Bab7ImankpdHariAkhir

28
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH Konsep Iman Konsep Iman Kepada Hari Akhir Kepada Hari Akhir A. PENDAHULUAN Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda dapat memahami konsep keimanan kepada Hari Akhir dengan segala proses, peristiwa, dan keadaan yang terjadi pada Hari itu, serta menyelami hikmah mengimani kebenaran datangnya Hari Akhir. Dengan kata lain, usai menyimak bab ini anda dapat: 1. Menjelaskan pengertian Hari Akhir. 2. Memaparkan tanda-tanda datangnya Hari Akhir. 3. Menerangkan hakikat dan hikmah beriman kepada Hari Akhir. 4. Memahami alam akhirat. 5. Mengurai hubungan antara alam dunia dengan alam akhirat. 6. Mengungkap tanggung jawab manusia di alam akhirat. BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG B A B 7 125

description

nfvxhfshrsjtfgxjng

Transcript of Bab7ImankpdHariAkhir

DASAR-DASAR ISLAM

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

B A B7

Konsep Iman

Kepada Hari Akhir

A. PENDAHULUAN

Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda dapat memahami konsep keimanan kepada Hari Akhir dengan segala proses, peristiwa, dan keadaan yang terjadi pada Hari itu, serta menyelami hikmah mengimani kebenaran datangnya Hari Akhir. Dengan kata lain, usai menyimak bab ini anda dapat:

1. Menjelaskan pengertian Hari Akhir.

2. Memaparkan tanda-tanda datangnya Hari Akhir.

3. Menerangkan hakikat dan hikmah beriman kepada Hari Akhir.

4. Memahami alam akhirat.

5. Mengurai hubungan antara alam dunia dengan alam akhirat.

6. Mengungkap tanggung jawab manusia di alam akhirat.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Hari Akhir

Hari Akhir mungkin bukanlah istilah yang akrab bagi setiap orang. Karena itu, pertama-tama perlu dijelaskan tentang masalah ini. Hari Akhir berarti hari penghabisan atau masa kehidupan yang abadi di akhirat sesudah kehidupan di dunia. Hari penghabisan tersebut didahului dengan kehancuran alam semesta beserta isinya. Pada Hari itu akan terjadi berbagai hal yang dahsyat dan sangat mengerikan, seperti langit terbelah, bintang-bintang bertubrukan antara satu sama lainnya, dan seluruh makhluk musnah binasa. Bumi dan langit pun berganti, bukan lagi bumi atau langit yang sekarang ini. Allah SWT berfirman:

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrahim: 48).

Saat itu semua makhluk akan dihidupkan lagi dari alam kubur. Ruh seluruh umat manusia akan dikembalikan ke jasad masing-masing dan dengan demikian mereka akan mengalami kehidupan yang kedua kalinya. Selain manusia, dihidupkan pula jin, iblis, dan malaikat. Menurut sebagian ulama juga dihidupkan kembali macam-macam binatang dan tumbuhan. Inilah yang disebut dengan hari kebangkitan (al-baats).

Berbicara tentang Hari Akhir tidak bisa dipisahkan dari pembahasan mengenai alam kubur, sebab orang-orang yang sudah meninggal dunia sesungguhnya telah memasuki proses transisi dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Alam kubur dikenal juga dengan alam Barzakh, yaitu alam pembatas antara alam dunia dan alam akhirat. Dalam batas itu, manusia berada pada masa penantian, menunggu sampai saat dibangkitkan dari alam kubur. Pengertian alam kubur bukan semata kuburan, tetapi alam yang dimasuki oleh setiap orang yang meninggal dunia, baik dia itu dikuburkan maupun tidak dikuburkan. Karena itu, misalnya, jika ada janazah yang masih utuh karena diawetkan atau hancur luluh karena dibakar tetap memasuki alam kubur.

Setelah memasuki alam kubur manusia akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir tentang Tuhan, Agama dan Nabi-Nya. Orang yang beriman akan menjawab dengan mantap: Tuhanku Allah, Agamaku Islam, dan Nabiku Muhammad. Sedangkan orang yang tidak beriman atau ragu-ragu akan mengatakan tidak tahu. Siapa yang dapat menjawab pertanyaan di alam kubur akan merasakan kenikmatan dan siapa yang tidak bisa menjawabnya akan menerima siksaan. Yang menentukan bisa atau tidaknya seseorang menjawab pertanyaan tersebut adalah amal salehnya semasa hidup di dunia, sebagaimana firman Allah SWT:

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan melakukan apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim: 27).

Maksudnya, bahwa Allah akan meneguhkan iman orang mukmin ketika menghadapi pertanyaan di alam kubur. Ayat di atas sesungguhnya menegaskan adanya pertanyaan di alam kubur seperti yang telah disepakati para imam kaum muslimin. Perkara ini juga diperjelas dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari: Seorang muslim ketika di alam kuburnya ditanya, maka ia akan bersaksi bahwa tidak ada sesembahan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Itulah (makna) firman-Nya, Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, Ketika Nabi SAW melewati dua kuburan beliau bersabda, Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar (dalam dugaan keduanya). Sejenak kemudian beliau mengatakan, Tentu. Salah satunya karena tidak menjaga kesucian dari air kencingnya dan yang satu lagi karena mengadu domba (memprovokasi). (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari).

Dari Abdullah bin Abbas, bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabat doa berikut ini seperti halnya mengajarkan suatu surat dari Al-Quran, yaitu: Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah al-masih ad-dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan fitnah mati. (Muttafaq Alaih).

Di alam kubur manusia akan mulai merasakan tanda-tanda apa yang bakal diperolehnya kelak, apakah termasuk golongan yang mendapat nikmat atau termasuk golongan yang mendapat siksa. Kalau manusia di alam ini selamat dari fitnah, maka akan selamat urusan berikutnya. Karena alam kubur adalah penjajakan, sebelum masuk ke alam akhirat yang sesungguhnya.

Alhasil, sebagai orang mukmin kita wajib percaya bahwa di alam kubur ada pertanyaan, kenikmatan dan siksaan. Banyak sekali nash-nash Al-Quran dan Hadits yang menegaskan hal itu. Semua nash tersebut telah dihimpun oleh para ulama.

Setelah dibangkitkan dari kematian, umat manusia akan dikumpulkan di padang Mahsyar, lalu setiap jiwa akan diperhitungkan semua amalannya baik yang berupa kebaikan maupun keburukan. Siapa yang kebaikannya melebihi keburukannya, maka Allah SWT akan memasukkannya ke dalam surga, dan siapa yang keburukannya melebihi kebaikannya akan dimasukkan ke dalam neraka.

Di samping istilah Hari Akhir, Al-Quran juga menggunakan nama-nama lain sesuai dengan peristiwa dan suasana yang akan dialami oleh manusia dalam proses menuju kehidupan akhirat. Nama-nama itu, misalnya:

1. Hari Kiamat (Yaum al-Qiyamah) (Az-Zumar 39: 60).

2. Hari Kebangkitan (Yaum al-Baats) (Ar-Rum 30: 56).

3. Hari Penghitungan (Yaum al-Hisab) (Al-Mukmin 40: 27).

4. Hari Pembalasan (Yaum ad-Din) (Al-Fatihah 1: 3).

5. Hari Kemenangan (Yaum al-Fath) (As-Sajadah 32: 29).

6. Hari Pertemuan (Yaum at-Talaq) (Al-Mukmin 40: 15-16).

7. Hari Penghimpunan (Yaum al-Jami) (At-Taghabun 64: 9).

8. Hari Pembuktian (Yaum at-Taghabun) (At-Taghabun 64: 9).

9. Hari Kekekalan (Yaum al-Khulud) (Qaf 50: 34).

10. Hari Keluar (Yaum al-Khuruj) (Qaf 50: 42).

11. Hari Penyesalan (Yaum al-Hasrah) (Maryam 19:39).

12. Hari Panggil-Memanggil (Yaum at-Tanad) (Al-Mukmin 40: 32).

13. Hari Keputusan (Yaum al-Fashl) (An-Naba 78: 17).

14. Waktu (As-Saah) (Al-Qamar 54: 1).

15. Akhirat (Al-Akhirah) (Al-Ala 87: 16-17).

16. Peristiwa Dekat (Al-Azifah) (An-Najm 53: 57).

17. Malapetaka Besar (At-Thammah) (An-Naziat 79: 34).

18. Tiupan Sangsakala yang Kedua(Ash-Shakhkhah) (Abasa 80: 33).

19. Kejadian yang Menyelubungi (Al-Ghasyiyah) (Al-Ghasyiyah 88: 1).

20. Peristiwa yang Dahsyat (Al-Waqiah) (Al-Waqiah 56: 1).

2. Tanda-tanda Datangnya Hari Akhir

Soal datangnya Hari Akhir merupakan suatu persoalan yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Tidak seorang pun yang mengetahuinya, termasuk para nabi dan rasul atau malaikat yang sangat dekat hubungannya dengan Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam ayat:

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, kapankah terjadinya? Katakanlah: Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya di sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu datangnya selain Dia. Berat sekali mengetahuinya bagi para penghuni langit dan bumi. Ia tidak datang kepadamu melainkan dengan cara yang tiba-tiba. (QS. Al-Araf 7: 187).

Namun demikian, Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita beberapa tanda datangnya Hari Akhir; ada yang disebut dengan tanda-tanda kecil (alamat sughra) dan ada yang disebut dengan tanda-tanda besar (alamat kubra).

Di antara tanda-tandanya yang kecil ialah lenyapnya ilmu pengetahuan, meratanya kebodohan, meluasnya kemungkaran, suburnya kemaksiatan, merebaknya pembunuhan, seringnya terjadi gempa bumi, pendeknya jarak waktu, banyaknya para pendusta yang mengaku nabi, adanya persaingan untuk mempertinggi bangunan dari orang-orang yang asalnya tidak beralas kaki, telanjang dan miskin, kemenangan kaum muslim atas orang Yahudi sehingga pepohonan dan bebatuan dapat berbicara dan menunjukkan di mana tempat persembunyian orang-orang Yahudi.

Sabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat yaitu dihapuskannya ilmu, munculnya kebodohan, diminumnya khamr, menjamurnya perzinaan, sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya jumlah perempuan, hingga lima puluh orang perempuan berbanding satu laki-laki. (Muttafaq Alaih).

Abdullah bin Umar berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda: Orang-orang Yahudi memerangi kalian dan kalian mengalahkan mereka hingga bebatuan berkata: Wahai orang muslim, ini ada orangYahudi di belakangku, bunuhlah ia. (Muttafaq Alaih).

Selain tanda-tanda yang dikemukakan di atas, masih banyak lagi tanda-tanda lainnya yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW. Sedangkan di antara tanda-tanda Kiamat yang besar ialah diutusnya Al-Mahdi, yaitu seseorang yang diperintahkan oleh Allah SWT pada akhir zaman untuk mengajak umat manusia kembali ke jalan yang benar.

Untuk itu, tugas pertama Al-Mahdi adalah berupa dikobarkannya perang pemikiran di dalam dunia Islam dan mengembalikan kaum muslim yang telah menyimpang dari intisari Islam menuju iman dan akhlak yang sesungguhnya. Secara garis besar Al-Mahdi mempunyai tiga tugas dasar:

1. Menghancurkan seluruh sistem filsafat yang mengingkari keberadaan Allah dan mendukung ateisme.

2. Memerangi takhayul dengan membebaskan kaum muslim dari penindasan orang-orang munafik yang telah menyimpangkan agama, dan kemudian mengungkap dan melaksanakan akhlak Islam sejati yang didasarkan pada aturan Al-Quran.

3. Memperkuat seluruh dunia Islam, baik secara politik maupun sosial, dan kemudian mengembangkan perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan serta memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan.

Hadits-hadits tentang kedatangan Al-Mahdi sangat banyak dan mutawatir. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ummu Salamah, ia berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda, Al-Mahdi berasal dari keturunanku, dari anak Fathimah. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).

Juga diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, Al-Mahdi dari keturunan kami, Ahlu Bait, dipersiapkan Allah pada suatu malam. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Termasuk tanda lainnya yang besar adalah keluarnya al-masih ad-dajjal, yaitu seorang manusia yang dengannya Allah menguji para hamba-Nya di akhir zaman. Orang tersebut mengaku sebagai tuhan dan diikuti oleh kaum Yahudi. Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda, Dajjal diikuti oleh tujuh puluh Yahudi Ashbahan yang mengenakan pakaian kebesaran. (Dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab al-Fitan).

Allah SWT sengaja memberi al-masih ad-dajjal beberapa kemampuan seperti melimpahkan kekayaan bagi orang yang mempercayainya dan melenyapkan keduniaan bagi yang menolaknya, dapat memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tumbuhan, menghidupkan kembali orang yang telah dibunuhnya. Semua itu terjadi atas takdir dan izin Allah SWT. Kemudian Allah melemahkannya sehingga perintah-perintahnya tidak lagi berfungsi, lalu akhirnya dibunuh oleh Nabi Isa.

Di antara tanda-tanda Kiamat yang besar lainnya yaitu turunnya Isa bin Maryam yang menerapkan ajaran Rasulullah dan memberlakukan syariatnya, menyatakan kesaksian akan kedustaan orang-orang yang menyembahnya selain Allah dan yang menjadikan para pendeta mereka sebagai tuhan. Allah SWT berfirman:

Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang Kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu soal Kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (QS. Az-Zukhruf: 61).

2. Tanda-tanda datangnya Hari Akhir

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di Hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (QS. An-Nisa: 159)

Tanda-tanda Kiamat yang besar lainnya ialah munculnya Yajuj dan Majuj, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, keluarnya api dari salah satu kota di Yaman serta menggiring manusia ke tempat penghimpunan mereka, yaitu negeri Syam. Allah Swt berfirman:

Hingga apabila dibukakan (tembok) Yajuj dan Majuj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS. Al-Anbiya: 96).

Dalam kitab Shahihnya Imam Al-Bukhari meriwayatkan sabda Rasulullah SAW dari Abu Hurairah: Kiamat tidak akan terjadi sehingga matahari terbit dari tempat terbenamnya. Ketika matahari itu terbit (seperti demikian) dan manusia menyaksikannya, mereka semua beriman, namun saat itu tidak lagi berguna keimanan setiap jiwa. Kemudian beliau membacakan ayat tadi. Nabi Muhammad telah mengisyaratkan sepuluh tanda yang bakal terjadi menjelang Kiamat, yaitu seperti dinyatakan dalam hadits Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari, ia berkata, Nabi SAW datang kepada kami ketika kami sedang berbincang-bincang, beliau bertanya, Apa yang sedang kalian bicarakan? Kami menjawab, Kami membicarakan tentang Kiamat. Sabda beliau, Sesungguhnya (Kiamat) itu tidak akan terjadi sehingga sebelumnya kalian melihat sepuluh tanda. Lalu beliau menyebutkan tentang asap, dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, turunnya Isa bin Maryam, Yajuj dan Majuj, tiga gerhana yaitu gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab, dan yang terakhir adalah keluarnya api dari Yaman yang menggiring manusia ke tempat penghimpunan mereka. (Dikeluarkan oleh Al-Bukhari).Demikian beberapa tanda datangnya Kiamat, baik kecil maupun besar, yang telah dijelaskan dalam Al-Quran maupun hadits. Kita dapat mengambil pelajaran dari setiap tanda tersebut untuk mengingatkan diri kita agar selalu bersiap-siap menuju kehidupan yang kekal di alam akhirat kelak.

3. Hakikat Beriman kepada Hari Akhir dan Hikmahnya

Percaya kepada Hari Akhir adalah salah satu rukun keimanan dan merupakan pilar utama dari beberapa bagian akidah. Bahkan iman kepada Hari Akhir termasuk unsur terpenting selain beriman kepada Allah SWT. Maka tak heran kiranya jika Al-Quran sangat menekankan perihal keimanan kepada Hari Akhir seperti terlihat dari:

1. Seringnya disebut langsung iman kepada Hari Akhir sesudah iman kepada Allah SWT, terlebih jika rukun-rukun iman yang lainnya tidak disebutkan secara lengkap. Misalnya:

Akan tetapi yang dinamakan kebajikan itu ialah barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir. QS. (Al-Baqarah 2: 177).

Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta melakukan amal saleh mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekuatiran terhadap mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah 2: 62).

2. Banyaknya Al-Quran menyebut tentang Hari Akhir dibandingkan dengan masalah-masalah gaib lainnya. Terlihat hampir setiap halaman Al-Quran dijumpai pembicaraan tentang Hari Akhir.

3. Banyaknya nama-nama Hari Akhir, yang masing-masing nama menunjukkan proses, peristiwa, dan keadaan yang terjadi pada Hari itu.

Adapun hikmah mengimani kebenaran Hari Akhir antara lain:

1. Menjadikan seseorang selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mematuhi ajaran Allah SWT, sebab ia sadar bahwa tidak satu pun dari amal perbuatannya baik lahir maupun batin yang luput dari perhitungan dan pertanggungjawaban di akhirat kelak.

2. Menyebabkan hidup seseorang di dunia ini mempunyai tujuan mulia serta cita-cita yang tinggi. Di sana ada suatu puncak yang hendak dicapai dengan segenap kemampuan yang dimilikinya. Dan tujuan tersebut akan terwujud dengan cara mengerjakan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan segala bentuk kemungkaran, menghiasi diri dengan sifat-sifat keutamaan serta menghindari dari berbagai sifat kehinaan.

3. Melalui pengetahuan yang detail tentang surga dan neraka dengan segala kenikmatan dan siksaannya, seseorang akan terdorong untuk merasakan nikmatnya surga dan takut dari siksa neraka. Dengan demikian ia akan selalu ingin berbuat kebaikan dan menjauhi kemaksiatan.

4. Pengertian Alam Akhirat

Kita mengimani bahwa sesudah alam yang sedang kita tempuh sekarang ini, ada alam kedua yang dikenal dengan alam akhirat. Di alam kedua itulah Allah SWT akan membalas dengan ganjaran surga kepada orang yang taat kepada-Nya dan membalas dengan siksa neraka kepada orang yang membangkang perintah-Nya.

Jadi, Alam Akhirat ialah alam tempat pemberian balasan bagi seluruh amal perbuatan manusia mukallaf (yang telah mendapat tanggung jawab). Di alam akhirat itulah Allah SWT memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan timbangan amalnya, dan memberikan siksa sesuai dengan kadar kejahatannya. Firman Allah SWT:

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (surga). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka hawiyah. (QS. Al-Qariah: 6-9).

Al-Quran mengisyaratkan bahwa surga dan neraka benar-benar telah diciptakan. Keduanya merupakan kekal abadi dan tidak akan pernah binasa. Firman Allah SWT:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran: 133).

Tentang penghuni surga, firman Allah menyebutkan:

Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya. (QS. Al-Hijr: 48).

Terkait tentang penghuni neraka, Allah SWT berfirman:

Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. (QS. Fathir: 36).

Mengenai tidak kekalnya orang yang beriman di dalam neraka disebutkan oleh Rasulullah SAW: Akan keluar dari neraka siapa saja yang di dalam hatinya ada keimanan sekalipun seberat biji sawi. (HR. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).

