BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi...

31
8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi Lahir a. Pengertian Berat Bayi Lahir 1) Menurut Pudjiadi (2003, p.11), berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3000 gram dan panjang badan 50 cm. 2) Menurut Supariasa (2001, p.39), berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk diagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500 gram atau dibawah 2,5 kg. 3) Menurut Muwakhidah dkk (2004, p.15) pada bayi yang cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke 10. Berat badan menjadi dua kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, menjadi tiga kali berat badan lahir pada umur 1

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Berat Bayi Lahir

a. Pengertian Berat Bayi Lahir

1) Menurut Pudjiadi (2003, p.11), berat bayi lahir adalah berat

badan bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam setelah bayi

lahir. Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang

lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi

mempunyai berat badan sekitar 3000 gram dan panjang badan

50 cm.

2) Menurut Supariasa (2001, p.39), berat badan merupakan

ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering

digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan

digunakan untuk diagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan

BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500 gram atau

dibawah 2,5 kg.

3) Menurut Muwakhidah dkk (2004, p.15) pada bayi yang cukup

bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke 10.

Berat badan menjadi dua kali berat badan waktu lahir pada bayi

umur 5 bulan, menjadi tiga kali berat badan lahir pada umur 1

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

9

tahun, dan menjadi empat kali berat badan lahir pada umur 2

tahun.

b. Klasifikasi Berat Bayi Lahir

1) Menurut Kosim dkk (2008, p.12) Berat Badan Lahir

berdasarkan berat badan dapat dikelompokkan menjadi:

a) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Berat yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500

gram tanpa memandang usia gestasi (Kosim dkk, 2008,

p.12). Menurut Prawirohardjo (2007, p.376), BBLR adalah

neonates dengan berat badan lahir pada saat kelahiran

kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi

ini dikatakan premature kemudian disepakati disebut low

birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

Karena bayi tersebut tidak selamanya premature atau

kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan.

Penelitian oleh gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga

berat bayi lahir rendah adalah bayi aterm (Kosim dkk,

2008, p.11). BBLR terdapat dua bentuk penyebab kelahiran

bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu

karena umur hamil kurang dari 37 minggu, berat badan

lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup atau

karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010, p.326).

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

10

Menurut Jitowiyono dan Weni (2010, p.78 - 79)

bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

Prematur murni dan Dismaturitas.

(1) Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan

kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan

sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau

biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa

kehamilan.

(2) Dismaturitas atau Kecil untuk Masa Kehamilan adalah

bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

sesungguhnya untuk masa kehamilan. Bayi kecil untuk

masa kehamilan (KMK) adalah bila berat bayi kurang

dari 10 tahun persentile untuk berat sebenarnya dengan

umur kehamilannya (Manuaba, 2010, p.329).

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah

penting dalam pengelolaannya karena mempunyai

kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi,

kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk

menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi

Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi

tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat

menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir

rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

11

resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah

menunjukkan angka kematian dan kesehatan yang lebih

tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

WHO memperkirakan bahwa prevalensi BBLR

dinegara maju sebesar 3 - 7% dan di negara

berkembang berkisar antara 13 - 38%. Untuk Indonesia

belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya

perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14% dari

seluruh koheren hidup (Moehji, 2003).

b) Bayi Berat Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan sampai 42 minggu dan berat badan lahir > 2500

- 4000 gram (Jitowiyono &Weni, 2010, p.60). Berat lahir

yang cukup menjadi titik awal yang baik bagi proses

tumbuh kembang pasca lahir, serta menjadi petunjuk bagi

kualitas hidup selanjutnya (Kardjati dkk, 1985, p.28).

c) Bayi Berat Lahir Lebih

Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan

dengan berat lahir lebih > 4000 gram (Kosim dkk, 2008,

p.12). Bayi dengan berat lahir lebih bisa disebabkan karena

adanya pengaruh dari kehamilan posterm, bila terjadi

perubahan anatomik pada plasenta maka terjadi penurunan

janin, dari penelitian Vorher tampak bahwa sesudah umur

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

12

kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin

mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42

minggu. Namun seringkali pula plasenta masih dapat

berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus

sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling

menyatakan bahwa rata-rata berat janin > 3600 gram

sebesar 44,5% pada kehamilan posterm, sedangkan pada

kehamilan term sebesar 30,6 %. Risiko persalinan bayi

dengan berat > 4000 gram pada kehamilan posterm

meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

(Prawirohardjo, 2008, p.691). Selain itu faktor risiko bayi

berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan penyakit diabetes

militus, ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi

dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan

(Prawirohardjo, 2007, p.291).

c. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir

Berat lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor

melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam

kandungan. Menurut Kardjati dkk (1985, p.21) dalam

Setianingrum (2005) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat

bayi lahir adalah sebagai berikut :

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

13

1) Faktor lingkungan internal mempengaruhi berat bayi lahir

antara lain sebagai berikut :

a) Umur Ibu

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir.

Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan

berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkandengan

kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999,

p.13 dalam Setiyaningrum, 2005). Pada umur yang masih

muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan

kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat

kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi

kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi

komplikasi. Selain itu semakin muda umur ibu hamil, maka

anak yang dilahirkan akan semakin ringan (Setianingrum,

2005). Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan umur

lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya

kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang

panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang

peranan penting terhadap derajat kesehatan dan

kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya

merencanakan kehamilan pada umur antara 20 - 30 tahun.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

14

Meski kehamilan dibawah umur sangat beresiko

tetapi kehamilan diatas umur 35 tahun juga tidak dianjurkan

karena sangat berbahaya. Mengingat mulai umur ini sering

muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan,

organ kandungan sudah menua dan jalan lahir telah kaku.

Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada kehamilan

diatas umur 35 tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah

dini, perdarahan, persalinan tidak lancar dan berat bayi lahir

rendah (Poedji Rochjati, 2003).

b) Jarak Kehamilan/Kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan

koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran

yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran

yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup

untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan

sebelumnya. Menurut Sitorus (1999, p.16) dalam

Setianingrum (2005), bahwa risiko proses reproduksi dapat

ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.

c) Paritas

Para adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan

kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu

bertahan hidup. Titik ini dipertimbangkan dicapai pada usia

kehamilan 20 minggu (atau berat janin 500 gram) yang

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

15

merupakan batasan pada definisi abortion (Varney, 2007).

Paritas yang ideal adalah 2 – 3 dengan jarak persalinan 3 –

4 tahun (Siswosudarmo, 2008, p.82).

d) Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat

mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut

Prawirohardjo (2007, p.448), seorang ibu hamil dikatakan

menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12

gr/dl. Data Depkes RI (2008) diketahui bahwa 24,5% ibu

hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan

menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah

(BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat

persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan

bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat

(Depkes RI, 2008). Hal ini disebabkan karena kurangnya

suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan

berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

e) Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama

hamil dapan mempengaruhi pertumbuhan janin yang

sedang dikandung (Pudjiadi, 2003, p.8). Selain itu hamil

menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan

gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

16

antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai

status gizi ibu hamil. Ukuran antopometri yang paling

sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil

dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.

Menurut Sitorus (1999, p.41) dalam Setianingrum

(2005), sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi

kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat

badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai

penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10

kg, mempunyai risiko paling tinggi untuk melahirkan bayi

dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami

kenaikan berat badan berkisar 11 - 12,5 kg atau 20% dari

berat badan sebelum hamil. Sedang Lingkar Lengan Atas

(LILA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan

keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko

Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu

yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di

bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR

(Kristyanasari, 2010, p. 68).

Pengukuran LILA lebih praktis untuk mengetahui

status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan

mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu

dengan kenaikan berat badan yang ekstrim. Seorang ibu

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

17

yang sedang hamil mengalami kenaikan berat badan

sebanyak 10-12 kg. Pada trimester I kenaikan berat badan

seorang ibu tidak mencapai 1 kg, namun setelah mencapai

trimester II penambahan berat badan semakin banyak yaitu

3 kg dan pada trimester III sebanyak 6 kg. kenaikan

tersebut disebabkan karena adanya pertumbuhan janin,

plasenta dan air ketuban. Kenaikan BB yang ideal untuk ibu

yang gemuk yaitu antara 7 kg dan 12,5 kg untuk ibu yang

tidak gemuk, jika BB ibu tidak normal maka akan

memungkinkan terjadinya keguguran, lahir premature,

BBLR, gangguan kekuatan rahim saat kelahiran, dan

perdarahan setelah persalinan (Proverawati, 2009, p.53).

f) Pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal

dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama

kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat

terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam

kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.

Menurut Sarwono (2007) pemeriksaan kehamilan

dilakukan setelah terlambat haid sekurang-kurangnya 1

bulan, dan setelah kehamilan harus dilakukan pemeriksaan

secara berkala, yaitu :

(1) Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

18

(2) Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36

minggu

(3) Setiap minggu atau satu kali seminggu selama

kehamilan 36 minggu sampai masa melahirkan.

Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu

harus memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang

merupakan kelainan yang ditemukan.

Ciri – ciri aktivitas bayi dengan berat badan lahir

rendah berbeda-beda sehingga perlu diperhatikan gambaran

umum kehamilan menurut Manuaba (2010, p.326), sebagai

berikut:

(1) Ingat hari pertama menstruasi

(2) Denyut jantung terdengar pada minggu 18 sampai 22

(3) Fetal quickening minggu 16 sampai 18

(4) Pemeriksaan : tinggi fundus uteri, ultrasonografi

(konsultasi)

(5) Penilaian secara klinik : berat badan lahir, panjang

badan, lingkaran dada, dan lingkaran kepala.

g) Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat

mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes

Melitus Gestasional (DMG), cacar air, dan penyakit infeksi

TORCH. Penyakit DMG adalah intoleransi glukosa yang

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

19

dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil. Tidak

dapat dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi

glukosa yang tidak diketahui yang muncul seiring

kehamilan, komplikasi yang mungkin sering terjadi pada

kehamilan dengan diabetes adalah bervariasi, Pada ibu akan

meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, seksio sesaria,

dan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari,

sedangkan pada janin meningkatkan risiko terjadinya

makrosomi (Prawirohardjo, 2008, p.851).

Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis

penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella,

Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini

sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu

janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut

mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia

(gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-

paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak

normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput

otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya

(Prawirohardjo, 2008, p.935 - 942).

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

20

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak

langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Faktor lingkungan eksternal yang meliputi kondisi

lingkungan, asupan zat gizi ibu hamil dan tingkat social

ekonomi ibu hamil, kebersihan dan kesehatan lingkungan

serta ketinggian tempat tinggal.

Faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan

berkaitan dengan cacing tambang, Seseorang yang asupan

zat besinya cukup tetapi jika sering terinfeksi cacing

tambang dapat menderita anemia. Demikian juga jika

seorang yang asupan zat besi rendah maka daya tahan

tubuhnya berkurang sehingga mudah sering mudah

terserang penyakit dan akhirnya akan mengalami

penurunan kadar Hb. Faktor ketinggian tempat tinggal

menurut Jitowiyono dan Weni (2010, p.77) menyebutkan

salah satu faktor penyebab berat bayi lahir tidak normal

adalah tempat tinggal yaitu dataran tinggi.

Menurut Kristyanasari (2010, p. 50) pada dasarnya

suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5 – 370 C untuk

metabolisme yang optimum adanya perbedaan suhu antara

tubuh dan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus

menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu

tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

21

hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan antara

tubuh dengan lingkungan maka akan semakin besar pula

panas yang dilepaskan.

b) Faktor ekonomi, sosial dan meliputi jenis pekerjaan, tingkat

pendidikan, dan pengetahuan ibu hamil :

Menurut Kristyanasari (2010, p. 49 - 50)

menyatakan bahwa keadaan ekonomi keluarga akan

mempengaruhi pemilihan ragam dan kualitas bahan

makanan, ekonomi seseorang mempengaruhi dalam

pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari – harinya.

Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil

maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan

tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi

ibu semakin terpantau.

Jenis pekerjaan atau aktifitas juga mempengaruhi

Berat Bayi Lahir, jika aktivitas ibu hamil tinggi, kebutuhan

energinya juga akan tinggi. pengetahuan ibu dalam

pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada

perilakunya, ibu dengan pengetahuan gizi yang baik,

kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi

bayinya. kepercayaan terhadap adat juga dapat

mempengaruhi asupan makanan ibu hamil, misalnya, ada

kepercayaan bahwa pada waktu hamil ibu dilarang makan

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

22

ikan karena dikhawatirkan bayinya cacingan dan berbau

amis, padahal, konsumsi ikan terutama ikan laut justru

sangat dianjurkan karena kandungan lemaknya rendah,

proteinya tinggi, serta mengandung omega 3 dan omega 6

yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak janin

dalam kandungan. Semua faktor tersebut berpengaruh pada

status gizi ibu hamil yang selanjutnya berpengaruh kadar

hemoglobin ibu hamil dan berat bayi lahir (Wibisono, 2008,

p.63 – 64).

c) Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan

frekuensi pemeriksaan kehamilan / ANC.

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal

dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama

kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat

terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam

kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.

Pemeriksaan kehamilan hendaknya dimulai seawal

mungkin, yaitu segera setelah tidak haid selama 2 bulan

berturut-turut tujuanya agar kalau ada kelainan pada

kehamilan, masih cukup waktu untuk menangani sebelum

persalinan (Depkes RI, 2008, p.36). Menurut Huliana

(2002, p.80) selama masa hamil ibu dianjurkan

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

23

memeriksakan kondisi kehamilan secara teratur dan

berkala:

(1) Pada awal kehamilan sampai dengan 28 minggu,

pemeriksaan dilakukan setiap satu bulan satu kali

(2) Pada kehamilan 28-32 minggu, pemeriksaan yang

dilakukan setiap tiga minggu satu kali

(3) Pada kehamilan 32–36 minggu, pemeriksaan yang

dilakukan setiap dua minggu satu kali

(4) Pada kehamilan 36–40 minggu, pemeriksaan yang

dilakukan setiap satu minggu satu kali

Menurut Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2009

Kunjungan ibu hamil yang sesuai standar adalah pelayanan

yang mencakup minimal:

(1) Timbang badan dan ukur tinggi badan

(2) Ukur tekanan darah

(3) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian

imunisasi tetanus toxoid)

(4) Ukur tinggi fundus uteri

(5) Pemberian tablet Fe (90 tablet selama kehamilan)

(6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling)

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

24

(7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan

atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV,

Malaria, TBC).

2. Umur Ibu

a. Pengertian Umur Ibu

1) Umur adalah lama waktu untuk hidup atau ada (sejak

dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005). Dalam kurun

reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk kehamilan

dan persalinan adalah 20 – 30 tahun (Prawirohardjo, 2008,

p.23).

2) Umur seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu

muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun, beresiko tinggi untuk melahirkan.

Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik,

emosi, psikologi, social dan ekonomi (Ruswana, 2006).

Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini

akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta

sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat

bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat

kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya

merencanakan kehamilan pada umur antara 20 - 30 tahun

(Setianingrum, 2005).

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

25

b. Kehamilan Umur Ibu Kurang dari 20 tahun

Menurut Cunningham (2005, p.225) sekitar 13% persalinan

terjadi pada wanita berusia antara 15 sampai 19 tahun. Remaja

memiliki kemungkinan lebih besar mengalami anemia, dan

beresiko lebih tinggi memiliki janin yang pertumbuhannya

terhambat, persalinan prematur dan angka kematian bayi yang

lebih tinggi. Karena tidak direncanakan, sebagian besar kehamilan

remaja jarang mendapat konseling konsepsi. Konseling pada

kehamilan tahap awal masih mungkin bermanfaat. Para remaja

biasanya masih tumbuh dan berkembang, sehingga memiliki

kebutuhan kalori yang lebih besar daripada wanita yang lebih tua.

Remaja dengan berat badan normal atau kurang harus dianjurkan

untuk meningkatkan asupan kalori sebesar 400 kkal/hari.

Pertanyaan yang tidak baik menghakimi mungkin dapat

mengungkapkan riwayat pemakaian obat terlarang. Seperti pada

semua asuhan prenatal yang baik, perlu dilakukan pengkajian

terhadap semua penyulit yang umum terjadi (Cunningham, 2005,

p.226).

Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15 –

19 tahun adalah komplikasi keguguran. Kehamilan dini mungkin

akan menyebabkan para remaja muda yang sudah menikah

merupakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk

membuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja tetap menghadapi

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

26

risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan dini dengan

tidak memandang status perkawinan mereka. Kehamilan yang

terjadi pada sebelum remaja berkembang secara penuh, juga dapat

memberikan risiko bermakna pada bayi termasuk cedera pada saat

persalinan, berat badan lahir rendah, dan kemungkinan bertahan

hidup yang lebih rendah untuk bayi. Wanita hamil kurang dari 20

tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan

perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi

untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (< 20 tahun) lebih

tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20 – 30

tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah

dengan tekanan (stress) psikologi, social, ekonomi, sehingga

memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 2007, p.41).

Manuaba (2007, p.42), menambahkan bahwa kehamilan

dengan umur di bawah 20 tahun mempunyai risiko :

1) Sering mengalami anemia.

2) Gangguan tumbuh kembang janin.

3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR.

4) Gangguan persalinan.

5) Preeklampsi.

6) Perdarahan antepartum.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

27

7) Pascapartus:

a) Subinvolusi uteri.

b) Infeksi puerperalis.

c) Pembentukan pengeluaran ASI kurang.

8) Bayi mungkin ber-IQ rendah.

Para wanita yang hamil pada umur yang masih kurang

matang untuk bereproduksi akan menyebabkan peningkatan

kematian ibu dan kematian bayi. Bayi yang lahir akan

mempunyai berat badan yang kurang atau biasa lahir dengan

prematuritas. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan

kehamilan berisiko tinggi, 2 - 4 kali lebih tinggi di bandingkan

dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus,

1999, p.13 dalam Setianingrum, 2005). Pada umur yang masih

muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya

belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu

tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara

sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin

muda umur ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan

semakin ringan.

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

28

c. Kehamilan Setelah 35 tahun atau Umur Ibu lebih dari 35

tahun

Saat ini, sekitar 10% kehamilan terjadi pada wanita dalam

kelompok umur ini. Wanita yang lebih tua lebih besar

kemungkinannya meminta konseling prakonsepsi, baik karena ia

telah menunda kehamilan dan sekarang ingin mengoptimalkan

kehamilannya, atau ia melakukannya sebelum terapi infertilitas.

Dahulu, istilah gravida tua (eldery gravida) digunakan untuk

secara kasar mendefinisikan wanita berusia lebih dari 35 tahun.

Walaupun diharapkan istilah ini ditinggalkan, kelainan tertentu

pada hasil akhir kehamilan yang terkait umur memang mulai

meningkat pada kelompok umur ini (Cunningham, 2005, p. 226).

Penelitian-penelitian awal mengisyaratkan bahwa wanita

berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami

penyulit obstetris serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Bagi

wanita berumur yang mengidap penyakit kronik atau yang kondisi

fisiknya kurang, risiko ini sangat mungkin terjadi. Namun, bagi

wanita yang beratnya normal, secara fisik bugar dan tanpa masalah

medis, risikonya jauh lebih rendah daripada yang sebelumnya

dilaporkan (Cunningham, 2005, p.226).

Pentingnya status sosioekonomi dan kesehatan

digambarkan oleh dua studi tentang hasil akhir kehamilan pada

populasi wanita berumur yang berbeda. Berkowitz dan rekan

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

29

(1990) dalam Cunningham (2005, p.226) meneliti hasil akhir dari

hampir 800 nullipara diatas 35 tahun yang mereka rawat sebagai

pasien swasta di Mount Sinai Hospital di New York. Mereka

melaporkan bahwa risiko untuk diabetes gestasional, hipertensi

akibat kehamilan, plasenta previa atau solusio plasenta, dan seksio

sesarea hanya sedikit meningkat. Para wanita ini tidak

memperlihatkan peningkatan risiko untuk persalinan prematur,

gangguan pertumbuhan janin, atau kematian perinatal. Sebaliknya,

pengamatan dari Parkland Hospital (Cunningham dan Leveno,

1995) terhadap hampir 900 wanita berusia lebih dari 35 tahun

memperlihatkan peningkatan bermakna dalam insiden hipertensi,

diabetes, solusio plasenta, persalinan prematur, lahir mati dan

plasenta previa.

Tidaklah mengherankan bahwa kelompok ini juga

memperlihatkan angka kematian perinatal yang lebih tinggi. Hasil

akhir yang berbeda pada kedua kelompok wanita ini mungkin

disebabkan oleh status sosioekonomi, yang mempengaruhi akses

ke perawatan kesehatan dan status kesehatan. Risiko janin yang

terkait umur ibu berakar dari persalinan prematur yang harus

dilakukan pada sebagian penyulit pada ibu seperti hipertensi, dan

diabetes, dari persalinan prematur spontan (Cunningham, 2005,

p.226).

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

30

Selain itu semakin muda umur ibu hamil, maka anak yang

dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur

sangat berisiko tetapi kehamilan diatas umur 35 tahun juga tidak

dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai umur ini sering

muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau

penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul.

Kesulitan lain kehamilan diatas umur 35 tahun ini yakni bila ibu

ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi

lahir dengan membawa kelainan (Sitorus, 1999, p.15 dalam

Setianingrum, 2005).

Para tenaga ahli kesehatan sekarang membantu para wanita

hamil yang berusia 30 dan 40 tahun untuk menuju ke kehamilan

yang lebih aman. Ada beberapa teori mengenai risiko kehamilan

umur 35 tahun atau lebih, diantaranya :

1) Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam

hal kesuburan mulai pada awal umur 30 tahun.

Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30

tahun atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil

dibandingkan wanita yang lebih muda umurnya. Pengaruh usia

terhadap penurunan tingkat kesuburan mungkin saja memang

ada hubungan, misalnya mngenai berkurangnya frekuensi

ovulasi atau mengarah ke masalah seperti adanya penyakit

endometritis, yang menghambat uterus untuk menangkap sel

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

31

telur melalui tuba fallopii yang berpengaruh terhadap proses

konsepsi.

2) Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan

berakibat terhadap kehamilan diatas 35 tahun adalah

munculnya masalah kesehatan yang kronis.

Umur berapa pun seorang wanita harus

mengkonsultasikan diri mengenai kesehatannya ke dokter

sebelum berencana untuk hamil. Kunjungan rutin ke dokter

sebelum masa kehamilan dapat membantu memastikan apakah

seorang wanita berada dalam kondisi fisik yang baik dan

memungkinkan sebelum terjadi kehamilan.

Kontrol ini merupakan penyebab penting yang biasanya

terjadi pada wanita hamil berusia 30 – 40 tahun dibandingkan

pada wanita yang lebih muda, karena dapat membahayakan

kehamilan dan pertumbuhan bayinya. Pengawasan kesehatan

dengan baik dan penggunaan obat-obatan yang tepat mulai

dilakukan sebelum kehamilan dan dilanjutkan selama

kehamilan dapat mengurangi risiko kehamilan di umur lebih

dari 35 tahun, dan pada sebagian besar kasus dapat

menghasilkan kehamilan yang sehat.

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

32

3) Risiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia di atas

35 tahun meningkat, yaitu bisa berupa kelainan kromosom

pada anak.

Kelainan yang paling banyak muncul berupa kelaianan

Down Syndrome, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari

retardasi mental dan abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan

oleh kelaianan kromosom.

4) Risiko lainnya terjadi keguguran pada ibu hamil berusia 35

tahun atau lebih.

Kemungkinan kejadian pada wanita umur 35 tahun ke

atas lebih banyak dibandingkan pada wanita muda. Pada

penelitian tahun 2000 ditemukan 9% pada kehamilan wanita

umur 20 – 24 tahun. Namun, risiko meningkat menjadi 20%

pada umur 35 – 39 tahun dan 50% pada wanita umur 42 tahun.

Peningkatan insiden pada kasus abnormalitas kromosom bisa

sama kemungkinannya seperti risiko keguguran.

3. Paritas

a. Pengertian Paritas

1) Para adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran

bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup.

Titik ini dipertimbangkan dicapai pada usia kehamilan 20

minggu (atau berat janin 500 gram) yang merupakan batasan

pada definisi aborsi (Varney, 2007).

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

33

2) Menurut Hakimi (2003,p.58), para menunjukkan kehamilan-

kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas

(mampu hidup), sedangkan paritas menunjukkan jumlah

kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan

telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya baik

janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.

3) Apabila kehamilan > 4 anak atau jarak kelahiran < 2 tahun

dapat mempunyai resiko terhadap berat bayi lahir rendah,

nutrisi kurang, waktu / lama menyusui berkurang, lebih sering

terkena penyakit, tumbuh kembang lebih lambat serta

pendidikan atau pengetahuan lebih rendah (Hartanto, 2004,

p.23). Paritas yang ideal adalah 2 – 3 dengan jarak persalinan 3

– 4 tahun (Siswosudarmo, 2008, p.82).

b. Klasifikasi Paritas

Menurut Armi (2006), Wiknjosastro (2002), Prawirohardjo

(2002) dan Varney (2007, p.523) jenis-jenis para adalah sebagai

berikut :

1) Nullipara

Seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat

hidup di dunia luar (viable).

2) Primipara

Wanita yang telah melahirkan bayi yang viable untuk pertama

kalinya.

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

34

3) Multipara

Seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah viable

beberapa kali, yaitu 2-4 kali.

4) Grandemultipara

Seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah viable

lima kali atau lebih.

5) Great grandemultipara

Seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah viable

10 kali atau lebih.

Menurut (Manuaba, 2007, p.158) istilah-istilah yang

berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah :

1) Primipara

Adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan bayi

aterm sebanyak satu kali.

2) Multipara (pleuripara)

Adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup beberapa

kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.

Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

yang viable untuk beberapa kali (Wiknjosastro, 2008, p.180).

3) Grandemultipara

Adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari

lima kali.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

35

4) Nulipara

Adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi.

Jika terjadi persalinan lama, yaitu kala I lebih dari 13 jam pada

kehamilan pertama (primigravida) atau kala I lebih dari 7 jam

pada kehamilan kedua atau lebih (multigravida).

B. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Berat Bayi Lahir

Umur ibu dan paritas ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir.

Wanita berumur antara 15 sampai 19 tahun memiliki kemungkinan lebih

besar mengalami anemia, dan beresiko lebih tinggi memiliki janin yang

pertumbuhannya terhambat (Sitorus, 1999, p.13) dalam Setyaningrum

(2005). Sedangkan paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya

berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.

Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi

adalah berhubungan dengan kejadian BBLR.

Hasil penelitian yang dilakukan Muazizah (2011) bahwa faktor

yang mempengaruhi berat badan lahir adalah penyuluhan tentang

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya

selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat

menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik, perlu

dukungan sektor lain yang terkait untuk turut dalam meningkatkan akses

terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama

hamil.

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

36

Beberapa faktor lainnya dalam penelitian Trihardiani (2011) yang

dapat mempengaruhi berat badan lahir, antara lain tinggi badan ibu, jarak

kelahiran, dan pekerjaan ibu. Pada wanita yang pendek sering ditemukan

adanya panggul yang sempit dan keadaan ini dapat mempengaruhi

jalannya persalinan sehingga menyebabkan berat badan bayi yang

dilahirkan rendah. Jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan

seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya

setelah melahirkan sebelumnya, sehingga berisiko terganggunya sistem

reproduksi yang akan berpengaruh terhadap berat badan lahir. Ibu yang

bekerja cenderung memiliki sedikit waktu istirahat sehingga berisiko

terjadinya komplikasi kehamilan, seperti terlepasnya plasenta yang secara

langsung berhubungan dengan BBLR.

Berdasarkan hasil penelitian lain oleh (Esse Puji dkk, 2007)

beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR antara lain: penyakit yang

diderita ibu selama hamil, status gizi ibu hamil dan adanya plasenta previa

atau bayi kembar.

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

37

C. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Sri Kardjati dkk (1985, p.21) dalam Setianingrum (2005),

Sitorus (1999, p.41) dalam Setianingrum (2005), Proverawati

(2009, p.53), Prawirohardjo (2008, p.851), Jitowiyono dan

Weni (2010, p.50), Kristyanasari (2010, p.50).

D. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Umur Ibu Berat Bayi Lahir

Faktor Internal :

1. Umur Ibu2. Jarak

kehamilan/kelahiran3. Paritas Ibu4. Kadar Hemoglobin

(Hb)5. Asupan Zat Gizi Ibu

Hamil

6. PemeriksaanKehamilan

7. Penyakit saatKehamilan yaituhipertensi, asma,Diabetes Melitus.

Faktor Eksternal :

1. Kondisi Lingkungan

2. Social Ekonomi Ibu

Hamil

3. Kebersihan dankesehatan Lingkungan

4. Ketinggian Tempat

Tinggal

Berat Bayi Lahir

Paritas Ibu

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Bayi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sitidewien... · meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term

38

E. Hipotesis

1. Ha : Ada hubungan umur ibu dengan berat bayi lahir di Rumah

Bersalin Citra Insani.

Ho : Tidak ada hubungan umur ibu dengan berat bayi lahir di Rumah

Bersalin Citra Insani

2. Ha : Ada hubungan paritas ibu dengan berat bayi lahir di Rumah

Bersalin Citra Insani.

Ho : Tidak ada hubungan paritas ibu dengan berat bayi lahir di Rumah

Bersalin Citra Insani.