- Tuberkulosis -

download - Tuberkulosis -

of 9

Transcript of - Tuberkulosis -

  • 7/23/2019 - Tuberkulosis -

    1/9

    - Dit emukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+) - Dit emukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+) - Dit emukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

    Pemeriksaan biakan kuman:

    Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan met ode konvensional ialah dengan cara : - Egg base media: Lowenst ein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh - Agar base media : Middle brookMelakukan biakan dimaksudkan unt uk mendapat kan diagnosis past i, dan dapat mendet eksi Mycobacterium tuberculosis dan jugaMycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Unt uk mendet eksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepat nyapert umbuhan, menggunakan uji nikot inamid, uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide sert a melihat pigmen yang t imbul

    Pemeriksaan Radiologik

    Pemeriksaan st andar ialah f ot o t oraks PA. Pemeriksaan lain at as indikasi: f ot o lat eral, t op-lordot ik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan f ot ot oraks, t uberkulosis dapat memberi gambaran bermacam -macam bent uk (mult if orm). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB akt if :

    - Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobusbawah - Kavit i, t erut ama lebih dari sat u, dikelilingi oleh bayangan opak berawan at au nodular - Bayangan bercak milier - Ef usi pleura unilat eral (umumnya) at au bilat eral (jarang)

    Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inakt if - Fibrot ik - K a l s i f i k a s i - Schwart e atau penebalan pleura

    Luluh paru (destroy ed Lung ) :

    - G a mb ar an r ad i ol o gi y a ng m e nu nj u k k an k e ru s ak a n j a ri n ga n p ar u y a ng b er at , b i as a ny a s e c ar a k l i ni s d i s eb ut l u lu h p ar u .

    Gambaran radiologi luluh paru t erdiri dari at elekt asis, ekt asis/ mult ikavit i dan f ibrosis parenkim paru. Sulit unt uk menilaiakt ivit i lesi at au penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi t ersebut .

    - Perlu dilakukan pemeriksaan bakt eriologi unt uk memast ikan akt ivit i proses penyakit Luas lesi yang t ampak pada f ot o t oraks unt uk kepent ingan pengobat an dapat dinyat akan sebagai berikut (t erut ama pada kasus BTA negat if ) :

    - Les i mi nimal , bila proses mengenai sebagian dari sat u at au dua paru dengan luas t idak lebih dari sela iga 2 depan (volume

    paru yang t erlet ak di at as chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vert ebra t orakalis 4 at aukorpus vert ebra t orakalis 5), sert a t idak dijumpai kavit i

    - Les i luas

    Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

    Pemeriksaan khusus

    Salah sat u masalah dalam mendiagnosis past i t uberkulosis adalah lamanya wakt u yang dibut uhkan unt uk pembiakan kuman t uberkulosissecara konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa t eknik yang lebih baru yang dapat mengident if ikasi kuman t uberkulosis secaralebih cepat .

    1. P emeri k s aan B A CT E C

    Dasar t eknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah met ode radiomet rik. M tuberculosis memet abolisme asamlemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan didet eksi growth indexnya oleh mesin ini. Sist em ini dapat menjadi

    salah sat u alt ernat if pemeriksaan biakan secara cepat unt uk membant u menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan(dikut ip dari 13)Bent uk lain t eknik ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGI T).

    2. Polymerase chain reaction (PCR):

    Pemeriksaan PCR adalah t eknologi canggih yang dapat mendet eksi DNA, t ermasuk DNA M.tuberculosis. Salah sat umasalah dalam pelaksanaan t eknik ini adalah kemungkinan kont aminasi. Cara pemeriksaan ini t elah cukup banyak dipakai,kendat i masih memerlukan ket elit ian dalam pelaksanaannya.Hasil pemeriksaan PCR dapat membant u unt uk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan t ersebut dikerjakan dengancara yang benar dan sesuai st andar int ernasional.

    Apabila hasil pemeriksaan PCR posit if sedangkan dat a lain t idak ada yang menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasilt ersebut t idak dapat dipakai sebagai pegangan unt uk diagnosis TBPada pemeriksaan det eksi M. t b t ersebut diat as, bahan / spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekst raparusesuai dengan organ yang t erlibat .

    3. P emeri k s aan s erol ogi, dengan berbagai m et oda a. 1:

    a. Enzym linked immunosorbent assay (ELI SA) Teknik ini merupakan salah sat u uji serologi yang dapat mendet eksi respons humoral berupa proses ant igen-ant ibodi yangt erjadi. Beberapa masalah dalam t eknik ini ant ara lain adalah kemungkinan ant ibodi menet ap dalam wakt u yang cukup lama.b. I CT Uji I mmunochromat ographic t uberculosis (I CT t uberculosis) adalah uji serologi unt uk mendet eksi ant ibodi M.tuberculosisdalam serum. Uji I CT merupakan uji diagnost ik TB y ang menggunakan 5 ant igen spesif ik yang berasal dari membransit oplasma M.tuberculosis , diant aranya ant igen M. t b 38 kDa. Ke 5 ant igen t ersebut diendapkan dalam bent uk 4 garismelint ang pada membran immunokromat ograf ik (2 ant igen diant aranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kont rol.Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 ml dit et eskan ke bant alan warna biru, kemudian serum akan berdif usi melewat igaris ant igen. Apabila serum mengandung ant ibodi I gG t erhadap M.tuberculosis , maka ant ibodi akan berikat an denganant igen dan membent uk garis warna merah muda. Uji dinyat akan posit if bila set elah 15 menit t erbent uk garis kont rol danminimal sat u dari empat garis ant igen pada membran.c. Mycodot Uji ini mendet eksi ant ibodi ant imikobakt erial di dalam t ubuh manusia. Uji ini menggunakan ant igen lipoarabinomannan(LAM) yang direkat kan pada suat u alat yang berbent uk sisir plast ik. Sisir plast ik ini kemudian dicelupkan ke dalam serumpasien, dan bila di dalam serum t ersebut t erdapat ant ibodi spesif ik ant i LAM dalam jumlah yang memadai sesuai dengan

    akt ivit i penyakit , maka akan t imbul perubahan warna pada sisir dan dapat didet eksi dengan mudahd. Uji peroksidase ant i peroksidase (PAP) Uji ini merupakan salah sat u jenis uji yang mendet eksi reaksi serologi yang t erjadi. Dalam mengint erpret asi hasilpemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus hat i hat i karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar ant ibodiyang t erdet eksi.e. Uji serologi yang baru / I gG TB Uji I gG adalah salah sat u pemeriksaan serologi dengan cara mendet eksi ant ibodi I gG dengan ant igen spesif ik unt ukMycobacterium tuberculosis. Uji I gG berdasarkan ant igen mikobakt erial rekombinan sepert i 38 kDa dan 16 kDa dan