Jika dikaitkan dengan ayat-ayat yang dikemukakan di atas, orang-orang beriman yang dosanya lebih besar dari pahalanya itu akan keluar dari neraka setelah habis masa hukuman yang telah ditentukan oleh Allah SWT sesuai dengan tingkat dosanya masing-masing.

Tingkat dan jenis siksaan yang dirasakan oleh penduduk neraka berbeda-beda sesuai dengan tingkat kekufuran, kemunafikan, kemusyrikan, dan kemaksiatan mereka. Begitu pula tingkat dan jenis kenikmatan yang dirasakan oleh penduduk surga juga berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketakwaan mereka kepada Allah SWT.

5. Hubungan Alam Dunia dengan Alam Akhirat

Ibnu Abbas berkata, Sesungguhnya Allah menjadikan dunia menjadi tiga bagian, yaitu satu bagian untuk orang mukmin, satu bagian untuk orang munafik, dan satu bagian lagi untuk orang kafir. Orang mukmin menjadikannya sebagai bekal (menuju akhirat), orang munafik menjadikannya sebagai perhiasan, dan orang kafir menjadikannya sebagai tempat bersenang-senang.

Bagi orang mukmin, alam dunia dan alam akhirat merupakan dua keadaan yang saling berkaitan. Semua amal yang menyertai kematian akan dihitung sebagai bagian dari akhirat walaupun secara lahir hal itu dilakukan di alam dunia. Maka siapa yang amal baiknya di dunia melebihi keburukannya akan meraih kenikmatan di akhirat, dan siapa yang amal buruknya di dunia melebihi kebaikannya akan memperoleh siksaan di akhirat.

Jelasnya, orang mukmin percaya penuh bahwa manusia akan dibangkitkan dari alam kubur dan dikumpulkan di padang Mahsyar, kemudian di situ ditimbang seluruh amal perbuatan pada sebuah neraca (mizan). Pada hari pengadilan itu semua orang hanya menunggu vonis yang akan dijatuhkan Allah SWT dengan seadil-adilnya berdasarkan bukti perbuatan pada masa hidup di dunia.

Pada saat penghitungan amal itu tidak akan ada seorang pun yang dirugikan atau berbuat curang. Penimbangan amal dilakukan dengan seadil-adilnya oleh Allah Yang Maha Adil. Dia tidak akan menganiaya atau merugikan seseorang pun dari makhluk-Nya, juga tidak akan meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya:

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seorang pun barang sedikit jua, dan jika amalan itu hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (QS. Al-Anbiya: 47).

Manusia tatkala itu dalam keadaan panik dengan urusannya masing-masing serta sibuk mencari perlindungan buat dirinya sendiri. Orang tua tidak lagi memikirkan anaknya, dan anak juga tidak lagi memikirkan orangtuanya. Segala yang dimilikinya tiada berguna, kecuali amal saleh.

(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. Asy-Syuara: 88-89).

Kala itu tidak ada kezaliman yang terlewatkan. Semua akan memperoleh apa yang telah diusahakannya di dunia. Bagi yang banyak melakukan kezaliman, mereka akan merasakan betapa janji Allah SWT dan siksa pasti diberikan; rasanya ingin bertaubat, tetapi pintu taubat sudah tertutup; rasanya ingin kembali ke dunia, tetapi dunia sudah kiamat; rasanya ingin meminta penangguhan, tetapi keputusan sudah final.

Termasuk keadilan dan kebijaksanaan Allah SWT bahwa Dia tidak akan mempersamakan antara orang mukmin yang taat dan orang kafir yang ingkar, antara orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat jelek, dan seterusnya. Sikap mempersamakan antara dua golongan tersebut merupakan suatu penganiayaan dan Allah tidaklah bersikap demikian.

Karena itu, orang mukmin memandang alam dunia ini sebagai ladang amal, tempat menanam kebaikan demi memetik buahnya di alam akhirat. Apa pun yang dilakukannya di dunia adalah dalam rangka menyiapkan diri untuk akhiratnya. Sebab sesungguhnya dunia diciptakan untuk manusia dan manusia diciptakan untuk akhirat. Orang mukmin tidak akan mementingkan urusan dirinya dengan kehidupan dunia kecuali sekedar untuk menguatkan langkah meniti jalan akhirat.

6. Tanggung Jawab Manusia di Alam Akhirat

Hampir semua agama mengakui adanya hari kebangkitan dari alam kubur. Kebangkitan dari alam kubur dimaksudkan untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang pernah dilakukan di dunia.

Peristiwa dibangkitkannya manusia dari alam kubur merupakan bentuk keadilan Allah SWT. Secara logika manusia memang harus dimintai pertanggungjawaban. Adalah tidak adil jika manusia tidak memberi pertanggungjawaban atas seluruh perbuatan yang dilakukannya. Demi keadilan kemudian Allah SWT memberikan kehidupan sekali lagi bagi manusia.

Sungguh tidak adil, jika seorang penjahat yang lolos dari hukuman dunia dibiarkan melenggang tanpa tanggung jawab. Maka setelah mati dibangkitkan kembali dari kubur untuk bertanggung jawab atas kejahatannya.

Sungguh tidak adil, jika koruptor uang negara/rakyat bebas dari hukuman dan dibiarkan lepas begitu saja tanpa tanggung jawab. Maka setelah mati dibangkitkan dari kubur untuk mempertanggungjawabkan perbuatan korupsinya di hadapan Allah SWT, dan disuruh mengembalikan hak orang-orang yang telah dirampasnya.

Sungguh tidak adil, jika ada orang yang suka berbuat zhalim, lepas dari jerat hukum di dunia, lalu dibiarkan bebas tanpa diberikan hukuman. Maka demi keadilan, dia setelah mati dibangkitkan kembali dari kubur untuk menerima bagian dari kazhaliman yang diperbuat semasa hidupnya.

Sungguh tidak adil, jika ada orang kuat menindas yang lemah, bebas tanpa pembelaan bagi si lemah. Maka demi keadilan, dia harus dibangkitkan dari kubur setelah mati untuk mempertanggungjawabkan penindasannya kepada si lemah. Sungguh tidak adil, jika ada pengedar narkoba, perusak moral umat dan penebar kerusakan dibiarkan keliaran karena ia bisa mempermainkan hukum. Maka demi keadilan, dia harus dibangkitkan dari kubur untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Jika manusia dibiarkan bebas tidak menanggung apa yang diperbuat di dunia, maka penciptaan manusia tidak lagi bermakna apa-apa. Padahal Allah menciptakan manusia dan makhluk-makhluk yang lain mempunyai maksud dan tujuan.

Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan, bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ar-Rum: 27).

Lantas, manusia dihidupkan kembali dari alam kubur untuk memetik hasil dari apa yang dilakukan ketika masih hidup di dunia. Dan tidak mustahil, apa yang ditanam waktu di dunia belum sempat dipanen sebab keburu meninggal dunia. Kalau sekiranya tidak ada kesempatan waktu untuk memanen di dunia, niscaya Allah SWT memberikan kesempatan kepada manusia untuk memanen di alam yang lain, yaitu alam akhirat.

Sungguh tidak adil, jika ada orang baik-baik menolong dengan ikhlas malah dijebloskan ke dalam penjara. Maka demi keadilan ia di akhirat nanti akan mendapat amal kebaikan dari orang yang pernah menzhaliminya.

Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al-Baqarah: 281).

C. RANGKUMAN

Meskipun datangnya Hari Akhir tidak dapat diketahui oleh siapa pun, kecuali Allah SWT, namun Al-Quran telah mengisyaratkannya dalam berbagai ayat di samping Rasulullah sendiri juga memberitahukan kepada kita tanda-tandanya; baik tanda-tanda kecil (alamat sughra) maupun tanda-tanda besar (alamat kubra).

Sebagai orang mukmin kita wajib beriman kepada Hari Akhir dengan segala proses dan peristiwa yang mengiringinya sesuai dengan apa yang telah dinyatakan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Proses dan peristiwa Hari Akhir ialah kronologis peristiwa yang akan dilalui umat manusia pada Hari Akhir nanti berupa kebangkitan dari alam kubur, penghimpunan di padang Mahsyar, penghitungan amal, hingga pembalasan surga atau neraka.

Iman kepada Hari Akhir merupakan bagian utama dalam pembahasan tentang akidah, bahkan sebagai unsur terpenting selain kepercayaan kepada Allah SWT. Dengan mengimani adanya Hari Akhir dapat meyakinkan bagaimana segenap benda yang pernah ada akan berakhir kemudian kembali kepada sumber segala kehidupan, yakni Allah SWT.

Dengan memercayai adanya Hari Akhir menyebabkan kita hidup di alam dunia ini mempunyai suatu tujuan mulia dan cita-cita suci. Tujuan itu terutama untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan segala bentuk kemungkaran, menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan menghindari diri dari sifat-sifat yang keji.

Orang mukmin juga percaya bahwa alam dunia dan alam akhirat adalah dua keadaan yang saling berkaitan. Semua amal yang menyertai kematian akan dihitung sebagai bagian dari akhirat walaupun secara lahir hal itu dilakukan di alam dunia. Karena itu, orang mukmin tidak akan mementingkan urusan pribadinya dengan kehidupan dunia kecuali sekedar untuk menguatkan langkah menuju kehidupan akhirat.

Alhasil, setiap amal yang dilakukan di alam dunia ini tidak akan terlewatkan. Semua akan memperoleh apa yang telah diusahakannya di dunia. Orang yang mentaati perintah Allah akan dimasukkan ke dalam surga, sedangkan mereka yang mengingkari perintah-Nya akan dijebloskan ke dalam neraka.

D. PERTANYAAN

1. Apa yang anda ketahui tentang Hari Akhir dan ceritakan proses serta peristiwa

yang terjadi pada Hari itu!

2. Sebutkan tanda-tanda datangnya Hari Akhir!

3. Apa sesungguhnya hakikat beriman kepada Hari Akhir dan sebutkan

hikmahnya!

4. Apa yang anda ketahui tentang alam akhirat dan jelaskan hubungan antara alam

dunia dengan alam akhirat.

5. Sebutkan hikmah hari kebangkitan manusia kaitannya dengan keadilan Allah!

E. REFERENSI (END NOTE)

. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta: LPPI, 2001), cet. 6. h. 164.

. Ibid., h. 155.

. Sayid Sabiq, Aqidah Islam, terjemahan Abdai Rathomy (Bandung: CV. Diponegoro, 1978), cet. 2, h. 431-435.

. Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Untuk Setiap Muslim: Memahami Aqidah, Syariat, dan Adab (Jakarta: Darul Haq, 2003), cet. 1, h. 96.

. Ibid., h. 98.

. Ibid., h. 99.

. Menurut Syaikh Nashiruddin Al-Bani dalam Shahih al-Jami ash-Shaghir 6/22, hadits tersebut adalah hadits shahih, sebagaimana dikutip Abdullah Al-Mushlih dan Shalah Ash-Shawi dalam Untuk Setiap Muslim: Memahami Aqidah, Syariat, dan Adab, terjemahan Ahmad Amin, dkk. (Jakarta: Darul Haq, 2003), cet. 1, h. 99.

. Ibid.

. Ibid., h. 99-102.

. Ibid., h. 102-104.

. Ibid., h. 104-105.

. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, h. 104.

. Seperti dikutip Al-Ghazali dalam Mutiara Ihya Ulumuddin, terjemahan Irwan Kurniawan (Bandung: Penerbit Mizan, 2004), cet. 16, h. 258.

PAGE 141BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG