
a) Mementingkan manusia sebagai pribadi
b) Mementingkkan kebulatan pribadi
c) Mementingkan peranan kognnitif dan efektif
d) Mementingkan persepsi subjektif yang dimililki tiap individu
e) Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
f) Mengutamakan “in singht”
4. Psikoanalisasi
Psikoanalisasi merupakan psikologi sebagai suatu ilmu tetapi untuk kepentingan
pengobatan.Ciri-ciri aliran ini adalah :
a) Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan ketidaksadaran
b) Mengamati prinsip “psycie determinisme” yang berarti bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah secara kebetulan, melainkan
karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya peristiwa kejiwaan yang satu
berkaitan denganperistiwa lainnya dan menimbulkan hubungan sebab akibat.
c) Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih
penting dalam kondisi mental, baik normal maupun up normal.
C. Teori-teori belajar
Kalau kita membaca literature psikologi, banyak sekali teori belajar akan kita
temukan teori-teori bersumber dari teori atau aliran-aliran Psikologi. Adapun teori-
teori belajar adalah sebagi berikut :
1. Teori Disiplin Plental
Sebelum abad ke-20, telah berkembang beberapa teori belajar, salah satunya
adalah teori disiplin mental. Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi
eksperimen, dan ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif.
Namun teori-teori sebelum abad ke-20, seperti teori disiplin mental ini sampai
sekarang masih ada pnengaruhnya, terutama dalam pelaksanaan pengajaran di
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 5
sekolah-sekolah.
Menurut rumpun psikologi ini, individu memiliki kekuatan, kemampuan atau
potensi-potensi tertentu. Balajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemempuan
dan potensi-potensi tersebut. Bagaiman proses pengembangan kekuatan-kekuatan
tiap aliran atau teori mengemukakan pandanagan yang berbeda. Teori lain dari
disiplin mental adalah Herbartisme. Herbart seorang psikologi jerman menyebut
teorinya sebagai teori Vorstellungen. Vorstellungen dapat diterjemahkan sebagai
tanggapan-tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran.
Teori disiplin mental yang lain adalah Naturalisme Romantik dari Rousseau.
Menurut Jean Jacgues Rousseau anak memiliki potensi\potensi yang masih
terpendam, melalui belajar, anak harus diberi kesematan mengembangkan atau
mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan
sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya
sendiri.
2. Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau
tinggkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat
molecular, karena memendang kehidupan individu terdiri atas unsure-unsur
seperti halnya molekul-molekul. Menurut teori ini tinggkah laku manusia tidak
lain dari suatu hubungan anatara perangsang jawaban atau Stimulus Raspons.
Belajar adalah pembentukan hubungan Stimulus Respons sebanyak-banyaknya.
Pembentukan hubungan Stimulus Respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.
Ada beberapa teori belajar yang termasuk pada rumpun Behavionisme ini antara
lain :
a) Teori Koneksionisme
Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun Berhaviorisme.
Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Trhorndike (1874-
1949). Menurut thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 6
alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik
ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atua gerakan/tindakan.
Selanjutnya dalam teori koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-
hukum belajar sebagai berikut :
Hukum kesiapan ( Low Of Readiness )
Diman hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk
manakala ada persiapan dalam diri individu imlikasi praktis dari hukum ini
adalah, bahawa keberhasialan belajar seseorang tergantnug dari ada atau
tidak adanaya kesiapan.
Hukum latihan ( Low Of Eserdse )
Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungna
stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini dalah makin sering
pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu.
Hukum akibat ( Low Of Effect )
Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan
respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari
hukum ini adalah apabila mengharapakan agar seseorang dapat mengulangi
respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya.
b) Teori Pengkondisian ( conditioning )
Teori pengkondisian merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori
Koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov ( 1849-1936). Ia adalah
ahli Psikologi Refleksiologi dari Rusia. Sebagaiman dijelaskan oleh Hendry C
Ellis, bahwa dalam prosedur penelitiannya Pavlov menggunakan laboratorium
binatang sebagai tempat penelitian. Sama halnya dengan Thorndike, dia juga
percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan
manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi
tertentu. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 7
c) Teori Penguatan ( Reinforcement )
Kalau teori pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangannya, maka
pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya.
d) Teori Operant Conditioning
Tokoh utamanya adalah Skinner. Menurut Skinner tingkah laku bukankah
sekedar Respons terhadap Stimulus, tetapi merupakan suatu tindakan yang
disengaja atau Operant. Ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya.
