Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan

8
Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan R.T.A. Sunarya Abstrak Tulisan ini berjudul “Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan R.T.A. Sunarya. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membuka fakta-fakta kolonialisme Belanda serta pengaruhnya terhadap kehidupan pribumi dari karya sastra tersebut. Metode penelitian menggunakan teori poskolonial atau pasca-kolonial yang memusatkan perhatiannya pada pengaruh penjajah terhadap orang yang dijajahnya. Pendahuluan Roman adalah genre karya sastra klasik di Indonesia. Sebelum mengenal istilah novel, Indonesia pada pada kisaran abad 19 dan 20 menggunakan istilah roman, dan istilah novel baru digunakan pada kesusastraan modern. Roman adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing (Wikipedia).

description

Sebuah analisis sederhana terhadap sebuah kisah roman yang diangkat dalam cerita sepanjang masa Max Havelaar karya Multatuli.

Transcript of Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan

Page 1: Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan

Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan R.T.A. Sunarya

Abstrak

Tulisan ini berjudul “Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan R.T.A.

Sunarya. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membuka fakta-fakta kolonialisme

Belanda serta pengaruhnya terhadap kehidupan pribumi dari karya sastra tersebut.

Metode penelitian menggunakan teori poskolonial atau pasca-kolonial yang

memusatkan perhatiannya pada pengaruh penjajah terhadap orang yang dijajahnya.

Pendahuluan

Roman adalah genre karya sastra klasik di Indonesia. Sebelum mengenal

istilah novel, Indonesia pada pada kisaran abad 19 dan 20 menggunakan istilah

roman, dan istilah novel baru digunakan pada kesusastraan modern. Roman adalah

sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan

perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing (Wikipedia).

Dalam tulisan ini, penulis akan menganalisis cerita roman Saija yang berasal

dari roman Max Havelaar karya Multatuli yang diterjemahkan ke dalam basa Sunda

oleh R.T.A. Sunarya dengan pendekatan poskolonial. Poskolonial adalah pendekatan

poststruktural yang diterapkan pada topik khusus. Tetapi pendekatan poskolonial

segaligus juga merupakan respons dan cermin "kekecewaan" (Budianta, 2004: 49).

”Kesusastraan poskolonial ialah kesusastraan yang membawa pandangan subversif terhadap penjajah dan penjajahan” (Aziz, 2003: 200).

Page 2: Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan

Ulasan Teori

Roman

Ajip Rosidi (2009:227) menjelaskan bahwa roman, adalah cerita prosa yang

menceritakan kehidupan seseorang secara panjang lebar. Istilah roman sendiri berasal

dari bahasa Perancis romanz, serta dari ungkapan bahasa Latin yaitu lingua romana,

yang dimaksudkan untuk semua karya sastra dari golongan rakyat biasa.

(Matzkowski,1998:81).

Poskolonial

Teori poskolonial atau pascakolonial merupakan seperangkat pernyataan

mengenai masyarakat terjajah dan pernah terjajah.

Masyarakat terjajah adalah masyarakat yang hidup dalam sebuah geografis

yang diduduki, dikuasai, diatur, dikontrol, dan dikendalikan oleh masyarakat lain

yang berasal dari wilayah geografis lain. Masyarakat terjajah adalah masyarakat yang

pikiran, perasaan, sikap, perilaku, bahkan tubuhnya diduduki, dikuasai, diatur,

dikontrol, dan dikendalikan oleh penjajah melalui praktik, teori, sikap, yang diatur

penjajah.

Kekuasaan penjajah atas pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku masyarakat

terjajah dapat lebih kuat dan berlangsung lama daripada kekuasaannya atas wilayah

geografis masyarakat terjajah, dan dapat terus bertahan bahkan sesudah penjajah

melepas wilayah geografis jajahannya.

Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan R.T.A. Sunarya

Parafrase

Prosa Saija menceritakan tentang kehidupan masyarakat Banten Selatan

pada masa kolonialisme/imperialisme Belanda dengan tokoh utamanya Saija. Saija

Page 3: Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan

berasal dari keluarga yang sederhana. Namun dari sejak kecil, Saija sudah mengalami

banyak pengalaman yang menyedihkan bahkan hingga akhir cerita. Ceritanya dimulai

dengan kebingungan Ayah Saija karena sudah tidak punya uang untuk membayar

pajak yang sangat besar sampai harus menjual barang pusaka warisan, bahkan pusaka

milik istrinya pun harus dijual karena tuntutan hidup. Semua ini dikarenakan pajak

negara yang amat besar. Setelah semua barang pusaka dijual, keadaan memaksa Ayah

Saija untuk menjual lagi barang kepunyaannya. Kali ini giliran munding (kerbau)

yang selalu dipakainya untuk membajak sawah, selain itu munding tersebut adalah

hewan peliharaan yang sangat disayangi oleh Saija. Tentu saja, ketika munding

tersebut dijual Saija menangis beberapa hari sampai-sampai hilang nafsu makan.

Karena keadaan ekonomi yang semakin menipis, Ayah Saija pun pergi mencari

pekerjaan ke Bogor, namun sayang sekali, ia harus terkena hukuman karena tidak

membawa pas (mungkin semacam surat izin) dan meninggal ketika di bui. Saat itu

Saija masih berusia lima belas tahun. Setelah beranjak dewasa, Saija merantau ke

daerah Betawi untuk mencari pekerjaan. Dan ia pun diterima bekerja di sebuah rumah

milik orang Belanda. Di sana Saija sangat disukai karena perangainya yang baik.

Saija berharap bahwa setelah mempunyai cukup uang ia ingin menikah dengan Ina.

Sebelum berangkat ke Betawi, Saija dan Ina berjanji akan bertemu di bawah pohon

Ketapang tak jauh dari kampungnya. Namun saat hari itu tiba Saija menunggu di

tempat yang dijanjikan dan Ina belum datang juga. Setelah mencari di kampung

halamannya, ia mengetahui bahwa Ina pindah ke Lampung bersama Ayahnya.

Kemudian disusullah oleh Saija ke Lampung, namun ia tiba saat terjadi

pemberontakan penduduk pribumi. Sungguh memprihatinkan, ketika Saija sudah

menemukan Ina terbujur kaku tidak bernyawa, Saija marah dan bertarung dengan

orang-orang Belanda sampai akhirnya ia ditangkap.

Page 4: Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan

Poskolonial

Roman Saija berlatarkan daerah Banten pada masa kolonialisme Belanda

sekitar abad 19, alasannya belum begitu banyak modernisasi di sana-sini dan status

kepala daerah masih dipegang secara langsung oleh orang lokal (Wadana). Pada

pendahuluan roman Max Havelaar dijelaskan bahwa pada saat itu pemerintahan

menganut sistem dualistis. Para kolonialis Eropa menyesuaikan bentuk

pemerintahannya dengan adat istiadat daerah jajahannya. Maka tentu saja di Banten

pun kegiatan pemerintahan secara langsung dikepalai oleh bupati yang dikukuhkan

oleh hukum adat.

Pada cerita Saija, diperlihatkan bagaimana politik pemerintah yang sangat

menekan rakyat kecil dengan kewajiban membayar pajak yang begitu berat (dalam

Max Havelaar diceritakan pada saat itu ada konspirasi antara pemerintah lokal dengan

residen Belanda) dan apabila tidak dibayar kewajiban tersebut tentu saja Keresidenan

akan bertindak. Dan pada saat itu, Belanda melaksanakan kebijakan Tanam Paksa.

Maka tak aneh bila kewajiban rakyat sangat berat.

Pada saat mengembara ke Batavia, Saija dipekerjakan oleh orang Belanda.

Dan majikannya sangat senang kepadanya karena kerjanya dapat diandalkan. Ini

menandakan bahwa di Batavia, banyak orang Belanda sipil yang tinggal di sana,

bukan hanya pegawai pemerintah saja, dan tentu saja hal ini sangat berpengaruh

terhadap mata pencaharian pribumi, salah satunya adalah banyak pribumi yang

melakukan urbanisasi untuk mencari pekerjaan pada orang-orang Belanda. Bahkan

kebiasaan urbanisasi tersebut masih berlanjut hingga kini, banyak orang dari

kampung yang pergi ke Jakarta demi mencari penghidupan yang layak.

Pada bagian akhir cerita, diceritakan orang-orang Banten hijrah ke Lampung

karena sudah tidak kuat menerima tekanan dari pemerintah hingga bergabung dengan

orang Lampung untuk ikut memberontak. Tentu saja para serdadu Belanda pun

segera menumpas pemberontak. Ketika Saija sampai di tempat pemberontakan, Saija

Page 5: Analisis Poskolonial Roman Saija Terjemahan

menemukan orang yang dicintainya, Ina meninggal lalu Saija mengamuk pada

serdadu-serdadu tersebut hingga akhirnya ditangkap.

Penutup

Sebuah karya sastra adalah tulisan yang mengungkap realitas dengan cara

yang berbeda. Banyak karya sastra yang mencerminkan realitas kehidupan dunia baik

yang dialami sendiri oleh penulisnya maupun tidak secara langsung. Cerita Saija

adalah sebuah bentuk keprihatinan penulis pada masa itu, terhadap keadaan yang ada

di sekitarnya. Dalam cerita digambarkan bagaimana kondisi masyarakat pribumi yang

sangat dipengaruhi oleh politik kolonial mulai dari kewajiban rakyat hingga

kehidupan pribumi yang sedikit-sedikit berubah karena pengaruh kolonialisme. Dan

bahkan ada yang berlanjut hingga saat ini.