1. Manusaway,Anjaito.a_perbandingan Laju Infiltrasi Di Bawah Dua Jenis Tegakan-copy

download 1. Manusaway,Anjaito.a_perbandingan Laju Infiltrasi Di Bawah Dua Jenis Tegakan-copy

of 55

description

skripsi

Transcript of 1. Manusaway,Anjaito.a_perbandingan Laju Infiltrasi Di Bawah Dua Jenis Tegakan-copy

  • i

    PERBANDINGAN LAJU INFILTRASI DI BAWAH DUA JENIS

    TEGAKAN (Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii)

    Pada ARBORETUM AMBAN dan ARBORETUM ANGGORI

    SKRIPSI

    Oleh

    ANJAITO ANDRIAN MANUSAWAY

    200746013

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

    JURUSAN MANAJEMEN HUTAN

    FAKULTAS KEHUTANAN

    UNVERSITAS NEGERI PAPUA

    MANOKWARI

    2013

  • ii

    55

    INFILTRASI DI BAWAH DUA JENIS TEGAKAN (Pometia

    coreacea dan Araucaria cunninghamii)

    pada ARBORETUM AMBAN dan ARBORETUM ANGGORI

    Oleh

    ANJAITO ANDRIAN MANUSAWAY

    200746013

    Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Kehutanan

    Pada

    Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

    JURUSAN MANAJEMEN HUTAN

    FAKULTAS KEHUTANAN

    UNVERSITAS NEGERI PAPUA

    MANOKWARI

    2013

  • iii

  • iv

    55

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

    Rahmat dan Karunia-Nya, yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini

    dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul Perbandingan Laju Infiltrasi

    di Bawah Dua JenisTegakan (Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii)

    pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori Manokwari. Penelitian ini

    dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi

    Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua.

    Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

    kepada :

    1. Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Manokwari

    2. Bapak Ir. E. M. Kesaulija,, MS dan Ibu Ir. Bernadetta M. G. Sadsoeitoeboen,

    MSi selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam

    memberikan arahan serta motivasi dalam penelitian ini.

    3. Ibu Francina F. Kesaulija. S,Hut. M.Env.Sc. Selaku Ketua Jurusan Manajemen

    Hutan.

    4. Kepada seluruh dosen Fakultas Kehutanan yang tidak dapat penulis menyebutkan

    satu persatu, yang sudah banyak membagi ilmu kepada penulis selama mengikuti

    pendidikan.

  • vi

    55

    5. Kepala Laboratorium Tanah Fapertek UNIPA Manokwari yang sudah membantu

    penulis dalam penyediaan alat-alat dan membantu, mengarahkan penulis tentang

    cara menganalisis tanah.

    6. Ibu dan semua kakak serta adik (Berni, Ade Renato, Frits dan Grace) yang

    senatiasa mendorong dan membantu penulis menyelesaikan tulisan ini.

    7. Kepada Kakek dan Nenek tercinta L.A Rumbino yang banyak membantu dalam

    dukungan doa.

    8. Kepada Om Frits Rumbino yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

    tulisan ini.

    9. Saudari Newindosi Felfina Wartanoy yang Tercinta dan tersayang atas bantuan,

    dukungan dan perhatian kepada penulis selama ini.

    10. Rekan-rekan forester 07 antara lain : Cinex, Dedi, Hamka, Melki lay, Assa

    himan, Kute, Ade Mabel, Gerit, Angga, Hakim, Ompai Saremai, Mas Bata,

    Yusak, Sipahelo, Ones, Ida, Yansun, Mikha, Luis, Rental Kretif Junior Mandiri.

    Dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan namanya.

    11. Semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara langsung maupun tidak

    langsung dalam proses penelitian ini.

    Akhirnya penulis menyadari bahwa sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari

    sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

    Terima Kasih Tuhan Yesus Berkati.

    Manokwari, Juli 2013

    Penulis

  • vii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Kebar Kabupaten Manokwari pada tanggal 03 Agustus

    1988 sebagai anak ke empat dari kelima bersaudara dari keluarga bapak Lambertus Y

    Manusaway (Alm) dan Ibu Dorthea M Rumbino.

    Penulis memulai pendidikan dasar pada SD Negeri Inpres Wasior dan lulus

    pada tahun 2000, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan

    pertama pada SLTP Negeri 02 Manokwari dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun

    2004 penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah kejuruan atas pada SMK

    Negeri 02 Manokwari dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis terdaftar

    sebagai Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas

    Negeri Papua.

  • viii

    55

    RINGKASAN

    ANJAITO ANDRIAN MANUSAWAY Perbandingan Laju Infiltrasi Di Bawah Dua Jenis Tegakan (Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii) Pada

    Arboretum Amban dan Arboretum Anggori . Dibimbing oleh Bapak Ir.

    E.M.kesaulij, MS dan Ibu Ir. Bernadetta. M. G. Sadsoeitoeboen. M.Si.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya perbedaan laju infiltrasi di

    bawah dua jenis tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada

    Arboretum Amban dan Arboretum Anggori. Pengukuran laju infiltrasi dengan

    menggunakan double ring infiltrometer pada ke dua plot pengamatan (di bawah

    tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii), pengukuran dilakukan

    setelah satu hari terjadi hujan, tiga hari setelah hujan dan lima hari setelah terjadinya

    hujan, yang dilakukan pada lokasi penelitian yaitu Arboretum Amban dan

    Arboretum Anggori.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu Tekstur, Struktur,

    Permeabilitas, Kadar Air Tanah dan Keadaan Tumbuhan Penutup Tanah.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata laju infiltrasi terjadi di bawah

    tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban yaitu 0.34 mm/detik, dan

    Arboretum Anggori 0.28 mm/detik di bandingkan dengan di bawah tegakan

    Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban 0.27 mm/detik dan Arboretum

    Anggori 0.21 mm/detik.

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR .......... v

    RIWAYAT HIDUP............................................................................................... vi

    RINGKASAN....................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ...... viii

    DAFTAR TABEL ........ ix

    DAFTAR GAMBAR .... x

    DAFTAR LAMPIRAN .... xi

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang .... 1

    Masalah.... 2

    Tujuan dan Manfaat .... 3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Infiltrasi/... 4

    Laju Infiltrasi.... 4

    Kapasitas Infiltras..... 5

    Pengukuran Kapasitas Infiltrasi ...... 5

    Perhitungan Kapasitas Infiltrasi ...... 6

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi .. 8

    Risalah Umum Pohon ... 13

  • x

    55

    KEADAAN UMUM

    Letak dan Luas .. 16

    Iklim ...... 17

    Keadaan Tanah dan Topografi ...... 18

    METODE PENELITIAN

    Tempat dan waktu . 19

    Alat dan Bahan ...... 19

    Objek

    Penelitian............... 19

    Metode Penelitian ...... 19

    Variabel Pengamatan 20

    Prosedur Penelitian ... 20

    Pengumpulan Data .... 22

    Pengolahan Data .... 23

    Analisa Data .. 23

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Laju infiltrasi . 24

    Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi di Bawah Tegakan

    Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii ....................................... 27

