BAB II TINJUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.id
Transcript of BAB II TINJUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.id
9
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Sungai
1. Definisi Sungai
Sungai merupakan air permukaan, Air permukaan adalah air yang berada
dipermukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air
permukaan dseperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya.
Air permukaan berhubungan dengan air bawah tanah atau air atmosfer.
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah
satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari
presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan dibeberapa
negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga
mengalirkan sedimen dan polutan. (Ginting, Dkk, 2015)
Air sungai adalah air yang mengalir melalui terusan alami yang kedua
pinggirnya dibatasi oleh tanggul-tanggul dan airnya mengalir ke laut, ke danau,
atau ke sungai lain yang merupakan sungai induk. Sungai banyak terdapat di
Indonesia yang berhulu di daerah pegunungan. Bagi daerah-daerah tertentu
kegunaan sungai-sungai itu berbeda-beda. Manfaat air sungai bagi kehidupan
sangat besar artinya seperti untuk mengairi pertanian di pesawahan, perikanan lalu
lintas perairan, pembangkit tenaga listrik, dan pariwisata. Sungai dapat dibagi atas
dua jenis :
10
a. Sungai Hujan, yaitu sungai yang airnya berasal dari hujan dan mata-mata air.
Sungai seperti ini airnya tidak tetap. Bila musim hujan airnya banyak,
adakalanya banjir.
b. Sungai glester, yaitu sungai mendapat airnya dari glester (es) atau salju yang
mencair. Sungai seperti ini airnya tetap. Baik pada musim hujan maupun pada
musim kemarau.
Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau, laut,
atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus , seuah sungai secara sederhana
mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui
sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun didaratan untuk
mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari
beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa
anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan saluran dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung
sungai dimana sungai bertemu laut dikenal sebagai muara sungai. Manfaat
terbesar sebuah sungai adalah untuk irigrasi pertanian, bahkan baku air minum,
sebagai saluran pembungan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial
untuk dijadikan objek wisata sungai (Ahira, 2011 dalam Rina Wati, 2019)
2. Perlindungan dan Pemanfaatan Sungai
Di Indonesia sungai dapat dijumpai disetiap tempat dengan kelasnya masing-
masing. Pada masa lampau sungai dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan
sehari-hari, baik transportasi, mandi, mencuci dan sebagainya bahkan untuk
wilayah tertentu sungai dapat dimanfaatkan untuk menunjang makan dan minum.
Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan
11
masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan
pembangunan nasional. Sebagai sarana transportasi yang relatif aman untuk
menghubungkan wilayah satu dengan lainnya. Pemerintah memperhatikan
manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam kehidupan, maka untuk pelestariannya
dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi
perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala
bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali
sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya. Dengan dikeluarkannya
peraturan Pemerintah Nomor : 35 Tahun 1991 tentang sungai, sebagai
pelaksanaan Undang -Undang Nomor : 11 Tahun 1974 tentang pengairan,
sehingga dapat digunakan sebagai pegangan dalam pengelolaan, pengusahaan,
pemeliharaan dan pengamanan, agar manfaat sungai tetap terjaga kelestariannya.
3. Jenis-Jenis Sungai
Sungai menurut jumlah airnya dibedakan menjadi :
a. Sungai Permanen, yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap.
Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam
di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b. Sungai Periodik, yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini
banyakterdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai
Opak diJawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa
Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
12
c. Sungai Intermittent atau Sungai Episodik, yaitu sungai yang pada
musimkemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh
sungaijenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
d. Sungai Ephemeral, yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan.
Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanyasaja
pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Sungai menurut genetiknya dibedakan menjadi :
a. Sungai Konsekuen, yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan
lereng.
b. Sungai Subsekuen, yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai
konsekuen.
c. Sungai Obsekuen, yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan
arah dengan sungai konsekuen.
d. Sungai Insekuen, yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh
lereng daratan.
e. Sungai Resekuen, yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan
sungai konsekuen (Septiani, (2012).
4. Persyaratan Air Sungai
Persyaratan Air sungai menggunakan Peraturan Daerah Lampung nomor 11
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemar Air
yang menyebutkan bahwa sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan
di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air,
sungai, rawa, danau, situ, waduk dan muara.
13
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana atau
sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk membudidayakan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
5. Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemar air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung.
Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industry, TPA sampah, rumah
tangga, dan sebagainya. Sumber tak langsung ialah kontaminan yang memasuki
badan air dari tanah, air tanah atau atmosfer berupa hujan (Pencemaran
Lingkungan Online, 2003 dalam Sumantri, 2015).
Pada dasarnya sumber pencemar air berasal dari industry, rumah tangga
(pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas
14
pertanian misalnya, pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal
dari aktivitas manusia, yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat
terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara
skematik sebagai berikut :
Gambar 2 Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadapLingkungan Perairan
6. Komponen Pencemaran Air
Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000
zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut di
buang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa
digunakan di pertanian, industry atau rumah tangga, detergen yang biasa
digunakan dirumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat
elektronik. Erat kaitannya dengan masalah indicator masalah pencemaran air,
ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indicator
tersebut terjadi. Menurut Wardhana (1995) dalam Sumantri (2015) komponen
pencemaran air yang berasal dari industry, rumah tangga (pemukiman) dan
pertanian dapat dikelompokkan :
15
a. Bahan Buangan Padat
Yang dimaksud bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk
padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila
dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan,
pengendapan ataupun pembentukan koloidal. Apabila bahan buangan padat
tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan naik.
Air yang mengadung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi
sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesis tanaman dalam air akan
terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan
organisme dalam air juga terganggu.
Terjadinya endapan didasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan
organisme dalam air, karena endapan akan menutup permukaan dasar air yang
mungkin mengandung telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu,
endapan juga dapat menghalangi sumber makanan ikan dalam air serta
menghalangi datangnya sinar matahari. Pembentukan koloidal terjadi bila
buangan tersebut berbentuk halus, sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian
lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga
menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga menghambat fotosintesis dan
berkurangnya kadar oksigen dalam air.
b. Bahan Buangan Organik dan Olahan Bahan Makanan
Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang keperairan akan
menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak
16
tertutup kemungkinan dengan bertambahnya mikroorganisme dapat berkembang
pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula untuk
buangan olahan bahan makanan yang sebenernya adalah juga bahan buangan
organik yang baunya lebih menyengat. Umumnya buangan olahan makanan
mengandung protein dan gugus amina, maka bila didegradasi akan terurai menjadi
senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (misalnya NH3).
c. Bahan Buangan Anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya
adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah
ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah
industry yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti timbal (Pb),
arsen (As), Cadium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca),
dan Magnesium (Mg). Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan
air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat
merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi).
Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Apabila ion-ion
logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun
Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi
tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum.
d. Bahan Buangan Cairan Berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung
menutup permukaan air. Jika bahan buangan berminyak mengandung senyawa
yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang
menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada
17
jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi
oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Lapisan
minyak dipermukaan akan menggangu mikroorganisme dalam air. Ini disebabkan
lapisan tersebut akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air,
sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi
masuknya sinar matahari kedalam air, sehingga fotosintesis pun terganggu. Selain
itu, burung pun ikut terganggu, karena bulunya jadi lengket, tidak dapat
mengembang lagi akibat kena minyak.
e. Bahan Buangan Berupa Panas (polusi Thermal)
Perubahan kecil pada temperature air lingkungan bukan saja dapat menghalau
ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat, proses biologis pada
tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air.
Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan terjadi keruskan ekosistem.
Untuk itu, polusi ternal ini pun harus dihindari. Sebaiknya industry-industri jika
akan membuang air buangan ke perairan harus memerhatikan hal ini.
f. Bahan Buangan Zat Kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemaran
air ini yaitu : sabun, detergen, sampo, dan bahan pembersih lainnya.
Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun, detergen, sampo, dan
bahan pembersih lainnya yang berlebihan didalam air ditandai dengan timbulnya
buih-buih sabun pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan
detergen serta bahan pembersih lainnya.
Beberapa sifat sabun antara lain :
18
1) Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat mengemulsikan
kotoran yang melengkat pada badan atau pakaian.
2) Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tetapi akan membentuk
endapan (C17H35COO)2Ca) dengan reaksi
3) Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian. Adapun
detergen adalah juga bahan pembersih seperti halnya sabun, akan tetapi dibuat
dari senyawa petrokimia. Detergen mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan sabun, karena dapat bekerja pada air sadah. Bahan detergen dalam air
akan mengalami ionisasi membentuk komponen bipolar aktif yang akan
mengikat ion Ca dan/ atau Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif
terbentuk pada ujung dedocybenzensulfonat. Detergen dalam air akan
mengalami ionisasi membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat
ion Ca dan/ atau ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif terbentuk
pada dedocybenzensulfonat. Untuk dapat membersihkan kotoran dengan baik,
detergen diberi bahan pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh bahan
pembentuk yang bersifat alkalis adalah natrium tripolispat. Bahan buangan
berupa sabun dan detergen didalam air lingkungan akan menggangu karena
alasan berikut :
a) Larutan sabun akan menaikkan Ph air sehingga dapat mengganggu kehidupaan
organisme di dalam air. Detergen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan
menaikkan Ph air sampai sekitar 10,5-11.
2(C17H35COONa) + CaSO4 (C17H35COOH)2Ca + Na2SO4
19
b) Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/detergen juga menggangu
kehidupan mikroorganisme didalam air, bahkan dapat mematikan.
c) Ada sebagian bahan sabun atau detergen yang tidak dapat dipecah
(didegradasi) mikroorganisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang
tentu akan merugikan lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak
digunakan bahan sabun/detergen yang dapat didegradsi oleh mikroorganisme.
g. Bahan Pemberantasan Hama (Insektisida)
Pemakaian bahan pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian sering
kali meliputi daerah yang sangat luas, sehingga sisa insektisida pada daerah
pertanian tersebut cukup banyak. Sisa bahan insektisida tersebut dapat sampai ke
air lingkungan melalui pengairan sawah, melalui hujan yang jatuh pada daerah
pertanian kemudian mengalir ke sungai atau danau disekitarnya. Seperti halnya
pada pencemaran udara, semua jenis bahan insektisida bersifat racun apabila
sampai ke dalam air lingkungan.
Bahan insektisida dalam air sulit untuk dipecah oleh mikroorganisme,
kalaupun biasanya hal itu akan berlangsung dalam waktu yang lama. Waktu
degradasi oleh mikroorganisme berselang antara beberapa minggu sampai dan
beberapa tahun. Bahkan insektisida sering kali dicampur dengan senyawa minyak
bumi, sehingga air yang terkena bahan buangan pemberantasan hama ini
permukaannya akan tertutup lapisan minyak.
h. Zat Warna Kimia
Zat warna dipakai hamper pada semua industry. Tanpa memakai zat warn,
hasil atau produk industry tidak menarik. Oleh karena itu, hampir semua produk
memanfaatkannyaa agar produksi itu dapat dipasarkan dengan mudah. Pada
20
dasarnya semua zat warna adalah racun bagi tubuh manusia. Oleh karena itu
pencemaran zat warna air lingkungan perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh
agar tidak sampai masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum. Ada zat
warna tertentu yang relative aman bagi manusia, yaitu zat warna yang digunakan
pada industry bahan makanan dan minuman, industry farmasi/obat-obatan.
Zat warna tersusun dari chromogen dan auxochrome. Chromogen merupakan
senyawa oromatik yang berisi chromopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal
dari radikal kimia, missal kelompok nitroso (-NO), kelompok azo (-N=N-),
kelompok etilen (>C=C<), dan lain-lain. Macam-macam warna dapat diperoleh
dari penggabungan radikal kimia tersebut diatas dengan senyawa lain. Adapun
auxochrome adalah radikal yang memudahkan terjadinya pelarut, sehingga zat
warna dapat mudah meresap dengan baik ke dalam bahan yang akan diberi warna.
Contoh auxchrome adalah –COOH atau –SO3H atau kelompok pembentuk garam
–NH2 atau –OH.
Zat warna dapat pula diperoleh dari senyawa anorganik dan mineral alam
yang disebut dengan oigmen. Ada pula bahan tambahan yang digunakan sesuai
dengan fungsinya, misalnya bahan pembentukan lapisan film (misal, bahan vernis,
emulsi lateks), bahan pengenceran (misal, terpentin, naftalen), bahan pengering
(missal, Co, Mn, naftalen), bahan anti-mengelupas (missal, polihidroksi fenol),
dan bahan pembentuk elastic (missal, minyak).
Berdasarkan bahan susunan zat warna dan bahan-bahan yang ditambahkan,
dapat dimengerti bahwa hamper semua zat warna kimia adalah racun. Apabila
masuk ke dalam tubuh manusia dapat bersifat cocarcinogenik, yaitu merangsang
tumbuhnya kanker. Oleh sebab itu, pembuangan zat kimia ke air lingkungan
21
sangatlah berbahaya. Selain sifatnya racun, zat warna kimia juga akan
memengaruhi kandungan oksigen dalam air memengaruhi Ph air lingkungan, yang
menjadikan ganguan bagi mikroorganisme dan hewan air.
i. Zat Radioaktif
Tidak tertutup kemungkinan adanya pembuangan sisa zat radioaktif ke air
lingkungan secara langsung. Ini dimungkinkan karena aplikasi teknologi nuklir
yang menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah banyak
dikembangkan, sebagai contoh adalah aplikasi teknologi nuklir pada bidang
pertanian, kedokteran, farmasi, dan lain-lain. Adanya zat radioaktif dalam air
lingkungan jelas sangat membahayakan bagi lingkungan dan manusia. Zat
radioaktif dapat menimbulkan keruskan biologi baik melalui efek langsung atau
efek tertunda.
7. Bahan pencemar air sungai
a. Sumber pencemar
Sumber pencemar dapat dibedakan menjadi sumber domestik (rumah tangga)
yaitu dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit, dan
sebagainya, serta sumber nondomestic, yaitu dari pabrik, industry, pertanian,
peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan
bentuk pencemar dapat dibagi menjadi bentuk cair. Bentuk padat dan bentuk gas
serta kebisingan.
b. Domestik
Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi,
kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotik, rumah
sakit, rumah makan, dan sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas
22
zat organik baik berupa padat atau cair, bahan berbahaya, dan beracun (B3),
garam terlarut, lemah dan bakteri terutama golongan fekal coli, jasad patogen dan
parasit.
c. Nondomestik
Limbah nondomestik sangat bervariasi, terlebih-lebih untuk limbah industri.
Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat
organis, bahan pemberantas hama dan penyakit (pestisida), bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, fosfor, sulfur, mineral (K, Ca), dan sebagainnya. Air
buangan dari PLTU yang sangat panas dapat merusak ekosistem dalam air.
Limbah perikanan dan peternakan pada umumnya berupa hasil samping system
pengelolaan diperikanan dan peternakan tersebut dan dari ternaknya sendiri.
Penyebaran pabrik-pabrik yang diperkirakan menghasilkan limbah B3 (Bahan
Berbahaya Dan Beracun) (Sastrawijaya, 2009 dalam Rinawati 2019).
8. Indikator Pencemar Air Sungai
Ada beberapa parameter yang mempengaruhi air sungai berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 82 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Pemerintahan tersebut antara lain parameter fisika, kimia dan mikrobiologi.
(Tabel untuk masing-masing parameter dapat dilihat di Lampiran).
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi:
23
a. Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan
warna dan bau.
b. Pengamatan secara kimia, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia yang terlarut dan perubahan pH.
c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum pada pemeriksaan pencemaran air sungai terbagi
menjadi dua jenis, yaitu parameter kimia dan parameter fisika, tetapi dalam
penelitian ini peneliti akan meneliti parameter mikrobiologi.
