Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

download Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

of 31

Transcript of Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    1/31

    REFERAT

    ANESTESI PADA OPERASI MATA

    OLEH

    RICKY ISKANDAR

    61109027

    PEMBIMBING : Dr. Indah Waty Muchlis, Sp.An

    Dr. Hendry Suta, Sp.An

    SMF / BAGIAN ILMU ANESTESI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH

    BATAM

    2014

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    2/31

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-

    Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan Referat ini dengan

    judul ANESTESI PADA OPERASI MATA. Penyelesaian Referat ini banyak

    mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

    menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

    1. Dr. Indah Waty Muchlis, Sp.An dan Dr. Hendry Suta, Sp.An selaku

    supervisor SMF Ilmu Anestesi RSUD Embung Fatimah Kota Batam.

    2. Kedua Orang Tua saya yang selalu memotivasi sehingga penyelesaian

    Referat ini bisa terselesaikan tepat waktu.

    3. Teman-teman sejawat yang telah banyak memberikan masukan dalam

    penyelesaian Referat ini.

    4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Referat ini baik

    secara langsung ataupun tidak langsung.

    Penulis sangat menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari kata sempurna,

    oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan referat ini.

    Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tenaga kesehatan

    terkhusus dalam bidang Ilmu Anestesi.

    Batam, Maret 2014

    Penulis

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    3/31

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL.. .................................................................................... . i

    KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

    DAFTAR ISI................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata ....................................................... 3

    2.2. Tekanan Dinamis Intraokuler ..................................................... 3

    2.2.1 Fisiologi Tekanan Intraokuler .................................................... 3

    2.2.2 Efek Obat-Obat Anestesi pada Tekanan Intraokuler .................. 11

    2.3 Refleks Okulukardiak ................................................................. 13

    2.4 Ekspansi Gas Intraokuler ............................................................ 14

    2.5 Efek-Efek Sistemik dari Obat-Obat Mata ............................... 15

    2.6 Anestesi Umum Pada Operasi Mata ............................................ 16

    2.7 Anestesi Regional Untuk Operasi Mata ...................................... 19

    2.8 Keadaan Spesifik Klinik dan Komplikasi .................................... 22

    BAB III KESIMPULAN

    Kesimpulan ......................................................................................... 23

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    4/31

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Pasien-pasien mata umumnya memiliki risiko khusus terhadap tindakan anestesi.

    Pasien biasanya datang dengan umur yang ekstrim, sangat muda atau justru sangat tua.

    Oleh karenanya,kondisi medis yang mendasari keadaan pasien tersebut dapat

    memperberat risiko anestesi, demikian juga halnya respon pasien terhadap obat-obat

    anestesi yang diberikan. Seringnya, pasien-pasien mata yang mendapat pengobatan

    sehubugan dengan penyakit mata yang mereka derita dapat memberikan pengaruh yang

    signifikan terhadap tatalaksana anestesi. Terdapat variasi data mortalitas yang berkaitan

    dengan tindakan anestesi pada operasi-operasi mata sejak tahun 1960 sampai 1970-an,

    yaitu berkisar antara 0.06% 0.16% tanpa membedakan apakah pasien mendapat

    tindakan anestesi lokal atau umum.1

    Quigley pada tahun 1974 menyatakan bahwa morbiditas yang berkaitan dengan

    tindakan anestesi pada pembedahan mata termasuk di dalamnya mual, muntah,

    perdarahan retrobulbar, perforasi dan hilangnya humor vitreous.2

    Pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi mata merupakan hal yang penting

    bagi seorang dokter anestesi, diantaranya adalah pemahaman tentang tekanan intra

    okuler (TIO) serta bagaimana tekanan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa penyakit

    dan obat-obatan, termasuk obat-obatyang digunakan dalam tindakan anestesi.3

    Karena,

    salah satu tujuan penting dalam tatalaksana anestesi selama tindakan pembedahan mata

    adalah mengupayakan agar TIO tetap terkendali. Terutama sekali pada tindakan

    pembedahan mata sistem terbuka, dimana variasi perubahan TIO yang besar selama

    pembedahan dapat berakibat terjadinya kerusakan pada fungsi penglihatan paska

    operasi. Pada pasien-pasien seperti ini, tindakan-tindakan yang dapat berkontribusi

    terhadap terjadinya suatu peningkatan TIO, termasuk stres mekanik ataupun

    farmakologik, haruslah dihindarkan.4 Usaha-usaha untuk mengendalikan TIO dalam

    rentang nilai yang fisiologis (berkisar antara 10-20 mmHg) merupakan suatu keharusan

    untuk mempertahankan kondisi anatomis yang diperlukan untuk fungsi refraksi dan

    penglihatan yang optimal. Pentingnya TIO pada seorang dokter anestesi adalah sebagai

    berikut:

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    5/31

    1) Pasien dengan peningkatan TIO yang terjadi secara akut atau kronis yang

    menjalani tindakan pembedahan korektif.

    2) Pasien dengan peningkatan TIO kronik yang menjalani tindakan pembedahan

    non-ophthalmic

    .

    3) Pasien dengan tindakan pembedahan bola mata terbuka akibat adanya

    penetrating eye injury.

    4) Beberpa obat dan tindakan yang digunakan dalam anestesi yang dapat

    mempengaruhi TIO

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    6/31

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

    Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang

    paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang

    atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian

    visual.

    Organ luar

    Organ dalam

    Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya

    menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut

    adalah:

    Kornea

    Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber

    cahaya.

    http://2.bp.blogspot.com/-zYTSyCJOgjk/UP1X7u7p9MI/AAAAAAAABRo/mD61oVjuP9s/s1600/mata.jpg
  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    7/31

    Sklera

    Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1

    milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.

    Pupil dan iris

    Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas

    cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar

    jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan

    terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai

    diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.

    Lensa mata

    Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi

    lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada

    bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh),

    lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya

    datang dari dekat), lensa mata akan menebal.

    Retina atau Selaput Jala

    Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian

    retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf

    optik.

    Saraf optik

    Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    8/31

    Palpebra

    o Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan.

    o Tdd : Palpebra superior dan inferior

    o Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi

    oleh membran mukosa conjunctiva.

    o Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus conjunctivalis.

    o sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.

    o Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus

    lacrimalis) dan terdapat tonjolan kecil ( caruncula lacrimalis)

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    9/31

    LAPISAN BOLA MATA

    Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 3 lapisan :

    Tunika fibrosa :

    o Bagian posterior yang opak

    o Sclera

    o Bagian anterior yang transparan

    o

    Cornea

    Tunika Vasculosa Pigmentosa :

    o Choroidea

    o Corpus Cilliary

    o Iris dan pupil

    o Tunika Nervosa : Retina

    http://3.bp.blogspot.com/-6gE-1LC32ZM/UP1YEVaqt6I/AAAAAAAABSY/lQG5YPRgFAE/s1600/struktur+mata.gif
  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    10/31

    Otot-otot penggantung bola mata

    Vaskularisasi bola mata

    Ada 2 sistem vaskularisasi bola mata :

    1.

