Buku Ic i _ Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus ( Bkldk )

download Buku Ic i _ Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus ( Bkldk )

If you can't read please download the document

Transcript of Buku Ic i _ Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus ( Bkldk )

  • ISLAMIC COACHING I

    BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS

    (BKLDK)

    dakwahkampusbooks

    Islamnya Kita

    (Sebuah Catatan Awal)

    Manusia sesungguhnya akan menjalani kehidupan sesuai dengan fitrah yang dimilikinya.

    Sejauh apa pun ia berjalan meny elisihi fitrah kemanusiaannya, ia akan berusaha mencari

    jalan kembali. Sebagaimana kisah seorang pembunuh, yang dalam titik jenuh setelah

    membunuh 99 korbannya, ia pun tersadar. Dicarilah olehnya tempat dimana ia bisa

    menemukan fitrah diri sebagai manusia. Allah SWT membawa langkahnya untuk bertemu

    dengan seorang rahib. Sayangnya, sang rahib menyangkal dan mengatakan bahwa ia tak

    mungkin kembali pada fitrahnya, ia telah terlanjur berlumur dosa. Si pembunuh marah, ia

    pun tak segan memenggal kepala sang rahib. Genap sudah korbannya menjadi 100 orang.

    Namun dirinya tak berputus asa. Ia kembali mencari jalan pertaubatan. Hingga ditemuilah

    untuk anda. Tinggalkanlah lingkungan buruk yang selama ini membuat anda menjadi seorang

    pembunuh, datangilah lingkungan baik yang akan menuntun anda menjadi orang yang

    Ia pun menangis sejadi-jadinya, menyesali semua perbuatan salah yang membuatnya menjauh

    dari fitrah dirinya. Ia bulat untuk bertaubat. Ia pun berkemas, meninggalkan lingkungan buruk

    yang selama ini menjerumuskan pada kubangan maksiat. Langkahnya mantap menuju

    lingkungan baru yang lebih baik. Ia telah bertekad untuk hijrah menuju dirinya yang fitrah.

    Namun Allah menakdirkan lain bagi dirinya. Di tengah -tengah perjalanan, nyawanya dicabut.

    Malaikat pun berselisih tentangnya. Malaikat Rahmat menilai ia layak masuk surga karena

    telah bertaubat, sementara Malaikat siksa menilai ia pantasnya diseret ke neraka, karena

    meski telah mengucap taubat namun ia belum benar -benar membuktikan bahwa dirinya telah

    menjadi orang yang kembali pada fitrahnya. Akhirnya malaikat bersepakat, ia dimasukkan ke

    surga, alasannya jarak dirinya saat meninggal dunia lebih dekat pada lingkungan baik yang ia

    niati sebagai tempat tujuan hijrahnya dibanding jarak ke lingkungan buruk tempat masa

    lalunya yang telah ia tinggalkan.

    Kisah di atas dituturkan oleh Rasulullah Muhammad saw yang kemudian diriwayatkan oleh

    Bukhari, Muslim dan Imam Ahmad. Kanjeng Rasul yang mulia mengajarkan pada kita dari kisah

    ini tentang hakikat fitrah. Ya, fitrah manusia adalah pada al -khair (jalan kebaikan). Dan, Al -

    khair itu adalah al -Islam. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiallahu

    'anhu, Rasulullah saw bersabda:

    (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

  • Pertanyaan sederhana mungkin muncul di benak kita. Jika fitrah manusia adalah Islam.

    Mengapa ada orang nasrani, hindu, budha bahkan ada yang atheis? Mengapa ada orang jahat,

    perampok, koruptor, oportunis, pragmatis dan penjilat? Mengapa ada orang munafik, musyrik,

    pluralis, li beral juga sekuler? Jawabannya sudah ada pada hadist di atas. Semua bermuara

    pada lingkungan yang berpengaruh kuat. Lingkungan terdekat adalah keluarga, orangtua.

    Lalu, lingkungan pergaulan kita sehari -hari. Lingkungan juga bisa dipengaruhi adat istiadat

    peninggalan nenek moyang yang seringkali teramat sulit untuk ditinggalkan.

    Kita bisa belajar dari sirah perjuangan Rasulullah betapa susahnya mengislamkan penduduk

    Makkah waktu itu. Mereka, masyarakat jahiliyah Quraisy belum bisa lepas dari keyakinan -

    keyakinan lokal yang dibudayakan turun -menurun. Penyembahan mereka pada tuhan yang

    banyak susah ditinggalkan dan diganti menuju penyembahan hanya pada Yang Maha Esa, Allah

    SWT. Budaya jahiliyah yang dilakukan masyarakat Makkah saat itu juga tak mudah untuk

    disingkirkan. Mabuk-mabukan, berjudi, main perempuan dan membunuhi anak perempuan

    sudah teramat biasa sehingga dianggap wajar oleh mereka. Ketika Rasulullah menyeru hendak

    memberantas itu semua, timbullah perlawanan.

    Hingga seorang Abu Thalib, paman yang sangat mencintai Rasulullah SAW, tak kuasa menolak

    ucapkanlah Laa Ilaaha Ilallaah

    kematian paman yang dikenal selalu m embela dan melindungi perjuangannya itu. Sayangnya,

    pada agama Abdul Muthalib, tetap pada millah

    mengakhiri hidupnya tetap dalam keadaan tak beriman.

    Padahal Allah SWT tegas-tegas melarang untuk mengikuti segala macam adat istiadat dan

    budaya yang hanya menjerumuskan kita pada api neraka. FirmanNya:

    -

    walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui

    (QS. Al Baqarah: 170)

    ka akan mengikuti bapak -bapak mereka, walaupun syetan menyeru

    mereka ke dalam siksa api neraka yang menyala-

    Label jahiliyah yang disematkan pada waktu itu bukanlah identik pada sifat kebodohan,

    keterbelakangan atau pun ketertinggal an secara lahiriah. Namun, jahiliyah lebih dimaknai

    sebagai sikap penolakan kebenaran yang berasal dari Allah SWT yang disyiarkan oleh Nabi

    Muhammad SAW. Hal ini dapat dibuktikan salah satunya pada pribadi Abu Jahl, Bapaknya

    orang-orang jahiliyah. Nama asl

    Abul Hakam. Al Hakam berarti seorang yang berada dalam lingkaran pemerintahan (hukumah)

    kota Makkah. Juga seorang yang memiliki banyak hikmah kebijakan (hakiim) dan atau orang

    yang memiliki kekuasaan untuk menentukan hukum (al haakim). Pada kenyataannya, Abu

    dikenal cerdas lagi terpandang di antara kaumnya.

    Sejarah rupanya berulang. Saat kini, kita hidup juga d i jaman jahiliyah. Meski semua nampak

    serba canggih dan modern, namun tak sedikit yang menolak kebenaran Islam. Tak semua

    ditolak memang, tapi sebagian -sebagian.

    -orang yang kafir kepada Allah dan rasu -rasul-Nya, dan bermaksud

    memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul -rasul-Nya, dengan mengatakan:

    "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)",

    serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian

    (iman atau kafir) merekalah orang -orang yang kafir sebenar -benarnya. Kami telah

    menyediakan untuk orang - (QS al-Nisa': 150 -

    151).

    Pernikahan sesama muslim diatur dengan syariat Islam melalui Kantor Urusan Agama, namun

    mengapa lokalisasi perzinahan juga masih diakomodir oleh pemerintah? Di saat para pejabat

    negara diambil sumpah jabatannya dengan menggunakan al Quran di atas kepalanya sebagai

    simbol ketaatan, tapi mengapa justru aturan -aturan yang dibuatnya tak pernah

    memperdulikan al Quran sama sekali bahkan terkesan mencampakkannya? Jika kita

    disarankan untuk jangan lupa berzakat dan bersedekah, tapi mengapa riba dan segala

    perangkatnya (bank konvensional, pola kredit ribawi dan lainnya) masih tetap digunakan?

    Banyak sekali anjuran agar akhlak kita disesuaikan dengan yang ditauladankan Nabi SAW

    namun mengapa dalam berpolitik kita tak mencontoh Rasul, malahan mengikuti sistem

    demokrasi yang tak pernah sekali pun dicontohkan Rasul?

    Bukan hanya itu, ketika nasionalisme d ianggap sebagai warisan dari para pendiri bangsa ini

    yang notabene juga muslim, maka sebagian dari kita pun kemudian beralasan untuk tetap

    mempertahankannya. Hak asasi manusia, liberalisasi, hermeneutika, budaya permisif, hedonis

    semuanya serba jahiliyah. Berhala-berhala jaman modern tak lagi berbentuk Latta dan Uzza

    namun berubah ujud menjadi Harta, Tahta dan Wanita. Berapa banyak yang menyembah

    harta kekayaan, sehingga ia rela mengorbankan segalanya, menghalalkan segala cara. Hawa

    nafsu pun dijadikannya sesembahan.

    sesembahannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya? Dan Allah telah

  • (QS. Al Jatsiyah : 23)

    Hidup di era jahiliyah modern saat ini mungkin menjadi tantangan tersendiri bagi

    keberislaman kita. Sepertinya Allah SWT tak pernah berhenti menguji hamba -hambaNya yang

    beriman. Saat Allah menguji Rasul dan para sahabat dengan segala tantangan dan hambatan

    di jamannya, Allah juga menguji kita sebagai pengikut Rasul yang setia dengan halangan dan

    rintangan yang tak jauh berbeda.

    "Apakah kalian mengira akan masuk surga padahal belum datang ujian yang semisal dengan

    yang menimpa orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa gangguan dan marabahaya serta

    digoncangkan seguncang-guncangnya hingga Rosul dan orang-orang yang beriman yang

    bersamanya berkata, "Kapankah pertolongan Allah datang?" Ketahuilah, bahwa pertolongan

    Allah sangatlah dekat." (QS. Al-Baqoroh: 214)

    Namun Allah jualah yang menakdirkan mental orang -orang beriman sebagai mental para

    pemenang. Sebagaimana keimanan tentara Muhammad Al Fatih yang menghantarkan mereka

    untuk menaklukkan konstantinopel. Simaklah pidato Muhammad Al Fatih sebe lum mereka

    berangkat berperang berikut ini:

    bersabar. Jangan melangkah sekalipun kecuali kalian selalu mengingat Allah. Kita berperang

    untuk meninggikan kalimat Allah buka n karena ghonimah atau harta. Dan yang paling

    kukhawatirkan adalah dosa-dosa kalian lalu menyerang kalian hingga tekad dan kekuatan

    Dan atas izin Allah, pasukan kaum muslimin berhasil memenangkan peperangan.

    BAB I

    THARIQUL IMAN

    ada tanda- (QS Al I-Imron: 190)

    Uqdatul Kubro

    Manusia adalah mahluk yang dikarunia keistimewaan oleh Allah, yang itu tidak

    diberikan kepada makhluk lainnya yakni akal. Dengan akal itulah manusia dapat berfikir.

    Ketika manusia dewasa ia mulai mempertanyakan tentang keberadaan dirinya di dunia ini. Ia

    mulai berpikir tentang beberapa pert anyaan mendasar yang harus ia jawab. Jawaban tersebut

    akan menjadi landasan dalam kehidupannya. Selama masalah ini belum terjawab, selama itu

    pula manusia hidup tanpa tujuan yang jelas dan tidak akan berjalan di dunia ini dengan

    tenang. Karena sifatnya yang demikian beberapa pertanyaan pokok dan mendasar itu sering

    Uqdatul Kubro

    Pertanyaan mendasar tersebut berupa:

    * Dari manakah manusia dan kehidupan ini ? * Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada ? * Akan ke mana manusia dan kehidupan setelah ini ?

    Bila pertanyaan ini terjawab maka seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus

    tuntunan dan tujuan kehidupannya, -- terlepas dari jawabannya benar atau salah . Manusia

    akan berjalan di dunia ini deng

    tersebut.

    dengan jawaban

    kehidupan dunia ini ada dengan sendirinya, manusia berasal dari tanah materi dan kelak

    akan kembali lagi menjadi materi/benda, sehingga manusia hidup untuk mencari

    maka mereka akan hidup dengan aturan yang

    dibuatnya sendiri, dengan standar baik-buruk yang ia kehendaki. Mereka akan bertingkah

    laku, berbudaya, berekonomi dan berpolitik untuk mencapai kebahagiaan material, selama

    mereka mampu hidup. Orang dan kaum seperti ini tidak meyakini adanya hal ghaib (malaikat,

  • akhirat, pahala -dosa dsb). Yang mereka percayai hanyalah segala materi yang dapat dirasakan

    oleh panca indra belaka.

    di balik alam dan kehidupan ini ada

    Sang Pencipta, yang mengadakan seluruh alam, termasuk dirinya, member i tugas/amanah

    kehidupan pada manusia dan kelak ada kehidupan lain setelah dunia ini, yang akan

    maka mereka akan hidup, berekonomi,

    berbudaya, berpolitik dan berinteraksi dengan kaum lain, berdasarkan aturan Pencip tanya.

    Standar baik-buruk berdasarkan aturan Sang Pencipta, dan sekaligus menjadi standar amal

    yang harus ia pertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta.

    sekaligus merupa uqdatul kubro

    benar terhadap masalah ini?

    Dengan berbagai usaha berfikir, manusia mencoba mencari jawaban atas pertanyaan

    mendasar tersebut melalui segala hal yan g dapat dijangkau oleh akalnya. Karena segala hal

    yang dapat dijangkau akal manusia, tidak lepas dari (1) alam semesta ( al kaun), (2) manusia

    (al insan) dan (3) kehidupan ( al hayaah), maka ketiga hal inilah yang dijadikan obyek/media

    berpikir untuk mencari jawaban yang dimaksud.

    Pemecahan yang benar terhadap masalah ini tidak akan terbentuk kecuali dengan

    pemikiran yang mustanir (jernih) dan menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan

    kehidupan serta hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia

    ini. Islam telah memberi jawaban melalui proses berpikir yang jernih, menyeluruh, benar,

    sesuai dengan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia . Proses pencarian

    1. Proses keimanan terhadap Al Kholiq (Sang Pencipta)

    Islam menjawab bahwa di balik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al Kholiq

    (Sang Pencipta), yang mengadakan semua itu dari tidak ada menjadi ada. Al Kholiq itu

    bersifat wajibul wujud (wajib/pasti adanya). Ia pun bukan mahluk karena sifatnya sebagai

    Sang Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukanlah makhluk.

    Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya Pencipta dapat dibuktikan sebagai berikut. Bahwasanya segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh akal terbagi dalam tiga unsur, yaitu manusia, alam semesta dan kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas dan bersifat

    lemah, serba kurang dan saling membutuhkan kepada yang lain. Misalnya manusia, ia merasa terbatas sifatnya karena tumbuh dan berkemb ang tergantung terhadap segala sesuatu yang lain, sampai suatu batas yang tidak dapat dilampauinya lagi. Oleh karena itu jelas ia bersifat

    Begitu pula halnya dengan kehidupan (nyawa), ia bersifat terbatas pula, sebab penampakan/perwujudannya bersifat individual semata. Dan apa yang kita saksikan selalu menunjukkan bahwa kehidupan itu ada lalu berhenti pada satu individu itu saja. Jadi jelas kehidupan itu bersifat terba tas. Demikian pula halnya dengan alam semesta. Iapun bersifat terbatas. Himpunan dari benda -benda terbatas dengan sendirinya terbatas pula sifatnya. Jadi alam semesta itupun bersifat terbatas. Kini jelaslah bahwa manusia, kehidupan dan alam semesta, ketiganya bersifat terbatas (termasuk memiliki batas awal dan akhir keberadaannya).

    Jika sesuatu itu bersifat terbatas, akan didapati bahwa segala hal tersebut tidak azali

    (tidak berawal dan tidak berakhir ). Sebab apabila ia azali , bagaimana mungkin ia bersifat

    terbatas? Tidak boleh tidak, keberadaan semua yang terbatas ini membutuhkan adanya

    . Dan inilah yang dinamakan Al Kholiq, yang

    menciptakan manusia, kehidupan dan alam semesta. Dalam menentukan sifat Al Kholiq

    (Pencipta) paling tidak ada tiga kemungkinan.

    Pertama , Ia diciptakan oleh yang lain. Dengan pemikiran aqliyah yang jernih dan

    mendalam, akan dipahami bahwa kemungkinan ini adalah kemungkinan yang salah (tidak

    dapat diterima oleh akal). Sebab jika Ia diciptakan o leh yang lain maka Ia adalah makhluk

    dan bersifat terbatas, yaitu butuh kepada yang lain untuk mengadakannya.

    Kedua, Ia menciptakan diri -Nya sendiri. Kemungkinan kedua ini pun juga bathil. Karena jika

    demikian adanya, maka ia akan menjadi makhluk dan Khali q pada saat yang bersamaan.

    Jelas ini tidak dapat diterima oleh akal.

    Ketiga, Ia bersifat azali dan wajibul wujud dan mutlak adanya. Jika dua kemungkinan di atas

    dinyatakan bathil, maka hanya tinggal satu kemungkinan lagi yakni Al Kholiq itu tidak boleh

    ti dak harus bersifat azali dan wajibul wujud serta mutlak adanya. Dialah Allah SWT. Inilah

    cara berfikir dalam menentukan sifat sang kholik yang shohih.

    Sesungguhnya bagi setiap orang yang mempunyai akal hanya dengan perantaraan wujud benda-benda yang dapat diinderanya, ia dapat memahami bahwa dibalik benda -benda itu terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Dengan memahami bahwa semua benda -benda tadi bersifat serba kurang, sangat lemah dan saling membutuhkan kepada yang lain, maka semua hanyalah makhluk. Karenanya untuk membuktikan adanya Al Khaliq yang Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan mengamati segala sesuatu yang ada di alam semesta, kehidupan, dan di dalam diri manusia itu sendiri.

    manusia untuk mengamati

    segala apa yang ada di sekelilingnya dan apa yang berhubungan dengannya, agar dapat

  • membuktikan adanya Allah SWT. Sebab dengan mengamati benda-benda akan memberikan

    suatu pemahaman yang meyakinkan manusia tentang adanya Allah yang Maha Pencipta lagi

    Maha Pengatur secara pasti tanpa ada keraguan. Banyak ayat Al quran yang berbicara

    berkenaan dengan hal ini, antara lain firman Allah :

    terdapat tand a- (QS Ali Imran: 190)

    Juga firman-Nya:

    -tanda kekuasaan-Nya ialah diciptakannya langit dan bumi serta

    berlain - (QS Ar Rum: 22)

    Serta firman -Nya yang lain seperti QS Al Ghasiyah: 17-20, juga QS Ath Thariq: 5-7, atau juga firman -Nya berikut yang artinya :

    bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan a pa yang Allah

    turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah matinya

    (kering) dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran air dan awan yang

    dikendalikan antar langit dan bumi. Sesungguhnya pada semua itu ter dapat tanda -tanda

    (QS Al Baqarah: 164)

    Masih banyak lagi ayat yang sejenis yang mengajak manusia untuk memperhatikan benda-

    benda alam, serta melihat apa yang ada disekelilingnya untuk dijadikan pe tunjuk atas adanya

    Sang Pencipta yang Maha Pengatur. Dengan demikian imannya kepada Allah SWT menjadi

    mantap, yang berakar dari akal dan bukti nyata.

    Inilah jawaban shohih secara ringkas, tentang keberadaan Al Kholiq dibalik manusia, alam semesta dan kehidupan

    S

    Sifat Fitri Keimanan Iman kepada Yang Maha Pengatur ini merupakan suatu hal yang fithri dalam diri setiap

    manusia. Akan tetapi iman yang fithri ini hanya muncul dari perasaan hati yang ikhlas belak a.