3. Teori Kognitive – Gestalt – Field
Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi Kognitif. Teori ini
berbeda dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan
manusia adalh mengetahui dan bukan respons. Teori ini menekankan pada
peristiwa mental, bukan hubungan Stimulus-respons.
Teori Gestalt,berkembang dijerman dengan pendirinya yang utama adalah
Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna
hunungan anatar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah
mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan,
keharmonisan dari sesuatu.
Teori medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam
suatu medan atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan
yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan.
Jadi perbedaan pandangan antara pendekatan Behavioristik dengan
Kognitif adalah sebagai berikut :
a. Proses atau peristiwa belajar seseorang, bukan semata-mata antara
ikatan Stimulus, Respons, melainkan juga melibatkan proses kognitif.
b. Dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya
misalnya belajar meniru sopan santun dimeja makan dan bertegur sapa.
Peranan ranah cipta siswa tidak begitu menonjol, meskipun
sesungguhnya keputusan untuk meniru atau tidak ada pada diri orang
itu sendiri.
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 8
e. Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk
merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan
kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi
pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu
keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki,
dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-
program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori
belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi
sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan
respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat
emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai
kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya
terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda
tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus
dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh
pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 9
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar
menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi
proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak
menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun
apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement)
cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar.
Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie,
yaitu:
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara;
Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian
dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun
salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman
dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala
lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat
negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila
hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda
dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus)
harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya,
seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar
tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan.
Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan
kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 10
pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan
negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive
reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya
adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah
mengurangi agar memperkuat respons.
f. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar
atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan
dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini
ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid.
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 11
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif
yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena
itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar
diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang
bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan
stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.
Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi
yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur
rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan
dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan
dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu
dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai
bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan
dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik
adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar
harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 12
pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada
buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan
kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai
dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang
terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan
pebelajar secara individual.
3. Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati
(observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-
perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia
menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena
tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya
tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang
sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat
diamati dan diukur.
4. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon
untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori
evolusiCharles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan
hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 13
kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam
belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon
yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah
laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis
(Bell, Gredler, 1991).
5. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie
juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang
dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus
dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta
didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon
secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari.
Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin
diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
6. Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli
konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus
dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 14
oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi
dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan.
Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-
konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin,
2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar
harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta
memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang
mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa
dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk
menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap
alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
7. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget,
seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan
banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan
untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis
dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat
seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara
mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti
teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita
membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan
sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget
memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk
memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 15
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks
bawaan tersebut.Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan
dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari
sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awalkreativitas.
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang
secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 16
teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-
objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak
memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak
kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul
antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif
bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka
tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan
satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di
sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif
orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan
menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam
sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya.Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya
dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian
benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan
bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika
berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 17
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi
menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil
yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan
bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah
tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama
banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda,
air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu
ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam
kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh
Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan
terus berlanjut sampaidewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu
hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 18
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga
ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap
menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi
urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada
urutan yang mundur.
Universal (tidak terkait budaya)
Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam
diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara
logis
Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen
dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model
berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori
pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema
juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.
Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru
didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang
sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang
sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan
dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 19
kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat
seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya
tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
1. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang
sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung
kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu
pada skema burung si anak.
2. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya
tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh
mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan
3. Equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan
pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan
seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian
di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima
pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya.
4. Isu dalam perkembangan kognitif
Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan
psikologi secara umum.
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 20
Tahapan perkembangan
1. Perbedaan kualitatif dan kuantitatif
Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan
perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.
2. Kontinuitas dan diskontinuitas
Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan
proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.
3. Homogenitas dari fungsi kognisi
Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu
Natur dan nurtur
Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan
filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia
sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai
bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan,
namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun
dibandingkan dengan usia 15 tahun.