    Sistem arteri siliar, terdiri dari :

    Arteri siliaris anterior (9)

    Arteri siliaris posterior brevis (7)

    Arteri siliaris longus (4)

    http://2.bp.blogspot.com/-Hv_yFQbQtrw/UP1bM_lSqDI/AAAAAAAABTA/Q9c-5-_QmnI/s1600/vaskularisasi+mata.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-vdos6J6Rnqo/UP1YDejFBMI/AAAAAAAABSM/gKl1RpVxWAA/s1600/ototbolamata.pnghttp://2.bp.blogspot.com/-Hv_yFQbQtrw/UP1bM_lSqDI/AAAAAAAABTA/Q9c-5-_QmnI/s1600/vaskularisasi+mata.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-vdos6J6Rnqo/UP1YDejFBMI/AAAAAAAABSM/gKl1RpVxWAA/s1600/ototbolamata.pnghttp://2.bp.blogspot.com/-Hv_yFQbQtrw/UP1bM_lSqDI/AAAAAAAABTA/Q9c-5-_QmnI/s1600/vaskularisasi+mata.png
  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    11/31

    1. Sistem arteri Sentralis

    Retina (12)

    Persarafan

    Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf optikus (Nervus II).

    Bagian mata yang mengandung saraf optikus adalah retina. Saraf optikus adalah

    kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual dari retina ke otak.

    http://3.bp.blogspot.com/-tkVDh5BuMiQ/UP1YDG6h1hI/AAAAAAAABSA/ja0qy_sUOm8/s1600/oculomotor_nerve.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-3keEq6Thso4/UP1YBsaEu6I/AAAAAAAABRw/xBzHR9WdpOM/s1600/9708.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-tkVDh5BuMiQ/UP1YDG6h1hI/AAAAAAAABSA/ja0qy_sUOm8/s1600/oculomotor_nerve.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-3keEq6Thso4/UP1YBsaEu6I/AAAAAAAABRw/xBzHR9WdpOM/s1600/9708.jpg
  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    12/31

    Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf okulomotoris (Nervus

    III), saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata,

    dan mengatur konstraksi pupil mata.

    Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang merangsang

    dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata. Kelenjar Lakrimalis terletak di

    puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer.

    http://3.bp.blogspot.com/-J7IA7ZTii1Q/UP1YFLpdKwI/AAAAAAAABSk/WzjPeBuekhU/s1600/tmp15F38.jpg
  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    13/31

    Sistem cairan mata - Intraokular

    Mata diisi dengan cairan intraokuolar, yang mempertahankan tekanan yang cukup pada

    bola mata untuk menjaga distensinya. Cairan ini dibagi dua : Humor aqueous (anterior

    lensa), Humor vitreus (posterior lensa & retina).

    Humor aqueous berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di

    dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga

    berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut.Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan

    dalam bola mata/tekanan intra okuler.

    Sirkulasi Aqueous Humor

    http://1.bp.blogspot.com/-z-eBZWLPKcI/UP1ePIyANtI/AAAAAAAABTc/29Qdft2kiTY/s1600/Sirkulasi+aquos+humour.pnghttp://2.bp.blogspot.com/-0UYKZoF_3r4/UP1YByssn5I/AAAAAAAABR4/K-UAn0-qIzk/s1600/aqueous-humor2.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-z-eBZWLPKcI/UP1ePIyANtI/AAAAAAAABTc/29Qdft2kiTY/s1600/Sirkulasi+aquos+humour.pnghttp://2.bp.blogspot.com/-0UYKZoF_3r4/UP1YByssn5I/AAAAAAAABR4/K-UAn0-qIzk/s1600/aqueous-humor2.jpg
  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    14/31

    Fisiologi mata

    Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa mata

    dan kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak melalui saraf

    optik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat suatu benda

    (Suyatno,1995:159). Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya

    yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada suasana

    terang pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar

    kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk lebih jauh ke

    dalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf kesadaran. Sistem yang

    terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting dalam melihat di sebut

    alat visual. Mata mengendalikan lebih dari 90 % dari kegiatan sehari-hari. Dalam

    hampir semua jabatan visual ini memainkan peranan yang menentukan. Organ visual

    ikut bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan umum

    2.2 TEKANAN DINAMIS INTRAOKULER

    2.2.1 Fisiologi tekanan intraokuler

    Mata dapat dianggap sebagai bola hampa dengan dinding yang kaku. Jika isi dari

    bola mata meningkat, tekanan intraokuler ( normal 12 20 mmHg) akan naik. Sebagai

    contoh, glaukoma disebabkan oleh sumbatan aliran humor aquos. Begitu juga tekanan

    intraokuler akan naik jika volume darah dalam bola mata meningkat. Naiknya tekanan

    vena akan meningkatkan tekanan intraokuler oleh penurunan aliran aquos dan

    peningkatan volume darah koroid. Perubahan yang ekstrim dari tekanan darah arteri dan

    ventilasi dapat meningkatkan tekanan intraokuler. Pemberian anestesi merubah

    parameter ini dan dapat menpengaruhi tekanan intraokuler seperti laryngoscopy,

    intubasi, sumbatan jalan napas, batuk, posisi trendelenburg). peningkatan ukuran bola

    mata yang tidak proporsional mengubah volume isinya akan meningkatkan tekanan

    intraokuler. Penekanan pada mata dari sungkup yang sempit, posisi prone yang tidak

    baik, atau perdarahan retrobulber merupakan tanda peningkatan tekanan.1

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    15/31

    Tekanan intraokuler membantu mempertahankan bentuk dan oleh karena itu

    membangun optik dari mata. Variasi temporer tekanan biasanya dapat ditoleransi dengan

    baik oleh mata normal. Dalam kenyataanya kebutaan menaikkan tekanan intraokuler

    sebanyak 5 mmHg dan juling 26 mmHg. Episode transien peningkatan tekanan

    intraokuler pada pasien dengan tekanan arteri optalmikus yang rendah. ( hipotensi,

    arteriosklerotik arteri retina), bagaimanapun dapat membahayakan perfusi retina yang

    menyebabkan iskemia retina.1

    2.2.2 Efek obatobat anestesi pada tekanan intraokuler

    Umumnya obat obat anestesi lain yang rendah tidak berefek pada tekanan

    intraokuler. Anestesi inhalasi menurunkan tekanan intraokuler yang proporsional sesuai