  • 7/23/2019 - Tuberkulosis -

    2/9

    kombinasi lainnya akan menberikan t ingkat sensit iv it i dan spesif isit i yang dapat dit erima unt uk diagnosis. Di luar negeri,met ode imunodiagnosis ini lebih sering digunakan unt uk mendiagnosis TB ekst raparu, t et api t idak cukup baik unt ukdiagnosis TB pada anak. Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai pegangan unt uk diagnosis.

    Pemeriksaan Penunjang lain

    1. A nal is i s Cai ran P l eura

    Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalt a cairan pleura perlu dilakukan pada pasien ef usi pleura unt uk membant umenegakkan diagnosis. I nt erpret asi hasil analisis yang mendukung diagnosis t uberkulosis adalah uji Rivalt a posit if dankesan cairan eksudat , sert a pada analisis cairan pleura t erdapat sel limf osit dominan dan glukosa rendah

    2. P emeri k s aan hi s t opat ologi j ari ngan

    Pemeriksaan hist opat ologi dilakukan unt uk membant u menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialahpemeriksaan hist opat ologi. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi at au ot opsi, yait u : Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar get ah bening (KGB) Biopsi pleura (melalui t orakoskopi at au dengan jarum abram, Cope dan Veen Silverman) Biopsi jaringan paru (t rans bronchial lung biopsy/ T BLB) dengan bronkoskopi, t rans t horacal needle aspirat ion/ TTNA,biopsi paru terbuka). Ot opsi Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, sat u sediaan dimasukkan ke dalam larut an salin dan dikirim kelaborat orium mikrobiologi unt uk dikult ur sert a sediaan yang kedua dif iksasi unt uk pemeriksaan hist ologi.

    3. P emeri k s aan darah

    Hasil pemeriksaan darah rut in kurang menunjukkan indikat or yang spesif i k unt uk t uberkulosis. Laju endap darah ( LED) jampert ama dan kedua dapat digunakan sebagai indikat or penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses akt if , t et apilaju endap darah yang normal t idak menyingkirkan t uberkulosis. Limf osit pun kurang spesif ik.

    4. Uj i t uberk uli n

    Uji t uberkulin yang posit if menunjukkan ada inf eksi t uberkulosis. Di I ndonesia dengan prevalens t uberkulosis yang t inggi, ujit uberkulin sebagai alat bant u diagnost ik penyakit kurang berart i pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna biladidapat kan konversi, bula at au apabila keposit ivan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnut risi dan inf eksi HI V ujit uberkulin dapat memberikan hasil negat if .

    Gambar 4. Skem a alur diagnosi s TB paru pada orang dewasa

  • 7/23/2019 - Tuberkulosis -

    3/9

    BAB VPENGOBATAN TUBERKULOSIS

    Pengobat an t uberkulosis t erbagi menjadi 2 f ase yait u f ase int ensif (2-3 bulan) dan f ase lanjut an 4 at au 7 bulan. Paduan obat yang digunakan t erdiri daripaduan obat utama dan tambahan.

    A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)

    Obat yang dipakai:

    1. Jenis obat ut ama (lini 1) yang digunakan adalah:

    I NH Rif ampisin

    Pirazinamid St rept omisin Et ambut ol

    2 . J e n i s o b at t a m b a ha n l a i nn y a ( l i ni 2 )

    Kanamisin A m i k a s i n Kuinolon

    Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain : o Kapreomisin o Sikloserino

    o PAS (dulu t ersedia) o Derivat rif ampisin dan I NH o Thioami des (ethionami de dan prothionamide)

    Kemasan

    - Obat t unggal,Obat disajikan secara t erpisah, masing-masing I NH, rif ampisin, pirazinamid dan et ambut ol.

    - Obat kombinasi dosis t et ap (Fixed Dose Combinat ion FDC) Kombinasi dosis t et ap ini t erdiri dari 3 at au 4 obat dalam sat u t ablet

    Dosis OAT

    Tabel 2. Jenis dan dosis OAT

    Obat Dosis(Mg/KgBB/Hari)

    Dosis yg dianjurkan DosisMaks(mg)

    Dosis (mg) / berat badan (kg)

    Harian (mg/ kgBB /hari)

    Intermitten (mg/Kg/BB/kali) < 40 40-60 >60

    R 8-12 10 10 600 300 450 600

    H 4-6 5 10 300 150 300 450

    Z 20-30 25 35 750 1000 1500

    E 15-20 15 30 750 1000 1500

    S 15-18 15 15 1000 Sesuai BB 750 1000

    Pengembangan pengobat an TB paru yang ef ekt if merupakan hal yang pent ing unt uk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (mult idrugresist ant t uberculosis). Pengembangan st rat egi DOTS unt uk mengont rol epidemi TB merupakan priorit i ut ama WHO. I nt ernat ional Union AgainstTuberculosis and Lung Disease (I UALTD) dan WHO menyarakan unt uk menggant ikan paduan obat t unggal dengan kombinasi dosis t et ap dalampengobat an TB primer pada t ahun 1998. Dosis obat t uberkulosis kombinasi dosis t et ap berdasarkan WHO sepert i t erlihat pada t abel 3. Keunt ungankombinasi dosis t et ap ant ara lain:1. Penat alaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuat an resep minimal2. Peningkat an kepat uhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan pengobat an yang t idak disengaja3. Peningkat an kepat uhan t enaga kesehat an t erhadap penat alaksanaan yang benar dan st andar 4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit5. Menurunkan risik o penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan penggunaan monoterapi

    Tabel 3. Dosis obat ant it uberkulosis kombinasi dosis t et ap

    Fas e int ens if Fas e lanjut an

    2 bulan 4 bulan

    BB H arian H arian 3x / minggu H arian 3x / minggu

    R H ZE

    150/75/400/275

    R H Z

    150/75/400

    R H Z

    150/150/500

    R H

    150/75

    R H

    150/15030-3738-5455-70>71

    2345

    2345

    2345

    2345

    2345

    Penent uan dosis t erapi kombinasi dosis t et ap 4 obat berdasarkan rent ang dosis yang t elah dit ent ukan oleh WHO merupakan dosis yang ef ekt if at aumasih t ermasuk dalam bat as dosis t erapi dan non t oksik.Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis t et ap t ersebut , bila mengalami ef ek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokt er spesialis paru / f asilit i yang mampu menanganinya.

    B. PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS

    Pengobat an t uberkulosis dibagi menjadi: TB paru (kasus baru), BTA posit if at au pada f ot o t oraks: lesi luas

    Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RHat au

    : 2 RHZE/ 6HE

    at au2 RHZE / 4R3H3

    Paduan ini dianjurkan unt uk a. TB paru BTA (+), kasus baru

    b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (t ermasuk luluh paru)

    Bila ada f asilit i biakan dan uji resist ensi, pengobat an disesuaikan dengan hasil uji resist ensi TB Paru (kasus baru), BTA negat if , pada f ot o t oraks: lesi minimal

    Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH at au

  • 7/23/2019 - Tuberkulosis -

    4/9

    : 6 RHE at au

    2 RHZE/ 4R3H3 TB paru kasus kambuh Sebelum ada hasil uji resist ensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjut an sesuai dengan hasil uji resist ensi . Bila t idak t erdapat hasiluji resist ensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan. TB Paru kasus gagal pengobat an Sebelum ada hasil uji resist ensi seharusnya diberikan obat lini 2 (cont oh paduan: 3-6 bulan kanamisin, of loksasin, et ionamid, sikloserindilanjut kan 15-18 bulan of loksasin, et ionamid, sikl oserin). Dalam keadaan t idak memungkinkan pada f ase awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE.Fase lanjut an sesuai dengan hasil uji resist ensi. Bila t idak t erdapat hasil uji resist ensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan. - Dapat pula dipert imbangkan t indakan bedah unt uk mendapat kan hasil yang opt imal - Sebaiknya kasus gagal pengobat an dirujuk ke dokt er spesialis paru TB Paru kasus putus berobat

    Pasien TB paru kasus lalai berobat , akan dimulai pengobat an kembali sesuai dengan krit eria sebagai berikut : a. Berobat > 4 bulan 1) BTA saat ini negat if Klinis dan radiologi t idak akt if at au ada perbaikan maka pengobat an OAT dihent ikan. Bila gambaran radiologi akt if , lakukan analisis lebih lanjutunt uk memast ikan diagnosis TB dengan mempert imbangkan juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila t erbukt i TB maka pengobat an dimulai dariawal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama. 2) BTA saat ini posit if Pengobatan dimul ai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama b. Berobat < 4bulan 1) Bila BTA posit if , pengobat an dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka wakt u pengobat an yang lebih lama 2) Bil a BTA negat if , gambaran f ot o t oraks posit if TB akt if pengobat an dit eruskan Jika memungkinkan seharusnya diperiksa uji resist ensi t erhadap OAT. TB Paru kasus kronik - Pengobat an TB paru kasus kronik, jik a belum ada hasil uji resist ensi, berikan RHZES. Jika t elah ada hasil uji resist ensi, s esuaikan denganhasil uji resist ensi (minimal t erdapat 4 macam OAT yang masih sensit if ) dit ambah dengan obat lini 2 sepert i kuinolon, bet alakt am, makrolid dll. Pengobat an

    minimal 18 bulan. - Jika t idak mampu dapat diberikan I NH seumur hidup - Pert imbangkan pembedahan unt uk meningkat kan kemungkinan penyembuhan - Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokt er spesialis paru

    Tabel 4. Ringkasan paduan obat

    Kategori Kasus Paduan obat yang diajurkan Keterangan

    I - TB paru BTA +,

    BTA - , lesi luas

    2 R H ZE / 4 R H atau2 R H ZE / 6 H E*2RHZE / 4R3H3

    I I - Kambuh- Gagal pengobatan

    -RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji resistensi atau2R H ZES / 1R H ZE / 5 R H E-3-6 kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin / 15-18

    ofloksasin, etionamid, sikloserin atau 2RHZES / 1RHZE /5R H E

    Bila streptomisin alergi,dapat diganti kanamisin

    I I - T B p aru p ut us b ero ba t S es ua i l am a p en go ba ta n s eb el um ny a, l am a b erh en timinum obat dan keadaan klinis, bakteriologi dan radiologisaat ini (lihat uraiannya) atau*2R H ZES / 1R H ZE / 5R 3H 3E3

    I II -TB paru BTA neg. les iminimal

    2 R H ZE / 4 R H atau6 RHE atau*2RHZE /4 R3H3

    I V - Kronik R H ZES / s es uai has il uji res is t ens i (minimal OAT y angsensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)

    I V - MD R TB

    S e s ua i u j i r es i s t e ns i + OA T l i n i 2 at a u H s e um u r h i du p

    Cat at an : * Obat yang disediakan oleh Program Nasional TB

    C. EFEK SAMPING OAT

    Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobat an t anpa ef ek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami ef ek samping, oleh

    karena it u pemant auan kemungkinan t erjadinya ef ek samping sangat pent ing dilakukan selama pengobat an.Ef ek samping yang t erjadi dapat ringan at au berat (t erlihat pada t abel 4), bila ef ek samping ringan dan dapat diat asi dengan obat simpt omat is makapemberian OAT dapat dilanjut kan.

    1. I s oniaz i d (I NH)

    Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobat an t anpa ef ek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami ef ek samping, olehkarena it u pemant auan kemungkinan t erjadinya ef ek samping sangat pent ing dilakukan selama pengobat an.Ef ek samping yang t erjadi dapat ringan at au berat (t erlihat pada t abel 4), bila ef ek samping ringan dan dapat diat asi dengan obat simpt omat is makapemberian OAT dapat dilanjut kan.

    2. Rif am pis i n

    Ef ek samping ringan yang dapat t erjadi dan hanya memerlukan pengobat an simpt omat is ialah :- Sindrom f lu berupa demam, menggigil dan nyeri t ulang- Sindrom perut berupa sakit perut , mual, t idak naf su makan, munt ah kadang-kadang diare- Sindrom kulit sepert i gat al-gat al kemerahanEf ek samping yang berat t et api jarang t erjadi ialah :

    - Hepat it is imbas obat at au ikt erik, bila t erjadi hal t ersebut OAT harus dist op dulu dan penat alaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus- Purpura, anemia hemolit ik yang akut , syok dan gagal ginjal. Bila salah sat u dari gejala ini t erjadi, rif ampisin harus segera dihent ikan dan jangandiberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang- Sindrom respirasi yang dit andai dengan sesak napasRif ampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat , air mat a dan air liur. Warna merah t ersebut t erjadi karena proses met abolismeobat dan t idak berbahaya. Hal ini harus diberit ahukan kepada pasien agar mereka mengert i dan t idak perlu khawat ir.

    3. P iraz i nami d

  • 7/23/2019 - Tuberkulosis -

    5/9

    Ef ek samping ut ama ialah hepat it is imbas obat (penat alaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat t erjadi (beriaspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan art hrit is Gout , hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunanasam urat . Kadang-kadang t erjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.

    4. E t ambut ol

    Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipundemikian keracunan okuler t ersebut t ergant ung pada dosis yang dipakai, jarang sekali t erjadi bila dosisnya 15-25 mg/ kg BB perhari at au 30 mg/ kgBB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihat an akan kembali normal dalam beberapa minggu set elah obat dihent ikan. Sebaiknyaet ambut ol t idak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit unt uk didet eksi

    5. S t rept omi s i n

    Ef ek samping ut ama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkait an dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko ef ek samping t ersebutakan meningkat seiring dengan peningkat an dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko t ersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan

    f ungsi ekskresi ginjal. Gejala ef ek samping yang t erlihat ialah t elinga mendenging (t init us), pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapatdipulihkan bila obat segera dihent ikan at au dosisnya dikurangi 0, 25gr . Jika pengobat an dit eruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parahdan menet ap (kehilangan keseimbangan dan t uli).Reaksi hipersensit ivit i kadang t erjadi berupa demam yang t imbul t iba-t iba disert ai sakit kepala, munt ah dan erit ema pada kulit . Ef ek sampingsement ara dan ringan (jarang t erjadi) sepert i kesemut an sekit ar mulut dan t elinga yang mendenging dapat t erjadi segera set elah sunt ikan. Bilareaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0, 25gr St rept omisin dapat menembus sawar plasent a sehingga t idak boleh diberikan pada perempuan hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran

    janin.

    Tabel 5. Efek samping OAT dan Penatalaksanaannya

    Efek samping KemungkinanPenyebab

    Tatalaksana

    Minor OAT diteruskan

    Ti dak naf s u mak an, mual, s ak it perut Ri f ampi s in Obat dimi num m alamsebelum t idur

    Ny eri s endi P y raz i namid B eri as pirin / all opuri nol

    K es emut an s / d ras a t erbak ar di k ak i I NH B eri v it ami n B 6(piridoksin) 1 x 100 mgperhari

    Warna k emerahan pada ai r s eni Ri f ampi s in B eri penjel as an, t i dakperlu diberi apa-apa

    Mayor Hentikan obat

    Gat al dan k emerahan pada k uli t S emua j eni s OA T B eri ant ihis tam in dandievaluasi ket at

    Tul i S t rept omi s in S t rept omi s i n di hent ik an

    Gangguan keseimbangan(vert igo dan nist agmus)

    S t rept omi s in S t rept omi s i n di hent ik an

    I kt erik / Hepat it is I mbas Obat(penyebab lain disingkirkan)

    S ebagi an bes ar OA T Hent i k an s em ua OA Tsampai ikt erikmenghilang dan bolehdiberikanhepat oprot ekt or

    Munt ah dan conf usion(suspected drug-induced pre-ict eric hepat it is)

    S ebagi an bes ar OA T Hent i k an s em ua OA Tdan lakukan uji f ungsihat i

    Gangguan pengl ihat an E t am but ol Hent i k an et ambut ol

    Kelainan sist emik, t ermasuksyok dan purpura

    Ri f ampi s in Hent i k an ri f ampi s i n

    D. PENGOBATAN SUPORTIF / SIMPTOMATIK

    Pada pengobat an pasien TB perlu diperhat ikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan t idak ada indikasi rawat , pasien dapat dibeikan rawat

    jalan. Selain OAT kadang perlu pengobat an t ambahan at au suport if / simpt omat is unt uk meningkat kan daya t ahan t ubuh at au mengat asigejala/ keluhan.1. Pasien rawat jalan a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vit amin t ambahan (pada prinsipnya t idak ada larangan makanan unt ukpasien t uberkulosis, kecuali unt uk penyakit komorbidnya) b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/ demam c. Bila perlu dapat diberikan obat unt uk mengat asi gejala bat uk, sesak napas at au keluhan lain.2. Pasien rawat inap I ndikasi rawat inap : TB paru disert ai keadaan/ komplikasi sbb : - Bat uk darah masif - Keadaan umum buruk - Pneumot oraks - Empiema - Ef usi pleura masif / bilat eral - Sesak napas berat (bukan karena ef usi pleura)

    TB di luar paru yang mengancam jiwa :

    - TB paru milier - Meningit is TBPengobat an suport if / simpt omat is yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawat

    D. TERAPI PEMBEDAHAN

    lndikasi operasi1. I ndikasi mut lak

  • 7/23/2019 - Tuberkulosis -

    6/9

    a. Semua pasien yang t elah mendapat OAT adekuat t et et api dahak t et ap posit if b. Pasien bat uk darah yang masif t idak dapat diat asi dengan cara konservat if c. Pasien dengan f ist ula bronkopleura dan empiema yang t idak dapat diat asi secara konservat if

    2. lndikasi relat if a. Pasi en dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang

    b. Kerusakan sat u paru at au lobus dengan keluhan c. Sisa kavit i yang menet ap.

    Tindakan I nvasif (Selain Pembedahan) Bronkoskopi Punksi pleura Pemas angan WSD (Water Sealed Drainage)

    E. EVALUASI PENGOBATAN

    Evaluasi pasien meliput i evaluasi klinis, bakt eriologi, radiologi, dan ef ek samping obat , sert a evaluasi ket erat uran berobat . Evaluasi klinik- Pasien dievaluasi set iap 2minggu pada 1 bulan pert ama pengobat an selanjut nya set iap 1 bulan- Evaluasi : respons pengobat an dan ada t idaknya ef ek s amping obat sert a ada t idaknya komplikasi penyakit- Evaluasi klinis meliput i keluhan , berat badan, pemeriksaan f isis .

    Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan) Tujuan unt uk mendet eksi ada t idaknya konversi dahak Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik - Sebelum pengobatan dimulai - Set elah 2 bulan pengobat an (set elah f ase int ensif ) - Pada akhir pengobatan Bila ada f asilit i biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resist ensi

    Evaluasi radiologik (0 - 2 6/9 bulan pengobatan)Pemeriksaan dan evaluasi f ot o t oraks dilakukan pada:- Sebelum pengobatan- Set elah 2 bulan pengobat an (kecuali pada kasus yang juga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobat an)

    - Pada akhir pengobatan

    Evaluasi efek samping secara klinik . Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa f ungsi hat i, f ungsi ginjal dan darah lengkap . Fungsi hat i SGOT, SGPT, bilirubin, f ungsi ginjal : ureum, kreat inin, dan gula darah , sert a asam urat unt uk dat a dasar penyakit penyert aat au ef ek sampi ng pengobatan . Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid . Pemeriksaan visus dan uji but a warna bila menggunakan et ambut ol (bila ada keluhan) . Pasien yang mendapat st rept omisin harus diperiksa uji keseimbangan dan audiomet ri (bila ada keluhan) . Pada anak dan dewasa muda umumnya t idak diperlukan pemeriksaan awal t ersebut . Yang paling pent ing adalah evaluasi klinis kemungkinan t erjadi ef ek samping obat . Bil a pada evaluasi klinis dicurigai t erdapat ef ek samping, maka dilakukan pemeriksaan laborat orium unt uk memast ikannya dan penanganan ef ek samping obat sesuai pedoman

    Evalusi keteraturan berobat- Yang t idak kalah pent ingnya adalah evaluasi ket erat uran berobat dan diminum / t idaknya obat t ersebut . Dalam hal ini maka sangat pent ingpenyuluhan at au pendidikan mengenai penyakit dan ket erat uran berobat . Penyuluhan at au pendidikan dapat diberikan kepada pasien, keluarga dan

    lingkungannya.- Ket idakt erat uran berobat akan menyebabkan t imbulnya masalah resist ensi.

    Krit eria Sembuh- BTA mikroskopis negat if dua kali (pada akhir f ase int ensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat- Pada f ot o t oraks, gambaran radiologi serial t et ap sama/ perbaikan- Bila ada f asilit i biakan, maka krit eria dit ambah biakan negat if

    Evaluasi pasien yang telah sembuhPasien TB yang t elah dinyat akan sembuh sebaiknya t et ap dievaluasi minimal dalam 2 t ahun pert ama set elah sembuh, hal ini dimaksudkan unt ukmenget ahui kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis B TA dahak dan f ot o t oraks. Mikroskopis B TA dahak 3, 6, 12 dan 24 bulan (sesuaiindikasi/ bila ada gejala) set elah dinyat akan sembuh. Evaluasi f ot o t oraks 6, 12, 24 bulan set elah dinyat akan sembuh (bila ada kecurigaan TBkambuh).

    BAB VIRESISTEN GANDA (Multi Drug Resistance/ MDR)

    DefinisiResist ensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resist en t erhadap rif ampisin dan I NH dengan at au t anpa OAT lainnya

    Secara umum resist ensi t erhadap obat t uberkulosis dibagi menjadi :- Resist ensi primer ialah apabila pasien sebelumnya t idak pernah mendapat pengobat an TB- Resist ensi inisial ialah apabila kit a t idak t ahu past i apakah pasiennya sudah pernah ada riwayat pengobat an sebelumnya at au t idak- Resist ensi s ekunder ialah apabila pasien t elah punya riwayat pengobat an sebelumnya.

    Laporan pert ama t ent ang reist ensi ganda dat ang dari Amerika Serikat , khususnya pada pasien TB dan AI DS yang menimbulkan angka kemat ian70% 90% dalam wakt u hanya 4 s ampai 16 minggu. Laporan WHO t ent ang TB t ahun 2004 menyat akan bahwa sampai 50 jut a orang t elah t erinf eksioleh kuman t uberkulosis yang resist en t erhadap obat ant i t uberkulosis. TB paru kronik sering disebabkan oleh MDR Ada beberapa penyebab t erjadinya resit ensi t erhadap obat t uberkulosis, yait u :- Pemakaian obat t unggal dalam pengobat an t uberkulosis- Penggunaan paduan obat yang t idak adekuat , yait u jenis obat nya yang kurang at au di lingkungan t ersebut t elah t erdapat resist ensi yang t inggit erhadap obat yang digunakan, misalnya memberikan rif ampisin dan I NH saja pada daerah dengan resist ensi t erhadap kedua obat t ersebut sudahcukup t inggi- Pemberian obat yang t idak t erat ur, misalny a hanya dimakan dua at au t iga minggu lalu st op, s et elah dua bulan berhent i kemudian berpindah dokt er dan mendapat obat kembali selama dua at au t iga bulan lalu st op lagi, demikian set erusnya- Fenomena addit ion syndrome (Crof t on, 1987), yait u suat u obat dit ambahkan dalam suat u paduan pengobat an yang t idak berhasil. B ilakegagalan it u t erjadi karena kuman TB t elah resist en pada paduan yang pert ama, maka penambahan (addit ion) sat u macam obat hanya akanmenambah panjang daf t ar obat yang resist en- Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya t idak dilakukan sec ara baik, sehingga mengganggu bioavailabilit i obat- Penyedi aan obat yang tidak reguler, kadang obat datang ke suatu daerah kadang terhenti pengirimanny a sampai berbulan-bulan- Pemakaian obat ant it uberkulosis cukup lama, sehingga menimbulkan kejemuan- Penget ahuan pasien kurang t ent ang penyakit TB

  • 7/23/2019 - Tuberkulosis -

    7/9

    - Kasus MDR-TB rujuk ke dokt er spesialis paru

    Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)Klasifikasi OAT untuk MDR

    Krit eria ut ama berdasarkan dat a biologikal dibagi menjadi 3 kelompok OAT:1. Obat dengan akt ivit i bakt erisid: aminoglikosid, t ionamid dan pirazinamid yang bekerja pada pH asam2. Obat dengan akt ivit i bakt erisid rendah: f luorokuinolon3. Obat dengan akivit i bakt eriost at ik, et ambut ol, cyc loserin dan PAS

    FluorokuinolonFluorokuinolon (moksif loksasin, levof loksasin, of loksasin dan siprof loksasin) dapat digunakan unt uk kuman TB yang resist en t erhadap lini-1.Resistensi silang

    obat aPada pengobat an MDR TB harus dipert imbangkan resist ensi s ilang dalam memilih jenis OAT. Tidak ef ekt if memberikan OAT dari golongan yangsama at au paduan OAT yang berpot ensi t erjadi resist ensi silang.- Tionamid dan t ioset asonEt ionamid adalah golongan t ionamid yang dapat menginduksi t erjadinya resist ensi silang dengan prot eonamid karena sat u golongan. Seringdit emukan resist ensi silang ant ara t ionamid dengan t ioaset ason, galur yang biasanya resist en dengan t ioset ason biasanya masih sensit if t erhadapet ionamid dan prot eonamid. Galur yang resist en t erhadap et ionamid dan prot eonamid biasanya juga resist en juga t erhadap t ioaset ason pada lebihdari 70% kasus.- AminoglikosidGalur yang resist en t erhadap st rept omisin biasanya sensit if t erhadap kanamisin dan amikasin. Galur yang resist en t erhadap kanamisin dapatmenyebabkan resist en silang t erhadap amikasin. Galur yang resist en t erhadap kanamisin dan amikasin juga menimbulkan resist en t erhadapst rept omisin. Galur yang resist en t erhadap st rept omisin, kanamisin, amikasin biasanya masih sensit if t erhadap kapreomisin. . Resist en t erhadap st rept omisin gunakan kanamisin at au amikasin . Resist en t erhadap kanamisin at au amikasin gunakan kapreomisin- FluorokuinolonOf loksasin dan siprof loksasin dapat menginduksi t erjadinya resist ensi silang unt uk semua f luorokuninolon. I t ulah sebabnya penggunaan of loksasinharus hat i-hat i karena beberapa kuinolon yang lebih akt if (levof loksasin dan moksif loksasin) dapat menggant ikan of loksasin di masa dat ang.- Sikloserin dan t erizidon

    Terdapat resist ensi silang ant ara dua macam obat ini. Tidak t erdapat resist ensi silang dengan obat golongan lain.- Hingga saat ini belum ada paduan pengobatan yang distandaris asi untuk pasien MDR-TB. Pemberian pengobatan pada dasarnya tail or made,bergant ung dari hasil uji resist ensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensit if - Obat lini 2 yang dapat digunakan yait u golongan f luorokuinolon, aminoglikosida, et ionamid, sik loserin, klof azimin, amoks ilin+ as. kl avulanat- Saat ini paduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensit if minimal 2 3 OAT lini 1 dit ambah dengan obat lini 2, yait u Siprof loksasin dengandosis 1000 1500 mg at au of loksasin 600 800 mg (obat dapat diberikan single dose at au 2 kali sehari)- Pengobat an t erhadap t uberkulosis resist en ganda sangat sulit dan memerlukan wakt u yang lama yait u minimal 18 bulan- Hasil pengobat an t erhadap TB resist en ganda ini kurang menggembirakan. Pada pasien non-HI V, konversi hanya didapat pada sekit ar 50%kasus, sedangkan response rate didapat pada 65% kasus dan kesembuhan pada 56% kasus.- Pemberian obat ant it uberkulosis yang benar dan pengawasan yang baik, merupakan salah sat u kunci pent ing mencegah resist en ganda. KonsepDirectly Observed Treatment Short Course (DOTS) merupakan salah sat u upaya pent ing dalam menjamin ket erat uran berobat .- Priorit i yang dianjurkan bukan pengobatan MDR, tetapi pencegahan MDR-TB

    Tabel 6. Tingkat an OAT unt uk pengobat an MDR-TB

    Tingk at an Obat D os is harian A kt iv it i ant ibak t eri Rasio kadar puncak serum

    terhadap MIC

    1 Aminoglik os ida. Streptomisinb. Kanamisin atau amikasinc. Kapreomisin

    15 mg/ kg B ak teri si dmenghambatorganisme yangmultiplikasi aktif

    20-30

    5-7.5

    10-15

    2 Thiomides(Etionamid protionamid)

    10-20 mg/ k g B ak t erisid 4-8

    3 Piraz inamid 20-30 mg/ k g B ak t erisid pada pHasam

    7.5-10

    4 Of lok s as in 7. 5-15 mg/ k g B ak t erisid mingguan 2. 5-5

    5 Et ambut ol 15-20 mg/ k g B ak t erios t at ik 2-3

    6 Sik los erin 10-20 mg/ k g B ak t erios t at ik 2-4

    7 PAS asam 10-12 g B ak t erios t at ik 100

    BAB VIIPENGOBATAN TUBERKULOSIS PADA KEADAAN KHUSUS

    A TB MILIER Rawat inap Paduan obat : 2 RHZE/ 4 RH Pada keadaan khusus (sakit berat ), t ergant ung keadaan klinis, radiologi dan evaluasi pengobat an, maka pengobat an lanjut an dapat

    diperpanjang Pemberian kort ikost eroid t idak rut in, hanya diberikan pada keadaan

    - Tanda / gejala meningit is- Sesak napas- Tanda / gejala t oksik- Demam tinggi

    B. PLEURITIS EKSUDATIVA TB (EFUSI PLEURA TB) Paduan obat: 2RHZE/4RH. - Evakuasi cairan, dikeluarkan seopt imal mungkin, sesuai keadaan pasien dan dapat diberikan kort ikost eroid - Hat i-hat i pemberian kort ikost eroid pada TB dengan lesi luas dan DM.

    - Evakuasi cairan dapat diulang bila diperlukanC. TB PARU DENGAN DIABETES MELITUS (DM) - Paduan OAT pada prinsipnya sama dengan TB t anpa DM, dengan syarat kadar gula darah t erkont rol - Apabila kadar gula darah t idak t erkont rol, maka lama pengobat an dapat dilanjut kan sampai 9 bulan

    - Hat i-hat i dengan penggunaan et ambut ol, karena ef ek samping et ambut ol pada mat a sedangkan pasien DM sering mengalami komplikas ikelainan pada mat a - Perlu diperhat ikan penggunaan rif ampisin karena akan mengurangi ef ekt ivit i obat oral ant idiabet es (sulf onil urea), sehingga dosisnya perludit ingkat kan

  • 7/23/2019 - Tuberkulosis -

    8/9

    - Perlu kont rol / pengawasan sesudah pengobat an selesai, unt uk mengont rol / mendet eksi dini bila t erjadi kekambuhanD. TB PARU DENGAN HIV / AIDSPada daerah dengan angka prevalens HI V yang t inggi di populasi dengan kemungkinan koinf eksi TB-HI V, maka konseling dan pemeriksaan HI Vdiindikasikan unt uk seluruh TB pasien sebagai bagian dari penat alaksanaan rut in. Pada daerah dengan prevalens HI V yang rendah, konseling danpemeriks aan HIV hanya diindikas i pada pasien TB dengan keluhan dan tanda tanda yang diduga berhubungan dengan HIV dan pada pasien TBdengan riwayat risiko t inggi t erpajan HI V.Jadi t idak semua pasien TB paru perlu diuji HI V. Hanya pasien TB paru t ert ent u saja yang memerlukan uji HI V, misalnya:a. Ada riwayat perilaku risiko t inggi t ert ular HI Vb. Hasil pengobat an OAT t idak memuaskanc. MDR TB / TB kronikPemeriksaan minimal yang perlu dilakukan unt uk memast ikan diagnosis TB paru adalah pemeriksaan BTA dahak, f ot o t oraks dan jikamemungkinkan dilakukan pemeriksaan CD4. Gambaran penderit a HI V-TB dapat dilihat pada t abel 7 berikut .

    Tabel 7. Gambaran TB-HIV

    Infeksi dini

    (CD4>200/mm3)

    Infeksi lanjut

    (CD4350 mm3 Mulai t erapi TB Tunda AR T

    CD4 tidak mungkindiperiksa

    Mulai t erapi TB Perimbangan AR T

    Keterangan:a. Saat mengawali ART harus didasarkan at as pert imbangan klinis sehubungan dengan adanya t anda lain dari imunodef isiensi. Unt uk TBekst raparu, ART harus diberikan secepat nya set elah t erapi TB dapat dit oleransi, t anpa memandang CD4b. Sebagai alt ernat if unt uk EFV adalah: SQV/ r (400/ 400 mg 2 kali sehari at au cgc 1600/ 200 1 kali sehari), LPV/ r (400/ 400 mg 2 kali sehari) dan ABC(300 mg 2 kali sehari)c. NVP (200 mg sehari selama 2 minggu diikut i dengan 200 mg 2 kali sehari) sebagai penggant i EFV bila t idak ada pilihan lain. Rejimen yangmengandung NVP adalah d4T/ 3TC/ NVP at au ZDV/ 3TC/ NVPd. Paduan yang mengandung EFV adalah d4T/ 3TC/ EFV dan ZDV / 3TC / EFVe. Kecuali pada HI V st adium I V, mulai ART set elah t erapi TB selesaif . Bila t idak ada t anda lain dari imunodef isiensi dan penderit a menunjukkan perbaikan set elah pemberian t erapi TB, ART diberikan set elah t erapi TBdiselesaikan

    I nt eraksi obat TB dengan ARV (Ant i Ret rovirus)

    - Pemakaian obat HI V/ AI DS misalnya zidovudin akan meningkat kan kemungkinan t erjadinya ef ek t oksik OAT

    - Tidak ada int eraksi bermakna ant ara OAT dengan ARV golongan nukleosida, kecuali Didanosin (ddI ) yang harus diberikan selang 1 jam dengan

    OAT karena bersif at sebagai buffer ant asida

    - I nt eraksi dengan OAT t erut ama t erjadi dengan ART golongan nonnukleot ida dan inhibit or prot ease. Rif ampisin jangan diberikan bersama dengan

    nelf inavir karena rif ampisin dapat menurunkan kadar nelf inavir sampai 82%. Rif ampisin dapat menurunkan kadar nevirapin sampai 37%, t et apisampai saat ini belum ada peningkat an dosis nevirapin yang direkomendasikan

    Jenis ART

    Tabel 9. Obat ART

    Golongan Obat Dosis

    N ukleosida R TI ( N sR TI) Abakavir ( ABC ) Didanosin (ddl) Lamivudin (3TC) Stavudin (d4T)

    300 mg 2x/hari atau 400 mg 1x/hari250 mg 1x/hari (BB

  • 7/23/2019 - Tuberkulosis -

    9/9

    Zidov udin (ZD V) 300 mg 2x / hari

    Nukleotida RTI TD F

    300 mg 1x/hari

    Non nukleosid RTI (NNRTI) Efavirenz (EFV) Nevirapine (NVP)

    600 mg 1x/hari200 mg 1x/hari untuk 14 hari kemudian 200 mg 2x/hari

    Protease inhibitor (PI) Indinavir/ritonavir (IDV/r) Lopinavir/ritonavir (LPV/r) Nelfinavir (NFV) Saquinavir/ritonavir (SQV/r) Ritonavir (RTV/r)

    800 mg/100 mg 2x/hari400 mg/100 mg 2x/hari1250 mg 2x/hari1000mg/ 100 mg 2x/hari atau 1600 mg/200 mg 1x/hariKapsul 100 mg, larutan oral 400 mg/5 ml.

    E. TB PARU PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI - Obat ant it uberkulosis harus t et ap diberikan kecuali st rept omisin, karena ef ek samping st rept omisin pada gangguan pendengaran janin

    - Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI t et ap dapat diberikan, walaupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI , akan t et et api

    konsent rasinya kecil dan t idak menyebabkan t oksik pada bayi

    - Pada perempuan usia produkt if yang mendapat pengobat an TB dengan rif ampisin, dianjurkan unt uk t idak menggunakan kont rasepsi hormonal,

    karena dapat t erjadi int eraksi obat yang menyebabkan ef ekt ivit i obat kont rasepsi hormonal berkurang.

    - Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan

    F. TB PARU PADA GAGAL GINJAL

    - Jangan menggunakan st rept omisin, kanamisin dan kapreomisin

    - Sebaiknya hindari penggunaan et ambut ol, karena wakt u paruhnya memanjang dan t erjadi akumulasi et ambut ol. Dalam keadaan sangat

    diperlukan, et ambut ol dapat diberikan dengan pengawasan kreat inin

    - Sedapat mungkin dosis dis esuaikan dengan f aal ginjal (CCT, ureum, kreat inin)

    - Rujuk ke ahli Paru

    G. TB PARU DENGAN KELAINAN HATI

    - Bila ada kecurigaan penyakit hat i, dianjurkan pemeriksaan f aal hat i sebelum pengobat an

    - Pada kelainan hat i, pirazinamid t idak boleh diberikan

    - Paduan obat yang dianjurkan (rekomendasi WHO) ialah 2 SHRE/6 RH atau 2 SHE/10 HE

    - Pada pasien hepat it is akut dan at au klinis ikt erik , sebaiknya OAT dit unda sampai hepat it is akut nya mengalami penyembuhan. Pada keadaan

    sangat diperlukan dapat diberikan S dan E maksimal 3 bulan sampai hepat it is menyembuh dan dilanjut kan dengan 6 RH

    - Sebaiknya rujuk ke dokt er spesialis paru

    H. HEPATITIS IMBAS OBAT

    - Adalah kelainan f ungsi hat i akibat penggunaan obat -obat hepat ot oksik (drug induced hepat it is)

    - Penat alaksanaan

    . Bila klinis (+) (I kt erik [ +] , gejala mual, munt ah [ +] ) OAT Stop

    . Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali, : OAT st op

    . Bila gejal klinis (-), Laborat orium t erdapat kelainan:Bilirubin > 2 O A T S t o pSGOT, SGPT > 5 kali : OAT st opSGOT, SGPT > 3 kali teruskan pengobatan, dengan pengawasan

    Paduan OAT yang dianjurkan :

    - St op OAT yang bersif at hepat ot oksik (RHZ)

    - Set elah it u, monit or klinis dan laborat orium. Bila klinis dan laborat orium kembali normal (bilirubin, SGOT, SGPT), maka t ambahkan H (I NH)desensit isasi sampai dengan dosis penuh (300 mg). Selama it u perhat ikan klinis dan periksa laborat orium saat I NH dosis penuh , bila kli nis danlaborat orium kembali normal, t ambahkan rif ampisin, desensit is asi sampai dengan dosis penuh (sesuai berat badan). Sehingga paduan obatmenjadi RHES

    - Pirazinamid t idak boleh diberikan lagi

    I. TUBERKULOSIS PADA ORGAN LAIN

    Paduan OAT unt uk pengobat an t uberkulosis di berbagai organ t ubuh sama dengan TB paru menurut ATS, m isalnya pengobat an unt uk TB t ulang,

    TB sendi dan TB kelenjar lama pengobat an OAT dapat diberikan 9 12 bulan. Paduan OAT yang diberikan adalah : 2RHZE / 7-10 RH.Pemberian kort ikost eroid pada perikardit is TB unt uk menurunkan kebut uhan int ervensi operasi dan menurunkan kemat ian, pada meningit is TB unt ukmenurunkan gejala sisa neurologis. Dosis yang dianjurkan ialah 0, 5 mg/ kgBB/ hari selama 3-6 minggu.

    BAB VIIIKOMPLIKASI

    Pada pasien t uberkulosis dapat t erjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobat an at au dalam masa pengobat an maupun set elah selesaipengobatan.Beberapa komplikasi yang mungikin t imbul adalah :- Bat uk darah- Pneumot oraks- Luluh paru- Gagal napas- Gagal jantung- Ef usi pleura

    BAB IXDIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE (DOTS)

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah denganmenerapkan st rat egi DOTS, yang juga t elah dianut oleh negara kit a. Oleh karena it u pemahaman t ent ang DOTS merupakan hal yang sangat pent ingagar TB dapat dit anggulangi dengan baik.