Sudut pandang lain
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan
perkembangan kognitif.
Teori perkembangan kognitif neurosains
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara
aktivitas otak danperilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk
menjelaskan perkembangan kognitif.Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat
mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 21
1. Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara
fisik dan mental proses
2. Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis
yang teratur
Aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor;
(2) pre operational; (3)concrete operational dan (4) formal operational. Menurut
Piaget, ahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.
8. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 22
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan
kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu
dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
(1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
9. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk
atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu
menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure
(bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran,
potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang.
Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan
penafsiran antara latar dan figure.
b. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik
waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai
satu bentuk tertentu.
c. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung
akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
d. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan
yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu
figure atau bentuk tertentu.
e. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang
pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 23
membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan
keteraturan; dan
f. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan
suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
a. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan
perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk
kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah
perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan,
mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”.
Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku
“Molecular”.
b. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara
lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis
adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral
merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari
jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal
kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang
lebat (lingkungan geografis).
c. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu
bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau
peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti :
sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip
ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang
tertentu.
d. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan
suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis.
Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam
memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 24
a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta
didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-
unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan
masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan
alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada
tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,
tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang
ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi
yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam
situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 25
situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik
untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
10. Teori Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari
perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan
budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan
pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan.
Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada
secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert
Bandura, Michael Tomasello
11. Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun
skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini
diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff
12. Teori Perkembangan Kognitif menurut Konsep Vygotsky
Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi
sosial yang hampa. Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan
Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak lebih dari setengah abad yang
lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir
abad ke-20. Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Sofiet selama
sepuluh tahun dari tahun 1920-1930. Namun karyanya baru dipublikasikan diduia
barat pada tahun 1960an. Sejak saat itulah, tulisan-tulasannya menjadi sangat
berpengaruh didunia. Vygotsky juga mengagumi Piaget , Vigotsky setuju dengan
teori Piaget bahwa perkembangan kognitiv terjadi secara bertahap dan dicirikan
dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju
dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan
membentuk gambara realitasya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu
pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat
bantuan dari lingkungannya juga.
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 26
a. Karya vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama:
Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide
baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka
ketahui.
b. Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan
intelektual.
c. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan
mediator pembelajaran siswa.
Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan
bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses
informasi. Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif
yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan
strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggaris bawahi peran penting
pengetahuan alam dalam proses belajar. Dua, mereka membantu kita memahami
pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Tiga, merka
membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses
didalam sistem memori otak.
Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang
disimpan dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan awal
(prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu
yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawah kepada
suatu pengalaman baru.
Menurut teori Peaget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara
bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan
anak. seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa
langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara
bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah. Tapi Vygotsky tidak
sependapat dengan Peaget, Vygotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural.
Inti dari teori Vygotsky yaitu penekanan pada interaksi pembelajaran antara aspek
internal dan aspek eksternal pada lingkungan social. Menurut teori Vygotsky, fungsi
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 27
kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.
Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari
guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-
tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa
dikerjakannya.
Banyak developmentalis yang bekerja dibidang kebudayaan dan pembangunan
yang sepaham dengan teori Vygotsky, yang berfokus pada konteks pembangunan
social budaya. Teory Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia
sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya.
Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran yang menggunakan
temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, system matematika dan alat-alat ingatan.
Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif dari pada
Peaget.
Bagi Peaget bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap
perkembangan yang cukup maju. pengalaman bahasa anak tergantung pada tahap
perkembangan kognitif saat itu. Pada kenyatannya, Kebanyakan anak-anak diajari
bahasa sejak usia yang sangat mudah. Bahkan saat anak mulai bisa melihat dunia.
Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk memperoleh keterampilan bahasa
yang baik. Para pakar perilaku memandang bahasa sama dengan perilaku lainnya,
misalnya duduk, berjalan atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya
urutan respon atau sebuah imitasi. Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan
adalah baru, kita tidak mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak
membicarakan bahasa didalam suatu ruang hampa sosial, kita memerlukan
pengenalan bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik.
Dewasa ini kebanyakan peneliti bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai
konteks social yang luas menguasai bahasa dari ibu mereka tanpa diajarkan secara
khusus. Seperti halnya saat anak menangis, menangis merupakan bahasa anak saat
meraka belum bisa berbicara, menangis dijadikan sebagai bahasa mereka saat mereka
menginginkan sesuatu. Walaupun begitu proses pembelajaran bahasa biasanya
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 28
memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Karena
dari lingkungan juga mereka akan dapat tambahan kosakata. Suatu lingkungan juga
yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak.
Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja dipengaruhi oleh kondisi
biologis anak, tetapi lngkungan bahasa disekitar anak sejak usia dini itu lebih penting.
Karena bahasa berfungsi sebagai komunikasi. Dan suatu komunikasih itu digunakan
sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
Vygotsky juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang
dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil didalam bidang-bidang
tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan sosial didalam
perkembangan kognitif berbeda dengan teori Peaget tentang anak sebagai ilmuwan
kecil yang kesepian. Karena Peaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran
lewat penemuan individual. Sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan
orang dewasa dan anak anak lain dalam memuahkan perkembangan si anak..Menurut
Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relative dasar seperti
kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun,anak-
anak tidak banyak meiliki fungsi mental yang lebih tinggi. Pengalaman dengan orang
lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin
anak tentang dunia. Vygotsky juga menekankan baik levelkonteks sosial yang bersifat
inter personal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi
dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalu instuisi seperti sekolah,
penemuan seperti computer. Interaksi intuisional memberi kepada anak suatu norma-
norma perilaku dan social yang luas untuk membimbing hidupnya.level interpersonal
memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada kefungsian mental anak. Menurut
Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang
melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman
interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini.
Perkembangan anak menjadi matang.
B. Zone proximal Development Dan Konsep Scafolding
Zone proximal Development ona proximal Development ( ZPD ) ialah istilah
Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak,
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 29
tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa
atau anak-anak yang yang lebih terampil. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level
pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri.
Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab tambahan yang dapat di terima
oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu. Penekanan Vygotsky pada
ZPD menegaskan keyakinannya tentang pentingnya pengaruh-pengaruh social
terhadap perkembangan kognitif dan peran pengajaran dalam perkembangan social.
ZPD dikonseptualisasikan sebagai suatu ukuran potensi pembelajaran,akan tetapi IQ
menekankan bahwa intelegensi adalah milik anak. sedangkan ZPD menekankan
bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa social yang bersifat interpersonal dan
dinamis yang tergantung pada paling sedikit dua pikiran, dimana yang satu lebih
berilmu atau lebih terlatih dari yang lain. Pembelajaran oleh anak-anak kecilyang baru
berjalan memberi contoh bagaimana ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang baru
berjalan itu harus di motivasi dan harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang
menuntut ketrampilan buat mereka. Guru harus harus memiliki pengetahuan untuk
melatihkan ketrampilan yang menjadi target pada setiap tingkat yang di persyaratkan
oleh aktifitasnya. Guru dan anak harus saling menyesuaikan persyaratan masing-
masing.
Dalam suatu penelitian tentang hubungan antara anak-anak yang baru belajar
berjalan dengan ibunya,pasangan itu di tugaskan untuk menyelesaikan sejumlah
masalah yang terdiri atas berbagai jumlah (sedikit obyek vs banyak obyek) dan
berbagai kompleksitas (perhitungan sederhana vs reproduksi angka). Para ibu di minta
mengerjakan tugas ini sebagai suatu peluang untik mendorong pembelajaran dan
pemahaman akan anak mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran
pada mulanya berkembang sendiri-sendiri, tetapi pada akhirnya bersatu.
Ada dua prinsip yang mempengaruhi penyatuan pemikiran dan bahasa.
Pertama, semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau sosia. Anak-anak
harus menggunakan basa dan mengkomunikasikannya kepada orang lain sebelum
mereka berfokus ke dalam proses-proses mental mereka sendiri. Kedua, anak-anak
harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama periode waktu
yang lama sebelum transisi dari kemampuan bicara secara eksternal ke internal
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 30
berlangsung. Periode transisi ini terjadi antara usia 3 hingga 7 tahun dan meliputi
berbicara kepada dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri itu menjadi
hakekat kedua anak-anak dan mereka dapat bertindak tanpa menverbalisasikannya.
Bila ini terjadi anak-anak telah menginternalisasikan pembicaraan mereka yang
egosentris dalam bentuk berbicara sendiri, yang menjadi pemikiran anak.
Teori Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan
pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang
paling awal, adalah berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan
anak-anak yang bersifar egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara
kepada diri mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka
(Duncan, 1991). Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang
egosentris mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri bebrapa konsep
melalui pengalaman. sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih maju
dan berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. anak-anak tidak akan
mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Menurut Vygotsky, zona perkembangan proksimal merupakan celah antara actual
development dan potensial development, dimana antara seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat
melakukan Sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman
sebaya. Zona perkembangan proximal menitik beratkan pada interaksi social akan
dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang siswa mengerjakan
pekerjaannya disekolah sendiri, perkembangan mereka akan lambat . jadi untuk
memaksimalkan perkembangan siswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang
lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah
yang lebih kompleks. Melalui interaksi yang berturut-turut ini diharapkan dapat
mengembangkan pengalaman berbicara, bersikap dan berdiskusi secara baik.
2. Konsep scaffolding
a. Selain teori Vygotsky diatas, Vygotsky juga mempuyai teori yang lain yaitu
tentang “scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan bantuan yang besar
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 31
kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut
untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab
pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan,
dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa
dapat mandiri. Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya
yaitu: Menghendaki setting kelas kooperaif, sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang
efekif dalam masng-masing zone of proximal development mereka.
b. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam menekankan scaffolding. Jadi
teori belajar vigotsky adalah salah satu teori belajar social sehingga sangat
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran
kooperatif terjadi interaktif social yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan
antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep
danpemecahan masalah.
c. Pengaruh karya Vygotsky dan burner terhadap dunia pengajaran dijabarkan
oleh smith
d. Walaupun Vygotsky dan burner telah mengusulkan peranan yang lebih penting
bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang
diusulkan Peaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diaktivis diganti
sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan walaupun anak dilibatkan
dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-
anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.
e. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya
juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan
pembelajaran lewat penemuan individu (individual discoveri learning) kerja
kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi
oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal
didalam pelajaran. Foot et al, menjelaskan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan
menggunakan teori vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 32
melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa
dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan
scaffolding yang sesuai.
Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam
berbagai cara. Dalam prespektif pengikut vygotsky - bruner, perintah-perintah dilayar
komputer merupakan scaffolding. Ketika anak menggunakan perangkat lunak atau
software pendidikan, komputer menggunakan bantuan atau petunjuk scara detail
seperti yang diisyaratkan sesuai kedudukan anak dalam ZPD. Tidak dipungkiri lagi
beberapa anak dikelas lebih terampil dalam menggunakan computer sebagai tutor bagi
teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer guru bisa
bebas mencurahkan perhatiannya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan
dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak.
C. Penerapan dalam pembelajaran
Hoover, peneliti dari Texas University of Austin yang juga CEO pada southwest
educational development labolatory menyatakan: constructivism’s central idea is that
human learning is contructed, that learners buld new knowledge upon the foundation
of previous learning. This view of learning sharply contrasts with one in which
learning is the passive transmission of information fro individual to another, a view in
which reception, not contruction, is key. Ada dua hal penting disini yang berkenaan
dengan pengetahuan yang dikontruksi oleh pelajar. Pertama adalah pelajar
membangun satu pengertian baru dengan menggunakan apa yang sudah mereka
ketahui sebelumnya. Dalam hal ini tidak ada “tabularasa” dimana pengetahuan
digoreskan. Pelajar akan memasuki suasana pembelajaran dimana pengetahuan yang
diterima akan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya dan
pengetahuan yang sudah dimiliki saat ini akan mempengaruhi penerimaan
pengetahuan yang baru. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara adalah salah satu
tulisannya yang mengungkapkan bahwa yang terjadi dalam diri anak adalah sesuai
dengan “convergentie theorie”. Teori ini mengajarkan bahwa seorang anak terlahir
ibarat kertas yang sudah ada tulisannya, akan tetapi semua tulisan itu masih kabur
atau suram. Tugas pembelajaran adalah membantu anak untuk mempertebal tulisan-
tulisan yang bersifat baik sehingga kelak dapat berubah menjadi ilmu yang berguna
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 33
dan budi pekerti yang baik. Sedangkan tuisan yang sifatnya jelek harus dibiarkan agar
bertambah suram atau bahkan menghilang. Ki Hajar menentang teori tabula rasa yang
menganggap anak terlahir bagaikan kertas putih yang bisa ditulisi apa saja oleh
pemelajar, atau teori aliran negative yang menganggap anak lahir bagaikan kertas
yang sudah penuh dengan tulisan yang tidak dapat diubah isinya . Kedua adalah
bahwa pembelajaran lebih bersifat aktif dan bukan pasif. Pelajar akan
membandingkan apa yang baru dipelajarinya dengan apa yang diketahuinya. Jika
terdapat perbedaan, maka pelajar akan mencoba mengakomodasikan apa yang baru
dipelajarinya dengan memodifikasi pengetahuan yang sudah ada atau dimilkinya.
Dalam proses ini akan terjadi proses pertimbangan oleh pelajar yang akan diakhiri
dengan proses modifikasi jika pengetahuan baru tersebut dapat diterima. Salah satu
landasannya adalah teori tidak kesesuaian kognitiv dari festinger (cognitive
dissonance theory). Teori ini dikemukakan oleh festinger dalam bukunya yang
berjudul A Theory of Cognitife dissonance. Menurut teori ini, ada kecenderungan
dalam diri seseorang untuk selalu melihat konsistensi antar kognisi yang dimilikinya
misalnya kepercayaan dan opini. Jika terjadi tidak kekesuaian antara sikap dengan
prilaku (attitude and behavior), maka salah satu harus berubah untuk mehilangkan
disonansi (ketidak-sesuaian) tersebut. Dalam hal, ada perbedaan sikap dan perilaku,
maka biasanya orang akan merubah sikap untuk mengakomodasi perilaku. Ada dua
faktor yang mempengaruhi tingkat ketidak sesuaian tersebut yaitu:
1. jumlah disanonsi keyakinan
2. kepentingan yang ada dalam masing-masing keyainan
Untuk menghilangkan ketidak sesuaian tersebut, pada dasarnya ada tiga cara yang
dapat dilakukan oleh seseorang, yaitu:
1. mengurangi tingkat kepentingan dalam disonansi keyakinan
2. menembah kesesuain keyakinan melebihi disonansi keyakina
3. merubah disonansi keyakinan untuk menghilangkan inkonsistensi
Disonansi sering terjadi dalam keadaan dimana seseorang harus membuat pelihan
antara dua tindakan atau keyakinan yang tidak saling bersesuaian. Disonansi terbesar
terjadi jika kedua elternatif memiliki tingkat atraktif yang sama. Perubahan sikap
biasanya terjadi dalam arah yang memilki insentif yang lebih sedikit karena hasilnya
adalah disonansi yang lebi kecil. Disini teori ini memiliki pertentangan dengan teori
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 34
prilaku umum yang menganggap perubahan perilaku terbesar akan kearah
peningkatan insentif.
Maddux, cleborne d Johnson, d lamont dalam tulisannya mengenai teori kontrutifis
membagi paham kontruktivis kedalam dua aliran, yaitu paham kontruktivis kogitif
dan paham kontruktivis social. Kontruktivis kognitif didasarkan pengembangan yang
dibuat oleh ahli psikologi perkembangan Swiss dan Peaget. Teori Peaget ini
mengandung dua unsur pokok yaitu, umur dan tahap perkembangan. Melalui kedua
unsur ini bisa diprediksi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh seorang anak
berdasarkan umurnya, serta teori perkembangan yang menjelaskan bagaimana
seorang anak membangun kemampuan kognitivnya.
Perkembangan termasuk internalisasi atau penyerapan isyarat-isyarat sehingga
anak-anak dapat berfikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Internalisasi ini disebut pengaturan diri (self regulation). Langkah pertama dari
pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah mempelajari bahwa segala sesuatu
memiliki makna. Langkah kedua dalam pengembangan struktur-struktur internal dan
pengaturan diri adalah latihan. Siswa berlatih gerak-gerak isyarat yang akan
mendatangkan perhatian. Kemudian langkah terakhir termasuk penggunaan isyarat
dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Menurut Vygotsky, dengan melibatkan anak berdiskusi dan berfikir
(reasoning) dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak untuk
merefleksikan apa yang telah dikatakan atau diperbuatnya. Hal ini dapat menjadi
“inner speech” atau “inner dialogue”, dialog dengan dirinya sendiri. Ini proses awal
bagi anak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri. Selanjutnya, dikemudian hari ia
akan mampu mengevaluasi diri, menganalisis kekurangan serta kekuatan yang
dimilikinya. Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan membantu anak untuk
bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi atau meta-cognition. Proses seperti ini
dapat membuatnya menjadi manusia spiritual, yaitu manusia yang tahu siapa dirinya,
dan mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat, komunitas
dan alam semesta.
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 35
Teori kontrukivis sosial dibangun berdasarkan pengembangan yang dibuat
oleh Lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada lingkungan social yang ikut
membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya sangat berpengaruh
sekali dalam membentuk strutur kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak
bukan hanya guru, tetapi jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky
mengemukakan konsep mengenai zone of proximal development. Dalam konsep ini
seorang anak dapat memahami suatu konsep dengan bantuan orang lain yang lebih
dewasa yang tidak bisa dilakukannya sendiri. Dengan begitu seorang anak akan lebih
mengerti dan mempunyai banyak pengalaman dan wawasan serta dapat
menyelesaiakan suatu permasalahan yang dianggapnya rumit dan memerlukan
bantuan orang lain yang dianggapnya mampu membantu untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut, suatu wawasan yang tidak hanya didapat didalam sekolah tapi
diluar sekolah. Dan permasalahan tersebut yang ada hubungannya dengan sekolah.
Disini para pendukung kontruktivisme yakin bahwa pengalaman melalui lingkungan,
kita aka memperoleh informasi, dan dapat menggabungkan pengalaman yang didapat
sebelumnya dengan pengalaman yang baru. Dengan kata lain pada proses belajar
masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Ada empat prinsip
dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu:
1. Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
2. ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran.
3. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh
dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata
mereka
4. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman
mereka disekolah
D. Manfaat Mempelajari Teori Belajar.
Belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya
dengan ilmu dan teknologi hasil kelompok belajar manusia tertindas itu juga dapat
digunakan untuk membangun benteng pertahanan. Iptek juga dapat dipakai unutk
membuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang mingkin
bernafsu serakah atau mengalami gangguan Psycopaty yang berat watak merusak.
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 36
Sedangkan manfaat dari mempelajari teori belajar adalah dapat menimbulkan tingkah
laku organisme dengan adanya hubungan antara Stimulus (rangsangan) dengan
Respond an dapat memperkuat hubungan antara Stimulus dan Respon tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat
fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendididkan. Belajar
merupakan suatu proses perubahan tinggkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Teori-teori belajar :
1. Teori disiplin mental
2. Teori behaviorisme
3. Teori cognitive- gestalt- field
4. Aliran Psikologi yang mendasari teori belajar :
a. Behaviorisme
b. Kognitif
c. Humanisme
d. Psikoanilisasi
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentu banyak terdapat kekurangannya, oleh karena itu
pemakalah mengharapakan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 37
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Ilyas. Psikologi Pendidikan. Semarang : Toha Putra. 1996, Sukmadinata, Nana
Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2005.
Nursyamsi. Psikologi Pendidikan. Padang : Baitul Hikmah. 2003
Http : // Riwayat. Net /Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
2005.
Http://Anwarholil.blogspot.com/2008/04/Teori-Vygotsky
Http://ipotes.wordpress.com
Http://rufmania.multiply.com/perkembangan-kognitif
Http://valmband.multiply.com
Http://viking.coe.uh.edu/ebook/et-it/social.hatm
Http://wikipedia.org/wiki/teori-perkembangan-kognitif
Http://www.al-azhar.ac.id/konsep-vygotsky
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003
Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Metodologi Pembelajaran (Teori-Teori Pembelajaran) | 38