Post on 03-Oct-2021
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB
MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK
MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI
SKRIPSI
OLEH :
PUTRI ARI BUDI ARTI PENARIK
NIM 121501011
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB
MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK
MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH :
PUTRI ARI BUDI ARTI PENARIK
NIM 121501011
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahkan berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesikan
skripsi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang berjudul
“Formulasi dan Uji Efektivitas Krim Pelembab Minyak Kacang Tanah untuk
Mengatasi Xerosis pada Tumit Kaki”.
Minyak kacang tanah memiliki kandungan antioksidan yang bermanfaat
dalam merawat kulit. Kandungan asam lemak tak jenuh dan Vitamin E dalam
minyak kacang tanah membantu melembabkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit
dan mengurangi munculnya keriput. Tujuan penelitian membuat sediaan krim
pelembab minyak kacang tanah dengan konsentrasi 2,5% sampai 7,5% dan
menguji efektifitasnya terhadap xerosis tumit kaki. Hasil yang di peroleh
konsentrasi 7,5% krim minyak kacang tanah dapat menyembuhkan xerosis pada
tumit kaki. Diharapkan krim pelembab minyak kacang tanah dapat digunakan
sebagai obat xerosis tumit kaki.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,
Apt., selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta
saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Masfria,
M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku ketua penguji dan Ibu Dr.
Sumaiyah, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran
Universitas Sumatera Utara
v
dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ibu Dra. Tuty Roida
Pardede, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberikan
bimbingan kepada penulis selam masa perkuliahan serta Bapak dan Ibu Staf
Pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan.
Penulis Mengucapkan terimah kasih kepada kedua orang tua tercinta
Ayahanda Alm. Ramli Penarik dan Ibunda Sarbaini silalahi, S.PdI., atas segala
doa dan dukungannya serta keridhaanya bagi penulis dalam menempuh dan
menyelesaikan pendidikan ini, serta ucapan terima kasih penulis kepada Kakak
Yuli Azni Hartati Penarik, S.Kep., Ners., Abangnda Akhmad Syukri Penarik,
S.Pd., Adinda tercinta Nurul Pahima, orang terkasih dan para sahabat Rahmad
Syahputra Gultom, Kak Nurul, Kak Ayu, Wahida, Ida, Mira, Winda, Dina, Mulia
dan seluruh teman-teman Farmasi Klinis 2012, terima kasih untuk perhatian,
semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2018
Penulis
Putri Ari Budi Arti Penarik
NIM 121501011
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
vii
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB
MINYAKKACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK
MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI
ABSTRAK
Latar Belakang: Xerosis pada tumit kaki pertama kali ditunjukkan oleh gejala
kekeringan dengan permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras dan rasa tidak
nyaman. Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kulit retak
dan pecah-pecah yang berakibat timbulnya iritasi dan inflamasi.Minyak kacang
tanah berkhasiat sebagai antioksidan alami yang dapat membantu struktur sel,
terutama membran sel dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas.
Tujuan: Memformulasikan sediaan krim dan mengetahui efektivitasnya untuk
mengatasi xerosis pada tumit kaki.
Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental. Sediaan krim pelembab
dibuat dengan menambahkan minyak kacang tanah masing-masing dengan
konsentrasi F1(2,5%); F2(5%); F3(7,5%) ke dalam dasar krim pelembab. Sebagai
blanko digunakan dasar krim pelembab tanpa minyak kacang tanah (F0).
Pengujian terhadap sediaan krim pelembab meliputi evaluasi stabilitas sediaan
(Bau, warna, pH, dan homogenitas), uji iritasi terhadap kulit, penentuan tipe
emulsi dan kemampuan sediaan krim untuk mengatasi xerosis pada tumit kaki,
dengan melihat perubahan skala tingkat xerosis pada tumit kaki dari skala 1
sampai skala 6 menggunakan 12 orang sukarelawan selama empat minggu
pemberian dengan mengaplikasikan krim pelembab dua kali sehari, dengan
melihat perubahan skala. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak kacang tanah dengan
konsentrasi 2,5%, 5% 7,5% dapat diformulasikan menjadi sediaan krim pelembab
yang homogen dan stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar 28°C selama 12
minggu dengan tipe emulsi a/m dan pH 6,2-6,8. Dapat mengurangi pecah-pecah
pada tumit kaki.
Kesimpulan: Minyak kacang tanah (Arachis hypogaea) dapat diformulasikan
dalam sediaan krim pelembab dengan tipe emulsi a/m dan krim minyak kacang
tanah pada konsentrasi 7,5% adalah yang terbaik dalam mengatasi xerosis tumit
kaki yaitu dari kondisi sedang menjadi ringan dengan skala 4 menjadi skala 1, dan
tidak mengiritasi kulit dapat, mengatasi xerosis tumit kaki.
Kata kunci: xerosis, minyak kacang tanah (Arachis hypogaea), krim pelembab.
Universitas Sumatera Utara
viii
FORMULATION AND EFFECTIVENESS OF PEANUTS OIL
(Arachis hypogaea) MOISTURIZING CREAM FOR
THE TREATMENT OF HEELS XEROSIS
ABSTRACT
Background: Heels xerosis is characterized by symptoms of dryness with the
surface of the heel skin being scaly, rough and feeling uncomfortable. The
constanly conditions will the surface of the skin to be crack which is results
irritation and inflammation condition of skin. The efficacious of Peanuts oil as a
natural antioxidant can increace regeneration of cell structures and avoid cell
membranes damage which caused by free radicals.
Objective: The objective of this study was to formulate peanuts oil moisturizing
cream preparation and to find out its effectiveness for the treatment of heels
xerosis.
Methods: The study was conducted experimentally. Moisturizing cream
preparations was formulated by adding peanut oil in several concentration of
F1(2.5%); F2(5%); F3(7.5%) into moisturizing cream base. The evaluation of
peanuts oil moisturizing cream preparations included evaluation of cream stability
(odor, color, pH, and homogenity), skin irritation test, determination of emulsion
type and the ability of the cream preparation in the skin heels xerosis from scale 1
to scale 6 treatment using 12 volunteers by applying the moisturizing cream for
four weeks twice a day. The data were analyzed using SPSS.
Results: The results showed that peanuts oil with a concentrations of 2.5%, 5%,
7.5% could be formulated into a homogeneous and stable moisturizing cream
preparation in room temperature storage condition 28°C for 12 weeks with the
type of emulsion w/o and pH 6.4, it could reduce cracks in skin heels.
Conclusion: Peanuts oil can be formulated into moisturizing cream preparations
in w/o emulsion type and the concentration peanut oil cream of 7.5% is better
from medium conditions to be low conditions with scale 4 to scale 1, and did not
irritate the skin, can be xerosis heels.
