antibiotik tetrasiklin

34
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA 2.1 Sejarah 2.2 Penegrtian 2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional 2.4 Pembuatan Antibiotika 2.5 Mekanisme Kerja 2.6 Penggolongan Antibiotika BAB III PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN 3.1 Sejarah 3.2.Struktur Molekul Tetrasiklin 3.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin 3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin 3.5 Sintesa Tetrasiklin 3.6 Efek samping Tetrasiklin 3.7 Hasil Analisis Jurnal 3.8 Manfaat Tetrasiklin Untuk penyakit

description

ggggggggggggg

Transcript of antibiotik tetrasiklin

Page 1: antibiotik tetrasiklin

DAFTAR ISIKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

1.2  Rumusan Masalah

1.3  Tujuan

BAB II PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA2.1 Sejarah2.2 Penegrtian2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional2.4 Pembuatan Antibiotika2.5 Mekanisme Kerja2.6 Penggolongan AntibiotikaBAB III PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN

3.1 Sejarah

3.2.Struktur Molekul Tetrasiklin

3.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin

3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin

3.5 Sintesa Tetrasiklin

3.6 Efek samping Tetrasiklin

3.7 Hasil Analisis Jurnal3.8  Manfaat Tetrasiklin Untuk penyakit

BAB IV PENUTUP

4.1  Saran

4.2  Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Page 2: antibiotik tetrasiklin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pada saat ini  banyak macam  antibiotik  tersedia di pasaran . Begitu banyak  macamnya 

sehingga kadang-kadang  membingungkan bagi dokter  yang ingin menggunakannya. Apalagi

dengan adanya ” tekanan  promosi ” yang sangat gencar, tidak jarang merangsang  pemakaian 

antibiotik yang menjurus ke arah  ketidakrasionalan .

Walaupun diagnosa  mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada  sebagian kecil kasus

penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis pemakaian antibiotik  yang rasional kita

harus tetap berfikir secara mikrobiologik. Kalau kita menghadapi suatu penyakit  infeksi dengan

berbagai macam  simtomnya  harus kita bayangkan  kira-kira kuman apa yang menyebabkannya

gram positif atau gram negatif, ataukah  anaerob/dan terhadap antibiotika yang mana kuman

tersebut diperkirakan masih sensitif .

Page 3: antibiotik tetrasiklin

Anggapan  bahwa antibiotik  yang lebih baru  dan lebih  mahal mujarab dari antibiotika 

yang sudah lama digunakan  merupakan anggapan  yang salah . Justru banyak antibiotika  yang

baru menpunyai spesifikasi tertentu  sehingga  bila  tidak dipergunakan sesuai dengan

spesifikasinya maka khasiatnya  tidak seperti  yang diharapkan .

1.2  Rumusan Masalah

1. Sejarah antibiotika?

2. Apa yang dimaksud dengan antibiotika?

3. Prinsip dasar penggunaan antibiotika rasional?

4. Bagaimana cara pembuatan antibiotika?

5. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotika?

6. Pengelompokan jenis antibiotika?

7. Antibiotika tetrasiklin?

1.3  Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.

2. Untuk mengetahui tentang cara pembuatan obat antibotika pada umumnya dan golongan

Tetrasiklin secara khusus.

3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Medisinal

Page 4: antibiotik tetrasiklin

BAB II

PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA

2.1 Sejarah

Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming,

seorang ahli mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an, penisilin mulai diresepkan untuk

mengobati penyakit-penyakit infeksi. Sebelum antibiotik ditemukan, banyak infeksi yang tidak

bisa disembuhkan dan menyebabkan kematian. Namun sejak penisilin ditemukan, jutaan

penderita infeksi di seluruh dunia, bisa diselamatkan nyawanya. Begitu hebatnya antibiotik,

sehingga sejak tahun 1944 – 1972, rata-rata harapan hidup manusia meningkat delapan tahun.

Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang

dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh bakteri

lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup.  Antibiotik  adalah zat yang dihasilkan oleh

mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroba

lain.

Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap antibiotik.

Tahun 1950-an, telah muncul jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan dengan penisilin.

