Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
-
Upload
asih-lestari -
Category
Documents
-
view
248 -
download
1
Transcript of Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
1/102
UNIVERSITAS INDONESIA
PRAKTEK KERJA PROFESI DI APOTEK
SAMMARIE BASRA PERIODE BULAN OKTOBERTAHUN 2015
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI
ASIH LESTARI
1406664215
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2016
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
2/102
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
PRAKTEK KERJA PROFESI DI APOTEK
SAMMARIE BASRA PERIODE BULAN OKTOBERTAHUN 2015
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Apoteker
LAPORAN PRAKTEK KERJA
ASIH LESTARI
1406664215
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2016
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
3/102
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai peraturan yang berlaku di
Universitas Indonesia.
Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Penyusun,
Asih Lestari
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
4/102
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktek Kerja ini adalah hasil karya saya sendiri,
Dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Asih Lestari
NPM : 1406664215
Tanda Tangan :
Tanggal :
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
5/102
v
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh :
Nama : Asih Lestari
NPM : 1406664215
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Praktek Kerja Profesi di Apotek SamMarie Basra
Periode Bulan Oktober Tahun 2015
Telah disetujui dan diterima sebagai bagian dari persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.
PEMBIMBING
Pembimbing I : T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS. (…………………..)
Pembimbing II : Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt. (…………………..)
Mengetahui :
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Dr. Hayun, M.Si., Apt.
NIP 195706131988111001
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
6/102
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Apoteker (PKPA) di Apotek SamMarie Basra, Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
(FF UI) untuk mencapai gelar Apoteker. Selain itu, kegiatan PKPA juga
memberikan kesempatan kepada mahasiwa apoteker untuk memahami peran dan
tugas apoteker di apotek, khususnya di Apotek SamMarie Basra.Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
(1) Bapak Teuku Nebrisa Zagladin, S.Farm., Apt., MARS. dan Bapak Dr.
Abdul Mun’im, M.Si., Apt. selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
laporan ini;
(2) Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI
atas kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk mengikuti program
studi ini;
(3) Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker UI atas kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk
mengikuti praktek kerja profesi ini;
(4) Pembimbing lapangan di Apotek SamMarie Basra; Ibu Widia, Ibu Ratna,
kak Nova, kak Uci, Bu Evy, uni Novy, kak Abizar, Kasih, Ayu, kak
Lusya, dan kak Irma yang telah meluangkan waktu untuk membagi ilmu
dan pengalaman bekerja di Apotek SamMarie Basra.
(5) Ayah dan ibu serta adik-adik di rumah yang telah memberikan bantuan
dukungan baik material maupun moral.
(6) Teman satu PKPA di Apotek SamMarie Basra, Cut Shafa Safira
terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
7/102
vii
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu saya. Semoga laporan praktek kerja ini dapat bermanfaat
bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 31 Oktober 2015
Penulis
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
8/102
viii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... iiHALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1.
Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB 2 TINJAUAN UMUM ......................................................................... 3
2.1. Definisi Apotek .................................................................................. 3
2.2. Sumber Daya Manusia ....................................................................... 3
2.3. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 5
2.4. Perbekalan Farmasi ............................................................................ 6
2.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ....................................................... 10
2.6.
Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek ................................................. 12
2.7.
Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek .......................... 18
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ...................................................................... 24
3.1. Sejarah Apotek SamMarie Basra. ...................................................... 24
3.2. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 25
3.3. Sumber Daya Manusia ....................................................................... 26
3.4. Struktur Organisasi ............................................................................ 27
3.5. Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek SamMarie Basra ..................... 28
3.6.
Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika
di Apotek SamMarie Basra ................................................................ 30
BAB 4 PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA PROFESI ........................ 32
BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................ 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 446.1. Kesimpulan ........................................................................................ 44
6.2.
Saran .................................................................................................. 44
DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 45
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
9/102
ix Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Kegiatan Pelaksanaan Praktek Kerja ............................................. 32
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
10/102
x Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penandaan obat bebas ............................................................... 7Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas .................................................. 7
Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas .............................. 8
Gambar 2.4. Penandaan obat keras ................................................................ 9
Gambar 3.1. Lambang SamMarie Basra ....................................................... 25
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
11/102
xi Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Apotek SamMarie Basra ............................................... 46Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek SamMarie Basra ........................... 47
Lampiran 3. Surat Pesanan Apotek SamMarie Basra ................................... 48
Lampiran 4. Faktur Pembelian Apotek SamMarie Basra .............................. 49
Lampiran 5. Kartu stok Apotek SamMarie Basra ......................................... 50
Lampiran 6. Etiket dan plastik bungkus obat Apotek SamMarie Basra ....... 51
Lampiran 7. Gambaran Apotek SamMarie Basra ......................................... 52
Lampiran 8. Alur pemesanan perbekalan farmasi ......................................... 53
Lampiran 9. Lokasi penyimpanan perbekalan farmasi ................................. 54
Lampiran 10 Resep dan salinan resep Apotek SamMarie Basra ................... 55
Lampiran 11. Lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika .................. 56
Lampiran 12. Tugas Khusus .......................................................................... 57
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
12/102
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Kesehatan dapat dicapai melalui
upaya kesehatan yang diwujudkan dalam suatu pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Praktik kefarmasian yang dilakukan apoteker
merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu hidup pasien. Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, seorang apoteker
bertanggungjawab dalam hal pengadaan, pengendalian, dan distribusi obat-
obatan yang dilakukan di apotek. Peran seorang apoteker terhadap kualitas
obat sangatlah penting, maka dari itu seorang apoteker harus memenuhi
standar kompetensi tertentu sehingga pelayanan kefarmasian yang diberikan
oleh apoteker tersebut sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian yang
telah diatur oleh undang-undang. Pembekalan terhadap mahasiswa apotekertidak hanya berupa bekal ilmu pengetahuan saja secara teori, tetapi mahasiswa
apoteker harus memiliki gambaran kondisi nyata mengenai apotek dengan
segala permasalahan yang akan dihadapi berkaitan dengan penerapan standar
pelayanan kefarmasian sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 35 tahun 2014 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
13/102
2
Universitas Indonesia
Untuk dapat mengetahui dan memahami peran apoteker dalam
pelayanan kefarmasian di apotek, mahasiswa apoteker ditempatkan dalam
suatu apotek untuk mempelajari segala hal yang berkaitan dengan pealyanan
kefarmasian di apotek. Dengan PKPA di apotek, diharapkan mahasiswa
apoteker dapat mengetahui segala hal yang dilakukan dalam suatu pelayanan
kefarmasian di apotek. Pengetahuan dan pengalaman ketika PKPA di apotek
ini diharapkan dapat menjadi bekal dan gambaran ketika nantinya akan
mempersiapkan diri terjun ke dunia kerja.
