10_196Kelebihan Berat Badan Pada Balita

download 10_196Kelebihan Berat Badan Pada Balita

of 3

description

n

Transcript of 10_196Kelebihan Berat Badan Pada Balita

  • 5/25/2018 10_196Kelebihan Berat Badan Pada Balita

    1/3

    CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012592

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENDAHULUAN

    Bangsa Indonesia di satu sisi masih meng-

    hadapi masalah pelik kekurangan gizi (gizi

    kurang dan defisiensi gizi mikro lainnya), tetapi

    di sisi lain juga mulai menghadapi masalah

    kegemukan, sehingga dikatakan mempunyai

    beban ganda atau double burden.1Modernisa-

    si dan kecenderungan pasar global yang mu-

    lai dirasakan di sebagian besar negara-negara

    berkembang telah menghasilkan beberapakemajuan standar kehidupan dan pelayanan;

    tetapi modernisasi juga membawa beberapa

    konsekuensi negatif yang secara langsung

    dan tidak langsung mengarah ke penyim-

    pangan pola makan dan aktivitas fisik yang

    berperan penting terhadap munculnya obe-

    sitas.2 Salah makan sebagian atau seluruhnya

    dipengaruhi oleh gaya hidup. Makan lebih

    banyak dari kebutuhan, makan tidak seimbang

    dalam arti banyak faktor risiko dan kurangnya

    faktor proteksi dapat menyebabkan keadaan

    gizi lebih, yang dapat membawa risiko kesehat-

    an, terutama penyakit degeneratif.3 Gizi-lebih

    dan obesitas dianggap sinyal pertama muncul-

    nya penyakit-penyakit non infeksi yang seka-

    rang ini banyak terjadi di negara maju maupun

    negara sedang berkembang2. Saat ini preva-

    lensi kelebihan berat badan (overweight) dan

    obesitas meningkat sangat tajam di seluruh

    dunia mencapai tingkat membahayakan.

    Perubahan gaya hidup modern sebagian

    penduduk perkotaan telah memengaruhi

    perubahan pola konsumsi ke arah makanan

    mengandung kadar lemak tinggi dan rendah

    serat. Konsumsi makanan demikian dapat

    menimbulkan gizi lebih yang berakibat bu-

    ruk bagi kesehatan (kematian akibat penyakit

    jantung dan pembuluh darah, tekanan darah

    tinggi, kanker). Di samping itu, kemajuan di

    bidang teknologi informasi dan globalisasi

    ekonomi telah memacu pengaruh budaya

    makan asing; pengaruh ini dapat menggeser

    pola makan tradisional Indonesia, yang pada

    umumnya lebih seimbang mutu gizinya.

    Dampak kesehatan gizi lebih pada anak umum-

    nya lebih ringan dibandingkan dengan obesi-

    tas pada orang dewasa, sekurang-kurangnya

    untuk penyakit pernapasan dan kardiovaskular.Akan tetapi, kasus gizi lebih derajat berat pada

    anak mungkin telah disertai gangguan per-

    napasan, hipertensi, dermatitis dan lain-lain.4

    Dampak gizi lebih pada anak masih ringan,

    biasanya terbatas pada gangguan psikososial,

    yaitu terbatas dalam pergaulan, keterbatasan

    kegiatan olahraga dan sebagainya; namun bila

    dibiarkan cenderung akan berlanjut menjadi

    kelebihan berat badan (BB) pada dewasa.4

    Kelebihan Berat Badan pada Balita

    SihadiBadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

    Kementerian Kesehatan RI

    ABSTRAK

    Persentase kelebihan berat badan (BB) pada balita secara nasional untuk Gizi Lebih sebesar 4,3%, dan Gemuk sebesar 12,2%. Dampak gizi

    lebih pada anak terhadap kesehatan pada umumnya lebih ringan, jika dibandingkan dengan obesitas pada orang dewasa yang biasanya te-

    lah menimbulkan gangguan kesehatan. Akan tetapi pada kasus gizi lebih pada anak dengan derajat berat, mungkin telah disertai gangguan

    pernapasan, hipertensi, dermatitis dan lain-lain. Karakteristik kelebihan BB pada balita lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda, anak

    laki-laki, tingkat pendidikan kepala keluarga yang lebih tinggi, pekerjaan orang tua sebagai TNI/POLRI/PNS/BUMN, tinggal di perkotaan, dan

    tingkat ekonomi orangtua yang makin kaya. Saran pencegahannya: pertama, pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan

    balita secara berkala, kedua, perlu dikembangkan model strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kelebihan BB pada balita yang efektif

    guna menanggulangi kelebihan BB.

    Kata kunci:kelebihan berat badan, gizi lebih, obesitas, balita

    ABSTRACT

    Nationally the percentage of overweight in children under five for overnutrition was 4,3% and obesity 12,2%. The impact of overnutrition in

    children to health generally mild compared with obesity in adult which usually caused health disorder. However, in case of severe overnutrition

    in children, it could be accompanied with respiratoru disorder, hypertension, dermatitis, and so on. Overnutrition in children under five was more

    common in younger age, boys, higher educational level of the patriarch, parents occupation as TNI/POLRI/PNS/BUMN, urban society, and higher

    parents economic level. The recommendations for prevention included: first, it is important to monitor growth and development of children un-

    der five periodically, second, it is needed to develop an effective strategic model of Communication, Information and Education of overweight

    in children under five in order to manage overweight. Sihadi. Overweight in Children Under Five.

    Key words: overweight, overnutrition, obesity, children under five

    CDK 196_vol39_no8_th2012 ok.indd 592CDK-196_vol39_no8_th2012 ok.indd 592 8/6/2012 3:14:56 PM8/6/2012 3:14:56 PM

  • 5/25/2018 10_196Kelebihan Berat Badan Pada Balita

    2/3

    593CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENENTUAN KELEBIHAN BB PADA

    BALITA DENGAN ANTROPOMETRI

    Hal pertama yang perlu dilakukan pada tahap

    penapisan balita adalah memplothasil penim-

    bangan pada KMS (Kartu Menuju Sehat) se-suai umur anak; bila terletak di atas garis hijau,

    mungkin anak tersebut memiliki BB berlebih.

    Selanjutnya, perlu juga dilakukan pengukuran

    Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan (PB).

    Pada anak-anak pengukuran BB sebaiknya

    dilakukan setiap bulan, pengukuran TB juga

    dianjurkan dilakukan setiap 6 bulan untuk

    pemantauan status gizi anak.5Dalam praktek,

    ukuran antropometri untuk melihat kelebihan

    BB pada balita yang sering digunakan adalah

    BB dan TB atau PB. Ukuran BB dan TB sebagai

    penentu status gizi baru ada artinya bila saling

    dikombinasikan (BB/TB). Selain itu BB sering

    juga dikaitkan dengan umur (BB/U).6

    INDEKS BB/U

    Dalam keadaan normal, keadaan kesehatan

    baik dan keseimbangan antara masukan dan

    kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan

    bertambah mengikuti pertambahan umur.

    Dalam keadaan abnormal, pertambahan BB

    dapat lebih cepat atau lebih lambat dari nor-

    mal. Berdasarkan hal ini, indeks BB/U lebih

    menggambarkan status gizi seseorang saat

    ini.7Menurut Kepmenkes RI No: 920/Menkes/

    SK/VIII/2002 kelebihan BB pada balita disebut

    dengan istilah Gizi-Lebih dengan ambangbatas Z-Skor > + 2 SD.8Sebelumnya standar

    baku yang digunakan adalah WHO-NCHS,

    namun sejak tahun 2006 digunakan standar

    baku WHO tahun 2005.

    INDEKS BB/TB

    Berat badan (BB) memiliki hubungan linear

    dengan tinggi badan (TB). Dalam keadaan

    normal pertambahan BB akan searah dengan

    pertambahan TB. Indeks BB/TB merupakan

    indikator yang baik untuk menyatakan status

    gizi saat ini. Karena indeks BB/TB dapat pula

    memberikan gambaran tentang proporsi be-

    rat badan relatif terhadap tinggi badan, indeksini merupakan pula indikator kekurusan atau

    kegemukan.7 Kelebihan BB pada balita de-

    ngan indeks BB/TB disebut dengan istilah Ge-

    muk dengan ambang batas Z-Skor > + 2 SD.8

    Baik indeks BB/U maupun BB/TB tidak meng-

    gunakan obeseuntuk balita.

    BESARNYA MASALAH

    Persentase kelebihan BB pada balita secara

    nasional untuk gizi lebih sebesar 4,3%, dan

    gemuk sebesar 12,2%. Persentase kelebihan

    BB baik Gizi-Lebih dan Gemuk tertinggi di

    Provinsi Sumatera Selatan (tabel 1). Provinsi

    dengan presentase balita Gizi-Lebih atau

    Gemuk di atas nilai persentase nasional, hen-daknya mulai memikirkan strategi penanggu-

    langannya.

    Tabel 1Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasar-

    kan Provinsi9

    Provinsi

    Kelebihan BB Balita

    Gizi-Lebih

    (BB/U)

    Gemuk

    (BB/TB)

    % %

    NAD 4,2 15,2Sumatera Utara 4,5 16,2Sumatera Barat 2,8 9,9Riau 5,3 15,3Jambi 5,3 14,4Sumatera Selatan 6,7 20,9Bengkulu 6,0 14,4Lampung 4,2 16,1Bangka Belitung 5,4 10,7Kepulauan Riau 6,1 10,3DKI Jakarta 6,5 12,2Jawa Barat 3,5 9,6Jawa Tengah 3,6 11,4DI Yogyakarta 4,0 12,5Jawa Timur 4,5 12,5Banten 3,4 15,6Bali 4,7 13,1Nusa Tenggara Barat 3,7 12,9Nusa Tenggara Timur 2,0 7,0Kalimantan Barat 5,0 13,9Kalimantan Tengah 3,6 13,5Kalimantan Selatan 3,0 9,9Kalimantan Timur 5,4 14,2Sulawesi Utara 3,6 10,9

    Sulawesi Tengah 3,0 7,5Sulawesi Selatan 9,3 10,4Sulawesi Tenggara 3,6 10,4Gorontalo 3,3 6,8Sulawesi Barat 2,4 12,4Maluku 4,9 14,5Maluku Utara 3,0 12,8Papua Barat 2,7 8,6Papua 5,3 10,5Indonesia 4,3 12,2

    KARAKTERISTIK BALITA KELEBIHAN BB

    Penyebab gizi-lebih pada anak bermacam-

    macam, demikian pula teori terjadinya pe-

    nimbunan lemak yang berlebihan tersebut;

    gizi-lebih umumnya terjadi jika suplai energi

    melebihi kebutuhan energi individu anak.4Gizi-lebih berkaitan dengan pengaruh ber-

    bagai faktor, antara lain daya beli yang cukup

    atau berlebih, makanan berenergi tinggi dan

    rendah serat seperti beberapa jenis fast food,

    kurangnya aktivitas fisik, kurangnya penge-

    tahuan tentang gizi dan lain-lain.4 Riset Ke-

    sehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di seluruh

    Indonesia mendapatkan beberapa karakteristik

    balita dengan kelebihan berat badan sebagai

    berikut:

    Kelompok Umur

    Distribusi kelebihan berat badan (BB) ber-

    dasarkan kelompok umur dapat dilihat pada

    tabel 2. Terlihat bahwa makin muda usia balita

    persentase kelebihan berat badan baik gizilebih maupun gemuk ternyata makin tinggi.

    Data Susenas tahun 1995 juga menunjukkan

    bahwa bahwa makin muda usia, makin t inggi

    prevalensi obesitasnya, dan yang mencolok

    adalah tingginya angka obesitas di kalangan

    bayi umur 0-12 bulan.3

    Tabel 2 Distribusi Persentase Kelebihan BB Berdasarkan

    Kelompok Umur9

    Kelompok Umur

    (bulan)

    Kelebihan BB

    Gizi Lebih

    (BB/U)

    Gemuk

    (BB/TB)

    % %

    0-5 8,7 19,96-11 4,9 15,9

    12-23 4,9 12,9

    24-35 3,9 10,9

    36-47 3,6 11,2

    48-60 3,7 10,7

    Jenis Kelamin

    Persentase gizi lebih dan gemuk lebih banyak

    pada laki-laki (tabel 3).

    Tabel 3Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasar-

    kan Jenis Kelamin9

    Jenis Kelamin

    Kelebihan BB BalitaGizi Lebih

    (BB/U)

    Gemuk

    (BB/TB)

    % %

    Laki-laki 4,6 12,6

    Perempuan 4,0 11,8

    Pendidikan Kepala Keluarga

    Makin tinggi pendidikan kepala keluarga (KK),

    persentase gizi lebih dan gemuk juga makin

    tinggi (tabel 4). Tingkat pendidikan KK yang

    tinggi tidak menjamin dapat mengatur pola

    makan atau status gizi anak.

    Tabel 4Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasar-

    kan Pendidikan KK9

    Pendidikan KK

    Kelebihan BB Balita

    Gizi Lebih

    (BB/U)

    Gemuk

    (BB/TB)

    % %

    Tidak Sekolah dan

    Tidak tamat SD

    3,6 11,4

    Tamat SD 3,7 11,9

    Tamat SLTP 4,3 12,4

    Tamat SLTA 5,3 12,9

    Tamat PT 7,0 15,0

    CDK 196_vol39_no8_th2012 ok.indd 593CDK-196_vol39_no8_th2012 ok.indd 593 8/6/2012 3:14:57 PM8/6/2012 3:14:57 PM

  • 5/25/2018 10_196Kelebihan Berat Badan Pada Balita

    3/3

    CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012594

    TINJAUAN PUSTAKA

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hardinsyah HAM. Inovasi gizi dan pengembangan modul social bagi peningkatan kualitas hidup manusia dan pengentasan kemiskinan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Gizi, Fakultas

    Ekologi Manusia. Bogor, 23 Juni 2007.2. Hadi, Hamam. Beban ganda masalah gizi dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan kesehatan nasional. Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas

    Gadjah Mada.Yogyakarta, 5 Februari 2005.

    3. Satoto, Sri Karjati, Budi Darmojo, Askandar Tjokroprawiro, BA Kodyat. Kegemukan, obesitas dan penyakit degeneratif: Epidemiologi dan strategi penangulangannya. Widyakarya Nasional

    Pangan dan Gizi VI. Jakarta:LIPI. 1998

    4. Samsudin. Gizi lebih pada anak dan masalahnya. Risalah Widyakarya Pangan dan Gizi V. Jakarta:LIPI. 1994

    5. Azwar A. Tubuh sehat ideal dari segi kesehatan. Seminar Sehari Kesehatan Obesitas. Senat FKM-UI. Depok, 15 Februari 2004.

    6. Jahari, Abas Basuni. Antropometri sebagai indikator status gizi. Gizi Indon 1988;13(2):23-30

    7. Jahari, Abas Basuni. Penilaian status gizi dengan antropometri (berat dan tinggi badan). Pros. Kongres Nasional PERSAGI dan Temu Ilmiah XII tahun 2002. hal 33-54

    8. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No: 920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak bawah limatahun (Balita).

    9. Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

    2008.

    Pekerjaan Kepala Keluarga

    Persentase tertinggi balita gizi lebih dan ge-

    muk pada pekerjaan utama KK sebagai TN!/

    POLRI/PNS/BUMN, urutan kedua adalah pe-

    gawai swasta (tabel 5). Orang tua yang ber-penghasilan pasti setiap bulan, mempunyai

    balita dengan persentase kelebihan BB relatif

    lebih tinggi.

    Tabel 5Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasar-

    kan Pekerjaan Utama KK9

    Pekerjaan Utama KK

    Kelebihan BB BalitaGizi Lebih

    (BB/U)

    Gemuk

    (BB/TB)% %

    Tidak Kerja/Sekolah/

    Ibu RT

    4,0 10,7

    TNI/Polri/PNS/BUMN 6,7 14,4Pegawai Swasta 5,8 13,8Wiraswasta/dagang/

    jasa

    4,9 12,4

    Petani/nelayan 3,9 12,7Buruh dan lainnya 3,1 10,8

    Tipe Daerah

    Balita gizi lebih dan gemuk lebih banyak

    terdapat di perkotaan dibandingkan di pe-

    desaan (tabel 6). Hasil Susenas tahun 1989 dan

    tahun 1992 menunjukkan prevalensi obesitas

    di perkotaan hampir dua kali lipat dibanding-

    kan pedesaan.3 Namun dalam Riskesdas ta-

    hun 2007 walaupun persentase kelebihan BB

    di perkotaan lebih tinggi, perbedaannya tidak

    besar (tabel 6). Hal ini menggambarkan pe-ningkatan persentase kelebihan BB di daerah

    pedesaan, diperkirakan karena pengaruh arus

    komunikasi lewat berbagai media sehingga

    pola konsumsi di kota dan di desa hampir

    sama.

    Tabel 6Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasar-

    kan Tipe Daerah9

    Tipe Daerah

    Kelebihan BB BalitaGizi Lebih

    (BB/U)

    Gemuk

    (BB/TB)% %

    Perkotaan 4,9 12,4Perdesaan 3,9 12,0

    Tingkat Pengeluaran

    Tingkat pengeluaran per kapita per bulan

    dihitung berdasarkan kuintil, dengan asumsi

    makin tinggi kuintil tingkat pengeluaran, yang

    bersangkutan makin kaya. Dalam tabel 7, ter-

    lihat bahwa makin kaya seseorang, persentase

    gizi lebih dan gemuk pada balitanya juga

    makin tinggi.

    Tabel 7Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasar-

    kan Tingkat Pengeluaran9

    Tingkat

    Pengeluaran/Kapita/

    Bulan

    Kelebihan BB BalitaGizi Lebih

    (BB/U)

    Gemuk

    (BB/TB)% %

    Kuintil 1 3,9 11,2Kuintil 2 3,6 11,8Kuintil 3 4,2 11,9Kuintil 4 4,6 12,8Kuintil 5 5,9 14,0

    PENCEGAHAN

    Melihat besarnya masalah dan kemungkinan

    implikasi yang akan ditimbulkannya, kelebih-

    an BB pada balita hendaknya perlu diwaspa-

    dai. Beberapa alternatif pencegahan yang da-

    pat disarankan, yaitu :

    1. Pemantauan pertumbuhan dan per-

    kembangan balita secara berkala, agar balita de-

    ngan Gizi Lebih atau Gemuk dapat langsung

    diupayakan ke arah Gizi baik atau Normal.

    2. Pengembangan model strategi Komu-

    nikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kelebihan

    BB balita yang tepat guna dan efektif, dengan

    sasaran khusus seperti dokter anak, ibu-ibu di

    Posyandu, guru sekolah Taman Kanak-kanak

    (TK) dan sebagainya.

    CDK 196_vol39_no8_th2012 ok.indd 594CDK-196_vol39_no8_th2012 ok.indd 594 8/6/2012 3:14:58 PM8/6/2012 3:14:58 PM