Untungnya, para ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian.  Untuk sementara waktu, dunia

masih boleh bergembira karena para ilmuwan berhasil menemukan antibiotik - antibiotik baru.

Antara tahun 1950-1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum mengkhawatirkan,

karena penemuan antibiotik baru masih bisa membasminya. Namun sejak akhir 1960-an, tidak

Page 5: antibiotik tetrasiklin

ada lagi penemuan baru yang bisa diandalkan. Baru pada tahun 1999, ilmuwan berhasil

mengembangkan antibiotik baru. Itu pun harus adu cepat dengan semakin banyaknya bakteri-

bakteri super yang kebal antibiotik.

Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh

kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine,

antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya.

Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan

setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada

antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya

lebih luas.  Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik

mencapai lokasi tersebut.

Antibiotik oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotik intravena

(melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat digunakan

setempat, seperti tetes mata dan salep. 3

Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928.  Menurut Selman

Waksman, antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme, dalam larutan

encer mereka mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba

lain.

Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteri-ostatik yang dihasilkan jamur

Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu penisilin dikenal dan diketahui dapat

diproduksi oleh berbaga jamur. Namun karena kurang stabil terutamabio-aktivitasnya akan

hilang bila diuapkan sampai kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939,

Florey dan kawan-kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan penggunaan

penisilin Fleming untuk terapi. Tahun 1940, Chain dan kawan-kawan juga melakukan penelitian

penisilin, mereka membiakkan organisme Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada

temperatur rendah; akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000 kali, serta dapat

menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang mempunyai stabilitas baik terutama

bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan besar dalam perkembangan produksi antibiotik

terutama penisilin dan merupakan tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi.

Page 6: antibiotik tetrasiklin

Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research New York.

Dubos menemukan antibiotik komplek tyrothricin yang diproduksi oleh bakteri tanah Baccilus

brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff menemukan aktinomisin yang diperoleh

dari biakan aktinomisetes. Pada tahun 1944 Selman Waksman menemukan streptomisin yang

merupakan salah satu antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota dari aktinomisetes.

Streptomisin merupakan anti tuberkulosis yang mujarab.perkembangan ini merangsang

penelitian lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha mencari mikroorganisme

penghasil antibiotik. Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi gudang utama untuk

memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga penelitian dilakukan pencarian antibiotik dari

berbagai tipe mikroorganisme terutama aktinomisetes dan telah berhasil mendapatkan antibiotik

baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus, diikuti

khloramfenikol oleh Strepto-myces venezuelae dan polimiksin oleh B. polymyxa pada tahun

1947, khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada tahun 1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun

1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces.

Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan streptomyces.

Semua ini merupakan antibiotik yang sangat penting dan sampai saat ini masih diperhitungkan

sebagai salah satu antibiotik untuk melawan infeksi.

Pada tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan

dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti mikoplasmal, anti

spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk penggunaan non-medis.

Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai muncul dan telah

berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal

untuk menggantikan antibiotik yang sudah ada.

2.2 Pengertian

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek

menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses

infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit

infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi

terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan menekan atau

memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.

Page 7: antibiotik tetrasiklin

2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional

         Tepat  indikasi

         Tepat  penderita

         Tepat pemilihan jenis antibiotika

         Tepat dosis

         Efek samping minima

         Bila di perlukan  : Kombinasi yang tepat

         Ekonomik

Ada beberapa hal penting  mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita memilih

dan menggunakannya yaitu:

1. Sifat aktifitasnya

2. Spektrum

3. Mekanisme kerja

4. Pola resistensi

5. Efek samping

Di samping itu perlu diperhatikan  pengalaman-pengalaman  klinik sebelumnya.

1.    Sifat aktifitasnya

         Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat metabolisme

kuman

         Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel

         Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan  pertahanan  tubuh penderita kurang     baik

maka sebaiknya  dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.

         Pengetahuan  tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin menggabung  antibiotika.

Pemakaian gabungan antibiotika yang bersifat bakteriostatik bersama  antibiotika  yang 

bakteriosidik akan mengurangi  khasiat antibiotika bakteriosidik . Hal ini disebabkan karena

antibiotika yang bersifat bakteriosidik umumnya khasiatnya  baik  bila kuman  tersebut

membelah  dengan cepat, sedangkan  antibiotik yang   bersifat bakteriostatik  akan

Page 8: antibiotik tetrasiklin

menyebabkan  pembelahan  kuman yang menurun  sehingga akan  menghambat khasiat

antibiotika yang bersifat bakteriosidik.

2.   Spektrum antibiotika

         Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh  kelompok kuman tertentu

         Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram negatif

         Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang menyebabkan infeksi

sudah diperkirakan  atau dipastikan. Sedangkan bila jenis kuman tidak dapat dipastikan maka

dipakai antibiotika spektrum luas.

3. Mekanisme kerja antibiotika

Antibiotika yang menghambat  metabolisme sel kuman

Contoh : Sulfonamid

Trimetophrim

Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman

Contoh : Penicillin

Sefalosporin

Antibiotik yang mengganggu keutuhan  membran  sel kuman

Contoh : Polimiksin

Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman

Contoh : Aminoglikosid

Makrolid

Tetrasiklin

Kloramfenikol

Page 9: antibiotik tetrasiklin

Antibiotik yang  menghambat sintesa  asam nuleat kuman

Contoh : Rifampisin

Kuinolon

4.  Pola Resistensi

Dalam pemakaian  antibiotika  perlu diperhatikan  pola resistensi kuman setempat,

misalnya : Campylobacter jejuni di  Indonesia  masih sensitif terhadap siprofloksasin  tetapi di

Thailand banyak resisten terhadap  Siprofloksasin  karena di sana  Siprofloksasin banyak di

pakai untuk  terapi STD.

5.  Efek Samping

Ada 3 macam efek samping  yaitu

-    reaksi alergi

-    reaksi idiosikratik

-    dan reaksi  toksik.

Contoh dari reaksi idiosinkratik adalah pemakaian  Primaquin  dapat merangsang 

terjadinya anemia hemolitik berat pada individu-individu tertentu. (Blackwater fever)

Contoh reaksitoksik adalah gangguan  pertumbuhan  gigi akibat pemakaian tetrasiklin.

2.4  Pembuatan Antibiotika

Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro

organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan

pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur sehingga

produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan

ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini,

melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol

Page 10: antibiotik tetrasiklin

Aktivitas Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna

pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B basitrasin, atau

karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.

2.5  Mekanisme Kerja

Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau

membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan

selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein

dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan

tetrasiklin.

Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi tambahan

guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin erithomisin

atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan

jumlah makanan lebih sedikit.

2.6  Penggolongan Antibiotika

Antibiotika  dapat dibagi menjadi beberapa kelompok utama yaitu :

1. Golongan betalaktam

2. Golongan Aminoglikosida

3. Golongan  Sulfonamid

4. Golongan  Tetrasiklin dan Chloramphenicol

5. Golongan Makrolid

6. Golongan Metronidazol

7. Golongan Rifampisin

8. Golongan Linkosamid

9. Golongan Kuinolon

Page 11: antibiotik tetrasiklin

BAB III

ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN

3.1    Sejarah

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang

dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan

dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan

tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces

aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri

dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies

Streptomyces lain.

P protection for its fermentation and production was also first issued in 1950.Pada tahun

1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur kimia Terramycin, nama merek

untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga

pertama kali diterbitkan pada tahun 1950. A research team of seven scientists at , in collaboration

with Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery .

Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("-

cycl-") derivasi ("-ine“) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka

octahydrotetracene-2-karboksamida.

3.2. Struktur Molekul Tetrasiklin

Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin mempunyai kerangka dasar karbon

dari naftasen C-18 yang terhidrogenasi secara parsial, oleh karena itu disebut juga kerangka

hidronaftasen. Beberapa senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin tercantum pada gambar

berikut.

Page 12: antibiotik tetrasiklin

Struktur kimia golongan tetrasiklin

R1 R2 R3 R4 Nama senyawa

H H H H 6-Deoksi-6-dimetiltetrasiklin

H OH H H 6-dimetiltetrasiklin

H OH CH3 H Tetrasiklin (akromisin)

Cl OH H H 7-kloro-6- dimetiltetrasiklin

H OH CH3 OH 5-hidroksitetrasiklin (oksi-tetrasiklin, teramisin)

Cl OH CH3 H 7-klorotetrasiklin (klor-tetrasiklin, aureomisin)

Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina,

reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut

dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering,

bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan

tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.

Di antara senyawa-senyawa tetrasiklin tersebut di atas, yang termasuk tetrasiklin alam ialah

tetrasiklin atau akromisin, oksitetrasiklin atau teramisin dan klortetrasiklin atau auromisin.

Sedangkan 6-dimetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-dimetiltetrasiklin kedua-duanya dihasilkan oleh

turunan mikroba yang semula berasal dari Streptomyces Aureus. Kedua senyawa yang terakhir

ini sangat sukar diuraikan baik oleh asam maupun basa, sehingga berguna untuk pengobatan

secara oral.

Page 13: antibiotik tetrasiklin

Dari struktur senyawa-senyawa tetrasiklin seperti tertera pada gambar di atas, terlihat bahwa

perbedaan antara tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin masing-masing terletak pada

adanya atom klor pada C-7 (cincin D) dan gugus hidroksi pada C-4 (cincin A) dari kerangka

hidronaftasen.    

3.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin

       Tetrasiklin adalah senyawa-senyawa yang termasuk golongan poliketida. Percobaan-

percobaan menunjukkan bahwa tertrasiklin berasal dari delapan unit malonil-koenzim A, seperti

ditunjukkan oleh gambar.

       Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar, malonamoil-koenzim A bertindak sebagai inisiator

untuk polimerisasi delapan molekul malonil-koenzim A menghasilkan suatu poliketida-amida

yang linier. Poliketida-amida ini selanjutnya direka menghasilkan tetrasiklin, melalui serentetan

reaksi sederhana dan berlangsung secara bertahap. Melalui rangkaian reaksi ini, dihasilkan

senyawa-senyawa antara yang utama, seperti pret etramid dan 6-metilpretetramid, yang

mengandung semua atom karbon yang diperlukan pada hasil-hasil akhir.

       Tetrasiklin dari deret 6-dimetil, seperti 6-demetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-

deametiltetrasiklin, diturunkan dari pretetramid. Sedangkan, tetrasiklin, deret 7-klorotetrasiklin,

dan deret 5-hidrositetrasiklin diturunkan dari 6-metilpretetramid.

       Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi asetil-KoA membentuk malonil-KoA

dengan enzim asetil-KoA karboksilase. Malonil-KoA kemudian bereaksi dengan 2-

oksosuksinamat menghasilkan malonamoil-KoA. 2-oksosuksinamat merupakan hasil dari

transaminasi asparagin dengan enzim asam okso-asparagin transaminase. Malonamoil-KoA

kemudian dikonversi lebih lanjut menjadi 4-hidroksi-6-metilpretetramida melalui 6-

metilpretetramida. Senyawa inilah yang akan diubah menjadi 4-dedimethylamino-4-okso-

anhidrotetrasiklin, yang merupakan intermediat  dalam menghasilkan klorotetrasiklin dan

tetrasiklin.

Page 14: antibiotik tetrasiklin

 3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin

1.      Sifat kimiawi tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau

garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin

bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat

berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin adalah suatu senyawa yang bersifat amfoter sehingga

dapat membentuk garam baik dengan asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin disebabkan oleh

adanya radikal dimetilamino yang terdapat didalam struktur kimia tetrasiklin, sedangkan sifat

asamnya disebabkan oleh adanya radikal hidroksi fenolik.

Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya. Tetrasiklin apabila

bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka akan membentuk kompleks yang

inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu dan obat-obat antasida.

Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini berada

dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan buffer. Dalam larutan

tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung buffer dengan pelarut propylen

glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45˚C. Bila pH lebih tinggi dari

7,5 maka tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun.

2.    Kegunaan Tetrasiklin

Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:

         Hewan Kecil

Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan oleh kuman

gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran pernafasan, perkencingan,

leptospirosis (penyakit manusia  dan hewan dari kuman dan disebabkan

kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena), dan

panleukopenia (penyakit yang menyebabkan jumlah sel darah putih kucing menurun dengan

drastis).

         Hewan besar

Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit pada hewan

besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai spectrum luas. Dalam

Page 15: antibiotik tetrasiklin

kasus lapangan antibiotika ini biasa digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti

metritis, pneumonia, mastitis, enteritis, leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis,

penyakit jembrana dan antraks.

         Untuk babi

Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang usus, paru, dan lain-lain. Dalam

dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan tercampur dalam pakan.

         Untuk unggas

Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas seperti CRD, sinusitis, infeksi

PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan ayam juga ditemukan kadar tetrasiklin dengan dosis

rendah.

         Penggunaan topikal

Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya sediaan

tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan untuk mengobati penyakit mata

seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk mengatasi pink eye.

3.      Mekanisme Kerja Tetrasiklin

Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal ini dilakukan

dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S sehingga t-RNA tidak menempel pada

ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan

juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus sel

mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan keracunan pada individu yang

menerimanya.

Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang

disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk

maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino

pada lokasi asam amino.

a.       Efek Antimikroba

Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya sama), namun

terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu.

Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk

Page 16: antibiotik tetrasiklin

antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis

protein kuman.

b.      Farmakokinetik

         Absorpsi

Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap

lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya

makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi

dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin

dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan

magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan

sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

         Distribusi

Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang

bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar

dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan

tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan

sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin

menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan

dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.

         Ekskresi

Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu.

Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan

tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam

serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi

enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi

dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan

mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.

3.5 Sintesa Tetrasiklin

Page 17: antibiotik tetrasiklin

Struktur molekul senyawa-senyawa tetrasiklin bukanlah tergolong sederhana, oleh karena itu

sintesa tetrasiklin melibatkan berbagai jenis reaksi organik. Kesulitan utama dalam mensintesa

molekul tetrasiklin yaitu terletak pada cincin A. Hal ini dikarenakan pada setiap atom karbon

dari cincin ini mengandung sedikitnya satu subtituen. Disamping itu, tiga dari enam atom karbon

asimetri dalam molekul tetrasiklin yang paling banyak tersubtitusi, seperti oksitetrasiklin

terdapat juga pada cincin A. Sehingga untuk menghasilkan satu isomer optic yang aktif, bebas

dari isomer-isomer lainnya memerlukan pendekatan yang berhati-hati.

Sintesa tetrasiklin dimulai dengan sintesa suatu senyawa antara trisiklik yang sudah

mengandung cincin B, C, dan D dari molekul tetrasiklin dengan menggunakan reaksi Diels

Alder. Sintesa ini diikuti oleh pengubahan-pengubahan terhadap gugus-gugus fungsi

menghasilkan suatu senyawa antara baru, yaitu suatu diendiolon. Dimana senyawa antara

diendiolon ini dapat dimodifikasi unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk cincin A dalam

molekul tetrasiklin.

3.6 Efek samping Tetrasiklin

Efek samping dalam penggunaan tetrasiklin diantaranya yaitu:

1.      Perusakan warna pada gigi

Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus tersebut akan membentuk

ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++ sebagai unsur-unsur pembentuk gigi. Tetrasiklin dapat

mengikat kalsium secara irreversible, kemudian berikatan dengan kristal hidroksiapatit baik di

dentin maupun enamel. Juga, mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau ikatan dengan

kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa orthocalcium

phosphat complex yang tertimbun pada gigi dan menyebabkan perubahan warna pada gigi.

Dentin ditunjukkan sebagai jaringan yang paling sulit untuk berubah warna daripada enamel jika

melalui plasenta.

Page 18: antibiotik tetrasiklin

Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna pada gigi. Faktor-faktor

tersebut antara lain struktur kimia dari senyawa tetrasiklin, dosis yang digunakan, lamanya

pemakaian dan masa pembentukan gigi.

Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat tetrasiklin adalah

pemberian obat dalam masa pembentukan gigi, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Pada

masa pembentukan gigi, struktur gigi yang sedang mengalami kalsifikasi seperti kalsium akan

diikat oleh tetrasiklin secara irreversible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidroksi apatit

dalam struktur gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan menetap pada dentin dan

enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna pada gigi.

2.      Merapuhkan gigi dan melubangi gigi

Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak terbentuk sempurna,

dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi menjadi sulit dibersihkan, dan plak menempel

dengan kuat sehingga gigi mudah berlubang.

3.      Gangguan pencernaan

Gangguan saluran pencernaan merupakan yang sering terjadi. Diantaranya seperti mual,

muntah, diare, nyeri menelan , iritasi kerongkongan. Efek samping yang jarang terjadi termasuk :

kerusakan hati, pankreatitis, gangguan darah, fotosensitif, reaksi hipersensitif (ruam, dermatitis

eksfoliatif, sindrom steven-johnson, urtikaria, angioedema, anafilaksis, carditis). Sakit kepala

dan gangguan penglihatan dapat terjadi dan dapat menjadi penanda peningkatan tekanan dalam

kepala dan segera hentikan pengobatan bila ini terjadi.

3.7 Hasil Analisis Jurnal

Judul : Evaluation of Antibacterial Activity of Tetracycline and Cephalexine Decomposed by

Sunlight

Ada beberapa faktor yang masih belum diketahui mengenai tetrasiklin dan Sefaleksin di

sekitar irak, maka dilakukanlah studi mengenai pengaruh sinar matahari terhadap tetrasiklin dan

sefaleksin. Tetrasiklin dan sefaleksin adalah suatu antibiotik yang sering sekali digunakan dalam

bidang kedokteran untuk mengobati adanya indikasi bakteri. Namun apabila terkena cahaya

Page 19: antibiotik tetrasiklin

matahari maka akan terjadi fotolisis, sehingga akan terdegradasi sebagai akibat dari energi yang

dihasilkan dari penyerapan cahaya matahari. Terdegradasinya senyawa tersebut tergantung

seberapa baik senyawa tersebut menyerap cahaya matahari.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terdegradasinya antibiotik ini adalah frekwensi dan

intensitas tumbukan molekul, konsentrasi, dan pH. Selain itu yang harus diperhatikan adalah

suhu, dan kelembapan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas antibiotik Tetrasiklin dan

Sefaleksin yang terkena sinar matahari kemudian digunakannya untuk melawan E-coli dan

Staphylococcus sp.

Tetrasiklin dan Sefaleksin yang digunakan berasal dari SDI suatu perusahan di irak

sedangkan E-coli dan Staphylococcus sp didapatkan dari rumah sakit Ibin Gazwan. Kapsul

Tetrasiklin dan Sefaleksin dengan berat 250 mg dilarutkan dalam 10 ml air suling kemudian

diberikan perlakuan sinar matahari di siang hari pada bulan April di selatan Irak (suhu sekitar

tiga puluh lima).

Hasil penelitian membuktikan, bahwa  efek dari Sinar matahari UV  mengubah senyawa

antibiotik menjadi jenis spesies berbeda yang tidak diketahui dan menimbulkan banyak

pertanyaan tentang produk yang terbentuk itu.  Apa senyawa ini adalah racun atau bukan.

Daerah hambatan untuk Tetracycline dan Sefaleksin pada spesies klinis Staphylococcus Sp

dan Escherichia coli. Hal ini menujukkan bahwa zona penghambatan senyawa antibiotik yang

terkena sinar matahari lebih kecil dibandingkan kontrol

3.9  Manfaat Tetrasiklin Untuk penyakit

Ini adalah beberapa contoh penyakit yang dapat di obati dengan golongan tetrasiklin :

1. Infeksi Klamidia

Limfogranuloma venereum.

Page 20: antibiotik tetrasiklin

Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada infeksi akut

diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis diberikan terapi 1-2 bulan. Empat

hari setelah terapi diberikan bubo mulai mengecil.

Psikatosis

Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala klinis. Dosis yang

digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1 gram per hari selama 21 hari.

Trakoma

Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x 100

mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik.

2. Infeksi Basil

Bruselosis

Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk penyakit ini. Hasil

pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan pengobatan selama 3 minggu. Untuk

kasus berat, seringkali perlu diberikan bersama streptomisin 1gram sehari IM.

Tularemia

Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi terapi dengan

golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.

Kolera

Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk penyakit ini.

Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.

berikut ini contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain :

Page 21: antibiotik tetrasiklin

1. Conmycin

Komposisi              : Tetracycline HCL

Indikasi                  : Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin

Dosis                      : 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu.      Sifilis 30-40

g dalam dosis terbagi selama 15 hr.

Penggunaan obat    : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan

dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi

rasa tidak nyaman pada GI.

Kontra Indikasi       : Riwayat hipersensitivitas terhadap tetrasiklin. Hamil, anak <12 tahun.

Efek samping          : Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia, enterokolitis, lesi

inflamasi, ruam makulopapular dan eritematosa, fotosensitif.

2. Corsamycin

Komposisi              : Oxytetracycline HCl

Indikasi                  : Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan eksaserbasi akut,

bronkopneumonia dan atipikal pneumonia disebabkan oleh mikoplasma pneumonia,

bronkiektasis terinfeksi, bronkiolitis, otitis media, angina vincenti, infeksi traktus urinatius,

uretritis non-GO, infeksi bakteri pada trakusGI dan biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi pasca

persalinan (endometritis), meningitis dan endokarditis, akne vulgaris, GO dan sifilis yang tidak

sesuai dengan penisilin. Granuloma inguinal dan khankroid, bruselosis, kolera, amubasis, tifus

dan Q-fever, psikatosis dan limfogranuloma venereum, trakoma.

Dosis                      : Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan infeksi).

Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia karena mikoplasma 500 mg 4

x/hr. Profilaksis infeksi saluran respiratorius 250 mg 2-3 x/hr. GO dan sifilis, bruselosis total

dosis 2-3 g/hr.

Penggunaan Obat   : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

Kontra Indikasi       : Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.

Efek samping          : Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi dan hipoplasia

pada anak, hambatan pertumbuhan tulang sementara. Dosis tinggi: uremia.

Page 22: antibiotik tetrasiklin

BAB IV

PENUTUP

4.1    Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :

         Antibiotik harus dibatasi pada keadaan dimana antibiotik tersebut benar diperlukan.

         Antibiotik jangan digunakan untuk infeksi ringan atau infeksi virus

         Antibiotik spektrum luas tidak diindikasikan untuk infeksi dimana dapat digunakan antibiotik

lain yang lebih spesifik

         Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina,

reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.

         Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("-cycl-")

derivasi ("-ine“) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka

octahydrotetracene-2-karboksamida.

4.2   Saran

Page 23: antibiotik tetrasiklin

Dalam makalah ini tidak menutup kemungkinana masih terdapat banyak kekurangan baik

menyangkut isi maupun penulisan, oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi   Fakultas

Kedokteran UI, 1955, Jakarta.

2. Direktorat Jendral Pelayanan Medik  Departemen Kesehatan  Republik Indonesia:

Pedoman  Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.

3. Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and Practice Of

Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996. Churchill Livingstone, 1995.

4. Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current Medical Diagnosis and

Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996, Stamfod.

5. Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation cephalosporin.

Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51

6. Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against Nosocomial

Gram-Negative Bacili Compared with β-Lactam Antibiotics and Ciprofloxacin.

Chemoteraphy 2005;51:80-85

7.      Schwartz, dkk, 2000, Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires dkk, EGC ;

Jakarta  

8.      Schwartz.Shires.Specer “ Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu bedah Ed 6”Buku kedokterean EGC

1995 Jakarta 47

Page 24: antibiotik tetrasiklin

9.      Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta: Gayabaru

10.  Arifin, Sjamsul. 1985. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka