Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

download Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

of 102

Transcript of Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    1/102

     

    UNIVERSITAS INDONESIA 

    PRAKTEK KERJA PROFESI DI APOTEK

    SAMMARIE BASRA PERIODE BULAN OKTOBERTAHUN 2015

    LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

    ASIH LESTARI 

    1406664215 

    FAKULTAS FARMASI 

    PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER  

    DEPOK  

    JANUARI 2016

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    2/102

     

    ii

    UNIVERSITAS INDONESIA 

    PRAKTEK KERJA PROFESI DI APOTEK

    SAMMARIE BASRA PERIODE BULAN OKTOBERTAHUN 2015

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Apoteker

    LAPORAN PRAKTEK KERJA

    ASIH LESTARI 

    1406664215 

    FAKULTAS FARMASI 

    PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER  

    DEPOK  

    JANUARI 2016

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    3/102

     

    iii

    SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME 

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

    laporan ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai peraturan yang berlaku di

    Universitas Indonesia.

    Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan

     bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

    Universitas Indonesia kepada saya.

    Penyusun,

    Asih Lestari

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    4/102

     

    iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS 

    Laporan Praktek Kerja ini adalah hasil karya saya sendiri,

    Dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar

     Nama : Asih Lestari

     NPM : 1406664215

    Tanda Tangan :

    Tanggal :

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    5/102

     

    v

    HALAMAN PENGESAHAN

    Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh :

     Nama : Asih Lestari

     NPM : 1406664215

    Program Studi : Profesi Apoteker

    Judul : Praktek Kerja Profesi di Apotek SamMarie Basra

    Periode Bulan Oktober Tahun 2015

    Telah disetujui dan diterima sebagai bagian dari persyaratan yang

    diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Profesi

    Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.

    PEMBIMBING

    Pembimbing I : T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS. (…………………..) 

    Pembimbing II : Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt. (…………………..) 

    Mengetahui :

    Ketua Program Studi Profesi Apoteker

    Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

    Dr. Hayun, M.Si., Apt.

     NIP 195706131988111001

    Ditetapkan di : Depok

    Tanggal :

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    6/102

     

    vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan

    rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

    Apoteker (PKPA) di Apotek SamMarie Basra, Pondok Bambu, Jakarta Timur.

    Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh

    mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

    (FF UI) untuk mencapai gelar Apoteker. Selain itu, kegiatan PKPA juga

    memberikan kesempatan kepada mahasiwa apoteker untuk memahami peran dan

    tugas apoteker di apotek, khususnya di Apotek SamMarie Basra.Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

     pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini, oleh karena

    itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    (1) Bapak Teuku Nebrisa Zagladin, S.Farm., Apt., MARS. dan Bapak Dr.

    Abdul Mun’im, M.Si., Apt. selaku pembimbing yang telah menyediakan

    waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan

    laporan ini;

    (2) Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI

    atas kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk mengikuti program

    studi ini;

    (3) Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi

    Apoteker UI atas kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk

    mengikuti praktek kerja profesi ini;

    (4) Pembimbing lapangan di Apotek SamMarie Basra; Ibu Widia, Ibu Ratna,

    kak Nova, kak Uci, Bu Evy, uni Novy, kak Abizar, Kasih, Ayu, kak

    Lusya, dan kak Irma yang telah meluangkan waktu untuk membagi ilmu

    dan pengalaman bekerja di Apotek SamMarie Basra.

    (5) Ayah dan ibu serta adik-adik di rumah yang telah memberikan bantuan

    dukungan baik material maupun moral.

    (6) Teman satu PKPA di Apotek SamMarie Basra, Cut Shafa Safira

    terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    7/102

     

    vii

    Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

    sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

    Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak

    yang telah membantu saya. Semoga laporan praktek kerja ini dapat bermanfaat

     bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

    Jakarta, 31 Oktober 2015

    Penulis

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    8/102

     

    viii Universitas Indonesia 

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... iiHALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................. iii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iv

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

    BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    1.1. 

    Latar Belakang ................................................................................... 1 

    1.2. Tujuan ................................................................................................ 2 

    BAB 2 TINJAUAN UMUM ......................................................................... 3

    2.1. Definisi Apotek .................................................................................. 3

    2.2. Sumber Daya Manusia ....................................................................... 3

    2.3. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 5

    2.4. Perbekalan Farmasi ............................................................................ 6

    2.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ....................................................... 10

    2.6. 

    Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek ................................................. 12

    2.7. 

    Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek .......................... 18

    BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ...................................................................... 24

    3.1. Sejarah Apotek SamMarie Basra. ...................................................... 24 

    3.2. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 25 

    3.3. Sumber Daya Manusia ....................................................................... 26 

    3.4. Struktur Organisasi ............................................................................ 27 

    3.5. Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek SamMarie Basra ..................... 28 

    3.6. 

    Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika

    di Apotek SamMarie Basra ................................................................ 30 

    BAB 4 PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA PROFESI ........................ 32

    BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................ 35

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 446.1. Kesimpulan ........................................................................................ 44 

    6.2. 

    Saran .................................................................................................. 44 

    DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 45

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    9/102

     

    ix Universitas Indonesia 

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1. Kegiatan Pelaksanaan Praktek Kerja ............................................. 32

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    10/102

     

    x Universitas Indonesia 

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Penandaan obat bebas ............................................................... 7Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas .................................................. 7

    Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas .............................. 8

    Gambar 2.4. Penandaan obat keras ................................................................ 9

    Gambar 3.1. Lambang SamMarie Basra ....................................................... 25

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    11/102

     

    xi Universitas Indonesia 

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Denah Apotek SamMarie Basra ............................................... 46Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek SamMarie Basra ........................... 47

    Lampiran 3. Surat Pesanan Apotek SamMarie Basra ................................... 48

    Lampiran 4. Faktur Pembelian Apotek SamMarie Basra .............................. 49

    Lampiran 5. Kartu stok Apotek SamMarie Basra ......................................... 50

    Lampiran 6. Etiket dan plastik bungkus obat Apotek SamMarie Basra ....... 51

    Lampiran 7. Gambaran Apotek SamMarie Basra ......................................... 52

    Lampiran 8. Alur pemesanan perbekalan farmasi ......................................... 53

    Lampiran 9. Lokasi penyimpanan perbekalan farmasi ................................. 54

    Lampiran 10 Resep dan salinan resep Apotek SamMarie Basra ................... 55

    Lampiran 11. Lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika .................. 56

    Lampiran 12. Tugas Khusus .......................................................................... 57

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    12/102

      1 Universitas Indonesia 

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual

    maupun sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup produktif secara

    sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

    unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

    Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar

     Negara Republik Indonesia tahun 1945. Kesehatan dapat dicapai melalui

    upaya kesehatan yang diwujudkan dalam suatu pelayanan kesehatan.

    Pelayanan kesehatan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.

    Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik

    kefarmasian oleh Apoteker. Praktik kefarmasian yang dilakukan apoteker

    merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien

    yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang

     pasti untuk meningkatkan mutu hidup pasien. Menurut Peraturan Pemerintah

     Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, seorang apoteker

     bertanggungjawab dalam hal pengadaan, pengendalian, dan distribusi obat-

    obatan yang dilakukan di apotek. Peran seorang apoteker terhadap kualitas

    obat sangatlah penting, maka dari itu seorang apoteker harus memenuhi

    standar kompetensi tertentu sehingga pelayanan kefarmasian yang diberikan

    oleh apoteker tersebut sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian yang

    telah diatur oleh undang-undang. Pembekalan terhadap mahasiswa apotekertidak hanya berupa bekal ilmu pengetahuan saja secara teori, tetapi mahasiswa

    apoteker harus memiliki gambaran kondisi nyata mengenai apotek dengan

    segala permasalahan yang akan dihadapi berkaitan dengan penerapan standar

     pelayanan kefarmasian sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

    Indonesia Nomor 35 tahun 2014 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di

    Apotek.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    13/102

    2

    Universitas Indonesia 

    Untuk dapat mengetahui dan memahami peran apoteker dalam

     pelayanan kefarmasian di apotek, mahasiswa apoteker ditempatkan dalam

    suatu apotek untuk mempelajari segala hal yang berkaitan dengan pealyanan

    kefarmasian di apotek. Dengan PKPA di apotek, diharapkan mahasiswa

    apoteker dapat mengetahui segala hal yang dilakukan dalam suatu pelayanan

    kefarmasian di apotek. Pengetahuan dan pengalaman ketika PKPA di apotek

    ini diharapkan dapat menjadi bekal dan gambaran ketika nantinya akan

    mempersiapkan diri terjun ke dunia kerja.

    1.2 Tujuan Praktek Kerja

    a. 

    Mahasiswa profesi Apoteker dapat melihat secara langsung aktivitas

    yang dilakukan di apotek dalam menerapkan standar pelayanan

    kefarmasian.

     b.  Mahasiswa profesi Apoteker dapat mengetahui dan memahami peran dan

    tugas Apoteker di apotek sehingga dapat menjadi gambaran kelak jika

    ingin bekerja di apotek.

    c.  Mahasiswa profesi Apoteker mengetahui dan memahami manajemen dan

    siklus obat di Apotek SamMarie Basra.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    14/102

      3 Universitas Indonesia 

    BAB 2

    TINJAUAN UMUM

    2.1. Definisi Apotek

    Definisi Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35

    tahun 2014 adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

     praktik kefarmasian oleh apoteker. Apoteker melakukan pekerjaan

    kefarmasian seperti telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51

    tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian

    meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

     pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau

     penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

     pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat

    tradisional.

    2.2. Sumber Daya Manusia

    Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus

    didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi

    kepada keselamatan pasien. Sumber daya kefarmasian yang dimaksud

    meliputi sumber daya manusia dan sarana serta prasarana. Pelayanan

    kefarmasian di apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh

    Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang

    memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.

    Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus memenuhi

    kriteria:a.  Persyaratan administrasi

     b.  Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal

    c.  Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional

     Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang

     berkesinambungan.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    15/102

    4

    Universitas Indonesia 

    d.  Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan

     pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,

     pendidikan berkelanjutan atau mandiri.

    e. 

    Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan

     perundang-undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar

     pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang

     berlaku.

    Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian, seorang apoteker harus

    menjalankan peran yaitu:

    a.  Pemberi layanan

    Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.

    Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan

    kesehatan secara berkesinambungan.

     b.  Pengambil keputusan

    Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan

    dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan

    efisien.

    c. 

    Komunikator

    Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi

    kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu

    harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.

    d.  Pemimpin

    Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

    Kepemimpinan diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan

    yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan danmengelola hasil keputusan.

    e.  Pengelola

    Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,

    anggaran, dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti

    kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi tentang

    obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    16/102

    5

    Universitas Indonesia 

    f.  Pembelajar seumur hidup

    Apoteker harus tetap meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

    keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan.

    g. 

    Peneliti

    Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam

    mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan Pelayanan Kefarmasian

    dan memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan

    Pelayanan Kefarmasian.

    2.3. Sarana dan Prasarana

    Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan

     prasarana Apotek dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi. Alat Kesehatan

    dan Bahan Medis Habis Pakai serta kelancaran praktik Pelayanan

    Kefarmasian. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang

    Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang mempunyai

    fungsi:

    a.  Ruang penerimaan resep

    Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat

     penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set

    komputer. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling

    depan dan mudah terlihat oleh pasien.

     b.  Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara

    terbatas)

    Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara

    terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di

    ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan,timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok

    obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan,

     blanko salinan resep, etiket, dan label obat. Ruang ini diatur agar

    mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat

    dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner ).

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    17/102

    6

    Universitas Indonesia 

    c.  Ruang penyerahan obat

    Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat

    digabungkan dengan ruang penerimaan resep.

    d. 

    Ruang konseling

    Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan

    kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat

     bantu konseling, buku catatan konseling, dan formulir catatan

     pengobatan pasien.

    e. 

    Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

    medis habis pakai

    Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,

    temperatur, kelembapan, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu

     produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi

    dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari

     pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,

    lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.

    f.  Ruang arsip

    Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan

    dengan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

    Medis Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu

    tertentu.

    2.4. Perbekalan Farmasi

    Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai “tanda”

    untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik

    Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturantersebut antara lain yaitu :

    a.  Undang-Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika;

     b.  Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang

    Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas;

    c.  Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang

    Tanda Khusus Obat Keras Daftar G;

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    18/102

    7

    Universitas Indonesia 

    d.  Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VIII/90

    tentang Obat Wajib Apotek; dan

    e. 

    Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 688/Menkes/Per/VII/1997

    tentang Peredaran Psikotropika

    Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi

    menjadi beberapa golongan yaitu :

    1)  Obat Bebas

    Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa

    resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran bulat

     berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat bebas

    adalah Panadol®, Promag®, dan Diatab®.

    Gambar 2.1. Penandaan obat bebas

    2)  Obat Bebas Terbatas

    Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat

    diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas

    adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi berwarna

    hitam.

    Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas

    Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam

    wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6).

    Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5

    cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan

    diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    19/102

    8

    Universitas Indonesia 

     putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya,

    yaitu sebagai berikut :

    a. 

    P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya.

     b. 

    P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan.

    c.  P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.

    d. 

    P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

    e.  P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

    f.  P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

    Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas

    3) 

    Obat Keras Daftar G

    Obat-obat yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,

    mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia baik dalam

     bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

    disebut obat keras. Tanda khusus untuk obat keras adalah lingkaran

     bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K

    di dalamnya yang menyentuh garis tepi. Pada etiket dan bungkus luar

    obat jadi yang tergolong obat keras harus dicantumkan secara jelas

    tanda khusus untuk obat keras. Tanda khusus dapat tidak

    dicantumkan pada blister, strip aluminium/selofan, vial, ampul, tube

    atau bentuk wadah lain, apabila wadah tersebut dikemas dalam

     bungkus luar.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    20/102

    9

    Universitas Indonesia 

    Gambar 2.4. Penandaan obat keras

    Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep

    dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan

     pada resepnya “boleh diulang”. Obat-obat golongan ini antara lain

    obat jantung, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ukus

    lambung, semua obat suntik, dan psikotropika.

    4) 

    Psikotropika

    Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang

     berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

     pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

     perilaku disebut psikotropika. Penggolongan dari psikotropika

    adalah:

    a. 

    Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat

    digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

    dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan

    sindroma ketergantungan. Contoh : etisiklidina, tenosiklidina,

    metilendioksimetilamfetamin (MDMA);

     b.  Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat

     pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk

    tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

    mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamin,

    deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin;

    c.  Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat

     pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk

    tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

    mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amobarbital,

     pentobarbital, siklobarbital; dan

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    21/102

    10

    Universitas Indonesia 

    d.  Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat

     pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau

    untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

    mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : diazepam,

    estazolam, etilamfetamin, alprazolam.

    5) 

     Narkotika

    Zat atau obat yang berasa dari tanaman atau bukan tanaman baik

    sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan

    atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

    menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,

    disebut narkotika. Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

    a.   Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat

    digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan

    tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

    tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kokain, opium,

    heroin, ganja;

     b.   Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat

     pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat

    digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan

    ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

    ketergantungan. Contoh : morfin, petidin, normetadona,

    metadona; dan

    c.   Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat

     pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan

     pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringanmengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein, norkodeina,

    etilmorfina.

    2.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

    Pengelolaan Perbekalan Farmasi dilakukan sesuai dengan Peraturan

    Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2014 meliputi perencanaan,

     pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,

     pencatatan, dan pelaporan.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    22/102

    11

    Universitas Indonesia 

    2.5.1.  Perencanaan

    Pada pembuatan perencanaan pengadaan perlu diperhatikan pola

     penyakit, pola konsumsi, budaya, dan kemampuan masyarakat.

    2.5.2. 

    Pengadaan

    Pada penjaminan kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan

    sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan

     perundang-undangan.

    2.5.3.  Penerimaan

    Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

    spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera

    dalam surat pesanan dengan kondisi fisik baik saat diterima.

    2.5.4.  Penyimpanan

    a.  Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.

    Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan

     pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi

    dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah

    sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor bets, dan

    tanggal kadaluwarsa.

     b.  Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang

    sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

    c.  Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk

    sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.

    d.  Pengeluaran obat memakai sistem FEFO ( First Expire First

    Out ) dan FIFO ( First In First Out )

    2.5.5. 

    PemusnahanObat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis

    dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa serta obat yang

    mengandung psikotropika dan narkotika harus dilakukan oleh

    apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    Apoteker yang melaksanakan pemusnahan harus memiliki surat

    izin praktik. Setiap pemusnahan harus dibuat berita acara

     pemusnahan. Selain obat, resep juga dilakukan pemusnahan. Resep

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    23/102

    12

    Universitas Indonesia 

    yang telah disimpan melebih jangka waktu 3 tahun dapat

    dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker dan

    disaksikan sekurang-kurangnya satu petugas lain di apotek. Setiap

     pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan dan

    dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

    2.5.6. 

    Pengendalian

    Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

     persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem

     pesanan atau pengadaan, penyimpanan, dan pengeluaran.

    Pengendalian dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari

    terjadinya kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa,

    kehilangan serta pengembalian pesanan. Perlu adanya kartu stok

    yang berisi sekurang-kurangnya nama obat, tanggal kadaluarsa,

     jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, dan sisa persediaan.

    Pengisian kartu stok dapat dilakukan secara manual atau otomatis.

    2.5.7.  Pencatatan dan pelaporan

    Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan

    farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi

     pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),

     penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya

    disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan

    internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan

    yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi

    keuangan, barang, dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal

    merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajibansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi

     pelaporan narkotika, psiktropika, dan pelaporan lainnya.

    2.6. Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek

    2.6.1. 

    Pengkajian resep 

    a.  Kajian administratif meliputi:

    1)  nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan;

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    24/102

    13

    Universitas Indonesia 

    2)  nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor

    telepon, paraf; dan

    3) 

    tanggal penulisan resep

     b. 

    Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

    1)   bentuk dan kekuatan sediaan;

    2) 

    stabilitas; dan

    3)  kompatibilitas (ketercampuran obat).

    c.  Pertimbangan klinis meliputi:

    1) 

    ketepatan indikasi dan dosis obat;

    2)  aturan, cara dan lama penggunaan obat;

    3) 

    duplikasi dan/atau polifarmasi;

    4)  reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping

    obat, manifestasi klinis lain);

    5)  kontraindikasi; dan

    6) 

    interaksi.

    Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka

    Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.

    2.6.2. 

    Dispensing 

    a.  Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:

    1)  menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;

    2)  mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan

    dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa,

    dan keadaan fisik obat.

     b.  Melakukan peracikan obat bila diperlukan 

    c. 

    Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi: 1)  warna putih untuk obat dalam/oral;

    2)  warna biru untuk obat luar dan suntik; 

    3)  menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk

    suspensi atau emulsi. 

    d.  Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah

    untuk obat yang berbeda agar menjaga mutu obat dan

    menghindari penggunaan yang salah. 

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    25/102

    14

    Universitas Indonesia 

    e.  Setelah penyiapan obat dilakukan hal-hal sebagai berikut: 

    1)  sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan

     pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada

    etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat

    (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep);

    2) 

    memanggil nama dan nomor tunggu pasien; 

    3)  memeriksa ulang identitas dan alamat pasien; 

    4)  menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat; 

    5) 

    memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal

    yang terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan

    dan minuman yang harus dihindari saat mengkonsumsi

    obat, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat

    dan lain-lain; 

    6)   penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan

    cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat

    mungkin emosinya tidak stabil; 

    7)  memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau

    keluarganya; 

    8)  membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf

    oleh Apoteker (apabila diperlukan); 

    9)  menyimpan resep pada tempatnya; 

    10) Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan

    menggunakan formulir yang telah ditentukan. 

    Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat nonresep atau

     pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasikepada pasien yang memerlukan obat nonresep untuk penyakit

    ringan dengan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang

    sesuai. 

    2.6.3. 

    Pelayanan Informasi Obat (PIO) 

    Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

    Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak

    memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    26/102

    15

    Universitas Indonesia 

    segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain,

     pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat

    resep, obat bebas, dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk

    sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian,

    farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,

    keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek

    samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau

    kimia dari obat dan lain-lain. Kegiatan pelayanan informasi obat di

    apotek meliputi:

    a.  menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;

     b. 

    membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet,

     pemberdayaan masyarakat (penyuluhan); 

    c.  memberikan informasi dan edukasi kepada pasien; 

    d.  memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa

    farmasi yang sedang praktik profesi; 

    e.  melakukan penelitian penggunaan obat; 

    f.  membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah; 

    g. 

    melakukan program jaminan mutu. 

    Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk

    membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan

    informasi obat:

    a.  Topik pertanyaan;

     b.  Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan; 

    c. 

    Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, telepon); d.  Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain

    seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui,

    data laboratorium); 

    e. 

    Uraian pertanyaan; 

    f.  Jawaban pertanyaan; 

    g.  Referensi; 

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    27/102

    16

    Universitas Indonesia 

    h.  Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan

    data Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat. 

    2.6.4. 

    Konseling 

    Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan

     pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,

    kesadaran, dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku

    dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi

     pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan Three

     Prime Questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah,

     perlu dilanjutkan dengan metode  Health Belief Model . Apoteker

    harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien

    sudah memahami obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga

     pasien yang perlu diberi konseling:

    a.  Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati

    dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).

     b.  Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:

    TB, DM, AIDS, epilepsi). 

    c. 

    Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus

    (penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off ). 

    d.  Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit

    (digoksin, fenitoin, teofilin). 

    e.  Pasien dengan polifarmasi, pasien menerima beberapa obat

    untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga

    termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang

    diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. f.  Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah 

    2.6.5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah ( Home Pharmacy Care) 

    Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat

    melakukan Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,

    khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan

     penyakit kronis lainnya. Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah

    yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi:

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    28/102

    17

    Universitas Indonesia 

    a.   penilaian/pencarian (assessment ) masalah yang berhubungan

    dengan pengobatan;

     b. 

    identifikasi kepatuhan pasien; 

    c. 

     pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di

    rumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan

    insulin; 

    d.  konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum; 

    e.  monitoring pelaksanaan, efektivitas dan keamanan penggunaan

    obat berdasarkan catatan pengobatan pasien; 

    f.  dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah

    dengan menggunakan formulir yang sudah ditetapkan. 

    2.6.6. Pemantauan Terapi Obat (PTO) 

    Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien

    mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan

    memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Kriteria

     pasien yang dikenai Pemantauan Terapi Obat:

    a.  Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

     b. 

    Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis. 

    c.  Adanya multidiagnosis. 

    d.  Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati. 

    e.  Menerima obat dengan indeks terapi sempit. 

    f.  Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat

    yang merugikan. 

    2.6.7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 

    Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yangmerugikan atau tidak diharapkan terjadi pada dosis normal yang

    digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan

    terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis. Kegiatan yang dilakukan

    dalam MESO yaitu:

    a.  Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi

    mengalami efek samping obat.

     b. 

    Mengisi formulir MESO. 

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    29/102

    18

    Universitas Indonesia 

    c.  Melaporkan ke pusat MESO Nasional dengan menggunakan

    formulir yang telah disediakan. 

    2.7.  Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek

    2.7.1. 

    Pengelolaan narkotika di apotek  

     Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang

     pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun

    menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila

    dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan

    saksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika di Indonesia

    merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah

     pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah

    Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma

    (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi

    sediaan, dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal

    tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya

    yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar

     pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan,

     pelaporan, dan pemusnahan.

    2.7.2.  Pemesanan narkotika 

    Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat

    memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma Apotek dengan

    menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus narkotika, yang

    ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas, stempel

    apotek, dan nomor SIPA. Surat pesanan terdiri dari empat

    rangkap. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika.2.7.3.  Penyimpanan narkotika 

    Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan

    narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan

    narkotika harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

    a.  Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

     b.  Harus mempunyai kunci yang kuat.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    30/102

    19

    Universitas Indonesia 

    c.  Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan.

    Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin,

     petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika

    sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan

    narkotika yang digunakan sehari-hari.

    d. 

    Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran

    kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus

    dibuat melekat pada tembok atau lantai.

    e. 

    Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan

     barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri

    Kesehatan.

    f.  Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang

    dikuasakan.

    g.  Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan

    tidak terlihat oleh umum.

    2.7.4.  Pelayanan resep yang mengandung narkotika 

    Prosedur tetap pelayanan resep yang mengandung narkotika, yaitu

    sebagai berikut :

    a.  Skrining Resep

    1)  Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan

    administrasi;

    2)  Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu :

     bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

    inkompatibilitas, cara, dan lama pemberian;

    3) 

    Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efeksamping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah

    obat dan lain-lain);

    4)   Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli

    rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai

     pengobatan, dokter. Salinan resep narkotika dalam

    tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali;

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    31/102

    20

    Universitas Indonesia 

    5)  Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau

    yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani

    oleh apotek yang menyimpan resep asli; dan

    6) 

    Konsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila

    diperlukan.

     b. 

    Penyiapan Resep

    1)  Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep;

    2)  Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang

    mengandung narkotika atau menimbang bahan baku

    narkotika;

    3) 

    Menutup dan mengembalikan wadah obat pada

    tempatnya;

    4)  Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai

    dengan permintaan dalam resep; dan

    5) 

    Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis

    dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.

    c.  Penyerahan Obat

    1) 

    Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan

    etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan;

    2)  Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;

    3)  Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima;

    4)  Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;

    5)  Menanyakan dan menuliskan alamat/nomor telepon pasien

    dibalik resep; dan

    6) 

    Menyimpan resep pada tempatnya danmendokumentasikannya.

    Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang

    mengandung narkotika antara lain :

    a. 

     Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan

    atau ilmu pengetahuan.

     b.  Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk

     pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    32/102

    21

    Universitas Indonesia 

    c.  Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung

    narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau

     belum dilayani sama sekali.

    d. 

    Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum

    sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan

    resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang

    menyimpan resep asli.

    e.  Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak

     boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak

     boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang

    mengandung narkotika.

    2.7.5.  Pelaporan narkotika 

    Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

    menyatakan bahwa apotek wajib membuat, menyampaikan dan

    menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau

     pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya.

    Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk

     perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan

    Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian

    Kesehatan. SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan

     penggunaan narkotika dan psikotropika dari unit layanan kesehatan

    (puskesmas, rumah sakit, dan apotek) ke Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik.

    Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke

    tingkat yang lebih tinggi (Dinas Kesehatan Provinsi dan DirjenBinfar-Alkes) melalui mekanisme pelaporan online.

    2.7.6.  Pemusnahan narkotika 

    APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau

    tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan

    kesehatan. APA dan dokter yang memusnahkan narkotika harus

    membuat Berita Acara Pemusnahan (BAP) narkotika yang

    sekurang-kurangnya memuat:

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    33/102

    22

    Universitas Indonesia 

    a.   Nama, jenis, sifat, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

     b.  Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun

    dilakukan pemusnahan.

    c. 

    Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang

    menyaksikan pemusnahan.

    d. 

    Cara pemusnahan dibuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika

    dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

    tembusan kepada Balai POM.

    Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan

     pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri

    Kesehatan yang berupa teguran, peringatan, denda administratif,

     penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin.

    2.7.7.  Pengelolaan psikotropika di apotek  

    Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang

     berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan

    ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika yaitu:

    a.  Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan

     pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.

     b.  Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. 

    c.  Memberantas peredaran gelap psikotropika. 

    Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi :

    a.  Pemesanan psikotropika

    Pemesanan psikotropika menggunakan surat pesanan (SP)

    dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat.

    Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukankepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai

     pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara

     pemesanan adalah dengan menggunakan SP yang

    ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama jelas,

    stempel apotek, nomor SIPA. Surat pesanan dibuat 3 rangkap,

    dua lembar untuk PBF dan 1 lembar untuk arsip apotek.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    34/102

    23

    Universitas Indonesia 

     b.  Penyimpanan psikotropika 

    Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun

    karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka

    disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan

    tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus. 

    c. 

    Pelaporan psikotropika 

    Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai

    kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan

    melaporkan pemakaiannya setiap bulan. Laporan ditujukan

    kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

    dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM setempat,

    Dinas Kesehatan Provinsi setempat, dan 1 salinan untuk arsip.

    d.  Pemusnahan psikotropika 

    Kegiatan ini dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana,

    diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang

     berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi,

    kadaluwarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada

     pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

    Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan

    dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

    tembusan kepada Balai POM. 

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    35/102

      24 Universitas Indonesia 

    BAB 3

    TINJAUAN KHUSUS

    APOTEK SAMMARIE BASRA

    3.1. Sejarah Apotek SamMarie Basra

    RSIA SamMarie Basra merupakan salah satu usaha pelayanan

    kesehatan yang berada di bawah naungan SamMarie Healthcare Group.

    SamMarie Healthcare Group (SMHG) merupakan sebuah instansi

     pelayanan kesehatan swasta yang menaungi empat perusahan pelayanan

    kesehatan, yaitu PT. SamMarie Purnafiat, PT. SamMarie Tramedifa, PT.

    SamMarie Primafiat, dan PT. SamMarie Pharma. Masing-masing dari

    keempat perusahaan ini membawah setidaknya satu cabang pelayanan

    kesehatan. Perusahaan PT. SamMarie Purnafiat yang berdiri tahun 2003

    menaungi SamMarie Family Healthcare, Wijaya yang berdiri pada tahun

    2004. Perusahaan PT. SamMarie Tramedifa menaungi beberapa sub

     bagian perusahaan yaitu Tramedifa GTPD yang berdiri pada tahun 2007,

    Tramedifa IT Solutions yang berdiri pada tahun 2011, Rucitral Salon

    yang berdiri pada tahun 2008 lalu berkembang menjadi Rucitra Salon

    Tebet dan Rucitral Salon Basra. Perusahaan PT. SamMarie Primafiat

    yang berdiri pada tahun 2009 menaungi dua sub bagian perusahaan yaitu

    RSIA SamMarie Basra yang berdiri pada tahun 2010 dan Klinik Fertilitas

    & Bayi Tabung SamMarie yang berdiri pada tahun 2011. Selanjutnya

     perusahaan PT. SamMarie Pharma menaungi Apotek Tebet yang berdiri

     pada tahun 2008.

    Apotek SamMarie Basra berdiri pada tanggal 7 Desember 2005, berdasarkan akta notaris Herawati, S.H. No. 7 tahun 2005. Pertama kali

    apotek SamMarie Basra merupakan apotek yang berada di dalam sebuah

    klinik yang didirikan pada tahun 2004. Klinik SamMarie yang dikenal

    sebagai Klinik Fertilitas dan Menopause SamMarie Basra dengan

    spesifikasi khusus pada bidang kesehatan reproduksi. Pendirian klinik ini

    diprakarsai oleh Prof. Dr. dr. T.Z. Jacoeb, SpOG-KFER beserta istrinya,

    dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, SpKK dan iparnya Ir. Yusuf Effendi Pohan,

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    36/102

    25

    Universitas Indonesia 

    MPA beserta istrinya Ir. Cut Intan Djuwita, M.Sc., dengan tujuan

    membantu pasangan suami-istri untuk mendapatkan keturunan.