1.2 Tujuan Praktek Kerja
a.
Mahasiswa profesi Apoteker dapat melihat secara langsung aktivitas
yang dilakukan di apotek dalam menerapkan standar pelayanan
kefarmasian.
b. Mahasiswa profesi Apoteker dapat mengetahui dan memahami peran dan
tugas Apoteker di apotek sehingga dapat menjadi gambaran kelak jika
ingin bekerja di apotek.
c. Mahasiswa profesi Apoteker mengetahui dan memahami manajemen dan
siklus obat di Apotek SamMarie Basra.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
14/102
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1. Definisi Apotek
Definisi Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35
tahun 2014 adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktik kefarmasian oleh apoteker. Apoteker melakukan pekerjaan
kefarmasian seperti telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51
tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian
meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat
tradisional.
2.2. Sumber Daya Manusia
Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus
didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien. Sumber daya kefarmasian yang dimaksud
meliputi sumber daya manusia dan sarana serta prasarana. Pelayanan
kefarmasian di apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh
Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang
memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus memenuhi
kriteria:a. Persyaratan administrasi
b. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal
c. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
15/102
4
Universitas Indonesia
d. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,
pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
e.
Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang-undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang
berlaku.
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian, seorang apoteker harus
menjalankan peran yaitu:
a. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.
Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan
kesehatan secara berkesinambungan.
b. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan
dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien.
c.
Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
d. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan
yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan danmengelola hasil keputusan.
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,
anggaran, dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti
kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi tentang
obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
16/102
5
Universitas Indonesia
f. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus tetap meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan.
g.
Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan Pelayanan Kefarmasian
dan memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan
Pelayanan Kefarmasian.
2.3. Sarana dan Prasarana
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan
prasarana Apotek dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi. Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai serta kelancaran praktik Pelayanan
Kefarmasian. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang
Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang mempunyai
fungsi:
a. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set
komputer. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling
depan dan mudah terlihat oleh pasien.
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di
ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan,timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok
obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan,
blanko salinan resep, etiket, dan label obat. Ruang ini diatur agar
mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat
dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner ).
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
17/102
6
Universitas Indonesia
c. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
d.
Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan
kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat
bantu konseling, buku catatan konseling, dan formulir catatan
pengobatan pasien.
e.
Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembapan, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi
dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari
pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,
lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
f. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu
tertentu.
2.4. Perbekalan Farmasi
Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai “tanda”
untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik
Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturantersebut antara lain yaitu :
a. Undang-Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika;
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang
Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas;
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang
Tanda Khusus Obat Keras Daftar G;
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
18/102
7
Universitas Indonesia
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VIII/90
tentang Obat Wajib Apotek; dan
e.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 688/Menkes/Per/VII/1997
tentang Peredaran Psikotropika
Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi
menjadi beberapa golongan yaitu :
1) Obat Bebas
Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa
resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran bulat
berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat bebas
adalah Panadol®, Promag®, dan Diatab®.
Gambar 2.1. Penandaan obat bebas
2) Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas
adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi berwarna
hitam.
Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas
Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam
wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6).
Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5
cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan
diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
19/102
8
Universitas Indonesia
putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya,
yaitu sebagai berikut :
a.
P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya.
b.
P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan.
c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
d.
P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas
3)
Obat Keras Daftar G
Obat-obat yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,
mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia baik dalam
bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
disebut obat keras. Tanda khusus untuk obat keras adalah lingkaran
bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K
di dalamnya yang menyentuh garis tepi. Pada etiket dan bungkus luar
obat jadi yang tergolong obat keras harus dicantumkan secara jelas
tanda khusus untuk obat keras. Tanda khusus dapat tidak
dicantumkan pada blister, strip aluminium/selofan, vial, ampul, tube
atau bentuk wadah lain, apabila wadah tersebut dikemas dalam
bungkus luar.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
20/102
9
Universitas Indonesia
Gambar 2.4. Penandaan obat keras
Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep
dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan
pada resepnya “boleh diulang”. Obat-obat golongan ini antara lain
obat jantung, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ukus
lambung, semua obat suntik, dan psikotropika.
4)
Psikotropika
Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku disebut psikotropika. Penggolongan dari psikotropika
adalah:
a.
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : etisiklidina, tenosiklidina,
metilendioksimetilamfetamin (MDMA);
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamin,
deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin;
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amobarbital,
pentobarbital, siklobarbital; dan
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
21/102
10
Universitas Indonesia
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : diazepam,
estazolam, etilamfetamin, alprazolam.
5)
Narkotika
Zat atau obat yang berasa dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
disebut narkotika. Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kokain, opium,
heroin, ganja;
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat
pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : morfin, petidin, normetadona,
metadona; dan
c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringanmengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein, norkodeina,
etilmorfina.
2.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan Farmasi dilakukan sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2014 meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan, dan pelaporan.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
22/102
11
Universitas Indonesia
2.5.1. Perencanaan
Pada pembuatan perencanaan pengadaan perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya, dan kemampuan masyarakat.
2.5.2.
Pengadaan
Pada penjaminan kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
perundang-undangan.
2.5.3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik baik saat diterima.
2.5.4. Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah
sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor bets, dan
tanggal kadaluwarsa.
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
d. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO ( First Expire First
Out ) dan FIFO ( First In First Out )
2.5.5.
PemusnahanObat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa serta obat yang
mengandung psikotropika dan narkotika harus dilakukan oleh
apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Apoteker yang melaksanakan pemusnahan harus memiliki surat
izin praktik. Setiap pemusnahan harus dibuat berita acara
pemusnahan. Selain obat, resep juga dilakukan pemusnahan. Resep
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
23/102
12
Universitas Indonesia
yang telah disimpan melebih jangka waktu 3 tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan sekurang-kurangnya satu petugas lain di apotek. Setiap
pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan dan
dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
2.5.6.
Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan, dan pengeluaran.
Pengendalian dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari
terjadinya kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Perlu adanya kartu stok
yang berisi sekurang-kurangnya nama obat, tanggal kadaluarsa,
jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, dan sisa persediaan.
Pengisian kartu stok dapat dilakukan secara manual atau otomatis.
2.5.7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi
keuangan, barang, dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajibansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika, psiktropika, dan pelaporan lainnya.
2.6. Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek
2.6.1.
Pengkajian resep
a. Kajian administratif meliputi:
1) nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan;
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
24/102
13
Universitas Indonesia
2) nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon, paraf; dan
3)
tanggal penulisan resep
b.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1) bentuk dan kekuatan sediaan;
2)
stabilitas; dan
3) kompatibilitas (ketercampuran obat).
c. Pertimbangan klinis meliputi:
1)
ketepatan indikasi dan dosis obat;
2) aturan, cara dan lama penggunaan obat;
3)
duplikasi dan/atau polifarmasi;
4) reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping
obat, manifestasi klinis lain);
5) kontraindikasi; dan
6)
interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.
2.6.2.
Dispensing
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
1) menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
2) mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa,
dan keadaan fisik obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c.
Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi: 1) warna putih untuk obat dalam/oral;
2) warna biru untuk obat luar dan suntik;
3) menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk obat yang berbeda agar menjaga mutu obat dan
menghindari penggunaan yang salah.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
25/102
14
Universitas Indonesia
e. Setelah penyiapan obat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep);
2)
memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3) memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4) menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;
5)
memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal
yang terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari saat mengkonsumsi
obat, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat
dan lain-lain;
6) penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya tidak stabil;
7) memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya;
8) membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf
oleh Apoteker (apabila diperlukan);
9) menyimpan resep pada tempatnya;
10) Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan
menggunakan formulir yang telah ditentukan.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat nonresep atau
pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasikepada pasien yang memerlukan obat nonresep untuk penyakit
ringan dengan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang
sesuai.
2.6.3.
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
26/102
15
Universitas Indonesia
segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain,
pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat
resep, obat bebas, dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk
sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian,
farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
kimia dari obat dan lain-lain. Kegiatan pelayanan informasi obat di
apotek meliputi:
a. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
b.
membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet,
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan);
c. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
d. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi;
e. melakukan penelitian penggunaan obat;
f. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
g.
melakukan program jaminan mutu.
Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk
membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan
informasi obat:
a. Topik pertanyaan;
b. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan;
c.
Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, telepon); d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain
seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui,
data laboratorium);
e.
Uraian pertanyaan;
f. Jawaban pertanyaan;
g. Referensi;
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
27/102
16
Universitas Indonesia
h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan
data Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.
2.6.4.
Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran, dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku
dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan Three
Prime Questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah,
perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model . Apoteker
harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien
sudah memahami obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga
pasien yang perlu diberi konseling:
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:
TB, DM, AIDS, epilepsi).
c.
Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off ).
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
e. Pasien dengan polifarmasi, pasien menerima beberapa obat
untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga
termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang
diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
2.6.5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah ( Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat
melakukan Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah
yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi:
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
28/102
17
Universitas Indonesia
a. penilaian/pencarian (assessment ) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan;
b.
identifikasi kepatuhan pasien;
c.
pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di
rumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan
insulin;
d. konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum;
e. monitoring pelaksanaan, efektivitas dan keamanan penggunaan
obat berdasarkan catatan pengobatan pasien;
f. dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah
dengan menggunakan formulir yang sudah ditetapkan.
2.6.6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Kriteria
pasien yang dikenai Pemantauan Terapi Obat:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b.
Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat
yang merugikan.
2.6.7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yangmerugikan atau tidak diharapkan terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan
terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis. Kegiatan yang dilakukan
dalam MESO yaitu:
a. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami efek samping obat.
b.
Mengisi formulir MESO.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
29/102
18
Universitas Indonesia
c. Melaporkan ke pusat MESO Nasional dengan menggunakan
formulir yang telah disediakan.
2.7. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek
2.7.1.
Pengelolaan narkotika di apotek
Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun
menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila
dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan
saksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika di Indonesia
merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah
pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah
Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi
sediaan, dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal
tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya
yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar
pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan,
pelaporan, dan pemusnahan.
2.7.2. Pemesanan narkotika
Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat
memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma Apotek dengan
menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus narkotika, yang
ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas, stempel
apotek, dan nomor SIPA. Surat pesanan terdiri dari empat
rangkap. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika.2.7.3. Penyimpanan narkotika
Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan
narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan
narkotika harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b. Harus mempunyai kunci yang kuat.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
30/102
19
Universitas Indonesia
c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan.
Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin,
petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika
sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan
narkotika yang digunakan sehari-hari.
d.
Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran
kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus
dibuat melekat pada tembok atau lantai.
e.
Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan
barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri
Kesehatan.
f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang
dikuasakan.
g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan
tidak terlihat oleh umum.
2.7.4. Pelayanan resep yang mengandung narkotika
Prosedur tetap pelayanan resep yang mengandung narkotika, yaitu
sebagai berikut :
a. Skrining Resep
1) Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan
administrasi;
2) Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu :
bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara, dan lama pemberian;
3)
Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efeksamping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah
obat dan lain-lain);
4) Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli
rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai
pengobatan, dokter. Salinan resep narkotika dalam
tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali;
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
31/102
20
Universitas Indonesia
5) Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau
yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani
oleh apotek yang menyimpan resep asli; dan
6)
Konsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan.
b.
Penyiapan Resep
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep;
2) Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang
mengandung narkotika atau menimbang bahan baku
narkotika;
3)
Menutup dan mengembalikan wadah obat pada
tempatnya;
4) Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai
dengan permintaan dalam resep; dan
5)
Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis
dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.
c. Penyerahan Obat
1)
Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan
etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan;
2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3) Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima;
4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;
5) Menanyakan dan menuliskan alamat/nomor telepon pasien
dibalik resep; dan
6)
Menyimpan resep pada tempatnya danmendokumentasikannya.
Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang
mengandung narkotika antara lain :
a.
Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan
atau ilmu pengetahuan.
b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk
pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
32/102
21
Universitas Indonesia
c. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung
narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau
belum dilayani sama sekali.
d.
Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum
sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan
resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep asli.
e. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak
boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak
boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang
mengandung narkotika.
2.7.5. Pelaporan narkotika
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
menyatakan bahwa apotek wajib membuat, menyampaikan dan
menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau
pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya.
Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk
perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian
Kesehatan. SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan
penggunaan narkotika dan psikotropika dari unit layanan kesehatan
(puskesmas, rumah sakit, dan apotek) ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik.
Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke
tingkat yang lebih tinggi (Dinas Kesehatan Provinsi dan DirjenBinfar-Alkes) melalui mekanisme pelaporan online.
2.7.6. Pemusnahan narkotika
APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau
tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan. APA dan dokter yang memusnahkan narkotika harus
membuat Berita Acara Pemusnahan (BAP) narkotika yang
sekurang-kurangnya memuat:
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
33/102
22
Universitas Indonesia
a. Nama, jenis, sifat, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun
dilakukan pemusnahan.
c.
Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang
menyaksikan pemusnahan.
d.
Cara pemusnahan dibuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika
dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Balai POM.
Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan
pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri
Kesehatan yang berupa teguran, peringatan, denda administratif,
penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin.
2.7.7. Pengelolaan psikotropika di apotek
Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang
berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan
ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika yaitu:
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi :
a. Pemesanan psikotropika
Pemesanan psikotropika menggunakan surat pesanan (SP)
dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat.
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukankepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara
pemesanan adalah dengan menggunakan SP yang
ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama jelas,
stempel apotek, nomor SIPA. Surat pesanan dibuat 3 rangkap,
dua lembar untuk PBF dan 1 lembar untuk arsip apotek.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
34/102
23
Universitas Indonesia
b. Penyimpanan psikotropika
Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun
karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka
disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan
tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus.
c.
Pelaporan psikotropika
Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai
kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan
melaporkan pemakaiannya setiap bulan. Laporan ditujukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM setempat,
Dinas Kesehatan Provinsi setempat, dan 1 salinan untuk arsip.
d. Pemusnahan psikotropika
Kegiatan ini dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana,
diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang
berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi,
kadaluwarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan
dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Balai POM.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
35/102
24 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
APOTEK SAMMARIE BASRA
3.1. Sejarah Apotek SamMarie Basra
RSIA SamMarie Basra merupakan salah satu usaha pelayanan
kesehatan yang berada di bawah naungan SamMarie Healthcare Group.
SamMarie Healthcare Group (SMHG) merupakan sebuah instansi
pelayanan kesehatan swasta yang menaungi empat perusahan pelayanan
kesehatan, yaitu PT. SamMarie Purnafiat, PT. SamMarie Tramedifa, PT.
SamMarie Primafiat, dan PT. SamMarie Pharma. Masing-masing dari
keempat perusahaan ini membawah setidaknya satu cabang pelayanan
kesehatan. Perusahaan PT. SamMarie Purnafiat yang berdiri tahun 2003
menaungi SamMarie Family Healthcare, Wijaya yang berdiri pada tahun
2004. Perusahaan PT. SamMarie Tramedifa menaungi beberapa sub
bagian perusahaan yaitu Tramedifa GTPD yang berdiri pada tahun 2007,
Tramedifa IT Solutions yang berdiri pada tahun 2011, Rucitral Salon
yang berdiri pada tahun 2008 lalu berkembang menjadi Rucitra Salon
Tebet dan Rucitral Salon Basra. Perusahaan PT. SamMarie Primafiat
yang berdiri pada tahun 2009 menaungi dua sub bagian perusahaan yaitu
RSIA SamMarie Basra yang berdiri pada tahun 2010 dan Klinik Fertilitas
& Bayi Tabung SamMarie yang berdiri pada tahun 2011. Selanjutnya
perusahaan PT. SamMarie Pharma menaungi Apotek Tebet yang berdiri
pada tahun 2008.
Apotek SamMarie Basra berdiri pada tanggal 7 Desember 2005, berdasarkan akta notaris Herawati, S.H. No. 7 tahun 2005. Pertama kali
apotek SamMarie Basra merupakan apotek yang berada di dalam sebuah
klinik yang didirikan pada tahun 2004. Klinik SamMarie yang dikenal
sebagai Klinik Fertilitas dan Menopause SamMarie Basra dengan
spesifikasi khusus pada bidang kesehatan reproduksi. Pendirian klinik ini
diprakarsai oleh Prof. Dr. dr. T.Z. Jacoeb, SpOG-KFER beserta istrinya,
dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, SpKK dan iparnya Ir. Yusuf Effendi Pohan,
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
36/102
25
Universitas Indonesia
MPA beserta istrinya Ir. Cut Intan Djuwita, M.Sc., dengan tujuan
membantu pasangan suami-istri untuk mendapatkan keturunan.
Pada tahun 2010, klinik tersebut dikembangkan menjadi Rumah
Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra yang memiliki fokus layanan
pada kesehatan reproduksi serta kesehatan ibu dan anak. Apotek
SamMarie Basra menjadi apotek rumah sakit yang melayani pasien rumah
sakit, khususnya pasien rawat jalan, serta masyarakat sekitar. Sedangkan
untuk pelayanan kefarmasian pasien rawat inap RSIA SamMarie Basra
menjadi tanggung jawab bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSIA
SamMarie Basra. Berikut adalah lambang dari RSIA SamMarie Basra :
Gambar 3.1. Lambang RSIA SamMarie Basra
Lambang dari RSIA SamMarie tersebut memiliki arti sebagai berikut :
a. Lembar bawang yang berarti empat orang pendiri utama
b. Simbol bawang yang berarti pertumbuhan terus menerus dan
berkembang dalam kesatuan
c. Titik bulat di atas sebagai penanda kepala manusia.
d. Tanda silang, dimana dapat dilihat sebagai “X” untuk lambang
perempuan dan “Y” untuk lambang laki-laki.
e. Lambang dibuat dalam warna ungu dengan arti kesungguhan,
keanggunan, dan contoh akan keteladanan.
f. Nama Sam mewakili nama “Samidan Zagloel”.
g.
Nama Marie mewakili nama “Komariah”.
h. Tulisan SamMarie dibuat dalam huruf khusus sebagai cita rasa
keindahan.
3.2. Sarana dan Prasarana
Apotek SamMarie Basra berlokasi di lantai dasar gedung Rumah
Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra Jl. Basuki Rahmat No. 31
Jakarta Timur. Apotek berada di pinggir jalan, yang dilalui kendaraan
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
37/102
26
Universitas Indonesia
umum serta memiliki halaman parkir yang cukup luas. Bangunan apotek
terdiri dari tempat peracikan resep dan penjualan obat OTC, ruang
peracikan, ruang penyimpanan obat, alkes, dan arsip, serta dilengkapi
dengan wastafel dan gudang. Ruang peracikan tidak dapat terlihat
langsung dari luar karena adanya sekat berupa tembok. Peracikan dapat
berupa kegiatan peracikan sediaan serbuk (puyer) dan kapsul serta
peracikan sediaan semisolid (krim dan salep). Denah lokasi Apotek
SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 1.
3.3. Sumber Daya Manusia
Tenaga kefarmasian di Apotek SamMarie Basra bekerja secara
bergantian berdasarkan shift yang telah dijadwalkan. Masing-masing
tenaga kefarmasian Apotek melaksanakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing seperti berikut :
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
1)
Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan
fungsinya sebagai profesi apoteker sebagaimana tertulis dalam
perundang-undangan yang terkait dengan standar pelayanan
apotek.
2) Memimpin kegiatan manajerial apotek dalam hal pengelolaan
sumber daya manusia seperti mengkoordinasikan dan mengawasi
dinas kerja Asisten Apoteker antara lain dengan mengatur jadwal
giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung
jawab masing-masing Asisten Apoteker.
3) Bertanggung jawab atas kelancaran administrasi, dokumentasi
serta penyimpanan arsip penting.4) Memberikan pelayanan informasi obat (PIO) kepada pasien untuk
mendukung penggunaan obat yang rasional.
