BAHAN KAJIAN MK. Dasar Ilmu Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

73
BAHAN KAJIAN MK. Dasar Ilmu Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

description

BAHAN KAJIAN MK. Dasar Ilmu Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013. EROSI TANAH. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of BAHAN KAJIAN MK. Dasar Ilmu Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Page 1: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

BAHAN KAJIANMK. Dasar Ilmu Tanah

EROSI TANAH

smno.jurtnh.fpub.nop2013

Page 2: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan,

dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, “rayapan” pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau

oleh makhluk hidup seperti hewan yang membuat liang, dalam hal ini

disebut bio-erosi.

Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, pelapukan merupakan proses penghancuran

mineral batuan dengan proses kimiawi maupun

fisik, atau gabungan keduanya.

EROSI TANAH

Page 3: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

EROSI TANAHErosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali,

namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan

pembangunan jalan.

Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan

vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat

mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.

Praktek tata guna lahan yang intensif dapat membatasi erosi, menggunakan teknik terrasering, praktek konservasi lahan dan

penanaman pohon permanen.

Page 4: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

DAMPAK EROSI TANAH

Sumber: diunduh dari:

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan

lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk

meresapkan air (infiltrasi).

Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan

mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya

akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.

Page 5: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

FAKTOR-FAKTOR EROSI TANAH

Sumber: diunduh dari:

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor.

Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula

musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan

permeabilitasnya, kemiringn lahan.

Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan, makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh

manusia.

Page 6: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

TUTUPAN LAHAN

Kebakaran hutan yang parah mengakibatkan peningkatan runoff dan erosi tanah.

Jumlah dan tipe tutupan lahan sangat dinamis.

Pada lahan hutan yang tak terjamah, “tanah” dilindungi oleh seresah-hutan di permukaan tanah.

Apabila Pepohonan dihilangkan (kebakaran atau penebangan), runoff menjadi

banyak dan erosi menjadi lebih intensif.

Lapisan seresah-hutan melindungi muka-tanah dengan meredam dampak tetesan hujan; lapisan

serasah ini bersifat porus dan mudah meresapkan air hujan (infiltrasi),

sehingga runoff minimum.

Page 7: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

TUTUPAN LAHAN

Adanya jalan --------- Menghilangkan tutupan lahan,

Menghambat infiltrasi, Mengubah pola drainase

Kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan.

Topsoil dihilangkan atau dipadatkan, tanah

mudah tererosi.

Page 8: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Erosi tanah (soil erosion)

Material tanah (hasil erosi) yang diendapkan di hilir berakibat buruk thd bangunan atau tubuh-alam penyimpanan /penyalur air , pendangkalan

dapat berakibat kapasitas tampung menurun. Oleh karenanya, usaha penanggulangan atau pengendalian erosi harus

menjadi bagian yang utama dari setiap rencana penggunaan lahan.

Erosi tanah (soil erosion) adalah proses penghanyutan tanah dan merupakan gejala alam yang wajar dan terus berlangsung selama ada aliran permukaan. Erosi semacam itu melaju seimbang dengan laju pembentukan tanah sehingga tanah mengalami peremajaan secara berkesinambungan. Erosi tanah berubah menjadi bahaya jika prosesnya berlangsung lebih cepat dari laju pembentukan

tanah. Erosi yang mengalami percepatan secara berangsur akan menipiskan tanah,

bahkan akhirnya dapat menyingkap bahan induk tanah atau batuan dasar ke permukaan tanah. Erosi semacam ini tidak hanya merusak lahan daerah hulu (upland) yang terkena erosi langsung, tetapi juga berbahaya bagi daerah hilir

(lowland).

Page 9: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

PENYEBAB EROSI TANAH

Sumber: diunduh dari:

Erosi tanah dapat terjadi karena beberapa sebab :

1. Tanah gundul atau tidak ada tanamannya; 2. Tanah miring tidak dibuat teras–teras dan guludan sebagai

penyangga air dan tanah yang lurus; 3. Tanah tidak dibuat tanggul pasangan sebagai penahan erosi; 4. Pada tanah di kawasan hutan rusak karena pohon–pohon

ditebang secara liar sehingga hutan menjadi gundul; 5. Pada permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk

pengembalaan liar sehingga tanah atas semakin rusak.

Page 10: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Proses terjadinya Erosi dan Sedimentasi

Proses erosi terdiri atas tiga bagian yang berurutan :

1. Pengelupasan (detachment), 2. Pengangkutan (transportation), dan 3. Pengendapan (sedimentation).

Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh

kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Di Indonesia erosi yang terpenting adalah disebabkan oleh air. Di daerah beriklim tropika basah, aliran merupakan penyebab

utama erosi tanah, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang berarti.

Page 11: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

EROSI-TANAH OLEH AIR

Sumber: diunduh dari:

Proses erosi oleh air merupakan kombinasi dua sub proses yaitu :

Penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah tersebut

oleh air yang mengalir dipermukaan tanah. Secara skematis proses terjadinya erosi diperlihatkan pada

bagan berikut ini.

Penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa

tanah dan perendaman oleh air yang tergenang, dan

pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan, dan

Page 12: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Sumber: diunduh dari:

Skema proses terjadinya Erosi Tanah (Arsyad, 1989)

Butir-butir tanah yg terlepas

Butir-butir tanah yg terlepas

Penghancuran tanah oleh

energi kinetik hujan

Pengangkutan oleh air

yg mengalir

Pemindahan butir-butir tanah oleh percikan

hujan

Page 13: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

EROSI TANAH OLEH AIR HUJAN

Kekuatan perusak air yang mengalir diatas permukaan tanah akan semakin besar dengan

semakin curam dan makin panjang lereng permukaan tanah.

Air hujan yang menimpa tanah-tanah terbuka akan menyebabkan tanah terdispersi.

Sebagian dari air hujan yang jatuh tersebut akan mengalir di atas permukaan tanah.

Banyaknya air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah tergantung pada hubungan antara jumlah dan intensitas hujan

dengan kapasitas infiltrasi tanah dan kapasitas penyimpanan air tanah.

Page 14: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Gaya-gaya yang terlibat dalam proses erosi.

(sumber: http://onlinemanuals.txdot.gov/txdotmanuals/hyd/soil_erosion_control_considerations.htm)

Erosion is caused by rainfall, which displaces soil particles on

inadequately protected areas and by water running over soil,

carrying some soil particles away in the process. The rate of soil

particle removal is proportional to the intensity and duration of the rainfall and to the volume

and characteristics of the water flow and soil properties.

Deposisi sedimen terjadi kalau kecepatan aliran air

menurun dan kapasitas transpor air yg mengalir tidak cukup kuat untuk

mengangkut semua muatan sedimen.

Page 15: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Hujan – vegetasi - erosi

Hujan sebagai masukan dalam sistem hidrologi DAS setelah mengalami proses akan menghasilkan keluaran berupa debit

aliran dan muatan sedimen. Komponen-komponen masukan, proses, dan keluaran dalam

sistem hidrologi DAS terkait satu sama lain. Output DAS dipengaruhi oleh masukan dan proses yang terjadi.

Tumbuh-tumbuhan yang hidup diatas permukaan tanah dapat memperbaiki kemampuan tanah menyerap air dan memperkecil kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh, dan daya dispersi dan angkut aliran

air di atas permukaan tanah. Perlakuan atau tindakan-tindakan yang diberikan manusia terhadap tanah dan tumbuh-tumbuhan di atasnya

akan menentukan apakah tanah itu akan menjadi baik dan produktif atau menjadi rusak.

Hubungan antara erosi oleh hujan di daerah tangkapan dan besarnya sedimentasi yang terpantau di aliran sungai di bagian bawah daerah tangkapan air tersebut erat kaitannya dengan sistem hidrologi DAS.

Page 16: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

. Keterkaitan hujan, runoff, erosi dan debit sungai (sumber: http://nicholasmahendra.files.wordpress.com)

Page 17: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

EROSI TANAH - MUATAN SEDIMEN

Sumber: diunduh dari:

Tetesan hujan menghancurkan partikel tanah dan mengangkutnya memasuki aliran sungai menjadi muatan sedimen

Output:Debit aliran,

Muatan sedimen, Unsur hara.

Aliran sungai :Transport sedimenErosi tebing sungai

Air hujan menjadi aliran permukaan (overland flow) mengikis dan mengangkut partikel tanah memasuki

aliran aliran.

Faktor fisik DAS: lereng, tanah,

vegetasi, landuse

Air Hujan : Infiltrasi ke dalam tanah,

Aliran permukaan

Page 18: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

MUATAN SEDIMEN

Sumber: diunduh dari:

Berdasarkan transportasinya, muatan sedimen dibagi dua yaitu:

MUATAN SUSPENSI: Partikel yang melayang

dalam air, bergerak disebabkan oleh aliran

turbulen.

MUATAN DASAR: partikel yang bergerak pada dasar sungai atau

dekat dasar sungai dengan pergerakan meloncat, menggelinding atau bergeser pada dasar

sungai.

Page 19: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Muatan suspensi (suspended load)

Muatan suspensi (suspended load) merupakan material yang melayang dalam aliran sungai, minim berinteraksi dengan dasar

sungai karena didorong ke atas oleh turbulensi aliran.

Metode pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara:

Depth integrating , atauPoint integrating.

Penentuan muatan suspensi : Pengambilan sampel, Penyaringan, Penimbangan, Kadar suspensi, dan Perhitungan debit suspensi.

Page 20: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

MUATAN SUSPENSI - SUSPENDED LOADS

Hasil penentuan debit suspensi digunakan untuk menentukan berat suspensi total (Sy).

Partikel muatan suspensi bergerak melayang dalam aliran yang turbulen. Pada aliran yang laminer, konsentrasinya akan berkurang dari waktu ke waktu

seiring berkurangnya kecepatan aliran, dan akan diendapkan pada suatu tempat. Dengan demikian dimungkinkan terdapat hubungan antara debit aliran dengan

kadar muatan suspensi, serta secara lanjut terdapat hubungan antara debit aliran dengan debit suspensi.

Hubungan antara debit aliran dengan debit suspensi dapat berupa kurva lengkung suspensi (suspended rating curve). Kurva lengkung suspensi (suspended rating curve) ini digunakan dalam

perhitungan debit muatan suspensi pada saat tidak ada pengukuran.

Debit muatan suspensi dapat ditentukan dengan persamaan lengkung suspensi yang dihasilkan dari kurva melalui regresi

kurva berpangkat (power curve).

Page 21: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Muatan suspensi (suspended load)

Besarnya muatan suspensi menjadi indikator intensitas erosi tanah di daerah aliran sungai

Muatan suspensi dipengaruhi oleh:Tebal hujan (P) , Debit puncak (Qp), Volume direct runoff

(DRO)

Karakteristik aliran air: Energi pengangkut

partikel tanah hasil erosi.

Hujan menentukan proses erosi-tanah, energi kinetik

tetesan-hujan menghancurkan agregat

tanah.

Page 22: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Jenis-jenis Erosi oleh Air

Rain splash erosion is caused by the impact of water striking the surface. Rain splash erosion generally takes place in two steps.

As precipitation is absorbed by the surface it fills the pore spaces, loosening soil particles and driving them apart.

The impact of subsequent rain drops hitting the surface splash the particle away from the point of impact.

The effect is to give the surface a dimpled-like appearance.

1. Pelarutan. Tanah kapur mudah dilarutkan air sehingga di daerah kapur sering ditemukan sungai-sungai di bawah tanah.

2. Erosi percikan (splash erosion). Curah hujan yang jatuh langsung ke tanah dapat melemparkan butir-butir tanah sampai setinggi 1 meter ke udara. Di daerah yang berlereng, tanah yang terlempar tersebut umumnya jatuh ke lereng di bawahnya. 

Page 23: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

EROSI PERCIK (PERCIKAN AIR HUJAN)

(sumber: http://www.vbco.org/planningeduc0042.asp)

Raindrop erosion is a result of rain splash - the direct impact of falling drops of rain on soil

particles. The raindrop dislodges soil particles, making

them more susceptible to movement by overland water

flow. The loosened particles that are not washed away can form a muddy slick that clogs pores in the ground surface. The sealed

surface further reduces inflitration and increase runoff.

The magnitude of soil loss resulting from rain splash can best be seen on a gravelly or

stony soil.

Page 24: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Erosi lembar (sheet erosion) – Erosi Permukaan

Pemindahan tanah terjadi lembar demi lembar (lapis

demi lapis) mulai dari lapisan yang paling atas.

Erosi ini sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan

lapisan-lapisan tanah seragam, tetapi dapat

berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil

akan habis.

Surface runoff forms when the rainfall intensity of a storm

exceeds the infiltration capacity of the soil.

Sheet erosion is caused by the unconfined flow of water running

across the surface. The effects of sheet erosion are

often hard to distinguish because such thin layers of soil are being

removed.

It isn't until several years later that significant degradation is

perceived. 

Page 25: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Sumber: diunduh dari:

Erosi tanah ini dicirikan oleh pengangkutan partikel

tanah menuruni lereng dalam selapis tipis air

runoff. Erosi ini terjadi kalau

seluruh permukaan lahan terkikis secara seragam. Proses erosi ini bertahap

dan kehilangan tanah tidak mudah dilihat.

(sumber: http://www.nda.agric.za/docs/ero

sion/erosion.htm)

EROSI PERMUKAAN (SHEET EROSION)

Page 26: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Erosi Alur (rill erosion)

Rill erosion refers to the development of small, ephemeral concentrated flow paths, which function as both sediment source and sediment delivery systems for erosion on hillslopes. Generally, where water erosion rates on disturbed upland areas are

greatest, rills are active. Flow depths in rills are typically on the order of a few centimeters or less and slopes may be quite steep.

These conditions constitute a very different hydraulic environment than typically found in channels of streams and rivers. Eroding rills evolve morphologically in

time and space. The rill bed surface changes as soil erodes, which in turn alters the hydraulics of the flow.

Proses erosi ini dimulai dengan genangan-genangan kecil setempat-setempat di suatu lereng, maka bila

air dalam genangan itu mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran

air tersebut. Alur-alur itu mudah dihilangkan dengan pengolahan

tanah biasa.

Rill erosion is caused by water concentrating into

innumerable, closely-spaced small channels. Left

unchecked, rills can cut vertically and horizontally

and when joined form gullies. 

Page 27: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Erosi Jurang (gully erosion)

A gully is sufficiently deep that it would not be routinely destroyed by tillage operations, whereas rill erosion is smoothed by ordinary farm tillage.

The narrow channels, or gullies, may be of considerable depth, ranging from 1 to 2 feet (0.61 m) to as much as 75 to 100 feet (30 m).

Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur.

Alur – alur terus menerus digerus oleh aliran air terutama di daerah-daerah yang banyak

hujan, maka alur-alur itu menjadi dalam dan lebar

dengan aliran air yang lebih kuat.

Alur-alur tersebut tidak dapat hilang dengan pengolahan

tanah biasa.

Gullies are steep-sided trenches formed by the

coalescence of many rills. Once started they

are difficult to stop. Gully erosion, also

called ephemeral gully erosion, occurs when

water flows in narrow channels during or immediately after

heavy rains.

Page 28: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Sumber: diunduh dari:

Tipe-tipe erosi

permukaan (sumber:

http://www.ecy.wa.gov/programs)

Page 29: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Erosi parit (channel erosion)

Gejala meander aliran-sungai dapat meningkatkan pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu.

Parit-parit yang besar sering masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti.

Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-

dinding tebing parit di bawah permukaan air, sehingga tebing di

atasnya dapat runtuh ke dasar parit.

Page 30: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

(sumber: http://www.civil.ryerson.ca/stormwater/)

. Stream dan channel erosion disebabkan oleh peningkatan volume dan kecepatan aliran air runoff dan aliran air sungai

Page 31: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

(sumber: http://www.cep.unep.org/)

Empat tipe erosi tanah pada lereng yang terbuka

Page 32: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Sumber: diunduh dari: Main parts of a general landslide. (sumber: http://www.geology.enr.state.nc.us/Landslide_Info/Landslides_main.htm).

Tanah Longsor

Tanah longsor terjadi karena gaya gravitasi. Biasanya karena tanah di bagian

bawah tanah terdapat lapisan yang licin dan kedap air

(sukar ketembus air) seperti batuan liat. Dalam musim

hujan tanah diatasnya menjadi jenuh air sehingga

berat, dan bergeser ke bawah melalui lapisan yang licin

tersebut sebagai tanah longsor.

Page 33: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Kepekaan Tanah terhadap Erosi dan Longsor

Longsor memindahkan massa tanah dengan volume yang besar, adakalanya disertai oleh batuan dan pepohonan, dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan erosi tanah adalah memindahkan partikel-partikel tanah dengan volume yang relatif lebih kecil

pada setiap kali kejadian dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari

pengambil keputusan, penanggung jawab lapangan, teknisi, penyuluh dan organisasi kemasyarakatan dalam menyusun program dan melaksanakan

teknik penanggulangan longsor dan erosi di daerah kewenangannya. Longsor dan erosi merupakan proses berpindahnya tanah atau batuan dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat dorongan air, angin, atau gaya gravitasi. Proses tersebut melalui tiga

tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau pergerakan, dan pengendapan.

Perbedaan fenomena longsor dan erosi adalah volume tanah yang dipindahkan, waktu yang dibutuhkan, dan kerusakan yang ditimbulkan.

Page 34: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Sumber: diunduh dari:

Dua bentuk longsor yang sering terjadi di daerah pegunungan adalah:

1. Guguran, yaitu pelepasan batuan atau tanah dari lereng curam dengan gaya bebas atau bergelinding dengan kecepatan tinggi sampai sangat tinggi. Bentuk longsor ini terjadi pada lereng yang sangat curam ( >100%).

2. Peluncuran, yaitu pergerakan bagian atas tanah dalam volume besar akibat keruntuhan gesekan antara bongkahan bagian atas dan bagian bawah tanah. Bentuk longsor ini umumnya terjadi apabila terdapat bidang luncur pada kedalaman tertentu dan tanah bagian atas dari bidang luncur tersebut telah jenuh air.

Page 35: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Bentuk longsor yang terjadi di Indonesia: (a) guguran, dan (b) peluncuran.

Sumber: diunduh dari: Main parts of a general landslide. (sumber: http://www.geology.enr.state.nc.us/Landslide_Info/Landslides_main.htm).

Page 36: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Keterkaitan antara daerah aliran sungai (DAS) hulu, tengah, dan hilir dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penggundulan hutan di DAS hulu atau zona tangkapan hujan akan mengurangi resapan air hujan, dan karena itu akan memperbesar aliran permukaan. Aliran permukaan adalah pemicu terjadinya longsor dan/atau erosi dengan mekanisme yang berbeda.

2. Budidaya pertanian pada DAS tengah atau zona konservasi yang tidak tepat akan memicu terjadinya longsor dan/atau erosi. Pengendalian aliran permukaan merupakan kunci utama. Pada daerah yang tidak rawan longsor, memperbesar resapan air dan sebagai konsekuensinya adalah memperkecil aliran permukaan merupakan pilihan utama. Sebaliknya, jika daerah tersebut rawan longsor, aliran permukaan perlu dialirkan sedemikian rupa sehingga tidak menjenuhi tanah dan tidak memberbesar erosi.

3. Air yang meresap ke dalam lapisan tanah di zona tangkapan hujan dan konservasi akan keluar berupa sumber-sumber air yang ditampung di badan-badan air seperti sungai, danau, dan waduk untuk pembangkit listrik, irigasi, air minum, dan penggelontoran kota.

Page 37: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

. Toposekuen suatu DAS yang menunjukkan keterkaitan antara DAS hulu, tengah, dan hilir (modifikasi dari Information Kit FAO,

1995).

Page 38: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

FAKTOR TANAH-LONGSOR DAN EROSI

Sumber: diunduh dari:

Faktor manusia adalah semua

tindakan manusia yang

dapat mempercepat

terjadinya erosi dan longsor.

Faktor Alam

Faktor Manusia

Kondisi Iklim

Sifat Tanah

Bahan Induk Tanah

Elevasi dan

Lereng

Page 39: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Iklim - HUJAN

Curah hujan tahunan >2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia.

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi, apalagi di wilayah pegunungan yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah.

Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap kejadian longsor dan erosi. Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah dan

menjenuhi tanah menentukan terjadinya longsor, sedangkan pada kejadian erosi, air limpasan permukaan adalah unsur utama penyebab terjadinya erosi.

Hujan dengan curahan dan intensitas yang tinggi, misalnya 50 mm dalam waktu singkat (<1 jam), lebih berpotensi menyebabkan erosi dibanding hujan dengan

curahan yang sama namun dalam waktu yang lebih lama (> 1 jam). Namun curah hujan yang sama tetapi berlangsung lama (>6 jam) berpotensi menyebabkan

longsor, karena pada kondisi tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah.

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi, sedangkan longsor ditentukan oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur.

Page 40: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

SIFAT TANAH: Kedalaman, tekstur dan struktur tanah

Pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air

hujan yang terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi aliran permukaan

Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan

laju penjenuhan tanah oleh air.

Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke

dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan permukaan.

Page 41: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Elevasi

Departemen Kehutanan menetapkan lahan dengan ketinggian >2000 m dpl dan/atau lereng >40% sebagai

kawasan lindung.

Elevasi adalah istilah lain dari ukuran ketinggian lokasi di atas permukaan laut.

Lahan pegunungan berdasarkan elevasi dibedakan atas dataran medium (350-700 m dpl) dan dataran tinggi (>700 m dpl).

Elevasi berhubungan erat dengan jenis komoditas yang sesuai untuk mempertahankan kelestarian lingkungan.

Badan Pertanahan Nasional menetapkan lahan pada ketinggian di atas 1000 m dpl dan lereng >45% sebagai kawasan usaha terbatas,

dan diutamakan sebagai kawasan hutan lindung.

Page 42: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Lereng

Kondisi wilayah/lereng dikelompokkan : 1. Datar : lereng <3%, dengan beda tinggi <2 m. 2. Berombak : lereng 3-8%, dengan beda tinggi 2–10 m. 3. Bergelombang : lereng 8-15%, dengan beda tinggi 10–50 m. 4. Berbukit : lereng15-30%, dengan beda tinggi 50–300 m. 5. Bergunung : lereng >30%, dengan beda tinggi >300 m.

Lereng atau kemiringan lahan adalah salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan. Peluang terjadinya erosi dan longsor makin

besar dengan makin curamnya lereng. Semakin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi. Selain kecuraman, panjang lereng juga menentukan besarnya longsor dan erosi.

Semakin panjang lereng, erosi yang terjadi makin besar. Pada lereng >40% longsor sering terjadi, terutama disebabkan oleh pengaruh

gaya gravitasi.

Page 43: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Kemiringan dan panjang lereng mempengaruhi runoff yang terjadi kalau hujan jatuh di permukaan lahan.

(sumber: http://www.uwsp.edu/geo/).

Page 44: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

PENDUGAAN EROSIPendugaan erosi diperlukan untuk meramalkan besar erosi yang telah dan/atau

akan terjadi pada suatu lahan dengan atau tanpa pengelolaan tertentu. Selain itu juga digunakan untuk memilih praktek penggunaan lahan dalam arti luas yang

mempunyai produktivitas tinggi dan berkelanjutan. Pendugaan erosi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan:

1. Pendekatan LaboratoriumPendugaan erosi di laboratorium adalah dengan melakukan

pengukuran erosi tanah yang ditempatkan pada petak-petak kecil dan diberi perlakuan hujan buatan (rainfall simulator).

Perilaku erosi di laboratorium tidak sama dengan keadaan alami di lapangan. Namun demikian pengetahuan tentang erosi dapat

bertambah secara cepat, karena penelitian untuk mempelajari dan/atau menduga erosi di laboratorium lebih mudah, lebih praktis,

sehingga dapat dilaksanakan setiap waktu.

Page 45: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

PENDEKATAN LAPANGAN

Untuk mengetahui laju dan jumlah erosi yang terjadi pada berbagai jenis penggunaan lahan dan berbagai jenis

penggunaan tanaman pada berbagai jenis tanah dan topografi (kemiringan dan panjang lereng) juga dibutuhkan biaya yang

sangat besar, tenaga kerja yang banyak, dan waktu yang relatif lama.

Pengukuran erosi dapat dilakukan di lapangan dengan menggunakan sistem petak kecil atau sistem petak besar.

Pendugaan erosi dengan menggunakan petak percobaan, memang mendekati kondisi alami yang sebenarnya.

Cara ini membutuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu.

Page 46: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Pendekatan Lapangan

Setiap jenis tanaman mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap erosi tanah dan limpasan permukaan, sehingga

perlu diketahui karakteristik jenis-jenis tanaman yang ditanam oleh petani.

Salah satu penyebab utama kerusakan tanah pertanian adalah erosi, selain merusak lahan yang tererosi juga akan menimbulkan masalah lain di hilirnya berupa pendangkalan sungai, saluran irigasi, waduk dan lain-lain. Penyebab

utama erosi lahan adalah air hujan dan limpasan pennukaan.

Faktor-faktor yang berpengaruh tehadap erosi dan runoff adalah iklim, tanah, topografi, kemiringan lereng, vegetasi dan kegiatan manusia.

Empat faktor pertama lebih banyak di tentukan oleh alam, sedangkan faktor vegetasi dapat di atur oleh manusia.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan erosi dan runoff adalah pengaturan vegetasi penutup muka lahan.

Page 47: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Pendekatan Gabungan

Sumber: diunduh dari:

Pendekatan ini dilakukan melalui interprestasi data dengan penginderaan jauh (remote sensing images) misalnya foto udara dan

citra satelit.

Dengan metode ini erosi bentang lahan pada areal yang luas dapat dilakukan dengan mudah dan efektif.

Metode ini dapat terlaksana dengan baik bila tersedia sarana dan prasarana yang memadai terutama peralatan untuk pemrosesan

citra (image processor) dan juga alat untuk interpretasi potret udara meliputi stereoskop dari yang sederhana sampai yang lebih canggih.

 

Page 48: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Pendekatan Permodelan: MODEL PENDUGAAN EROSI

Model empirik umumnya membutuhkan lebih sedikit input dan perhitungan yang lebih sederhana dibanding model berbasis proses (ICRAF, 2001; Schmitz dan

Tameling, 2000). Umumnya model empirik ini memprediksi rata-rata tahunan aliran permukaan

dan erosi berdasarkan prediksi jangka panjang. Model ini tidak mempertimbangkan distribusi spasial dari input parameter dan

interaksinya yang akan mempengaruhi output.

Model adalah “kumpulan hukum-hukum fisik dan atau pengamatan empirik yang ditulis dalam bentuk persamaan-persamaan matematik dan dikombinasikan sedemikian rupa

untuk menghasilkan sekumpulan hasil berdasarkan pada sekumpulan kondisi yang sudah diketahui atau diasumsikan”. Hubungan dengan erosi tanah, permodelan merupakan penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran, transport, dan deposisi

partikel tanah di atas permukaan lahan (Nearing et al., 1994). Ada dua macam model penduga erosi yang sekarang ini banyak dipakai yakni model

berbasis empirik (empirically based model) dan model berbasis proses (process based model).

Model berbasis empirik mengaitkan langsung keluaran dari model (output) dengan input (misalnya penggunaan lahan, luas, dan lereng) dengan menggunakan model-model

statistik.

Page 49: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Model USLE

Rumus ini digunakan di suatu wilayah dimana curah hujan dan jenis tanahnya relatif sama sedangkan yang

beragam adalah faktor panjang lereng, kemiringan lereng, serta pengelolaan lahan dan tanaman (L, S, P, C).

Pendekatan ini adalah dengan menggunakan pendekatan matematika, yang dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith (1978), rumus ini pertama kali dikembangkan dari kenyataan bahwa erosi

adalah fungsi erosivitas dan erodibilitas. Rumus ini dikenal dengan Persamaan Umum Kehilangan Tanah

(PUKT) atau Universal Soil-Loss Equation (USLE).

Page 50: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Model USLERumus USLE tersebut adalah sebagai berikut (Wischmeir dan Smith, 1978):

 A = R K LS C P

dimana :A = Besarnya kehilangan tanah per satuan luas lahan. Besarnya kehilangan tanah atau erosi dalam hal ini hanya

terbatas pada erosi kulit dan erosi alur. Tidak termasuk erosi yang berasal dari tebing sungai dan juga tidak termasuk sedimen yang terendapkan di bawah lahan-lahan dengan kemiringan besar.

R = Faktor erosivitas curah hujan dan air larian untuk daerah tertentu, umumnya diwujudkan dalam bentuk indeks erosi rata-rata (El). Faktor R juga merupakan angka indeks yang menunjukkan besarnya tenaga curah hujan yang dapat menyebabkan terjadinya erosi.

K = Faktor erodibilitas tanah untuk horizon tertentu, dan merupakan kehilangan tanah per satuan luas untuk indeks erosivitas tertentu. Faktor K adalah indeks erodibilitas tanah, yaitu angka yang menunjukkan mudah tidaknya partikel-partikel tanah terkelupas dari agregat tanah oleh gempuran air hujan atau air larian.

L = Faktor panjang lereng yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah untuk panjang lereng tertentu dengan besarnya kehilangan tanah untuk panjang lereng 72,6 ft.

S = Faktor gradien (beda) kemiringan yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah untuk tingkat kemiringan lereng tertentu dengan besarnya kehilangan tanah untuk kemiringan 9%.

C = Faktor pengelolaan (cara bercocok tanam) yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada kondisi cara bercocok tanam yang diinginkan dengan besarnya kehilangan tanah pada keadaan tilled continuous fallow.

P = Faktor praktek konservasi tanah (cara mekanik) yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada kondisi usaha konservasi tanah ideal (misalnya, teknik penanaman sejajar garis kontur, penanaman dengan teras, penanaman dalam larikan) dengan besarnya kehilangan tanah pada kondisi penanaman tegak lurus terhadap garis kontur.

Page 51: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

FAKTOR-FAKTOR EROSI MENURUT USLE

Sumber: diunduh dari:

Faktor Erosivitas Hujan (R)

Erosivitas adalah kemampuan hujan untuk menimbulkan erosi. Untuk menentukan faktor erosivitas dapat diukur dengan menggunakan rumus yang

dipakai oleh Soemarwoto 1991 berikut: 

R = 0,41 x H 1.09

dimana: R : Besarnya Erosivitas; H : Curah Hujan Tahunan.  

Bols (1978) mengemukakan rumus untuk menghitung besarnya erosivitas hujan dengan menggunakan ombrometer sederhana pada daerah tropika basah adalah dengan memadukan parameter curah hujan bulanan dalam cm (Rb), jumlah hari

hujan (D) dan curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan tersebut (M) dengan persamaan :

R = 6,119Rb1,21D-0,47M0,53

Page 52: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Sumber: diunduh dari:

Erodibilitas tanah adalah mudah tidaknya tanah tererosi. Faktor K (erodibiltas) merupakan faktor kepekaan erosi tanah yang menyatakan kerawanan tanah terhadap erosi, dan dipengaruhi oleh beberapa parameter fisik tanah yaitu ukuran partikel atau tekstur

tanah (M), struktur tanah (b), permeabilitas tanah (c) dan kandungan bahan organik (a).

Penentuan nilai erodibilitas (K) suatu jenis tanah adalah berdasarkan rumus:

100K = 1,2M1,14(10-4)(12-a)+ 3,25(b-2)+ 2,5(c-3)  

Rumus ini dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith, (1978). 

Page 53: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)

Sumber: diunduh dari:

Dalam USLE faktor panjang dan kemiringan lereng digabung menjadi satu. Kemiringan mempengaruhi kecepatan dan volume

limpasan permukaan, semakin curam suatu lereng persentase kemiringan semakin tinggi sehingga makin cepat laju limpasan

permukaan. Dengan singkatnya waktu infiltrasi, maka volume limpasan semakin besar. Jadi dengan meningkatnya persentase kemiringan, erosi yang

terjadi juga semakin besar. Untuk menghitung nilai LS digunakan rumus:

 

LS = √ L . (0,00138 S2 + 0,00965 S + 0,0138) 

Keterangan: L = Panjang lereng (m); S = Kemiringan lereng (%)

Page 54: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Sumber: diunduh dari:

Untuk karakteristik DAS, kemiringan lereng pada setiap satuan lahan perlu diklasifikasikan, klasifikasi kemiringan lereng adalah sebagai

berikut: 

Tabel 1. Nilai Kemiringan Lereng

No Kelas Lereng

Nilai Klasifikasi

1 I 0 – 8 % Datar

2 II 8 – 15 % Landai

3 III 15 – 25 % Agak cuiram

4 IV 25 – 45 % Curam

5 V >45 % Sangat curam

Page 55: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Sumber: diunduh dari:

Faktor C adalah faktor pengelolaan tanaman. Faktor pengelolaan tanaman merupakan gabungan antara jenis tanaman, pengelolaan

sisa-sisa tanaman, tingkat kesuburan, dan waktu pengelolaan tanah. Adanya tanaman dapat menekan laju limpasan permukaan dan

erosi. Tanaman mampu mempengaruhi laju erosi karena:

1) adanya intersepsi air hujan oleh tajuk daun2) adanya pengaruh terhadap limpasan permukaan.3) adanya pengaruh terhadap sifat fisik tanah.4) adanya peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi. 

Dengan adanya tanaman menyebabkan air hujan yang jatuh tidak langsung memukul massa tanah, tetapi terlebih dahulu ditangkap oleh tajuk daun

tanaman. Selanjutnya tidak semua air hujan tersebut diteruskan ke permukaan tanah karena sebagian akan mengalami evaporasi.

Kejadian ini akan mengurangi jumlah air yang sampai ke permukaan tanah yang disebut hujan lolos tajuk.

Page 56: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Sumber: diunduh dari:

Tabel . Prakiraan Nilai C

No Macam Penggunaan Nilai Faktor C1. Tanah terbuka tanpa tanaman 1,0002. Sawah 0,0103. Tegalan tidak dispesifikan 0,7004. Ubi kayu 0,8005. Jagung 0,7006. Kedelai 0,3997. Kentang 0,4008. Kacang Tanah 0,2009. Padi 0,56110. Tebu 0,20011. Pisang 0,60012. Akar wangi (sereh wangi) 0,40013. Rumput bede (tahun pertama) 0,28714. Rumput bede (tahun kedua) 0,00215. Kopi dengan penutup tanah buruk 0,200

Page 57: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Sumber: diunduh dari:

16. Talas 0,85017. Kebun campuran

- Kerapatan tinggi 0,100- Kerapatan sedang 0,200- Kerapatan rendah 0,500

18. Perladangan 0,40019. Hutan alam

- Seresah banyak 0,001- Seresah sedikit 0,005

20. Hutan Produksi- Tebang habis 0,500- Tebang Pilih 0,200

21. Semak belukar/ padang rumput 0,30022. Ubi kayu + kedelai 0,18123. Ubi kayu + kacang tanah 0,19524. Padi – Sorgun 0,34525. Padi – kedelai 0,41726. Kacang tanah + gude 0,495

Tabel . Prakiraan Nilai C

Page 58: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

. Sumber: Data Pusat Penelitian Tanah (1973 – 1981) tidak dipublikasikan*) Morgan, 1987 dalam Rahim, 2000*) Setya Nugraha, 1997

27. Kacang tanah + Kacang tunggak 0,57128. Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha 0,04929. Padi + mulsa jerami 4 ton/ ha 0,09630. Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ ha 0,12831. Kacang tanah + mulsa clotaria 3 ton/ ha 0,13632. Kacang tanah + mulsa kacang tunggak 0,25933. Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ ha 0,37734. Padi + mulsa crotalaria 3 ton/ ha 0,38735. Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami 0,07936. Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman

0,357

37. Alang-alang murni subur 0,00138. Karet * 0,20039. Permukiman ** 0,500

Tabel . Prakiraan Nilai C

Page 59: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Faktor Pengelolaan dan Konservasi Tanah (P)

 Faktor P adalah faktor tindakan konservasi tanah.

Faktor ini merupakan bentuk usaha manusia untuk membatasi semaksimal mungkin pengaruh erosi terhadap

lahan.

Untuk penilaian faktor P di lapangan akan lebih mudah bila digabungkan dengan faktor C, sebab kenyataannya

kedua faktor tersebut berkaitan erat.

Faktor-faktor pada Model USLE (Model PUKT) masing-masing telah tersedia pada banyak referensi.

Page 60: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Sumber : Data pusat penelitian tanah (1973-1981 dalam Arsyad, 1989: 259)

Tabel 3. Prakiraan Nilai P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Keterangan: 1) Konstruksi teras bangku dinilai dari kerataan dasar dan keadaan

talud teras

No Tindakan Konservasi Tanah Nilai P

1. Teras Bangku1)

Konstruksi Baik 0,04Konstruksi Sedang 0,15Konstruksi Kurang Baik 0,35Teras Tradisional 0,40

2. Strip tanaman rumput bahia 0,403. Pengelolaan tanah dan penanaman menurut garis kontur

Kemiringan 0-8 % 0,50Kemiringan 9-8 % 0,75Kemiringan lebih dari 20 % 0,90

4. Tanpa tindakan konservasi 1,00

Page 61: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Konservasi Tanah dan Air

Sumber: diunduh dari:

 Erosi yang dipercepat (accelerated erosion) timbul sejak manusia

mengenal budidaya pertanian. Erosi menjadi masalah sejak pengelolaan lahan dilakukan secara

lebih intensif, sehubungan dengan peningkatan kebutuhan sandang, pangan, papan dan lainnya sejalan dengan pesatnya pertambahan

jumlah penduduk.

Sejak beberapa dekade yang lalu erosi diakui secara luas sebagai suatu permasalahan global yang serius.

Menurut United Nations Environmental Program (UNEP), produktivitas lahan seluas ± 20 juta ha setiap tahun mengalami

penurunan ke tingkat nol atau menjadi tidak ekonomis lagi disebabkan oleh erosi atau degradasi yang disebabkan oleh erosi.

Page 62: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

KERUGIAN AKIBAT EROSI-TANAH

Di daerah tropis, potensi erosi-tanah snagat besar, sehingga kerugian yang diakibatkannya juga snagat besar.

Penurunan produktivitas lahan akibat erosi-tanah, merupakan on-site effect, sedangkan off-site effect dapat berupa

sedimentasi sungai, waduk, jaringan irigasi dan kerusakan lainnya.

Di Amerika Serikat, kerusakan akibat erosi-tanah secara nominal :

Kerusakan on-site berkisar antara US$ 500 juta - US$ 1.2 milyar

Kerusakan off-site berkisar antara US$3.4 milyar - US$ 13 milyar (Colacicco et al., 1989)

Page 63: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

FAKTOR ALAMI PENYEBAB EROSI-TANAH

Sumber: diunduh dari:

Karakteristik sumberdaya lahan Indonesia cenderung mempercepat laju erosi tanah, terutama tiga faktor berikut:

(1) curah hujan yang tinggi, baik kuantitas maupun intensitasnya, (2) lereng yang curam, dan (3) tanah yang peka erosi, terutama terkait dengan genesa tanah.

Data BMG (1994) menunjukkan bahwa sekitar 23,1% luas wilayah Indonesia memiliki curah hujan tahunan > 3.500 mm, sekitar 59,7% antara 2.000-3.500

mm, dan hanya 17,2% yang memiliki curah hujan tahunan < 2.000 mm. Curah hujan merupakan faktor pendorong terjadinya erosi berat, dan mencakup

areal yang luas. Lereng merupakan penyebab erosi alami yang dominan di samping curah hujan.

Sebagian besar (77%) lahan di Indonesia berlereng > 3% dengan topografi datar, agak berombak, bergelombang, berbukit sampai bergunung.

Lahan datar (lereng < 3%) hanya sekitar 42,6 juta ha, kurang dari seperempat wilayah Indonesia (Subagyo et al. 2000).

Lahan berlereng (> 3%) di Indonesia lebih luas dari lahan datar (< 3%).

Page 64: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

PERTANIAN YANG TIDAK KONSERVASI

Penerapan teknik konservasi tanah belum merupakan kebiasaan petani dan belum dianggap sebagai bagian

penting dari sistem pertaniannya.

Tingginya kebutuhan hasil-hasil pertanian menyebabkan tanaman semusim juga dibudidayakan pada lahan yang berlereng > 16%, yang seharusnya digunakan

untuk tanaman tahunan atau hutan.

Lahan kering datarberombak meliputi luas 31,5 juta ha (Hidayat dan Mulyani 2002), penggunaannya meliputi sektor-sektor pertanian, pemukiman, industri,

pertambangan. Daya saing petani dan pertanian lahan kering jauh lebih rendah dibanding sektor

lainnya, sehingga pertanian terdesak ke lahan yang semakin curam.Laju erosi tanah meningkat dengan berkembangnya budi daya pertanian yang

tidak disertai penerapan teknik konservasi, seperti pada beberapa sistem perladangan berpindah.

Page 65: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Strategi Konservasi Tanah dan Air Upaya konservasi tanah dan air tidak dapat diserahkan hanya kepada inisiatif dan

kemampuan petani, karena berbagai keterbatasannya, terutama aspek ekonomi, selain kurang memahami pentingnya konservasi. Oleh karena itu, peran pemerintah sangat penting dan menentukan. Demikian juga strategi yang dipilih untuk mensukseskan

implementasinya di lapangan sangat menentukan keberhasilan.

Strategi Konservasi Tanah dan Air meliputi lima hal: 

Strategi 1. Penyiapan Teknologi KonservasiTeknologi konservasi tanah yang tepat guna, berupa teknologi pengendalian erosi dan

longsor, sudah tersedia. Beberapa di antaranya telah dipublikasikan dalam berbagai media cetak berupa buku, jurnal, dan prosiding.

Hal-hal yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan dan menyusunnya dalam buku teknologi atau menyediakan file elektronis, sehingga dapat diakses dengan mudah oleh

penyuluh dan calon pengguna lainnya. Teknologi untuk mengendalikan pencemaran kimiawi, kebakaran hutan, polusi oleh

limbah pertambangan dan industri, serta konversi lahan masih perlu diteliti dan dikembangkan lebih lanjut.

Page 66: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Strategi 2. Percepatan Diseminasi

Untuk mendukung pembenahan ini, penelitian konservasi tanah perlu diarahkan kepada pencarian metode diseminasi teknologi yang tepat, di samping

penelitian teknologinya sendiri.

Upaya penelitian konservasi tanah selama ini belum didukung oleh sistem diseminasi yang handal.

Teknologi pengendalian erosi lebih banyak diterapkan pada proyek reboisasi dan penghijauan yang dikelola oleh Departemen Kehutanan.

Sasaran utaman proyek tersebut adalah kawasan hutan, terutama pada DAS bagian hulu, sedangkan konservasi wilayah pertanian hanya terbatas pada

penghijauan lahan pertanian di DAS hulu. Oleh karena itu, diperlukan pembenahan terhadap materi, program, dan kelembagaan penyuluhan pertanian

di tingkat pusat dan daerah.

Page 67: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Strategi 2. Percepatan Diseminasi

Sumber: diunduh dari:

PRIMA TANI: program Departemen Pertanian yang dapat dijadikan wadah percepatan diseminasi teknologi konservasi TANAH dan AIR, yang salah satu

tujuannya adalah mempercepat diseminasi inovasi pertanian.

Prima Tani merupakan model pembangunan pedesaan yang mengintegrasikan berbagai program pertanian, penanggulangan kemiskinan dan pengangguran secara sinergis, yang juga bertujuan untuk mengoptimalkan pendayagunaan

potensi desa berupa sumber daya manusia dan lahan. Jadi secara filosofis, semangat Prima Tani sangat dekat dengan semangat konservasi sumber daya.

Oleh karena itu, melalui Prima Tani, teknologi konservasi tanah berpeluang diterapkan di lahan petani sebagai percontohan.

Lebih jauh, Menteri Pertanian menganggap Prima tani sebagai suatu model pembangunan pertanian yang berawal dari desa, dan merupakan tonggak baru

sejarah pembangunan pertanian.

Page 68: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Strategi 2. Percepatan Diseminasi

Secara substansial, Permentan tersebut disusun dan merupakan kristalisasi serta sari pati hasil

pembelajaran dari berbagai program penelitian dan pengembangan konservasi sejak puluhan tahun yang

lalu.

Teknologi konservasi dapat pula didiseminasikan melalui peraturan, seperti dengan penetapan Permentan 47 tahun 2006 tentang

Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan.

Dalam Permentan tersebut dengan tegas ditetapkan strategi dan teknologi konservasi tanah dan air menurut karakteristik lahan dan

iklim secara spesifik lokasi.

Page 69: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Strategi 3. Reformasi Kelembagaan Konservasi Tanah

Semakin cepatnya laju degradasi lahan pertanian, mengancam keberlanjutan dan produksi pertanian,

menuntut adanya kebijakan yang lebih tegas; misalnya kebijakan posisi kelembagaan konservasi tanah.

Mandat konservasi tanah seyogianya dilaksanakan oleh suatu kelembagaan yang powerfull.

Kelembagaan khusus yang bertugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di

bidang konservasi tanah, yang meliputi seluruh wilayah Indonesia.

Page 70: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Strategi 4.  Revitalisasi Program Konservasi Tanah

Sumber: diunduh dari:

Program konservasi tanah selama ini dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan,

dengan nama Reboisasi dan Penghijauan. Kemudian digalakkan gerakan masyarakat yang disebut Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Nasional

(Gerhan). Hingga tahun 2006, untuk merehabilitasi lahan 2,1 juta ha digunakan anggaran

Rp 8,586 triliun atau Rp4 juta/ha, yang bersumber dari dana reboisasi (Kartodihardjo 2006). Namun, hanya 2,1% dari anggaran tersebut yang

digunakan untuk pembuatan konstruksi teknis konservasi mekanis, seperti teras dan saluran drainase, sehingga dampak program tersebut tampaknya belum

cukup berarti, terutama untuk konservasi lahan pertanian.

Program konservasi lahan pertanian dikelola oleh kelembagaan konservasi di Kementerian Pertanian yang disinergikan dengan program Dinas Pertanian di

provinsi dan kabupaten.

Konservasi lahan pertanian akan mendapat perhatian lebih besar, dan Kementerian Kehutanan dapat fokus pada penanganan konservasi lahan di

kawasan hutan.

Page 71: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Strategi 5. Pelaksanaan Program Pendukung

Sumber: diunduh dari:

Upaya konservasi lahan pertanian perlu didukung perbaikan perencanaan dan implementasi programnya, antara lain berupa program sebagai berikut.

 Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan telah mengenal beberapa jenis fungsi lahan pertanian, yaitu penghasil produk pertanian,

pemelihara pasokan air tanah, pengendali banjir, dan penyedia lapangan kerja. Padahal sebenarnya fungsi lahan pertanian bagi kemanusiaan banyak sekali.

Sehubungan dengan hal tersebut, penggalakan konservasi tanah harus meliputi pula advokasi pentingnya pertanian beserta fungsi gandanya.

Dalam jangka pendek, promosi dapat dilakukan melalui seminar dan simposium serta media cetak dan elektronis. Dalam jangka panjang, sasaran advokasi bukan

saja masyarakat umum, tetapi juga pelajar dan mahasiswa melalui kurikulum pokok dan ekstra-kurikuler.

 

Page 72: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Strategi 5. Pelaksanaan Program Pendukung

Sumber: diunduh dari:

Penguatan Kelembagaan Penyuluhan

Kondisi kelembagaan penyuluhan saat ini kurang kondusif untuk pembangunan pertanian secara umum, lebih-lebih untuk pengembangan

konservasi tanah. Hal ini terjadi terutama setelah diberlakukannya UU No. 32/2004 tentang

otonomi daerah, yang antara lain mengalihkan pengelolaan urusan penyuluhan pertanian dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

Kabupaten. Namun dengan diterbitkannya UU No 16/2006 tentang penyuluhan diharapkan fungsi penyuluhan akan lebih baik, apalagi

dengan digabungnya penyuluhan pertanian, perkebunan, dan peternakan dalam satu wadah.

Salah satu hal yang perlu diupayakan adalah pengadaan tenaga penyuluh konservasi tanah lapangan yang terlatih dan dibekali pengetahuan dan

teknologi konservasi yang memadai. 

Page 73: BAHAN KAJIAN MK.  Dasar Ilmu  Tanah EROSI TANAH smno.jurtnh.fpub.nop2013

Strategi 5. Pelaksanaan Program PendukungPenegakan Peraturan-perundangan

Peraturan-perundangan tentang konservasi tanah dan air sudah banyak dibuat pada berbagai tingkatan.

Berbagai peraturan/perundangan yang berkaitan dengan masalah kerusakan lahan pertanian, terutama konversi lahan ke nonpertanian,

sudah banyak diberlakukan dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan Peraturan Daerah. Masalah yang mengemuka adalah lemahnya penegakan hukum terutama karena penerapan law-

enforcement yang kurang tegas. 

Advokasi Penanggung Jawab

Advokasi secara intensif kepada masyarakat luas dilakukan untuk menjelaskan bahwa penyelamatan sumber daya lahan dan lingkungan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh warga masyarakat.