Post on 05-Feb-2016
description
“TRAUMA ABDOMEN”
Annisa nurul azizah1102011036
Pembimbing:Dr. M. Rifki S. Hami, Sp.B
DEFINISI
• Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
• Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan atau penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan
ANATOMI ABDOMEN Abdomen Luar
Abdomen depan
Batas abdomen adalah pada bagian superior oleh garis antar papila mammae, inferior oleh ligamentum inguinalis dan simfisis pubis dan lateral oleh garis aksilaris anterior.
Pinggang (flank)
Berada di antara garis aksilaris anterior dan posterior, dari ruang interkostal ke-6 di superior sampai krista iliaka di inferior.
Punggung
Berada di belakang garis aksilaris posterior dari ujung skapula sampai krista iliaka.
Abdomen Dalam organ intraperitoneal
meliputi, hati, limpa, lambung, dan colon transversum. Bagian bawah berisi usus halus dan colon sigmoid.
Organ retroperitoneal
Dibelakang abdomen yang tidak diliputi peritoneum. Berisi pembuluh darah besar, doudenum, pankreas, ginjal, ureter, kolon ascenden dan kolon desenden
Organ Pelvis
Dibentuk oleh tulang pelvis, berisi : rektum, buli-buli, pembuluh darah iliaka, uterus
KLASIFIKASI
Trauma Tumpul/Blunt• Jatuh, kekerasan fisik , kecelakaan kendaraan
bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, deselerasi, kompresi
Trauma Tembus/Penetrating• Tusukan benda tajam atau luka tembak
1. 5 fase gerakan bila terjadi tabrakan dari atau kedepan yang mengakibatkan trauma deselerasi
1. Korban tersungkur ke depan dan lututnya membentur dashboard sehingga bisa terjadi fraktur patella dan atau luksasi sendi panggul
2. Kepala membentur bingkai kaca depan yang dapat menyebabkan trauma kepala,cedera otak dan fraktur servikal
3. Dada membentur kemudi sehingga menyebabkan fraktur sternm, iga, cedera jantung dan paru
4. Kepala membentur kaca depan sehingg terjadi trauma wajah
5. Korban terbanting kembali ke tempat duduknya, dan jika tidak ada senderan kepala bisa terjadi cedera gerak cambuk (whiplash) pada tulang leher
ORGAN YANG SERING TERKENA
• Trauma tumpul• Limpa ( 40 – 55% )• Hati ( 35 – 45% )
• Trauma tembus• Usus kecil (40%)• Colon (30%)• Hati (20%)• Vaskular struktur abdomen (10%)
Pada cedera dapat terjadi penyulit berupa gangguan sirkulasi akibat perdarahan, gangguan koagulasi, sepsis akibat infeksi dan gagal organ
GEJALA KLINISMekanisme Trauma Tanda dan Gejala Klinis1) Trauma Tumpul (Blunt) Gangguan status mental
Syok Distensi Bengkak Mual-muntah Perubahan warna kulit Nyeri, jejas
1) Trauma Tajam (Penetrasi) Gangguan status mental Perdarahan Nyeri Distensi Eviserasi Perubahan warna kulit Ada luka masuk-keluar Mual-muntah
PENILAIAN TRAUMA• Anamnesis
– Penilaian awal dimulai di tempat cedera, dengan informasi yang diberikan oleh keluarga, pasien, saksi mata, paramedis, atau polisi.
– Mekanisme trauma, riwayat trauma apakah trauma tumpul, tajam, tembak.
– Pada trauma tembus, perlu ditanyakan • Benda, jenis senjata• Jarak tembak, mendengar bunyi tembakan, • Berapa kali ditusuk• Posisi saat kejadian
PEMERIKSAAN FISIK
Primary Survey
Secondary Survey
Pemeriksaan fisik diarahkan untuk mencari bagian tubuh yang terkena traumaprioritas :apakah jalan nafas bebas?Apakah penderita bernafas dengan leluasa?Apakah nadi dapat diraba?Apakah jantung berdenyut?Apakah ada perdarahan masif?
PRIMARY SURVEY
• Airway• Breathing• Circulation
PENATALAKSANAAN
• Airway (A)– Prioritas pertama adalah penilaian ulang jalan napas.