    PENUTUP

    Kesimpulan ....... 33

    Saran .......... 33

  • xi

    DAFTAR PUSTAKA ...... 34

    LAMPIRAN ............. 37

  • xii

    55

    DAFTAR TABEL

    Nomor Teks Halaman

    1. Kelas Permeabilitas.. 8

    2. Data iklim ........ 17

    3. Laju Infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori ...... 24

    4. Pengukuran Kapasitas Infiltrasi pada tanah kering ..... 26

    5. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah ...... 27

    6. Kadar Air di Bawah Tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii Pada Arboretum Amban Dan Arboretum Anggori.. 30

    7. Permeabilitas Pada Kedua Tegakan pada Arboretum Amban

    dan Arboretum Anggori............................................................. 31

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Teks Halaman

    1. Laju infiltrasi pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori...... 25

    2. Struktur Tanah di Bawah Tegakan Pometia coreacea ..... 28

    3. Struktur Tanah di Bawah Tegakan Araucaria cunninghamii.. 28

    4. Struktur Tanah di Bawah Tegakan Pometia coreacea...... 29

    5. Struktur Tanah di Bawah Tegakan Araucaria cunninghamii... 29

  • xiv

    55

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Peta Lokasi Penelitian .. L-1,2

    2. Data Curah Hujan Kabupaten Manokwari Lima Tahun Terakhir (2008 - 2012) L-3

    3. Perhitungan Laju Infiltrasi ... L-4

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam memenuhi

    kebutuhan mahluk hidup. Air yang digunakan pada dasarnya berasal dari air hujan

    yang jatuh dan akan tersimpan menjadi air bumi baik dalam bentuk mata air maupun

    badan air. Air hujan berasal dari uap air yang yang jatuh kepermukaan bumi yang

    terbawah oleh angin melintasi daratan, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan,

    sebagian uap air akan turun menjadi air hujan disebut siklus hidrologi. Menurut

    Asdak (1995), sebelum mencapai permukaan tanah air hujan tersebut akan tertahan

    oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan akan tersimpan di permukaan tajuk atau

    daun selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas

    permukaan tanah melalui sela-sela daun (through fall) atau mengalir ke bawah

    melalui permukaan batang pohon (stem flow). Sebagian kecil air hujan tidak akan

    sampai di permukaan tanah melainkan terintersepsi melalui tajuk dan serasah dan

    sebagian lagi mengalami proses evapotranspirasi. Air hujan yang dapat mencapai

    permukaan tanah atau permukaan bumi jika permukaannya tidak kedap air, dapat

    bergerak masuk ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan gaya gerak kapiler

    dalam suatu aliran yang disebut dengan infiltrasi (Seyhan, 1990).

    Kapasitas infiltrasi adalah laju yang tertinggi dimana air dapat diserap oleh

    suatu tanah tertentu, dan pada suatu hutan yang utuh kapasitas tersebut dapat melebihi

    intensitas curah hujan yang terbesar. Bagian air yang terinfiltrasi ke dalam tanah

  • 2

    55

    cukup penting karena memberikan ketersediaan air bumi dan menjadi sumber-

    sumber air yang dibutuhkan oleh makhluk hidup.

    Masalah

    Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar sekali bagi

    kehidupan makhluk hidup dimuka bumi ini. Sejalan dengan meningkatnya jumlah

    penduduk yang ada dimuka bumi, maka kebutuhan air pun akan semakin meningkat.

    Salah satu bagian dari siklus hidrologi yang memegang peranan penting dalam

    penyediaan air tanah adalah hutan. Air hujan yang turun kepermukaan bumi akan

    terserap masuk ke dalam tanah dan selanjutnya akan tersimpan sebagai kantung-

    kantung air dan bila mencapai titik jenuh air tersebut akan keluar ke permukaan bumi

    sebagai mata air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan makhluk hidup

    di bumi. Fungsi dan peranan hutan sangat penting dalam penyediaan air tanah, hal ini

    ditentukan pula oleh jenis-jenis vegetasi yang ada di dalamnya. Kemampuan tiap

    vegetasi pasti berbeda sehingga sangatlah penting untuk mengetahui mekanisme

    penyediaan air tanah pada jenis vegetasi tersebut.

    Ketersediaan air dalam tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan atau karakteristik

    tegakan dan sifat fisik tanah yaitu tekstur, struktur, permeabilitas, kadar air tanah,

    serta bahan organik. Bagian tegakan yang mempengaruhi proses laju infiltrasi adalah

    bentuk dari persentase penutupan tajuk, jenis daun dan ketebalan serasah serta bentuk

    perakaran dari tegakan tersebut.

    Faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya laju infiltrasi adalah jenis

    tegakan, karena setiap tegakan memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap

  • 3

    dan menyimpan air dalam tanah yang disebabkan oleh faktor-faktor diatas

    (Ardiyansah, 2006).

    Dari hal inilah maka perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan laju

    infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreaceae dan Araucaria cunninghamii pada

    Arboretum Amban dan Arboretum Anggori.

    Tujuan dan Manfaat

    Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui besarnya

    perbedaan laju infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria

    cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori serta diharapkan

    penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi dalam usaha pengelolaan

    kawasan hutan sebagai pengatur tata air.

  • 4

    55

    TINJAUAN PUSTAKA

    Infiltrasi

    Infiltrasi (infiltration) didefinisikan sebagai gerakan air ke bawah melalui

    permukaan tanah ke dalam profil tanah. Infiltrasi menyebabkan air dapat tersedia

    untuk pertumbuhan tanaman dan air tanah (ground water) terisi kembali. Infiltrasi

    juga merupakan suatu gerakan aliran air yang masuk ke dalam tanah sebagai akibat

    gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah vertikal).

    Setelah lapisan tanah bagian atas tanah jenuh kelebihan air tersebut mengalir ke tanah

    yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses

    perkolasi.

    Laju Infiltrasi

    Laju infiltrasi (infiltration rate) adalah jumlah air yang masuk ke dalam tanah

    untuk periode tertentu. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya

    terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Kapasitas

    infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemantapannya,

    laju infiltasi dipengaruhi secara langsung oleh tekstur tanah (soil texture), penutupan

    tanah (soil cover), suhu tanah (soil temperature) dan intensitas hujan (rainfall

    intensity)

  • 5

    Kapasitas infiltrasi

    Kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) yang mencangkup infitrasi dan

    perkolasi sering dinyatakan dalam tebal air (depth of water) per satuan waktu. Jika

    besarnya hujan melebihi kapasitas infiltrasi, maka terjadilah aliran permukaan (run-

    off). Alitan permukaan (run-off) merupakan bagian dari air hujan yang tidak

    terinfiltrasi ke dalam tanah.

    Laju maksimal suatu gerakan air yang masuk ke dalam tanah dinamakan

    sebagai kapsitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi

    kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya, apabila intensitas

    hujan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju

    curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan

    satuan intensitas curah hujan, yaitu milimeter per jam (mm/jam). Pasokan air hujan

    ke dalam tanah ini sangat berarti bagi kebanyakan tanaman di tempat berlangsungnya

    infiltrasi dan daerah sekelilingnya.

    Pengukuran Kapasitas Infiltrasi

    Menurut Asdak (1995), pengukuran infiltasi menggunakan alat infiltrometer.

    Alat infiltrometer yang biasa digunakan adalah infiltrometer ganda (double ring

    infiltrometre), yaitu satu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer

    silinder lain yang lebih besar. Infiltrometer silinder yang lebih kecil mempunyai

    ukuran diameter 46 cm hingga 55 cm. pengukuran hanya dilakukan pada silinder

    yang kecil, sedangkan silinder yang lebih besar berfungsi sebagai sebagai penyangga

    yang bersifat menurunkan efek batas yang timbul oleh adanya silinder. Kedua

  • 6

    55

    infiltrometer tersebut dibenamkan ke dalam tanah pada kedalaman 6 10 cm,

    kemudian air dimasukan kedalam dedua silinder tersebut dengan kedalaman 1 2 cm

    dan dipertahankan besarnya kedalaman dengan cara mengalirkan air kedalam silinder

    tersebut (dengan menggunakan gelas ukur).

    Infiltrometer hanya dapat memberikan anggka bandingan yang berbeda (harga

    lebih tinggi) dari infiltrasi yang sebenarnya. Lagipula masukan yang digunakan tidak

    menggambarkan penyebaran hujan (waktu dan ruang yang sebenarnya). Dengan

    menggunakan petak lapangan terisolasi, kapasitas infiltrasi ditentukan oleh jumlah air

    yang ditentukan oleh jumlah air yang ditambahkan untuk mempertahankan yang

    tinggi yang tetap. Dibandingkan infiltrometer tipe cincin, petak bidang terisolasi

    (kenyataannya infiltrometer yang besar) mempunyai pengaruh batas yang kurang

    nyata, namun masih belum menggambarkan realitas. Angka yang diperoleh sekali

    lagi merupakan angka pembanding (Seyhan, 1990).

    Perhitungan Kapasitas Infiltrasi

    Kapasitas infiltrasi menurut kemampuan tanah sangat berbeda-beda dalam

    menyerap air. Kemampuan tanah pada umumnya dapat menyerap air pada awal

    infiltrasi tinggi, dan pada saat tanah tersebut cukup kering cenderung berkurang

    secara perlahan dan akhirnya mencapai nilai konstan dan disebut sebagai kecepatan

    infiltrasi akhir (final infiltration capacity atau steady state infiltrability). Karena laju

    infiltrasi berkurang terhadap waktu maka sebagai komulatif, infiltrasi merupakan

    integral waktu dari laju tersebut yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut

    (Wanggai,1993 dalam Wartanoy 2011).

  • 7

    f = S t -0,5

    + C (1)

    F = 2 S t 0,5

    + C t (2)

    Dimana:

    f : Kapasitas Infiltasi (mm/menit)

    F : Infiltrasi kumulatif (cm/jam atau mm/menit)

    t : Waktu (menit)

    S dan C : Konstanta yang dipengaruhi oleh faktor kelembaban tanah awal.

    Dengan menggunakan dua interval waktu (t1 dan t2) dari persamaan 2 akan

    diperoleh:

    F1 - C t1 = 2 S t1 0,5

    (3)

    F2 - C t2 = 2 S t2 0,5

    (4)

    Jika persamaan 3 dikalikan t2 dan persamaan 4 dikalikan t1 maka diperoleh:

    F1 t2 C t1 t2 = 2 S t2 t1 0,5

    F2 t1 C t2 t2 = 2 S t1 t2 0,5

    Dalam hal ini F1, F2, t1 dan t2 merupakan data hasil pengukuran di lapangan

    sehingga konstanta S dapat dihitung, sedangkan kostanta C dihitung dengan

    persamaan:

    Rumus kapasitas infltrasi dan infiltrasi kumulatif diperoleh dengan

    memasukkan konstanta S dan C ke dalam persamaan 1 dan 2.

  • 8

    55

    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi

    Proses infiltrasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Tekstur

    Tanah, Struktur Tanah, Permeabiiltas, Kelembaban Tanah, Suhu Tanah, Kadar Air

    Tanah, Keadaan Permukaan Tanah dan Keadaan Tumbuhan Penutup Tanah.

    Tekstur Tanah

    Tekstur tanah merupakan pembanding kelompok dan ukuran butir-butir primer

    bagian mineral tanah. Tanah sendiri terdiri dari bahan padat, cair, gas dan jasad

    hidup. Bahan padat tanah sendiri terdiri atas bahan organik dan an-organik tanah,

    untuk bahan an-organik tanah terbagi dalam beberapa bentuk dan ukuran yang

    berbeda. Berdasarkan bentuk dan ukurannya tanah dibagi dalam beberapa fraksi atau

    golongan yaitu, fraksi batu > 10 mm, kerikil 2-10 mm, pasir 0,05 - 2 mm, debu 0,02-

    0,05 mm, liat < 0,02 mm. Pasir, debu dan liat merupakan fraksi utama. Fraksi-fraksi

    tanah ini biasanya dinyatakan dalam jumlah % untuk menentukan golongan tekstur

    tanah berdasarkan kandungan pasir, debu dan liat.

    Berdasarkan pasir, debu dan liat maka dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu:

    1. Tanah berpasir (sandy soil) merupakan tanah dimana kandungan pasirnya lebih

    besar 70% yang apabila dalam keadaan lembab tanah ini akan terasa kasar dan

    tidak lengket. Yang termasuk dalam golongan ini adalah tanah pasir dan lempung

    berpasir (sandy and loamy soil).

    2. Tanah berlempung (loamy soil) merupakan tanah dimana kandungan debu dan liat

    relatif sama, tanah seperti ini tidak terlalu lepas dan juga tidak terlalu lekat.

  • 9

    3. Tanah liat (clayed soil), yaitu tanah dimana kandungan liatnya lebih besar 35%

    dan biasanya tidak kurang dari 40%. Jenis tanah seperti ini biasanya sangat lekat

    dan apabila kering menjadi sangat keras.

    Struktur Tanah

    Stuktur tanah yang dapat mempengaruhi laju infiltrasi adalah ukuran pori dan

    kemantapan tanah.

    Ukuran Pori

    Laju masuknya air ke dalam tanah dapat ditentukan oleh ukuran pori-pori tanah.

    Makin banyak pori-pori tanah yang besar, maka laju infiltrasi makin besar pula.

    Tanah dengan struktur yang besar mempunyai jumlah pori yang banyak dan kurang

    akan pori-pori yang berukuran besar akan menyebabkan laju infiltrasi semakin kecil.

    Sebaliknya tanah yang berstruktur ringan memiliki banyak pori besar dan sedikit pori

    kecil, akan menyebabkan laju infiltrasinya besar bila dibandingkan dengan tanah

    yang berstruktur berat.

    Kemantapan Pori

    Proses terjadinya laju infiltrasi bisa terpelihara apabila keadaan tanah semula

    tidak terganggu pada musim hujan. Tanah yang dengan mudah terdispersi pori-

    porinya akan tertutup sehingga dapat menurunkan laju infiltrasi, sedangkan tanah

    yang agregatnya cukup baik dan stabil akan tetap menjaga proses laju infiltrasi

    (Arsyad, 2000 dalam Ardiyansah, 2006).