5) Melaksanakan pelayanan klinis kefarmasian terutama dalam
pelayanan swamedikasi.
6) Memeriksa kebenaran obat yang diberikan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
38/102
27
Universitas Indonesia
pasien, serta memberikan informasi yang diperlukan pasien
terkait obat yang diterimanya.
7)
Menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya.
8)
Melakukan pemesanan obat yang habis ke pihak distributor.
b. Asisten Apoteker (AA)
1)
Mendata keperluan barang.
2) Mengatur, mengawasi, dan menyusun obat pada tempat
penyimpanan obat di ruang penyimpanan.
3)
Memberi harga untuk resep yang masuk dan memeriksa
kelengkapan resep.
4)
Melayani permintaan obat bebas (OTC) dan resep dokter, mulai
dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket,
mengemas, sampai menyerahkan obat.
5) Memeriksa kebenaran obat yang diberikan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama
pasien, serta memberikan informasi yang diperlukan pasien
terkait obat yang diterimanya.
6)
Mencatat keluar masuk barang.
7) Melakukan pengecekan kadaluarsa tiap obat
8) Menyusun daftar masuknya barang
9) Membuat salinan resep bila diperlukan
c. Juru racik
1) Menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, dan mengemas obat.
2) Membantu pencatatan keluar masuk barang.
3)
Membantu tugas dari asisten apoteker.3.4. Struktur Organisasi
Apotek SamMarie Basra terdiri dari Pemilik Sarana Apotek (PSA),
Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker (AA), dan juru
racik. Bagan struktur organisasi Apotek SamMarie Basra dapat dilihat
pada Lampiran 2 sedangkan rincian jumlah tenaga kerja di apotek adalah
sebagai berikut :
a.
Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
39/102
28
Universitas Indonesia
b. Asisten Apoteker : 4 orang
c. Juru racik : 1 orang
Apotek memiliki jam operasional selama 24 jam setiap hari karena
menyesuaikan dengan jam operasional RSIA SamMarie Basra dengan
pembagian jam kerja menjadi beberapa shift sebagai berikut :
a.
Shift pagi : pukul 07.00 – 14.00 WIB
b. Shift tengah (middle) : pukul 10.00 – 17.00 WIB
c. Shift siang : pukul 14.00 – 21.00 WIB
d.
Shift malam : pukul 21.00 – 07.00 WIB
3.5. Kegiatan di Apotek SamMarie Basra
3.5.1.
Pengadaan perbekalan farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi dapat dilakukan apabila
Surat Pesanan (SP) telah dibuat. SP dibuat oleh APA dan AA
berdasarkan kebutuhan apotek. Pembelian dilakukan secara kredit
dan dibayar satu kali setiap bulannya dengan jatuh tempo 30 hari
setelah dilakukan pemesanan. Sebelum dilakukan pengadaan,
APA akan membuat perencanaan pengadaan terlebih dahulu,
perencanaan sangat diperlukan untuk menetapkan produk apa
yang dipesan dan memang dibutuhkan oleh apotek. Perencanaan
pengadaan dibuat berdasarkan kebutuhan dan dicatat dalam buku
defecta. Khusus untuk barang yang bersifat cito dipesan melalui
telepon dengan SP diserahkan menyusul ketika barang datang.
Contoh surat pesanan Apotek SamMarie Basra dapat dilihat di
Lampiran 3.
Pemesanan perbekalan farmasi dilakukan kepada PBFTramedifa yang masih berada di dalam naungan SamMarie
Healthcare Group. Pemesan dilakukan setiap hari berdasarkan
kebutuhan obat yang tercantum dalam buku defecta. Barang yang
dipesan, diantar oleh PBF Tramedifa disertai dengan faktur
penjualan sebagai tanda bukti penyerahan barang. Barang yang
datang disesuaikan jenis dan jumlahnya dengan yang tertera pada
faktur. Apabila sesuai, faktur akan ditandatangani oleh APA.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
40/102
29
Universitas Indonesia
Faktur asli diberikan kepada distributor, lembar salinan faktur
berwarna hijau disimpan oleh Apotek sebagai arsip, dan lembar
salinan faktur berwarna biru diserahkan ke bagian Keuangan
RSIA untuk selanjutnya dilakukan pembayaran ke pihak PBF
Tramedifa. Data barang yang datang berupa jenis dan jumlahnya
dimasukkan ke dalam komputer dan kartu stok. Contoh faktur
pembelian Apotek SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 4.
3.5.2. Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi
Perbekalan farmasi disimpan sesuai dengan bentuk
sediaannya (cair, padat, semisolid) dan alfabetis dengan sistem
FIFO ( First In First Out ) dan FEFO ( First Expired First Out ).
Setiap jenis perbekalan farmasi memiliki kartu stok yang berisi
konten seperti nama sediaan, tanggal barang keluar/masuk,
jumlah barang keluar, jumlah barang masuk, dan jumlah sisa
barang. Produk OTC (Over The Counter ) seeperti obat bebas dan
obat bebas terbatas, serta beberapa alat kesehatan diletakkan di
etalase depan yang dapat dilihat langsung dari luar. Obat keras
baik generik/paten berada di lemari dalam ruang penyimpanan
apotek, sedangkan obat narkotik/psikotropika disimpan dalam
lemari khusus yang terkunci. Obat yang membutuhkan
penyimpanan khusus pada suhu rendah disimpan di dalam lemari
pendingin. Contoh kartu stok perbekalan farmasi dapat dilihat di
Lampiran 5.
3.5.3. Penjualan perbekalan farmasi
Penjualan yang dilakukan meliputi pelayanan resep serta penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika, fitofarmaka,
jamu, perlengkapan bayi, dan alat kesehatan. Penjualan resep
dapat dilakukan dengan pembayaran tunai dan kredit. Pada
penjualan resep yang dibayar tunai, permintaan obat tertulis dari
dokter untuk pasien ditebus dan dibayar secara tunai oleh pasien
ke kasir RSIA SamMarie Basra. Penjualan secara kredit adalah
pasien melakukan pembayaran resep melalui jasa perusahaan
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
41/102
30
Universitas Indonesia
asuransi yang pembayarannya secara berjangka berdasarkan
perjanjian yang telah disetujui antara pihak RSIA SamMarie
Basra dengan pihak asuransi. Contoh resep dan salinan resep
dapat dilihat di Lampiran 5 sedangkan bungkus obat dan etiket
dapat dilihat di Lampiran 6.
3.6. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek SamMarie Basra
3.6.1. Pengadaan narkotika dan psikotropika
Pembelian narkotika dan psikotropika dilakukan dengan
menggunakan surat pesanan narkotika rangkap empat dimana satu
surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika dan
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas,
nomor SIK, nomor SIPA, jabatan, alamat rumah, nama apotek
serta stempel apotek yang ditujukan pada PT. Kimia Farma
Apotek sebagai distributor tunggal narkotika. Pada pesanan
psikotropika dapat dilakukan pada PBF resmi khususnya untuk
penyaluran psikotropika rangkap tiga dengan menggunakan surat
pesanan psikotropika.
3.6.2.
Penyimpanan narkotika dan psikotropika
Tempat khusus untuk menyimpan narkotika di Apotek SamMarie
Basra yaitu lemari khusus yang terbuat dari kayu yang terbagi
dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci yang disimpan
khusus di dalam lemari obat. Bagian pertama untuk menyimpan
persediaan narkotika sedangkan bagian kedua untuk menyimpan
psikotropika. Lemari ini tidak digunakan untuk menyimpan obat
atau barang lain selain narkotika dan psikotropika. Lemari penyimpanan narkotika di Apotek SamMarie Basra terletak di
ruang penyimpanan bersama rak-rak obat lain.
3.6.3. Pelayanan resep narkotika dan psikotropika
Apotek hanya melayani resep yang mengandung narkotika dari
resep asli atau salinan resep yang berasal dari Apotek SamMarie
Basra yang belum dilayani. Obat narkotika yang dikeluarkan
dicatat dalam software pemakaian narkotika untuk laporan
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
42/102
31
Universitas Indonesia
penggunaan narkotika. Obat psikotropika juga dicatat dalam
software pemakaian psikotropika. Resep yang mengandung
narkotika dan psikotropika tidak digabung bersama kumpulan
resep non-narkotika dan psikotropika tetapi diletakkan di tempat
terpisah dan diberikan penandaan pada resepnya.
3.6.4.
Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika
Setiap bulan, apotek wajib membuat laporan narkotika
berdasarkan pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat
di buku harian penggunaan narkotika. Data pemasukan dan
pengeluaran narkotika serta psikotropika dimasukkan ke dalam
sebuah software khusus. Hasil data laporan dikirim ke Seksi
Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam
bentuk softcopy dengan tembusan ke Balai Besar Pengawasan
Obat dan Makanan dalam bentuk hardcopy.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
43/102
32 Universitas Indonesia
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA PROFESI
4.1. Waktu dan Tempat
Praktek kerja profesi dilakukan di Apotek SamMarie Basra yang
berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31, Pondok Bambu, Jakarta
Timur. Praktek kerja profesi dilaksanakan selama kurang lebih empat
minggu dari tanggal 5 Oktober hingga 31 Oktober 2015.
4.2. Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 4.1. Kegiatan pelaksanaan praktek kerja profesi di Apotek
SamMarie Basra
Hari Tanggal Uraian singkat Kegiatan
Senin 5 Oktober 2015 a. Penjelasan umum tentang tata tertib
pelaksanaan PKPA di Apotek SamMarie
Basra
b. Briefing singkat dengan pembimbing
mengenai tugas umum dan tugas khusus
Selasa 6 Oktober 2015 a.
Penjelasan tentang alur pemesanan
barang
b. Penjelasan tentang sistem komputerisasi
apotek
c. Mengisi kartu stok obat berdasarkan
faktur pemesanan
Rabu 7 Oktober 2015 a. Penerimaan resep
b.
Pengemasan obatc. Penulisan etiket
Kamis 8 Oktober 2015 a. penjelasan mengenai tata cara pelayanan
resep masuk
b.
menghitung resep racikan
c. meracik resep
d. menyiapkan obat
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
44/102
33
Universitas Indonesia
Jum’at 9 Oktober 2015 a.
mengisi kartu stok
b. menata barang datang
c. menyiapkan resep
Sabtu 10 Oktober 2015 a.
meracik resep puyer
b.
menyiapkan obat
c. menulis etiket
Senin 12 Oktober 2015 a. meracik resep
b. menerima barang datang (cek faktur)
c. mengisi kartu stok
d. menyiapkan obat
Selasa 13 Oktober 2015 a.
meracik resep
b. menyiapkan obat
c.
barang datang (cek faktur)
Kamis 15 Oktober 2015 a.
menyiapkan obat
b. meracik resep (puyer)
c. menulis etiket
Jum’at 16 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b.
cek laporan stok obat
c. menulis etiket
Sabtu 17 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b. meracik obat
c. menulis etiket
Senin 19 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b. meracik obat
c.
menulis etiket
Selasa 20 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b. meracik resep
c. menulis etiket
Rabu 21 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b. meracik resep
c. menulis etiket
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
45/102
34
Universitas Indonesia
Kamis 22 Oktober 2015 a.
menyiapkan obat
b. menulis etiket
c. memasukkan obat ke kartu stok
Jum’at 23 Oktober 2015 a.
stock of name di ruang OK
b.
stock of name di ruang perawatan bayi
Sabtu 24 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b. menulis etiket
c. meracik resep
Senin 26 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b.
menulis etiket
c.
meracik resep
d. isi kartu stok obat
Selasa 27 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b.
menulis etiket
c. meracik resep
Rabu 28 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b. menulis etiket
c.
meracik resep
Kamis 29 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b. menulis etiket
c. meracik resep
Jum’at 30 Oktober 2015 a. menyiapkan obat
b. menulis etiket
c. meracik resep
Sabtu 31 Oktober 2015 a.
menyiapkan obat
b. menulis etiket
c. meracik resep
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
46/102
35 Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Sarana dan Prasarana Apotek SamMarie Basra
Apotek SamMarie Basra berlokasi di pinggir jalan raya dengan
alamat Jalan Basuki Rachmat No. 31, Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Dari segi lokasi, Apotek SamMarie Basra termasuk mudah untuk diakses
karena berada di pinggir jalan. Apotek SamMarie Basra yang tergabung
menjadi satu dengan RSIA SamMarie Basra dari luar sedikit tidak terlihat
karena di depan RSIA SamMarie Basra terdapat flyover . Apotek
SamMarie Basra cukup strategis karena lokasinya cukup jauh dari
kompetitor, selain itu apotek ini memiliki target tersendiri yaitu pasien
RSIA SamMarie Basra dan tidak menutup kemungkinan melayani resep
dari luar maupun penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk
pasien dari luar RSIA SamMarie Basra.
Apotek SamMarie Basra memiliki desain interior yang sederhana
berupa etalase kaca berisi obat OTC (Over the Counter ) dan perbekalan
farmasi lainnya yang biasa digunakan oleh masyarakat. Di bagian depan
apotek selain etalase obat juga ada meja dengan komputer untuk kegiatan
penjualan obat yaitu obat yang dibeli pasien baik berasal dari resep atau
tidak dicatat di komputer yang terhubung dengan komputer di kasir.
Bagian depan apotek juga terdapat lemari yang berfungsi untuk
menempatkan obat-obat maupun suplemen yang dijual oleh apotek.
Apotek SamMarie Basra dimana pelanggannya adalah pasien dari RSIASamMarie Basra seharusnya memiliki desain yang lebih menarik
dikarenakan pasien dari RSIA SamMarie Basra banyak yang berasal dari
kalangan menengah ke atas. Apotek SamMarie Basra dapat menjual
suplemen – suplemen kepada pelanggan RSIA SamMarie Basra maka dari
itu perlu adanya lemari display dengan desain menarik yang menampilkan
produk-produk suplemen kesehatan karena pelanggan dari kalangan
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
47/102
36
Universitas Indonesia
menengah ke atas tentunya dapat membeli produk tersebut. Gambaran
Apotek SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 7.
5.2. Sumber Daya Manusia Apotek SamMarie Basra
Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra terdiri dari PSA
(Pemilik Sarana Apotek), satu orang APA (Apoteker Penanggung jawab
Apotek), empat orang AA (Asisten Apoteker), dan satu orang juru racik.
Jam kerja seluruh personil apotek adalah satu shift per hari yang terdiri
dari empat shift yaitu shift pagi (07.00 – 14.00), shift tengah (10.00 –
17.00), shift siang (14.00 – 21.00), dan shift malam (21.00 – 07.00). APA
di Apotek SamMarie Basra tidak bekerja selama 24 jam penuh, sehingga
APA dibantu oleh AA dalam melakukan pelayanan kefarmasian di apotek
sesuai dengan ketentuan di Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian pasal 20 yaitu “Dalam menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.” Tenaga Teknis Kefarmasian yang dimaksud dalam
ketentuan tersebut yaitu Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Pelayanan Kefarmasian di Apotek SamMarie Basra berlangsung 24
jam dan hanya ditangani oleh satu orang APA dibantu empat orang AA.
Seorang APA yang bertanggungjawab di Apotek SamMarie Basra pun
tidak secara penuh 24 jam bekerja di apotek, oleh karena itu sebaiknya
pihak Apotek SamMarie Basra menambah apoteker pendamping untuk
menggantikan tugas APA ketika tidak sedang bertugas di Apotek
SamMarie Basra. Penambahan jumlah apoteker pendamping disinidiperlukan karena ada beberapa kewenangan apoteker yang tidak bisa
dilakukan oleh asisten apoteker terutama masalah manajerial.
5.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek SamMarie Basra
5.3.1.
Pengadaan perbekalan farmasi
Proses pengadaan perbekalan farmasi di Apotek SamMarie
Basra dilakukan dengan pesanan harian/setiap hari dalam jumlah
kecil pada distributor resmi tunggal Pedagang Besar Farmasi
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
48/102
37
Universitas Indonesia
(PBF) SamMarie Tramedifa. Perbekalan farmasi yang tidak
dimiliki oleh PBF Tramedifa akan dipesan ke apotek lain dalam
jumlah kecil seperti Apotek Rini dan Apotek Kimia Farma.
Pemesanan perbekalan farmasi yang dilakukan setiap hari
berdasarkan pertimbangan bahwa PBF Tramedifa masih satu
naungan di bawah SamMarie Healthcare Group dan lokasinya
yang cukup dekat dengan Apotek SamMarie Basra. Pembayaran
untuk pemesanan perbekalan farmasi dilakukan dengan sistem
kredit dan dilakukan sebelum jatuh tempo yaitu 30 hari setelah
pemesanan. Pembayaran dilakukan oleh bagian keuangan RSIA
SamMarie Basra.
Perbekalan farmasi dipantau setiap pagi oleh APA atau AA
yang bertugas di shift pagi baik secara fisik di lemari
penyimpanan dan dicocokkan dengan stok yang ada di komputer.
Komputer akan memberikan penandaan pada sistem untuk
perbekalan farmasi yang sudah mencapai batas stok minimum
sehingga APA dapat segera melakukan pengadaan baru. Daftar
perbekalan farmasi yang kurang dan harus dipesan akan ditulis
oleh APA atau AA di buku defecta. Pemesanan perbekalan
farmasi dilakukan oleh APA dan AA dengan menghubungi PBF
Tramedifa berdasarkan buku defecta.
Perbekalan farmasi yang telah dikirim oleh PBF Tramedifa
dilakukan pengecekan antara jumlah fisik yang diterima dengan
faktur penerimaan barang. Jika sudah sesuai, faktur tersebut
ditandatangani oleh APA atau AA yang melakukan pengecekan.Untuk mendokumentasikan perbekalan farmasi yang datang,
dilakukan pencatatan pada kartu stok masing-masing obat atau
alat kesehatan dan dilakukan input ke dalam komputer. Pada saat
perbekalan farmasi datang, pihak apotek SamMarie Basra
menyerahkan surat pesanan kepada kurir PBF Tramedifa. Secara
alur pemesanan seharusnya setelah melakukan pencatatan pada
buku defecta, apotek akan membuat surat pesanan berdasarkan
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
49/102
38
Universitas Indonesia
buku defecta. Lalu surat pesanan akan dikirimkan ke PBF
Tramedifa setelah itu perbekalan farmasi yang dipesan akan
dikirim. Namun karena letak PBF Tramedifa yang dekat maka
apotek memesan perbekalan farmasi melalui telepon dan surat
pesanan diberikan langsung saat perbekalan farmasi datang. Alur
pemesanan perbekalan farmasi dapat dilihat di Lampiran 8.
Keuntungan bekerja sama dengan PBF Tramedifa adalah
lokasinya yang dekat sehingga perbekalan farmasi yang dipesan
cepat datang, Apotek SamMarie Basra dan PBF Tramedifa masih
dalam satu naungan SamMarie Healthcare Group sehingga alur
pemesanan dipermudah melalui telepon. Akan tetapi, kerugiannya
jika PBF Tramedifa menjadi distributor tunggal bagi Apotek
SamMarie Basra adalah jika PBF Tramedifa tidak memiliki
perbekalan farmasi yang dibutuhkan oleh Apotek SamMarie
Basra, maka apotek harus mencari ke tempat lain seperti apotek
lain. Selain itu, bargaining position dari PBF Tramedifa menjadi
lebih kuat dibandingkan dengan Apotek SamMarie Basra
sehingga apotek terikat dengan kebijakan dan harga yang
ditetapkan oleh PBF Tramedifa.
5.3.2. Penyimpanan perbekalan farmasi
Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan
jenisnya yaitu obat dan alat kesehatan. Untuk obat disimpan di
area penyimpanan obat (lemari) dan etalase counter bagian depan
apotek. Alat kesehatan disimpan di gudang obat dalam rak-rak
penyimpanan. Vaksin disimpan di lemari pendingin. Obatdisimpan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara
alfabetis. Obat juga dibedakan antara obat generik dan obat
dengan nama dagang. Tata letak penyimpanan seperti ini untuk
mempermudah pengambilan dan meminimalisasi tertukarnya
obat. Gambaran ruang penyimpanan perbekalan farmasi dapat
dilihat di Lampiran 9.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
50/102
39
Universitas Indonesia
5.3.3. Pengeluaran perbekalan farmasi
Pengeluaran perbekalan farmasi di Apotek SamMarie Basra
dilakukan dengan sistem FIFO ( First In First Out ) dengan asumsi
obat yang masuk lebih dulu memiliki expired date lebih cepat.
Selain itu juga menggunakan sistem FEFO ( First Expired First
Out ) karena tidak menutup kemungkinan barang yang baru masuk
memiliki expired date lebih cepat dibandingkan dengan barang
yang lebih awal datang. Perbekalan farmasi yang keluar dari
lemari penyimpanan dilakukan pencatatan secara manual pada
kartu stok masing-masing dan dilakukan pencatatan secara
komputerisasi sehingga mempermudah dalam melihat jumlah
barang yang masuk dan keluar serta barang yang tersedia di
lemari penyimpanan.
Stock of name dilakukan setiap tiga bulan sekali dengan
tujuan mencocokkan jumlah perbekalan farmasi yang tersedia
secara fisik dengan data yang tercatat di kartu stok dan di dalam
komputer. Stock of name ini secara tidak langsung digunakan
untuk melakukan validasi atas sistem penyimpanan dan
pengeluaran serta kinerja personil apotek dalam melakukan
dokumentasi penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi di
apotek. Jika jumlah yang tersedia sesuai dengan catatan kartu stok
dan sistem komputer maka sistem penyimpanan dan pengeluaran
yang telah diaplikasikan berjalan dengan baik, namun apabila
jumlahnya tidak sesuai maka diperlukan tindakan penelusuran
kesalahan yang terjadi.5.3.4. Penyimpanan resep
Pengelolaan resep di Apotek SamMarie Basra sudah
dilakukan dengan baik karena resep dan faktur penjualan
disimpan dan dikumpulkan per bulan dan diurutkan berdasarkan
tanggal terbaru hingga terlama. Hal tersebut dapat mempermudah
penelusuran resep dan faktur penjualan jika diperlukan. Resep-
resep yang dikumpulkan per bulan disimpan di gudang umum.
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
51/102
40
Universitas Indonesia
Sampai saat ini resep-resep ini masih tersimpan dan belum
dilakukan pemusnahan resep. Sebagian besar resep yang diterima
adalah resep yang berasal dari dokter yang berpraktik di RSIA
SamMarie Basra. Contoh resep dan salinan resep Apotek
SamMarie Basra dapat dilihat pada Lampiran 10.
5.4. Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek SamMarie Basra
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan Apotek SamMarie Basra
yaitu pelayanan resep baik berasal dari dalam RSIA SamMarie Basra
maupun resep dari luar dan peleayanan non-resep. Pelayanan resep dapat
berupa resep racikan dan non-racikan. Resep yang masuk diperiksa
menggunakan sistem HTKP (Harga-Timbang-Kemas-Penyerahan) yaitu
pemeriksaan resep dilakukan pada saat menentukan harga resep, saat
penimbangan (jika diperlukan), saat pengemasan, dan saat penyerahan
obat ke pasien. Pemeriksaan dilakukan terhadap aspek nama obat, jumlah
obat, dan dosis, serta cara pakai yang akan ditulis pada etiket. Resep yang
masuk di-input ke dalam sistem apotek yang ada di komputer untuk
mengetahui harga obat dan mengirimkan data secara online ke sistem
kasir. Kemudian resep disiapkan di area peracikan obat sesuai dengan
yang tertera pada resep. Setelah itu dilakukan penulisan etiket untuk obat
yang sudah disiapkan. Setelah pasien membayar obat di kasir, obat
diserahkan ke pasien sambil menukarkan salinan kuitansi berwarna merah
muda. Salinan tersebut akan digabungkan dengan resep menjadi arsip
apotek jika sewaktu-waktu terjadi kesalahan dan dibutuhkan penelusuran
resep. Penyerahan obat tidak selalu diberikan oleh apoteker melainkan
dapat pula oleh asisten apoteker.Apotek dalam melakukan pelayanan kefarmasian mengacu pada
suatu standar yang tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Di dalam
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi di dalamnya
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai serta pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik yang
dimaksud meliputi :
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
52/102
41
Universitas Indonesia
a. pengkajian resep;
b. dispensing;
c.
Pelayanan Informasi Obat;
d.
Konseling;
e. Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f.
Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Apotek SamMarie Basra dalam melakukan pelayanan kefarmasian
hendaknya mengacu pada standar pelayanan kefarmasian yang telah
ditetapkan. Dalam praktiknya, beberapa poin telah diterapkan di Apotek
SamMarie Basra yaitu di antaranya pengkajian resep, dispensing, dan
pelayanan informasi obat. Beberapa hal yang perlu dilakukan ke
depannya yaitu konseling, home pharmacy care, pemantauan terapi obat,
dan monitoring efek samping obat. Praktik pelayanan informasi obat
sejauh pengamatan mahasiswa apoteker juga belum berjalan maksimal.
Informasi yang seharusnya diberikan kepada pasien ketika menerima obat
yaitu dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat
dan lain-lain. Sejauh ini, informasi yang diberikan kepada pasien hanya
sebatas pada cara pakai obat dan frekuensi pemberian obat. Apoteker atau
AA tidak memberikan secara detail mengenai waktu minum obat. Padahal
waktu minum obat tentunya sangat penting demi tercapainya hasil terapi
yang maksimal. Oleh karena itu, pemenuhan standar pelayanankefarmasian di apotek SamMarie Basra perlu ditingkatkan demi
tercapainya target terapi pasien yang optimal.
5.5. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek SamMarie Basra
Apotek juga melakukan pengelolaan terhadap narkotika dan
psikotropika. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekusor Farmasi tempat penyimpanan narkotika dan
-
8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015
53/102
42
Universitas Indonesia
psikotropika dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus. Apotek
SamMarie Basra menyimpan narkotika dan psikotropika di dalam lemari
khusus. Lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. terbuat dari bahan yang kuat;
b.
tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang
berbeda;
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi
Farmasi Pemerintah;
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi
Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan; dan
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker
penanggungjawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.
Penyimpanan narkotika dan psikotropika di Apotek SamMarie
Basra sudah memenuhi beberapa poin persyaratan yaitu poin (a) dan (d).
Beberapa poin yang lain belum dipenuhi oleh Apotek SamMarie Basra.
Lemar