    Pada tahun 2010, klinik tersebut dikembangkan menjadi Rumah

    Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra yang memiliki fokus layanan

     pada kesehatan reproduksi serta kesehatan ibu dan anak. Apotek

    SamMarie Basra menjadi apotek rumah sakit yang melayani pasien rumah

    sakit, khususnya pasien rawat jalan, serta masyarakat sekitar. Sedangkan

    untuk pelayanan kefarmasian pasien rawat inap RSIA SamMarie Basra

    menjadi tanggung jawab bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSIA

    SamMarie Basra. Berikut adalah lambang dari RSIA SamMarie Basra :

    Gambar 3.1. Lambang RSIA SamMarie Basra

    Lambang dari RSIA SamMarie tersebut memiliki arti sebagai berikut :

    a.  Lembar bawang yang berarti empat orang pendiri utama

     b.  Simbol bawang yang berarti pertumbuhan terus menerus dan

     berkembang dalam kesatuan

    c.  Titik bulat di atas sebagai penanda kepala manusia.

    d.  Tanda silang, dimana dapat dilihat sebagai “X” untuk lambang

     perempuan dan “Y” untuk lambang laki-laki.

    e.  Lambang dibuat dalam warna ungu dengan arti kesungguhan,

    keanggunan, dan contoh akan keteladanan.

    f.   Nama Sam mewakili nama “Samidan Zagloel”. 

    g. 

     Nama Marie mewakili nama “Komariah”. 

    h.  Tulisan SamMarie dibuat dalam huruf khusus sebagai cita rasa

    keindahan.

    3.2. Sarana dan Prasarana

    Apotek SamMarie Basra berlokasi di lantai dasar gedung Rumah

    Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra Jl. Basuki Rahmat No. 31

    Jakarta Timur. Apotek berada di pinggir jalan, yang dilalui kendaraan

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    37/102

    26

    Universitas Indonesia 

    umum serta memiliki halaman parkir yang cukup luas. Bangunan apotek

    terdiri dari tempat peracikan resep dan penjualan obat OTC, ruang

     peracikan, ruang penyimpanan obat, alkes, dan arsip, serta dilengkapi

    dengan wastafel dan gudang. Ruang peracikan tidak dapat terlihat

    langsung dari luar karena adanya sekat berupa tembok. Peracikan dapat

     berupa kegiatan peracikan sediaan serbuk (puyer) dan kapsul serta

     peracikan sediaan semisolid (krim dan salep). Denah lokasi Apotek

    SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 1.

    3.3. Sumber Daya Manusia

    Tenaga kefarmasian di Apotek SamMarie Basra bekerja secara

     bergantian berdasarkan  shift yang telah dijadwalkan. Masing-masing

    tenaga kefarmasian Apotek melaksanakan tugas dan tanggung jawab

    masing-masing seperti berikut :

    a.  Apoteker Pengelola Apotek (APA)

    1) 

    Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan

    fungsinya sebagai profesi apoteker sebagaimana tertulis dalam

     perundang-undangan yang terkait dengan standar pelayanan

    apotek.

    2)  Memimpin kegiatan manajerial apotek dalam hal pengelolaan

    sumber daya manusia seperti mengkoordinasikan dan mengawasi

    dinas kerja Asisten Apoteker antara lain dengan mengatur jadwal

    giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung

     jawab masing-masing Asisten Apoteker.

    3)  Bertanggung jawab atas kelancaran administrasi, dokumentasi

    serta penyimpanan arsip penting.4)  Memberikan pelayanan informasi obat (PIO) kepada pasien untuk

    mendukung penggunaan obat yang rasional.

    5)  Melaksanakan pelayanan klinis kefarmasian terutama dalam

     pelayanan swamedikasi.

    6)  Memeriksa kebenaran obat yang diberikan kepada pasien meliputi

     bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    38/102

    27

    Universitas Indonesia 

     pasien, serta memberikan informasi yang diperlukan pasien

    terkait obat yang diterimanya.

    7) 

    Menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya.

    8) 

    Melakukan pemesanan obat yang habis ke pihak distributor.

     b.  Asisten Apoteker (AA)

    1) 

    Mendata keperluan barang.

    2)  Mengatur, mengawasi, dan menyusun obat pada tempat

     penyimpanan obat di ruang penyimpanan.

    3) 

    Memberi harga untuk resep yang masuk dan memeriksa

    kelengkapan resep.

    4) 

    Melayani permintaan obat bebas (OTC) dan resep dokter, mulai

    dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket,

    mengemas, sampai menyerahkan obat.

    5)  Memeriksa kebenaran obat yang diberikan kepada pasien meliputi

     bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama

     pasien, serta memberikan informasi yang diperlukan pasien

    terkait obat yang diterimanya.

    6) 

    Mencatat keluar masuk barang.

    7)  Melakukan pengecekan kadaluarsa tiap obat

    8)  Menyusun daftar masuknya barang

    9)  Membuat salinan resep bila diperlukan

    c.  Juru racik

    1)  Menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, dan mengemas obat.

    2)  Membantu pencatatan keluar masuk barang.

    3) 

    Membantu tugas dari asisten apoteker.3.4. Struktur Organisasi

    Apotek SamMarie Basra terdiri dari Pemilik Sarana Apotek (PSA),

    Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker (AA), dan juru

    racik. Bagan struktur organisasi Apotek SamMarie Basra dapat dilihat

     pada Lampiran 2 sedangkan rincian jumlah tenaga kerja di apotek adalah

    sebagai berikut :

    a. 

    Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    39/102

    28

    Universitas Indonesia 

     b.  Asisten Apoteker : 4 orang

    c.  Juru racik : 1 orang

    Apotek memiliki jam operasional selama 24 jam setiap hari karena

    menyesuaikan dengan jam operasional RSIA SamMarie Basra dengan

     pembagian jam kerja menjadi beberapa shift sebagai berikut :

    a. 

    Shift pagi : pukul 07.00 –  14.00 WIB

     b.  Shift tengah (middle) : pukul 10.00 –  17.00 WIB

    c.  Shift siang : pukul 14.00 –  21.00 WIB

    d. 

    Shift malam : pukul 21.00 –  07.00 WIB

    3.5. Kegiatan di Apotek SamMarie Basra

    3.5.1. 

    Pengadaan perbekalan farmasi 

    Pengadaan perbekalan farmasi dapat dilakukan apabila

    Surat Pesanan (SP) telah dibuat. SP dibuat oleh APA dan AA

     berdasarkan kebutuhan apotek. Pembelian dilakukan secara kredit

    dan dibayar satu kali setiap bulannya dengan jatuh tempo 30 hari

    setelah dilakukan pemesanan. Sebelum dilakukan pengadaan,

    APA akan membuat perencanaan pengadaan terlebih dahulu,

     perencanaan sangat diperlukan untuk menetapkan produk apa

    yang dipesan dan memang dibutuhkan oleh apotek. Perencanaan

     pengadaan dibuat berdasarkan kebutuhan dan dicatat dalam buku

    defecta. Khusus untuk barang yang bersifat cito dipesan melalui

    telepon dengan SP diserahkan menyusul ketika barang datang.

    Contoh surat pesanan Apotek SamMarie Basra dapat dilihat di

    Lampiran 3.

    Pemesanan perbekalan farmasi dilakukan kepada PBFTramedifa yang masih berada di dalam naungan SamMarie

    Healthcare Group. Pemesan dilakukan setiap hari berdasarkan

    kebutuhan obat yang tercantum dalam buku defecta. Barang yang

    dipesan, diantar oleh PBF Tramedifa disertai dengan faktur

     penjualan sebagai tanda bukti penyerahan barang. Barang yang

    datang disesuaikan jenis dan jumlahnya dengan yang tertera pada

    faktur. Apabila sesuai, faktur akan ditandatangani oleh APA.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    40/102

    29

    Universitas Indonesia 

    Faktur asli diberikan kepada distributor, lembar salinan faktur

     berwarna hijau disimpan oleh Apotek sebagai arsip, dan lembar

    salinan faktur berwarna biru diserahkan ke bagian Keuangan

    RSIA untuk selanjutnya dilakukan pembayaran ke pihak PBF

    Tramedifa. Data barang yang datang berupa jenis dan jumlahnya

    dimasukkan ke dalam komputer dan kartu stok. Contoh faktur

     pembelian Apotek SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 4.

    3.5.2.  Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi 

    Perbekalan farmasi disimpan sesuai dengan bentuk

    sediaannya (cair, padat, semisolid) dan alfabetis dengan sistem

    FIFO ( First In First Out ) dan FEFO ( First Expired First Out ).

    Setiap jenis perbekalan farmasi memiliki kartu stok yang berisi

    konten seperti nama sediaan, tanggal barang keluar/masuk,

     jumlah barang keluar, jumlah barang masuk, dan jumlah sisa

     barang. Produk OTC (Over The Counter ) seeperti obat bebas dan

    obat bebas terbatas, serta beberapa alat kesehatan diletakkan di

    etalase depan yang dapat dilihat langsung dari luar. Obat keras

     baik generik/paten berada di lemari dalam ruang penyimpanan

    apotek, sedangkan obat narkotik/psikotropika disimpan dalam

    lemari khusus yang terkunci. Obat yang membutuhkan

     penyimpanan khusus pada suhu rendah disimpan di dalam lemari

     pendingin. Contoh kartu stok perbekalan farmasi dapat dilihat di

    Lampiran 5. 

    3.5.3.  Penjualan perbekalan farmasi 

    Penjualan yang dilakukan meliputi pelayanan resep serta penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika, fitofarmaka,

     jamu, perlengkapan bayi, dan alat kesehatan. Penjualan resep

    dapat dilakukan dengan pembayaran tunai dan kredit. Pada

     penjualan resep yang dibayar tunai, permintaan obat tertulis dari

    dokter untuk pasien ditebus dan dibayar secara tunai oleh pasien

    ke kasir RSIA SamMarie Basra. Penjualan secara kredit adalah

     pasien melakukan pembayaran resep melalui jasa perusahaan

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    41/102

    30

    Universitas Indonesia 

    asuransi yang pembayarannya secara berjangka berdasarkan

     perjanjian yang telah disetujui antara pihak RSIA SamMarie

    Basra dengan pihak asuransi. Contoh resep dan salinan resep

    dapat dilihat di Lampiran 5 sedangkan bungkus obat dan etiket

    dapat dilihat di Lampiran 6.

    3.6. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek SamMarie Basra

    3.6.1.  Pengadaan narkotika dan psikotropika 

    Pembelian narkotika dan psikotropika dilakukan dengan

    menggunakan surat pesanan narkotika rangkap empat dimana satu

    surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika dan

    ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas,

    nomor SIK, nomor SIPA, jabatan, alamat rumah, nama apotek

    serta stempel apotek yang ditujukan pada PT. Kimia Farma

    Apotek sebagai distributor tunggal narkotika. Pada pesanan

     psikotropika dapat dilakukan pada PBF resmi khususnya untuk

     penyaluran psikotropika rangkap tiga dengan menggunakan surat

     pesanan psikotropika. 

    3.6.2. 

    Penyimpanan narkotika dan psikotropika 

    Tempat khusus untuk menyimpan narkotika di Apotek SamMarie

    Basra yaitu lemari khusus yang terbuat dari kayu yang terbagi

    dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci yang disimpan

    khusus di dalam lemari obat. Bagian pertama untuk menyimpan

     persediaan narkotika sedangkan bagian kedua untuk menyimpan

     psikotropika. Lemari ini tidak digunakan untuk menyimpan obat

    atau barang lain selain narkotika dan psikotropika. Lemari penyimpanan narkotika di Apotek SamMarie Basra terletak di

    ruang penyimpanan bersama rak-rak obat lain. 

    3.6.3.  Pelayanan resep narkotika dan psikotropika 

    Apotek hanya melayani resep yang mengandung narkotika dari

    resep asli atau salinan resep yang berasal dari Apotek SamMarie

    Basra yang belum dilayani. Obat narkotika yang dikeluarkan

    dicatat dalam  software  pemakaian narkotika untuk laporan

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    42/102

    31

    Universitas Indonesia 

     penggunaan narkotika. Obat psikotropika juga dicatat dalam

     software  pemakaian psikotropika. Resep yang mengandung

    narkotika dan psikotropika tidak digabung bersama kumpulan

    resep non-narkotika dan psikotropika tetapi diletakkan di tempat

    terpisah dan diberikan penandaan pada resepnya.

    3.6.4. 

    Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika 

    Setiap bulan, apotek wajib membuat laporan narkotika

     berdasarkan pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat

    di buku harian penggunaan narkotika. Data pemasukan dan

     pengeluaran narkotika serta psikotropika dimasukkan ke dalam

    sebuah  software khusus. Hasil data laporan dikirim ke Seksi

    Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam

     bentuk  softcopy  dengan tembusan ke Balai Besar Pengawasan

    Obat dan Makanan dalam bentuk hardcopy.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    43/102

      32 Universitas Indonesia 

    BAB 4

    PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA PROFESI

    4.1. Waktu dan Tempat 

    Praktek kerja profesi dilakukan di Apotek SamMarie Basra yang

     berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31, Pondok Bambu, Jakarta

    Timur. Praktek kerja profesi dilaksanakan selama kurang lebih empat

    minggu dari tanggal 5 Oktober hingga 31 Oktober 2015.

    4.2. Pelaksanaan Kegiatan 

    Tabel 4.1. Kegiatan pelaksanaan praktek kerja profesi di Apotek

    SamMarie Basra

    Hari Tanggal Uraian singkat Kegiatan

    Senin 5 Oktober 2015 a.  Penjelasan umum tentang tata tertib

     pelaksanaan PKPA di Apotek SamMarie

    Basra

     b.  Briefing   singkat dengan pembimbing

    mengenai tugas umum dan tugas khusus

    Selasa 6 Oktober 2015 a. 

    Penjelasan tentang alur pemesanan

     barang

     b.  Penjelasan tentang sistem komputerisasi

    apotek

    c.  Mengisi kartu stok obat berdasarkan

    faktur pemesanan

    Rabu 7 Oktober 2015 a.  Penerimaan resep

     b. 

    Pengemasan obatc.  Penulisan etiket

    Kamis 8 Oktober 2015 a.  penjelasan mengenai tata cara pelayanan

    resep masuk

     b. 

    menghitung resep racikan

    c.  meracik resep

    d.  menyiapkan obat

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    44/102

    33

    Universitas Indonesia 

    Jum’at  9 Oktober 2015 a. 

    mengisi kartu stok

     b.  menata barang datang

    c.  menyiapkan resep

    Sabtu 10 Oktober 2015 a. 

    meracik resep puyer

     b. 

    menyiapkan obat

    c.  menulis etiket

    Senin 12 Oktober 2015 a.  meracik resep

     b.  menerima barang datang (cek faktur)

    c.  mengisi kartu stok

    d.  menyiapkan obat

    Selasa 13 Oktober 2015 a. 

    meracik resep

     b.  menyiapkan obat

    c. 

     barang datang (cek faktur)

    Kamis 15 Oktober 2015 a. 

    menyiapkan obat

     b.  meracik resep (puyer)

    c.  menulis etiket

    Jum’at  16 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b. 

    cek laporan stok obat

    c.  menulis etiket

    Sabtu 17 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b.  meracik obat

    c.  menulis etiket

    Senin 19 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b.  meracik obat

    c. 

    menulis etiket

    Selasa 20 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b.  meracik resep

    c.  menulis etiket

    Rabu 21 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b.  meracik resep

    c.  menulis etiket

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    45/102

    34

    Universitas Indonesia 

    Kamis 22 Oktober 2015 a. 

    menyiapkan obat

     b.  menulis etiket

    c.  memasukkan obat ke kartu stok

    Jum’at  23 Oktober 2015 a. 

     stock of name di ruang OK

     b. 

     stock of name di ruang perawatan bayi

    Sabtu 24 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b.  menulis etiket

    c.  meracik resep

    Senin 26 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b. 

    menulis etiket

    c. 

    meracik resep

    d.  isi kartu stok obat

    Selasa 27 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b. 

    menulis etiket

    c.  meracik resep

    Rabu 28 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b.  menulis etiket

    c. 

    meracik resep

    Kamis 29 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b.  menulis etiket

    c.  meracik resep

    Jum’at  30 Oktober 2015 a.  menyiapkan obat

     b.  menulis etiket

    c.  meracik resep

    Sabtu 31 Oktober 2015 a. 

    menyiapkan obat

     b.  menulis etiket

    c.  meracik resep

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    46/102

      35 Universitas Indonesia 

    BAB 5

    PEMBAHASAN

    5.1. Sarana dan Prasarana Apotek SamMarie Basra

    Apotek SamMarie Basra berlokasi di pinggir jalan raya dengan

    alamat Jalan Basuki Rachmat No. 31, Pondok Bambu, Jakarta Timur.