    dalamnya anestesi. Penyebab penurunannya multipel antara lain ; penurunan tekanan

    darah mengurangi volume koroidal, relaksasi otot-otot ekstraokuler menurunkan tekanan

    dinding bola mata, kontriksi pupil memudahkan aliran aquos. Anestesi intravena juga

    dapat menurunkan tekanan intraokuler. Mungkin pengecualian adalah ketamin, yang

    dapat menaikkan tekanan darah arteri dan tidak menyebabkan relaksasi otot

    ekstraokuler.1

    Pemberian obat antikolinergik topikal menyebabkan dilatasi pupil (midriasis),

    yang dapat menyebabkan glaukoma sudut tertutup. Dosis premedikasi atropin sistemik

    yang dianjurkan tidak berhubungan dengan hipertensi intraokuler, karena bagaimanapun

    hal ini akan terjadi pada pasien-pasien dengan glaukoma. Besarnya empat struktur

    amonium glikopirolat dapat memperbesar batas keamanan dan mencegah penularan ke

    dalam system saraf pusat.1

    Suksinilkolin meningkatkan tekanan intraokuler sebanyak 5 10 mmHg selama

    5 10 menit setelah pemberiannya, menembus terutama ke dalam otot otot

    ekstraokuler dan menyebabkan kontraktur. Tidak seperti otot skelet lainnya, otot

    ekstraokuler terdiri dari sel sel dengan multipel neuromuskuler junction. Setelah

    pemulihan depolarisasi sel sel ini oleh suksinilkolin menyebabkan kontraktur yang

    berkepanjangan. Hasilnya terjadi peningkatan tekanan intraokuler yang mempunyai

    beberapa efek. Hal ini akan menyebabkan pengukuran palsu terhadap tekanan

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    16/31

    intraokuler selama pemeriksaan dalam pengaruh anestesi pada pasien pasien

    glaukoma, peningkatan ini tidak penting dalam pembedahan, oleh karena itu kenaikan

    tekanan intraokuler dapat menyebabkan ekstruksi okuler akibat bedah terbuka atau

    trauma yang tembus. Efek akhir kontraktur yang berkepanjangan dari otot otot

    ekstraokuler adalah tes forced duction abnormal selama 20 menit. Manuver ini menilai

    penyebab ketidakseimbangan otot ekstraokuler dan pengaruh tipe pembedahan

    strabismus. Kongesti vena vena koroid juga dapat menaikkan tekanan intraokuler.

    Obat pelumpuh otot nondepolarisasi tidak menaikkan tekanan intraokuler.1

    2.3 REFLEKS OKULOKARDIAK

    Traksi otot-otot ekstraokular atau tekanan pada bola mata terutama otot rektus

    medialis dapat memunculkan berbagai variasi disritmia jantung yang berkisar dari

    bradikardia dan ektopi ventrikular hingga henti sinus atau vibrilasi ventrikel.1,2,4

    Refleks ini, yang pada mulanya dideskripsikan pada tahun 1908, terdiri dari suatu jalur

    trigeminal aferen (V1) dan vagal eferen. Refleks okulokardiak adalah paling lazim

    didapati pada pasien pediatrik yang menjalani operasi strabismus. Walaupun begitu,

    refleks ini dapat dimunculkan pada semua kelompok usia dan selama berbagai prosedur

    mata, termasuk ekstraksi katarak, enukleasi, dan perbaikan retinal detachment

    (perlepasan retina). Pada pasien yang sadar, refleks okulokardiak dapat berhubungan

    dengan somnolens dan nausea.1

    Obat-obat antikolinergik sering bermanfaat dalam pencegahan refleks

    okulokardiak. Atropin atau glikopirolat intravena sebelum pembedahan adalah lebih

    efektif dibanding premedikasi intramuskular yang dapat menjadi tidak efektif.2,4

    Haruslah diingat bahwa obat-obat antikolinergik dapat berbahaya pada pasien usia

    lanjut, yang seringkali memiliki penyakit arteri koroner derajat tertentu. Blokade

    retrobulbar atau anestesia inhalasi yang dalam juga dapat bermanfaat, namun prosedur-

    prosedur ini memiliki risikonya tersendiri. Blokade retrobulbar sendiri sebenarnya dapat

    membangkitkan refleks retrobulbar. Kebutuhan untuk profilaksis rutin adalah

    kontroversial.1

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    17/31

    1. Manajemen refleks okular kardiak ketika ia terjadi tersusun dari

    prosedur-prosedur berikut: pengenalan dini oleh ahli bedah dan

    penghentian sementara stimulasi bedah hingga kecepatan detak jantung

    meningkat

    2.

    konfirmasi ventilasi, oksigenasi, dan kedalaman anestesia yang adekuat;

    3. pemberian atropin intravena (10 g/kg) jika terdapat gangguan konduksi

    4. pada episode rekalsitran, infiltrasi otot-otot ekstraokular dengan anestetik

    lokal. Refleks ini pada akhirnya akan menghentikan dirinya sendiri

    dengan traksi berulang otot-otot ekstraokular.1

    2.4 EKSPANSI GAS INTRAOKULAR

    Suatu gelembung gas dapat diinjeksikan oleh oftalmolog ke dalam bilik posterior

    selama pembedahan vitreous. Injeksi udara intravitreal akan cenderung mendatarkan

    retina yang terlepas dan memungkinkan penyembuhan yang benar secara anatomis.

    Gelembung udara diabsorbsi dalam 5 hari oleh difusi gradual melalui jaringan yang

    berdekatan ke dalam aliran darah. Jika pasien menghirup NO, gelembung udara akan

    bertambah besar. Ini dikarenakan NO adalah 35 kali lebih larut dibanding nitrogen

    dalam darah. Maka NO cenderung berdifusi ke dalam gelembung udara secara lebih

    cepat dibanding nitrogen (komponen utama udara) diabsorbsi ke dalam aliran darah. Jika

    gelembung bertambah besar setelah mata ditutup, tekanan intraokular akan naik.1

    SF6 adalah gas inert yang kurang larut dalam darah dibanding nitrogen dan

    jauh kurang larut dibanding NO. Durasi kerjanya yang lebih lama (hingga 10 hari)

    dibanding gelembung udara dapat menguntungkan bagi oftalmolog. Ukuran gelembung

    menjadi dua kali dalam 24 jam setelah injeksi karena nitrogen dari udara yang dihirup

    memasuki gelembung udara secara lebih cepat dibanding SF6 berdifusi ke aliran darah.