Keywords: xerosis, peanuts oil, moisturizing cream
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 3
1.3 Hipotesis Penelitian ............................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Tanaman Minyak Kacang Tanah (Peanut oil) .................... 5
2.1.1Klasifikasi Minyak Kacang Tanah ............................. 5
2.1.2 Minyak Kacang Tanah ................................................ 6
2.2 Kulit .................................................................................... 6
2.2.1 Struktur Kulit ............................................................. 7
2.2.2 Kelembapan Kulit ...................................................... 9
Universitas Sumatera Utara
x
2.3 Patologi Xerosis ................................................................... 10
2.4 Kosmetik .............................................................................. 15
2.5 Kosmetik Pelembab ............................................................. 16
2.5.1 Emolien ...................................................................... 17
2.5.2 Oklusif ........................................................................ 17
2.5.3 Humektan .................................................................. 17
2.6 Krim .................................................................................... 18
2.7 Emulsi .................................................................................. 18
2.8 Uji iritasi .............................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 21
3.1 Alat ...................................................................................... 21
3.2 Bahan .................................................................................. 21
3.3 Sukarelawan ……………………………………………….. 21
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................. 22
3.4.1 Identifikasi............................................................... 22
3.4.2 Formulasi Sediaan Krim ............................................ 22
3.4.3 Formula Dasar Krim ……………………………...... 22
3.4.4 Prosedur Pembuatan Krim …………………………. 23
3.4.5 Pembuatan Sediaan Krim Pelembab ……………… 23
3.5.6 Uji Orientasi ……………………………………… 23
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan …………………………… 24
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas ……………………........ 24
3.5.2 Penentuan Tipe Emulsi ………………………........ 24
3.5.3 Pengukuran pH …………………………………. 25
Universitas Sumatera Utara
xi
3.5.4 Pengamatan Stabiitas Sediaan .................................... 25
3.5.5 Uji Iritasi Sukarelawan ............................................... 25
3.4.5.6 Uji Efek Krim Xerosis .............................................. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 27
4.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan Minyak ................ .............. 27
4.2 Penetuan Mutu Fisik Sediaan................................................ 27
4.2.1 Pemeriksaan Homogenitas ......................................... 27
4.2.2 Penentuan Tipe Emulsi .............................................. 27
4.2.3 Penentuan pH sediaan ................................................ 28
4.2.4 Pengamatan Stabilitas Sediaan ................................... 29
4.2.5 Hasil Uji Iritasi .......................................................... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................... .............. 35
5.1 Kesimpulan ........................................................... .............. 35
5.2 Saran ....................................................................... .............. 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ .............. 36
LAMPIRAN ............................................................................... .............. 38
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Skala Penilaian Xerosis pada Tumit Kaki ...................................... 11
3.1 Uji Orientasi .................................................................................... 23
3.2 Formula Sediaan Krim Yang Dibuat .............................................. 24
4.1 Data Hasil Pengujian Tipe Emulsi .................................................. 28
4.2 Data pH Tiap Minggu .................................................................... 28
4.3 Data Pengamatan Selama Penyimpanan pada Suhu Kamar .......... 29
4.4 Data Hasil Uji Iritasi Krim pada Sukarelawan ............................... 30
4.5 Perubahan Skala Xerosis Tumit Kaki pada Sukarelawan ............... 31
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Indentifikasi Asam Lemak Minyak Kacang Tanah ........... 39
2 Surat Pernyataan Sukarelawan ................................................... 40
3 Gambar Tanaman Kacang Tanah ................................................ 41
4 Gambar Minyak Kacang Tanah .................................................. 42
5 Gambar Sediaan Krim Setelah Dibuat dan Setelah 12 Hari ....... 43
6 Uji Homogenitas ......................................................................... 44
7 Uji Tipe Emulsi Dengan Pewarnaan Metil Biru ......................... 45
8 Alat pH meter ............................................................................. 46
9 Bagan Pembuatan Dasar Krim .................................................... 47
10 Bagan Pembuatan Krim Pelembab Minyak Kacang Tanah ........ 48
11 Gambar Masing-Masing Tumit Kaki ......................................... 49
12 Hasil Data Analisis SPSS ............................................................ 61
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah
satu kebutuhan manusia, yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan maupun
bahan non pangan.Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah digunakan untuk
minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin, mayonaise, salat dresing dan
mentega putih (shortening).Sebagai bahan non pangan minyak kacang tanah
banyak digunakan dalam industri sabun, face cream, shaving cream, shampo, dan
bahan dasar lainnya (Ketaren,1986).
Isebhakhomen (2013) menyatakan bahwa di dalam minyak kacang tanah
terdapat vitamin E. Minyak kacang tanah yang berkhasiat sebagai antioksidan
merupakan campuran ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang yang
sering disebut trigliserida. Minyak kacang tanah mengandung 76-82 persen asam
lemak tak jenuh yang terdiri dari 79% asam oleat dan 10% asam linoleat(Ketaren,
1986).
Kulit merupakan salah satu panca indra manusia yang terletak di
permukaan tubuh, mempunyai fungsi yang sangat penting, diantaranya menutupi
dan melindungi permukaan tubuh serta merupakan pembungkus yang elastis yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh lingkungan. Berbagai faktor baik dari luar
maupun dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya
lingkungan yang kering, kelembaban udara yang rendah, paparan terhadap bahan
kimia atau unsur lainnya,yang dapat menyebakan terjadi penguapan yang
berlebihan pada kulit sehingga kulit menjadi kering (Santosa, 2011).
Universitas Sumatera Utara
2
Kulit yang kering dapat menimbulkan xerosispada bagian tumit kaki,
sikudan jari jari tangan.Xerosispada tumit kaki merupakan kondisi kulit kering
pada tumit kaki yang cukup parah hingga terjadi pecah-pecah.Xerosis disebabkan
berkurangnya kelembaban akibat hilangnya lipid dan faktor pelembab alami di
stratum korneum.Xerosis pada tumit kaki pertama kali di tunjukkan oleh gejala
kekeringan dengan permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras dan rasa tidak
nyaman.Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kulit retak
dan pecah-pecah yang berakibat timbulnya iritasi dan inflamasi. Xerosis dapat
menimbulkan masalah yang cukup serius bila tidak ditangani sejak dini. Jika
kedalaman pecahan tersebut cukup dalam hingga lapisan dermis, akan
menimbulkan pendarahan yang memicu infeksi oleh jamur dan bakteri.
Xerosistumit kakidapat terjadi pada kulit yang terpapar bahan kimia seperti
detergen (yang dapat melarutkan lipid kulit), suhu atau temperatur lingkungan,
usia dan juga kelainan genetik (Baumann, 2002).
Xerosis dapat diatasi dengan menggunakan pelembab yang berfungsi
menjaga kelembaban kulit dan membuat kulit menjadi lebih lembut. Kulit yang
berminyak memiliki kemampuan mempertahankan kadar air yang lebih tinggi
daripada kulit yang kering. Peran kelembaban kulit adalah untuk menjaga kadar
air yang berada dalam kulit dalam rangka mempertahankan elastisitasnya.
Pelembab yang ideal untuk mencegah xerosis harus memiliki mekanisme kerja
oklusif danhumektan untuk meningkatkan kadar air serta emolien untuk
melembutkan kulit yang kasar (Baumann,2002).
Universitas Sumatera Utara
3
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk meneliti krim pelembab dari
minyak kacang tanah(Arachis hypogaea) untuk mengatasi xerosis pada tumit kaki
1. Apakah minyak kacang tanah dapat diformulasikan dalam sediaan krim
dengan tipe emulsi air dalam minyak (a/m)?
2. Apakah formulasi sediaan krim yang dihasilkan memiliki sifat fisik dan
stabilitas yang baik?
3. Apakah krim minyak kacang tanah mampu mengatasi xerosis tumit kaki?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini
adalah:
1. Minyak kacang tanah dapat diformulasikan dalam sediaan krim tipe emulsi
air dalam minyak (a/m)
2. Formulasi sediaan yang dihasilkan memiliki sifat fisik dan stabilitasnya
yang baik
3. Sediaan krim minyak kacang tanah mampu mengatasi xerosis pada tumit
kaki
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Membuat sediaan krim minyak kacang tanah dalam sediaan krim dengan
tipe emulsi air dalam minyak (a/m)
2. Mengetahui sifat fisik dan stabilitas sediaan
Universitas Sumatera Utara
4
3. Mengetahui efektivitas sediaan krim minyak kacang tanah untuk mengatasi
xerosis pada tumit kaki.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan daya guna dari kacang
tanah sebagai bahan kosmetik.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kalinya
dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika).Dibenua Amerika
penanaman pertama kali dilakukan oleh pendatang Eropa. Kacang tanah ini
pertama kali masuk ke Indonesia pada abad 17, dibawa oleh pedagang Cina dan
Portugis. Kacang tanah memiliki banyak nama daerah kacang, seperti kacang una,
kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban dan kacang kole. Bahasa Inggrisya
kacang tanah adalah peanut atau groundnut (Pitijo, 2005).
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) termasuk tanaman polong-
polongan atau legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman palawija keluarga Leguminosae yang memiliki
kandungan gizi cukup tinggi antara lain protein, karbohidrat dan minyak (Andaka,
2009).
2.1.1 Klasifiksi Minyak Kacang Tanah
Menurut Tjitrosoepomo (1996) dalam taksonomi tumbuhan kacang tanah
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Polypetalae
Universitas Sumatera Utara
6
Family : Papilionidae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
2.1.2 Minyak kacang tanah
Minyak kacang tanah adalah minyak yang telah dimurnikan, diperoleh
dengan pemerasan biji Arachis hypogaea yang telah dikupas.Memiliki pemerian
cairan kuning pucat (Ditjen POM, 1979).
Minyak kacang tanah mengandung asam oleat 79%, asam linoleat 10%
dan asam linolenat 0,7%. Minyak kacang tanah digunakan sebagai bahan
tambahan dalam formulasi farmasetika terutama sebagai pelarut dalam injeksi
intramuscular pelepasan diperlambat.Minyak kacang tanah juga digunakan
sebagai pembawa untuk sediaan topikal dan sebagai pelarut untuk vitamin dan
hormon.Untuk keperluan terapi, emulsi yang mengandung minyak kacang tanah
setelah digunakan dalam sediaan enema sebagai pelunak feses, dan dalam sediaan
obat tetes telinga untuk melembutkan kotoran telinga (Rowe, et al., 2009).
2.2 Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-
sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
Universitas Sumatera Utara
7
sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan tubuh
terhadap tekanan atau infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkunan hidup manusia.Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh
( Wasitaatmadja, 1997).
2.2.1 Struktur Kulit
Kulit terdiri dari tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu
lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan hypodermis
(subkutan).
1. Lapisan epidermis
Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas, tipis dan
sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis terdiri dari lima lapisan
sel:
a. Lapisan tanduk (stratum corneum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin,
jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia.
Universitas Sumatera Utara
8
b. Lapisan Jernih (stratum lusidum)
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang
tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak
tangan dan telapak kaki.Antara stratum corneum dan stratum
granulosumtterdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier
yang tidak bisa ditembus (impermeable) untuk berbagai bahan kimia.
c. Lapisan Berbutir-butir (Stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang terbentuk polygonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut.
d. Lapisan Malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.Intinya besar
dan oval.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yan terdiri atas
serabut protein.Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel
dalam lapisan malphigi ini.
e. Lapisan Basal (stratum germinativum)
Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga
terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami
keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan
memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrite-
dendritnya ( Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Lapisan dermis
Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan
epidermis.Lapisan dikenal pula sebagai kulit jangat. Pada lapisan ini,serabut yang
kolagen dan elastin yang parallel membentuk struktur penunjang pada kerangka
Universitas Sumatera Utara
9
dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan,
kelenturan kulit.Di dalam dermis juga terdapat jaringan saraf dan sistem
pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak. Pembuluh darah ini akan
mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona
(Achroni, 2012).
3. Lapisan subkutis
Lapisan subkutis atau jaringan lemak di bawah kulit.Lapisan ini
merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan longer yang berisi sel-sel
lemak di dalamnya (Anwar, 2012).
2.2.2 Kelembaban Kulit
Kulit yang lembab berarti kulit yang memiliki kadar minyak lebih tinggi
dari pada kulit yang kering. Kulit yang berminyak memiliki kemampuan
mempertahankan kadar air lebih tinggi dari pada kulit yang kering. Peran
kelembaban kulit adalah untuk menjaga kadar air yang berada dalam kulit dalam
rangka mempertahankan elastisitasnya (Prianto,2014).
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang
antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak
tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguap air yang akan
menyebabkan dehidrasi kulit. Kandungan air dalam stratum korneum, meskipun
sedikit (hanya 10%) sangat penting.Air yang terkandung dalam stratum korneum
sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono
dan Latifah, 2007).
Jika Kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, maka semakin
rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah,
Universitas Sumatera Utara
10
membentuk retak-retak mendalam mirip V. Jika bahan-bahan asing, seperti sisa
sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini,
maka kulit yan menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan
peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Di sinilah perlunya kosmetik
pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringn dan
retak-retak pada kulit serta akibatnya buruk (Tranggono dan Latifah, 2007).
Seperti telah dikemukakan diatas, kulit yang kering umumnya memiliki
kadar minyak yang rendah. Kurangnya kadar minyak pada permukaan kulit ini
mengakibatkan kandungan air yang berada dibagian permukaan kulit ini
mengakibatkan kandungan air yang berada dibagian permukaan bawah lapisan
keratin menguap lebih cepat, yang selanjutnya mengakibatkan kekeringn pada
kulit yang pada tingkat ekstrem dikenal dengan istilah xerosis. Kulit semacam ini
akan terlihat berkerak disertai rasa gatal. Dalam kondisi demikian kulit akan lebih
mudah terkena infeksi bakteri ataupun jamur (Prianto,2014).
2.3 Patologi Xerosis
Xerosis adalah kondisi yang sangat lazim yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya cuaca (suhu dan kelembaban), perubahan kondisi
lingkungan yang ekstrim, paparan mikroorganisme dan paparan bahan kimia yang
dapat melarutkan lipid stratum korneum dan faktor pelembab alami kulit, proses
penuaan dan stress fisiologi, pengaruh genetik dan berbagai penyakit (Draelos,
2013).
Xerosis dikarakterisasi dengan berkurangnya kelembaban yang mencapai
kadar kelembaban kurang dari 10% di stratum korneum. Hal ini dapat terjadi
karena peningkatan pada transpidermal waterloos (TEWL) karena berkurangnya
Universitas Sumatera Utara
11
permeabilitas pelindung. Kelembaban yang berkurang akan menyebabkan
terjadinya pemisahan kerneosit. Ketika kulit menjadi terlalu kering, kulit akan
mengeras, memerah, dan berkembang menjadi retak. Bila retakan menjadi
melebar dan semakin dalam akan sampai pada bagian dermis kulit dan dapat
berakibat parah pada daerah tubuh yang dengan relative sedikit kelenjar minyak
seperti tangan dan kaki (Draelos, 2013).
Xerosis pada tumit kaki dapat terjadi pada kulit yang terpapar bahan kimia
seperti detergen yang dapat melarutkan lipid kulit. Kulit yang berminyak memiliki
kemampuan mempertahankan kadar air yang lebih tinggi dari pada kulit yang
kering. Peran kelembaban kulit ini adalah untuk menjaga kadar air yang berada
dalam kulit dalam rangka mempertahankan elastisitasnya (Prianto, 2014).
Gejala awal terjadi kekeringan kulit yaitu munculnya warna suram dan
perubahan topografi kulit. Dengan memburuknya kondisi kulit, akan terjadi
penurunan kohesi antara sel keratinosit. Hal ini menyebabkan ujung sel
keratonosit akan menggulung sehingga muncul ruam kulit, bersisik dan
permukaannya terasa kasar. Retakan dan pecahan akan muncul sebagai hasil dari
penurunan elastisitas (Baumann, 2002). Skala tingkat keparahan xerosis pada
tumit kaki ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
12
Tabel 2.1 Skala penilaian xerosis pada tumit kaki
Tingkata
n
S
kala
Deskripsi
Ringan
0
1
2
Kulit Normal
Penampilan bersisik dengan sedikit
serpihan kulit
Penampilan bersisik dengan banyak
serpihan kulit
Sedang
3
4
Garis-garis tipis dan datar
Garis-garis tebal yang menaik, pecah-
pecah tidak dalam
Parah
5
6
Pecah-pecah besar yang dalam
Pecah-pecah yang besar dan dalam hingga
muncul sedikit eritema
Sumber Rogers, et al., 1989.
Universitas Sumatera Utara
13
Gambar skala tingkat keparahan xerosis pada tumit kaki dapat di lihat pada
Gambar 2.1
Skala 0 ( Kulit Nomal) (Skala 1)
(Skala 2) (Skala 3)
(Skala 4) (Skala 5) (Skala 6)
Gambar 2.1 Skala Tingkat Xerosis
Sumber https: //www.geoogle.com xerosis tumit kaki.
Universitas Sumatera Utara
14
Dehidrasi pada permukaan kulit adalah hal pertama yang terjadi pada kulit
kering.Selanjutnya dehidrasi kulit tersebut di per arah dengan kerusakan barrier di
lapisan super ficial stratum korneum memungkinkan terjadinya pelarutan faktor
pelembab alami dari sel-sel kulit terluar dan berkurangnya jumlah air di stratum
korneum. Kerusakan akut dan kronik barrier stratum korneum akan meningkatkan
proliferasi keratinosit. Akibatnya akan terjadi hyperkeratosis dan inflamasi.
Selanjutnya, hal ini berakibat pada ketidakmampuan sel dalam menjalankan
fungsinya sebagai barrier stratum korneum sebagaimana kulit sehat. Korneosit
dewasa yang seharusnya bersifat sangat hidrofobik pada permukaan kulit akan
menurunkan dan memungkinkan untuk terjadinya peningkatan jumlah air yang
hilang. Pelembab alami kulit bersifat higroskopis dan juga terdapat pada
korneosit. Jumlah pelembab alami kulit lama kelamaan akan menurun sehingga
sifat higroskopis kulit juga akan berkurang ( Rawlings dan Leyden, 2002).
2.4 Kosmetik
Kosmetik berasal dari bahasa Yunani “Kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam peraturan Mentri
Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut. Kosmetik
adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagan luar), gigi dan
rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit. Sementara itu, obat adalah bahan zat, atau benda yang dipakai untuk
Universitas Sumatera Utara
15
diagnose, pengobatan, dan pencegahan suatu penyakit atau yang dapat
mempengaruhi struktur dan faal tubuh (Tranggono dan Latifah, 2007).
Sub bagian kosmetik medik bagian/SMF Ilmu penyakit kulit dan
kelaminFKU/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, membagi kosmetik atas:
1. Kosmetik pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas: a.Kosmetik
pembersih (cleansing); b.Kosmetik pelembab (moisturizing); c.Kosmetik
pelindung (protecting); dan kosmetik penipis (thining)
2. Kosmetika rias/dekoratif, yang terdiri atas: a.Kosmetika rias kulit terutama
wajah; b. Kosmetika rias rambut; c. Kosmetika rias kuku; d. Kosmetika
rias bibir, dan e. Kosmetika rias mata
3. Kosmetika pewangi/parfum, termasuk dalam golongan ini: a. Deodoran dan
antiperspirant; b. After shave lotion; dan c. Parfum dan eau de toilette
(Wasitaatmadja, 1997).
2.5 Pelembab
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit dalam
tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering
(Wasitaatmadja, 1987).
Pelembab bekerja pada bagian kulit lapisan epidermis di stratum
korneum.Beberapa lapis dari sel mati berkreatin sangat hidrofil dan banyak
mengembang bila tercelup dalam air, hal ini menjaga permukaan kulit tetap halus
dan lentur. Bila air yang dikandung stratum korneum hilang, kulit akan menjadi
Universitas Sumatera Utara
16
kering dan bersisik. Meskipun lapisan film lipid bukan sebagai mantel penutup
yang menolak air, tapi dapat membantu menahan air agar tetap tinggal dalam kulit
(Anief, 2004).
Xerosis dapat diatasi dengan menggunakan pelembab yang berfungsi
menjaga kelembaban kulit dan membuat kulit menjadi lebih lembut.Secara
alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya
tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar
keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar
kulit.Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak
mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah
yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Derajat hidrasi kulit dapat ditingkatkan dengan cara mencegah penguapan
air dari kulit, meningkatkan integritas barrier kulit dan meningkatkan kemampuan
kulit untuk memoertahankan kandungan airnya. (Baumann, 2002).
2.5.1 Emolien
Emolien merupakan bahan-bahan yang ditambahkan pada kosmetik untuk
melembutkan kulit.Emolien bekerja dengan mengisi ruang-ruang antara korneosit
desquamasi untuk menghasilkan permukaan kulit yang halus.Emolien
meningkatkan kohesi, sehingga menyebabkan perataan dari tepi-tepi korneosit
yang keriting.Hasilnya, terbentuk permukaan kulit dengan celah yang sedikit dan
dapat merefrasikan cahaya dengan lebih baik.Banyak emolien yang juga bekerja
sebagai humektan, misalnya lanolin, minyak mineral, dan petrolatum (Bauman,
2002).
Universitas Sumatera Utara
17
2.5.2 Oklusif
Bahan-bahan yang bersifat oklusif bekerja dengan cara melapisi stratum
korneum untuk menghambat Transepidermal Water Loss (TEWL). Kolesterol,
seramid, dan beberapa asam lemak esensial dan non esensial yang terdapat dalam
minyak dapat membantu untuk mengisi barrier lamellar alami lipid yang
mengelilingi squamosa di stratum korneum dan membentangi fungsi barrier
kulit.Contoh bahan-bahan bersifat oklusif diantaranya petrolatum, minyak zaitun,
minyak mineral, minyak kedelai dan lanolin (Draelos and Thaman, 2006).
2.5.3 Humektan
Humektan adalah bahan-bahan yang mampu mengabsorbsi sejumlah air
dari atmosfer dan menariknya ke stratum korneum untuk mendapatkan kulit yang
lebih lembut.Contoh bahan-bahan yang bersifat humektan antara lain gliserin,
sorbitol, urea, dan propilen glikol (Draelos and Thaman, 2006).
2.6 Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% air dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Stabilitas krim akan
rusak, jika sistem campurannya ternganggu oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau
pencampuran dua tipe krim jika zat penegemulsinya tidak tercampurkan satu sama
lain (Ditjen POM, 1979).
Krim merupakan sistem emulsi sediaan semi padat dengan penampilan
tidak jernih, berbeda dengan salep yang tembus cahaya.Konsistensi dan sifat
rheologisnya tergantung pada jenis emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau
Universitas Sumatera Utara
18
minyak dalam air, dan juga pada sifat zat padat dalam fase internal.Basis yang
dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air, dan dikenal sebagai
krim.Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini, diberi istilah demikian
karena waktu krim digunakan dan digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau tidak
terlihat bukti nyata tentang adanya krim tersebut.Sehingga tidak terlihat kulit
sedang diolesi krim tersebut, Basis krim pendingin yang dilaporkan sebagai
penemuan Galen, merupakan pelopor pembawa emulsi air di dalam pembawa
emulsi air di dalam minyak.Emulsi jenis krim pendingin sering menggunakan
kombinasi boraks-malam tawon sebagai pengemulsi, dengan minyak mineral atau
minyak nabati sebagai fase kontinu. (Lachman,dkk.,1994).
2.7 Emulsi
Menurut Ditjen POM (1995) emulsi adalah sistem dua fase, yang salah
satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan
kecil.Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang
mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan-tetesan kecil menjadi besar dan
akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.Dikenal dua macam tipe emulsi
yaitu emulsi tipe minyak dalam air dimana tetesan minyak terdispersi dalam fase
air dan tipe air dalam minyak dimana tetesan air terdispersi dalam fase minyak
(Anief, 2004).
Dalam sediaan kosmetik, biasanya fase air dan fase minyak bukan
merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan
mengandung beberapa komponen (Ansel, 1989).
Universitas Sumatera Utara
19
Pada umumnya, sebagian besar sediaan kosmetika yang beredar adalah
sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit.Emulsi
minyak dalam air dapat dengan mudah dicuci dengan air karena sifatnya yang
mudah dibasahi oleh air.Tipe emulsi ini cocok untuk preparat-preparat krim,
lotion yang pada penggunaanya dinginkan dapat dengan mudah dihilangkan dari
kulit (Ditjen POM, 1985).
2.8 Uji Iritasi
Uji iritasi yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit
normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui sediaan uji itu dapat
menimbulkan iritasi atau tidak. Umumnya, iritasi akan menimbulkan reaksi kulit
sesaat setelah pelekatan atau penyentuhannya pada kulit, iritasi demikian disebut
iritasi primer. Tetapi jika reaksi itu timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau
peletakan pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda yang
ditimbulkan reaksi kulit tersebut umumnya sama, yaitu kulit kemerahan, gatal-
gatal dan bengkak (Ditjen POM ,1985).
Panel uji tempel meliputi manusia sehat sebaiknya wanita, berbadan sehat
jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan
menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel.Lokasi uji lekatan
adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya
yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung,
lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM, 198
Universitas Sumatera Utara
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental, setelah terlebih dahulu
dilakukan orientasi.Penelitian meliputi pembuatan sediaan krim pelembab minyak
kacang tanah. Evaluasi terhadap mutu fisik sediaan meliputi uji homogenitas,
penentuan tipe emulsi, penentuan pH, pengamatan stabilitas sediaan. Dilanjutkan
dengan uji iritasi terhadap kulit dan pengujian kemampuan sediaan krim untuk
mengatasi xerosis pada tumit kaki dengan menggunakan 12 sukarelawan selama
satu bulan. Pembuatan sediaan dilakukan di Laboratorium Kosmetologi Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitis
(Boeco Germany), cawan porselen, penjepit tabung, lumpang, stamfer, objek
gelas, pH meter (Hanna), pot plastik, penangas air, dan alat-alat gelas
laboratorium.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kacang
tanah(Arachis hypogaea),cera alba, paraffin cair, nipagin, borax, BHT dan air
suling.
Universitas Sumatera Utara
21
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
kemampuan sediaan untuk memberikan efek penyembuhan dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat (Berusia 20-50 thn)
2. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi.
3.Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985)
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Identifikasi
Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak
yang terkandung dalam minyak kacang tanah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
Medan.
3.4.2 Formula standar krim (Young 1972)
R/ Cera alba 16,0
Paraffin cair 50,0
Borax 1,0
Nipagin qs
Parfum qs
Air suling 33,0
Universitas Sumatera Utara
22
3.4.3 Formula dasar krim yang digunakan
R/ Cera alba 16,0
Paraffin cair 50,0
Borax 1,0
Nipagin 0,1
BHT 0,1
Air suling ad 100
3.4.4 Prosedur Pembuatan Krim
Cera alba dan paraffin cair dimasukkan ke dalam cawan penguap dan di
lebur diatas penangas air pada suhu 70°C setelah melebur ditambahkan BHT
(massa I).Borax dan nipagin di larutkan dengan air suling yang telah dipanaskan
65ºC (massa II). Dipanaskan lumpang porselen dan alu sampai suhu 70°C pada
water bath dengan mengatur suhu di water bath masukkan massa I kedalam
lumpang dan ditambahkan massa II secara perlahan lalu diaduksecara konstan
sampai terbentuk massa krim yang baik.
3.4.5 Pembuatan sediaan krim pelembab minyak kacang tanah
Ditimbang minyak kacang tanah sesuai dengan konsentrasi kedalam
lumpang, lalu di tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim kemudian di gerus
sampai homogen.Kemudian dimasukkan kedalam wadah.
3.4.6 Uji Orientasi
Dari uji orientasi di lakukan untuk melihat aktifitas dari konsentrasi yang
kecil, pada penelitian ini digunakan minyak kacang tanah 1% dan 2,5%, karena
konsentrasi 1% krim pelembab minyak kacang tanah tidak mengalami perubahan
Universitas Sumatera Utara
23
xerosisterhadap krim,oleh sebab itu penelitian ini di mulai dari konsentari F1
2,5%.
Tabel 3.1 Uji Orientasi
Bahan
Formula
F0 F1 F2
Minyak kacang
tanah
- 1% 2,5%
Basis Krim 100 99 97,5
Tabel 3.2 Formula sediaan krim yang dibuat
Bahan Formula
F0 F
1
F2 F3
Minyakkacan
g tanah
- 2,
5
5 7,5
Basis Krim 100 9
7,5
95 92,5
Keterangan: Formula F0 : Blanko (Dasar krim tanpa minyak)
Formula F1 : Konsentrasi minyak kacang tanah 2,5%
Formula F2 : Konsentrasi minyak kacang tanah 5%
Formula F3 : Konsentrasi minyak kacang tanah 7,5%
Dasar krim dibuat sebanyak 100 g, Pembuatan sediaan krim minyak
kacang tanah dengan konsentrasi 2,5 % dibuat dasar krim sebanyak 97,5 gram,
pembuatan minyak kacang tanah dengan konsentrasi 5 % dibuat dasar krim
sebayanyak 95gram dan pembuatan krim minyak kacang tanah dengan
konsentrasi 7,5% dibuat dasar krim sebanyak 92,5 gram.
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas
yaitu dengan cara sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
24
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim
Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak
1 tetes dengan 1 tetes sediaan lalu diaduk. Bila metilen biru tersebut merata
berarti sediaan tersebut emulsi tipe m/a, tetapi bila metilen biru tersebar tidak
merata berarti sediaan tersebut emulsi tipe a/m (Ditjen POM, 1985).
3.5.3 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter yaitu
dengan cara sebagai berikut:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam (4,0) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan
dengan menggunakan tissue, Sampel dibuat dalam konsentrasi 5% yaitu
ditimbang 0,50 gram sediaan dan dilarutkan dalam air suling hingga 50 ml.
Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat
menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter
merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Pengamatan stabilitas dilakukan pada penyimpanan suhu kamar.Masing-
masing formula sediaan dimasukkan kedalam pot plastik, ditutup bagian
atasnya.Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai di buat,
penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu dilakukan pada suhu kamar. Bagian yang
Universitas Sumatera Utara
25
diamati berupa pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sediaan
(Ansel,2008).
3.5.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan dengan tujuan untuk mengetahui
sifat iritasi sediaan.Sediaan yang dipilih untuk uji iritasi ini adalah sediaan terbaik
dari hasil formulasi.
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji pakai (usage test).Uji
iritasi dilakukan pada 12 orang sukarelawan. Caranya, krim dengan konsentrasi
tertinggi yaitu 7,5% dioleskan di bagian kulit belakang telinga sukarelawan
kemudian dibiarkan 24 jam. Setelah 24jam dihitung reaksi pengolesan pertama,
diamati reaksi yang terjadi.Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan,
gatal-gatal, atau bengkak pada kulit belakang telinga atau bagian bawah lengan
yang diberikan perlakuan (Wasitaatmadja, 1997).
3.5.6 Uji Efek Krim Pada Penderita Xerosis Tumit Kaki
Sebanyak 12 orang sukarelawan yang terdiri dari wanita berumur 20-50
tahun. Kriteria sukarelawan memiliki tumit kaki pecah-pecah dengan tingkat
keparahan ringan, sedang dan parah, tetapi tidak sampai mengalami pendarahan.
Setiap sukarelawan dinilai tingkat keparahan xerosis pada kedua tumit
kaki, dimana setiap sukarelawan diberikan konsentrasi yang berbeda-bedadan
kemudian difoto kondisi awal keadaan tumit kaki.Pengolesan krim dilakukan dua
kali sehari yakni di pagi hari, kira-kira dua puluh menit sebelum beraktivitas dan
di malam hari sebelum tidur selama empat minggu.Pemeriksaan dilakukan dua
minggu sekali, setelah pemakaian dua minggu keadaan tumit kaki sukarelawan
Universitas Sumatera Utara
26
dinilai tingkat keparahan xerosis nya serta difoto dan setelah empat minggu
keadaan tumit kaki sukarelawan dinilai kembali tingkat keparahan xerosis nya dan
difoto kembali.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan Asam Lemak Minyak kacang tanah
Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak
yang terkandung dalam minyak kacang tanah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Medan. Hasil penelitian identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
4.2.1 Pemeriksaan Homogenitas
Dari uji homogenitas yang dilakukan pada sediaan krim blanko dan krim
dengan konsentrasi 2,5% , 5%, dan 7,5% semua sediaan krim tidak terdapat
butiran-butiran kasar pada objek gelas, maka sediaan krim dikatakan homogen.
Hasil uji homogenitas menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas
(Ditjen POM RI, 1985).
4.2.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit metil
biru ke dalam sediaan yang diletakkan pada objek gelas, jika homogen sewaktu
diaduk, maka emulsi tersebut ada tipe m/a, jika tidak homogen sewaktu diaduk,
maka emulsi tersebut adalah tipe a/m.(Ditjen POM RI,1985).
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan krim minyak kacang
tanah dengan pewarnaan menggunakan metilen biru terhadap pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 4.1 Data hasil pengujian tipe emulsi sediaan krim minyak kacang tanah
dengan pewarnaan menggunakan metilen biru
Formula Kelarutan Metilen Biru Dalam Sediaan
Ya Tidak
F0 -
F1 -
F2 -
F3 -
Keterangan: Formula F0 : Blanko (dasar krim tanpa minyak)
Formula F1 : Konsentrasi minyak kacang tanah 2.5%
Formula F2 : Konsentrasi minyak kacang tanah 5%
Formula F3 : Konsentrasi minyak kacang tanah 7,5%
Berdasarkan hasil uji tipe emulsi dengan pengujian cara pewarnaan dengan
metilen biru. Pengujian dilakukan menambahkan larutan metilen biru pada
sediaan diuji.Apabila dapat memberikan warna biru pada emulsi maka emulsi
tersebut adalah tipe m/a. Berdasarkan hasil yang dilakukan bahwa formula F0, F1,
F2, dan F3 tipe a/m karena metilen biru dapat terlarut dan memberikan warna biru
yang homogen.
4.2.3 Penentuan pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan
yang dilakukan, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data pH pada tiap minggu
Formula
pH per minggu pH Rata-rata
I II IV
F0 6,5 6,5 6,5 6,8
F1 6,5 6,5 6,5 6,5
F2 6,4 6,4 6,3 6,36
F3 6,3 6,3 6,2 6,26
Pada Tabel 4.2 pH yang ditujukan adalah 6,26-6,8, meliputi stratum
koerneum adalah lapisan permukaan film pelindung dengan pH 4,5-6,5, disebut
Universitas Sumatera Utara
29
mantel asam yang terdiri dari asam laktat dan asam amino dikarbosilat dalam
sekresi keringat tercampur dengan substansi lipoid dari sebasea. Perubahan drastis
pH antel ini menyebabkan meningkatnya pemasukan bakteri dan bermacam-
macam penyakit kulit (Anief, 1977).
4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Ketidakstabilan formulasi obat dapat di deteksi dalam beberapa hal dengan
suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa, pemisahan fase, dan
tekstur dari forrmulasi tersebut.Umumnya suatu emulsi dianggap tidak
stabil.Ketidakstabilan formulasi krim dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan
suatu perubahan dalam perubahan fisik, warna, bau, rasa, pemisahan fase dan
tekstur dari formula tersebut.Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara
fisik jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsi
danmembentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi.
Hasil percobaan untuk pengamatan stabilitas sediaan krim minyak kacang
tanah terdapat pada Tabel 4.3
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 4.3 Data pengamatan selama penyimpanan 12 Minggu pada suhu kamar
Formula Pengamatan selama penyimpanan
Selesai
dibuat
Setelah 1
minggu
Setelah 4
minggu
Setelah 8
minggu
Setelah 12
minggu
x y z x y z x y z x y z x y z
F0 - - - - - - - - - - - - - - -
F1 - - - - - - - - - - - - - - -
F2 - - - - - - - - - - - - - - -
F3 - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan: F0 : Blanko (Dasar krim tanpa minyak)
F1 : Krim minyak kacang tanah 2,5%
F2 : Krim minyak kacang tanah 5%
F3 : Krim minyak kacang tanah 7,5%
x : Perubahan warna
y : Perubahan bau
z : Pemisahan fase
: Terjadi perubahan
- : Tidak terjadi perubahan
Oleh sebab itu perlu dilakukan uji evaluasi selama tiga bulan dan dianggap
sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi.
Berdasarkan uji hasil stabilitas pada sediaan selama 12 minggu pada suhu
kamar 28°C, maka diperoleh hasil pada Tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa
seluruh sediaan dari tiap formulasi atau konsentrasi yang berbeda-beda tidak
mengalami perubahan warna, bau, dan tidak terjadi pemisahaan fase baik pada
pengamatan minggu ke- 1,4,8 dan ke 12 selama penyimpanan pada suhu kamar.
Hal ini menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik.
4.2.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan pada sediaan krim minyak kacang
tanah pada Tabel4.4
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 4.4 Data hasil uji iritasi krim terhadap sukarelawan
NO Sukarelawan Kemarahan
pada kulit
Gatal pada
kulit
Bengkak pada
kulit
1 I - - -
2 II - - -
3 III - - -
4 IV - - -
5 V - - -
6 VI - - -
7 VII - - -
8 VIII - - -
9 IX - - -
10 X - - -
11 XI - - -
12 XII - - -
Keterangan : + : Kemerahan pada kulit
++ : Gatal pada kulit
+++ : Bengkak pada kulit
- : Tidak terjadi reaksi
Uji iritasi dilakukan menggunakan sediaan krim dengan konsentrasi 7,5%,
berrdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 12 orang sukarelawan tidak
menunjukkan terjadinya reaksi alergi. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono
dan Latifah, 2007).
Hasil persentase perubahan skala penurun xerosis tumit kaki pada
sukarelawan selama empat minggu dengan formula F0, F1, F2, dan F3 pada
Tabel 4.5.
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 4.5 Perubahan skala xerosis tumit kaki pada sukarelawan selama 4
Minggu
Formula Sukarelawan Kondisi
awal
Minggu
ke 2
Minggu
ke 4
Perubahan
Skala
F0
(Blanko)
I
II
III
Rata-rata
3
4
5
4
2
3
4
3
2
2
3
2
33,3
50
40
50
F1
( 2,5%)
IV
V
VI
Rata-rata
3
4
4
3
3
3
3
3
2
1
2
2
66,6
50
50
66,6
F2
(5%)
VII
VIII
IX
Rata- rata
3
4
4
3
3
3
3
3
1
2
1
2
80
50
50
66,6
F3
(7,5%)
X
XI
XII
Rata-rata
5
3
4
4
3
2
3
2
1
1
1
1
75
66,6
75
75
Keterangan: 0 : Kulit Normal
1 : Penampilan bersisik dengan banyak serpihan kulit
2 : Garis-garis tipis dan datar
3 : Garis-garis tebal yang menarik dan pecah tidak dalam
4 : Pecah-pecah besar dan dalam
5 : Pecah-pecah besar dan dalam
6 : Pecah- pecah besar dan dalam hingga muncul eritema
Dengan Pemilihan tingkat xerosis tumit kaki dengan kondisi sedang
menjadi ringan dengan skala 4 menjadi skala 1 pada tumit kaki. Dengan
perbandingan skala tingkat xerosis menurut Sumber https: //www. geoogle.com
dan hasil xerosis pada tumit kaki dengan minyak kacang tanah.
Universitas Sumatera Utara
33
Tingkat Ringan
Skala 0 ( Kulit Normal)
Skala 1 ( Penampilan bersisik dengan sedikit serpihan kulit)
Skala 2 ( Penampilan bersisik dengan banyak serpihan kulit)
Universitas Sumatera Utara
34
Tingkat Sedang
Skala 3 (Garis-garis tipis dan datar)
Skala 4 ( Garis-garis tebal yang menaik pecah-pecah tidak dalam)
Data pada Tabel 4.5 menunjukkan selama empat minggu perawatan,
penurunan xerosis pada tumit kaki sukarelawan meningkatkan terutama formula
F4. Data selanjutnya dianalisis dengan uji ANOVA, yaitu uji One Way ANOVA
dengan Post-Hoc Tukey HSD untuk mengetahui efektivitas formula terhadap
sukarelawan dan diperoleh nilai p< 0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang
signifikan.
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji One Way ANOVA, dimana
syarat untuk melakukan uji ANOVA data harus berdistribusi normal dan
dilakukan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov didapat nilai p> 0,05 yaitu data
Universitas Sumatera Utara
35
hasil penelitian berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya, dilakukan uji One
Way ANOVA untuk melihat perbedaan efektifitas tiap formula terhadap
sukarelawan, didapat nilai p< 0,05 yakni terdpat perbedaan yang signifikan antar
tiap formula terdapat presentase penurunan xerosis. Dan untuk melihat formula
mana saja yang memiliki perbedaan yang signifikan dilakukan uji Post-Hoc-
Tukey HSD, didapat nilai p< 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
pada tiap formula yaitu blanko F0 ; F1; F2; dan F3.
Semakin tinggi konsentrasi minyak kacang tanah yang di tambahkan maka
kemampuan mengatasi xerosis pada tumit kaki meningkat dengan menurunnya
tingkatan xerosis pada tumit kaki. Secara umum, terlihat bahwa setiap formula
menunjukkan penurunan persentase xerosis pada tumit kaki pada kondisi awal,
minggu ke-2 dan minggu ke-4 penggunaan krim, dimana persentase xerosis pada
tumit kaki semakin menurun dengan bertambahnya waktu penggunaan krim, hal
ini dapat dilihat bahwa persentase pada tiap formula menurun pada blanko dan
semakin menurun pada formula 1 sampai 3. Penurunan persentase berbeda
pada tiap formula.Dimana semakin tinggi konsentrasi minyak kacang tanah pada
krim, maka semakin mempercepat penurunanxerosis pada tumit kaki.
Berdasarkan tingkat skala keparahan menurut Rogers et al, terlihat pada
sukarelawan yang diberi sediaan krim minyak kacang tanah dengan konsentrasi
7,5%, dimana pada kondisi awal menggunakan krim minyak kacang tanah tumit
kaki xerosis termasuk tipe xerosis parah yaitu pecah-pecah besar yang dalam,
pada minggu ke-2 tumit kaki belum mengalami perubahan penurunan xerosis dan
pada minggu ke-4 tumit kaki xerosis mengalami peningkatan perubahan
penurunan xerosis yaitu garis-garis tebal yang menarik dan pecah tidak dalam.
Universitas Sumatera Utara
36
Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa penggunaan krim selama
satu bulan dapat memperbaiki xerosis pada tumit kaki hingga kondisi normal
apabila digunakan secara rutin.Beberapa sukarelawan menyatakan waktu
penggunaan krim pada pagi dan malam hari sudah tepat.Adanya perbedaan sekala
perubahan dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan dan tingkat keparahan xerosis.
Xerosis juga dapat terjadi karena kondisi cuaca lingkungan sekitar musim
kemarau yang akan beralih pada musim hujan dan juga selama musim kemarau.
Terjadi pada orang-orang yang cenderung tidak menggunakan alas kaki atau
hanya menggunakan sandal terbuka setiap harinya akan mengalami xerosis ini.
Pengunaan krim selama empat minggu menunjukkan bahwa krim tersebut dapat
melembabkan xerosis pada tumit kaki serta melembabkan permukaan kulit yang
pecah-pecah. Kulit tumit kaki menjdi lentur,tidak kasar,tidak kering, pecah-pecah
tidak melebar, dan pecah-pecah semakin berkurang. Idealnya suatu formula
pelembab mengandung bahan yang bersifat oklusif, humektan dan emolien agar
dapat memberikan hasil yang maksimal untuk mengatasi kulit kering atau xerosis
(Baumann, 2002).
Universitas Sumatera Utara
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Minyak kacang tanah dapat diformulasikan dalam bentuk sediaankrim
pelembab dengan tipe emulsi a/m dengan konsentrasi 2,5% , 5%, dan 7,5%
untuk mengatasi xerosis pada tumit kaki, tidak menimbulkan iritasi pada kulit,
stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu dengan mempunyai pH 6,26- 6,8.
2. Minyak kacang tanah pada konsentrasi 7,5% dapat mengatasi xerosis lebih
baik dari pada konsentrasi 2,5 dan 5% yang dapat mengurangi pecah-pecah
pada tumit kaki, dari tingkat skala yang sedang menjadi ringan.
5.2 Saran
Disarankan pada penelitian selanjutnya dapat memformulasikan minyak
kacang hijau untuk mengatasi xerosis tumit kaki.
Universitas Sumatera Utara
38
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada Disini.Jogjakarta:
PT.Buku Kita. Halaman75-77.
Anief, M.(1997).Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit, 31-41,
Gadjah MADA University Press, Yogyakarta
Anief, M. (2004).Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, Halaman 132.
Andaka, G. (2009). Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah
DenganPelarut N-Heksana. Jurnal Teknologi. 2(1): 80-88
Ansel, H.C. (2008).PengantarBentukSediaanFarmasi. Penerjemahan: Farida
Ibrahim. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Halaman376-377,387-388.
Anwar, E. (2012). Ekapisien Dalam Sediaan Farmasi Karakteristik danAplikasi.
Jakarta: Penerbit PT Dian Rakyat. Halaman 190-191, 197, 205.
Baumann, L. (2002). Cosmetic Dermatology Principle and Pratice. Second
edition, New York: Mc Graw Hill. Halaman3-7, 83-90.
Ditjen POM. (1979) Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman8, 33
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Draelos, Z.D. dan Thaman L.A. (2006).Cosmetic Formulation of Skin
CareProducts.New York Taylor & Francis. Halaman 89, 96-98
Draelos, Z. D. (2013). Modern Moisturizer Myths, Misconceptions, and
Truths.Therapeutics for the Clinician. 91 (2): 308-314
Ditjen POM RI.(1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 6.
Isebhakhomen, E.S. (2013). Vitamin E Content Of Traditionaly Processed
Products Of Two Commonly Consumed Oilseed-groundut (Arachis
hypogea) and Melon seed (Citullus vulgaris) in Negeria. Nigeria: journal
of nutrition&food sciences. 3(1);187.
Ketaren, S. (2008).Pengantar Minyak dan Lemak Pangan. Edisi Pertama. Jakarta:
Universitas Indonesia. Halaman 272-273.
Universitas Sumatera Utara
39
Lachman, L., Liebermen, H.A., dan Kanig, J.L (1994). Teori Dan PraktekFarmsi
Industri. Penerjemahan : Edisi III. Suyanti S. Jakarta: UI Press. Halaman
1082-1083, 1092, 1115-1117.
Prianto.J. (2014).Cantik Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama . Halaman 60, 118-145
Pitijo, S. (2005).Benih Kacang Tanah. Jakarta: Kanisius. Halaman 85
Rawlins, E. A. (2003). Bentley’sTextbook of Pharmaceutics. 18th ed. London:
Bailierre Tindall. Halaman 355
Rogers R, S., J. Callen. R. Wehr, dan L., Krochmal. (1989). Comprative efficacy
of 12% ammonium lactate loion and 15% lactic acid lotion inthe
treatment of moderate to severe xerosis. J. Am. Acad. Dermatol., 21(2);
714-716.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients.Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press. Halaman 75,
155, 243,290, 441-442, 428,754.
Santoso, Djoko. (2011). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Jakarta:
Penebar Swadaya, Halaman 1-3.
Tjitrosoepomo, Gembong. (1994).Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.
Yogyakarta: UGM Press.
Tranggono,R.I.danLatifah,F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Editor. Joshita Djajadisastra, Pharm., MS, Ph.D. Jakarta:
Penerbit PustakaUtama. Halaman11-12, 19-20, 76-77, 90.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press, 3-
6.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited.
Halaman 32
Universitas Sumatera Utara
40
Lampiran 1. Hasil analisis kandungan asam lemak minyak kacang tanah
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 2.Surat pernyataan sukarelawan
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuni
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perbaungan
Menyatakan bersedia menjadi sukarelawan untuk uji xerosis pada tumit kaki
Yang dilakukan selama 1 bulan dan uji iritasi selama 2 hari dalam penelitian
dengan judul “ Formulasi dan uji efek krim pelembab minyak kacang tanah
(Peanut oil) untuk mengatasi xerosis pada tumit kaki” dan memenuhi kriteria
sebagaiSukarelawan uji sebagai berikut (Ditjen POM,1985).
1. Wanita berusia 20-50 Tahun
2. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan
3. Bersedia menjadi sukarelawan
Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi,Sukarelawan tidak
akan menuntut kepada peneliti.
Demikian surat pernyataan di buat, atas partisipasinya peneliti
mengucapkan terimah kasih.
Sukarelawan Medan, Maret 2018
Peneliti
( Yuni ) (Putri Ari Budi Arti Penarik)
Universitas Sumatera Utara
42
Lampiran 3. Gambar kacang tanah
Universitas Sumatera Utara
43
Lampiran 4. Gambar minyak kacang tanah (peanut oil)
Universitas Sumatera Utara
44
Lampiran 5. Gambar sediaan krim setelah dibuat dan setelah 12 hari
Sediaan Krim Setelah dibuat
Sediaan Krim Setelah dibuat 12 minggu
Blanko 2,5% 5% 1%
Blanko 2,5% 5% 7,5%
Blanko 2,5% 5% 7,5%
Universitas Sumatera Utara
45
Lampiran 6. Uji homogenitas
Gambar Uji Homogenitas
Blanko
2,5%
7,5
%3.
5.3
Pen
ent
uan
pH
sedi
aan
….. 18
Blanko 2,5% 5% 7,5%
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 7. Uji tipe emulsi dengan pewarnaan metilen biru
Gambar uji tipe emulsi sediaan a/m
Blanko 2,5% 5% 7,5%
Universitas Sumatera Utara
47
Lampiran 8. Gambar alat pH meter
Universitas Sumatera Utara
48
Lampiran 9. Bagan Pembuatan Dasar Krim (Blanko)
Dicampur Dicampur
Dipanaskan diatas penangas air 70ºC Dipanaskandiatas
Penangas air 70ºC
Dicampur di dalam lumpang panas
Fase Minyak
- Cera alba
- Parafin cair
- BHT
Fase Air
- Nipagin
- Borax
- Aquades
Massa I Massa II
Krim Dasar
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 10.Bagan pembuatan krim pelembab minyak kacang tanah
Diampur Dicampurkan
Dipanaskan diatas penangas air 70°C Dipanaskan diatas
penangas air 70˚C
Ditambahkanminyak kacang tanah
konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%
- Dasar Krim 97,5 Konsentrasi 2,5%
- Dasar Krim 95 Konsentrasi 5%
- Dasar Krim 92,5 Konsentrasi 7,5%
Fase Minyak
- Cera Alba
- Paraffin cair
- BHT
Massa 1
Fase Air
- Nipagin
- Borax
- Aquadest
Massa II
Dasar Krim
Krim Pelembab minyak kacang
tanah 2,5%, 5%, 7,5%
Universitas Sumatera Utara
49
1. Blanko
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
50
2. Konsentrasi 2,5%
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
51
3. Konsentrasi 5%
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
52
4. Konsentrasi 7,5%
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
49
1. Blanko
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
50
2. Konsentrasi 2,5%
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
51
3. Konsentrasi 5%
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
52
4. Konsentrasi 7,5%
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
57
1. Blanko
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
58
2. Konsentrasi 2,5 %
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
59
3. Konsentrasi 5 %
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Universitas Sumatera Utara
60
4. Konsentrasi 7,5 %
Kondisi Awal
Minggu ke 2
Minggu Ke 4
Universitas Sumatera Utara
61
Tests of Normality
FORMULA
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KONDISI_AWAL F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .175 3 . 1.000 3 1.000
F2 .175 3 . 1.000 3 1.000
F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
F4 .175 3 . 1.000 3 1.000
MINGGU_KE_2 F0 .175 3 . 1.000 3 1.000
F1 .175 3 . 1.000 3 1.000
F2 .175 3 . 1.000 3 1.000
F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
F4 .175 3 . 1.000 3 1.000
MINGGU_KE_4 F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .175 3 . 1.000 3 1.000
F2 .175 3 . 1.000 3 1.000
F3 .253 3 . .964 3 .637
F4 .175 3 . 1.000 3 1.000
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
KONDISI_AW
AL
.327 4 10 .854
MINGGU_KE_
2
.000 4 10 1.000
MINGGU_KE_
4
.453 4 10 .769
Universitas Sumatera Utara
62
ANOVA
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
KONDISI_AW
AL
Between Groups 1.067 4 .267 .211 .927
Within Groups 12.667 10 1.267
Total 13.733 14
MINGGU_KE_
2
Between Groups .000 4 .000 .000 1.000
Within Groups 10.000 10 1.000
Total 10.000 14
MINGGU_KE_
4
Between Groups .400 4 .100 .065 .991
Within Groups 15.333 10 1.533
Total 15.733 14
KONDISI_AWAL
FOR
MUL
A N
Subset for
alpha = 0.05
1
Tukey HSDa F0 3 3.3333
F1 3 4.0000
F2 3 4.0000
F3 3 4.0000
F4 3 4.0000
Sig. .946
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Universitas Sumatera Utara
63
MINGGU_KE_2
FORMU
LA
Subset for
alpha = 0.05
1
Tukey HSDa F0 3 3.0000
F1 3 3.0000
F2 3 3.0000
F3 3 3.0000
F4 3 3.0000
Sig. 1.000
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
MINGGU_KE_4
FOR
MUL
A N
Subset for
alpha = 0.05
1
Tukey HSDa F1 3 2.0000
F2 3 2.0000
F4 3 2.0000
F0 3 2.3333
F3 3 2.3333
Sig. .997
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Universitas Sumatera Utara