    Dari segi lokasi, Apotek SamMarie Basra termasuk mudah untuk diakses

    karena berada di pinggir jalan. Apotek SamMarie Basra yang tergabung

    menjadi satu dengan RSIA SamMarie Basra dari luar sedikit tidak terlihat

    karena di depan RSIA SamMarie Basra terdapat  flyover . Apotek

    SamMarie Basra cukup strategis karena lokasinya cukup jauh dari

    kompetitor, selain itu apotek ini memiliki target tersendiri yaitu pasien

    RSIA SamMarie Basra dan tidak menutup kemungkinan melayani resep

    dari luar maupun penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk

     pasien dari luar RSIA SamMarie Basra.

    Apotek SamMarie Basra memiliki desain interior yang sederhana

     berupa etalase kaca berisi obat OTC (Over the Counter ) dan perbekalan

    farmasi lainnya yang biasa digunakan oleh masyarakat. Di bagian depan

    apotek selain etalase obat juga ada meja dengan komputer untuk kegiatan

     penjualan obat yaitu obat yang dibeli pasien baik berasal dari resep atau

    tidak dicatat di komputer yang terhubung dengan komputer di kasir.

    Bagian depan apotek juga terdapat lemari yang berfungsi untuk

    menempatkan obat-obat maupun suplemen yang dijual oleh apotek.

    Apotek SamMarie Basra dimana pelanggannya adalah pasien dari RSIASamMarie Basra seharusnya memiliki desain yang lebih menarik

    dikarenakan pasien dari RSIA SamMarie Basra banyak yang berasal dari

    kalangan menengah ke atas. Apotek SamMarie Basra dapat menjual

    suplemen – suplemen kepada pelanggan RSIA SamMarie Basra maka dari

    itu perlu adanya lemari display dengan desain menarik yang menampilkan

     produk-produk suplemen kesehatan karena pelanggan dari kalangan

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    47/102

    36

    Universitas Indonesia 

    menengah ke atas tentunya dapat membeli produk tersebut. Gambaran

    Apotek SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 7.

    5.2. Sumber Daya Manusia Apotek SamMarie Basra

    Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra terdiri dari PSA

    (Pemilik Sarana Apotek), satu orang APA (Apoteker Penanggung jawab

    Apotek), empat orang AA (Asisten Apoteker), dan satu orang juru racik.

    Jam kerja seluruh personil apotek adalah satu  shift   per hari yang terdiri

    dari empat  shift   yaitu  shift  pagi (07.00  –   14.00),  shift tengah (10.00  –  

    17.00), shift siang (14.00 –  21.00), dan shift  malam (21.00 –  07.00). APA

    di Apotek SamMarie Basra tidak bekerja selama 24 jam penuh, sehingga

    APA dibantu oleh AA dalam melakukan pelayanan kefarmasian di apotek

    sesuai dengan ketentuan di Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009

    tentang Pekerjaan Kefarmasian pasal 20 yaitu “Dalam menjalankan

    Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker

    dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan/atau Tenaga Teknis

    Kefarmasian.” Tenaga Teknis Kefarmasian yang dimaksud dalam

    ketentuan tersebut yaitu Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis

    Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

    Pelayanan Kefarmasian di Apotek SamMarie Basra berlangsung 24

     jam dan hanya ditangani oleh satu orang APA dibantu empat orang AA.

    Seorang APA yang bertanggungjawab di Apotek SamMarie Basra pun

    tidak secara penuh 24 jam bekerja di apotek, oleh karena itu sebaiknya

     pihak Apotek SamMarie Basra menambah apoteker pendamping untuk

    menggantikan tugas APA ketika tidak sedang bertugas di Apotek

    SamMarie Basra. Penambahan jumlah apoteker pendamping disinidiperlukan karena ada beberapa kewenangan apoteker yang tidak bisa

    dilakukan oleh asisten apoteker terutama masalah manajerial.

    5.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek SamMarie Basra

    5.3.1. 

    Pengadaan perbekalan farmasi 

    Proses pengadaan perbekalan farmasi di Apotek SamMarie

    Basra dilakukan dengan pesanan harian/setiap hari dalam jumlah

    kecil pada distributor resmi tunggal Pedagang Besar Farmasi

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    48/102

    37

    Universitas Indonesia 

    (PBF) SamMarie Tramedifa. Perbekalan farmasi yang tidak

    dimiliki oleh PBF Tramedifa akan dipesan ke apotek lain dalam

     jumlah kecil seperti Apotek Rini dan Apotek Kimia Farma.

    Pemesanan perbekalan farmasi yang dilakukan setiap hari

     berdasarkan pertimbangan bahwa PBF Tramedifa masih satu

    naungan di bawah SamMarie Healthcare Group dan lokasinya

    yang cukup dekat dengan Apotek SamMarie Basra. Pembayaran

    untuk pemesanan perbekalan farmasi dilakukan dengan sistem

    kredit dan dilakukan sebelum jatuh tempo yaitu 30 hari setelah

     pemesanan. Pembayaran dilakukan oleh bagian keuangan RSIA

    SamMarie Basra.

    Perbekalan farmasi dipantau setiap pagi oleh APA atau AA

    yang bertugas di  shift  pagi baik secara fisik di lemari

     penyimpanan dan dicocokkan dengan stok yang ada di komputer.

    Komputer akan memberikan penandaan pada sistem untuk

     perbekalan farmasi yang sudah mencapai batas stok minimum

    sehingga APA dapat segera melakukan pengadaan baru. Daftar

     perbekalan farmasi yang kurang dan harus dipesan akan ditulis

    oleh APA atau AA di buku defecta. Pemesanan perbekalan

    farmasi dilakukan oleh APA dan AA dengan menghubungi PBF

    Tramedifa berdasarkan buku defecta.

    Perbekalan farmasi yang telah dikirim oleh PBF Tramedifa

    dilakukan pengecekan antara jumlah fisik yang diterima dengan

    faktur penerimaan barang. Jika sudah sesuai, faktur tersebut

    ditandatangani oleh APA atau AA yang melakukan pengecekan.Untuk mendokumentasikan perbekalan farmasi yang datang,

    dilakukan pencatatan pada kartu stok masing-masing obat atau

    alat kesehatan dan dilakukan input  ke dalam komputer. Pada saat

     perbekalan farmasi datang, pihak apotek SamMarie Basra

    menyerahkan surat pesanan kepada kurir PBF Tramedifa. Secara

    alur pemesanan seharusnya setelah melakukan pencatatan pada

     buku defecta, apotek akan membuat surat pesanan berdasarkan

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    49/102

    38

    Universitas Indonesia 

     buku defecta. Lalu surat pesanan akan dikirimkan ke PBF

    Tramedifa setelah itu perbekalan farmasi yang dipesan akan

    dikirim. Namun karena letak PBF Tramedifa yang dekat maka

    apotek memesan perbekalan farmasi melalui telepon dan surat

     pesanan diberikan langsung saat perbekalan farmasi datang. Alur

     pemesanan perbekalan farmasi dapat dilihat di Lampiran 8.

    Keuntungan bekerja sama dengan PBF Tramedifa adalah

    lokasinya yang dekat sehingga perbekalan farmasi yang dipesan

    cepat datang, Apotek SamMarie Basra dan PBF Tramedifa masih

    dalam satu naungan SamMarie Healthcare Group sehingga alur

     pemesanan dipermudah melalui telepon. Akan tetapi, kerugiannya

     jika PBF Tramedifa menjadi distributor tunggal bagi Apotek

    SamMarie Basra adalah jika PBF Tramedifa tidak memiliki

     perbekalan farmasi yang dibutuhkan oleh Apotek SamMarie

    Basra, maka apotek harus mencari ke tempat lain seperti apotek

    lain. Selain itu, bargaining position dari PBF Tramedifa menjadi

    lebih kuat dibandingkan dengan Apotek SamMarie Basra

    sehingga apotek terikat dengan kebijakan dan harga yang

    ditetapkan oleh PBF Tramedifa.

    5.3.2.  Penyimpanan perbekalan farmasi 

    Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan

     jenisnya yaitu obat dan alat kesehatan. Untuk obat disimpan di

    area penyimpanan obat (lemari) dan etalase counter bagian depan

    apotek. Alat kesehatan disimpan di gudang obat dalam rak-rak

     penyimpanan. Vaksin disimpan di lemari pendingin. Obatdisimpan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara

    alfabetis. Obat juga dibedakan antara obat generik dan obat

    dengan nama dagang. Tata letak penyimpanan seperti ini untuk

    mempermudah pengambilan dan meminimalisasi tertukarnya

    obat. Gambaran ruang penyimpanan perbekalan farmasi dapat

    dilihat di Lampiran 9.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    50/102

    39

    Universitas Indonesia 

    5.3.3.  Pengeluaran perbekalan farmasi 

    Pengeluaran perbekalan farmasi di Apotek SamMarie Basra

    dilakukan dengan sistem FIFO ( First In First Out ) dengan asumsi

    obat yang masuk lebih dulu memiliki expired date  lebih cepat.

    Selain itu juga menggunakan sistem FEFO ( First Expired First

    Out ) karena tidak menutup kemungkinan barang yang baru masuk

    memiliki expired date  lebih cepat dibandingkan dengan barang

    yang lebih awal datang. Perbekalan farmasi yang keluar dari

    lemari penyimpanan dilakukan pencatatan secara manual pada

    kartu stok masing-masing dan dilakukan pencatatan secara

    komputerisasi sehingga mempermudah dalam melihat jumlah

     barang yang masuk dan keluar serta barang yang tersedia di

    lemari penyimpanan.

    Stock of name  dilakukan setiap tiga bulan sekali dengan

    tujuan mencocokkan jumlah perbekalan farmasi yang tersedia

    secara fisik dengan data yang tercatat di kartu stok dan di dalam

    komputer. Stock of name ini secara tidak langsung digunakan

    untuk melakukan validasi atas sistem penyimpanan dan

     pengeluaran serta kinerja personil apotek dalam melakukan

    dokumentasi penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi di

    apotek. Jika jumlah yang tersedia sesuai dengan catatan kartu stok

    dan sistem komputer maka sistem penyimpanan dan pengeluaran

    yang telah diaplikasikan berjalan dengan baik, namun apabila

     jumlahnya tidak sesuai maka diperlukan tindakan penelusuran

    kesalahan yang terjadi.5.3.4.  Penyimpanan resep 

    Pengelolaan resep di Apotek SamMarie Basra sudah

    dilakukan dengan baik karena resep dan faktur penjualan

    disimpan dan dikumpulkan per bulan dan diurutkan berdasarkan

    tanggal terbaru hingga terlama. Hal tersebut dapat mempermudah

     penelusuran resep dan faktur penjualan jika diperlukan. Resep-

    resep yang dikumpulkan per bulan disimpan di gudang umum.

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    51/102

    40

    Universitas Indonesia 

    Sampai saat ini resep-resep ini masih tersimpan dan belum

    dilakukan pemusnahan resep. Sebagian besar resep yang diterima

    adalah resep yang berasal dari dokter yang berpraktik di RSIA

    SamMarie Basra. Contoh resep dan salinan resep Apotek

    SamMarie Basra dapat dilihat pada Lampiran 10. 

    5.4. Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek SamMarie Basra

    Pelayanan kefarmasian yang dilakukan Apotek SamMarie Basra

    yaitu pelayanan resep baik berasal dari dalam RSIA SamMarie Basra

    maupun resep dari luar dan peleayanan non-resep. Pelayanan resep dapat

     berupa resep racikan dan non-racikan. Resep yang masuk diperiksa

    menggunakan sistem HTKP (Harga-Timbang-Kemas-Penyerahan) yaitu

     pemeriksaan resep dilakukan pada saat menentukan harga resep, saat

     penimbangan (jika diperlukan), saat pengemasan, dan saat penyerahan

    obat ke pasien. Pemeriksaan dilakukan terhadap aspek nama obat, jumlah

    obat, dan dosis, serta cara pakai yang akan ditulis pada etiket. Resep yang

    masuk di-input   ke dalam sistem apotek yang ada di komputer untuk

    mengetahui harga obat dan mengirimkan data secara online  ke sistem

    kasir. Kemudian resep disiapkan di area peracikan obat sesuai dengan

    yang tertera pada resep. Setelah itu dilakukan penulisan etiket untuk obat

    yang sudah disiapkan. Setelah pasien membayar obat di kasir, obat

    diserahkan ke pasien sambil menukarkan salinan kuitansi berwarna merah

    muda. Salinan tersebut akan digabungkan dengan resep menjadi arsip

    apotek jika sewaktu-waktu terjadi kesalahan dan dibutuhkan penelusuran

    resep. Penyerahan obat tidak selalu diberikan oleh apoteker melainkan

    dapat pula oleh asisten apoteker.Apotek dalam melakukan pelayanan kefarmasian mengacu pada

    suatu standar yang tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35

    tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Di dalam

    Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi di dalamnya

     pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

    Pakai serta pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik yang

    dimaksud meliputi :

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    52/102

    41

    Universitas Indonesia 

    a.   pengkajian resep;

     b.  dispensing;

    c. 

    Pelayanan Informasi Obat;

    d. 

    Konseling;

    e.  Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

    f. 

    Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan

    g.  Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

    Apotek SamMarie Basra dalam melakukan pelayanan kefarmasian

    hendaknya mengacu pada standar pelayanan kefarmasian yang telah

    ditetapkan. Dalam praktiknya, beberapa poin telah diterapkan di Apotek

    SamMarie Basra yaitu di antaranya pengkajian resep, dispensing, dan

     pelayanan informasi obat. Beberapa hal yang perlu dilakukan ke

    depannya yaitu konseling, home pharmacy care, pemantauan terapi obat,

    dan monitoring efek samping obat. Praktik pelayanan informasi obat

    sejauh pengamatan mahasiswa apoteker juga belum berjalan maksimal.

    Informasi yang seharusnya diberikan kepada pasien ketika menerima obat

    yaitu dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode

     pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,

    keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,

    interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat

    dan lain-lain. Sejauh ini, informasi yang diberikan kepada pasien hanya

    sebatas pada cara pakai obat dan frekuensi pemberian obat. Apoteker atau

    AA tidak memberikan secara detail mengenai waktu minum obat. Padahal

    waktu minum obat tentunya sangat penting demi tercapainya hasil terapi

    yang maksimal. Oleh karena itu, pemenuhan standar pelayanankefarmasian di apotek SamMarie Basra perlu ditingkatkan demi

    tercapainya target terapi pasien yang optimal. 

    5.5. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek SamMarie Basra

    Apotek juga melakukan pengelolaan terhadap narkotika dan

     psikotropika. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015

    tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,

    Psikotropika, dan Prekusor Farmasi tempat penyimpanan narkotika dan

  • 8/17/2019 Asih Lestari - 1406664215 - Laporan PKP Di Apotek Oktober 2015

    53/102

    42

    Universitas Indonesia 

     psikotropika dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus. Apotek

    SamMarie Basra menyimpan narkotika dan psikotropika di dalam lemari

    khusus. Lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika

    harus memenuhi syarat sebagai berikut:

    a.  terbuat dari bahan yang kuat;

     b. 

    tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang

     berbeda;

    c.  harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi

    Farmasi Pemerintah;

    d.  diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk

    Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi

    Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan; dan

    e.  kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker

     penanggungjawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang

    dikuasakan.

    Penyimpanan narkotika dan psikotropika di Apotek SamMarie

    Basra sudah memenuhi beberapa poin persyaratan yaitu poin (a) dan (d).

    Beberapa poin yang lain belum dipenuhi oleh Apotek SamMarie Basra.

    Lemar