ASKEP THYPOID

42
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID DI RUANG MAWAR RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK DISUSUN OLEH : PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Transcript of ASKEP THYPOID

Page 1: ASKEP THYPOID

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID

DI RUANG MAWAR RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Page 2: ASKEP THYPOID

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID

DI RUANG MAWAR RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

I. Definisi

Tifus Abdominalis (demam tifoid enteric fever) adalah penyakit

infeksi akut yang besarnya tedapat pada saluran pencernaan dengan

gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran

pencernaan dan gangguan kesadaran. (FKUI, 1985)

Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus,

disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang

tercemar dan sering timbul dalam wabah. (Markum, 1991).

II. Etiologi

Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram

negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai

sekurang-kurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri

dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi.

Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga

macam antigen tersebut.

III. Patofisiologi

Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna,

bersama makanan dan minuman, sabagian besar akan mati oleh asam

lambung HCL dan sebagian ada yang lolos (hidup), kemudian kuman

Page 3: ASKEP THYPOID

masuk kedalam usus (plag payer) dan mengeluarkan endotoksin

sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan

perdangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh darah limfe

akan menuju ke organ RES terutama pada organ hati dan limfe.

Di organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang

tidak difagosif akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah

sehingga menyebar ke organ lain, terutama usus halus sehingga

menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi nutrien

dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan

menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten dan

terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi mudah lelah.

Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler

menyebabkan roseola pada kulit dan lidah hipermi. Pada hati dan limpa

akan terjadi hepatospleno megali. Konstipasi bisa terjadi menyebabkan

komplikasi intestinal (perdarahan usus, perfarasi, peritonitis) dan ekstra

intestinal (pnemonia, meningitis, kolesistitis, neuropsikratrik).

IV. Manifestasi Klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika

dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20

hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,

sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama

masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan tidak

Page 4: ASKEP THYPOID

enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian

menyusul gejala klinis sbb:

Demam

Berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan

suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama duhu berangsur-

angsur meningkat, biasanya turun pada pagi hari dan meningkat

lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu ke-2 penderita terus

demam dan minggu ke-3 penderita demamnya berangsur-angsur

normal.

Gangguan pada saluran pencernaan

Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah,

lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan,

perut kembung, hati dan limpa membesar. disertai nyeri pada

perabaan

Gangguan kesadaran

Kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu

apatis sampai samnolen.

Disamping gejala-gejala tersebut ditemukan juga pada penungggungdan

anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan

karena emboli basil dalam kapiler kulit.

PathwaysMakanan terkontaminasi salmonella

Mulut

HCL (lambung)

Page 5: ASKEP THYPOID

V. Diagnosa Keperawatan

Hidup

usus terutama plag peyer

kuman mengeluarkan endotoksin

Bakteiema primer

Tidak hidup

Difogosit

mati

Tak difogosit

bakteriema sekunder

Pembuluh darah kapiler

Procesia Tidak pada kulit hiperemi

Usus halus

peradangan

Hiperperistaltik usus

diare

bedrest

konstipasi

Malababsorbsi nutrien

Hipotalamus

menekan termoreguler

cepat lelah

Hipertermi

intoleransi aktifitas

Hepar

hipotasplenom

Endotoksin merusak hepar

SGOT/SGPT

reinterkasi usus

Komplikasi

Intestinal- perdara

han usus- Revolu

si- Periton

itis

Ekstraintestinal- Pneumonia- Meningitis- kolesistitis- Neuropsikia

trik

Page 6: ASKEP THYPOID

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

arbsorpsi nutrisi

2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus

3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan

sekunder terhadap diare

4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan

metabolisme sekunder terhadap infeksi akut

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kesalahan

interpretasi informasi, kurang mengingat

VI. Focus Intervensi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

arbsorpsi nutrisi

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi:

a. Dorong tirah baring

Rasional:

Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan

penurunan kalori dan simpanan energi

b. Anjurkan istirahat sebelum makan

Rasional:

Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan

Page 7: ASKEP THYPOID

c. Berikan kebersihan oral

Rasional :

Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan

d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan

menyenangkan

Rasional:

Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif

untuk makan

e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Rasional:

Nutrisi yang adekuat akan membantu proses

f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi

Rasional:

Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal,

sementara memberikan nutrisi penting.

2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus

Tujuan:

Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal

Intervensi:

a. Pantau suhu klien

Rasional:

Page 8: ASKEP THYPOID

Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan

infeksius akut

b. pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat

tidur sesuai dengan indikasi

Rasional:

Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah,

mempertahankan suhu mendekati normal

c. Berikan kompres mandi hangat

Rasional :

Dapat membantu mengurangi demam

d. Kolaborasi pemberian antipiretik

Rasional:

Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus

3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan

sekunder terhadap diare

Tujuan:

Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran

mukosa, turgor kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil,

keseimbangan dan kebutuhan urin normal

Intervensi:

a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang

tidak terlihat

Rasional:

Page 9: ASKEP THYPOID

Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan

elektrolit penyakit usus yang merupakan pedoman untuk

penggantian cairan

b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor

kulit dan pengisian kapiler

Rasional:

Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi

c. Kaji tanda vital

Rasional :

Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan

d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring

Rasional:

Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk penurunan

kehilangan cairan usus

e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral

Rasional:

Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk

mempertahankan kehilangan

4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan

metabolisme sekunder terhadap infeksi akut

Tujuan:

Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi:

Page 10: ASKEP THYPOID

a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan

batasi pengunjung

Rasional:

Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan

b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik

Rasional:

Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan

pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan

c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi

Rasional :

Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena

keterbatasan aktifitas yang menganggu periode istirahat

d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)

Rasional:

Meningkatkan relaksasi dan hambatan energi

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kesalahan

interpretasi informasi, kurang mengingat

Tujuan:

Dapat menyatakan pemahaman proses penyakit

Intervensi:

a. berikan nformasi tentang cara mempertahankan pemasukan

makanan yang memuaskan dilingkungan yang jauh dari rumah

Rasional:

Membantu individu untuk mengatur berat badan

Page 11: ASKEP THYPOID

b. Tentukan persepsi tentang proses penyakit

Rasional:

Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran

kebutuhan belajar individu

c. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor

yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara

menurunkan faktor pendukung

Rasional :

Faktor pencetus/pemberat individu, sehingga kebutuhan pasien

untuk waspada terhadap makanan, cairan dan faktor pola hidup

dapat mencetuskan gejala

VII. Komplikasi

Dapat terjadi pada:

1. Usus halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu:

a. Perdarahan usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan

pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak

terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyari perut

dengan tanda-tanda rejatan

b. Perforasi usus

c. Peritonitis ditemukan gejala abdomen akut yaitu: nyeri perut

yang hebat, diding abdomen dan nyeri pada tekanan

Page 12: ASKEP THYPOID

2. Diluar anus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia)

yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati. Terjadi karena infeksi

sekunder yaitu bronkopneumonia

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium

antara lain sebagai berikut:

a. Pemeriksaan darah tepi

b. Pemeriksaan sumsum tulang

c. Biakan empedu untuk menemukan salmonella

thyposa

d. Pemeriksaan widal digunakan untuk membuat

diagnosis tifus abdominalis yang pasti

IX. Penatalaksanaan

Pengobatan/penatalaksaan pada penderita typus abdominalis adalah

sebagai berikut:

1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta

2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi

3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu

4. Diet makanan harus mengandung cukup cairan dan tinggi

protein

5. Obat Kloramfeniko

Page 13: ASKEP THYPOID

KEBUTUHAN MOBILISASI

A. Pengertian

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara

bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuha hidup sehat.

Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,

meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit.

B. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi

Gaya hidup

Mobilisasi seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai

yang dianut,serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat)

Ketidakampuan

Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Secara umum, ketidakmampuan ada

dua macam, yakni ketidakmampuan primer dan sekunder.

- Ketidakmampuan primer disebabkan oleh penyakit atau trauma

- Ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dari dampak

ketidakmampuan primer. (misal: kelemahan otot, tirah baring)

a. Tingkat energi

Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal

ini, cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.

Page 14: ASKEP THYPOID

Disamping itu, ada kecenderungan seseorang untuk menghindari

stressor guna memmpertahankan kesehatan fisik dan psikologis.

- Usia

Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan

mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas

dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan.

Konsep imobilitas

1. Pengertian

Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif,misalnya,individu

tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total,tetapi

juga mengalami penuaan aktivitas dari kebiasaan normalnya,ada

beberapa alasan dilakukan imobilisasi.

Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan/terapi

Keharusan (tidak terelakkan)

Pembatasan secara otomatis sampai dengan daya hidup

JENIS IMOBILISASI

1. Imobilitas fisik

Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang

disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisis orang

tersebut.

2. Imobilitas intelektual

Page 15: ASKEP THYPOID

Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk

dapat berfungsi sebgai mana mestinya, misalnya pada kasus

kerusakan otak.

3. Imobolitas emosional

Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan

sesorang yang dicintai.

4. Imobilisasi sosial

Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang

sering terjadi akibat penyakit.

Dampak fisik imobilitas

Sistem muskuloskeletal:

- osteoporosis

- Atrofi otot

- Kontraktur

- Kekakuan otot dan nyeri sendi

Eliminasi urin :

- Stasis urin

- Batu ginja

- Retensi urine

- Infeksi perkemihan

Gastrointestinal : kondisi imobilitas mempengaruhi tiga fungsi

sistem pencernaan, yaitu fungsi ingesti, dingesti, dan eliminasi.

Dalam hal ini, masalah yang umum ditemui salah satunya adalah

konstipasi, konstipasi terjadi akibat penurunan peristaltik dan

Page 16: ASKEP THYPOID

mobilitas usus, jika konstipasi terus berlanjut, terus akan menjadi

sangat keras dan diperlukan upaya yang kuat untuk

mengeluarkananya.

Respirasi : - Penurunan gerak pernafasan

-Penumpukan sekret

- Atelektasis

Sistem kardiovaskuler :

- Hipotensi ortostatik

- Pembentukan trombus

- Edema dependen

Metabolisme dan nutrisi :

- Penurunan laju metabolisme

- balance nitrogen negatif

- Anoreksia

Sistem integumen : - Turgor kulit menurun

-Kerusakan kulit

Sistem neurosensorik : - Ketidak mampuan mengubah posisi

menyebabkan terhambatnya input sensorik, menimbulkan

perasaan lebih, Iritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah

bingung.

Tingkatan imobilitas

Tingkat imobilitas bervariasi, diantaranya adalah :

Imobilitas komplet

Page 17: ASKEP THYPOID

Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan

tingkat kesadaran.

Imobilitas parsial

Imobilitas inin dilakukan pada klien yang mengalami fraktur,

misalnya fraktur ekstremitas bawah (kaki)

Imobilitas karena alasan pengobatan

Imobilisasi ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan

pernafasan (misal sesak nafas) atau pada penderita penyakit

jantung,pada kondisi tirah baring total, klien tidak boleh bergerak

dari tempat tidur dan tidak boleh berjalan kekamar mandi atau

duduk dikursi,akan tetapi tirah baring bukan total, klien masih

diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur dan berjalan

imobilisasi

Mengakibatkan penekanan pada daerah yang menonjol

Tanda yang terlihat: kemerahan, luka pada kulit di atas tulang yang menonjol

Jaringan akan mengalami anoksia dan kematian jaringan selanjutnya menimbulkan perlukaan

Penekanan mengakibatkan terhambatnya sirkulasi darah ke jaringan sehingga menyebabkan iskemia

lokal

Page 18: ASKEP THYPOID

kekamar mandi atau duduk dikursi. Keuntungan dari tirah baring

antara lain mengurangi kebutuhan oksigen sel-sel

tubuh,menyalurkan sumber energi untuk proses penyembuhan

dan dapat mengurangi respons nyeri.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN MOBILISASI

Pengkajian

Saat mengkaji data tentang masalah imobilitas,perawat

menggunakan metode pengkajian inspeksi, palpasi, dan auskultasi,

selain itu,perawat juga memeriksa hasil tes laboratorium serta

mengukur berat badan, asupan cairan dan haluaran cairan klien, karena

tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencegah komplikasi

imobilisasi, maka perawat perlu mengidentifikasi klien yang beresiko

mengalami komplikasiini termasuk klien yang mengalami (a) gizi buruk,

(b) penurunan sensitivitas terhadap nyeri, temperatur atau tekanan, (c)

maasalah kardiovaskuler , paru, dan neuromuskular, serta (d)

perubahan tingkat kesadaran.

Penetapan diagnosis,contoh label diagnosis dengan imobilitas sebagai

etiologi

-konstipasi b/d imobilitas

- Resiko ketidakefektifan Bersihan jalan nafas b/d imobilitas

- ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b/d imobilitas

- kelebihan volume cauran b/d bendungan vena dependen sekunder

akibat imobilitas.

Page 19: ASKEP THYPOID

Perencanaan dan implementasi

Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami

gangguan mobilisasi bervariasi, bergantung pada diagnisis dan batasan

karakteristik masing-masing individu.menurut Kozier (2004), beberapa

tujuan umum untuk klien yang mengalami, atau berpotensi mengalami,

masalah mobilisasi adalah sebagai berikut:

Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktifitas fisik

Mengembalikan atau memulihkan kemampuan untuk bergerak /

berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari

Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh atau akibat pengguna

mekanika tubuh yang salah

Menigkatkan kebugaran fisik

Mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilisasi

Meningkatkan kesejahteraan sosial, Emosional, dan intelektual

Dua bentuk diagnosis dengan imobilisasi sebagai label diagnosis sebagai

etologi.

1. Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan otot

Kriterial hasil : individu akan mengungkapkan bertambahnya

kekuatan dan daya tahan ekstremitas.

Indikator :

- melakukan langkah-langkah pengamanan untuk

meminimalkan kemungkinan cidera.

-mendemostrasikan secara penggunaan alat-alat adaptif untuk

meningkatkan mobilitas.

Page 20: ASKEP THYPOID

- menjelaskan rasional intervensi

- mendemostrasikan langkah-langkah untuk meningkatkan

mobilitas.

Intervensi

- Kaji faktor penyebab :

Trauma

prosedur pembedahan

penyakit yang melemahkan

- Tingkat mobilitas dan pergerakan yang optimal

- Posisikan tibuh yang sejajar untuk mencegah komplikasi

- Lakukan mobilitas yang progresif

- Berikan penyuluhan kesehatan

Rasional

- Program latihan teratur yang meliputi ROM, dan aktivitas aerobik

pilihan dapat membantu mempertahankan integritas fungsi sendi

(addams+clough,1998)

- Latihan fisik dibutuhkan untuk meningkatkan sirkulasi dan

kekuatan otot

- Latihan fisik meningkatkan kemandirian seseorang

- ROM dapat meningkatkan massa otot, tonus otot, dan kekuatan

otot

- Imobilitas yang lama dan gangguan fungsu neurosensorik dapat

menyebabkan kontraktur primer

Page 21: ASKEP THYPOID

2. Ketidak efektifan bersih jalan nafas b/d imobilitas sekunder akibat

trauma

Kriteria hasil : Individu tidak akan mengalami aspirasi

Indikator

Memperlihatkan upaya batuk efektif dan peningktan pertukaran gas

Menjelaskan rasinal intervensi untuk menigkatkan batuk

Intervensi

- Kaji faktor penyebab

- Ajarkan klien batuk efektif yang benar

- Lakukan fisioterapi dada dan drainase postural sesuai kebutuhan

- Jika ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan

- Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan suction guna

mempertahankan kepatenan jalan nafas

Rasional

- Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelebihan dan

tidak efektif

- Pernafasan diafragma mengurangi frekuensi pernafasan dan

meninkatkan ventilasi alveolar

- Sekret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan

- Nyeri atau rasa takut akan nyeri dapat melelahkan dan

menyakitkan.

Page 22: ASKEP THYPOID

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J (1997). Buku Saku Keperawatan. Edisi VI.EGC: Jakarta

Doengoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC :

Jakarta

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. EGC : Jakarta

Staf Pengajar IKA (1995). Ilmu Kesehatan Anak. EGC : Jakarta

mansjoer. A (2000). Kapikta Selekta kedokteran. edisi IV. EGC: Jakarta

Sarwana (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. FKUI: Jakarta.

Page 23: ASKEP THYPOID

FORMAT DOKUMEMTASI ASKEP DEWASA (KD II)SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDY S1

ILMU KEPERAWATAN

IDENTITAS KLIENNama : sdr.LUmur : 25thJenis kelamin : laki-lakiSuku/bangsa : jawa/ indonesiaAgama : islamPekerjaan : swastaAlamat : SLTAAlamat : cabean demak

No. REG : 106148Tgl.masuk RS : 12 Oktober 2010Diagnosa : typoid

I.RIWAYAT KEPERAWATANRiwayatpenyakit sekarang

- Keluhan utama : klien mengatakan badannya panas- Alasan masuk RS : Klien mengatakan panas tinggi, mual,

lemes, kemudian dibawa ke RSUD demak- Terapi/operasi : klien mengatakan belum pernah

menjalani operasi

Riwayat sebelum sakit- Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan

tidak menderita penyakit menukar- Alergi : klien mengatakan

tidak memiliki riwayat alergi- Kebiasaan merokok/alkohol : klien mengatakan

merokok, tidak minum alkohol- Riwayat kesehatan keluarga : klien mengatakan

dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit typoid

II. PENGKAJIAN KEPERAWATAN DAN PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: lemes, CM, Terpasang infus RL 30 tpm ditangan kiri TTV : TD :110/70 mmhg N : 80 X/mnt

S : 38oC RR: 24x/mnt

Page 24: ASKEP THYPOID

Body sistem B1. Pernafasan Hidung : bersih,tidak ada polip, tidak menggunakan

alat bantu pernafasan Thorak : simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak

menggunakan otot bantu pernafasan Focal fremitus : paru-paru kanan : getaran lebih besar

Paru-paru kiri : getaran lebih kecil Suara pernafasan : normal, tidak ada ronchi, tidak ada

wheezingB2. Kardiovaskuler

Suara jantung :S1 : lub(normal)- S2 : dub(normal)

- Tidak ada suara tambahan , CRF: <3detik

Tidak ada peningkatan vena jugularisTidak ada edema pada ekstremitas atas dan ekstremitas

bawahB3.PERSYARATAN

Kesadaran : CMGCS : E : 4, V: 5 , M: 6 nilai total : 15

Kepala dan wajah Mata kanan : normalMata kiri : normalSklera : tidak ikterikKonjung tiva : tidak anemis, pupil isochorTelinga kanan : normalTelinga kiri : normalPerabaan : normalPemenuhan istirahat tidur : baik, ±8jam/hariPemenuhan termoregulasi : panasSuhu : 38oCKomunikasi : baik, tidak ada gangguan

komunikasiB4. PERKEMIHAN-ELIMNINASI URI (BAK)

BAK_produksi urin : ±1200ml/24jam, frekuensi:4x/hariWarna : kuning pekatTidak terapasang DC kateter Intake (minum) : ±2000ml/24jam, Jenis :air putih, air teh

B5. PENCERNAAN-ELIMINASI ALVIMulut : bersih, lidah kotor, tidak ada karies gigi,

mualTenggorokan : tidak ada nyeri telanAbdomen : inspeksi : simetris

Auskultasi : peristaltik usus meningkat

Page 25: ASKEP THYPOID

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa

Perkusi : timpaniTidak ada pembesaran heparRectum : tidak ada hemoroidEliminasi (BAB) : 2x/hari, konsistensi: cair

B6. TULANG-OTOT-INTEGUMENSimetris, tidak ada peradangan tulang ROM : aktifitas terbatasEkstremitas atas : dapat menggerakan kedua tanganEkstremitas bawah : dapat menggerakan kedua kakiKulit,warna.turgor : normal, tidak ada sianosis, turgor

sedangPersonal hygiene : terjaga bersihKemampuan dalam aktivitas terbatas ADL dibantu keluarga

Sistem endokrinTidak pernah menjalani therapi hormonRiwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: normalPerubahan ukuran kepala, Tangan atau kaki pada waktu

dewasa: normalSistem reproduksi

Laki-laki kebersihan terjagaTidak terpasang kateter

PsikososisalMendapat dukungan dari teman, keluarga ,masyarakatReaksi saat interaksi kooperatif, komunikasi baik

SpiritualIbadah klien hanya berdoa untuk kesembuhanKlien yakin penyakitnya dapat sembuh

Page 26: ASKEP THYPOID

ANALISA DATANama :sdr.L alamat:cabean demakUmur : 25th Dx.medis: thypoidno Data fokus Problem Etiologi1 DS: klien mengatakan

badannya panasDO: S: 38oC

Hipertermi Proses berjalannya penyakit

2 Ds: klien mengatakan mualDo: - nafsu makan klien

menurun-klien tampak lemas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Anoreksia

3 Ds: klien mengatakan lemes tidak dapat beraktivitasDo: klien hanya berbaring

ditempat tidur

Gangguan mobilisasi Kelemahan otot

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL1. Hipertermi b/d proses berjalannya penyakit2. Ketidak seimbangan nutrisikurang dari kebutuhan tubuh b/d

anorexia3. Gangguan mobilisasi b/d kelemahan otot

Page 27: ASKEP THYPOID

INTERVENSI

No Dx.Keperawatan Tujuan Intervensi paraf1 Hipertermi b/d

proses berjalannya penyakit

Seteleh dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam masalah dapat teratasi dengan KH:panas turun,suhu normal 36-37◦

Kaji TTVR:mengetahui kondisi klien Beri kompres

air biasa pada kedua aksila

R:membantu menurunkan panas

Anjurkan banyak minum air putih

R:menyeimbangkan suhu tubuh

Kolaborasi medis dalam pemberian obat antipiuretik

R:mempercepat penyembuhan

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x4 jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan KH:klien tidak lemes,klien tidak mual

Kaji adanya alergi makanan

R:mengetahui apa saja yang dapat dimakan klien

Anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan

R:mempertahankan keseimbangan nutrisi

Kolaborasi medis dalam pemberian obat anti emetik

R:Membantu

Page 28: ASKEP THYPOID

penyembuhan3 Gangguan

mobilisasi b/d kelemahan otot

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah dapat teratasi dengan KH: klien dapat beraktivitas sendiri

Ajarkan latihan fisik pasif dan aktif

R:melatih pergerakan pasien

Observasi mobilitas klien

R:mengetahui sejauh mana mobilitas klien

Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas klien

R:membantu sebagian aktfitas klien

IMPLEMENTASI

Hari/tgl/jam Dx Implementasi Respon hasil Paraf

rabu/13-10-201014.30

dx.1 mengaji TTV

memberi

S:Klien kooperatifO:s=36⁰c ;TD=110/70mmHg;RR=24x/m;N=86x/mS:klien kooperatif

Page 29: ASKEP THYPOID

kompres air biasa pada kedua aksila

menganjurkan banyak minum air putih

berkolaborasi medis dalam pemberian obat antipiuretik

S:klien kooperatif

S:klien kooperatif

Rabu/13-10-201018.30

dx.2 mengkaji adanya alergi makanan

menganjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan

berkolaborasi medis dalam pemberian obat anti emetik

S:klien kooperatifO:tidak ada alergi

S:klien kooperatif

S:klien kooperatif

Rabu/13-10-201020.00

dx.3 mengajarkan latihan fisik pasif dan aktif

mengobservasi mobilitas klien

melibatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas klien

S:klien kooperatif

S:klien kooperatif

S:klien kooperatif

EVALUASI

NO Hr/tgl/jam Dx keperawatan Evaluasi paraf1. Kamis

14/10/1009.00

Hepertermi b/d proses penyakit

S: klien mengatakan masih panasO: S:37,8oCA: masalah teratasi sebagian

Page 30: ASKEP THYPOID

P: lanjutkan intervensi

2. Kamis14/10/1012.10

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

S: klien mengatakan masih lemes, sedikit mualO: klien hanya menghabiskan ½ porsi makanan yang diberikanA: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan intervensi

3. Kamis14/10/1016.00

Gangguan mobilisasi b/d kelemahan otot

S: klien mengatakan lemes, belum bisa beraktivitas seperti biasaO: klien hanya berbaring di tempat tidur, aktivitas dibantu keluargaA: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan intervensi