Bab 2 Marasmus

19
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN MARASMUS MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah Yang dibina oleh Ibu Naimah, S.KM., M.Kes. Oleh Kelompok 5 Kelas IIA : Nuzula Irfa N. (1302100022) Briana Elvira A. (1302100023) Silvia Putri S. D. (1302100024) Siti Mutoharoh (1302100025) Friska Danastri I. (1302100026) Ulul Izzati (1302100027) Allif Eka Fatmasari (1302100028) POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

description

marasmus

Transcript of Bab 2 Marasmus

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN MARASMUSMAKALAHUntuk Memenuhi Tugas MatakuliahAsuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra SekolahYang dibina oleh Ibu Naimah, S.KM., M.Kes.

Oleh Kelompok 5 Kelas IIA :Nuzula Irfa N.(1302100022)Briana Elvira A.(1302100023)Silvia Putri S. D.(1302100024)Siti Mutoharoh(1302100025)Friska Danastri I.(1302100026)Ulul Izzati(1302100027)Allif Eka Fatmasari(1302100028)POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANGJURUSAN KEBIDANANPRODI D III KEBIDANAN MALANGApril 2014

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yaitu Asuhan Kebidanan pada Balita dengan Marasmus.Makalah ini disusun berdasarkan tugas yang diberikan oleh Dosen Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan terutama bagi penulis itu sendiri.Ucapan terima kasih juga tak lupa kami haturkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini, antara lain :1. Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tanpa gangguan. 2. Dosen matakuliah Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah, yang telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini.3. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah.Penulis menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.Untuk itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah.

Malang, 31 Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah11.3 Tujuan Penulisan1BAB II TEORI32.1 Pengertian Gizi Buruk32.2 Pengertian Marasmus42.3 Etiologi Marasmus42.4 Patofisiologi Marasmus52.5 Manifestasi Klinik Marasmus62.6 Komplikasi Marasmus62.7 Pencegahan Marasmus72.8 Penatalaksanaan Marasmus7BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA83.1 Pengkajian83.2 Perumusan Diagnosa dan Masalah 3.3 Perencanaan3.4 Pelaksanaan3.5 EvaluasiBAB IV PENUTUP4.1 Simpulan4.2 SaranDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

10

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMarasmus masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk menanggulanginya. Ditahun 90-an penduduk Indonesia dikabarkan telah banyak menderita penyakit marasmus. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan kebersihan yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di lndonesia. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).Saat ini malnutrisi masih melatar belakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Upaya Pemerintah dalam mengatasi masalah ini antara lain melalui pemberian makanan tambahan dalam jaringan pengaman sosial (JPS) dan peningkatan pelayanan gizi melalui pelatihan-pelatihan tatalaksana gizi buruk kepada tenaga kesehatan untuk disebarluaskan kepada masyarakat di seluruh Indonesia.1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apakah penertian gizi buruk?1.2.2 Apakah pengertian marasmus?1.2.3 Apa saja etiologi marasus?1.2.4 Bagaimana patofisiologi marasmus?1.2.5 Bagaimana manifestasi klinik dari marasmus?1.2.6 Apa saja komplikasi yang diakibatkan oleh marasmus?1.2.7 Bagaimana pencegahan marasmus?1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan dari marasmus?1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Mengetahui pengertian gizi buruk1.3.2 Mengetahui pengertian marasmus1.3.3 Mengetahui etiologi dari marasmus1.3.4 Mengetahui patofisiologi marasmus1.3.5 Mengetahui manifestasi klinik marasmus1.3.6 Mengetahui komplikasi dari marasmus1.3.7 Mengetahui cara pencegahan marasmus1.3.8 Mengetahui penatalaksanaan marasmus

BAB IITEORI

2.1 Pengertian Gizi Buruk Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005). Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori protein (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun). Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).Klasifikasi kurang gizi bervariasi. Di klinik dipakai istilah malnutrisi energy protein (MEP), sebgai istilah umum kurang gizi. Penentuan MEP yang tepat dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (seperti mengukur tinggi dan berat badan, lingkar lengan atas, tebal lipatan kulit) dan dibantu dengan pemeriksaan laboraturium. Klasifikasi MEP dengan patokan membandingkan berat badan terhadap umur yang serinng digunakan, adalah:a. Berat badan > 120 % baku, diklasifikasikan gizi lebih.b. Berat badan 80-120% baku, diklasifikasikan gizi cukup/baik.c. Berat badan 60-80% baku, tanpa edema, diklasifikasikan gizi kurang (MEP ringan)d. Berat badan 60-80% baku, dengan edema, diklasifikasikan kwashiorkor (MEP berat)e. Berat badan