Post on 01-Apr-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN
OPERASI HITUNG MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 URUTSEWU
AMPEL BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
MUDDRIKAH
K7108181
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muddrikah
Nim : K7108181
Jurusan/Program Studi : IP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG MELALAUI
PENERAPAN MODEL QUANTUM PADA SISWA KELAS II SD NEGERI
3 URUTSEWU AMPEL BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat peryataan
Muddrikah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN
OPERASI HITUNG MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 URUTSEWU
AMPEL BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
MUDDRIKAH
K7108181
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 12 Juni 2012
Pembimbing I
Drs. Samidi, M.Pd NIP : 195111081988031001
Pembimbing II
Dra. Noer Hidayah, M.Pd NIP : 194910151983012001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd
Sekretaris : Drs. Chumdari, M.Pd
Anggota I : Drs. Samidi, M.Pd
Anggota II : Dra. Noer Hidayah, M.Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan,
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.
NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Muddrikah. PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK
BAHASAN OPERASI HITUNG MELALUI PENERAPAN MODEL
QUANTUM PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 URUTSEWU AMPEL
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika
pokok bahasan operasi hitung pada siswa kelas II SD Negeri 3 Urutsewu Ampel
Boyolali dengan model pembelajaran quantum, meningkatkan keaktifan siswa
kelas II SD Negeri 3 Urutsewu Ampel Boyolali pada pokok bahasan operasi
hitung dengan model quantum.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa
kelas II SD Negeri 3 Urutsewu Ampel Boyolali yang berjumlah 29 siswa terdiri
dari 15 putra dan 14 putri. Sumber data berasal dari guru,kepala sekolah dan
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
tes, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber,
triangulasi metode dan validitas isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model quantum
dapat meningkatkan hasil belajar dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke
siklus II. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil
belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata kelas 53,7 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 41,4%, siklus I rata-rata kelas 71,03 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 79,3%, dan siklus II nilai rata-rata kelas
81,1 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 93,1%. Melalui penerapan
model quantum dapat meningkatkan keaktifan siswa dari prasiklus ke siklus I dan
dari siklus I ke siklus II. Hal ini terbukti pada skor keaktifan siswa sebelum
dilaksanakan tindakan yaitu skor keaktifan sebesar 17,24%, siklus I skor keaktifan
sebesar 34,48%, dan siklus II skor keaktifan sebesar 82,76%.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model quantum dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajran matematika pokok bahasan
operasi hitung pada siswa kelas II SD Negeri 3 Urutsewu Ampel Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci: Quantum, matematika, operasi hitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Muddrikah. THE IMPROVEMENT OF MATHEMATICS LEARNING
ACHIEVEMENT IN ARITHMETIC SUBJECT MATTER USING QUANTUM
MODEL IN THE II GRADERS OF SD NEGERI 3 URUTSEWU AMPEL
BOYOLALI IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Skripsi, Teacher Training
and Education Faculty of Sebelas Maret University. June 2012.
The objectives of research are to improve the mathematics learning
achievement of arithmetic subject matter in the II graders of SD Negeri 3
Urutsewu Ampel Boyolali using quantum model and to improve the activity of the
II graders of SD Negeri 3 Urutsewu Ampel Boyolali using quantum model.
This study was a classroom action research (CAR). The research was
carried out in two cycles, each of which consisted of planning, acting, observing,
and reflecting. The subject of research was the II graders of SD Negeri 3
Urutsewu Ampel Boyolali totaling 29 students consisted of 15 male and 14
female. The data source derived from teacher, headmaster and students.
Techniques of collecting data used were interview, observation, test, and
documentation. The data validation techniques used were source triangulation,
method triangulation, and content validity. Technique of analyzing data used was
an interactive model of analysis with three components of data reduction, data
display and conclusion drawing.
The result of research showed that the application of quantum model could
improve the learning achievement from pre-cycle to cycle I and from cycle I to
cycle II. It could be seen from the increase in the student’s mean value of learning
achievement from 53.7 before action (pre-cycle) with percentage classical passing
of 41.4%, to 71.03 with percentage classical passing of 79.3% in cycle I and to
81.1 with percentage classical passing of 93.1% in cycle II. The application of
quantum model could improve the student learning activity from pre-cycle to
cycle I and from cycle I to cycle II. It could be seen from the student’s learning
activity score of 17.24% before action (pre-cycle), 34.48% in cycle I and 82.76%
in cycle II.
The conclusion of research was that the application of quantum model
could improve the student learning achievement in arithmetic subject matter of
mathematics learning in the II graders of SD Negeri 3 Urutsewu Ampel Boyolali
in the school year of 2011/2012
Keywords: Quantum, mathematics, arithmetic
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Dibalik setiap rasa sakit, Tuhan pasti telah
mempersiapkan hadiah terindah. Untuk itu, berpikir
positif atas apapun yang kamu alami. Selalu bersyukur
atas apa yang didapat hari ini”
(Penulis)
“Hidup itu perlu diperjuangkan”
(Dr. Peduk Rintayati, M.Pd)
“Tuhan hanya memberikan yang terbaik, meski kadang
tak sesuai keinginan. Tapi percayalah, Tuhan punya
rencana yang jauh lebih indah.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak dan Ibu”
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak
terbatas dan kasih saying yang tidak terbatas pula. Semua membuatku bangga
memiliki kalian.
“Keluarga di Surabaya ”
Terima kasih karena senantiasa memberikan semangat dan perhatiannya
untukku.
“My best friends Mutia, Moti, Klara”
Terima kasih karena selalu memberikan motivasi dan bantuan selama ini.
“Almaterku tercinta”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG MELALUI
PENERAPAN MODEL QUANTUM PADA SISWA KELAS II SD NEGERI
3 URUTSEWU AMPEL BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikanya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Samidi, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Noer Hidayah, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Joko Sutaryo, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 3 Urutsewu yang telah
memberikan ijin mengadakan penelitian di SD tersebut.
7. Bapak/Ibu guru SD Negeri 3 Urutsewu yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan dalam penelitian ini.
8. Para siswa SD Negeri 3 Urutsewu yang telah bersedia untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta , Juni 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................. ..... 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................... 7
1. Hakikat Hasil Belajar ........................................................ 7
2. Hakikat Matematika Operasi ............................................ 9
3. Hakikat Model Quantum ................................................... 18
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 26
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 27
D. Perumusan Hipotesis ............................................................... 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 31
B. Subjek Penelitian ..................................................................... 32
C. Bentuk Strategi Penelitian ....................................................... 32
D. Data dan Sumber Data ............................................................ 32
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 33
F. Validitas Data ......................................................................... 35
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 37
H. Prosedur Penelitian .................................................................. 37
I. Indikator Kinerja ..................................................................... 43
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan .............................................................. 44
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 46
1. Siklus I ............................................................................. 46
2. Siklus II ............................................................................ 56
3. Antar Siklus .................................................................... 65
C. Pembahasan ............................................................................. 67
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................ 70
B. Implikasi ................................................................................. 70
C. Saran ....................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74
LAMPIRAN .................................................................................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................ 29
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (interaktif model) ..................... 37
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ............................................ 38
Gambar 4.1 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Operasi Hitung Perkalian pada Pratindakan .................................. 45
Gambar 4.2 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Operasi Hitung Perkalian pada Siklus 1 ........................................ 53
Gambar 4.3 Histogram Data Hasil Tes Pratindakan dan Tes Siklus I Siswa
Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu..................................................... 54
Gambar 4.4 Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3
Urutsewu pada Siklus I Tahun 2012 ............................................. 55
Gambar 4.5 Histogram Data Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Operasi Hitung Perkalian Pada Siklus II ....................................... 62
Gambar 4.6 Histogram Hasil Tes Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas II SD
Negeri 3 Urutsewu ........................................................................ 63
Gambar 4.7 Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3
Urutsewu pada Siklus II Tahun 2012 ............................................ 64
Gambar 4.8 Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3
Urutsewu pada Pratindakan dan Siklus I Tahun 2012 .................. 66
Gambar 4.9 Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3
Urutsewu pada Siklus I dan Siklus II Tahun 2012 ........................ 67
Gambar 4.10 Histogram Perkembangan Belajar Siswa pada Pratindakan,
Siklus I, dan Siklus II Siswa Kelas II SDN 3 Urutsewu
Tahun 2012 ............................................................................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian.............................................................................. 31
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Perkalian Siswa Kelas II
pada Pratindakan.............................................................................. 44
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Perkalian Siswa kelas II
Siklus I ............................................................................................. 53
Tabel 4.3 Perkembangan Hasil Tes Pratindakan dan Tes Siklus I Siswa
Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu ....................................................... 54
Tabel 4.4 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu pada
Siklus I Tahun 2012I ....................................................................... 55
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Perkalian Siswa Kelas II
Siklus II ........................................................................................... 62
Tabel 4.6 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
II SD Negeri 3 Urutsewu ................................................................. 63
Tabel 4.7 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu pada
Siklus II Tahun 2012 ....................................................................... 64
Tabel 4.8 Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu
pada Pratindakan dan Siklus I Tahun 2012 ..................................... 65
Tabel 4.9 Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu
pada Siklus I dan Siklus II Tahun 2012 ........................................... 66
Tabel 4.10 Perkembangan Belajar Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan
Siklus II Siswa Kelas II SDN 3 Urutsewu Tahun 2012 ..................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan ................................... 76
Lampiran 2. Rekapitulasi Nilai Pra Tindakan .................................................. 78
Lampiran 3. Silabus Pembelajaran Kelas II ..................................................... 80
Lampiran 4. Kisi-Kisi Soal Siklus 1 ................................................................ 82
Lampiran 5. RPP Siklus I ................................................................................. 84
Lampiran 6. Soal Siklus 1 Pertemuan 1 ........................................................... 99
Lampiran 7. Soal Siklus 1 Pertemuan 2 ........................................................... 101
Lampiran 8. Rekapitulasi Nilai Siklus 1 .......................................................... 103
Lampiran 9. Lembar Observasi dan Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ...... 105
Lampiran 10. Lembar Observasi dan Pedoman Observasi Kinerja Guru ........ 109
Lampiran 11. Kisi-Kisi Soal Siklus II .............................................................. 119
Lampiran 12. RPP Siklus II ............................................................................. 121
Lampiran 13. Soal Siklus II Pertemuan 1 ........................................................ 135
Lampiran 14. Soal Siklus II Pertemuan 2 ........................................................ 138
Lampiran 15. Rekapitulasi Nilai Siklus II........................................................ 140
Lampiran 16. Lembar Observasi dan Pedoman Observasi Aktivitas Siswa .... 142
Lampiran 17. Lembar Observasi dan Pedoman Observasi Kinerja Guru ........ 146
Lampiran 18. Wawancara Setelah Tindakan ................................................... 156
Lampiran 19. Dokumentasi Foto ..................................................................... 158
Lampiran 20.Materi Ajar ................................................................................. 163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Maju mundurnya suatu
bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri dan kompleksnya
masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu
berkompetensi. Selain itu pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat
dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu tinggi.
Sejalan dengan peranan pendidikan di negara Republik Indonesia yaitu
sebagai usaha sadar untuk meningkatkan sumber daya manusia, maka pendidikan
pun menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat, sehingga
pemerintah bersama-sama Departemen Pendidikan Nasional selalu mengadakan
pembaharuan untuk mengembangkan dan meningkatkan pendidikan nasional.
Salah satunya dengan mengadakan inovasi dalam proses pembelajaran di ruang-
ruang kelas. Selain itu dengan perubahan kurikulum pembelajaran yang awalnya
Indonesia memakai kurikulum 1994 berubah menjadi Kurikulum Berbasis
Kompetensi dan berubah lagi menjadi KTSP hingga sekarang.
Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dengan ilmu berhitung,
salah satunya yaitu matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan
menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan matematika yang
kuat sejak dini. Hal ini tentunya akan menjadi pekerjaan rumah bagi para pendidik
untuk meningkatkan kemampuan penguasaan matematika para siswa.
Berdasarkan sumber dari surat kabar Kompas edisi 4 Juli 2011
mengatakan bahwa matematika merupakan salah mata pelajaran yang menakutkan
bagi sebagian besar siswa. Pada dasarnya, salah satu masalah yang dialami oleh
sebagian besar guru matematika adalah adanya pandangan-pandangan negatif
siswa terhadap matematika yang menganggap matematika itu adalah
pembelajaran yang sulit dan membosankan. Belajar matematika hanya ada angka-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
angka yang membuat pusing. Pandangan-pandangan negatif siswa terhadap
matematika tersebut memberikan dampak yang luar biasa pada kemampuan
penguasaan konsep matematika, selain itu juga tidak adanya partisipasi siswa
dalam pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 3
Urutsewu Ampel Boyolali guru kelas II cenderung menerangkan - memberi soal –
mengerjakan dan tanpa menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan peneliti di beberapa sekolah yang terbelakang, ada
sebagian guru yang dalam proses pembelajaran matematika guru cenderung
menggunakan metode ceramah sehingga hanya berlaku komunikasi searah dari
guru ke siswa saja. Ini dapat dikatakan guru sebagai sumber pengetahuan dan
siswa dianggap sebagai kertas kosong yang siap untuk ditulisi. Mereka datang,
duduk manis, dan mendengarkan guru menyampaikan informasi.
Kurangnya partisipasi siswa berdampak rendahnya aktivitas belajar siswa
sehingga mengakibatkan tidak adanya perkembangan dalam ranah motorik.
Sedangkan hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, motorik dan
ketiganya harus dapat berjalan seimbang. Untuk mengatasi rendahnya aktivitas
belajar, maka guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang dapat
melibatkan partisipasi siswa. Salah satunya dengan menggunakan model
pembelajaran quantum. Model quantum menuntut guru untuk dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan diantaranya dengan menggunakan
media pembelajaran yang dapat menarik siswa. Guru bisa memanfaatkan media
pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan
belajar mengajar.
Selain itu, hal yang dapat menghambat kemampuan penguasaan
matematika adalah penanaman konsep yang salah sehingga indikator
keberhasilannya tidak tercapai. Pembelajaran matematika pada anak-anak,
terutama pada anak usia dini, sangat berpengaruh terhadap keseluruhan proses
mempelajari matematika ditahun-tahun berikutnya. Jika konsep dasar yang
diletakkan kurang kuat atau anak mendapatkan kesan buruk pada perkenalan
pertamanya dengan matematika, maka pada tahap berikutnya akan menjadi masa-
masa sulit dan penuh perjuangan. Maka dari itu guru harus dapat menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
konsep-konsep yang relevan, yaitu konsep-konsep yang harus diketahui dan
dikuasai siswa sebelum mempelajari konsep atau materi tertentu. Misalnya, untuk
mempelajari perkalian siswa harus mengerti dan paham tentang konsep
penjumlahan, karena konsep dari perkalian itu adalah penjumlahan berulang.
Konsep-konsep baru akan sulit dipahami apabila konsep-konsep yang relevan
belum dikuasai oleh siswa. Akibat dari kesalahan penanaman konsep ini akan
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar matematika yang rendah juga terjadi pada siswa kelas II di
SD N 3 Urutsewu Ampel Boyolali. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa tahun ini
masih banyaknya siswa kelas II yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu dibawah 60 pada pokok bahasan operasi hitung perkalian
yang berkonsep dari penjumlahan berulang. Pada tahun pelajaran 2011/2012 dari
29 siswa kelas II SD N 3 Urutsewu Ampel Boyolali terdapat 17 anak atau 58,6%
yang nilainya berada di bawah KKM.
Oleh karena itu, dalam penanaman konsep-konsep matematika guru perlu
berupaya untuk mengubah pandangan-pandangan negatif siswa salah satunya
dengan cara menyediakan lingkungkan dan suasana yang menyenangkan bagi
siswa untuk belajar sehingga membuat siswa tertarik dan bersemangat dalam
mempelajari matematika di kelas. Dengan demikian, siswa akan mudah menerima
konsep-konsep baru dan hasil belajar akan meningkat.
Guru harus melakukan inovasi atau pembaharuan dalam pembelajaran
yang dapat membangun motivasi siswa dan dapat mengubah pandangan-
pandangan negatif siswa dalam proses pembelajaran khususnya matematika, yaitu
dengan menerapkan model Quantum. Model Quantum merupakan suatu inovasi
dalam pembelajaran yang menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan.
Quantum sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang memiliki
kelebihan-kelebihan dibanding model pembelajaran yang lainnya. Kelebihan
quantum antara lain cocok untuk semua mata pelajaran, dapat diterapkan kepada
pembelajar dari usia 9 sampai 24 tahun, juga dapat meningkatkan daya
serap siswa asal suasana kelas yang ada telah dikondisikan. Model quantum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dirancang untuk membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan
prinsip-prinsip belajar menyenangkan.
Penciptakan suasana belajar yang menyenangkan bisa didukung dengan
adanya media pembelajaran. Media pembelajaran matematika salah satunya
berupa benda nyata atau kongkrit dan media gambar. Anak usia 7-11 mereka
berada tahap operasional konkrit yaitu anak mengembangkan konsep dengan
menggunakan benda-benda kongkrit untuk menyelidiki hubungan-hubungan
konsep yang abstrak. Oleh karena itu, dalam pengenalan konsep matematika yang
baik kepada anak-anak adalah dimulai dari tahap belajar menggunakan benda
nyata/kongkrit. Setelah itu matematika diajarkan dengan belajar membuat
bayangan benda nyata tersebut di pikiran atau pengetahuan itu direpresentasikan
(diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang
menggambarkan situasi kongkrit. Untuk tahap selanjutnya anak mulai
memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok
Bahasan Operasi Hitung Melalui Penerapan Model Quantum Pada Siswa Kelas II
SD N 3 Urutsewu Ampel Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012"
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah
pokok yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model quantum dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pokok bahasan operasi hitung pada siswa kelas II SD N 3
Urutsewu Ampel Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Apakah penerapan model quantum dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa
pada pokok bahasan operasi hitung pada siswa kelas II SD N 3 Urutsewu
Ampel Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan operasi hitung dengan
model quantum pada siswa kelas II SD N 3 Urutsewu Ampel Tahun Pelajaran
2011/2012.
2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan operasi hitung
dengan model quantum pada siswa kelas II SD N 3 Urutsewu Ampel Boyolali
Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukkan bagi guru sekolah
dasar untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Selain itu hasil penelitian ini dapat memperluas
khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam pembelajaran matematika di
sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Memperoleh suasana baru yang menyenangkan dalam belajar
matematika khususnya pokok bahasan operasi hitung.
2) Meningkatnya hasil belajar matematika siswa.
3) Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran
matematika.
b. Bagi guru
1) Meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model quantum guna meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas belajar.
2) Meningkatnya profesionalisme guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Bagi pihak sekolah
1) Meningkatnya hasil belajar siswa dan kualitas pendidikan di sekolah.
2) Mendapat sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Suatu pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar yang lebih baik dalam ranah kognitif, afektif ataupun psikomotor
diperlukan suatu usaha untuk belajar. Abdurrahman berpendapat, “Belajar
merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai
tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk
perubahan perilaku yang relatif menetap” (2003:28).
Menurut Syah, berpendapat “Belajar sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif” (2010:90).
Mengenai pengertian belajar, Kurnia et al berpendapat, “Belajar
adalah suatu proses yang terus menerus, agar terjadi perubahan perilaku.
Proses ini bersifat aktif dan diharapkan menjadi bekal yang permanen”
(2007:6.3).
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
individu secara terus menerus untuk mencapai perubahan perilaku yang
relatif menetap atau permanen.
b. Hasil Belajar
Belajar akan memperoleh sesuatu yang disebut hasil belajar. Hasil
belajar ini yang nantinya akan menjadi tolak ukur bagi guru untuk
mengetahui keberhasilan dalam belajar.
Menurut Abdurrahman berpendapat, “Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar” (2003:37).
Poerwanti et al (2008) berpendapat, “Hasil belajar adalah keberhasilan siswa
setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu” (hlm. 7.4) .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Mengenai hasil belajar, Hamalik (2006) berpendapat, “Hasil
belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti” (hml. 30).
Sejalan dengan beberapa pengertian tentang hasil belajar tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu dan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut.
Poerwanti et al (2008:7.5), mengatakan bahwa berdasarkan teori
taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga
kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah
sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Berdasarkan penjelasan teori taksonomi Bloom dapat disimpulkan
bahwa dalam hasil belajar itu mencakup tiga pencapaian ranah, yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor yang ketiga ranah tersebut saling
mendukung.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pencapaian keberhasilan belajar harus memperhatikan beberapa hal
yang akan mempengaruhi hasil belajar itu sendiri, baik itu yang
mempengaruhi dari diri sendiri ataupun dari orang lain.
Menurut Syah (2010:129) menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam,
1) Faktor Internal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar
itu sendiri. Faktor internal meliputi faktor fisiologis (jasmani atau
kondisi fisik) dan faktor psikologis (kecerdasan siswa, motivasi,
minat, sikap, dan bakat)
2) Faktor Eksternal
Faktor eksteren yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan
menjadi 2, yaitu (1) faktor lingkungan sosial yaitu masyarakat dan
tetangga serta teman-teman sepermainan. (2) Faktor lingkungan
nonsosial yaitu rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, dan waktu belajar
siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai keefektifan segala cara
atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjuang efektifitas dan
efisiensi proses belajar meteri tertentu.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan hal-hal yang
mempengaruhi belajar ditinjau dari faktor internal meliputi aspek fisiologis
dan aspek psikologis dan jika ditinjau dari dari faktor eksternal meliputi
kondisi lingkungan sosial dan nonsosial. Lingkungan turut andil dalam
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, serta faktor pendekatan belajar
juga mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar.
2. Hakikat Matematika Operasi Hitung
a. Pengertian Matematika
Banyak orang yang menyamakan antara matematika dengan
aritmatika atau berhitung. Padahal matematika memiliki cakupan yang lebih
luas dari pada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari
matematika. Hal ini dapat dikaitkan dengan kesimpulan seorang peneliti yang
menyatakan, “Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang
disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol
(lambang) dan penalaran deduktif” (Sutawijaya, 1997: 176)
Abdurrahman (2003) berpendapat, “Matematika adalah suatu cara
untuk menemukan jawaban menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
ukuran, menggunakan pengetahuan tentang berhitung, dan yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
mengunakan hubungan-hubungan” (hlm. 252).
Ensiklopedia Indonesia mengatakan, “Istilah Matematika berasal
dari bahasa Yunani Mathematikos secara ilmu pasti, atau Mathesis yang
berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak
ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang
ditarik dari kaidah – kaidah tertentu melalui deduksi” (2005: 251).
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam
suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan
penalaran deduktif untuk menemukan jawaban menggunakan pengetahuan
tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang berhitung
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi
atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah – kaidah tertentu melalui deduksi.
b. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum
KTSP SD/ MI 2007 adalah agar peserta didik memiliki beberapa
kemampuan, yaitu:
1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep,dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah,
merancang model Matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Tujuan yang terdapat dalam pembelajaran di SD/MI tersebut, jelas
memberikan gambaran bahwa belajar tidak hanya di bidang kognitif saja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tetapi meluas pada bidang psikomotor dan efektif. Pembelajaran matematika
diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan
berfikir yang bersandar pada hakikat matematika. Sehingga diharapkan hasil-
hasil pembelajaran matematika dalam diri siswa menampakkan kemampuan
berfikir yang matematis yang bermuara pada kemampuan menggunakan
matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran matematika terdapat tujuan-tujuan pembelajaran matematika
yang diarahkan tidak hanya di ranah kognitif saja, tetapi juga meliputi afektif
dan psikomotornya. Serta diharapkan siswa dapat menerapkan matematika
dalam memecahkan masalah dikehidupan sehari-hari.
c. Teori Pembelajaran Matematika
Dasar penguasaan konsep matematika harus kuat sejak usia dini.
Setiap proses harus dilalui dengan baik sehingga pemahaman anak cukup
mendalam dan mantap. Aisyah (2007) berpendapat, “Brunner,seorang ahli
psikologi dari Universitas Harvard Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa
dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-
benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik
oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga
yang ditelitinya itu, anak akan dapat melihat langsung bagaimana keteraturan
dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya
itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan intuitif
yang telah ada pada dirinya” (hlm. 1.6)
Setyono menyatakan bahwa urutan pengenalan matematika yang
baik kepada anak-anak adalah sebagai berikut: (1) Belajar menggunakan
benda kongkret. Benda kongkret tersebut bisa dilihat, dipegang, diraba,
didengar, dan dirasakan langsung oleh pancaindera. Setiap informasi yang
masuk ke memori otak si anak akan tertancap dengan kuat karena kita
memasukkannya melalui keikutsertaan pancaindera anak-anak. Setelah itu
untuk membentuk jalur informasi yang baru terbentuk di otak, anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
memerlukan repetisi/pengulangan; (2) Belajar membuat bayangan dalam
pikiran. Jika anak sudah bisa memahami relasi suatu bilangan dengan benda
di sekitarnya barulah kita memakai gambar-gambar yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret; (3) Belajar menggunakan simbol atau
lambang Pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol
abstrak. Misalnya dalam mengenalkan anak pada konsep lambang bilangan,
bahwa angka lima bisa ditulis dengan suatu simbol atau lambang yaitu 5”
(2007:45).
Noornia dan Yurnita mengatakan bahwa “Siswa belajar
matematika dengan baik jika topik matematika disesuaikan dengan tingkat
perkembangannya dan disajikan dalam bentuk menarik dan menyenangkan”
(2008:5). Adapun tingkat perkembangan siswa yaitu mengkonstruksi benda
kongkret, pengalaman belajar yang diperoleh dari gambar atau foto, dan
memanipulasi atau menggunakan simbol.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan jika di dalam
pembelajaran matematika melalui langkah yang cukup panjang. Dimulai dari
menggunakan benda kongkret/nyata, pembentukan bayangan (visualisasi) di
otak dengan menggunakan gambar/semi kongkret, dan barulah pengenalan
simbol/lambang.
d. Operasi Hitung
Operasi hitung matematika terdiri dari empat macam, yaitu penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan perkalian.
1) Penjumlahan
Operasi hitung yang pertama yaitu penjumlahan. Mengenai
pengertian penjumlahan, Fajri dan Senja berpendapat, “Penjumlahan
berasal dari kata jumlah, merupakan kata benda yang memiliki pengertian
hasil hitungan dari banyaknya atau dengan kata lain menyatukan bilangan
sejumlah tertentu untuk mengetahui hasilnya” (2007:406).
Pendapat lain mengenai penjumlahan dikemukakan oleh
Prasetyono, “Penjumlahan merupakan operasi yang digunakan untuk
memperoleh jumlah dari dua bilangan atau lebih” (2009:261).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Glover berpendapat, “Penjumlahan adalah cara menemukan jumlah
total dua bilangan atau lebih dengan menggunakan tanda +” (2007:71)
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa penjumlahan adalah operasi hitung menjumlahkan dua buah
bilangan atau lebih ditandai dengan tanda “+”.
Contoh:
4 + 5 = 9
7 + 6 = 13
2) Pengurangan
Kita sering melakukan kegiatan sehari-hari yang berhubungan
dengan operasi hitung penguranagan. Misalnya ketika berbelanja di toko
kita menerima uang kembalian dari kasir. Mengenai pengertian
pengurangan Muhsetyo berpendapat, “Proses pemisahan dapat diartikan
sebagai pengurangan. Pengurangan ini biasanya dinyatakan dengan tanda
–” (2008:3.12).
Pendapat lain dikemukakan oleh Spiegel, “Pengurangan adalah
apabila bilangan a dikurangi bilangan b maka pengurangannya
ditunjukkan dengan a – b ” (1999:1).
Mengenai operasi hitung pengurangan Poerwadarminta
berpendapat, “Pengurangan adalah perbuatan mengurangkan atau
mengurangi” (1983:541).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengurangan adalah perbuatan mengurangi atau mengurangkan
atara bilangan a dengan bilangan b ditandai dengan tanda “-”.
Contoh:
10 – 4 = 6
18 – 5 = 13
3) Perkalian
Perkalian secara tidak langsung sering kita sering gunakan di
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya minum obat tiga kali sehari, mandi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dua kali sehari, dan sebagainya. Penjelasan mengenai arti perkalian,
Heruman berpendapat, “Prinsip perkalian sama dengan penjumlahan
berulang, sehingga kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa
sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan”
(2007:22).
Pendapat lain dikemukakan oleh Noornia dan Yurniwati,
“Perkalian merupakan operasi biner dimana terjadi kelipatan pada
bilangan itu sendiri. Bilangan yang dikalikan disebut faktor perkalian dan
hasilnya disebut hasil kali”(2008:34).
Abdurrahman berpendapat “Pada hakikatnya merupakan cara
singkat dari penjumlahan. Perkalian dalam bahasa Inggris disebut
Multiplication” (2003: 278). Menurut Poernomosidi menjelaskan bahwa
“Perkalian merupakan penjumlahan yang berulang” (2008:67).
International Journal of Advanced Engineering Sciences and
Tecnologies, Kumar and Hod say “Multiplication can be considered as a
series of repeated additions” (Perkalian dapat dianggap sebagai
rangkaian tambahan diulang).
Beberapa pendapat mengenai pengertian perkalian, dapat
disimpulkan bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang sebanyak “x”
kali, contohnya a x b = b + b + b + b… dan seterusnya sejumlah a.
Contoh 1:
4 × 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20
3 × 8 = 8 + 8 + 8 = 24
Contoh 2:
Di halaman ada 4 ekor ayam.
Berapa kaki seekor ayam?
Berapa banyak kaki 4 ekor ayam?
Penyelesaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Satu ayam memiliki 2 kaki
Banyak kaki 4 ekor ayam
2 + 2 + 2 + 2 = 8
Sama artinya 4 x 2 = …
Banyak kaki 4 ekor ayam
4 × 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 8
Perkalian bilangan satu angka dengan satu
Contoh:
3 x 1 = 1 + 1 + 1 = 3
5 x 1 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5
Jadi semua bilangan jika dikalikan satu hasilnya sama dengan bilangan
itu sendiri.
Perkalian bilangan dengan angka 0 (nol)
Contoh:
4 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 = 0
6 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 = 0
Jadi semua bilangan jika dikalikan 0 hasilnya adalah 0.
Sementara itu untuk menggambarkan angka 0 (nol) di dalam
pembelajaran harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya
jika di dalam kandang terdapat 1 kambing, kemudian kambing tersebut
keluar dari kandang untuk mencari makan, maka isi kandang itu menjadi
kosong atau nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Perkalian dengan bantuan jari-jari tangan (jarimatika)
Contoh
Hitunglah 7 × 8
Penyelesaian
7 × 8 = ....
Langkah 1: Siapkan kedua tangan dalam keadaan terbuka seperti pada
gambar.
Langkah 2: Cara menunjukkan angka 7.
Jari-jari tangan kiri dilipat dua buah.
Cara menunjukkan angka 8.
Jari-jari tangan kanan dilipat tiga buah
Langkah 3: Jari-jari yang dilipat dijumlahkan.
2 + 3 = 5 sebagai puluhan nilainya 50.
Jari-jari yang tak dilipat dikalikan
3 x 2 = 6.
Jumlahkan 50 + 6 = 56.
Jadi 7 x 8 = 56
Sifat-sifat operasi hitung perkalian
Menurut Tim Tutor (2010:95) menjelaskan bahwa sifat operasi hitung
perkalian bilangan antara lain:
a) Sifat tertutup
Artinya jika a dan b keduanya bilangan cacah maka hasil dari a × b
juga bilangan cacah. a x b = c ; a, b, c € bilangan cacah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Diketahui dua bilangan cacah 6 dan 2
6 x 12 = 12
12 adalah bilangan cacah.
b) Sifat pertukaran ( komutatif )
a x b = b x a.
5 x 4 = 4 x 5 = 20
c) Sifat Asosiatif
(a x b) x c = a x (b x c).
Misalnya 2 x 3 x 5, dapat digunakan pengelompokkan berbeda.
2 x 3 x 5 = ( 2 x 3 ) x 5 = 6 x 15 = 30 atau
2 x 3 x 5 = 2 x ( 3 x 5 ) = 2 x 15 = 30
d) Sifat Unsur identitas
Hasil perkalian bilangan bulat dengan nol hasilnya adalah bilangan
nol.
a x 0 = 0 x a = 0
1 x 0 = 0 x 1= 0
Hasil perkalian bilangan bulat dengan 1 hasilnya adalah bilangan
bulat itu juga. 1 × a = a × 1 = a
1 x 2 = 2 x 1 = 2
4) Pembagian
Operasi hitung pembagian berhubungan erat dengan pengurangan.
Mengenai hal ini, Sri Sulastri (2011) berpendapat, “Pembagian
merupakan operasi hitung matematika yang membagi suatu angka dengan
angka lainnya sehingga menghasilkan nilai tertentu yang pasti”.
Buchori berpendapat, “Pembagian merupakan pengurangan yang
berulang untuk bilangan yang sama” (2008:146). Purnomosidi
berpendapat, “Pembagian merupakan kebalikan dari perkalian”
(2008:75). Misalnya:
a : b = c, maka untuk mencari nilai a dapat dengan cara c x b = a
6 : 2 = 3, maka untuk mencari niali 6 dapat dengan cara 3 x 2 = 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Glover berpendapat, “Pembagian berarti mencari barapa banyak
suatu bilangan dapat dibagi habis dengan bilangan lainnya. Simbol untuk
pembagian adalah tanda titik dua (꞉)” (2006:20).
Beberapa pendapat mengenai pembagian di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembagian merupakan pengurangan yang berulang
untuk bilangan yang sama atau dengan cara membagi suatu angka dengan
angka lainnya dan merupakan kebalikan dari perkalian.
Contoh:
24 : 6 = 4, karena 24 – 6 – 6 – 6 – 6 = 0. Banyaknya angka 6 ada 4.
35 : 7 = 5, karena 35 – 7 – 7 – 7 – 7 – 7 = 0. Banyaknya angka 7 ada 5.
3. Hakikat Model Quantum
a. Pengertian Model Quantum
Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah
pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching. Menurut
Bobby De Porter menyatakan, “Quantum Teaching sendiri berawal dari
sebuah upaya Dr Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang
bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil belajar” (2005: 11).
Menganalisis dari namanya, sebenarnya penggunaan istilah Quantum
dalam Quantum Teaching ini berasal dari konsep persamaan Fisika Quantum
yang dikembangkan oleh Isac Newton. Kata Quantum sendiri berarti interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya. Melalui teori yang
dikembangkannya, Isac Newton membuat rumus yang sangat populer, yakni:
Konsep di atas apabila dikaitkan dengan Quantum Teaching bisa
dimaknai sebagai berikut:
Keterangan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses
pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap
efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.
Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Quantum Teaching adalah penciptaan lingkungan belajar yang
efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan
belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Quantum Teaching
adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar
momen belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-
interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya
yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. (Porter, 2005)
Menurut Sugiyanto berpendapat, “Quantum menekankan pentingnya
peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan
optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran” (2009:74).
Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa quantum
teaching adalah penciptaan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara
mengorkestrasikan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar
momen belajar efektif salah satunya yaitu peranan lingkungan yang
menyenangkan sehingga dapat mempengaruhi kesuksesan siswa. Siswa kelas
dua SD dalam belajar matematika mulailah dari pengenalan benda kongkrit
yang menarik minat siswa. Selain itu guru juga menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan, misalnya belajar bisa diiringi dengan musik,
formasi tempat duduk yang berubah.
b. Asas Utama Model Quantum
Suatu model pembelajaran pasti mempunyai asas tindakkan sebelum
menerapkan model tersebut. Begitu pula pada model quantum. Menurut
Porter (2005) berpendapat, “Model quantum Teaching mempunyai asas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
utama: Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke
Dunia Mereka” (hlm. 6).
Sementara itu Anitah berpendapat, “Asas utama pembelajaran
Quantum Teaching adalah Bawalah Dunia Siswa ke Dunia Kita dan Antarkan
Dunia Kita ke Dunia Siswa. Semakin jauh guru memasuki dunia peserta
didik, semakin jauh pula pengaruh yang diberikan” (2009:77).
Jadi dari dua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapat
dari sumber satu dan sumber dua sama, yaitu asas utama Quantum Teaching
adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke
Dunia Mereka”. Maksud asas : “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan
Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” mengingkatkan kita pada pentingnya
memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak
mengajar, pertama-tama harus membangun jembatan autentik untuk
memasuki kehidupan murid.
Kita dapat mengaitkan apa yang kita ajarkan dengan sebuah
peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh murid dari kehidupan rumah,
sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan
terbentuk kita dapat membawa mereka kedalam dunia kita, dan memberi
mereka pemahaman kita mengenai isi dunia ini. Dengan jalan ini kita akan
mudah membelajarkan murid baik dalam bentuk memimpin, mendampingi,
dan memudahkan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang
lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik kita maupun
mereka akan memperoleh pemahaman baru. Ini berarti dunia mereka
diperluas, dan dunia kita diperluas. Disinilah antara dunia kita dan mereka
akan menjadi dunia bersama.
Carilah kesukaan para siswa, setelah itu guru dituntut kreatif untuk
memodifikasi dari apa yang disukai siswa tersebut untuk dapat menjadi
pengalaman belajar yang menyenangkan. Misalnya pengenalan matematika
dimulai dari benda kongkrit. Gunakan benda kongkrit yang dapat menarik
minatr dan perhatian siswa. Dapat juga ketika anak gemar bermain ular
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tangga, guru dapat memodifikasi ular tangga menjadi suatu permainnan yang
berisi soal-soal perkalian matematika di setiap nomornya.
c. Prinsip Quantum
Pembelajaran quantum dibangun diatas prinsip-prinsip atau diatas
aturan aksi mengenai pembelajaran dan pembelajar. Porter (2005:7)
menyatakan bahwa Quantum Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran
tetap. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1) Segalanya berbicara
Artinya segala dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, rancangan
pelajaran semua mengirimkan pesan tentang belajar.
2) Segalanya bertujuan
Artinya semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai tujuan.
3) Pengalaman sebelum pemberian nama
Artinya proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah
mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa
mereka mempelajarinya. Itu dikarenakan otak kita berkembang pesat
dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa
ingin tahu.
4) Akui setiap usaha
Artinya pada saat siswa belajar, mereka patut mendapat pengakuan
atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka karena belajar berarti
berani melangkah keluar dari kenyamanan.
5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Artinya perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan
meningkatkan sikap positif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Sejalan dengan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Quantum Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap dan prinsip-
prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek quantum teaching.
d. Kerangka Rancangan Pembelajar Model Quantum (TANDUR)
Penerapan model quantum memiliki kerangka rancangan
pembelajaran yaitu TANDUR. Dalam International Journal for Educational
Studies, 4(1) 2011 mengatakan bahwa “Quantum model of learning is one
used as a guide in planning and executing classroom learning which include
the stategy called, in indonesian language, TANDUR” (model pembelajaran
quantum adalah salah satu digunakan sebagai panduan dalam merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran kelas yang meliputi stategi disebut, dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
bahasa indonesia bahasa, TANDUR). Menurut Sugiyanto berpendapat,
“Konsep kata TANDUR merupakan akronim dari Tumbuhakan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan” (2009:83). Mengingat bahwa
segalanya “berbicara,” maka AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku) harus betul-
betul dilaksanakan sebagaimana seharusnya, yaitu menghasilkan pengaruh
positif bagi keberlangsungan minat siswa dalam belajar.
Kerangka Rancangan Pembelajar Model Quantum (TANDUR)
adalah sebagai berikut:
1) T : Tumbuhkan
Tumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya
Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. Sertakan diri
mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan mereka. Buatlah mereka
tertarik atau penasaran tentang materi yang akan kita ajarkan. Apersepsi,
menarik perhatian siswa, memfokuskan perhatian siswa caranya tidak
harus dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari materi
sebelumnya, namun caranya dapat bermacam-macam, seperti cerita
menarik, penyajian gambar atau media yang menarik, penyajian peta
konsep, dan sebagainya. Sedangkan jika dengan menulis tujuan
pembelajaran pada awal sekali, sering kali hasilnya kurang optimal
dalam usaha menarik perhatian belajar siswa.
Garis besar tujuan “Tumbuhkan” adalah memberi kebermaknaan
yang cepat dan mudah dipahami siswa. Jika pada menit-menit pertama
mereka datang ke kelas dan tampaknya kurang tertarik, kita harus
merefleksikan pengalaman tersebut. Mengatur hasil akan menciptakan
AMBAK (Apa Manfaat Bagiku) dan minat belajar, guru dapat
melakukan dengan mudah seraya menyertakan siswa seraya menyertakan
siswa sekaligus tetap menyimpan kejutan dalam belajar. Misalnya :
“Diakhir jam pelajaran ini, kita akan sudah berkelana ke suatu tempat
bertemu dengan pemuda berani yang mirip dengan kalian, dan belajar
cara menghadapi tantangan dan rasa takut”. Kalimat ini pasti lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menarik perhatian siswa dibandingkan dengan “Hari ini kita akan
membaca cerita pendek mengenai seorang siswa di Jepang”.
2) A : Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua peserta didik. Seorang guru dalam memberikan ilmu harus dapat
memberikan pengalaman belajar bagi siswa-siswanya sehingga akan
bermanfaat dapat meningkatkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
Pengalaman menciptakan ikatan emosional dan dengan
pengalaman dapat membangun keingintahuan siswa, memunculkan
pertanyaan-pertanyaan “Mengapa? Bagaimana? Apa? Jadi?” pada benak
mereka,dan membuat penasaran. Dengan adanya pengalaman guru
menyajikan informasi yang abstrak menjadi kongkrit. Pengalaman ini
akan lebih berkesan dan dengan pengalaman yang dialami sendiri oleh
siswa, siswa akan mudah mengingatnya.
3) N : Namai
Sedikan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah
masukkan. Berikan “data” tepat saat minat memuncak mengenalkan
konsep-konsep pokok dari mata pelajaran. Setelah mereka melalui tahap
pengalaman, di mana dengan pengalaman itu dapat membangun
keingintahuan siswa dan membuat mereka penasaran, kemudian peran
kita adalah untuk memberinya nama atas pengalaman tersebut.
Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan
identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan dibangun di atas
pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Dalam penamaan adalah
saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berfikir, dan stategi
belajar. Strategi yang bisa digunakan oleh guru antara lain dengan
menggunakan susunan gambar, poster di dinding, jembatan keledai, dan
sebagainya agar panamaan tersebut menarik siswa serta melekat pada
ingatannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4) D : Demostrasikan
Sediakan kesempatan bagi mereka untuk “menunjukkan bahwa
mereka tahu”. Guru harus memberi peluang untuk menerapkan
pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain, yaitu dalam
masalah yang lebih riil, sekaligus memberikan kesempatan kepada
mereka untuk menunjukkan tingkat pemahaman atau penguasaan mereka
terhadap materi yang telah dipelajari.
Strategi yang bisa digunakan oleh guru antara lain dengan cara
mempraktekkan sandiwara, membuat puisi, menyusun laporan,
menyelesaikan kasus atau persoalan, menganalisis data, dan sebagainya.
5) U : Ulangi
Rekatkan gambaran keseluruhannya. Pengulangan berfungsi untuk
memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku tahu bahwa aku
tahu ini!”. Guru bisa memberikan permainan untuk tahap ini. Permainan
ini mengemas materi yang telah dipelajari dan disajikan dalam bentuk
permainan yang dapat menarik siswa. Cara lain antara lain dengan
mengisi daftar isian ”aku tahu bahwa aku tahu”.
6) R : Rayakan
Tahap “Rayakan” berlaku ketentuan “jika layak dipelajari, maka
layak pula untuk dirayakan”. Perayaan memberikan rasa penghormatan
usaha, ketekunan, dan kesuksesan mereka dan akhirnya dapat
memberikan kepuasan dan kegembiraan. Kondisi akhir pembelajaran
yang menyenangkan dapat membuat siswa bergairah untuk belajar lebih
lanjut. Strategi yang bisa kita lakukan adalah dengan pujian, bernyanyi
bersama, pemberian reward berupa tepukan, pesta kelas, dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
TANDUR merupakan akronim dari Tumbuhakan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Setiap kata –kata tersebut mempunyai
cara penerapan yang berbeda-beda dalam pembelajaran, tetapi semuanya itu
saling berkesinambungan dan saling berpengaruh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Penerapan TANDUR dalam pembelajaran matematika pokok
bahasan perkalian misalnya Tumbuhkan: dengan menyanyi. Lagu yang
dinyanyikan adalah lagu yang berkaitan dengan pokok bahasan yang akan
diajarkan. Alami: mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa di
dalam resep dokter menuliskan 3 x 1? Apa maksudnya? Namai: setelah anak
mengetahui jawabannya, mulailah tahap panamaan bahwa perjumlahan
berulang disebut dengan perkalian. Demontrasi: empat anak dapat maju
sebagai model peraga sedangkan anak-anak yang lain menghitung jumlah
tangan semua anak yang maju secara bersama-sama. Ulangi : guru bisa
mengulangi materi pelajaran dengan permainan tongkat pintar, permainan
ular tangga pintar, atau kuis cerdas cermat. Rayakan: guru memberikan
penghargaan bagi siswa yang benar dalam menjawab pertanyaan.
e. Prinsip 8 Kunci Keunggulan
Suatu pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus
berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran
perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu,
keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi
pembelajaran.
Porter (2005) menyatakan, “delapan prinsip keunggulan yang juga
disebut delapan kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran”
(hlm.48). Delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut.
1) Terapkanlah Hidup dalam Integritas
Pembelajaran haruslah bersikaplah apa adanya, jujur, tulus, dan
menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.
2) Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan
Pembelajaran harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau
kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan
untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil.
3) Berbicaralah dengan Niat Baik
Pembelajaran perlu mengembangkan keterampilan berbicara dalam
arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan
langsung.
4) Hidup di Saat Ini
Pusatkan perhatian pada saat sekarang ini, dan manfaatkan waktu
sebaik-baiknya. Kerjakan setiap tugas sebaik mungkin.
5) Tegaskanlah Komitmen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Suatu pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus
memenuhi janji dan kewajiban
6) Tanggung Jawab
Suatu pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab
tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
7) Bersikap Luwes atau Fleksibel
Bersikaplah terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru yang
dapat membantu kita memperoleh hasil yang diinginkan.
8) Pertahankanlah Keseimbangan
Jaga keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa. Sisihkan waktu untuk
membangun ketiga bidang ini.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam
pembelajaran Quantum terdapat delapan kunci keunggulan. Maksud dari
kunci-kunci tersebut adalah untuk di terapkan dalam pembelajaran. Mulailah
dari memberikan keteladanan kepada siswa. Dengan diterapkannya delapan
kunci keunggulan ini selain dari pembelajaran akan berjalan lancar,akan
berdampak juga pada sifat mereka di lingkungannya dan delapan kunci
keunggulan ini akan menjadi bagian dari hidup mereka.
B. Penelitian Relevan
Menurut peneliti, ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan
penelitian ini diantaranya :
1. Pamungkas Stiya Mulyani (2011) dalam penelitiannya berjudul “Peningkatan
Keterampilan Menyelesaikan Soal Bercerita tentang Bangun Datar Melalui
Model Pembelajaran Quantum Learning pada Siswa Kelas V SD N 01
Kaliwiro Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2010/2011” menjelaskan
bahwa pembelajaran dengan model quantum dapat meningkatkan
keteramppilan menyelesaikan soal cerita tentang bangun datar pada siswa kelas
V SD N 01 Kaliwiro Kabupaten Wonosobo. Pada pra tindakan nilai rata-rata
kelas 60,51% dengan presentase ketuntasan mencapai 44,82%. Pada siklus I
nilai rata-rata kelas mencapai 63,10% dan presentase ketuntasan meningkat
menjadi 62,93%. Sementara pada siklus II mengalami peningkatan nilai rata-
rata kelas mencapai 67,93 dengan presentase ketuntasan mencapai 80,17%.
2. Agung Susanto (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan
Metode Quantum Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V
SD N Ngoresan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011” menjelaskan bahwa
dari hasil penelitian selama 2 siklus yang terdiri dari 4 kali pertemuan, metode
quantum learning dapat meningkatkan pemahaman materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia pada pembelajaran IPS di kelas V SD N Ngoresan
Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan ini
dapat terlihat pada kenaikan prosentase pencapaian nilai dari sebelum tindakan
penelitian sampai pada setiap siklusnya. Tingkat ketuntasan belajar sebelum
diadakan tindakan hanya mencapai 15,78%. Setelah diadakan penelitian,
ketuntasan hasil belajar siklus I mencapai 74,50%. Dan setelah dilaksanakan
siklus II ketuntasan hasil belajar mencapai 92,15%.
C. Kerangka Berfikir
Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang,
yaitu aritmatika, aljabar, dan geometri. Aritmatika adalah cabang matematika
yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan - bilangan nyata dengan
perhitungan, terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Pada kondisi awal materi perkalian dianggap para siswa kelas II SD N
3 Urutsewu sebagai pokok bahasan yang sulit. Terbukti dari kemampuan
berhitung perkalian siswa yang rendah. Sehingga masih banyak siswa yang
mendapat nilai matematika di bawah KKM.
Tindakan upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah
tersebut adalah dengan menerapkan model quantum. Dengan model quantum akan
tercipta suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran tersebut, sehingga
diharapkan akan menimbulkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.
Pembelajaran quantum berlaku asas TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasi, Ulangi, Rayakan). Quantum sebagai salah satu model pembelajaran
inovatif yang memiliki kelebihan-kelebihan dibanding model pembelajaran yang
lainnya. Kelebihan quantum antara lain cocok untuk semua mata pelajaran, dapat
diterapkan kepada pembelajar dari usia 9 sampai 24 tahun, juga dapat
meningkatkan daya serap siswa asal suasana kelas yang ada telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dikondisikan. Model quantum dirancang untuk membantu guru dalam
melaksanakan pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip belajar menyenangkan.
Perbedaan tindakan antar siklus diharapkan dapat memaksimalkan ketercapaian
indikator kinerja, yaitu siswa yang mencapai nilai di atas KKM sebesar ≥ 85%.
Kondisi akhir diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran
quantum dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dan mempermudah siswa
dalam menyerap materi pembelajaran sehingga hasil belajar matematika pokok
bahasan operasi hitung siswa kelas II SD N 3 Urutsewu akan meningkat. Selain
itu dengan penerapan model quantum dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
kelas II SD N 3 Urutsewu. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dinyatakan pada
gambar 2.1berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang ada maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
1. Dengan menerapkan model quantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pokok bahasan operasi hitung khususnya perkalian pada siswa kelas II SD N 3
Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru masih
menggunakan model
konvesional,
menerapkan metode
ceramah dan belum
menggunakan
media/alat peraga.
Hasil belajar matematika pokok
bahasan operasi hitung siswa kelas II
SDN 3 Urutsewu masih rendah.
Aktivitas belajar siswa juga rendah.
Guru menerapkan model
quantum pada mata
pelajaran matematika
pokok bahasan operasi
hitung
Siklus I
Guru menggunakan media
wayang-wayangan, media balok
kecil, kartu bilangan,.
Pembelajaran dengan
menggunakan metode Make a
match, talking stick.
Dengan menerapkan
model quantum pada
mata pelajaran
matematika pokok
bahasan operasi hitung,
hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa
meningkat .
Siklus II
Penggunaan media wayang-
wayangan, media balok kecil,
kartu bilangan, ular tangga
pintar, speaker. Pembelajaran
dengan metode diskusi
kelompok dan game. Dalam
pembelajaran diselingi dengan
lagu anak-anak dan musik klasik.
Indikator kecapaian kinerja pada
siklus II adalah siswa yang
mencapai KKM 85%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Dengan menerapkan model quantum dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pokok bahasan operasi hitung khususnya perkalian pada siswa kelas
II SD N 3 Urutsewu Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SD N 3 Urutsewu. Peneliti
memilih SD N 3 Urutsewu didasarkan atas pertimbangan hasil belajar matematika
khususnya dalam materi operasi hitung siswa kelas II masih rendah. Selain itu
peneliti sudah mengetahui kondisi di SD N 3 Urutsewu dan sudah terjalin
hubungan kedekatan dengan pihak sekolah, dengan kondisi ini diharapkan dapat
memperlancar kegiatan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012,
penelitian ini dilaksankan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012.
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Januari
2012
Februari
2012
Maret
2012
April
2012
Mei
2012
Juni
2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan dan
pengajuan proposal
3. Seminar proposal
4. Pelaksanaan siklus I
5. Pelaksanaan siklus II
6. Pengolahan data dan
penyusunan laporan
7 Ujian Skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD N 3 Urutsewu
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Dengan
jumlah siswa sebanyak 29, yang terdiri dari 15 laki-laki dan 14 perempuan.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research). Menurut Suharsimi Arikunto dkk (2008), berpendapat “Penelitian
tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, berkerja sama dengan
peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang bertindak sebagai peneliti) dikelas
atau sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses praktis pembelajaran” (hlm. 58).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran
si kelas. Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata
dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung
dalam interaksi antara guru dengan siswa di dalam pembelajaran.
2. Strategi penelitian
Penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Suharsimi Arikunto
dkk (2008:16) menyatakan bahwa PTK terdiri dari empat tahap, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
C. Data dan Sumber Data
Data adalah hasil peralatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun
angka ( Suharsimi Arikunto. 2006 : 91 ). Jenis data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah :
1. Data Kualitatif yang berupa berupa daftar nama siswa kelas II dan hasil
dokumentasi serta dokumen yang berisi kurikulum yaitu Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Data Kuantitatif yang berupa daftar nilai siswa sebelum dan sesudah
dilaksanakan penelitian.
Sedangkan untuk sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain meliputi:
1. Sumber data primer yaitu siswa, guru, Kepala sekolah atau pihak lain yang
berhubungan
2. Sumber data sekunder yaitu dokumen data nilai ulangan matematika pokok
bahasan operasi hitung perkalian dan arsip pendukung penelitian seperti
silabus dan daftar kelas II
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Teknik atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini meliputi:
1. Observasi
Data yang diperoleh peneliti melalui observasi terdiri dari dua data,
yaitu data yang langsung menelaah dokumen dan data yang melalui observasi
terlebih dahulu . Menurut Sanjaya (2011:86) menyatakan bahwa observasi
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian
yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-
hal yang akan diamati atau diteliti.
Observasi yang dilakukkan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah observasi partisipasi, dimana peneliti berperan aktif dan terlibat
langsung dalam kegiatan sehari-hari subjek yang sedang diamati. Observasi
dilakukan di SD N 3 Urutsewu untuk mengetahui persiapan, perhatian,
aktifitas, dan prestasi atau hasil belajar matematika siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model quantum.
Pembelajaran matematika di SD N 3 Urutsewu berlangsung konvensional,
tanpa menggunakan media, sehingga antusias siswa dalam belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Dokumen
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pula pada arsip
atau dokumen yang ada. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu (Sugiyono. 2009:329).
Penelitian tindakan kelas ini peneliti mengumpulkan beberapa
dokumen yang ada sebelum melakukan penelitian. Dokumen tersebut antara
lain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam bentuk Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pengumpulan data yang
diperlukan dalam penelitian ini juga diperoleh melalui daftar nilai ulangan
Matematika pokok bahasan operasi hitung perkalian.
3. Wawancara
Untuk menunjang keabsahan data, peneliti juga mengumpulkan
data dengan teknik wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti. Sanjaya (2011:96) berpendapat bahwa
“wawancara atau interviu dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data
dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui
saluran media tertentu”. Wawancara ini nanti yang akan digunakan untuk
mengecek kebenaran data/informasi yang diperoleh dengan cara lain. Selain
itu, wawancara bisa memungkinkan data yang diperoleh lebih luas, bahkan
bisa memunculkan sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah, Guru kelas II dan
siswa kelas II SD N Urutsewu. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh
informasi mengenai kondisi sekolah, kondisi siswa kelas II SD N 3 Urutsewu,
serta menggali informasi yang berkaitan dengan pembelajarn dan peningkatan
hasil belajar matematika pokok bahasan operasi hitung khususnya perkalian
sebelum dan sesudah memakai model pembelajaran Quantum.
4. Tes
Peneliti menggunakan teknik tes untuk menguji peningkatan hasil
belajar matematika pokok bahasan operasi hitung perkalian pada siswa kelas
II SD N 3 Urutsewu. Bentuk tes yang digunakan peneliti berupa tes uraian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yang mencakup materi operasi hitung perkalian. Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto. 2010:193)
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh tingkat
pencapaian keberhasilan hasil belajar siswa SD N 3 Urutsewu dalam pokok
bahasan operasi hitung khususnya perkalian. Selain itu diharapkan dengan
adanya tes dapat digunakan sebagai untuk mengidentifikasi kelemahan atau
kekurangan peneliti dalam menerapkan model quantum.
E. Validitas Data
Data yang diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data di dalam
penelitian harus valid. Sehingga data-data tersebut haruslah di uji keabsahannya
atau kebenarannya dengan menggunakan uji validitas. Menurut Sugiyono (2009)
mengatakan, “Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi
pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah” (hlm. 363).
Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan trianggulasi,
artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali
dari beberapa sumber data yang berbeda. Selain menggunakan trianggulasi, dalam
penelitian ini juga menggunakan validitas isi untuk mengukur valid tidaknya hasil
belajar siswa.
1. Trianggulasi
Peneliti menggunakan dua teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber data dan
triangulasi metode
a. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data dapat dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono. 2009:373).
Pada penelitian ini, peneliti membandingkan dan mengecek data atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
informasi mengenai hasil belajar matematika pokok bahasan operasi hitung
khususnya perkalian yang diperoleh dari guru kelas II, Kepala Sekolah SD
N 3 Urutsewu, dan siswa kelas II SD N 3 Urutsewu. Dari sumber data yang
berbeda-beda ini, data sejenis dapat teruji kemantapan dan kebenarannya.
b. Triangulasi Metode atau Teknik
Triangulasi metode dapat dilakukan dengan cara mengecek data
yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda (Sugiyono.2009:373). Metode
dalam penelitian ini berupa observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi.
Berbagai metode yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk
menggali data mengenai hasil belajar matematika pokok bahasan operasi
hitung khususnya perkalian pada siswa kelas II di SD N 3 Urutsewu.
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa
wawancara terhadap guru kelas II SD N 3 Urutsewu untuk memperoleh data
tentang hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan operasi hitung
khususnya perkalian. Selanjutnya data yang telah diperoleh diuji dengan
pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik tes, observasi dan
dokumentasi pada kegiatan pembelajaran matematika pokok bahasan
perkalian pada siswa kelas II SD N 3 Urutsewu. Dalam penyusunan
instrumen tes disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran. ini
merupakan cara memvalidkan instrumen tes.
2. Validitas Isi
Untuk instrumen tes juga harus diuji validitasnya. Sugiyono
(2009:176) mengatakan bahwa instrumen yang harus mempunyai validitas
isi adalah instrumen yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk
mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program
dan tujuan.
Beberapa data yang diperoleh dengan teknik pengumpulan data yang
berbeda tersebut, hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar
diperoleh data yang lebih kuat validitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dalam proposal. Menurut Suharsimi Arikunto menyatakan, “Analisis
data yaitu yang menjelaskan bagaimana data yang diperoleh tersebut dianalisis
untuk mengetahui hasil akhir” (2008:39).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman. Sugiyono menyatakan, “Model analisis
Miles dan Huberman mempunyai tiga model kegiatan, yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data(data display), dan penarikan kesimpulan/verifikasi
(conclusion drawing/verification)” (2009:337).
Model interaktif dalam analisis data dapat ditunjukkan pada gambar 3.1
sebagai berikut:
Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data (interaktif model)
Miles dan Huberman
G. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas secara garis besar melalui tahapan-tahapan.
Menurut Suharsimi Arikunto et al (2008:16) menyatakan bahwa prosedur
penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan
Pengumpulan
data
Reduksi
data
Penarikan
kesimpulan/verifikasi
Penyajian
data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(planning); (b) pelaksanaan atau tindakan (action); (c) pengamatan (observing);
dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau
peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Prosedur Penelian
dapat dinyatakan pada gambar 3.2 sebagai berikut:
Gambar 3.2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Suharsimi Arikunto (2008:16)
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
Rancangan Siklus I
a. Perencanaan
1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi,
dokumentasi, dan wawancara kepada pihak yang bersangkutan.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai jadwal
pelajaran dan menyiapkan materi perkalian untuk siklus I dengan
model quantum. Meskipun dilakukan secara tematik dengan mata
pelajaran lain, penelitian ini tetap memfokuskan pada mata pelajaran
Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
matematika. Materi yang akan dipelajari adalah mengenai operasi
hitung khususnya perkalian.
3) Menentukan dan membuat media pembelajaran.
4) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan.
5) Menyiapkan alat-alat yang mendukung terciptanya suasana
pembelajaran quantum.
b. Tindakan
Pertemuan 1
1) Tumbuhkan: guru memulai apersepsi dengan menggunakan cerita
dan menggunakan media wayang-wayangan.
2) Alami: guru mendemonstrasikan operasi hitung perkalian dengan
menggunakan media gambar yang tidak diproyeksikan berupa tiga
gambar kancil.
3) Namai : setelah memperhatikan penjelasan, siswa dapat memahami
perkalian adalah penjumlahan berulang.
4) Demonstrasikan: siswa mendemonstrasikan kedepan operasi hitung
perkalian dengan menggunakan media nyata balok kecil.
5) Ulangi : siswa dibimbing guru melakukan permainan “make a
match” bilangan dan perkalian bilangan.
6) Kegiatan evaluasi dengan cara siswa mengerjakan soal evaluasi
individu.
7) Rayakan: setelah pembelajaran selesai guru dan siswa menyanyikan
sebuah lagu dan pemberian bintang bagi siswa yang benar dalam
permainan make a match.
Pertemuan 2
1) Tumbuhkan: guru memulai apersepsi dengan menyanyikan lagu uji
konsentrasi “saya sadar saya siap”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Alami: guru bertanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan sehari-
hari (soal cerita) yang ada hubungannya dengan operasi hitung
perkalian.
3) Namai : setelah memperhatikan penjelasan, siswa dapat memahami
perkalian adalah penjumlahan berulang.
4) Demonstrasikan: siswa kedepan untuk mendemonstrasikan cara
penyelesaian soal cerita operasi hitung perkalian dengan
menggunakan media yaitu piring dan buah jeruk.
5) Ulangi : siswa dibimbing guru melakukan permainan “tongkat
pintar”.
6) Kegiatan evaluasi dengan cara siswa mengerjakan soal evaluasi
individu.
7) Rayakan: setelah pembelajaran selesai guru dan siswa menyanyikan
sebuah lagu dan pemberian bintang bagi siswa yang benar dalam
permainan make a match.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah
aktivitas ketika mengikuti pembelajaran matematika dengan
menggunakan model quantum. Tahap ini dilakukan pada proses
pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi
diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam beberapa aspek
indikator untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Hasil analisis data dari siklus I digunakan sebagai acuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam
meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa kelas II SD Negeri
3 Urutsewu melalui penerapan model quantum. Dalam penelitian ini
refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil kemampuan siswa
mengenai hitung perkalian berdasarkan hasil tes dan observasi langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kelemahan yang timbul pada siklus satu akan disempurnakan pada
siklus berikutnya. Selain itu, hasil analisis data yang dilaksanakan dalam
tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus
berikutnya.
Rancangan Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan pada siklus I, dalam siklus pertama indikator
indikator yang akan dicapai masih belum tercapai untuk mendapatkan hasil
yang sesuai diharapkan diulangi lagi pada siklus II. Adapun rincian tahapan
pada siklus II diuaraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada tahap sebelumnya dan penetapan alternatif
pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan model quantum.
2) Setelah mencari penyelesaian masalah pada siklus 1 kemudian
pembuatan RPP.
3) Menentukan dan membuat media pembelajaran.
4) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan.
b. Tindakan
Pertemuan 1
1) Tumbuhkan: guru memulai apersepsi dengan menyanyikan uji
konsentrasi “saya sadar saya siap” dan menyanyikan lagu “aturan
minum obat”.
2) Alami: guru mendemonstrasikan operasi hitung perkalian dengan
menggunakan media gambar yang tidak diproyeksikan berupa
gambar 3 keranjang apel yang masing-masing keranjang berisi 4
buah apel.
3) Namai : setelah memperhatikan penjelasan, siswa dapat memahami
perkalian adalah penjumlahan berulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4) Demonstrasikan: siswa mendemonstrasikan kedepan operasi hitung
perkalian dengan menggunakan media nyata balok kecil berwarna
warni.
5) Ulangi : siswa secara berkelompok dibimbing guru melakukan
permainan kelompok “gerak patung” sambil menyusun perkalian
bilangan. Disini guru menggunakan musik anak-anak sebagai
pengiringnya.
6) Kegiatan evaluasi dengan cara siswa mengerjakan soal evaluasi
individu dengan diiiringi music klasik “Johann Pachelbel Canon in
D Major fantastic version_ classical music”.
7) Rayakan: setelah pembelajaran selesai guru dan siswa berjoget ria
dan bertepuk tangan.
Pertemuan 2
1) Tumbuhkan: guru memulai apersepsi dengan menyanyikan lagu
“aturan minum obat”
2) Alami: guru bertanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan sehari-
hari yang ada hubungannya dengan operasi hitung perkalian.
3) Namai : setelah memperhatikan penjelasan, siswa dapat memahami
perkalian adalah penjumlahan berulang.
4) Demonstrasikan: beberapa siswa ke depan untuk mendemonstrasikan
operasi hitung perkalian.
5) Ulangi : siswa dibimbing guru melakukan permainan “ular tangga
pintar” dan diselingi lagu anak-anak yang ceria.
6) Kegiatan evaluasi dengan cara siswa mengerjakan soal evaluasi
individu diiringi dengan musik klasik “Johann Pachelbel Canon in
D Major fantastic version_ classical music”.
7) Rayakan: setelah pembelajaran selesai guru dan siswa bertepuk
tangan bergembira dan menyanyikan lagu “di sini senang di sana
senang”.
c. Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah
aktivitas ketika mengikuti pembelajaran matematika dengan
menggunakan model quantum. Tahap ini dilakukan pada proses
pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi
diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam beberapa aspek
indikator untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD N 3 Urutsewu dalam pokok
bahasan perkalian. Sasaran keberhasilan keberhasilan siklus II adalah
85% siswa meningkat hasil belajarnya.
H. Indikator Kinerja
Indikator Kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian.
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar pada
siswa kelas II SD N 3 Urutsewu dengan menerapkan model quantum. Pencapaian
indikator kinerja dalam penelitian ini 85 % dari jumlah siswa telah mencapai
KKM yang telah ditetapkan. Adapun nilai KKM mata pelajaran matematika
adalah sebesar 60.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan observasi
terhadap proses pembelajaran matematika khususnya dalam pokok bahasan
operasi hitung perkalian pada siswa kelas II SD Negeri 3 Urutsewu. Jumlah murid
kelas II di SD Negeri 3 Urutsewu adalah 29 siswa dengan jumlah siswa laki-laki
15 dan jumlah siswa perempuan 14. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi awal serta permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran
matematika di SD tersebut.
Pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa: (1)
Guru masih menggunakan metode ceramah saja, sehingga hanya tercipta
komunikasi satu arah; (2) Pembelajaran tidak disertai dengan penggunaan media
yang menarik sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran; (3)
Peserta didik hanya diminta mencatat dan mengerjakan soal; (4) Pembelajaran
yang dilaksanakan tidak menciptakan suasana yang gembira bagi siswa; (5) Hasil
belajar matematika khususnya pokok bahasan operasi hitung perkalian yang
rendah.
Berdasarkan hasil pre tes, dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 78 dapat
dikatakan bahwa hasil belajar matematika pokok bahasan operasi hitung perkalian
masih rendah. Adapun tabel hasil pre tes siswa pada pra siklus dapat dilihat pada
tabel 4.1 berikut ini
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pre Tes Siswa Kelas II pada
Pratindakan
Interval Median Frekuensi %
Relatif Komulatif
15-27 21 3 10,3 10,3
28-40 34 5 17,3 27,6
41-53 47 7 24,1 51,7
54-66 60 6 20,7 72,4
67-79 73 4 13,8 86,2
80-92 86 4 13,8 100,0
Jumlah 29 100,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 4.1. di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram pada gambar 4.1 seperti
dibawah ini
Gambar 4.1 Histogram Nilai Pre Tes Matematika Pokok
Bahasan Operasi Hitung Perkalian pada Pratindakan
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat dinyatakan bahwa nilai hasil
tes siswa yang menyelesaikan soal perkalian sebelum dilakukan tindakan siklus
menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas adalah 53,7, dengan nilai terendah 15
dan nilai tertinggi 90. Nilai KKM Matematika kelas II semester 2 ini adalah 60.
Dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 15-27 sebanyak 2 siswa atau
10,3%. Siswa yang memperoleh nilai 28-40 sebanyak 5 siswa atau 17,3%. Siswa
yang memperoleh nilai 41-53 sebanyak 7 siswa atau 24,1%. Siswa yang
memperoleh nilai 54-66 sebanyak 6 siswa atau 20,7%. Siswa yang memperoleh
nilai 67-79 sebanyak 4 siswa atau 13,8%. Siswa yang memperoleh nilai 80-92
sebanyak 4 siswa atau 13,8%.
Menurut data pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
mendapatkan nilai di bawah KKM adalah 17 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang
mendapatkan nilai di atas KKM adalah 12 siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa
jumlah siswa yang telah tuntas mencapai KKM adalah 41,4% dan 58,6%
3
5
7
6
4 4
0
1
2
3
4
5
6
7
8
FREK
UEN
SI
INTERVAL NILAI
15-27 28-40 41-53 54-66 67-79 80-92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
merupakan persentase jumlah siswa yang belum tuntas mencapai KKM. Hal ini
dapat diartikan bahwa, hasil belajar matematika pokok bahasan operasi hitung
siswa kelas II semester 2 masih tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya mengenai
nilai siswa pada tes, dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 78 Rekapitulasi Nilai
Pre Tes Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Perkalian. Pada lampiran
tersebut, tertulis rata-rata kelas adalah 53,7.
Perolehan hasil tes awal pokok bahasan perkalian menunjukkan bahwa
hasil nilai tersebut masih rendah dan banyak siswa yang belum dapat mencapai
KKM, maka dari itu diperlukan suatu usaha peningkatan pembelajaran agar hasil
belajar siswa dapat meningkat. Usaha yang dilakukan adalah menerapkan model
Quantum dalam mengajarkan materi pokok perkalian pada siswa kelas II SD
Negeri 3 Uruitsewu sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
pada pelajaran matematika pokok bahasan operasi hitung perkalian.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Siklus 1
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan
terdiri atas tiga jam pelajaran ( 3 x 35 menit ) yang dilaksanakan selama satu
minggu yakni tanggal 9 dan 11 April 2012. Adapun tahapan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Peneliti dan guru kelas II mendiskusikan rencana tindakan yang
akan dilakukan dalam pelaksanaan tindakan. Rencana tindakan yang akan
dilaksanakan berdasarkan pada solusi permasalahan yang muncul yakni
penggunaan model pembelajaran Quantum. Tahap- tahap perencanaan pada
siklus I adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I dirancang 2 kali
pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 3 x 35 menit,
sehingga dalam satu siklus terdapat alokasi waktu 6 x 35 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun mencakup ketentuan:
identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan
model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, dan penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
siklus I dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 84.
2) Merancang tes siklus I, kunci jawaban, dan kriteria penilaian
Tes penilaian siklus I disusun berdasarkan pada kisi-kisi soal yang
telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Kisi-kisi soal dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 4
halaman 82 dan tes penilaian serta kriteria penilaian dapat dilihat
selengkapnya pada lampiran 6 halaman 99.
3) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah ruang kelas, materi pembelajaran, dan media pembelajaran. Ruang
kelas yang digunakan adalah ruang kelas II yang biasa digunakan setiap
hari. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama mempelajari tentang
konsep dasar operasi hitung perkalian yang hasil kalinya bilangan dua
angka. Sedangkan materi pada pertemuan kedua mempelajari tentang
cara menyelesaikan soal cerita. Materi pembelajaran dirancang
semenarik mungkin agar siswa antusias untuk mempelajarinya. Materi
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 20. Media pembelajaran yang
digunakan adalah wayang-wayangan, balok warna warni, dan media
visual yang tidak diproyeksikan berupa gambar kancil.
4) Mempersiapkan lembar observasi kinerja guru dan aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran
Penggunaan lembar observasi kinerja guru dan aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran akan mempermudah observer dan peneliti
merekam hal-hal apa saja yang terjadi selama pembelajaran. Observasi
kinerja guru meliputi penampilan guru saat melaksanakan langkah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
langkah kegiatan selama pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum. Sedangkan observasi aktivitas belajar siswa
meliputi keantusiasan siswa selama mengikuti pembelajaran, perhatian
siswa saat guru memberi penjelasan, keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, kesiapan siswa menerima pembelajaran, kemampuan
siswa dalam menjawab pertanyaan secara lisan, mengemukakan
pendapat, kerjasama dalam tugas kelompok, keterlibatan siswa dalam
penggunaan media pembelajaran, dan kemandirian siswa dalam
mengerjakan tes individu.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan
dalam satu minggu. Masing-masing pertemuan 3x35 menit. Dalam
pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai guru yang mengendalikan
dan mengamati jalannya pembelajaran. Sedangkan guru kelas II yaitu ibu
Umi Hanik melakukan pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran.
Berikut ini deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing
pertemuan:
1) Pertemuan Pertama
Jadwal pembelajaran matematika pada siklus pertama yaitu pada
jam pertama. Kegiatan awal diawali guru mengucapkan salam dan
dilanjutkan berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas untuk mengawali
pembelajaran. Kemudian presensi kehadiran siswa. Siswa diberi motivasi
oleh guru dengan mengondisikan siswa secara fisik dan psikis. Untuk
kegiatan apersepsi, guru bertanya jawab tentang wayang kancil.
Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti diawali dengan menggali pengetahuan siswa.
Untuk menggali pengetahuan siswa, siswa bersama guru bertanya jawab
seputar kancil. Misalnya, “Pernahkah kalian melihat kancil?”,
“Pernahkah kalian mendengar cerita kancil?” Pertanyaan-pertanyaan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
akan menumbuhkan minat siswa. Selain itu juga dengan cerita kancil
dengan media wayang-wayangan. Langkah ini dalam Quantum termasuk
Tumbuhkan. Siswa memperhatikan gambar kancil yang ditempel guru di
papan tulis, siswa bersama-sama guru menghitung kaki satu ekor kancil.
Kemudian menghitung tiga ekor kancil. Langkah ini dalam Quantum
termasuk Alami. Siswa bersama guru menyimpulkan bahwa perkalian itu
adalah penjumlahalan yang diulang-ulang (Namai). Beberapa siswa maju
sebagai model. Siswa yang lainnya menghitung jumlah tangan satu anak.
Setelah itu menghitung jumlah tangan semua anak yang maju. Langkah
ini dalam Quantum termasuk Demonstrasi. Sebagian siswa dibagikan
kartu bilangan, sedangkan sebagian siswa dibagikan kartu jawaban.
Mereka harus mencari pasangan antara kartu bilangan dengan kartu
jawaban yang sesuai. Langkah ini dalam Quantum termasuk Ulangi.
Pemberian reward kepada siswa yang berhasil mencari pasangan kartu
dengan tepat. Langkah ini dalam Quantum termasuk Rayakan.
Kegiatan akhir, siswa mengerjakan tes evaluasi individu tentang
perkalian (termasuk Ulangi). Siswa dengan bimbingan guru membuat
rangkuman/kesimpulan tentang materi perkalian (termasuk Ulangi).
Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
2) Pertemuan Kedua
Materi pembelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan
kedua ini adalah menghitung perkalian dalam bentuk soal cerita. Pada
kegiatan awal guru mengucapkan salam dan dilanjutkan berdoa untuk
mengawali pembelajaran. Kemudian presensi kehadiran siswa dan
mengondisikan siswa secara fisik dan psikis. Setelah itu, dilanjutkan
apersepsi dengan menanyakan materi yang telah dipelajari pada
pertemuan pertama. Siswa dengan bimbingan guru melakukan uji
konsentrasi dengan lagu “saya sadar saya siap” (termasuk Tumbuhkan).
Setelah itu dilanjutkan penyampaikan tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Kegiatan inti dimulai dengan tanya jawab dengan siswa
“Apakah kalian pernah melihat delman?” “Berapa jumlah roda delman?”
“Jika di halaman ada tiga delman yang parker, berapa jumlah roda
delman semuanya?” (termasuk Alami). Siswa dengan bimbingan guru
menyelesaikan soal cerita tersebut (termasuk Namai). Beberapa siswa
maju untuk mendemonstrasikan penyelesaian soal cerita dengan media
piring kecil dan buah jeruk (termasuk Demonstrasi). Siswa dengan
bimbingan guru bermain tongkat pintar (termasuk Ulangi). Bagi siswa
yang berhasil menjawab pertanyaan dari tongkat pintar akan
mendapatkan reward yaitu bintang ( termasuk Rayakan).
Kegiatan akhir pembelajaran yaitu siswa mengerjakan tes
evaluasi individu tentang soal cerita perkalian. Siswa dengan bimbingan
guru membuat rangkuman/kesimpulan tentang materi energi bunyi
(termasuk Ulangi). Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dalam pelaksanaan tindakan, disini
peneliti menggunakan observasi partisipatif dimana peneliti terlibat kegiatan
sehari-hari dengan objek yang sedang diamati, dengan tujuan untuk
mengetahui hasil belajar matematika materi operasi hitung perkalian dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum. Peneliti mengadakan
pengamatan dengan berkolaborasi dengan guru kelas II yaitu Ibu Umi Hanik
dan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa tingkat aktivitas belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi
operasi hitung perkalian kelas II SD Negeri 3 Urutsewu.
1) Hasil Kolaborasi Kinerja Guru
Berdasarkan hasil kolaborasi kinerja guru, ditemukan beberapa
kelebihan dan kekurangan selama pembelajaran pada siklus 1.
Kelebihannya yaitu guru sudah melakukan kegiatan presensi, melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kegiatan apersepsi dengan baik, menyampaikan apersepsi yang akan
dicapai, guru sudah menunjukkan penguasaan materi yang bagus dan
dapat mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan,
penyampaian materi dengan jelas sesuai dengan hierarki belajar dan
karakteristik siswa, guru melaksanakan pembelajaran yang bersifat
kontekstual, guru sudah menggunakan alat bantu (media) pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan siswa, situasi dan lingkungan, saat penilaian
akhir guru sudah melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi
(tujuan).
Kekurangan-kekurangan selama pembelajaran pada siklus 1
antara lain kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran
quantum masih kurang dan guru masih belum bisa menunjukkan
keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, dan penguasaan kelas yang
belum baik. Adapun hasil observasi kinerja guru pada siklus I dapat
dilihat pada lampiran 10 halaman 109.
2) Hasil Observasi Aktivitas belajar Siswa
Melihat dari hasil observasi aktivitas belajar siswa, maka
ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dalam
aktivitas belajar siswa kelas II SD Negeri 3 Urutsewu yaitu siswa sudah
mematuhi tata tertib di dalam kelas, siswa memperhatikan penjelasan
saat guru memberi penjelasan atau menyampaikan materi pembelajaran,
siswa sudah terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, pemanfaatan
sarana dan prasarana pembelajaran yang sudah baik, dan kemandirian
siswa dalam mengerjakan tes yang diberikan guru sudah baik.
Kekurangan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran
operasi hitung matematika antara lain siswa kurang antusias dalam
mengikuti pelajaran, beberapa siswa belum berani untuk bertanya,
menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapat, belum adanya
interaksi yang komunikatif antara siswa-guru dan siswa-siswa. Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada
lampiran 9 halaman 105.
d. Refleksi
Hasil analisis pada siklus I menunjukkan sikap siswa dan guru
(peneliti) dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
Quantum sudah cukup baik. Akan tetapi, masih banyak kekurangan yang
perlu ditingkatkan lagi.
Kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran quantum
masih kurang dan guru masih belum bisa menunjukkan keceriaan dan
antusisme siswa dalam belajar, dan penguasaan kelas yang belum baik. Hal
ini dicari penyelesaiannya dengan menggunakan speaker saat pembelajaran
untuk mengiring pembelajaran dengan musik ceria dan musik klasik. Selain
itu juga menggunakan permainan dan media pembelajaran yang dapat
menarik keantusiasan siswa yaitu dengan permainan “gerak mematung”
juga media “ular tangga pintar”.
Kekurangan dalam observasi aktivitas belajar siswa antara lain
siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, beberapa siswa belum
berani untuk bertanya, menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapat,
belum adanya interaksi yang komunikatif antara siswa-guru dan siswa-
siswa. Masalah ini diatasi dengan penggunaan media pembelajaran serta
permainan yang dalam keseharian siswa sering dimainkan, hanya saja
dimodifikasi sesuai kebutuhan untuk proses pembelajaran dikelas. Penataan
meja siswa ditata membentuk diskusi kelompok kecil untuk mempermudah
sisiwa dalam berdiskusi kelompok.
Perolehan nilai hasil belajar matematika pokok bahasan operasi hitung
perkalain pada siklus I yaitu siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak
6 siswa atau 20, 7% dan siswa yang mendapat nilai yang sudah memenuhi KKM
sebanyak 23 siswa atau 79,3%. Untuk lebih jelasnya mengenai nilai siswa pada
tes, dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 103.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Rekapitulasi Nilai Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Perkalian
Siklus 1. Pada lampiran tersebut, tertulis rata-rata kelas adalah 71,03.
Berdasarkan hasil tes siswa tersebut, adapun hasil yang diperoleh dari siklus
I dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Perkalian Siswa kelas II
Siklus I
Interval Nilai Median Frekuensi %
Relatif Komulatif
30 - 40 35 2 6,89 6,89
41 - 51 46 2 6,89 13,78
52 - 62 57 2 6,89 20,67
63 - 73 68 8 27,59 48,26
74 - 84 79 10 34,49 82,75
85 - 95 90 5 17,25 100,00
JUMLAH 29 100,00
Tabel 4.2 disajikan dalam Gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Operasi Hitung Perkalian pada Siklus 1
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dinyatakan bahwa pada siklus I
siswa kelas II SD Negeri 3 Urutsewu dengan jumlah 29 siswa terdapat 23
siswa atau 79,3% yang memperoleh nilai ≥ 60, sedangkan sisanya 6 siswa
atau 20, 7% masih mendapat nilai di bawah KKM < 60.
2 2 2
8
10
5
0
2
4
6
8
10
12
FREK
UEN
SI
INTERVAL NILAI
30 - 40 41 - 51 52 - 62 63 - 73 74 - 84 85 - 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Untuk mengetahui perkembangan tes pratindakan ke siklus I dapat
dilihat pada daftar tabel 4.3 di bawah ini, pada tabel terlihat adanya
perubahan dan perkembangan yang signifikan dari tahap pratindakan ke
tahap siklus I.
Tabel 4.3 Perkembangan Hasil Tes Pratindakan dan Tes Siklus I Siswa
Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu
Keterangan Pratindakan Siklus I
Nilai terendah 15 30
Nilai tertinggi 90 95
Rata-rata nilai 53,7 71,03
Ketuntasan Klasikal (%) 41,4 79,3
Aktivitas belajar Klasikal (%) 17,24 34,48
Hasil perkembangan tes pratindakan dan evaluasi siklus I pada Tabel 4.3
di atas dapat disajikan pada Gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3 Histogram Data Hasil Tes Pratindakan dan Tes Siklus I Siswa
Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu
15
90
53,7
41,4
17,24
30
95
71,03
79,3
34,48
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata nilai
Ketuntasan Klasikal (%)
Keaktifan Klasikal (%)
Pratindakan
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan hasil siklus I siswa diperoleh nilai rata-rata kelas
adalah 71,03 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 30. Adapun rincian
ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah siswa yang memperoleh nilai
30-40 terdiri atas 2 siswa atau 6,89%, memperoleh nilai 41-51 terdiri atas 2
siswa atau 6,89%, memperoleh nilai 52-62 terdiri atas 2 siswa atau 6,89%,
memperoleh nilai 63-73 terdiri atas 8 siswa atau 27,59%, memperoleh nilai
74-84 terdiri atas 10 siswa atau 34,48%, memperoleh nilai 85-95 terdiri atas
5 siswa atau 17,24%. Data ketuntasan belajar siswa pada siklus I tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4: Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu pada
Siklus I Tahun 2012
No. Ketuntasan Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1 Belum Tuntas 6 20,7 %
2 Tuntas 23 79,3 %
Dari Tabel 4.4 di atas, maka ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat
disajikan pada Gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4: Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3
Urutsewu pada Siklus I Tahun 2012
20,7
79,3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1
Belum tuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Penilaian observasi aktifitas siswa, hanya ada 10 siswa atau
34,48% yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I.
Siswa dalam menjawab pertanyaan secara lisan sudah baik, tapi didominasi
anak-anak tertentu saja. Siswa juga sudah dapat mematuhi tata tertib atau
peraturan di dalam kelas serta perhatian siswa saat guru memberi
penjelasan/ menyampaikan materi pelajaran sudah baik. Hanya saja siswa
belum antusias dalam mengikuti pelajaran, juga belum adanya interaksi
yang komunikatif antara siswa-guru dan siswa-siswa. Hasil Observasi
aktivitas belajar siswa pada siklus I selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran pada lampiran 9 halaman 105.
Berdasarkan Tabel 4.4 maka dapat dilihat bahwa pada siklus I
siswa kelas II SD Negeri 3 Urutsewu dengan jumlah 29 siswa terdapat 12
siswa atau 41,4% yang memperoleh nilai ≥ 60, sedangkan sisanya 17 siswa
atau 58,6% masih mendapat nilai di bawah KKM < 60. Sedangkan untuk
aktifitas siswa hanya ada 10 siswa dari 29 siswa atau 41,4% yang aktif
dalam pembelajaran. Ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar dan
aktifitas belajar siswa belum mencapai indikator kinerja, maka perlu
diadakan perbaikan dengan melanjutkan ke siklus II.
2. Siklus 2
Tindakan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada hari
Kamis, 19 April 2012 dan hari Sabtu, 21 April 2012. Tiap pertemuan
dilaksanakan 3×35 menit. Materi yang diajarkan pada siklus II sama dengan
materi yang diajarkan pada siklus I, tetapi dengan menggunakan media
pembelajaran yang berbeda. Adapun tahapan-tahapan pada siklus II sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Peneliti dan guru kelas II yaitu Ibu Umi Hanik mendiskusikan
rencana tindakan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan tindakan.
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan berdasarkan pada solusi
permasalahan yang muncul di siklus I dengan penggunaan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pembelajaran Quantum. Tahap- tahap perencanaan pada siklus II adalah
sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus II dirancang 2 kali
pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 3 x 35 menit,
sehingga dalam satu siklus terdapat alokasi waktu 6x35 menit. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun mencakup ketentuan: identitas
RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan
model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, dan penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
siklus II dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 121.
2) Merancang tes siklus II, kunci jawaban, dan kriteria penilaian.
Tes penilaian siklus II disusun berdasarkan pada kisi-kisi soal yang
telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Kisi-kisi soal dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 11
halaman 119 dan tes penilaian serta kriteria penilaian dapat dilihat pada
lampiran 13 halaman 135.
3) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah ruang kelas, materi pembelajaran, dan media pembelajaran. Ruang
kelas yang digunakan adalah ruang kelas II yang biasa digunakan setiap
hari. Ketika pembelajaran berlangsung, tempat duduk diatur sedemikian
rupa sehingga mereka dapat berdiskusi dengan baik.
Materi pembelajaran pada pertemuan pertama mempelajari tentang
konsep dasar operasi hitung perkalian yang hasil kalinya bilangan dua
angka. Sedangkan materi pada pertemuan kedua mempelajari tentang
cara menyelesaikan soal cerita. Materi pembelajaran dirancang
semenarik mungkin agar siswa antusias untuk mempelajarinya. Materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 20. Sedangkan media
pembelajaran yang digunakan adalah media pembelajaran berupa benda
nyata yaitu balok mini warna warni, kartu bilangan, ular tangga pintar,
speaker.
4) Mempersiapkan lembar observasi kinerja guru dan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran
Penggunaan lembar observasi kinerja guru dan aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran akan mempermudah observer dan peneliti
merekam hal-hal apa saja yang terjadi selama pembelajaran. Observasi
kinerja guru meliputi penampilan guru saat melaksanakan langkah-
langkah kegiatan selama pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum. Sedangkan observasi aktivitas belajar siswa
meliputi keantusiasan siswa selama mengikuti pembelajaran, perhatian
siswa saat guru memberi penjelasan, keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, kesiapan siswa menerima pembelajaran, kemampuan
siswa dalam menjawab pertanyaan secara lisan, mengemukakan
pendapat, kerjasama dalam tugas kelompok, keterlibatan siswa dalam
penggunaan media pembelajaran, dan kemandirian siswa dalam
mengerjakan tes individu.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan awal dalam pembelajaran yaitu guru mengucapkan salam
dan dilanjutkan berdoa untuk mengawali pembelajaran. Kemudian
presensi kehadiran siswa dan mengondisikan siswa secara fisik dan
psikis. Setelah itu, dilanjutkan apersepsi dengan menanyakan materi yang
telah dipelajari pada pertemuan yang lalu dan penyampaikan tujuan
pembelajaran.
Siswa bersama-sama guru menyanyikan lagu “Aturan Minum
Obat” ( termasuk Tumbuhkan ). Siswa bersama guru bertanya jawab
dengan tujuan untuk menggali pengetahuan siswa. “Siapa yang pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
sakit?” “Apakah kalian mendapat obat dari dokter?” “Apakah dalam
bungkusan obat kalian ada tulisan 3 x 1?” ( termasuk Alami ). Siswa
bersama guru menyimpulkan bahwa perkalian itu adalah penjumlahalan
yang diulang-ulang ( termasuk Namai ). Beberapa siswa maju untuk
mempraktekkan perkalian dengan menggunakan media nyata balok
warna-warni dan juga menggunakan media nyata tangan dari beberapa
siswa yang maju, kemudian siswa yang lain menghitung secara bersama-
sama ( termasuk Demonstrasi ). Secara berkelompok siswa harus bekerja
sama membentuk suatu perkalian bilangan dari kartu-kartu bilangan
dengan diiringi musik yang riang gembira Tasya dengan judul Gembira
Berkumpul (termasuk Ulangi). Bagi kelompok yang paling banyak
menyusun perkalian bilangan dan tepat akan mendapat reward (termasuk
Rayakan).
Kegiatan akhir, siswa mengerjakan tes evaluasi individu dengan
iringan musik klasik “Johann Pachelbel Canon in D Major fantastic
version_ classical music” (termasuk Ulangi). Siswa dengan bimbingan
guru membuat rangkuman/kesimpulan tentang perkalian (termasuk
Ulangi dan Rayakan). Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
2) Pertemuan Kedua
Kegiatan awal guru mengucapkan salam dan dilanjutkan berdoa
untuk mengawali pembelajaran. Kemudian presensi kehadiran siswa dan
mengondisikan siswa secara fisik dan psikis. Setelah itu, dilanjutkan
apersepsi dengan menanyakan materi yang telah dipelajari pada
pertemuan yang lalu dan penyampaikan tujuan pembelajaran. Untuk
menambah semangat di bentuk kelompok yang masing-masing kelompok
mempunyai yel-yel untuk kelompoknya dilanjutkan menyanyikan lagu
“aturan minum obat” (termasuk Tumbuhkan).
Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai kegiatan sehari-hari
yang ada hubunganya dengan perkalian (termasuk Alami). Siswa dengan
bimbingan guru menyelesaikan soal cerita tersebut (termasuk Namai).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Beberapa siswa maju untuk menyelesaikan soal cerita dengan bantuan
benda nyata (termasuk Demonstrasi). Siswa dengan bimbingan guru
bermain “ular tangga pintar” secara berkelompok (termasuk Ulangi).
Bagi kelompok yang bisa menjawab pertanyaan dengan tepat akan
mendapat reward (termasuk Rayakan).
Siswa mengerjakan tes evaluasi individu dengan iringan musik
klasik “Johann Pachelbel Canon in D Major fantastic version_ classical
music” (termasuk Ulangi). Siswa dengan bimbingan guru membuat
rangkuman/kesimpulan tentang perkalian (termasuk Ulangi dan
Rayakan). Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dalam pelaksanaan tindakan, disini
peneliti menggunakan observasi partisipatif dimana peneliti terlibat kegiatan
sehari-hari dengan objek yang sedang diamati, dengan tujuan untuk
mengetahui hasil belajar matematika materi operasi hitung perkalian dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum. Peneliti mengadakan
pengamatan dengan berkolaborasi dengan guru kelas II yaitu Ibu Umi Hanik
dan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa tingkat aktivitas belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi
operasi hitung perkalian kelas II SD Negeri 3 Urutsewu..
1) Hasil Kolaborasi Kinerja Guru
Berdasarkan hasil kolaborasi kinerja guru, beberapa kesulitan
yang dihadapi guru (peneliti) dalam melaksanakan pembelajaran
Quantum pada siklus 1 sudah dapat teratasi dengan baik pada siklus 2
yaitu kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran quantum
sudah baik dan guru dapat menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa
dalam belajar, dan penguasaan kelas yang sudah baik. Untuk lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
jelasnya mengenai hasil observasi guru dapat dilihat pada lampiran 17
halaman 146.
2) Hasil Observasi Aktivitas belajar Siswa
Menilai dari hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus 1
terdapat kekurangan aktivitas belajar siswa. Kekurangan-kekurangan
tersebut dapat teratasi pada siklus 2 yaitu siswa sudah antusias dalam
mengikuti pelajaran, siswa berani untuk bertanya, menjawab pertanyaan
dan menyampaikan pendapat,terciptanya interaksi yang komunikatif
antara siswa-guru dan siswa-siswa. Adapun hasil observasi aktivitas
belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 142.
d. Refleksi
Siklus II dilakukan refleksi dari pelaksanaan siklus I. Pada siklus II
guru sudah berhasil menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam
proses pembelajaran. Suasana pembelajaran yang menyenangkan
menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran. Selain itu siswa sudah dapat
memahami materi pembelajaran dengan baik. Perolehan nilai siswa pada
siklus II ini juga cukup baik, terbukti nilai dibawah KKM hanya sebanyak 2
Siswa atau 6,9% dengan dan siswa yang telah memenuhi KKM sebanyak 27
siswa atau 93,1%. Sedangkan rata – rata nilai kelas yaitu 81,1. Hasil tes
individu siswa mengenai materi operasi hitung perkalian pada siklus II dapat
dilihat pada lampiran 15 halaman 140. Adapun hasil yang diperoleh pada
siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Perkalian Siswa Kelas II
Siklus II
Interval Nilai Median Frekuensi %
Relatif Komulatif
47-55 51 2 6,89 6,89
56-64 60 0 0,00 6,89
65-73 69 6 20,69 27,58
74-82 78 6 20,69 48,27
83-91 87 8 27,59 75,86
92-100 96 7 24,14 100,00
JUMLAH 29 100,00
Tabel 4.5 maka dapat disajikan dengan histogram pada gambar 4.5 sebagai
berikut:
Gambar 4.5 Histogram Data Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Operasi Hitung Perkalian Pada Siklus II
Untuk mengetahui perkembangan tes siklus I ke siklus II dapat dilihat pada
daftar tabel 4.6
2
0
6 6
8
7
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
FREK
UEN
SI
INTERVAL NILAI
47-55 56-64 65-73 74-82 83-91 92-100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.6 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
II SD Negeri 3 Urutsewu
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 30,00 50,00
Nilai tertinggi 95,00 100,00
Rata-rata nilai 71,03 81,10
Ketuntasan Klasikal (%) 79,30 93,10
Aktivitas belajar Klasikal (%) 34,48 82,76
Hasil perkembangan tes siklus I dan siklus II pada Tabel 4.6 di atas dapat
disajikan pada Gambar 4.6 sebagai berikut:
Gambar 4.6 Histogram Hasil Tes Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas II SD
Negeri 3 Urutsewu
Hasil siklus II siswa diperoleh nilai rata-rata kelas adalah 81,1
dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Adapun rincian ketuntasan
belajar siswa pada siklus II adalah siswa yang memperoleh nilai 47-55
terdiri atas 2 siswa atau 6,89%, memperoleh nilai 56-64 terdiri atas 0 siswa
atau 0%, memperoleh nilai 65-73 terdiri atas 6 siswa atau 20,69%,
memperoleh nilai 74-82 terdiri atas 6 siswa atau 20,69%, memperoleh nilai
83-91 terdiri atas 8 siswa atau 27,59%, memperoleh nilai 92-100 terdiri atas
30
95
71,0379,03
34,48
50
100
81,1
93,1
82,76
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata Nilai
Ketuntasan (%)
Keaktifan Klasikal (%)
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
7 siswa atau 24,14%. Nilai dibawah KKM (60) hanya sebanyak 2 Siswa
atau 6,9% dan siswa yang telah memenuhi KKM sebanyak 27 siswa atau
93,1%. Sedangkan rata – rata nilai kelas yaitu 81,1. Untuk mengetahui data
ketuntasan belajar siswa pada siklus II tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7
sebagai berikut:
Tabel 4.7: Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu pada
Siklus II Tahun 2012
No Ketuntasan Jumlah Siswa
Jumlah Persentase (%)
1 Belum Tuntas 2 6,9
2 Tuntas 27 93,1
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dinyatakan dalam bentuk gambar histogram
pada gambar 4.7
Gambar 4.7: Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3
Urutsewu pada Siklus II Tahun 2012
Penilaian observasi aktifitas siswa, terdapat 24 siswa atau 82,76%
yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa dalam menjawab
pertanyaan secara lisan sudah baik dan merata, siswa juga sudah dapat
mematuhi tata tertib atau peraturan di dalam kelas serta perhatian siswa saat
guru memberi penjelasan/ menyampaikan materi pelajaran sudah baik,
siswa antusias dalam mengikuti pelajaran, antar siswa satu dengan siswa
yang lain sudah terjadi komunikasi dan kerja sama di dalam pembelajaran.
2
27
0
5
10
15
20
25
30
Fre
kue
nsi
Siklus 2
Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Selain itu sudah ada keterlibatan siswa dalam penggunaan media
pembelajaran, siswa dalam lancar dan berani dalam menjawab pertanyaan
secara lisan, serta aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah
baik. Hasil Observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 142.
Berdasarkan Tabel 4.7 maka dapat dilihat bahwa pada siklus II
siswa kelas II SD Negeri 3 Urutsewu dengan jumlah 29 siswa terdapat 27
siswa atau 93,1% yang memperoleh nilai ≥ 60, sedangkan sisanya 2 siswa
atau 6,9% masih mendapat nilai di bawah KKM < 60. Sedangkan untuk
aktifitas siswa sudah meningkat menjadi 24 siswa dari 29 siswa atau 82,76%
yang aktif dalam pembelajaran. Ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar
dan aktifitas siswa sudah mencapai indikator kinerja. Untuk itu peneliti
sudah berhasil dan tidak perlu adanya tindak lanjut.
3. Antar Siklus
a. Data Ketuntasan Pratindakan dan Siklus I
Data ketuntasan belajar siswa pada pratindakan dan siklus I dapat dilihat
pada Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8: Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu
pada Pratindakan dan Siklus I Tahun 2012
Keterangan Pratindakan Siklus I
Belum Tuntas 58,6% 20,7%
Tuntas 41,4% 79,3%
Ketuntasan belajar siswa pada pratindakan dan siklus I pada Tabel 4.8 di
atas, dapat disajikan dalam bentuk histogram pada gambar 4.8 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar 4.8: Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3
Urutsewu pada Pratindakan dan Siklus I Tahun 2012
Berdasarkan hasil refleksi di atas dapat disimpulkan bahwa
ketuntasan belajar siswa pada pratindakan hanya 12 siswa atau 41,4% dan
pada siklus I meningkat menjadi 23 siswa atau 79,3%. Rata-rata nilai kelas
pada kondidi awal semula 53,7 dan pada siklus I naik menjadi 71,03. Untuk
nilai terendah pada kondisi awal 15 dan pada siklus I meningkat menjadi 30.
sedangkan nilai tertinggi pada kondisi awal 90 dan mengalami peningkatan
pada siklus I menjadi 95.
b. Data ketuntasan siklus I dan siklus II
Data ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
Tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9: Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3 Urutsewu
pada Siklus I dan Siklus II Tahun 2012
Keterangan Siklus I Siklus II
Belum Tuntas 20,7% 6,9%
Tuntas 79,3% 93,1%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Kondisi Awal Siklus I
Pe
rse
nta
se
Belum Tuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II pada Tabel 4.9 di atas,
dapat disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.9 sebagai berikut:
Gambar 4.9: Histogram Ketuntasan Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 3
Urutsewu pada Siklus I dan Siklus II Tahun 2012
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar
siswa pada siklus I sebanyak 23 siswa atau 79,3%, pada siklus II
meningkat menjadi 27 siswa atau 93,1%. Rata-rata nilai kelas pada siklus I
semula 71,03 pada siklus II naik menjadi 81,1. Untuk nilai terendah pada
siklus I yaitu 30 dan pada siklus II meningkat menjadi 50. Sedangkan nilai
tertinggi pada siklus I yaitu 95 dan pada siklus II meningkat menjadi 100.
C. Pembahasan
Hasil analisa dari berbagai data di atas, dapat diketahui bahwa adanya
peningkatan hasil belajar terhadap materi operasi hitung perkalian pada proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Quantum. Peningkataan
hasil belajar operasi hitung perkalian pada pembelajaran matematika dapat terlihat
pada pratindakan, siklus I dan siklus II. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel
4.10 sebagai berikut:
20,70%
6,90%
79,30%
93,10%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
Siklus I Siklus II
Pe
rse
nta
se
Belum Tuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.10: Perkembangan Belajar Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Siswa Kelas II SDN 3 Urutsewu Tahun 2012
Keterangan Pratindakan Siklus I Siklus II
Nilai Terendah 15 30 50
Nilai Tertinggi 90 95 100
Rata-rata Nilai 53,7 71,03 81,1
Ketuntasan (%) 41,4 79,3 93,1
Aktivitas belajar Klasikal (%) 17,24 34,48 82,76
Perkembangan belajar siswa pada Pratindakan, siklus I, dan siklus II pada Tabel
4.10 di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.10 sebagai
berikut:
Gambar 4.10: Histogram Perkembangan Belajar Siswa pada Pratindakan, Siklus I,
dan Siklus II Siswa Kelas II SDN 3 Urutsewu Tahun 2012
Meninjau dari data di atas, maka diketahui nilai terendah pada
pratindakan yaitu 15, siklus I yaitu 30, sedangkan pada siklus II meningkat
menjadi 50. Untuk nilai tertinggai pada pratindakan 90, pada siklus I meningkat
menjadi 95, sedangkan pada siklus II meningkat lagi menjadi 100. Rata-rata nilai
juga meningkat. Pada pratindakan rata-rata nilai 53,7. Pada siklus I yaitu 71,03.
Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 81,1. Pencapaian ketuntasan belajar
siswa meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan pada pratindakan masih banyak siswa
yang belum mencapai KKM yang ditentukan, dan yang mendapat nilai di atas
KKM sebanyak 12 siswa atau 41,4%. Pada siklus I mengalami kenaikan, yang
15
90
53,7
41,4
17,24
30
95
71,0379,03
34,48
50
100
81,1
93,182,76
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata Nilai
Ketuntasan (%)
Keaktifan Klasikal (%)
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
mendapat nilai di atas KKM sebanyak 23 siswa atau 79,3%. Pada siklus II
meningkat lagi, yang mencapai KKM sebesar 27 siswa atau 93,1%. Aktivitas
belajar siswa kelas II juga meningkat dari pratindakan yang hanya 17,24%,pada
siklus II menjadi 34,48%. Sedangkan pada siklus II menjadi 82,76%.
Kendala-kendala yang ditemui pada masing-masing siklus bebeda-beda.
Kendala yang ditemui selama pelaksanaan tindakan. Pada siklus pertama siswa
belum bisa mengikuti pembelajaran secara maksimal dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum. Oleh karena itu, sebagian besar aktivitas belajar dan
perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran kurang maksimal. Selain itu suasana
atau lingkungan belajar belum menyenangkan dan masih tegang. Dengan adanya
kendala tersebut mengakibatkan kurang maksimalnya hasil belajar pada siklus I.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ditemui dalam siklus pertama adalah
dengan melakukan refleksi dan mencari kekurangan – kekurangan dalam proses
pembelajarannya oleh karena itu dilaksanakan siklus yang kedua. Dalam siklus
kedua ini guru menyelingi permainan yang menyenangkan seperti permainan
“ular tangga pintar”. Sehingga dengan begitui suasana menyenangkandapat
tercipta. Selain itu guru juga menyiapkan berbagai musik untuk mendukung
terciptanya suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Media yang
digunakan guru juga adalah media yang dapat menarik perhatian siswa. Siswa
akan menjadi antusias dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat diketahui bahwa tingkat
pencapaian ketuntasan belajar siswa kelas II SD Negeri 3 Urutsewu Ampel
Boyolali meningkat. Selain itu aktivitas belajar siswa kelas II SD Negeri 3
Urutsewu Ampel Boyolali juga meningkat. Dengan demikian, salah satu upaya
untuk meningkatkan hasil belajar operasi hitung perkalian adalah dengan
penerapan model pembelajaran Quantum yang ditandai dengan meningkatnya
nilai tes yang dicapai oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Quantum dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan operasi
hitung perkalian pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 3 Urutsewu Ampel
Boyolali tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata
kelas dan ketuntasan klasikal. Ssebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata
kelas 53,7 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 41,4% atau 12 siswa dari
29 siswa, siklus I nilai rata-rata kelas 71,03 dengan persentase ketuntasan klasikal
79,3% atau 23 siswa dari 29 siswa, dan siklus II nilai rata-rata kelas 81,1 dengan
persentase ketuntasan klasikal 93,1% atau 27 siswa dari 29 siswa. Maka dapat
disimpulkan penerapan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pokok bahasan operasi hitung perkalian pada siswa kelas II
Sekolah Dasar Negeri 3 Urutsewu tahun pelajaran 2011/2012. Selain itu sebelum
dilaksanakan tindakan, keaktifan anak saat mengikuti pembelajaran hanya 4 siswa
dari 29 siswa dengan persentase 24,13%, siklus I persentase keaktifan mencapai
33,48% atau 10 siswa dari 29 siswa, dan siklus II persentase keaktifan mencapai
82,76% atau 24 siswa dari 29 siswa. Maka dapat disimpulkan penerapan model
pembelajaran Quantum dapat meningkatkan meningkatkan aktifitas siswa pada
pokok bahasan operasi hitung pada siswa kelas II SD N 3 Urutsewu Ampel
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan hasil belajar matematika
pokok bahasan operasi hitung perkalian pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri
3 Urutsewu Ampel Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian,
implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
1. Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pokok bahasan operasi hitung perkalian. Peningkatan tersebut
dalapat dilihat dalam menyajikan materi pelajaran. Guru harus dapat memilih
model pembelajaran yang tepat supaya siswa mampu menguasai konsep-
konsep dalam pembelajaran yang baik. Pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan hasil belajar matematika
pokok bahasan operasi hitung perkalian. Hal ini dikarenakan penerapan model
pembelajaran Quantum dalam pembelajaran matematika dapat menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan dan dapat merubah pandangan-
pandangan negatif siswa dari yang menganggap matematika pelajaran yang
menakutkan menjadi menyenangkan. Selain itu dengan pembelajaran Quantum
akan mencintakan lingkungan yang efektif, suasana yang mendukung, sehingga
siswa menjadi aktif selama pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran Quantum dalam pembelajaran
matematika terbukti dapat menciptakan pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan, sehingga hasil belajar siswa meningkat dan persentase
ketuntasan belajar matematika juga meningkat. Dengan adanya peningkatan
hasil belajar siswa pada tiap siklus, dapat dikatakan bahwa hasil belajar
matematika pokok bahasan operasi hitung perkalian pada siswa kelas II
Sekolah Dasar Negeri 3 Ampel Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa kelas II SD
Negeri 3 Urutsewu Ampel Boyolali.
Mengkaji dari temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada
umunya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dalam pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran
Quantum harus diatasi semaksimal mungkin sehingga mendukung keberhasilan
pembelajaran khususnya matematika.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
Quantum untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan operasi
hitung perkalian pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 3 Urutsewu Ampel
Boyolali tahun pelajaran 2011/2012, maka saran-saran yang diberikan sebagai
sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
meningkatkan kompetensi siswa SD Negeri 3 Urutsewu, Kecematan Ampel,
Kabupaten Boyolali pada khususnya sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Hendaknya pihak sekolah memberi masukan dan pelatihan bagi guru
untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat, kreatif, dan inovatif
dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan harapan dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Bagi Guru
Hendaknya guru dalam pembelajaran dapat memilih model
pembelajaran yang tepat, khususnya dalam mata pelajaran matematika
operasi hitung guru dapat menerapkan model pembelajaran Quantum sebagai
alternatif model pembelajaran inovatif dalam proses pembelajaran
matematika.
3. Bagi Siswa
Hendaknya siswa terlibat aktif dengan cara mengajukan pertanyaan,
beranim menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran berlangsung,
sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain yang hendak mengkaji permasalahan dan pokok
bahasan yang sama, hendaknya lebih teliti dan lebih mengupayakan pengkajian
teori-teori yang berkaitan dengan operasi hitung perkalian dengan menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
model pembelajaran Quantum guna melengkapi kekurangan yang ada serta
sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam
matematika pokok bahasan operasi hitung perkalian yang belum tercakup
dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.