    Keimanan semacam ini tidak bisa dianggap aman. Sebab perasaan hati semacam ini sering

    menambah-nambah terhadap apa yang diimani dengan sesuatu yang realistis. Bahkan

    mengkhayalkannya dengan sifat-sifat tertentu yang lazim terhadap apa yang ia imani sehi ngga

    dapat menjerumuskan ke arah kesesatan. Penyembahan berhala dan khurafat (cerita bohong),

    tak lain tak bukan akibat salahnya perasaan hati. Maka dari itu Islam tidak membiarkan

    perasaan hati ini sebagai satu -satunya jalan menuju iman.

    Islam menegaskan penggunaan akal bersama-sama dengan perasaan hati dan mewajibkan

    atas setiap muslim untuk menggunakan akalnya dalam beriman kepada Allah SWT serta

    melarang bertaqlid (ikut -ikutan) dalam masalah aqidah. Untuk itulah Islam telah menjadikan

    akal sebagai timbangan dalam beriman kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT :

    Penciptaan Dibangkitkan

    Perintah/larangan Hisab

    Sebelum dunia

    ADA PENCIPTA

    Saat di dunia

    IBADAH

    KEPADA ALLAH

    Setelah mati

    ADA SAAT

    PEMBALASAN

    SETELAH MATI

  • terdapat tanda - (QS Ali Imran: 190)

    Oleh karena itu, wajib bagi setia p muslim membangun keimananya betul -betul muncul dari

    proses berfikir, meneliti, memperhatikan serta bertahkim pada akalnya dalam beriman

    kepada Allah SWT secara mutlak.

    Batas akal dalam memahami sang Khaliq Kendati Islam mewajibkan atas manusia untuk meng gunakan akalnya dalam beriman

    kepada Allah SWT, namun tidak mungkin akal manusia bisa memahami apa yang ada di luar

    jangkauan indranya . Hal ini karena sifat dan kekuatan akal manusia terbatas, sehingga

    pemahamannya pun terbatas.

    Oleh karena itu, akal tidak mampu untuk memahami Dzat Allah dan hakekat -Nya, sebab

    Allah berada di luar ketiga unsur pokok alami yang dapat diindera manusia (alam semesta,

    manusia dan kehidupan). Hanya saja tidak dapat dikatakan :

    dapat beriman kepada adanya Allah SWT, sedang akalnya sendiri tidak mampu memahami

    Memang tidak bisa dikatakan demikian, sebab pada hakekatnya iman itu adalah

    percaya akan adanya (wujud/keberadaan-Nya) Allah, di mana wujud Allah ini dapat

    dipahami melalui keberadaan ma khluk-makhluk-Nya, yaitu alam semesta, manusia dan

    kehidupan. Ketiganya ini berada dalam batas -batas yang dapat dicapai oleh akal.

    Dengan memahami ketiga hal itu, orang dapat memahami adanya Al Khaliq, yaitu Allah

    SWT. Karenanya, iman kepada adanya Allah harus berdasarkan akal dan dalam jangkauan

    akal. Lain halnya jika orang hendak memahami Dzat Allah di mana hal ini mustahil terjadi.

    Sebab Dzat-Nya di luar jangkauan kemampuan akal. Padahal akal itu sendiri tidak mungkin

    memahami hakekat apa yang berada diluar jangkauannya, disebabkan keterbatasannya untuk

    melakukan hal itu.

    Sesungguhnya apabila iman kepada Allah SWT muncul dari akal, pemahaman kita terhadap

    adanya Al Khaliq pun akan menjadi sempurna pula. Apabila perasaan hati (yang timbul dari

    fithrah -peny) yang mengatakan adanya Allah dibarengi pula oleh akal maka perasaan

    semacam ini akan tumbuh menjadi suatu keyakinan yang kokoh, yang akan memberikan suatu

    pemahaman yang sempurna serta perasaan yang yakin atas semua sifat-sifat ketuhanan.

    Dengan sendirinya hal ini akan meyakinkan diri kita bahwa kita tidak akan sanggup memahami

    hakekat Dzat Allah, justru karena kuatnya iman kita kepada -Nya.

    2. Proses keimanan terhadap Rasul

    Adapun bukti mengenai hubungan manusia terhadap para rasul dapat kita lihat dari

    terbuktinya manusia sebagai mahluk Allah SWT yang bersifat terbatas, akal dan

    kemampuannya. Juga dapat dilihat dari terbuktinya agama itu sebagai suatu hal yang fithri

    dalam diri manusia, karena ia merupakan salah satu fithrah pen -taqdis -an (pengagungan dan

    pensucian-peny) manusia. Dalam fithrahnya itu manusia senantiasa mentaqdiskan

    Penciptanya. Pekerjaan mentaqdiskan inilah yang selanjutnya dikenal sebagai ibadah, yang

    merupakan tali penghubung antara manusia dan Penciptanya. Apabila hubungan ini dibiarka n

    tanpa aturan akan cenderung terjadi kekacauan ibadah serta menyebabkan terjadinya

    penyembahan terhadap selain dari pencipta yang sebenarnya. Jadi harus ada aturan tertentu

    yang mengatur hubungan ini dengan baik. Hanya saja aturan ini tidak boleh datang d ari pihak

    manusia, karena ia sendiri tidak mampu memahami hakekat Al Khaliq (maksudnya tentang

    perbuatannya, apakah perbuatan itu diterima atau ditolak oleh Al Khaliq -peny) untuk dapat

    meletakkan aturan antara dirinya dengan Sang Pencipta. Karenanya aturan ini harus datang

    dari Al Khaliq serta harus sampai ke tangan manusia. Maka tidak boleh tidak harus ada para

    rasul yang menyampaikan agama (aturan) Allah ini kepada umat manusia.

    Bukti lain akan kebutuhan manusia terhadap para rasul adalah bahwa pemuasan manusia

    akan tuntutan kebutuhan -kebutuhan jasmani dan gharizah/nalurinya merupakan hal yang

    mutlak diperlukan. Jika pemuasan ini dibiarkan berjalan tanpa aturan akan menjadi

    pemuasan yang salah, berlebihan serta menyebabkan malapetaka bagi manusia. Karena itu

    harus ada aturan yang mengatur gharizah dan kebutuhan-kebutuhan jasmani ini. Tetapi

    aturan ini tidak boleh datang dari pihak manusia, sebab pemahamannya dalam mengatur

    gharizah dan kebutuhan jasmani selalu menjadi obyek (sasaran) kekeliruan, perselisiha n dan

    keterpengaruhan oleh lingkungan yang didiaminya. Maka dari itu aturan tersebut harus datang

    dari Allah SWT, yang untuk dapat sampai ke tangan manusia, haruslah melalui seorang rasul.

    Adapun bukti yang sangat mudah

    dilihat dari kenyataan/fakta bahwa Al Qur'an itu sebuah kitab berbahasa arab yang dibawa

    oleh Rasulullah SAW. Karena fakta tersebut, maka dalam upaya menentukan dari mana asal Al

    Qur'an itu, dapat kita buktikan dengan tiga kemungkinan dan hanya tiga kemungkinan itu,

    tidak ada kemungkinan yang lain. Ketiga kemungkinan tersebut adalah:

  • Pertama , ia merupakan karangan bangsa Arab.

    Kemungkinan yang pertama ini, orang yang mengatakan bahwa Al Qur'an merupakan

    karangan bangsa Arab adalah suatu kemungkinan yang bathil. Sebab Al Qur'an sendiri

    menantang mereka (bangsa Arab) untuk membuat karya yang serupa. Sebagaimana

    tertera dalam firman -Nya:

    (QS Hud: 13)

    (QS Yunus: 38)

    Bangsa Arab telah berusaha untuk menghasilkan karya yang serupa, akan tetapi mereka

    tidak juga berhasil. Jadi, je las Al Qur'an bukan berasal dari perkataan orang Arab, karena

    ketidakmampuan mereka untuk menghasilkan karya yang serupa.

    Kedua, ia merupakan karangan Muhammad SAW.

    Adapun kemungkinan yang kedua, mengatakan bahwa Al Qur'an itu karangan

    Muhammad SAW, adalah kemungkinan yang bathil pula. Sebab Muhammad adalah orang

    Arab juga. Bagaimanapun jeniusnya, tetaplah ia sebagai seorang manusia yang menjadi

    salah satu anggota dari bangsanya. Jika bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya

    yang serupa, maka masuk akal pula apabila Muhammad SAW yang orang Arab itu juga

    tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Jelaslah bahwa Al Qur'an, bukan

    karangannya.

    Hal tersebut makin diperkuat dengan banyaknya hadits -hadits shahih dan mutawatir

    dari Nabi Muhammad SAW, yang bila setiap hadits ini dibandingkan dengan ayat manapun

    dalam Al Qur'an jelas tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasa (uslub),

    padahal keduanya berasal dari orang yang sama. Akan tetapi keduanya tetap berbeda dari

    segi gaya bahasanya. Dan bagaimanapun kerasnya seseorang menciptakan berbagai

    macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap akan terdapat kemiripan antara gaya

    bahasa yang satu dengan gaya bahasa yang lain. Jadi karena tidak ada kemiripan antara

    gaya bahasa Al Qur'an dengan gaya bahasa hadits maka yakinlah bahwa Al Qur'an itu

    bukan perkataan Nabi Muhammad SAW.

    Dengan demikian maka terbantahlah kemungkinan pertama dan kedua. Kini tinggal

    tuduhan lain yang mereka lontarkan, yaitu bahwa Al Qur'an itu disadur oleh Muhammad

    SAW dari seorang pemuda Nasrani bernama Jabr. Tuduhan itu ditolak keras oleh Allah

    SWT melalui firmannya:

    Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa

    orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa

    (QS An Nahl:

    103)

    Inilah pembuktian yang jelas bahwa Al Qur'an itu bukan karangan bangsa Arab atau

    karangan Muhammad SAW. Al Qur'an adalah perkataan Allah (kalam Allah) yang menjadi

    mukjizat bagi pembawanya (Muhammad SAW). Tidak ada kemungkinan lain selain ini,

    dilihat dari kenyataan bahwa Al Qur'an itu berbahasa Arab.

    Ketiga, ia berasal dari Allah semata, sebaga imana pernyataan pembawanya.

    Setelah kedua kemungkinan tersebut terbantahkan, kini hanya tinggal satu

    shahih di antara tiga kemungkinan yang ada. Kemungkinan ini sekaligus membuktikan

  • bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah karena tidak ada yang membawa syariat dan

    tersebut tidak lain adalah Muhammad SAW.

    Demikian uraian-uraian singkat namun jelas dan tegas tentang dalil aqli untuk beriman

    kepada (wujudnya) Allah, kepada kebenaran kerasulan Muhammad SAW dan kepada Al Qur'an,

    bahwasanya Al Qur'an merupakan kalam Allah.

    Jadi iman kepada (wujud) Allah itu datang dari akal dan memang harus datang dari jalan

    seperti ini. Ini pula yang menjadi dasar kuat untuk beriman terhadap hal -hal yang ghaib dan

    segala hal yang dikabarkan oleh Allah SWT. Sebab jika kita telah beriman kepada Allah SWT,

    yang memiliki sifat -sifat ketuhanan itu, maka wajib pula bagi kita untuk beriman terhadap

    apa saja yang dikabarkan oleh-Nya. Baik hal itu dapat dicerna oleh akal maupun tidak, karena

    semua itu dikabarkan oleh Allah SWT.

    Dari sini kita wajib beriman kepada hari kebangkitan dan pengumpulan ( ), surga dan

    neraka, hisab dan siksa, juga beriman akan adanya malaikat, jin dan syaithan, serta apa saja

    naql ) dan mendengar ( ), akan tetapi pada dasarnya telah terbukti

    oleh akal. Jadi aqidah seorang muslim itu harus bersandar kepada akal atau pada sesuatu

    yang telah terbukti dasarnya oleh akal. Apa saja yang tidak terbukti oleh kedua jalan tadi,

    yaitu aka mutawatir ), haram baginya untuk

    meyakininya. Sebab aqidah tidak boleh diambil kecuali dengan kepastian (keyakinan).

    Oleh karena itu kita wajib beriman kepada kehidupan sebelum dunia, yaitu adanya Allah

    SWT dan proses penciptaan oleh-Nya; serta beriman kepada kehidupan setelah dunia yaitu

    hari akhirat. Perintah -perintah Allah itu merupakan tali penghubung ( shilah) antara

    kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dunia, yaitu hubungan penciptaan ( shilatul

    khalq); dan sekaligus menjadi tali penghubung kehidupan dunia dengan kehidupan sesudah

    dunia (shilatul muhasabah ). Dan pastilah hal ihwal manusia terikat oleh tali penghubung ini.

    Karenanya manusia wajib berjalan dalam kehidupan ini sesuai dengan peraturan Allah dan

    wa

    perbuatannya di dunia.

    Dengan demikian telah terbentuklah pemikiran yang jernih tentang apa yang ada di balik

    kehidupan, alam semesta dan manusia. Telah terbentuk pu la pemikiran yang jernih tentang

    antara

    secara pasti kebenarannya dengan Aqidah Islamiyah.