HOSPITAL
• Breathing (B)– Ventilasi yang memadai dinilai dengan auskultasi
kedua bidang paru-paru. – Pasien apnea,hipoventilasi atau takipnea memerlukan
bantuan pernapasan– Berikan oksigen
• Circulation (C)– Sirkulasi yang turun biasanya disebabkan oleh
hipovolemia dari perdarahan. – Identifikasi hipovolemia dan tanda-tanda syok
– Resusitasi dengan memasang IV line besar untuk memberikan cairan kristaloid hangat dan mengendalikan perdarahan eksternal
– Jika telah diberikan 2 L cairan hemodinamik belum stabil (dewasa) menunjukkan kehilangan darah yang sedang berlangsung dan merupakan indikasi untuk transfusi darah segera.
– Berikan pakaian yang bersih, kering, dan hangat.
Obstruksi jalan nafas dapat disebabkan oleh korpus alienum, jika benda asing tidak tampak dimulut dan tidak dapat diambil oleh jari dilakukan perasat heimlich
SECONDARY SURVEY
• Identifikasi dari semua cedera head-to-toe• Inspeksi
– Depan, samping, belakang– Lecet atau ecchymosis, – Luka tembak atau luka tusuk. – Pola cedera misalnya, luka lecet sabuk,tembak
dan tusuk– Ecchymosis pada flank area menunjukkan
perdarahan retroperitoneal
• Auskultasi– Suara usus normal atau hilang, Pada cedera
perut sering terjadi ileus paralitik. – Adanya suara usus di dada bisa menunjukkan
adanya cedera diafragma. • Perkusi
– Adanya perdarahan internal : shifting dullness dan undulasi.
– Adanya udara bebas berupa perkusi timpani. – Pekak hepar menghilang
• Palpasi – Nyeri seluruh perut, – Defance muskular, yang menunjukkan tanda
peritonitis. – Pada perdarahan internal, adanya cairan
bebas bisa diketahui adanya undulasi. – Krepitasi atau ketidakstabilan dari tulang
rusuk bagian bawah berpotensi untuk terjadi cedera limpa atau hati
• Evaluasi luka tembus– Dilakukan dengan cara eksplorasi luka dengan
anestesi lokal. – Bila luka menembus fascia di dinding depan
abdomen merupakan indikasi eksplorasi laparotomi, memastikan organ apa saja yang terkena.
– Luka tembak masuk dan keluar
Tindakan segera non bedah
• Pemasangan kateter urin : pada kasus trauma berat harus dipasang kateter urin,untuk memantau penanggulangan syok, untuk mengetahui adanya cedera ginjal dan saluran kemih
• Pemasangan bidai : pada patah tulang anggota gerak,tindakan ini dapat menghindarkan cedera saraf atau pembuluh darah lebih lanjut
• Pasang NGT untuk dekompresi dan mencegah aspirasi bila muntah kontraindikasi : fraktur basis cranii
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Foto Rontgen• Pemeriksaan laboratorium• Focused Assessment with Sonography for
Trauma (FAST)• Computed Tomography (CT-Scan)• Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)• Laparoskopi
FOTO RONTGEN• Berupa :
– Foto toraks , pelvis foto AP, Abdomen AP/lateral, foto diafragma
– Hal ini untuk mengetahui fraktur costa, tulang belakang, pelvis, perforasi usus
• Pada multi trauma, prioritas:– Cervical AP lateral, toraks, pelvis
• Foto dengan Kontras – Sistografi : untuk robekan buli-buli .– Urethrografi : untuk robekan urethra – IVP : untuk robekan ginjal.
• Pada trauma tembus, • Foto abdomen AP/lateral
– Pada luka tembak akan membantu menentukan lintasan peluru
– Memperhitungkan peluru masih di dalam tubuh
– Melihat pecahan peluru– Benda asing– Penetrasi rongga dada dan perut.
PEMERIKSAAN LAB• Hb dan hematokrit • Serum amilase• SGOT dan SGPT• Gula darah• PTT atau APTT• Blood typing dan cross-matching• Pemeriksaan urin
FOCUSED ASSESSMENT WITH SONOGRAPHY FOR TRAUMA (FAST)
• Bed-side Ultrasonografi• Cepat• noninvasif, dan akurat untuk
mendeteksi hemoperitoneum• Ambang batas minimum
hemoperitoneum– 30 mL adalah persyaratan
minimum untuk deteksi dengan ultrasonografi.
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
• metode cepat menentukan adanya darah intraperitoneal• dikerjakan dengan anestesi lokal, membuka dinding perut
sedikit dibawah umbilikus. • Setelah kateter masuk ke dalam peritoneum, darah
diaspirasi intraperitoneal. • Hasil DPL dianggap positif jika 10 mL aspirasi berupa
darah, atau jika setelah cairan infus RL 1L dimasukkan dan di aspirasi lagi berisi :– Eritrosit ≥ 100.000 / mm3, – Leukosit ≥ 500/ mm3, – kadar amilase tinggi, empedu, bakteri, serat makanan
atau urin
INDIKASI: • Nyeri Abdomen• Temuan klinis abdomen meragukan • Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya• Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas• gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera otak)• Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis• Patah tulang pelvis
Esofagus
• Perforasi esofagus disebabkan oleh luka tembus dari luar bisa karena tusukan atau tembakan,luka tembus dari dalam karena benda asing
Benda asing
• Benda asing umumnya terhenti di tempat yang secara anatomis relatif sempit yaitu di hipofaring, tempat setinggi arkus aorta, dan percabangan bronkus utama dan diatas batas esofagokardia
Gambaran klinis• Nyeri dileher atau retrosternal terutama
bila benda asing yang tertelan cukup besar
• Keluhan disfagia bervariasi mulai yang ringan sampai berat akibat obstruksi total
• Sesak nafas apabila terjadi penekanan pada cabang bronkus utama atau trakea
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan radiologis yang dilakukan dengan memakai zat kontras
• Esofagoskopi
Diagnosis Banding ;
Akalasia esofagus pada usia lanjut
Stenosis karena striktur
Komplikasi akut disfagia, jika berlanjut infeksi dan reaksi radang disekitar benda asing
Bila terjadi perforasi bisa timbul mediastinitis, abses mediastinum, sepsis
Tatalaksana Endoskopi jika benda asing tersebut tidak dapat lolos dengan sendirinya
Diafragma• Merupakan struktur
muskulotendineus yang terletak antara toraks dan abdomen dan berhubungan di sebelah dorsal dengan tulang belakang L-1 sampai Th-XI dengan lengkung iga
Diafragma muskularis dibagi 3pars lumbalis(berasal dari vetebrae lumbalis)pars kostalis (berasal dari kosta)pars sternalis( berasal dari sternum)
Ketiga bagian ini masuk ke dalam aponeurosis sentral menjadi tendon sentral
Pars lumbalis merupakan bagian yang paling kuat.
Diafragma mendapat vaskularisasi dari :arteri frenika superior dan inferiorarteri interkostaliscabang terminal arteri mammaria interna
otot diafrgma dipersarafi olehn.frenikus yang berasal dari C.2-5
Hernia traumatik
• Ruptur diafragma yang dapat terjadi karena cedera tajam atau tumpulinsiden paling banyak terjadi trauma tumpul di bagian tendineus kiri karena disebelah kanan dilindungi oleh hati
Gejala klinis
• Hernia akibat cedera tumpul biasanya berupa robekan lebar pada tendon sentral dan mungkin tidak menimbulkan gejala atau tanda
• Pada umumnya timbul cedera sekunder karena cedera lain yang menyertai seperti cedera ssp, cedera torakokardiovaskular, masalah muskuloskeletal dan cedera intraabdomen.dan sering kali penyebab sekunder ini menutupi gejala hernia traumatik
• Nyeri bahu• Nyeri epigastrium• Gangguan nafas• Terdengarnya bising usus intratorakal
Komplikasi : pada hernia diafragma dapat terjadi penyulit berupa perdarahan atau obstruksi, bila hernia besar bisa terjadi insufisiensi kardiovaskular,komplikasi yang paling membahayakan ialah strangulasi isi hernia
Tatalaksana :pada cedera diafragma akut(tumpul maupun tajam) akibat traumaabdomenlaparatomi
Trauma Hepatobilier• Perlukaan hepatobilier dapat disebabkan oleh
trauma tumpul atau luka tembus dinding perut yang mungkin berupa trauma tajam.
• Mekanisme yang menimbulkan kerusakan hepatobilier pada trauma tumpul adalah efek kompresi dan deselerasi.
• Trauma tajam dapat disebabkan oleh tusukan benda tajam atau oleh peluru.
• Gambaran Klinis dan Diagnosis– Kecurigaan trauma hepatobilier dibuat
berdasarkan lokasi trauma dan terdapatnya fraktur iga kanan bawah, pneumotoraks, kontusio paru, syok hemoragik, serta ditemukannya darah dan empedu pada lavase peritoneal positif untuk darah dan empedu
Komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma hepatobilier perdarahan, infeksi, kebocoran empedu, dan hemobilia
Apabila terjadi hemobilia terdapat trias yaitu tanda perdarahan saluran cerna bagian atas, ikterus dan nyeri perut kanan atas.
• Terapi
Tiga upaya dasar: mengatasi perdarahan, mencegah infeksi dengan debridement jaringan hati yang avaskuler dan penyaliran serta rekonstruksi saluran empedu, kolesistektomi
Trauma Pankreas• Trauma tumpul pancreas terjadi akibat pancreas yang
letaknya terfiksasi sehingga mudah terjepit antara tulang vertebra dibagian belakang sebagai landasannya, dengan benturan yang datang dari anterior.
• Trauma pankreas jarang berdiri sendiri biasanya bersamaan dengan cedera duodenumkompleks duodenum-pankreas
• Cedera tumpul pancreas ini sering disertai dengan trauma pada organ lainnya, seperti duodenum, limpa dan saluran empedu.
• Trauma tajam oleh pisau biasanya menimbulkan kerusakan yang tidak terlalu hebat, dibandingkan dengan trauma tumpul.
• Trauma akibat peluru dapat menimbulkan kerusakan yang bergantung pada jenis, bentuk dan kecepatan pelurunya.
• Gambaran klinis dan Diagnosis– Gejala utama trauma pancreas ialah nyeri,
baik berupa nyeri yang menembus pinggang atau nyeri tekan pada pemeriksaan fisik abdomen.
– Bila trauma pancreas disertai dengan perdarahan intrabdomen, hal ini merupakan indikasi untuk dilakukan laparotomi.
– Dengan laparotomi ekspolorasi, kerusakan pancreas lebih mudah dipastikan.
Cedera pankreas berat yang tidak terdiagnosis segera pada mulanya akan menimbulkanretroperitonitisperitonitis umum
jika laparatomi eksplorasi dilakukan 24 jam kemungkinan operasi reparasi, rekonstruksi dan reseksi sulit berhasil karena telah terjadi inflamasi berat
• Pemeriksaan penunjang
– pemeriksaan ERCP (endoscopic retrograde cholangio pancreatography) dan MRCP (magnetic resonance cholangio pancreatography) u/ melihat kebocoran duktus
Syarat hemodinamik pasien stabil
Pemeriksaan sinar-X kolangiopankreatografi dengan bahan kontras/penyuntikan biru metilen ke kantung empedu untuk melihat ada tidaknya kebocoran saluran utama pankreas
– laparotomi eksplorasi (6-12 jam) pasca trauma
– Tindakan bedah bergantung pada kerusakan yang terjadi
– Jika kebocoran di distal/pertengahan pankreatektomi distal
– Pada kerusakan yang berat yang mengenai duodenum dan hulu pankreas terpaksa dilakukan pankreatikododenoktomi whipple
Prinsip penanggulangan trauma pada pancreas bergantung pada dua faktor yaitu ada atau tidaknya trauma pada saluran pancreas mayor dan lokasi anatomi pancreas yang mengalami trauma
komplikasi lanjut akibat cedera pankreas thrombosis vena lienalis yang menyebabkan hipertensi portal kiri, pseudoaneurisma arteri lienalis, abses pankreas
jika perdarahan spontan masuk ke lumen gaster hematemesis dan syok hemoragik
Sebanyak 90% kematian disebabkan oleh sepsis dan MODS( multiple organ disfunction syndrome)
LIMPA
Trauma limpa
• Perlukaan limpa dapat disebabkan oleh trauma tumpul abdomen atau toraks kiri bagian bawah atau bisa karena trauma tajam karena luka tusuk atau luka tembak
• Ruptur limpa yang lambat dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari-beberapa minggusetelah trauma
Pemeriksaan fisik
• Tanda fisik yang ditemukan pada ruptur limpa bergantung pada adanya organ lain yang ikut cedera, banyak sedikitnya perdarahan, dan adanya kontaminasi rongga peritoneum. Perdarahan dapat sedemikian hebatnya sehingga mengakibatkan renjat (syok) hipovolemik hebat yang fatal. Dapat pula terjadi perdarahan yang berlangsung sedemikian lambat sehingga sulit diketahui pada pemeriksaan
Pada setiap kasus trauma limpa harus dilakukan pemeriksaaan abdomen secara berulang-ulang oleh pemeriksa yang sama karena yang lebih penting adalah mengamati perubahan gejala umum (syok, anemia) dan lokal di perut (cairan bebas, rangsangan peritoneum).
Pada ruptur yang lambat, biasanya penderita datang dalam keadaan syok, tanda perdarahan intrabdomen, atau seperti ada tumor intraabdomen pada bagian kiri atas yang nyeri tekan disertai anemia sekunder
Tanda lokal
• Penderita umumnya berada dalam berbagai tingkat renjat hipovolemi dengan atau tanpa (belum) takikardi dan penurunan tekanan darah. Penderita mengeluh nyeri perut bagian atas, tetapi sepertiga kasus mengeluh nyeri perut kuadran kiri atas atau punggung kiri. Nyeri di daerah puncak bahu disebut tanda Kehr, terdapat pada kurang dari separuh kasus.
Mungkin nyeri di daerah bahu kiri baru timbul pada posisi tredenlenberg. Pada pemeriksaan fisik ditemukan masa di kiri atas dan pada perkusi terdapat bunyi pekak akibat adanya hematom subkapsular atau omentum yang membungkus suatu hematoma ekstrakapsular disebut tanda Ballance. Kadang darah bebas di perut dapat dibuktikan dengan perkusi pekak geser
Pemeriksaan penunjang• Pemeriksaan hematokrit perlu dilakukan berulang-ulang.
Selain itu biasanya didapat leukositosis1
• Pemeriksaan kadar Hb, hematokrit, leukosit dan urinalisis. Bila terjadi perdarahan akan menurunkan Hb dan hematokrit serta terjadi leukositosis. sedangkan bila terdapat eritrosit dalam urine akan menunjang akan adanya trauma saluran kencing.
• Jika ada kecurigaan trauma limpa, CT Scan merupakan pemeriksaan pilihan utama. Pendarahan dan hematom akan tampak sebagai daerah yang kurang densitasnya dibanding limpa. Daerah hitam melingkar atau ireguler dalam limpa menunjukkan hematom atau laserasi, dan area seperti bulan sabit abnormal pada tepi limpa menunjukkan subkapular hematom.
• Parasentesis abdomen berguna jika gejala klinis ruptur limpa diragukan
tatalaksana
• Splenografi bertujuan mempertahankan limpa yang fungsional dengan teknik bedah. Tindakan ini dapat dilakukan pada trauma tumpul maupun tajam. Tindak bedah ini terdiri atas membuang jaringan nonvital, mengikat pembuluh darah yang terbuka, dan menjahit kapsul limpa yang terluka. Jika penjahitan laserasi saja kurang memadai, dapat ditambahkan dengan kantong khusus dengan atau tanpa penjahitan omentum
Mengingat fungsi filtrasi limpa, indikasi splenektomi harus dipertimbangkan benar. Selain itu, splenektomi merupakan suatu operasi yang tidak boleh dianggap ringan. Eksposisi limpa sering tidak tidak mudah karena splenomegali biasanya disertai dengan perlekatan pada diafragma. Pengikatan a.lienalis sebagai tindakan pertama sewaktu operasi sangat berguna.
Splenektomi dilakukan jika terdapat kerusakan limpa yang tidak dapat diatasi dengan splenorafi, splenektomi parsial, atau pembungkusan. Splenektomi parsial yang bisa terdiri dari eksisi satu segmen dilakukan jika ruptur limpa tidak mengenai hilus dan bagian yang tidak cedera masih vital.
USUS HALUS
• Usus halus dapat mengalami cedera akibat trauma tumpul pada perut atau trauma tajam tembus peritoneum yang mengenai usus,organ lain dan diafragma
Kerusakan dapat berupa
robekan ususperforasikontusio memar dengan atau tanpa perforasiterlepasnya usus dari mesenterium cedera mesenterium hematome/edema pada mesenteriumhematom dinding usus
Gejala klinisnyeri, defans muskuler, ileus paralitik, leukositosis
pemeriksaan penunjang :foto polos abdomen endoskopi
Trauma ginjal
trauma ginjal dapat berupa trauma tumpul atau trauma tajam seperti tikaman ata tembakan
Secara patologis trauma pada ginjal dapat dibagi atas :
Kontusio
Laserasi
Cedera pedikel
• Cedera ginjal dapat terjadi secara:
1.Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang.
2.Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitoneum.
- Kontusio ginjal terdapat pada sekitar 80%trauma tumpul ginjal,terdapat perdarahan di parenkim ginjal tanpa adanya kerusakan kapsul, kematian jaringan maupun kerusakan kaliks.
- Laserasi ginjal terjadi karena adanya robekan parenkim,mulai dari kapsul ginjal berlanjut sampai pelviokaliks
- cedera pedikel ginjal dapat berupa cedera pada arteri maupun vena utama ginjal ataupun cabang segmentalnya.laserasi yang mengenai pelvis biasanya disertai hematuria
- grade I : kontusio ginjal; terdapat perdarahan di ginjal tanpa adanya kerusakan jaringan,kematian jaringan,maupun kerusakan kaliks.hematuria dapat mikroskopik atau makroskopik. pencitraan normal- grade II :hematom subkapslar atau perineal yang tidak meluas,tanpa adanya kelainan parenkim- grade III : laserasi ginjal tidak melbihi 1cm dan tida mengenai pelviokaliks dan tidak terjadi ekstravasasi- grade IV : laserasi lebih dari 1 cm dan tidak megenai pelviokaliks atau ekstravasasi urin.laserasi yang mengenai korteks,medula- grade V : cedera pembuluh darah utama, avulsi pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan perdarahan ginjal, laserasi luas pada beberapa tempat/ginjal terbelah
• Cek respirasi• Sistem kardiovaskular
Apakah penderita jatuh ke dalam keadaan syok, dan sistem ssp ?• Baru periksa manifestasi lokal baik pada pinggang untuk
menilai ginjal, abdomen untuk menilai adanya cedera rongga intraperitoneal, dan ada tidaknya lesi lain seperti fraktur panggul atau cedera lain
Manifestasi klinis
• Terdapat jejas trauma tumpul• Terdapat lukatrauma tajam • Nyeri tekan palpasi dan ketegangan otot
pinggang• Nyeri abdomen umumnya pada daerah
pinggang atau perut bagian atasintensitas bervariasi
• Hematuria
PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA TRAUMA GINJAL
• foto polos abdomen• pielografi intravena (IVP)• USG• CT-scan
Pielografi intravena (IVP)
• Dilakukan jika diduga ada :
1) luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal,
2) cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik, dan
3) cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria mikroskopik dengan disertai syok.
CT SCAN• modalitas yang paling baik untuk melihat gambaran
ruptur ginjal karena informasi yang diberikan berkaitandengan morfologi dan fungsional ginjal bisa didapatkan dalam satu kali pemeriksaan saja.
• dapat menunjukkan adanya robekan jaringan ginjal, ekstravasasikontras yang luas, dan adanya nekrosis jaringan ginjal serta mendeteksi adanya trauma pada organ lain.
Trauma Ureter
• Trauma ureter disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul
• Trauma tajam ureter disebabkan luka tembak atau tusuk
• Cedera ureter umumnya tidak berdiri sendiri sering disertai cedera organ lain
Gejala Klinis
• Umumnya tanda dan gejala klinis tidak spesifik.
– Hematuria, yang menunjukkan cedera pada saluran kemih.
– Bila terjadi ekstravasasi urin, dapat terjadi urinoma.
– Pada trauma tumpul gejalanya sering kurang jelas.
– Pada cedera ureter bilateral ditemukan anuria.
– Pada trauma yang disebabkan oleh akibat iatrogenic, seperti pada pembedahan, bila terjadi ureter terikat total atau sebagian, maka pasca bedah bisa ditenukan gejala-gajala febris, nyeri pinggang yang sering bersama-sama gejala ileus paralitik seperti mual, muntah.
Diagnosis
• Pada cedera ureter akibat trauma tajam biasanya ditemukan hematuria mikroskopik.
• Pada cedera ureter bilateral terdapat peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah.
• Lokasi cedera ureter dapat diketahui dari pemeriksaan pielografi intravena.
Terapi• Pada setiap trauma tajam harus dilakukan tindakan
eksplorasi untuk menilai ada tidaknya cedera ureter serta cedera ikutan lain.
• Yang terpenting adalah melakukan penyaliran urin yang ekstravasasi dan menghilangkan obstruksi.
• Rekonstruksi ureter tergantung jenis, bentuk, luas, dan letak cedera.
• Untuk cedera ureter bagian atas, dilakukan uretero-ureterostomi, nefrostomi, uretero-kutaneostomi, autotransplantasi, dan nefrektomi bila rekonstruksi tidak memungkinkan.
Cedera ureter bagian tengah, dilakukan uretero-ureterostomi atau transuretero-ureterostomi.
Alternative rekonstruksi ureter distal adalah uretero-ureterostomi, uretero-neosistostomi, misalnya melalui tabung yang dibuat dari dinding kandung kemih (nefrostomi).
Trauma buli-buli
• 86% trauma buli berkaitan dg trauma abdomen ( KLL, jatuh dr ketinggian)
• 90% berhubungan dg fraktur pelvis.• Sebaliknya hanya 9 – 16 % fraktur pelvis yg disertai
ruptur buli.• 60% mrpk ruptur buli extraperitoneal, 30%
intraperitoneal
Mekanisme cedera
• Ruptur intraperitoneal terjadi akibat trauma pada abdomen bagian bawah atau jg trauma pelvis pada saat buli2 penuh.
• Ruptur extraperitoneal lbh sering berkaitan dg fraktur pelvis
• Kontusio buli– Cedera mukosa tanpa extravasasi urin
• Ruptur interstisial– Robekan sebagian dinding buli tanpa extravasasi
• Ruptur intraperitoneal– Tampak kontras mengisi rongga intraperitoneal
• Ruptur extraperitoneal– Kontras mengisi ruang perivesika dibawah garis asetabulum
• Hematoma perivesika : tear drop appearance
Tanda dan Gejala
• Hematuria– dapat merupakan gejala tunggal– 95% ruptur buli
• Nyeri perut bawah.• Kesulitan berkemih• Pruduksi urin menurun• Ruptur buli extraperitoneal akibat trauma biasanya berkaitan dg
fraktur pelvis• Ruptur buli intraperitoneal akibat trauma tumpul biasanya
berhubungan dg buli2 yg penuh (full bladder) serta trauma deselerasi
Pemeriksaan Radiologis
• Cystography– Kontras > 300 cc– Foto pengosongan (drainase)
• CT scan cystography
penatalaksanaan• Pada luka tembus buli2 explorasi + repair• Ruptur intraperitoneal explorasi + repair
• Pada trauma tumpul yg hanya menimbulkan trauma dinding buli yg tidak disertai extravasasi urin tidak memerlukan tindakan pembedahan.
Trauma Rektum• ‘Cedera tiang’ yang merupakan luka tembus melalui anus
dapat menyebabkan perforasi rectum atau buli-buli tanpa adanya luka diluar.
• Cedera biasanya disebabkan jatuh kena tiang atau kayu dari tempat tinggi.
• Pada permulaan mungkin keluhannya tidak terlalu berat, tetapi umumnya berat sekali dan memerlukan tindak bedah darurat termasuk pemasangan anus preternaturalis sementara untuk mencegah terbentuknya radang akut ekstraperitoneal dipanggul.