  • 10

    55

    Permeabilitas

    Permeabilitas merupakan sifat tanah yang menyatakan laju pergerakan suatu zat

    cair melalui suatu media yang berpori-pori. Perbedaan laju pergerakan zat cair

    tersebut menyebabkan adanya perbedaan kelas

    Perlindungan tanah dengan tumbuhan penutup tanah akan memelihara

    kestabilan agregat dan porositas, sehingga kapasitas infiltrasi dan juga permeabilitas

    diperbesar. Celah dan lubang-lubang yang ditimbulkan oleh serangga dan organisme

    tanah lainnya akan meningkatkan daya resapan air. Perbedaan laju pergerakan zat cair

    tersebut menyebabkan adanya perbedaan kelas. Kelas permeabilitas disajikan pada

    Tabel 1.

    Tabel 1. Kelas Permeabilitas Menurut United Stated Soil Survey

    Keterangan Kecepatan

    (Inci/Jam)

    Permeabilitas

    (Cm/Jam)

    Sangat Lambat < 0,005 < 0,13

    Lambat 0,005 0,20 0,13 0,51

    Agak Lambat 0,20 0,80 0,51 2,00

    Sedang 0,80 2,50 2,00 6,35

    Agak Cepat 2,50 5,00 6,35 12,70

    Cepat 5,00 10,00 12,70 25,40

    Sangat Cepat >10,00 > 25,40

    Kelembaban Tanah

    Keadaan tanah yang lembab biasanya terjadi setelah hujan selama 2 - 5 hari.

    Kelembaban tanah terjadi akibat kandungan air setempat yang tinggi. Air di dalam

  • 11

    tanah targantung pada keadaan tekstur dan struktur tanah, semakin halus liat tanah

    semakin besar air yang dapat diikat oleh tanah liat. Liat lebih halus permukaannya

    daripada tanah pasir, sehingga semakin besar ukurannya semakin sedikit air yang

    diikat pada satu-satuan yang sama. Struktur makin bundar atau granular makin

    banyak air yang dapat diikat. Yang bundar lebih besar mengikat air daripada yang

    lempeng. Yang lempeng misalnya latosol, sedangkan untuk yang bundar misalnya

    endosol.

    Suhu Tanah

    Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang dapat diukur

    berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai termometer. Untuk suhu

    tanah pengaruhnya sangat penting sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan pada

    pertumbuhan tanaman. Pengukuran dari suhu tanah biasanya dilakukan pada

    kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tanah terbagi menjadi 2 yaitu: Faktor

    luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi suhu tanah adalah radiasi

    matahari, keawanan, curah hujan, angin, kelembaban udara. Sedangkan faktor dalam

    yang mempengaruhi suhu tanah adalah tekstur tanah, struktur tanah, kadar air tanah,

    kandungan bahan organik dan warna tanah (Prasetyo, 2004)

    Pengaruh suhu tanah sangat besar terhadap tanaman terutanma terhadap

    pertumbuhan tanaman sehingga ada tanaman yang mempunyai keinginan akan suhu

    tertentu, artinya tanaman tersebut tidak akan tumbuh baik bila syarat-syaratnya tidak

  • 12

    55

    dipenuhi, juga pengaruhnya terhadap proses pematangan buah, karena makin tinggi

    suhu tanah maka makin cepat pula tingkat kematangan buah.

    Kadar Air Tanah

    Kadar air tanah merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah yang

    berasal dari presipitasi. Untuk tanah yang memiliki kadar air yang rendah, maka

    untuk proses resapan air ke dalam tanah akan lebih besar apabila dibandingkan

    dengan tanah yng memiliki kadar air yang tinggi, maka untuk proses resapan air ke

    dalam tanah akan lebih kecil, sampai tanah mencapai keadaan jenuh terhadap air.

    Keadaan Permukaan Tanah

    Permukaan tanah yang kasar dan lereng yang landai memberikan peluang yang

    sangat besar bagi proses terjadinya infiltrasi dibandingkan dengan keadaan lereng

    yang curam tanpa penghalang yang dapat mempercepat aliran permukaan, sehingga

    proses infiltrasi menjadi kecil.

    Keadaan Tumbuhan Penutup Tanah

    Rumput, perdu dan semak serta pohon-pohon turut mempengaruhi laju infiltrasi

    setempat karena sistem perakaran yang menciptakan ruang udara dalam tanah

    sehingga memungkinkan air untuk masuk ke dalamnya. Daya serap dan kapasitas

    penyimpanan air sangat ditentukan oleh bentuk atau ukuran serasah dan humus pada

    permukaan tanah (Repassy, 1986 dalam Widayanti, 2000).

  • 13

    Risalah Umum Pohon

    Pometia coreacea

    Pometia spp, famili Sapindaceae (terutama Pometia coreacea FORST dan

    Pometia tomentosa KURZ) atau yang dikenal dengan nama daerah Kasai, Kongkir,

    Kungkil, Ganggo, Lauteneng, Pakam (Sumatera); Kasei, Jampango, Galunggung,

    Landur (Kalimantan); Kase, Landing, Nautu, Tawa, Wusel (Sulawesi); Jagi,

    Leungsir, Aspen (jawa), Hatobu, Matoa Loto, Ngaa, Tawan (Mlk), Iseh, Kauna,

    Keba, Maa, Muni (Nusa Tenggara); Ihi mendek, Mohui, Senai, Tawa, Tawang (Irian

    Jaya). Daerah penyebaran Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu,

    Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,

    Kalimantan Timur, Seluruh Sulawesi, Bali, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa

    Tenggara Timur, Irian Jaya.

    Habitus tinggi pohon dapat mencapai 40 m dengan panjang bebas cabang

    sampai 18 m, diameter dapat mencapai 100 cm, berbanir kadang-kadang sampai 2 m.

    Ciri umum dari Pometia coreacea yaitu kayu teras berwarna merah-kelabu muda,

    kadang-kadang dengan garis berwarna gelap. Kayu gubal berwarna lebih muda,

    biasanya tidak mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Tekstur kayu agak

    kasar tetapi merata, arah serat lurus atau agak berpadu.

    Matoa (Pometia coreacea) dapat tumbuh baik di daerah hutan hujan tropis

    dengan tipe curah hujan A sampai B. Jenis tumbuhan ini tumbuh pada jenis tanah

    latosol, tanah podsolik merah-kuning atau podsolik kuning pada ketinggian 600 m

    dari permukaan laut. Di Papua matoa tumbuh baik pada tanah kapur coklat kemerah-

  • 14

    55

    merahan. Pada areal yang permudaan alamnya cukup banyak dapat digunakan sistem

    tebang habis dengan permudaan alam selain itu juga dapat digunakan sistem

    pengayaan jenis. Permudaan buatan dapat dilakuakan dengan menggunakan biji atau

    bibit dari persemaian yang berupa bumbung atau stump, jarak tanam yang di pakai

    umumnya 3 m x 3 m.

    Keawetan dan keterawetan kayu matoa (Pometia coreacea). Kayu matoa secara

    umum termasuk kelas awet V. Daya tahan kayu matoa (Pometia coreacea) terhadap

    rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light termasuk kelas V. Keterawetan

    kayu matoa termasuk kelas sedang. Kegunaan dari kayu ini adalah dapat dipakai

    sebagai bahan bangunan rumah dan jembatan, kayu ini juga baik untuk mebel

    meskipun daya kembang susutnya tinggi dan mungkin juga baik antara lain untuk

    lantai, moulding, perkapalan, tangkai peralatan, alat olah raga dan lain sebagainya.

    Disamping itu matoa juga berbuah sepanjang tahun biji yang baru mempunyai daya

    kecambah 80 % . Hama dan penyakit tidak ada data, (Martawijaya et.al., 1999).

    Araucaria cunninghamii D. Don

    Damar Laki-Laki dikenal dengan nama latin Araucaria cunninghami D. Don,

    dalam dunia tumbuh-tumbuhan dan termasuk suku Araucariaceae. Pohonnya dapat

    mencapai tinggi 45 m lebih dengan diameter batang lebih dari 125 cm. Batangnya

    tegak, lurus dan berbentuk tabung. Cabang-cabangnya menempel hampir tegak lurus

    pada batang pokok. Warna kulitnya coklat dan kulitnya pecah-paecah melintang.

    Tajuk pohon berbentuk kerucut dengan bagian bawah melebar dan bagian atas

    meruncing. Daunnya kecil-kecil berbentuk jarum yang berujung tajam. Bunganya

  • 15

    tersusun dari sisik-sisik yang berbentuk runjung (kerucut), buahnya berbentuk

    runjung jorong sampai bulat.

    Tumbuhan ini berasal dari Papua, Papua Nugini dan Australia. Tegakan ini

    tumbuh tersebar liar dalam hutan-hutan di tanah rendah sampai hutan pegunungan

    tinggi, tumbuh pada ketinggian 150 2800 m dpl. Jenis tegakan ini hidup didaerah

    yang beriklim agak basah sampai daerah beriklim kering. Jenis tegakan ini tumbuh

    lebih baik pada lereng dan punggung gunung atau bukit.

    Kayunya tidak begitu keras, mempunyai berat jenis 0,57 dengan kelas keawetan

    IV dan kelas kekuatan III. Tegakan ini dapat digunakan sebagai papan lapis dan finir,

    yang ternyata kualiatas bagus sekali. Selain dari itu kayu ini juga dapat dipakai untuk

    alat-alat teraan, perabot rumah tangga, mebel, lantai, dinding rumah dan lain

    sebagainya.

  • 16

    55

    KEADAAN UMUM

    Arboretum Amban Dan Arboretum Anggori

    Letak dan Luas

    Arboretum Fakultas Kehutanan Amban terletak di bagian Utara Distrik

    Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat dengan luas kawasan

    1.2 ha yang secara geografis terletak pada koordinat 000 4956 LS dan 134004004

    BT dengan batas sebagai berikut.

    Sebelah Utara : Berbatasan dengan Perumahan Pegawai Unipa.

    Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kampus Fakultas Kehutanan Unipa.

    Sebelah Timur : Berbatasan dengan Rektorat Unipa.

    Sebelah Barat : Berbatasan dengan Perumahan Pegawai Unipa.

    Luas kawasan Arboretum Anggori adalah 112,2 ha yang terdiri atas areal

    tanaman industri atau perkebunan dan buah-buah. Seluas 10 ha, dan sisanya 86 ,2 Ha

    adalah hutan alam atau hutan pendidikan yang terdapat di daerah Anggori.

    Secara geografis Arboretum Anggori terletak pada 134o509-134o603BT

    dan 0o4958-0o5056LS. Dengan batas kawasan sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Berbatasan dengan Lautan Pasifik

    Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kampung Aipiri dan Pasir Putih

    Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kampung Ayambori

    Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kampung Anggori

  • 17

    Iklim

    Data iklim diperoleh dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan

    Geofisika Rendani untuk periode lima tahun terakhir (2008 - 2012). Data curah hujan

    rata rata setahun adalah 184.64 mm, dengan kisaran antara 133.66 sampai 274.16

    mm, sedangkan rata-rata hari hujan setahun adalah 18 hari. Suhu Udara rata-rata

    adalah 27.21oC pertahun dengan Suhu Udara maksimum 31.58

    oC dan Suhu Udara

    minimum 23.63 oC Kelembaban udara rata-rata 81.17% dan lama penyinaran

    matahari 57.19%. Data Iklim Kabupaten Manokwari selama 5 tahun terakhir (2008-

    2012) di sajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Data Iklim di Kabupaten Manokwari selama lima tahun terakhir (2009-2012)

    Tahun CH

    (mm)

    HH

    (hari)

    KU

    (%)

    SU

    (oC)

    SUMAX (

    oC)

    SUMIN (

    oC)

    LPM

    (%)

    2008 133.66 18 84.17 27.31 31.76 23.10 55.58

    2009 160.16 16 82.83 27.13 31.65 23.33 58.58

    2010 131.61 18 83.08 27.28 32.18 23.64 46.22

    2011 223.63 20 81.17 27.08 30.43 23.63 67.33

    2012 274.16 21 83.58 27.25 31.86 23.46 58.27

    Rata-rata 184.64

    18

    82.96

    27.21

    31.576

    23.43

    57.19

    Sumber : Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Rendani Kabupaten

    Manokwari. 2013

    Keterangan :

    - CH : Curah Hujan

    - HH : Hari Hujan

    - KU : Kelembaban Udara

    - SU : Suhu Udara

    - LPM : Lama Penyinaran Matahari

  • 18

    55

    Keadaan Tanah dan Topografi

    Jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian yaitu di bawah tegakan

    Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban dan

    Arboretum Anggori adalah gumpal bersudut. Dengan topografi tanahnya rata atau

    datar.

  • 19

    METODE PENELITIAN

    Tempat dan Waktu

    Penelitian ini dilaksanakan di Arboretum Fakultas Kehutanan Amban,

    Arboretum Anggori dan Laboratorium Tanah Fapertek UNIPA Manokwari. Waktu

    pelaksanaan penelitian ini berlangsung mulai dari tanggal 14 Mei 2013 sampai

    dengan tanggal 11 Juni 2013.

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur infiltrasi berupa

    double ring infiltrometer, ring sampel tanah, stopwatch, GPS, kamera, kalkulator,

    penggaris, meteran, blangko isian, parang, pisau, palu, kantong plastik, jerigen,

    gayung dan ember. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air dan sampel tanah.

    Objek Penelitian

    Objek dalam penelitian ini adalah tanah di bawah tegakan Pometia coreacea

    dan Araucaria cunninghamii, pada Hutan Arboretum Fakultas Kehutanan dan

    Arboretum Anggori Manokwari.

    Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

    teknik observasi lapangan.

  • 20

    55

    Variabel Pengamatan

    Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah, laju infiltrasi di bawah

    tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii, serta sifat fisik tanah,

    keadaan permukaan tanah dan tumbuhan penutup tanah.

    Prosedur Penelitian

    Persiapan Pengukuran Infiltrasi

    1. Menyediakan alat-alat serta bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan

    penelitian ini.

    2. Penentuan titik pengamatan, titik berjumlah 4 titik pengamatan, dimana 2 titik di

    bawah tegakan Pometia coreacea dan 2 titik di bawah tegakan Araucaria

    cunninghamii.

    3. Pengukuran dilakukan pada 4 titik pengamatan, dengan menggunakan double ring

    infiltrometer. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, dengan selang

    waktu yang berbeda, dimana 1 hari setelah hujan, 3 hari setelah hujan dan 5 hari

    setelah hujan.

    Pelaksanaan Pengukuran Infiltrasi

    1. Pengambilan sampel tanah. Tanah yang diambil pada kedalaman 40 cm dari atas

    permukaan dengan menggunakan ring sampel, dimana tiap titik diambil dua ring

    sampel. Ring sampel yang pertama pada kedalaman 0-20 cm dan yang kedua pada

    kedalaman 20-40 cm untuk melihat sifat fisik tanah yaitu tekstur tanah, struktur

    tanah dan permeabilitas, sedangkan untuk kadar air tanah diambil dengan cara

  • 21

    yang sama pada setiap titik pengukuran, sampel yang sudah diambil selanjutnya

    akan dianalisis di Laboratorium Tanah. Untuk mengetahui tekstur tanah dapat

    ditentukan dengan memijat tanah basah diantara jari-jari, sambil merasakan halus-

    kasarnya tanah, yaitu dapat dirasakan dengan adanya butir-butir pasir, debu dan

    liat. Untuk struktur dapat ditentukan dengan melihat bentuk utama struktur tanah.

    Kemudian untuk permeabilitas (Anonimous, 1997 dalam Prasetyo, 2004) dapat

    ditentukan dengan menggunakan rumus: K dimana Q adalah

    banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (ml), L adalah tebal sampel tanah

    (cm), t adalah waktu (jam), h adalah tinggi permukaan air dari sampel tanah (cm),

    A adalah luas permukaan contoh tanah (cm2). Untuk kadar air tanah sampelnya

    dapat diambil yang kemudian akan dianalisis di Laboratoriun Tanah.

    2. Menentukan titik pengukuran di bawah tegakan, dimana titik tersebut terbebas dari

    akar pohon sehingga pada saat pemasangan alat tidak terhambat oleh akar tegakan

    tersebut, untuk itu dari sisi-sisi pohon diambil jarak 1m x 1m.

    3. Pembersihan areal di bawah tegakan yang sudah dipilih untuk meletakkan alat

    double ring infiltrometer.

    4. Pemasangan alat double ring infiltrometer di bawah tegakan yang sudah di

    tentukan, ring yang lebih kecil (diameter 30 cm) di letakkan di dalam ring yang

    lebih besar (diameter 55 cm).

    5. Piringan penutup alat diletakkan diatasnya dan disesuaikan kedudukannya,

    kemudian mengecangkan mur-mur pengatur.

  • 22

    55

    6. Pukul ring dengan menggunakan piringan penutup sampai alat pengukur masuk ke

    dalam tanah sedalam 10 cm.

    7. Pengisian air pada ring bagian luar untuk membasahi tanah, menciptakan kawasan

    penyangga bagi air pada ring bagian dalam.

    8. Pemasangan penggaris pada ring bagian dalam.

    9. Pengisian air pada ring bagian dalam.

    10.Pengukuran dimulai dengan mencatat posisi awal t = 0 detik. Pengukuran

    dilakukan dengan membaca skala penurunan muka air selam periode tertentu,

    kemudian hasilnya dicatat dalam blangko isian data.

    Pengumpulan Data

    Dalam melakukan penelitian ini ada 2 data atau cara yang akan di kumpulkan,

    yaitu berupa data primer dan data sekunder.

    1. Data Primer

    Data primer yaitu data yang meliputi data tentang tekstur tanah, struktur tanah,

    permeabilitas, keadaan permukaan tanah kandungan air tanah, serta keadaan

    tumbuhan penutup tanah.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder yang digunakan adalah data iklim terutama data curah hujan,

    hari hujan,suhu dan kelembaban. Data ini dapat diperoleh dari Badan Meteorologi

    Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Manokwari.

  • 23

    Pengolahan Data

    Data yang sudah diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran, kemudian

    akan diolah untuk mendapatkan kapasitas infiltrasi dengan menggunakan rumus

    (Philip modifikasi Wanggai, 1993 dalam Ardiyansah, 2006) sebagai berikut:

    f = S t -0,5

    + C

    F = 2 S t 0,5

    + C t

    Dimana:

    f = Kapasitas infiltrasi (mm/menit)

    F = Infiltrasi kumulatif (cm/jam atau mm/menit)

    t = Waktu (menit)

    S dan C = Konstanta yang diperoleh dari faktor kelembaban tanah awal.

    S dan C dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

    Dimana :

    t1 : Waktu awal penurunan air

    t2 : Wakru akhir penurunan air

    Analisa Data

    Data yang sudah diperoleh dilapangan akan diolah dan kemudian disajikan

    dalam bentuk tabel, grafik dan gambar. Analisis sifat fisik tanah yaitu meliputi

    tekstur, struktur, permeabilitas dan kadar air tanah, dilakukan di Laboratorium Tanah

    Fapertek UNIPA.

  • 24

    55

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Laju Infiltrasi

    Laju infiltrasi adalah banyaknya air yang masuk kedalam tanah melalui

    permukaan tanah dengan dimensi kedalaman tanah persatuan waktu (mm/detik).

    Hasil laju infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii

    pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori di sajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Laju Infiltrasi di bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria

    cunninghamii pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori.

    Jenis Tegakan

    Pengukuran

    Setelah Hari

    Hujan

    Laju infiltrasi di

    Arboretum Amban

    (mm/detik)

    Laju

    infiltrasi di

    Arboretum

    Anggori

    (mm/ detik)

    Pometia coreacea

    I 0.54 0.43

    III 0.24 0.21

    V 0.23 0.20

    Rata-rata 0.34 0.28

    Araucaria

    cunninghammii

    I 0.40 0.30

    III 0.21 0.17

    V 0.20 0.16

    Rata-rata 0.27 0.21

    Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata laju infiltrasi pada tegakan Pometia

    coreacea lebih tinggi dari pada laju infiltrasi di bawah tegakan Araucaria

    cunninghamii. Tegakan Pometia coreacea memiliki sistem perakaran baik dan

    membentuk zona airase (ruangan di dalam tanah yang memungkinkan udara bebas

    bergerak) sehingga memudahkan proses terjadinya infiltrasi. selain itu kemampuan

    tanah di bawah tegakan Pometia coreacea dalam menyerap air masuk ke dalam

  • 25

    tanah sangat baik karena memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi

    dibanding dengan tanah di bawah tegakan Araucaria cunninghamii, penumpukkan

    bahan organik tanah menjadi rumah bagi mikro dan makro organisme tanah yang

    membentuk lubang-lubang tanah sehingga mempercepat masuknya air kedalam

    tanah.

    Gambar 1. Laju infiltrasi pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori.

    Gambar 1. Menunjukkan bahwa pengukuran laju infiltrasi setelah I hari hujan,

    II hari hujan dan III hari hujan untuk kedua jenis tegakan pada Arboretum Amban

    memiliki daya serap yang tinggi dibanding dengan Arboretum Anggori, hal ini di

    sebabkan karena jumlah kadar air yang terkandung pada tanah di Arboretum Anggori

    lebih tinggi di banding dengan kadar air yang terkandung pada tanah di Arboretum

    Amban.

    I III V I III V

    Pometia coreaceaPometia coreaceaPometia coreaceaAraucaria cuninghammiiAraucaria cuninghammiiAraucaria cuninghammii

    0.54

    0.24 0.23

    0.40

    0.21 0.20

    0.43

    0.21 0.20

    0.30

    0.17 0.16

    Laju InfiltrasiAmban Anggori

  • 26

    55

    Curah hujan yang masuk ke dalam tanah menyebabkan butiran tanah menjadi

    basah sehingga daya serap tanah berkurang, penurunan ini menyebabkan laju

    infiltrasi menurun. Arsad (1983) dalam Yusuf (1991) juga menambahkan bahkan

    bahwa jika dimulai pada kondisi tanah basah, kapasitas infiltrasi mempunyai nilai

    lebih rendah jika dibandingkan dengan infiltrasi yang dimulai dengan kondisi kering.

    Berikut ini disajikan pengukuran kapasitas infiltrasi pada tanah kering hasil penelitian

    (Purwowidodo, 1986)

    Tabel 4. Pengukuran Kapasitas Infiltrasi pada tanah kering

    Dari hasil pengukuran terlihat jelas bahwa kapasitas infiltrasi pada tanah basah

    memiliki kapasitas yang rendah dibanding dengan kapasitas infiltrasi pada tanah

    kering. Pada lokasi penelitian yaitu di bawah tegakan pometia coreacea di Arboretum

    Amban mempunyai kapasitas infltrasi dengan rata-rata 0.34 mm/detik, sedangkan bila

    dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi di bawah tagakan Araucaria cunninghamii

    pada Arboretum Anggori mempunyai rata-rata adalah 0.21 mm/detik. Hal ini di

    Tekstur tanah

    Kapasitas infiltrasi pada tanah

    kering

    (mm/jam)

    Pasir berlempung

    25 -50

    Lempung

    12.5 25

    Lempung berdebu

    7.5 10.5

    Lempung berliat

    2.5 0.5

    Liat

    < 0.5

  • 27

    sebabkan karena di bawah ke dua tegakan tersebut memiliki tekstur tanah yang sama

    yaitu lempung berdebu.

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi di Bawah Tegakan Pometia

    coreacea dan Araucaria cunninghamii.

    Sifat Fisik Tanah

    Sifat fisik tanah dapat mempengaruhi laju infiltrasi. Permukaan tanah yang

    tidak normal seperti tanah miring, bergelombang dan berkolam akan mempengaruhi

    laju infiltrasi. Hasil analisis sifat fisik tanah di bawah tegakan Pometia coreacea dan

    Araucaria cunninghamii di sajikan pada Tabel 5 di bawah ini.

    Tabel 5. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah

    No

    Kode

    contoh

    Tekstur

    Kriteria

    1 I Lempung Berdebu Agak cepat

    2 II Lempung liat berpasir Sedang

    3 III Lempung berdebu Agak cepat

    4 IV Lempung berdebu Agak cepat

    Keterangan : I (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban)

    II (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban)

    III (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Anggori)

    IV (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Anggori)

  • 28

    55

    Tekstur

    Tekstur tanah di bawah tegakan (I,III,IV) adalah tekstur lempung berdebu,

    sedangkan pada tegakan Araucaria cunninghamii (II) Arboretum Amban adalah

    lempung liat berpasir. Tekstur seperti ini memiliki ciri basah, terasa halus dengan

    sedikit bagian agak kasar dan mudah dibuat bola agak teguh dan dibuat gulungan

    mudah meluncur.

    Struktur

    Struktur tanah merupakan gumpalan terkecil dari butir-butir tanah. Gumpalan

    tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat yang terikat satu sama yang

    lain. Struktur tanah juga ikut mempengaruhi besarnya laju infiltrasi. Struktur tanah di

    bawah tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum

    Amban dan Arboretum Anggori adalah sama yaitu berbentuk gumpal bersudut. Dapat

    di lihat pada Gambar 2,3,4,5 di bawah ini :

    Gambar 2 dan 3. Adalah Struktur Tanah di bawah Tegakan Pometia coreacea dan

    Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban.

  • 29

    Gambar 4 dan 5. Adalah Struktur Tanah di bawah Tegakan Pometia coreacea dan

    Araucaria cunninghamii pada Arboretum Anggori.

    Secara kasat mata berbentuk kubus dengan sudut-sudut membulat, sumbu

    vertikal sama dengan sumbu horizontal, gumpalan struktur ini terjadi karena butir-

    butir pasir, debu dan liat terkait satu sama lain oleh satu perekat seperti bahan

    organik, oksida-oksida besi dan lain-lain (Hardjowigeno, 2007).

    Kadar Air Tanah

    Kadar air tanah merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah yang

    berasal dari presipitasi. Dari hasil pengukuran di bawah tegakan Pometia coreacea

    dan Araucaria cunninghamii masing-masing memiliki kadar air yang berbeda-beda

    seperti tersaji pada Tabel 6.

  • 30

    55

    Tabel 6. Kadar Air di Bawah Tegakan Pometia coreacea dan Araucaria

    cunninghamii Pada Arboretum Amban dan Arboretum Anggori.

    No Kadar air (%)

    Kode sampel Hasil

    1 I 21.69

    2 II 24.59

    Rata-rata 23.14

    4 III 33.81

    5 IV 34.11

    Rata-rata 33.96

    Keterangan : I (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban)

    II (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban)

    III (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Anggori)

    IV (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Anggori)

    Tanah yang memilki kadar air rendah, maka proses resapan air ke dalam tanah

    lebih besar apabila dibandingkan dengan tanah yang memiliki kadar air yang tinggi,

    maka proses resapan air kedalam tanah akan lebih kecil, sampai tanah mencapai

    keadaan jenuh terhadap air. Sehingga kadar air pada tanah basah, lembab, dan kering

    memiliki kandungan air yang berbeda-beda. Rata-rata kadar air tanah di bawah kedua

    tegakan Pometia coreacea dan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban

    adalah 23.14% dan Arboretum Anggori adalah 33.96%. Kadar air tertinggi terdapat di

    bawah tegakan Araucaria cunninghamii (IV) pada Arboretum Anggori 34.11%,

    diikuti dengan Pometia coreacea (III) pada Arboretum Anggori 33.81% dan kadar air

    di bawah tegakan Araucaria cunninghamii (II) pada Arboretum Amban adalah

  • 31

    24.59%, sedangkan yang paling terendah yaitu terjadi di bawah tegakan Pometia

    coreacea pada Arboretum Amban (I) adalah 21.69%.

    Permeabilitas

    Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah mentransfer air dan udara. Hasil

    analisis tanah menunjukan bahwa permeabilitas tanah dibawah tegakan Pometia

    coreacea (7,8 cm/jam) kriteria agak cepat, Araucaria cunninghamii (3,95cm/jam)

    meiliki kriteria sedang, pada Arboretum Anggori tegakan Pometia coreacea (0,08

    cm/jam) dengan kriteria lambat, sedangkan bila dibandingkan dengan tegakan

    Araucaria cunninghamii (12,34 cm/jam) pada Arboretum Anggori kriterianya agak

    cepat. Tinggi rendahnya permeabilitas tanah ditentukan oleh ukuran pori-pori tanah,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk nilai tertinggi terdapat pada tegakan

    Araucaria cunninghamii memiliki permeabilitas lebih tinggi bila dibandingkan

    dengan Pometia coreacea. Berikut disajikan dalam Tabel 7 di bawah ini.

    Tabel 7. Permeabilitas Pada Kedua Tegakan pada Arboretum Amban dan Arboretum

    Anggori.

    No

    Kode Sampel

    Permeabilitas

    (cm/jam)

    Kriteria

    1 I 7.8 Agak cepat

    2 II 3.95 Sedang

    3 III 0.08 Lambat

    4 IV 12.34 Agak cepat

    Keterangan : I (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Amban) II (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Amban)

    III (Tegakan Pometia coreacea pada Arboretum Anggori)

    IV (Tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum Anggori)

  • 32

    55

    Bahan Organik Tanah

    Sumber utama bahan organik tanah adalah jaringan tanaman baik yang berupa

    serasah dan sisa-sisa tanaman (Kartasaputra, 2005). Kandungan bahan organik tanah

    di bawah tegakan Pometia coreacea lebih banyak dibandingkan dengan tanah di

    bawah tegakan Araucaria cunninghamii. Bahan organik umumnya ditemukan di

    permukaan tanah (top soil). Dengan jumlah sekitar 3-5 persen (Hardjowigeno, 2007).

    Tanah di bawah tegakan Pometia coreacea memiliki lapisan tanah atas (top soil)

    yang lebih tebal dibandingkan dengan tanah di bawah tegakan Araucaria

    cunninghamii. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tegakan yang cukup rapat sehingga

    menyebabkan jumlah serasah yang terdapat di bawah tegakan tersebut cukup

    banyak. Berbeda dengan di bawah tegakan araucaria cunninghamii yang yang dapat

    dikatakan bahan organiknya sedikit. Hal ini disebabkan karena adanya pengikisan

    tanah oleh air pada kedua lokasi tersebut.

  • 33

    PENUTUP

    Kesimpulan

    1. Rata-rata laju infiltrasi terjadi di bawah tegakan Pometia coreacea pada

    Arboretum Amban yaitu 0.34 mm/detik, dan Arboretum Anggori 0.28 mm/detik di

    bandingkan dengan di bawah tegakan Araucaria cunninghamii pada Arboretum

    Amban 0.27 mm/detik dan Arboretum Anggori 0.21 mm/detik.

    2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perbandingan laju infiltrasi di bawah

    tegakan Pometia coreacea memiliki daya serap air yang lebih tinggi bila

    dibandingkan dengan di bawah tegakan Araucaria cunninghamii.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa tegakan Pometia coreacea yang

    mampu meningkatkan laju infiltrasi sehingga disarankan agar supaya jenis tegakan

    ini bisa tetap dipakai sebagai tanaman reboisasi pada areal bekas tebangan guna

    kelangsungan siklus hidrologi.

  • 34

    55

    DAFTAR PUSTAKA

    Ardiyansah, H. 2006. Perbedaan Laju Infiltrasi Di Bawah Tegakan Tectona

    Grandis dan Araucaria Klinkii Pada Kebun Percobaan Anggori

    Manokwari. Skripsi Sarjana Kehutanan. Manokwari (Tidak Diterbitkan)

    Asdak, C. 1995. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Fakultas

    Pertanian. Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.

    Hardjowigeno, H.S. 2007. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo. Jakarta.

    Indarto. 2010. Hidrologi. Dasar Teori Dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. PT

    Bumi Aksara. Jakarta.

    Kartasaputra, A. G. 2000. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Edisi Ke II.

    Rineke Cipta. Jakarta.

    Martawijaya. A.,et.al.,1999. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kehutanan. Bogor

    Prasetyo, E. R. 2004. Kapasitas Infiltrasi Di Bawah Tegakan Araucaria

    cuninghamii Sw, Pometia coreaceae Radlk dan Areal Terbuka Pada

    Kebun Percobaan Anggori Manokwari. Skripsi Sarjana Kehutanan.

    Manokwari. (Tidak Diterbitkan).

    Seyhan,1990. Dasar- Dasar Hidrologi. Gadjah mada university press. Yogyakarta

    Wartanoy, F. N. 2011. Pengukuran Laju Infiltrasi Di Bawah Tegakan Eucalyptus

    deglupta BL Dan Areal Terbuka Pada Kawasan Bekas Tebangan PT.

    Hendrison Iriana Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni. Skripsi

    Sarjana Kehutanan. Manokwari. (Tidak Diterbitkan).

    Widayanti, D, A. 2000. Laju infiltrasi di bawah tegakan Araucaria mangium wild

    pada lahan usaha I WPP IV/SKP C SP-XI Di Desa Sidey Manokwari.

    Skripsi Sarjana Kehutanan. Manokwari. (Tidak Diterbitkan)

    Yusuf 1991. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Infiltrasi Pada Tanah Terbuka.

    Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan IPB, Bogor (tidak diterbitkan).

  • 35

  • 1

    Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Arboretum Amban

    36

  • 2

    55

    Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian Arboretum Anggori

    37

  • 1

    Lampiran 3. Data Curah Hujan Kabupaten Manokwari Lima Tahun Terakhir (2008

    2012)

    CURAH HUJAN

    TAHU

    N JAN FEB

    MA

    R

    APRI

    L MEI JUNI JULI

    AGUS

    T

    SEP

    T OKT NOV DES X

    2008 88.1 92.3 98.4 221.1 60.2 37.4 249.

    6 117.4 164.8 60.2

    160.

    4 254

    133.6

    6

    2009 268 300 423 85 102 143 76.6 50.4 72.8 92 92.5 216.

    6

    160.1

    6

    2010 209.

    6 120

    364.

    9 238.8 47.4 79.7 109 107.5 67.3 69.7 43.6

    121.

    8

    131.6

    1

    2011 165.

    4 80.3

    238.

    7 128.5 401

    307.

    7

    216.

    2 251.7 172.4

    142.

    5

    204.

    9

    374.

    2

    223.6

    3

    2012 305.

    8

    312.

    7 517 523

    420.

    9 285

    115.

    9 130.7 143.9 102

    289.

    3

    143.

    7

    274.1

    6

    38

  • 2

    55

    Lampiran 4. Perhitungan Laju Infiltrasi

    39

  • 3

    40