1) Sifat Fisik Air
Air sebagai zat, air tidak berbau, tak berwarna tanpa rasa, air merupakan
senyawa yang sangat mantap, pelarut yang mengagumkan serta sumber kimia
yang sangat kuat (Kienholz et al, 2000). Air memuai bila membeku menjadi zat
padat, dalam suatu kegiatan seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya
panas reaksi atau panas dari gerakan mesin dan zat kimia terlarut, semakin tinggi
kenaikan suhu air semakin sedikit oksigen yang terlarut didalamnya
(Martin,2000).
Bau yang berasal dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan-bahan
buangan atau air limbah dari kegiatan industri atau dapat pula berasal dari hasil
degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air (Diaz, 2008).
Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik terutama gugus
protein secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau
(Hendrickey et al, 2005). Menurut Rao dan Mamata (2004), air normal yang dapat
24
digunakan untuk kehidupan umumnya tidak berbau, tidak berwarna dan berasa,
selanjutnya di katakana adanya rasa pada air pada umumnya di ikuti dengan
perubahan pH air.
Pembentukan koloidal terjadi karena bahan buangan padat yang berbentuk
halus (butiran kecil), sebagian ada yang larut dan sebagian lagi tidak dapat larut
dan tidak dapat mengendap, koloidal ini melayang di dalam air sehingga air
menjadi keruh (Fairchild et al, 2000). Menurut Koesoebiono (1999) kekeruhan
akan menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air akibatnya fotosintesis
tanaman didalam air tidak dapat berlangsung dan akan mengganggu
kehidupanhewanair. Padatan tersuspensi total keberadaannya dipengaruhi oleh
jumlah dan jenis limbah yang rnasuk ke dalam suatu perairan (Rao dan Mamata,
2004). Selanjutnya dikatakan bahwa bahan buangan padat berbentuk kasar
(butiran besar) dan berat serta tidak larut dalam air maka bahan tersebut akan
mengendap di dasar sungai.
2) Sifat Kimia Air
Sebuah molekul air terdiri atas satu atom oksigen yang berikatan kovalen
dengan dua atom hidrogen, gabungan dua atom hidrogen dengan satu atom
oksigen yang membentuk air (H2O) ini merupakan molekul yang sangat kokoh
dan untuk menguraikan air diperlukan jumlah energy yang besar, jumlah yang
sama juga di lepaskan dalam pembentuknya (Rukaesih,2004).
Salinitas merupakan gambaran jumlah kelarutan garam dan kosentrasi ion-ion
dalam air, salinitas juga berpengaruh terhadap derajat kelarutan senyawa-senyawa
tertentu (Pusstan, 2003). Organisme perairan harus mengeluarkan energi yang
besar untuk menyesuaikan diri dengan salinitas yang jauh di bawah atau di atas
25
normal bagi kehidupan hewan (Suriani, 2000). Secara langsung organisme
perairan membutuhkan kondisi air dengan tingkat kemasaman tertentu (Rukaesih,
2004). Air dengan pH yang terlalu tinggi atau terlampau rendah dapat mematikan
organisme, demikian pula halnya dengan perubahanya, umumnya organisme
perairan dapat hidup pada kisaran pH antara 6,7 dan 8,5. Penambahan suatu
senyawa ke perairan kendalanya telah menyebabkan perubahan pH menjadi lebih
kecil dari 6,7 atau lebih besar dari 8,5 (Kusnoputranto,1997). Konsentrasi oksigen
terlarut DO (disolved oksigen) merupakan parameter penting yang harus diukur
untuk mengetahui kualitas perairan. Organisme perairan tidak selalu nyaman
hidup pada air dengan kandungan oksigen tinggi. Air dengan oksigen terlalu
tinggi 200% jenuh berakibat dapat membahayakan organisme (Touray, 2008).
Tingkat kejenuhan tersebut ditentukan oleh suhu air dari salinitas air, makin tinggi
suhu air maka kapasitas kejenuhan oksigen makin besar (Duncan dan
Sandy,1994), sebaliknya makin tinggi salinitas kapasitas kejenuhan oksigen di air
semakin menurun (Saeni,1989).
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisme
hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan organik buangan dalam air
(Darmono, 2001). Di dalam air terdapat banyak senyawa organik (asam lemak,
cellulosa, asam organik, lemak dan protein) dan organik terlarut (logam berat,
amoniak, nitrit) serta mikroorganisme yang berpotensi mengkonsumsi oksigen
(Sugiharto, 1987). Semakin besar BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran
air limbah semakin besar (Jaya dkk,1994).
Kebutuhan oksigen kimiawi COD (Chemical Oxygen Demand) adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkanuntuk mengoksidasi bahan-bahan organik
26
didalam air secara kimiawi (Proowse, 1996). Nilai COD merupakan ukuran dan
pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasi
melalui proses kimia dan mikro biologis dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen telarut dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan
oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap
reaksi biologi
danmikroorganismedapatikutteroksidasidalamujiCOD(Kasmidjo,1997).
Pengukuran COD berpedoman pada prinsip bahwa semua bahan organik
dapat dioksidasi secara sempurna menjadi CO2 dan H2O dengan bantuan oksidasi
kuat dalam kadar asam. Jumlah oksidator yang dibutuhkan untuk proses ini
disetarakan dengan kebutuhan oksigen (Sumodiharjo, 1999). Menurut Mcleod dan
Eltis (2008) bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium bichromat
menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom.
c) Sifat Biologi Air
Bio indikator merupakan kelompok atau komunikator organisme yang
kehadirannya atau perilakunya di dalam air berkorelasi dengan kondisi lingkungan
sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan perairan (Willey,
1990)). Organisme yang tergolong sebagai indikator di antara ganggang, bakteri
protozoa makrobentos, dan ikan (Wiliam, 1990). Keberadaan coliform yang
berlebihan dalam air adalah mengidentifikasikan adanya patogen dalam air
(Ardhana,1998).
Escherichia Coli dipilih dalam persyaratan mikrobiologi sebagai indikator
tercemarnya air atau makanan karena keberadaan Escherichia Coli dalam sumber
air atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja. Bakteri
27
Escherichia Coli digunakan sebagai indikator untuk kontaminasi tinja karena
terdapat dalam jumlah besar dalam feses manusia dan hewan serta merupakan
flora normal didalam saluran pencernaan manusia dan hewan.
Dalam persyaratan mikrobiologi Escherichia Coli dipilih sebagai indikator
tercemarnya air atau makanan, karena keberadaan Escherichia Coli dalam sumber
air atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia
dan jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi
(Candra, 2006 dalam Pohan, 2009). Selain itu, densitas Escherichia Coli
berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini juga memliki daya
tahan yang lebih tinggi dari pada patogen serta lebih mudah diisolasi dan
ditumbuhkan (Randa, 2012).
9. Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan
ekosistem sungai dan danau, dan pengerusakan hutan akibat hujan asam. Di badan
air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah
menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut
eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen
yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih
banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam empat kategori (KLH, 2004
dalam Sumantri 2015) :
a. Dampak terhadap kehidupan Biota air
28
Banyak zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan
dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi
perkembangannya. Selain itu, kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun
yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat
matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang
seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi
sulit terurai. Panas dari industry juga akan membawa dampak bagi kematian
organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
b. Dampak terhadap kualitas tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform
telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survei
sumur dangkal dijakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya
pencemaran ini.
c. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain:
1) Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
2) Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
3) Jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri, dan
4) Air sebagai media untuk hidup vector penyakit.
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam kategori water-borne disease, atau
penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat didaerah-
daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat
29
masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Adapun jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain,
bakteri, protozoa, dan metazoan.
d. Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan
perairan, maka perairan ini akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan
bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika
lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika.
Selain bau, limbah ini juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Adapun
limbah detrgen atau sabun menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak.
Ini pun dapat mengurangi estetika.
10. Penanggulangan Pencemaran Air
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur
melalui peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitan
dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air
baik oleh instansi maupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang dilakukan
pemerintal dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui program Kali
Bersih (PROKASIH), program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban
limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan
besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran
dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman
dibantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH,2004)
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran yaitu
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis.
30
a. Penanggulangan secara nonteknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang
dapat merencanakan, mengatur, dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan
industry dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan
perundnagan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara helas tentang
kegiatan industry yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL,
pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin.
b. Penanggulangan secara teknis, bersumber pada perlakuan industry terhadap
perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah,
atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.
B. Escherichia coli
1. Pengertian Escherichia coli
Escherichia coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif.
Banyak industri kimia mengaplikasikan teknologi fermentasi yang memanfaatkan
E. coli, misalnya dalam produksi obat- obatan seperti insulin dan antiobiotik
(Dufour, 1984). Secara teoritis, ribuan jenis produk kimia bisa dihasilkan oleh
bakteri ini dengan syarat genetikanya sudah direkayasa sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan jenis produk tertentu yang diinginkan. Mengingat besarnya
peranan ilmu bioteknologi dalam aspek-aspek kehidupan manusia,maka tidak
bisa dipungkiri juga betapa besar manfaat E. coli bagi kita (Sutiknowati, 2016)
E. coli di alam terbuka hidup di dalam tanah. Jika terjadi pencemaran
(umumnya pencemar organik yang ditandai dengan BOD tinggi), tanah menjadi
media pertumbuhan yang baik untuk bakteri ini dan menyebabkan peningkatan
31
konsentrasi E. coli dalam tanah. Saat hujan turun atau salju mencair, semakin
banyak bakteri ini yang terbawa oleh air tanah masuk ke sungai. Dengan demikian
konsentrasi E. coli akan terdeteksi tinggi di air tanah dan sungai sehingga
mengindikasikan adanya pencemaran tanah. E. coli tidak dapat dibunuh dengan
pendinginan maupun pembekuan, Bakteri ini hanya bisa dibunuh oleh antiobiotik,
sinar Ultraviolet (UV), atau suhu tinggi >1000 C. Suhu tinggi akan merusak
protein dalam sel dan membuatnya tidak dapat hidup kembali. E.coli yang tidak
direkayasa genetika (wild type) umumnya tidak dapat hidup jika ada antibiotik
seperti amphicillin dan kloramfenikol (Girard et al., 2003) walaupun dengan
antiobiotik seperti Amoxicillin pun sudah cukup (derivat dari amphicillin yang
lebih rendah daya bunuhnya) (Sutiknowati, 2016).
2. Klasifikasi Dan Morfologi
Bakteri E. coli ditemukan pada tahun 1885 oleh Theodor Escherich dan diberi
nama sesuai dengan nama penemunya. E. coli merupakan bakteri berbentuk
batang dengan panjang sekitar 2 micrometer dan diamater 0.5 micrometer.
Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 m3. Bakteri ini dapat hidup pada rentang suhu
20-40 0C dengan suhu optimumnya pada 370 C dan tergolong bakteri gram
negatif.
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
32
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli
Gambar 3. Klasifikasi dan morfologi bakteri E. coli (Escherich, 1885)
Pada umumnya, bakteri ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa seperti E. Coli tipe O157:H7
dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare
berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini
bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA (Zhu et
al., 1994) sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya
adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum
matang.(Sutiknowati, 2016)
3. Manfaat E. Coli
Dari sekian ratus strain E. coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil
bersifat patogen, misalnya strain O157:H7 (Gambar 2). Hampir semua rekayasa
genetika di dunia bioteknologi selalu melibatkan E coli karena struktur
genetikanya yang sederhana dan mudah untuk direkayasa. Riset E. coli menjadi
model untuk Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah saat terjadi perdarahan
seperti pada luka/mimisan. (Pourbakhsh et al., 1997). Bakteri E. coli banyak
digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Penggunaannya adalah sebagai
vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan.
E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam
33
penanganannya (Fournout et al., 2000). Oleh sebab itu, negara-negara di Eropa
sekarang sangat mewaspadai penyebaran bakteri E. coli ini, dan bahkan melarang
mengimpor sayuran dari luar karena dikhawatirkan dapat disalahgunakan dan
menyebabkan kematian. Kebutuhan nutrisi E. coli tidak jauh berbeda dengan
nutrisi manusia, yaitu gula, protein, dan lemak. E. coli memiliki kemampuan lebih
karena dapat mencerna asam organik (asetat) dan garam anorganik (amonium
sulfat) sebagai sumber nutrisi karbon dan nitrogen. Bakteri ini tidak mampu
mengkonsumsi karbohidrat rantai panjang dan juga tidak dapat melakukan
fotosintesis.
Bakteri E. coli juga merupakan makhluk heterotrof yang tergantung pada
molekul-molekul organik sederhana seperti gula, protein, dan asam organik.
Dengan demikian, apabila E. coli bertahan hidup di tanah, maka diperlukan
adanya molekul- molekul tersebut yang kemungkinan dihasilkan oleh
mikroorganisme lain dalam tanah. aplikasi ke bakteri jenis lainnya. Bakteri ini
juga merupakan media kloning yang paling sering dipakai. Teknik rekombinasi
DNA tidak akan ada tanpa bantuan bakteri ini (Olivier et al., 2010). Bakteri E. coli
yang berada di dalam usus besar manusia berfungsi untuk menekan pertumbuhan
bakteri jahat, dan berperan sebagai mikrobiota usus yang membantu proses
pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Selain itu,
bakteri ini juga membantu produksi vitamin K.
4. Bahaya E. Coli
Bakteri E. coli dalam jumlah yang berlebihan dapat mengakibatkan diare, dan
bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain, maka akan dapat
menyebabkan infeksi. Jika bakteri E. coli sampai masuk ke saluran kencing maka
34
dapat mengakibatkan infeksi pada saluran kemih/kencing (ISK). Zhu et al., 1994).
Jenis berbahaya, E. coli tipe O157:H7 ini dapat bertahan hidup pada suhu yang
sangat rendah dan asam. Salah satu contoh kasus adalah bakteri E. coli yang
pernah mewabah di Jerman tahun 2013-2014, belum diketahui jenisnya, namun
diduga adalah tipe O157:H7. Selain di usus besar bakteri ini banyak terdapat di
alam (Kaper et al., 2004), sehingga memasak makanan hingga matang dan
menjaga kebersihan merupakan upaya pencegahan dampak buruk dari E. coli.
Gambar 4. Contoh Strain bakteri E. coli type O157: H7 (Zhu et al., 1994).
C. Faktor penyebab diare
Dalam Penelitian Kurniawati (2018:21) dalam Fuadah (2019) faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian diare adalah faktor agent berupa virus,
bakteri, parasite yang di jelaskan sebagai berikut :
1. Faktor Agent
Agent adalah faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi.
Agent dapat berupa benda hidup, tidak hidup, energy, sesuatu yang abstrak dan
dalam jumlah yang berlebihan atau kurang merupakan sebab esensial dalam
terjadinya penyakit. Secara garis besar mikroorganisme penyebab diare ada 3
yaitu : virus, bakteri dan parasite.
35
a. Virus, Beberapa virus penyebab diare yaitu rotavirus, enterovirus (virus
echo, coxsackie, poliomyelitis) astrovirus, Norwalk virus, cytomegalovirus,
virus herpes simplex, virus hepatitis, dan lain-lain. Rotavirus sebagai
penyebab utama diare pada anak-anak. Virus ini menyerang sel-sel usus,
mengubab absorbsi dan sekresi. keadaan ini menyebabkan diare dengan
gejala umum malaise dan demam.
b. Bakteri, Beberapa jenis bakteri penyebab diare adalah campylobactel,
Yersinia, Vibrio, Salmonella, Shigella dan Eschericia Coli dan sebagainya.
Sampai pada tahun 1970-an, infeksi bakteri diperkirakan sebagai penyebab
diare terbanyak di Indonesia. Namun beberapa penelitian menunjukan bahwa
bakteri bukanlah penyebab utama diare pada anak. Bahkan pada penelitian
tahun 2005-2011 di rumah sakit type A Yogyakarta ditemukan bahwa bakteri
hanyalah menyebabkan 5% dari penderita diare.
c. Parasit, Parasit masuk kedalam tubuh melalui makanan atau minuman dan
menetap dalam system pencernaan dan umumnya mengakibatkan diare
kronik. Biasanya parasite bukan penyebab sendiri tetapi bersamaan dengan
penyebab lain. Contohnya Giadia lambia, Entamoeba histolytica,
Cryptosporidium, Trichomonas hominis, cqndida albicans, Ascaris,
Trichuris, Oxyuris don Srongloides.
2. Faktor Perilaku
Menurut Stefen Anyerdy dan R Azizah (2008) dalam Fuadah (2019)
penelitiannya yang berjudul “Hubungan Sanitasi Dasar Rumah dan Perilaku Ibu
Rumah Tangga dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Bena Nusa Tenggara
36
Timur” menjelaskan bahwa faktor-faktor perilaku yang berhubungan diare salah
satunya adalah faktor kebiasaan mencuci tangan yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Kebiasaan mencuci tangan
Mencuci tangan menjadi kebiasaan penting yang dapat mencegah penularan
penyakit. Kuman penyakit seperti bakteri, virus, parasite dan jamur tak terlihat
kasat ata dan indra penciuman. Akibat dari tidak kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan dan buang air besar dapat mempermudah penularan suatu
penyakit melalui air, makanan yang tercemar kuman, tangan yang kotor, peralatan
perabot rumah tangga dan kuman dari berbagai tempat yang terbawa oleh tangan.
Dengan demikian penularan penyakit dapat dihindari dengan kebiasaan mencuci
tangan menggunakan sabun seperti pada penyakit infeksi saluran pencernaan
khususnya penyakit diare
b. Pola makan
Menurut Simanjuntak (Kurniawati,2018:38) faktor perilaku yang
berhubungan dengan kejadian diare adalah pola makan bahwa makanan dan
minuman dapat menjadi penyebab baik secara langsung maupun tidak lamgsung
tejadinya diare oleh V cholera, maka demikian kebiasaan jajan anak yang tidak
higienis di duga menajdi salah satu penyebab terjadinya diare V cholera. Sofran
mukti dalam kartini (2011) menyatakan bahwa dari survei pengelolaan makanan
yang dilaksanakan pada tahun 1989 di 8 provinsi mendapatkan bahwa ingkat
komunikasi 31,3-33,3 % dari contoh makanan di daerah tempat pengelolaan
makanan. pernyataan tersebut mendukung penelitian ini karena konsumsi yang
terbanyak adalah warung dan pedagang keliling yang memungkinkan hygiene dan
sanitasi makanan dan minuman kurang baik, sehingga membeli
37
makanan/minuman/jajan yang tercemar oleh kuman akan menyebakan penyakit
diare.
c. Memasak Air
Menurut Hairani (2017) faktor faktor perilaku yang berhubungan dengan
kejadian diare adalah memasak air yang di jelaskan sebagi berikut : Air yang tidak
di kelola dengan standart pengelolaan air minum rumah tangga (PAM-RT) Dapat
menimbulkan penyakit . Air untuk diinum harus diolah terkebih dahulu dan
wadah air harus bersih dan tertutup. Diare yang terjadi karena air minum yang
tidak bersih biasaya berkaitan dengan agen mikrobiologis dan kimia yang masuk
ke dalam saluran pencernaan. Penularan diare dapat terjadi melalui mekanisme
fecal-oral, termasuk melalui air minum yang tercemar atau terkontaminasi. Proses
memasak atau merebus air hingga mendidih yakni hinga 100c efektif membunuh
kuman penyakit, termasuk kuman penyebab diare yang kemungkinan besar
terdapat pada air minum.
3. Faktor Lingkungan
Menurut Notoadmojo, (2011) faktor lingkungan yang berhubungan dengan
kejadian diare adalah sebagai berikut :
a. Penyediaan air bersih
1) Pengertian Air Bersih
Ketersediaan air bersih yang tidak memadai Sarana air bersih adalah
bangunan beserta peralatan danperlengkapannya yang menyediakan dan
mendistribusikan air tersebut kepada masyarakat. Sarana air bersih harus
memenuhi persyaratan kesehatan, agar tidak mengalami pencemaransehingga
dapat diperoleh kualitas air yang baik sesuai dengan standar kesehatan.
38
Responden menggunakan air bersih yang berasal dari sumur gali, sumur bor, dan
sungai untuk keperluan sehari-hari tersebut, seperti mandi, mencuci, dan buang air
besar. Hal ini berpotensi untuk menjadi media bagi penularan penyakit diare.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990,
yang di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah di masak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk
memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang
terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik
yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Ditinjau dari sudut ilmu
kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu
per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut
bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan
masyarakat.
2) Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (air hujan), air
permukaan, dan air tanah. :
a. Air Angkasa
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun
pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.
39
b. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
c. Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air
hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah
menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2005).
Misalnya yaitu air sumur dan air mata air.
3) Jenis Sarana Air Bersih
Menurut Chandra (2005) Jenis sarana air bersih yang digunakan oleh
masyarakat dapat berasal dari berbagi sumber di antaranya adalah sebagai berikut
:
a. Sumur Gali
Sumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil atau memanfaatkan
tanah dengan cara menggali lubang ditanah dengan menggunakan alat sampai
mendapat air. Lubang di beri dinding dan bibir di beri lantai.
Syarat sumur gali adalah sebagai berikut :
1) Apabila letak sumber pencemaran lebih tinggi dari sumber gali dan di
perkirakanaliran tanah mengalir ke sumur, jarak sumur gali dengan
pencemaran adalah 10 meter.
40
2) Lantai harus kedap air minimal 1 meter dari dinding sumur, mudah
dibersihkan dan tidak tergenang.
3) SPAL harus kedap air dan tidak menimbulkan genangan
4) Tinggi bibir sumur 70 cm dari lantai
5) Dinding sumur minimal sedalam 3 meter dari permukaan tanah dan kedap air
6) Jika pengambilan air dengan pompa tangan atau listrik sumur harus di tutup
rapat
7) Jika pengambilan air dengan timba harus digantung serta tidak boleh di
letakandi lantai.
b. Sumur pompa tangan
Adalah sarana air bersih yang mengambil atau memanfaatkan air tanah dengan
membuat lubang ditanah dengan menggunakan alat bor. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada sumur pompa tangan adalah sebagi berikut :
1) Tidak berada di daerah rawan banjir
2) Kedalaman sumur haruslah sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung
air yang cukup banyak walaupun saat musim kemarau
3) Dinding sumur dibuat sampai lapisan tanah mengandung air untuk menjaga
supaya tanah tidak longsor, tetapi air masih dapat masuk kedalam sumur.
4) Dinding harus dibuat rapat air sekurang-kurangnya setinggi 3m dari permukaan
tanah.
5) Dinding sumur dibuat rapat air sekurang-kurangnya setinggi 30cm dari
permukaan tanah.
6) Lantai sumur agak miring, tinggi 20cm dari permukaan tanah.
41
c. Penampungan Air Hujan (PAH)
Air hujan dapat di tamping dalam suatu dam (danau buatan) yang di bangun
berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. semua air hujan di alikan ke danau
tersebut melalui alur-alur air. Kemudian di sekitar danau tersebut di buat sumur
pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat di tamping dengan bak-
bak ferosemen, dan di sekitarnya di bangun atap-atap untuk mengumpulkan air
hujan disekitar bak tersebut di baut saluran-saluran untuk pengambilan air untuk
umum (Notoadmojo, 2011).
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1) Tanah tempat penampungan air hujan hendaknya dibuat mendatar
2) Letak bak sebaiknya tidak lebih dari 3m jaraknya dari areal penampungan air
hujan
3) Sebaiknya menggunakan atap dari asbes ferocement atau seng.
4) Atap yang digunakan untuk PAH tidak boleh terganggu oleh pohon dan
dedaunan di atasnya.
5) Usahakan reservoir dibangun tempat yang tidak langsung terkena sinar
matahari
6) Air yang di tamping pada menit pertama dibuang karena masih kotor kemudian
pada menit berikutnya dimasukan kedalam tempat penampungan.
d. Pengolahan Mata Air
Mata air secara alamiah imbul didesa-desa perlu di kelola dengan melindungi
sumber mata air tersebut agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut di
alirkan keumah-rumah penduduk melalui pipa bamboo atau penduduk dapat
42
langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi tersebut
(Notoadmojo,2011). Hal-hal yang harus diperhatikan adalah ;
a) Pipa yang digunakan tidak megandung bahan kimia
b) Lantai bak harus kedap air dan mudah di bersihkan.
c) Bak terbuat dari bahan kedap air, bahan karet dan mudah dibersihkan, bibir bak
minimal 30cm diatas bahan yang kuat dan kedap air.
d) Saluran pembuangan limbah kedap air.
e. Sumur Bor
Sumur bor adalah sumur yang di bangun dengan bantuan alat muger, metode
pengeboran di lakukan dengan mesin. Hal –hal yang harus di perhatikan adalah ;
a) Jarak dari sumber pencemar kimia sejauh 95m
b) Pada pipa kedalaman 3 meter dari permukaan tanahnya dan diberi selubung
dari semen/cor atau PVC dan pipa besi.
c) Selubung casing dari sumur bor minimal memiliki tinggi sekitar 16 inci dari
permukaan tanah
d) Lantai kedap air.
f. Perpipaan
Sarana perpipaan adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapan yang
untuk menghasilkan menyediakan dan membagikan air minum untuk masyarakat
melalui jaringan perpipaan/distribusi. Air yang digunakan masyarakat umumnya
di distribusikan melalui sistem perpipaan dan berasal dari sumber mata air, danau,
maupunair yang sudah di kelola oleh pemerintah ataupun pihak swata (PDAM).
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah ;
43
a) Pipa yang digunakan tidak larut atau mengandung bahan-bahan kimia yang
dapat membahayakan kesehatan.
b) Lantai bak harus kedap air dan mudah dibersihkan, kemiringan lantai
mengarah pada pipa penguras
c) Bak terbuat dari bahan kedap air, bahan karet dan mudah dibersihkan, bibir bak
minimal 30cm diatas bahan yang kuat dan kedap air dan diberi kunci
pengaman
d) Saluran pembuangan air limbah kedap air.
b. Ketersediaan jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penularan risiko
terhadap penyakit diare. Jamban atautempat pembuangan kotoran manusia adalah
semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang
harusdikeluarkan dari dalam tubuh.
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup
penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan
kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan
sumber air. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara
lain ; thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang
dan pita), schistosomiasis dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011).Beberapa penyakit
oleh tinja adalah thypus, disentri, kolera, bermacam- macam cacing (gelang,
kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan lain-lain (Notoadmojo, 2011 :184)
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu
tempat tertentu atau jamban yang sehat.
44
1) Jenis-Jenis Jamban
a. Jamban Cemplung
Jamban cemplung sering kita jumpai di daerah pedesaan di Jawa. Tetapi
sering di jumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah
jamban dan tanpa tutup, sehingga serangga mudah masuk, dan bau tidak bias di
hindari. Disamping itu, karena tidak ada rumah jamban bila musim hujan tiba
maka jamban itu akan penuh dengan air. Hal lain yang perlu di perhatikan disini
adalah kakus ccemplung itu tidak perlu teralalu dalam. Sebab bila terlalu dalam
akan mengotori air tanah dibawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,53
meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat
dibuat dari bamboo dana tap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari sumber air
minum sekurang-kurangnya 15 meter.
b. Jamban cemplung berventilasi
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lemgkap
yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk darah pedesaan pipa ventilasi ini dapat
dibuat dengan bambu.
c. Jamban Empang
Jamban ini di bangun di atas empang ikanm. Dalam system jamban empang
ini disebut daur ulang (ryecycling), yakni tinja langsung dapat di makan oleh ikan,
ikan dimakan oleh orang dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan,
demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu di samping
mencegah tercemanya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi
masyarakat (menghasilkan ikan).
45
d. Jamban Pupuk
Pada prinsipnya jamban ini seperti jamban cemplung hanya lebih dangkal
galiannya. Disamping itu jamban ini juga ubtuk membuang kotoran binatang dan
sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah :
1. Mula-mula membuat jamban cemplung biasa
2. Dilapisan bawah sendiri di taruhsampah daun-daunan
3. Diatasanya di taruh kotoran dan kotoran binatang jika ada setiap hari.
4. Setelah kurang lebih 20 inci tutup lagi dengan sampah, daun-daunan setelahnya
di taruh kotoran lagi.
5. Demikian selanjutnya hingga penuh
6. Setelah penuh ditimbun tanah, dan membuat jamban baru.
7. Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan tutup tanaman
e. Septic Tank
Latrine jenis septic tank merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan,
oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang di anjurkan. septic tank
terdiri dari tangki Sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan
masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tangki ini tinja akan berada selama
beberapa hari. Selama waktu tersebut tija akan mengalami dua proses yakni:
a) Proses kimiwawi
Akibat penghancuran tinja akan di reduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-
zat padat akan mengendap dalam tangka sebagai sludge. Zat-zat tidak dapat
ahncur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung membentuk
46
lapisan yang menutup permukaan air dalam tangka tersebut. Lapisan ini di sebut
scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya
yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh
subur yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
b) Proses biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dalam
fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organic dalam sludge dan scum.
Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, juga adalah pengurangan
volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian
cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai
BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini kemudian di alirkan keluar melalui
pipa dan masuk kedalam tempat perembesan.
2) Syarat-syarat jamban
Menurut Notoadmojo, 2011 syarat – syarat jamban sehat adalah:
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban
b) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya
c) Tidak mengotori air tanah disekitarnya
d) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang
lainnya
e) Tidak menimbulkan bau
f) Mudah digunakan dan dipelihara
g) Desainnya sederhana
h) Murah
i) Dapat diterima oleh pemakainya.
47
Apabila persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan
antara lain hal-hal sebagai berikut:
1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari
2. panas dan hujan, serangga–serangga dan binatang–binatang lain, terlindung
dari pandangan orang dan sebagainya.
3. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak
yang kuat dan sebagainya.
4. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak
mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya.
5. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan.
Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran
penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja anatara lain penyakit diare.
Menurut Munzhir (2012) dalam Kurniawati (2018) menyatakan bahwa keluarga
yang tidak mempunyai jamban mempunyai resiko yang lebih besar dibandingkan
dengan kelaurga yang mempunyai jamban. Pengalaman di beberapa negara
membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar
dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang mempunyai
jamban dan keluarga harus buang air besar (Kemenkes RI,2014).
c. c. Pembuangan air limbah
1) Pengertian Air Limbah
Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia. Saluran
48
pembuangan air limbah adalahsuatu bangunan yang digunakan untuk membuang
air dari kamar mandi, tempat cuci, dapur, dan lain-lain bukan dari jamban.
Air limbah baik air limbah pabrik atau rumah tangga harus di kelola
sedemikan rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembungan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulka bau,
menganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan tikus,
kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis
untuk daerah endemis filariasis. Bila ada saluran pembbuangan air limbah di
halaman, secara rutin harus di perhatikan agar air limbah dapat mengalir sehingga
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan
nyamuk (Kemenkes RI,2014). Air limbah sebelum di buang ke pembuangan akhir
harus menjalani pengelolaan terlebih dahulu, untuk dapat melaksanakan
pengelolaan air limbah yang efektif perlu rencana pengelolaan yang baik. Sistem
pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan dan tidak mengontaminasi
b) Tidak menimbulkan pencemaran air untuk perikanan, air sungai atau tempat
temat rekreasi serta untuk keperluan sehari-hari
c) Tidak di hinggapi oleh lalat, serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya bibit penyakit
d) Tidak terbuka dan harus tertutp jiak tidak di olah tidak menimbulkan bau atau
aroma tidak sedap.
Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya yaitu:
49
1) Akibat terhadap lingkungan
Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak
dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air
permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat menimbulkan
bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan.
2) Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media
tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun
seranggalainnya dan juga dapat menjadi media transmisi penyakit seperti cholera,
thypus dan lainnya.
Menurut Notoadmojo,2011 air limbah dapat berasal dari berbagai sumber,
secara garis besar dapat di kelompokan menjadi :
1) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga, yaitu air limbah yang berasal
dari permukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari tinja
dan air seni, air bekas cucian dapur dan kamar mandi dan umumnya terdiri
dari bahan bahan organic.
2) Air buangan industry yang berasal dari berbagai jenis industry akibat proses
produksi. Zat-zat yang terkndung di dalamnya sangat bervariasi dengan
bahan baku yang di pakai oleh masing-masing industry antara lain : nitrogen,
sulfide, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat zat
pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu pengolahan air limbah ini agar tidak
menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
50
3) Air buangan kotrapaja yaitu air buangan yang beras berasal dari daerah
perkantoran, perdagangan, hotel restoran dan tempat-tempat umum, tenpat
ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam air
limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
2) Karakteristik Air Limbah
Karakteristik air limbah ini perlu di kenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat. Secara garis besar karakteristik air limbah dapat di
golongkan menjadi ;
a. a. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat
dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti
larutan sabun sedikit berbau. kadang juga mengandung sisa kertas berwana bekas
cucian beras dan sayur bagian-bagian tinja dan lain sebagainya.
b. b. Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung zat-zat kimia an-organik yang berasal
dari air bersih serta bermacam-macam zat organic yang berasal dari penguraian
tinja, urin dan sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basah pada
waktu masih baru dan cenderung bau asam apabila sudah mulai membusuk.
Subtansi organic dalam air buangan terdiri dari :
1) Gabungan yang mengandung nitrogen misalnya urea, protein, amina dan asam
amino
2) Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun, dan
karbohidrat termasuk selulosa.
c. Karakterisitik bakteriologis
51
Kandungan bakteri pantogen serta organisme golongan coliform terdaopat juga
dalam air limbah terganrung darimana berasal sumbernya. Namun keduanya tidak
berperan dalam proses pengolahan buangan. Sesuai dengan zat-zat yang
terkandung dalam air limbah ini, maka air limbah yang tidak di olah terlebih
dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup antara lain :
a) Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagi penyakit terutama kolera,
tifus, abdominalis disentri baciler.
b) Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme pantogen
c) Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tenpat hidup larva nyamuk
d) Menimbulkan bau yang tidak sedap serta pandangan yang tidak di enak
e) Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup
lainnya.
f) Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak
nyaman.
Untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut di perlukan kondisi
persyaratan dari upaya – upaya sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut :
1) Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah
2) Tidak mengakibatan pencemaran terhadap air minum
3) Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai dan
tempat rekreasi
4) Tidak di hinggapi serangga, tikus, dan tidak menjadi tempat berkembang
biaknya berbagai bibit penyakit dan vector
5) Tidak terbuka kena udara luar serta tidak dapat di capai oleh anak-anak
52
6) Baunya tidak menganggu.
3. Cara pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah yang di maksud untuk melindungi lingkungan hidup
terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan
mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul
karena pencmaran air limbah tersebut. Namun demikian alam mempunyai
kemampuan terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu di olah
sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan menurut
Notoadmojo (2011) antara lain :
a) Pengenceran
Air limbah di encerkan sampai mencapai kosentrasi yang cukup rendah
kemudian baru di buang di badan air. Namun cara ini menimbulkan kerugian
antara lain : bahaya kontaminasi, terhadap alliran-aliran masih ada , pengendapan
yang akibatnya dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air
seperti selokan, sungai, danau dan sebagainya.
b) Kolam oksidasi
Pada prinsipmya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari.,
ganggang bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah di
alirkan kedalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman anara 1-2
meter. dinding dan dasar kolam tidak perlu di lapisi apapun. lokasi kolam harus
jauh dari area pemukiman dan daerah yang terbuka sehingga memungkinakn
sirkulasi angina dengan baik.
c) Irigasi
53
Air limbah di alirkan kedalam parit-parit terbuka yang sudah digali., dan air
akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut.
Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan air ladang
pertanian atau perkebunan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini dapat di
lakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong
hewan dan lain-lain dimana kandungan zat –zat organic dan protein cukup tinggi
yang di perlukan oleh tanaman.
d. d. Pembuangan sampah
1) Pengertian Sampah
Sampah erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah
tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga
binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh karena itu
sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin, tidak mengganggu
atau mengancam kesehatan masyarakat.
Menurut Depkes RI (1999), tempat sampah yang memenuhi syarat adalah
tidak menimbulkan bau, tidak menimbulkan pencemaran terhadap permukaan
tanah dan air tanah, tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit seperti lalat,
tikus, kecoa, dan lain-lain, serta tidak mengganggu estetika lingkungan.
Menurut Notoadmojo (2011:190), Sampah adalah sesuatu bahan atau benda
yang tidak di pakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak
digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan di buang. Para ahli kesehatan
Amerika membuat batasan, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang di buang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
54
Dalam batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia
yang di buang karena sudah tidak berguna, sehingga bukan semua benda padat
yang tidak digunakan dan benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung
meletus banjir, pohon dihutan yang tumbang akibat angina ribut dan sebagainya.
Sampah yang dihasilkan oleh manusia akan membusuk karena aktivitas
mikroorganisme di alam, sehingga sampah sering menimbulkan bau yang tidak
sedapsehingga sampah harus di lakukan pengolahan sampah yang baik.
pengelolaan sampah merupakan legiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan. Penyenglenggaraan pengelolaan sampah meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. pengurangan sampah yakni menggunakan
3 R (Reduce, Reuse, Recycle) Sedangkan penanganan sampah pemilahan,
pengumpulan sampah ketempat penampungan sementara (TPS) dan pengangkutan
dari TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Setiap indivisu di wajibkan mempunyai sarana atau tempat sampah agar tidak
menimbulkan baut an mencemari lingkungan sekitar. Syarat pewadahan individu
menurut Dirjen Pekerjaan Umum nomor 3 tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1. Kedap air dan udara
2. Mudah di bersihkan
3. Rindan dan mudah di angkat
4. Memiliki tutup
5. Voulume pewadahan dapat di gunakan ulang.
b. Sumber – sumber sampah
55
1) Sampah yang berasal dari pemukiman yaitu sampah yang berasal dari bahan-
bahan padat sebagai hasil dari kegiatan rumah tangga yang sudah di pakai dan
di buang seperti sisa makanan, kertas, plastic daun dan sebagainya, pakaian-
pakaian bekas, bahan-bahan bacaanperabot rumah tangga daun dari kebun atau
taman.
2) Sampah yang berasal dari tenpat-tempat umum yaitu Sampah yang berasal dari
tenpat-tempat umum seperti pasar, tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta
api dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastic, boto daun dan
sebaginya.
3) Sampah yang berasal dari perkantoran yaitu sampah dari perkantoran baik
pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagianya. sampah ini
berupa kertas plastic, karbon klip dan sebagianya.
4) Sampah yang berasal dari jalan raya yaitu sampah ini berasal dari pembersihan
jalan yang pada umumnya terdiri dari kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir,
sobekan ban, onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan plastic dan
sebagianya.
5) Sampah yang berasal dari industry yaitu sampah yang berasal dari kawasan
industry termasuk sampah yang berasal dari kegiatan produksi misal sampah
pengepakan barang, logam, plastic, kayu ptongan tekstil kaleng dan
sebagainya.
6) Sampah dari pertanian atau perkebunan yaitu misal jerami, sisa sayur mayur,
sisa batang padi, batang jagung, sisa ranting kayu yang patah dan sebagainya.
56
7) Sampah yang berasal dari pertambangan yaitu jenisnya tergantung dari usaha
jenis pertambangan misalnya batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa sisa
pembakaran (arang) dan sebagainya.
8) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan yaitu sampah yang berasal
dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-kotoran ternak, sisa
makanan, bangkai binatang dan sebagainya.
c. Jenis-jenis sampah
Menurut Notoadmojo (2011:192) sampah terdiri dari sampah padat, sampah
cair dan sampah gas. Disini sampah sampah cair yaitu berupa sampah air limbah
yang akan dibahas di buku lain, sedangkan untuk sampah gas yaitu berupa polusi
udara berupa seperti asap kendaraan, asap pabrik dan sebagainya. Sampah padat
dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Berdasarkan kimia yang tekandung di dalamnya sampah dibagi menjadi
a) Sampah an-organic adalah sampah yang pada umumnya tidak dapat membusuk
misalnya logam, besi pecahan gelas plastic dan lain sebagainya.
b) Sampah oganic adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk
misalnya, sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan dapat dan tidak dapatnya di bakar
a) Sampah yang mudah terbakar misalnya kertas, karet, kayu, plastic dan kain
bekas
b) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng bekas, besi/logam bekas
pecahan gelas kaca dan lain sebaginya.
3. Berdasarkan karakteristik sampah
57
a) Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang
umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran hotel dan
sebagainya
b) Rubish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang
mudah terbakar, seperti kertas, karton plastic dan sebagainya, maupun yang
tidak mudah terbakar seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca gelas dan
sebagainya.
c) Ashes (abu) yaitu sebagai pembakar dari bahan – bahan yang mudah terbakar
termasuk abu rokok
d) Sampah jalanan yaitu sampah yang berasal dari pemebersihan jalan, yang
terdiri dari pencampuran bermacam-macam sampah, daun–daunan, kertas
plastic, pecahan kaca, besi debu dan sebagainya.
e) Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari indutsri atau pabrik-pabrik
f) Bangkai binatang yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak
kendaraan atau dibaung oleh orang
g) Bangkai kendaraan adalah bangkai mobil, sepeda, dan motor
h) Sampah pembangunan yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah
dan sebagainya yang berupa puing-puin, potongan-potongan kayu, besi, beton
bamboo dan lain sebagainya
d. Cara pengelolaan sampah antara lain :
Pengumpulan sampah di mulai dari sumber dimana sampah itu dihasilkan. Dari
lokasi sumber sampah tersebut diangkut dengan alat angkut sampah. sebelum
sampai ke tempat pembuangan kadang-kadang perlu adanya suatu tempat
pembuangan sampah sementara (Kemenkes RI,2014). Dari sini sampah di
58
pindahkan dari alat angkut yang lebih besar dab lebih efesien, misalnya dari
gerobak ke truk atau dari gerobak ke truk pemadat. Adapun syarat tempat sampah
di anjurkan sebagai berikut:
1) Terbuat dari bahan yang kedap air
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka, dikosongkan isinya mudan dibersihkan
3) Ukurannya di atur agar mudah diangkat oleh 1 orang petugas (Kemenkes
RI,2014).
Sedangkan syarat kesehatan pada tempat pengumpulan sampah sementara yaitu:
a) Terdapat dua pintu, yaitu pintu masuk dan pintu keluar
b) Lamanya sampah di bak maksimal 3 hari
c) Tidak terletak pada daerah rawan banjir
d) Volume tempat penampungan sampah sementara mampu menampung
sampah untuk 3 hari.
e) Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat.
f) Harus ada kran air untuk membersihkan
g) Tidak ada perindukan vector
h) Mudah di jangkau oleh masyarakat dan kendaraan pengangkut
Sedangkan untuk pemusnahan dan pengolahan sampah yaitu dengan:
1. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang
ditanah kemudian sampah dimasukan dan di timbun dengan tanah
2. Di bakar (Incinerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar
didalam tunku pembakaran
59
3. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
(kompos) khusunya untuk sampah organic, daun-daunan, sisa makanan dan
sampah lain yang dapat membusuk. (Notoadmojo,2011)
e. Faktor Karakteristik
Menurut Notoadmojo (2011) faktor karakteristik yang berhubungan dengan
kejadian diare adalah factor pendidikan dan pengetahuan :
a. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyrakat, sehingga
mereka melakukan apa yang di harapkan oleh prilaku pendidikan, yang tersirat
dalam pendidikan adalah : input adalah sasaran pemdidikan (individu, kelompok
dan masyarakat ) pendidik adalah (pelaku pendidikan), proses adalah (upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) output adalah (melakukan apa
yang di harapkan atau perilaku)
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapa pendidikan dalam bidamg
kesehatan. Secara oprasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk
meberikan dan meingkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok
atau masyarakat dalam memelihara dan meingkatkan kesehatan.
b. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2011) pengetahuan yang di cakup dalam domain
kognitif di bagi menjadi 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
60
tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
seseorang tahu apa yang dioekajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mejelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah
sapai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau
mengelompokan terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis
Sintesis menunujukan kepada suatu kemmapuan seseorang untuk merangkum
atau meletakan dalam sehubungan yang logis dalam komponen-komponen
61
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemamapuan
untuk menyusun suatu pengetahuan dan pengetahuan-pengetahuan yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri.
D. Kerangka Teori
Berdasarkan penelusuran terkait dari kajian pustaka yang meliputi faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare maka dapat dibuat kerangka teori sebagai
berikut :
Gambar 4 Kerangka Teori
Sumber : Notoadmojo (2011), Stefen Anyerdy dan R Azizah (2008) ,Kurniawati (2018), Hairani (2017), Fuadah (2019)
Faktor Karaktristik :a. Pendidikanb. Pengetahuan
Faktor Perilaku :a. Kebiasaan mencuci tanganb. Pola makanc. Memasak air
Faktor Agent :a. Virusb. Bakteric. Parasit
DIAREFaktor Lingkungana. Penyediaan air bersihb. Sarana jamban keluargac. Pembuangan sampahd. Pembuangan air limbah
62
E. Kerangka konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas maka dapat di susun kerangka konsep sebagi
berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 5 Kerangka Konsep
Sarana Penyediaan airbersih
Kejadian Diare
(Angka Kuman
E.coli )
Sarana jamban keluarga
Sarana PembuanganSampah
Sarana Pengolahan Air limbah(SPAL)
63
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan antara kondisi sarana air bersih pada masyarakat dengan
angka Kuman E.coli di Sepanjang Aliran Sungai Badak, Kecamatan Mesuji,
Kabupaten Mesuji Tahun 2020
2. Terdapat hubungan antara kondisi sarana jamban keluarga pada masyarakat
dengan angka Kuman E.coli di Sepanjang Aliran Sungai Badak, Kecamatan
Mesuji, Kabupaten Mesuji Tahun 2020
3. Terdapat hubungan antara kondisi sarana pembuangan sampah pada
masyarakat dengan angka Kuman E.coli di Sepanjang Aliran Sungai Badak,
Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji Tahun 2020
4. Terdapat hubungan antara kondisi sarana pembuangan air limbah pada
masyarakat dengan angka Kuman E.coli di Sepanjang Aliran Sungai Badak,
Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji Tahun 2020.
64