    Walaup begitu, kecuali SF6 murni dengan volume besar diinjeksikan, ekspansi

    gelembung yang perlahan biasanya tidak meningkatkan tekanan intraokular. Namun jika

    pasien menghirup NO, gelembung akan secara cepat bertambah besar dan dapat

    mengarah pada hipertensi intraokular. Konsentrasi NO inspirasi sebesar 70% akan

    hampir memperbesar volume gelembung 1 mL tiga kali lipat dan dapat menggandakan

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    18/31

    tekanan dalam mata tertutup dalam 30 menit. Penghentian NO selanjutnya akan

    mengarah pada resorbsi gelembung, yang telah menjadi campuran NO dan SF6.

    Penurunan tekanan intraokular yang menyusul dapat mempresipitasi perlepasan retina

    lain.1

    Komplikasi-komplikasi yang melibatkan ekspansi gelembung gas intraokular

    dapat dihindari dengan menghentikan NO pada sekurang-kurangnya 15 menit sebelum

    injeksi udara atau SF6. Jelas, waktu yang diperlukan untuk mengeliminasi NO dari

    darah akan tergantung pada beberapa faktor, antara lain tingkat kecepatan aliran gas baru

    dan adekuasi ventilasi alveolar. Kedalaman anestesia harus dipelihara dengan pemberian

    agen anestetik lain. NO harus dihindari hingga gelembung diabsorbsi (5 hari setelah

    injeksi udara dan 10 hari setelah injeksi SF6).1

    2.5 EFEK-EFEK SISTEMIK DARI OBAT-OBAT MATA

    Tetes mata topikal diabsorbsi oleh pembuluh-pembuluh dalam saccus alveolaris

    mukosa ductrus nasolacrimalis. Satu tetes (biasanya 1/20 mL) dari fenilefrin 10%

    mengandung 5 mg obat. Bandingkan ini dengan dosis fenilefrin intravena (0.05-0.1 mg)

    yang digunakan untuk menangani pasien dewasa dengan hipotensi. Obat topikal

    diabsorbsi dalam kecepatan yang terletak di antara absorbsi setelah injeksi intravena dan

    subkutan (dosis subkutan toksik dari fenilefrin adalah 10 mg). Anak-anak dan orang

    lanjut usia terutama berada dalam risiko untuk efek toksik obat yang diberikan secara

    topikal dan harus menerima paling banyak larutan fenilefrin 2.5%. Kebetulan para

    pasien ini merupakan pasien yang paling sering memerlukan pembedahan mata.1

    Ekhotiofat (Echothiophate) merupakan inhibitor kolinesterase ireversibel yang

    digunakan dalam penatalaksanaan glaukoma karena dapat menurunkan tekanan

    intraokular.2 Aplikasi topikal berujung pada absorbsi sistemis dan reduksi aktivitas

    kolinesterase plasma. Karena suksinilkolin dimetabolisir oleh enzim ini, ekhotiofat akan

    memperpanjang durasi kerja suksinilkolin. Namun paralisis biasa tidak melebihi 20 atau

    30 menit dan apneu postoperatif kemungkinan besar tidak terjadi. Inhibisi aktivitas

    kolinesterase bertahan selama 3-7 minggu setelah penghentian tetes ekhotiofat.1,4

    Efek

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    19/31

    samping muskarinik seperti bradikardia selama induksi dapat dicegah dengan obat

    antikolinergik intravena (seperti atropin, glikopirolat).1

    Tetes mata epinefrin dapat menyebabkan hipertensi, takikardia, dan disritmia

    ventrikular; efek disritmogenik ini dipotensiasi oleh halotan. Pemberian langsung

    epinefrin ke dalam bilik anterior mata belum dihubungkan dengan toksisitas

    kardiovaskular.1Timolol, suatu antagonis -adrenergik nonselektif, mengurangi tekanan

    intraokular dengan menurunkan produksi humor aqueous. Tetes mata timolol yang

    dipakai secara topikal, yang biasa digunakan untuk mengatasi glaukoma, pada kasus-

    kasus yang langka telah dikaitkan dengan bradikardia resistan-atropin, hipotensi, dan

    bronkospasme selama anestesia umum.1,4

    Cyclopentolate adalah suatu midriatika yang

    dapat menghasilkan toksisitas sistem saraf pusat.2,4

    Acetazolamide ketika diberikan secara kronis untuk mengurangi IOP dapat

    berhubungan dengan hilangnya ion bikarbonat dan kalium lewat ginjal.2,4

    SF6 (sulfur hexafluoride) diinjeksikan ke dalam vitreous untuk secara mekanis

    memfasilitasi perlekatan kembali retina. N2O (kelarutan gas darah 0.47) harus dihindari

    selama 10 hari setelah injeksi SF6 intravitreous (kelarutan gas darah 0.004).2

    2.6 ANESTESIA UMUM UNTUK OPERASI MATA

    Pilihan antara anestesi umum dan lokal harus dibuat secara bersama-sama oleh

    pasien, anestesiolog, dan ahli bedah. Sebagian pasien menolak bahkan untuk

    mendiskusikan anestesia lokal. Sikap ini disebabkan oleh rasa takut untuk sadar selama

    suatu prosedur bedah atau pengalaman nyeri selama tekhnik regional terdahulu.

    Walaupun tidak terdapat bukti yang konklusif bahwa satu bentuk anestesia adalah lebih

    aman dibanding yang lain, anastesia lokal tampak kurang memberikan stres. Anestesia

    umum diindikasikan pada pasien yang tidak kooperatif, karena bahkan gerakan kepala

    yang sedikit dapat memberikan hasil yang terbukti berbahaya selama pembedahan

    mikro. Pada pasien lain, anestesia lokal dikontraindikasikan untuk alasan-alasan beda.

    Pada kejadian yang manapun, suatu keputusan definitif harus dibuat. Anestesia lokal-

    umumsuatu tekhnik sedasi dalam dengan kontrol jalan napas yang diragukan harus

    dihindari karena ia membawa gabungan risiko dari anestesia lokal dan umum.1

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    20/31

    2.6.1 Premedikasi

    Pasien yang menjalani operasi mata dapat cemas, terutama jika mereka telah

    menjalani banyak prosedur dan terdapat kemungkinan kebutaan permanen. Pasien

    pediatrik sering memiliki kelainan-kelainan kongenital terkait (seperti sindrom rubella,

    sindrom Goldenhar, sindrom Down). Pasien dewasa biasa berusia lanjut, dengan

    setumpuk penyakit sistemik (seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri

    koroner). Semua faktor-faktor ini harus dipertimbangkan ketika memilih premedikasi.1,4

    2.6.2 Induksi

    Pilihan tekhnik induksi untuk operasi mata biasa lebih tergantung pada masalah-

    masalah medis pasien dibanding pada penyakit mata pasien atau jenis operasi yang

    direncanakan. Satu perkecualian adalah pada pasien dengan bola mata ruptur. Kunci

    untuk induksi anestesia pada pasien dengan cedera mata terbuka adalah kontrol tekanan

    intraokular dengan induksi yang mulus. Secara spesifik, batuk selama intubasi harus

    dihindari dengan mencapai anestesia yang dalam dan paralisis yang nyata. Respon

    tekanan intraokular terhadap laringoskopi dan intubasi endotrakheal dapat ditumpulkan

    dengan pemberian lidokain intravena (1.5 mg/kg) atau opioid (seperti alfentanil 20

    g/kg).1,4 Suatu relaksan otot nodepolarisasi digunakan sebagai pengganti suksinilkolin

    karena pengaruh suksinilkolin pada tekanan intraokular. Sebagian besar pasien dengan

    cedera bola mata terbuka memiliki perut yang penuh dan memerlukan tekhnik induksi

    sekuens-cepat.1

    2.6.3 Pengawasan Dan Pemeliharaan

    Operasi mata memerlukan posisi anestesiolog jauh dari jalan napas pasien, yang

    membuat penggunaan pulse oxymetry merupakan suatu kewajiban bagi semua prosedur

    oftalmologis. Pengawasan berkelanjutan akan diskoneksi sirkuit pernapasan atau

    ekstubasi secara tidak sengaja juga penting. Kemungkinan penekukan dan obstruksi tuba

    endotrakhea dapat diminimalisir dengan menggunakan tuba endotrakhea yang diperkuat

    atau sudut-kanan. Kemungkinan disritmia yang disebabkan refleks okulokardiak

    meningkatkan tuntutan pengawasan elektrokardiograf secara konstan. Berkebalikan

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    21/31

    dengan sebagian besar pembedahan pediatrik, temperatur tubuh bayi sering naik selama

    pembedahan mata karena pembungkusan dari kepala hingga ujung kaki dan paparan

    permukaan tubuh yang tidak signifikan. Analisis CO2 end-tidal membantu membedakan

    peningkatan ini dari hipertermia maligna.1

    Nyeri dan stres yang diakibatkan pembedahan mata adalah kurang dibanding

    prosedur intra abdomen mayor. Tingkat anestesia yang lebih dangkal akan memuaskan

    jika saja konsekuensi dari gerakan pasien tidaklah begitu berbahaya. Kurangnya

    stimulasi kardiovaskular yang merupakan bagian semua prosedur mata dikombinasikan

    dengan kebutuhan akan kedalaman anestesia yang adekuat dapat menghasilkan hipotensi

    pada individu usia lanjut. Masalah ini biasa dihindari dengan memastikan hidrasi

    intravena yang adekuat, pemberian efedrin dosis kecil (2-5 mg), atau memberikan

    paralisis intraoperatif dengan relaksan otot nondepolarisasi. Pilihan terakhir ini

    memungkinkan pemeliharaan tingkat anestesia yang lebih dangkal.1

    Emesis yang disebabkan oleh stimulasi vagus merupakan masalah postoperatif yang

    sering terjadi, terutama setelah operasi strabismus. Efek Valsava dan peningkatan

    tekanan vena sentral yang menyertai muntah dapat berakibat buruk bagi hasil operasi

    dan meningkatkan risiko aspirasi. Pemberian metoklopramid intravena intraoperatif (10

    mg pada dewasa) atau droperidol dosis kecil (20 g/kg) dapat terbukti bermanfaat.

    Karena biayanya, ondansetron biasa dicadangkan untuk pasien dengan riwayat mual

    muntah postoperatif.1

    2.6.4 Ekstubasi Dan Pengembalian Kesadaran

    Walaupun materi jahitan dan tekhnik penutupan luka modern mengurangi risiko

    robek luka postoperatif, pengembalian kesadaran yang mulus dari anestesia umum

    masihlah diharapkan. Batuk pada penyingkiran tuba endotrakhea dapat dicegah dengan

    mengekstubasi pasien selama tingkat anestesia menengah.1,4 Ketika akhir prosedur

    bedah mendekat, relaksasi otot dipertahankan dan respirasi spontan dikembalikan. Agen-

    agen anestetik dapat diteruskan selama pembersihan jalan napas. NO kemudian

    dihentikan, dan lidokain intravena (1.5 mg/kg) dapat diberikan untuk menumpulkan

    refleks batuk secara sementara. Ekstubasi diteruskan 1-2 menit setelah lidokain dan

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    22/31

    selama respirasi spontan pada oksigen 100%. Kontrol jalan napas yang tepat adalah

    penting hingga refleks batuk dan menelan pasien kembali. Jelas, tekhnik ini tidak cocok

    bagi pasien yang berisiko tinggi untuk aspirasi.1

    Nyeri postoperatif yang berat adalah tidak lazim dijumpai setelah pembedahan

    mata. Prosedur-prosedur scleral buckling, enukleasi, dan perbaikan bola mata yang

    robek adalah operasi-operasi yang paling menimbulkan nyeri. Narkotik intravena dosis

    kecil (seperti 15-25 mg meperidin bagi dewasa) biasanya cukup. Nyeri yang berat dapat

    merupakan tanda hipertensi intraokular, abrasi kornea, atau komplikasi bedah lainnya.1

    2.7 ANESTESIA REGIONAL UNTUK OPERASI MATA

    Anestesia regional untuk operasi mata telah secara tradisional terdiri atas blok

    retrobulbar, blok saraf facialis, dan sedasi intravena. Walaupun kurang invasif dibanding

    anestesia umum dengan intubasi endotrakhea dan kurang mungkin untuk berhubungan

    dengan nausea postoperatif, anestesia tidaklah tanpa komplikasi potensial. Selain itu,

    blok ini dapat tidak menyediakan akinesia atau analgesia yang adekuat pada mata, atau

    pasien dapat tidak mampu berbaring tanpa bergerak selama durasi operasi. Untuk

    alasan-alasan ini, peralatan dan personel yang diperlukan untuk menangani komplikasi

    anestesia lokal dan untuk menginduksi anestesia umum harus selalu tersedia. Pada satu

    waktu, istilah siap sedia-lokal mendeskripsikan peran anestesiolog dalam kasus-kasus

    ini. Istilah ini sekarang digantikan oleh perawatan anestesia termonitor, karena

    anestesiolog harus secara berkelanjutan mengawasi pasien selama operasi dan tidak

    hanya berdiri di samping pasien.1

    2.7.1 Blokade Retrobulbar

    Dalam tekhnik ini, anestetik lokal diinjeksikan di belakang mata ke dalam

    kerucut yang dibentuk oleh otot-otot ekstraokular. Suatu jarung ujung tumpul gauge 25

    menembus kelopak mata bawah pada persambungan pertengahan dan sepertiga lateral

    orbita (biasanya 0.5 cm medial terhadap kanthus lateral). Pasien diinstruksikan untuk

    memandang ke supranasal ketika jarum dimajukan 3.5 cm menuju apex kerucut otot-

    otot. Setelah aspirasi untuk mencegah injeksi intravaskular, 2-5 mL anestetik lokal

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    23/31

    diinjeksikan dan jarum disingkirkan. Pilihan anestetik lokal bervariasi, namun lidokain

    dan bupivakain merupakan yang paling lazim digunakan.1,4 Hialuronidase, suatu

    hidrolizer polisakarida jaringan ikat, sering ditambahkan untuk menambah penyebaran

    anestetik lokal retrobulbar. Suatu blok retrobulbar yang sukses disertai oleh anestesia,

    akinesia, dan lenyapnya refleks okulosefalik (yaitu mata yang terblok tidak bergerak

    selama penggelengan kepala).1

    Komplikasi injeksi anestetik lokal retrobular antara lain adalah pendarahan

    retrobulbar, perforasi bola mata (terutama pada mata dengan panjang aksial lebih dari 26

    mm), atropi saraf optik, konvulsi yang jelas, refleks okulokardiak, edema pulmonar

    neurogenik akut, blok saraf trigeminal, dan henti napas.1,4 Injeksi paksa anestetik lokal

    ke dalam arteri oftalmikus menyebabkan aliran balik ke otak dan dapat menyebabkan

    seizure spontan. Sindrom apneu post-retrobulbar mungkin dikarenakan injeksi anestetik

    lokal ke dalam selubung saraf optik, dengan penyebaran ke dalam cairan serebrospinal.

    Sistem saraf pusat terpapar terhadap anestetik lokal konsentrasi tinggi, yang

    menyebabkan kecemasan dan ketidaksadaran. Apneu terjadi dalam 20 menit dan

    beresolusi dalam satu jam. Sementara itu, terapi bersifat suportif, dengan ventilasi

    tekanan positif untuk mencegah hipoksia, bradikardia, dan henti jantung. Ventilasi yang

    adekuat harus diawasi secara berkelanjutan pada para pasien yang telah menerima

    anestesia retrobulbar.1

    Injeksi retrobulbar biasanya tidak dilakukan pada pasien dengan kelainan

    pendarahan (karena risiko pendarahan retrobulbar), miopia yang sangat berat (bola mata

    yang lebih panjang meningkatkan risiko perforasi), atau cedera mata terbuka (tekanan

    dari cairan yang diinjeksikan di belakang mata dapat menyebabkan ekstrusi isi

    intraokular melalui luka).1

    2.7.2 Blok Saraf Facialis

    Suatu blok saraf facialis mencegah penyempitan kelopak mata selama operasi

    dan memungkinkan penempatan spekulum kelopak mata. Terdapat beberapa tekhnik

    blok saraf facialis: van Lint, Atkinson, dan OBrien. Komplikasi utama dari blok-blok

    ini adalah pendarahan subkutan. Prosedur lain, tekhnik Nadbath, menyekat saraf facialis

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    24/31

    ketika ia keluar dari foramen stilomastoid di bawah kanalis auditorius eksternus,

    berdekatan dengan saraf vagus dan glossofaringeus. Blok ini tidak direkomendasikan

    karena ia telah dikaitkan dengan paralisis korda vokalis, laringospasme, disfagia, dan

    distres respiratorik.1

    2.7.3 Teknik-Teknik Regional Yang Kurang Invasif

    Pada beberapa tahun terakhir, tekhnik-tekhnik regional yang kurang traumatik

    untuk pembedahan bilik depan dan glaukoma telah berevolusi. Alternatif yang ada

    antara lain adalah anestesia peribulbar melalui injeksi anestetik lokal bervolume kecil

    (seperti 0.5 mL) ke dalam kuadran superior subkonjungtiva menunju ruangan sub

    Tenon. Ini dapat diselesaikan dengan penggunaan jarum kecil gauge 27 atau kanula

    lengkung tumpul, penggunaan kanula menghindari risiko perforasi bola mata. Tekhnik

    yang lebih baru lagi mengeliminasi injeksi anestetik sama sekali. Setelah pemberian

    tetes anestetik lokal (0.5% proximetakain klorhidrat) yang diulangi pada interval 5 menit

    untuk 5 kali pemberian, suatu gel anestetik (lidokain klorhidrat plus 2% metilselulosa)

    diapuskan ke sakus konjungtiva superior dan inferior. Tekhnik-tekhnik yang lebih baru

    dan kurang invasif ini tidaklah tepat untuk operasi bilik posterior (seperti perbaikan

    perlepasan retina dengan buckle) dan paling baik digunakan untuk ahli bedah dengan

    tekhnik yang cepat namun lembut.1

    2.7.4 Sedasi Intravena

    Beberapa tekhnik sedasi intravena tersedia untuk operasi mata. Obat yang

    digunakan adalah kurang penting daripada dosisnya. Sedasi dalam harus dihindari

    karena ia meningkatkan risiko apneu dan gerakan tak sadar pasien selama operasi. Di

    sisi lain, blok retrobulbar dan saraf facialis dapat relatif tidak nyaman bagi pasien.

    Sebagai kompromi, beberapa anestesiolog memberikan suatu dosis kecil barbiturat kerja

    singkat (seperti 10-20 mg metoheksital atau 25-75 mg thiopental) untuk menghasilkan

    episode singkat ketidaksadaran selama blok regional. Sebagai alternatif, suatu bolus

    kecil alfentanil (375-500 g) memungkinkan suatu periode singkat analgesia yang kuat.

    Anestesiolog lain, yang percaya bahwa risiko henti napas dan aspirasi tidak dapat

    diterima, membatasi dosis mereka untuk menghasilkan relaksasi minimal dan amnesia.1

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    25/31

    Midazolam (1-3 mg) dengan atau tanpa fentanil (12.5-25 g) merupakan regimen yang

    lazim.1,4 Dosis cukup bervariasi antar pasien dan harus diberikan dalam peningkatan-

    peningkatan kecil. Tanpa tergantung tekhnik yang digunakan, ventilasi dan oksigenasi

    harus terus dimonitor (lebih disukai melalui pulse oxymetry), dan peralatan untuk

    menyediakan ventilasi tekanan positif harus segera tersedia.1

    2.8 KEADAAN SPESIFIK KLINIK DAN KOMPLIKASI

    2.8.1 Injeksi Gas Intravitreal

    Pada oftamologi terkadang menginjeksikan sejumlah kecil gas ke dalam rongga

    vitreal selama pembedahan retina. Tujuannya untuk membentuk gelembung penyangga

    yang stabil yang mempertahankan retina pada tempatnya. Gas yang umum digunakan

    seperti sulfur hexafluoride (SF6) dan karbon oktofluorin (C3F8) adalah gas inert, tidak

    larut dalam air dan kurang dapat berdifusi. Nitrous oksida 117 kali lebih larut dibanding

    SF6 dan dengan cepat memasuki gelembung gas. Bila pemberian N2O berlanjut setelah

    injeksi gas ke dalam rongga vitreus, gelembung gas yang diijeksikan meningkat cepat

    sampai 3 kali semula, yang menyebabkan TIO meningkat dari 14-30 mmHg. Dalam 18

    menit penghentian N2O, bagaimanapun baik ukuran gelembung maupuan TIO akan

    menurun (dari 29 ke 12 mmHg). N2O haru dihindari pada pasien yang menjalani

    anestesi umum selama injeksi gas intravitreus 3-4 minggu.3,4 Pemaparan kedua N2O

    dapat menyebabkan perluasan gelembung dan peningkatan TIO dengan akibat oklusi

    arteri retina dan hilangnya pandangan. Peristiwa ini cenderung terjadi pada hipotensi

    selama anestesi umum. Oleh karena itu, pasien dengan gelembung gas intravitreal

    memiliki resiko kerusakan okular selama perjalanan udara.3

    2.8.2 Cedera Mata Penetrasi

    Manajemen anestesi emergensi untuk pasien dengan cedera mata terbuka dan

    perut memerlukan pengaturan kebutuhan untuk mencegah aspirasi isi lambung dengan

    pencegahan peningkatan TIO tiba-tiba yang dapat menyebabkan kerusakan mata lebih

    lanjut dan hilangnya penglihatan.5 Bila perlu pemberian awal antagonis reseptor H2

    seperi metoklopropamid (0,15 mg/Kg iv) akan menurunkan volume lambung dan

    memberikan perlindungan.3

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    26/31

    Sebelum rangkaian induksi cepat anestesi, beberapa peringatan harus diambil

    untuk mencegah respon kardiovaskular dan TIO terhadap laringoskopi dan intubasi

    trakea. Pemberian intravena lidokain (1,5 mg/Kg) dan remifentanil (0,7g/Kg) 3-5 menit

    sebelum induksi dapat membantu meringankan peningkatan TIO setelah intubasi trakea.

    Obat yang memblok reseptor -adrenergik seperti labetalol (0,05-0,10 mg/Kg iv) juga

    dapat berguna untuk memblok respon kardiovaskular terhadap intubasi trakea,

    khususnya pada pasien dengan angina atau hipertensi.3

    Dosis thiopental (6 mg/Kg iv) atau popofol (3,0 mg/Kg iv) akan menjamin

    kecukupan dalamnya anestesi selama intubasi trakea. Keefektifan penggunaan teknik

    suksinilkholin pra tatalaksana pada kasus ini masih kontroversial. Walaupun TIO dapat

    meningkat dengan metode ini, belum ada laporan yang menggambarkan kerusakan mata

    lanjut setelah rangkaian induksi cepat anestesi dengan d-tubokurarin, thiopental, dan

    suksinilkholin.3

    Selama anestesi umum untuk pembedahan mata terbuka, dalamnya anestesi

    harus memadai untuk menjamin kurangnya gerakan atau batuk. Dapat dianjurkan untuk

    menggunakan blok neuromuskular nondepolarisasi untuk mencegah batuk yang

    disebabkan oleh rangsangan karina.3

    2.8.3 Cedera Mata Anak

    Manajemen anestesi mata pada anak-anak melibatkan pertimbangan khusus.

    Trauma mata anak juga dapat disertai cedera kranial. Bila pemberian narkotik

    diperlukan untuk mengontrol nyeri, antiemetik juga harus diberikan. Anestesi mata

    regional tidak sesuai pada pasien dengan trauma mata, usia muda, dan tidak kooperatif.

    Intubasi endotrakeal dapat meningkatkan TIO, menyulitkan pada kelompok usia ini, dan

    oleh karena itu harus dihindari pada cedera mata pediatrik terbuka.3

    Bila pasien baru saja makan, risiko aspirasi isi gaster dapat dikurangi dengan

    menunda kasus ini beberapa jam. Bagaimanapun, menunggu masih tidak menjamin

    bahwa perut akan menjadi kosong. Perhatian lanjut meliputi pemberian

    metoklopropamid dan antagonis reseptor H2 sebagaimana pada orang dewasa.3

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    27/31

    Perut harus didekompresi selama pembedahan dan pasien di extubasi saat

    bangun, dengan perlindungan reflek saluran napas yang utuh. Untuk toleransi ETT dan

    mengurangi perlawanan pada pasien yang bangun, narkotik dapat diberikan 10-20 menit

    sebelum akhir pembedahan dan lidokain (1,5 mg/Kg) diberikan intravena 5 menit

    sebelum ekstubasi trakea.3

    2.8.4 Retinopati Prematuritas

    ROP adalah proliferasi abnormal sel mesenkim primitive yang tidak

    berdiferensisasi di retina. Sel-sel ini membentuk jembatan arteriovascular, dan

    proliferasi dapat menyebabkan penarikan dan pelepasan retina denagan kebutaan.3

    Bayi dengan ROP juga sering memiliki riwayat immaturitas umum, apnu, bradikardi,

    jaundice, PDA, dysplasia intraventrikular, hipoksia, dan gangguan perkembangan.3

    Manejemen anestesi memerlukan perhatian pada pemeliharaan suhu normal

    dengan penggunaan sistem udara hangat, lampu pemanas atas kepala, peningkatan

    temperature ruang operasi, dan pengawasan tempertur. Manejemen cairan intravena

    secara tepat, termasuk pengawasan kadar glukosa serum adalah penting. Tekanan

    oksigen kapiler harus dijaga antara 35-40 mmHg dan tekanan oksigen arteri dipelihara

    sekitar 70 mmHg pada bayi prematur.3

    2.8.5 Elektroretinografi

    Halothan, isofluran, dan enfluran dapat mempengaruhi potensial bangkitan visual

    (VEPs). Halothan dan isofluran menurunkan amplitudo dan meningkatkan tetapnya

    VEPs. Konsentrasi 0,9% atau lebih tinggi isofluran dapat memperpanjang tetapnya

    VEPs. Walaupun beberapa penelitian menyatakan bahwa hubungan ini tergantung

    dosis.3

    Ketamin, derivat phencyclidine adalah sesuatu anestetik yang unik karena

    meningkatkan aktivitas elektrik otak. Peningkatan aktivitas ini dapat mengubah

    amplitudo VEPs dan membiaskan kesimpulan tes. Ketamin telah digunakan untuk

    anestesia pada kelinci tanpa mempengaruhi respon elektroretinografi.

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    28/31

    2.8.6 Strabismus

    Tiga masalah yang berhubungan dengan strabismus meliputi: kemungkinan

    peningkatan resiko hipertemia maligna, tingginya insiden mual dan muntah

    postoperative. Resiko hipertermia maligna dapat dikurangi dengan menghindari

    suksinikholin dan halothan. Lebih lanjut, karena suksinilkolin meningkatkan tonus otot

    ekstraokular untuk menjamin episode hipertermia maligna cepat terdeteksi, suhu tubuh,

    EKG, dan khususnya konsentrasi tidal akhir CO2 harus dimonitor dengan hati-hati

    selama anestessi umum pada pasien dengan strabismus. Mual muntah postoperative

    persisten menghambat pemulihan dan bahkan memerlukan pengawasan ketat. Banyak

    obat telah digunakan untuk mengontrol mual dan muntah pada pasien ini juga tanpa

    memperpanjang masa penyembuhan. Droperidol (75g/Kg iv ) berhasil mengurangi

    insuden mual dan muntah sampai 16%-22% tanpa meningkatkan waktu pemulihan (4,6

    jam). Pemberian intravena lidokain (1,5 mg/Kg) sebelum intubasi trakea juga

    menurunkan insiden mual muntah sampai 16-20%.3

    Weir dan rekan-rekan telah menunjukkan pengurangan signifikan insiden dan

    frekuensi muntah dalam 24 jam pertama setelah pembedahan strabismus dengan

    menggunakan teknik infus propofol dan N2O.3Sebagai tambahan pada manejemen

    pediatrik terkait praktik biasa, penggunaan tindakan berikut untuk menurunkan insiden

    mual muntah setelah pembedahan strabismus harus dipertimbangkan:

    Penggunaan minimal opioid untuk mengurangi nyeri

    Penggunaan propofol dan anestetik volatil potent untuk memelihara anestesi umum

    kurangi atau hindari penggunaan N2O

    Pemberian antagonis serotonin 5-HT3 seperti ondansetron (0,1 mg/Kg iv) selama

    anestesi

    Penggunaan dexamethason (0,15 mg/Kg iv)

    Pemasangan dan pelepasan pipa orogastrik untuk dekompresi perut setelah induksi

    anestesi

    Pemeliharaan hidrasi adekuat dengan krstaloid iv

    Penggunaan lidokain dekat otot ekstraokular selama pembedahan untuk mengurangi

    impuls afferent dan nyeri postoperative.

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    29/31

    2.8.7 Sindrom Kongenital Patologi Mata

    Sindrom kongenital dimana abnormalitas mata adalah satu-satunya manifestasi

    gangguan multisystem menyebabkan masalah seluruh manejemen anestesi umum.3

    Pasien dengan homocystiuria, suatu gangguan kongenital metabolisme asam amino yang

    jarang dapat disertai dengan sublixasi dan lensa atau glaukoma. Pasien ini rentan

    terhadap komplikasi tromboemboli selama anestesi umum. Manejemen anestesi yang

    aman memerlukan pratatalaksana dengan asam asetilsalisilat dan dipiridamole, hidrasi

    adekuat dengan glukosa atau dekstran berat molekul rendah, dan pemeliharaan tekanan

    darah arteri yang baik dan vasodilatasi perifer.3

    Pasien dengan abnormalitas kraniofasial, seperti pada Crouzon disease, Alport

    syndrome, or Kneist syndrome dapat menderita myopia, lepasnya retina, exopthalmus,

    atau glaukoma. Trakea dapat sulit diintubasi pada pasien ini.3

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    30/31

    BAB III

    KESIMPULAN

    Mata dapat dianggap sebagai bola hampa dengan dinding yang kaku. Jika isi dari

    bola mata meningkat, tekanan intraokuler ( normal 12 20 mmHg) akan naik.

    Pemberian anestesi merubah parameter ini dan dapat menpengaruhi tekanan intraokuler

    seperti laryngoscopy, intubasi, sumbatan jalan napas, batuk, posisi trendelenburg).

    Banyak obat-obat anestesi memiliki pengaruh terhadap peningkatan tekanan intraokular.

    Anestesi inhalasi menurunkan tekanan intraokuler yang proporsional sesuai dalamnya

    anestesi. Anestesi intravena juga dapat menurunkan tekanan intraokuler. Mungkin

    pengecualian adalah ketamin, yang dapat menaikkan tekanan darah arteri dan tidak

    menyebabkan relaksasi otot ekstraokuler.

    Pilihan antara anestesi umum dan lokal harus dibuat secara bersama-sama oleh

    pasien, anestesiolog, dan ahli bedah. Anestesia umum diindikasikan pada pasien yang

    tidak kooperatif, karena bahkan gerakan kepala yang sedikit dapat memberikan hasil

    yang terbukti berbahaya selama pembedahan mikro. Pilihan tekhnik induksi untuk

    operasi mata biasa lebih tergantung pada masalah-masalah medis pasien dibanding pada

    penyakit mata pasien atau jenis operasi yang direncanakan. Kunci untuk induksi

    anestesia pada pasien dengan cedera mata terbuka adalah kontrol tekanan intraokular

    dengan induksi yang mulus.

    Masalah-masalah penting seperti regulasi tekanan intraokular, dengan

    memperhatikan efek obat-obat anestesi pada tekanan intraokular, refleks okulokardiak,

    dengan penggunaan obat-obat antikolinergik yang termasuk dalam prosedur manajemen

    penanganan refleks okulokardiak, pencegahan ekspansi gas intraokular, dengan

    menghentikan penggunaan nitrous oksida 15 menit sebelumnya, sebagai upaya

    pencegahan, pencegahan efek-efek sistemik pada bola mata dengan penggunaan agen-

    agen anestesi dengan tepat dan benar, ketepatan dalam penggunaan anestesi umum atau

    regional pada operasi mata, serta penanganan dini keadaan spesifik dan komplikasi pada

    operasi mata merupakan problem-problem fundamental klinis yang perlu diwaspadai

    dan dilakukan upaya pencegahan dini.

  • 8/11/2019 Anestesi Pada Operasi Mata RICKY WS

    31/31

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. Clinical Anaesthesiology, 4th ed,

    New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2006

    2.

    Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Clinical Anaesthesia, 5th ed.Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins ; 2006

    3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. h:1-12.

    4. Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Airlangga, Surabaya,

    1984. h:1-8.

    5. Vaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit

    Widya Medika.