    Apabila manusia telah berhasil memecahkan hal tadi ia dapat beralih memikirkan

    kehidupan dunia serta mewujudkan pemahaman yang benar (terhadap dunia), yang dihasilkan

    dari pemikiran dasar tersebut. Pemecahan itu pula yang menjadi dasar bagi berdirinya sua tu

    prinsip ideologis kehidupan ( ) yang membentuk jalan menuju kebangkitan suatu

    (hadloroh ) suatu kaum. Juga menjadi dasar bagi peraturan -peraturan hidupnya, dan juga

    menjadi dasar untuk mendirikan negaranya. Dengan demikian dasar bagi berdirinya Islam,

    baik secara fikroh (ide dasar) maupun thoriqoh (pola operasional/metode pelaksanaan)

    adalah Aqidah Islam itu sendiri.

    Allah SWT berfirman:

    -orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul -Nya dan

    kepada Kitab yang diturunkan Allah kepada Rasul -Nya dan kepada Kitab yang diturunkan

    sebelumnya. Dan siapa saja yang mengingkari Allah dan Malaikat -Nya dan Kitab-Kitab-Nya

    dan Rasul-Rasul-Nya dan hari akhi r maka ia telah sesat sejauh - (QS An

    Nisa: 136)

    Apabila semua ini (Iman kepada Allah, dst tadi) telah terbukti kebenarannya, maka wajib

    syariat ini t ercantum dalam Al Qur'an dan telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Apabila tidak

    beriman maka ia kufur. Seorang yang ingkar terhadap hukum -

    keseluruhan atau sebagian, dapat menyebabkan ia menjadi kufur. Baik hukum -hukum itu

    berkaitan dengan

    dengan makanan). Maka kufur terhadap ayat:

    sebenarnya sama saja kufur terhadap ayat:

  • (QS Al Baqarah:

    275)

    Atau terhadap ayat :

    - (QS Al

    Maidah: 38)

    Atau ayat :

    atas nama selain All (QS Al Maidah: 3)

    tetapi juga harus ada penyerahan mutlak terhadap segala yang datang dari sisi -Nya,

    sebagaimana firman-Nya :

    -mu mereka itu (pada hakekatnya) tidak beriman sebelum mereka

    menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka

    perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa di hati mereka suatu keberatan terhadap

    putusan yang engkau berikan dan mereka menerima (pa (QS An

    Nisa: 65)

    Kebangkitan Manusia Bangkitnya manusia tergantung dari landasan kehidupan (aqidah)nya, yang merupakan

    jawaban atas pertanyaan mendasar tentang kehidupan ini. Karenanya umat harus diarahkan

    kepada aqidah yang benar, sehingga memiliki pandangan hidup yang benar dan mendorongnya

    ini selalu ada dalam diri suatu manusia, umat atau kaum; karenanya, untuk mengubah

    keadaan suatu kaum agar bangkit, aqidah inilah yang harus diubah terlebih dahulu. Allah SWT

    berfirman :

    Satu-satunya jalan peruba han aqidah dengan membentuk pemikiran yang benar dan jernih

    tentang aqidah yang shohih yang melandasi kehidupan dan kebangkitannya. Hal ini dapat

    dengan menyampaikan (kepada manusia-peny) pemikiran yang benar tentang pemecahan

    dalam diri manusia. Apabila masalah besar ini

    telah teruraikan, maka terurai pula masalah yang lainnya, sebab hanya merupakan bagian

    atau cabang dari masalah besar tadi. Oleh karena itu bagi mereka yang menghendaki

    kebangkitan dan kehidupan berada diatas jalan yang mulia, harus terlebih dahulu

    memecahkan masalah besar ini dengan pemecahan yang benar, yakni dengan aqidah yang

    benar.

    yang sesuai dengan fithrah, memuaskan akal serta memberikan ketenangan jiwa. Oleh sebab

    itu Islam dibangun diatas satu dasar yaitu aqidah, yang mengatakan bahwasanya dibalik alam

    semesta, manusia dan kehidupan terdapat Sang Pencipta (Al Khaliq) yang telah menciptakan

    ketiganya, dan yang telah menciptakan pula segala sesuatu yang lainnya. Dialah Allah SWT.

    Aqidah yang mengatakan bahwasanya Pencipta ini telah menciptakan segala sesuatu dari

    tidak ada menjadi ada. Ia bersifat wajibul wujud (wajib adanya), Ia bukan makhluk, karena

    sifat -Nya sebagai Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukan makhluk, serta memastikan pula

    bahwa ia mutlak adanya. Segala sesuatu menyandarkan wujudnya kepada diri -Nya, sedangkan

    Ia tidak bersandar kepada sesuatu apapun.

  • BAB II

    Mabda Islam

    -orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah) dan janganlah kamu mengikuti langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuhmu yang

    paling nyata (QS. Al Baqarah: 208)

    Jika kita amati perubahan yang terjadi di berbagai belahan dunia, t idak terlepas dari

    perbedaan tingkat pemikiran manusia saat itu. Konflik antar manusia, antar suku, antar bangsa atau antar agama adalah hal yang wajar terjadi dilihat dari keragaman pemikiran dalam masyarakat. Namun, dari berbagai perubahan yang terjadi, perbedaan ideologilah yang nampak banyak mempengaruhi perubahan tersebut. Terjadinya perang dingin antara blok barat (kapitalis) dan blok timur (sosialis/komunis) yang melibatkan sejumlah negara selama bertahun-tahun menunjukkan bukti tersebut.

    Dengan berakhirnya perang dingin, kini ideologi kapitalis yang dimotori Amerika Serikat berusaha menjadikan ideologinya sebagai landasan berfikir bagi semua negara di dunia. Hal

    ti yang digambarkan oleh Samuel P Huntington dalam tesisnya. Amerika Serikat lewat berbagai media komunikasi yang dikuasainya berusaha mempropagandakan ide-ide kapitalis ke seluruh dunia seperti pluralisme, HAM, demokrasi, perdagangan bebas dan ide-ide kuf ur lainnya. Wajarlah bila hampir semua konflik atau perubahan tidak luput dari perhatian dan keikutsertaan Amerika Serikat. Bila negara-negara tersebut tidak memenuhi keinginannya, maka AS pun tak segan-segan memberikan sanksi, baik secara ekonomi ataupun secara militer.

    Kesombongan AS dengan kapitalisnya, bukan berarti tanpa perlawanan. Di beberapa negara mayoritas Islam seperti Iran, Irak, Malaysia, Libya dan juga di Indonesia mulai bangkit orang-orang yang menentang kesombongan AS. Demikian juga di negara-negara sisa komunis seperti Kuba, RRC dan Korea Utara. Kampanye anti Amerika juga dilancarkan oleh sejumlah LSM di berbagai negara. Dari sini, tampak jelas bahwa persaingan ideologi telah melahirkan suatu konflik yang berkepanjangan, apalagi setiap pengemban ideologi akan berusaha untuk mempertahankan dan menyebarkan ideologinya ke seluruh penjuru dunia.

    Selain kedua ideologi tersebut, masih ada sebuah ideologi lagi yang pernah menguasai dunia, yaitu ideologi Islam. Sebagai sebuah ideologi, Islam p ernah jaya selama belasan abad sejak masa Rasulullah SAW hingga keruntuhan Daulah Khilafah Turki Utsmani th 1924. Sejak runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani hingga awal abad kedua puluh satu ini, ideologi Islam tidak pernah lagi diterapkan secara kaffah . Bahkan umat Islam sendiri banyak yang tidak mengetahui bahwa agamanya adalah sebuah ideologi yang mampu menyelesaikan segala permasalahan hidup, bahkan mengungguli kedua ideologi yang lain.

    Muhammad Ismail dalam bukunya Al Fikru Al Islamiy

    melahirkan aturan -aturan dalam kehidupan ( nizham). Menurut definisi ini, nampak bahwa sesuatu disebut ideologi bila memil sebagai fikroh (ide) dan memiliki sistem (aturan) sebagai thariqah (metode penerapan). Bila tidak memiliki kedua hal tersebut, maka tidak bisa dikatakan sebagai ideologi.

    Taqiyuddin An Nabhani, dalam kitab Nizham Al Islam menjelaskan bahwa aqidah merupakan pemikiran yang menyeluruh tentang kehidupan dunia, kehidupan sebelum dunia, setelah dunia dan bagaimana hubungan antara dunia dengan kehidupan sesudah dunia. Sedangkan sistem aturan adalah mencakup berbagai pemecahan terhadap berbagai problema kehidupan (baik pribadi, keluarga, maupun negara; menyakut persoalan ibadah, akhlak, sosial, politik, ekonomi, dan budaya). Selain itu juga harus mencakup metode untuk menerapkan berbagai pemecahan tersebut, metode ununtuk menyebarkan aqidah tersebut.

    dan bagaimana cara pemecahan problem manusia disebut dengan ide/ fikrah . Sedangkan tentang bagaimana penerapan berbagai pemecahan tersebut, bagaimana pemeliharaan ide/ fikroh , dan cara untuk menyebarkan ide/ fikroh tersebut disebut thariqah (metode operasional untuk menerapkan aqidah tersebut). Dengan demikian suatu ideologi bukan hanya bersifat ide -ide teoritis tanpa adanya realitas pelaksanaannya (seperti filsafat -peny) namun mesti ada metode (cara operasional) yang jelas tentang bagaimana penerapannya dalam masyarakat.

    Dari penjelasan di atas nampak bahwa Islam mempunyai keunikan sendiri dibanding dengan agama-agama lain di dunia. Dari segi wilayah a jarannya, Islam tidak hanya mengatur hal yang bersifat aqidah seperti keimanan kepada Allah, Malaikat, Rasul, kitab, hari kiamat, serta qadla dan qadar yang baik dan buruk semata dari Allah SWT. Namun Islam juga mengatur masalah sistem atau dalam istilah lain disebut nizham atau . Sistem (nizham atau ini berbicara bagaimana Islam mengatur seluruh masalah manusia. Dengan demikian akan nampak kesempurnaan Islam sebagai sebuah agama dan juga ideologi. Kesempurnaan Islam tersebut secara tegfirman Allah SWT:

    (QS An Nahl: 89)

    juga firman -Nya:

    kmatKu untukmu, serta Aku ridlai Islam sebagai agama bagimu (QS Al Maidah: 3)

  • Dari nash tersebut, jelas bahwa Islam telah sempurna sehingga pastilah tidak ada satu hal pun yang tidak diatur oleh Islam. Dari masalah yang sangat sederhana seperti memindahk an duri dari tengah jalan sampai masalah yang sangat kompleks seperti pemerintahan, Islam mengaturnya.

    Namun demikian, penjelasan yang menerangkan segala urusan tersebut secara umumnya dinyatakan dalam bentuk amarat (tanda-tanda umum) serta tanda -tanda yang perlu penggalian hukum untuk menguraikannya. Orang yang bertugas untuk menggali hukum-hukum tersebut dan menyampaikannya kepada umat haruslah seorang mujtahid. Agar hasil ijtihad dari mujtahid itu benar maka syarat -syarat ijtihad seperti pendalaman bahas a Arab, ilmu

    mujtahid. Adanya mujtahid untuk melakukan ijtihad merupakan fardlu kifayah. Sehingga, tidak boleh dalam suatu kurun waktu tidak ada orang yang melakukan ijt ihad untuk disampaikan kepada umat.

    mengatur seluruh urusan manusia seperti ibadah, ekonomi, sosial, politik, pemerintahan, pendidikan dan yang lainnya. Namun semua hukum-hukum Islam tersebut hanya akan sempurna dilaksanakan umat Islam tatkala segala perangkat yang melaksanakannya ada. Dalam hal ini adanya Daulah tidak bisa ditawar -tawar lagi. Bila sekarang tidak ada sistem tersebut maka kewajiban kaum musliminlah untuk menga dakan sistem tersebut sehingga segala hukum-hukum Islam dapat diterapkan dengan sempurna. Sebab bagi orang yang beriman, Allah SWT telah memerintahkan untuk masuk ke dalam Islam secara keseluruhan dan tidak boleh melaksanakannya sebagian-sebagian. Allah berfirman:

    -orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (QS Al Baqarah: 208 )

    Adanya dakwaan Islam bukan ideologi dan pandangan hidup yang berkembang dalam masyarakat adalah karena akibat pemahaman umat yang keliru akan Islam. Atau juga akibat kebodohan umat Islam, sehingga mereka kurang bisa melihat realitas sejarah. Mereka akhirnya memandang Islam sama dengan agama-agama lain di dunia. Padahal agama-agama tersebut tidak memiliki konsep politik yang mengatur ma salah kehidupan. Maka tatkala umat keliru dalam memahami Islam tersebut maka umat pun akan keliru dalam menerapkan Islam dalam masyarakat. Demikian juga ketika ada masalah yang muncul dalam masyarakat dan karena tidak ada yang sanggup berijtihad sehingga masalah tersebut tidak bisa dipecahkan, maka umat pun memandang Islam tidak lengkap. Akhirnya mereka beralih kepada ideologi selain Islam untuk pemecahan masalah tersebut. Mereka pun akhirnya mencampur adukkan Islam dengan ideologi lain seperti demokrasi Is lam dan sosialisme Islam.

    Aqidah Islam sesungguhnya telah memerintahkan setiap individu untuk menyembah hanya kepada Allah semata (QS Adz Dzariyat: 56). Penyembahan tersebut harus dilakukan secara keseluruhan dan dilaksanakan sebagaimana yang telah diperintahkan dan dicontohkan Rasulullah SAW. Penyembahan itu pula tidak hanya ditunjukkan pada satu bentuk saja semisal akhlak (tingkah laku), namun juga ditujukan pada semua aspek kehidupan, semua urusan masyarakat dan pemerintahan.

    Secara umum sistem Islam mengatur setidaknya tiga hal. Pertama, hukum-hukum yang berkenaan dengan individu dan Al Khaliq, yakni Allah SWT (hablum minallah ) seperti ibadah

    yang meliputi shalat, puasa, zakat, haji dan jihad. Kedua, mengatur hubungan satu individu dengan dirinya sendiri (hablum minannafsi) seperti hukum berpakaian, makan, minum, dan termasuk diantaranya akhlak. Ketiga, mengatur hubungan individu dengan individu yang lainnya dalam masyarakat (hablum minannasi) seperti urusan niaga, pendidikan, sosial, pemerintahan , poli tik dan hukum -hukum yang lainnya.

    Bila semua hubungan itu diatur merujuk pada sistem Islam, artinya orang Islam telah melaksanakan kehidupan berdasarkan aqidah Islam yang benar (ideologi Islam). Selain itu akan nampaklah bahwa memang Islam lebih unggul dibanding agama atau ideologi yang lainnya. Realitas sejarah telah menunjukkan bagaimana tingginya peradaban Islam dibanding peradaban yang lainnya saat itu. Umat Islam kala itu pun pantas disebut umat terbaik

    mran ayat 110. Secara umum kita mengenal tiga ideologi besar dunia. Mereka adalah

    Kapitalis/Liberalisme, Sosialisme dan Islam. Kapitalisme dan Sosialisme sampai saat ini masih diemban oleh beberapa Negara dan beberapa LSM. Sedangkan untuk Islam sampai saat ini masih diemban oleh individu/partai dan belum diemban oleh Negara sejak runtuhnya Daulah Khilafah Turki Utsmani pada 3 Maret 1924. Namun demikian Insya Allah Daulah Khilafah Islamiyah yang akan kembali melanjutkan Islam akan segera berdiri.

    Sejak kelahirannya, setiap ideologi mempunyai kekhasannya masing-masing, baik dari ide ataupun dari metode operasionalnya. Tentang perbandingan ketiga ideologi ini secara garis

  • besar bisa dilihat pada tabel -tabel dibawah ini.

    No Perihal Islam Kapitalisme Sosialisme-Komunisme

    1 Sumber Wahyu Allah SWT kepada Rasulullah SAW

    Buatan akal manusia yang memang terbatas

    Buatan akal manusia yang memang terbatas

    2 Dasar qiyadah fikriyah

    La ilaha illallah; menyatukan antara hukum Allah SWT dengan kehidupan

    Sekularisme; memisahkan agama dari kehidupan masyarakat dan negara

    Materialisme dan evolusi, menolak keberadaan agama

    3 Kesesuaian dengan fitrah (dalam hal ini adanya manusia yang lemah dan perlu pencipta yang Maha Mengatur)

    Sesuai. Islam menetapkan manusia itu lemah. Oleh sebab itu, segala aturan apa pun harus berasal dari Allah SWT lewat wahyu-Nya.

    Tidak sesuai. Sebab, disatu sisi mengakui

    namun pada saat yang sama manusialah yang dianggap layak dan tidak punya kekurangan untuk menetapkan aturan.

    Tidak sesuai. Sebab tidak percaya adanya Pencipta. Manusia dianggap pusat segalanya.

    4 Pembuat Hukum dan Aturan

    Allah SWT lewat wahyu-Nya. Akal manusia berfungsi menggali fakta dan mamahami hukum dari wahyu.

    Manusia Manusia

    5 Fokus Individu merupakan salah satu anggota masyakat. Individu diperhatikan demi kebaikan masyarakat, dan masyarakat diperhatikan untuk kebaikan individu

    Individu di atas segalanya. Masyarakat adalah kumpulan individu individu saja.

    Negara di atas segalanya. Individu merupakan salah satu gigi roda dalam roda masyarakat yang berupa sumber daya alam, manusia, barang produksi dan lain-lain.

    6 Ikatan perbuatan Seluruh perbuatan terikan dengan hukum

    bebas dilakukan bila sesuai dengan hukum

    Serba bebas (liberalisme) dalam

    pendapat, pemilikan dan kebebasan pribadi

    Tidak ada kebebasan

    pemilikan. Dalam perbuatan bebas

    7. Tujuan tertinggi yang hendak dicapai

    Ditetapkan oleh Allah SWT seperti telah dibahas

    Ditetapkan manusia sesuai kondisi

    Ditetapkan manusia sesuai kondisi

    8. Tolok ukur kebahagiaan

    Mencapai ridla Allah SWT yang terletak dalam ketaatannya dalam setiap

    Meraih sebanyakbanyak materi (berupa pangkat, kedudukan, pujian

    Meraih sebanyakbanyak materi (berupa pangkat, kedudukan, pujian dll.)

    perbuatan dll.)

    9. Kebebasan pribadi dalam berbuat

    Distandarisasi oleh

    sesuai bebas dilakukan, bila tidak maka tidak boleh dilakukan

    Mendewakan kebebasan pribadi demi meraih kebahagiaan yang mereka definisikan

    Mendewakan kebebasan pribadi demi meraih kebahagiaan yang mereka definisikan

    10.

    Pandangan terhadap masyarakat

    Masyarakat merupakan kumpulan individu yang memiliiki perasaan dan pemikiran yang satu serta diatur oleh hukum yang sama.

    Masyarakat merupakan kumpulan individu-individu.

    Masyarakat merupakan kumpulan dan kesatuan manusia, alam dan interaksinya dengan alam

    11.

    Dasar Perekonomian

    Setiap orang bebas menjalankan perekonomian dengan membatasi sebab pemilikan dan jenis pemiliknya. Sedangkan jumlah kekayaan yang boleh dimiliki tidak dibatasi.

    Ekonomi berada di tangan para pemilik modal. Setiap orang bebas menempuh cara apa saja. Tidak dikenal sebab-sebab pemilikan. Jumlahnya pun bebas dimiliki tanpa batasan.

    Ekonomi di tangan negara. Tidak ada sebab pemilikan, semua orang boleh mencari kekayaan dengan cara apa pun. Namun jumlah kekayaan yang boleh dimiliki dibatasi.

    12.

    Kemunculan sistem aturan

    Allah telah menjadikan bagi manusia sistem aturan untuk dijalankan dalam kehidupan yang diturunkan pada nabi Muhammad SAW . Manusia hanya memahami permasalahan, lalu menggali hukum dari

    Sunah.

    Manusia membuat hukum bagi dirinya berdasar fakta yang dilihatnya

    Sistem aturan diambil dari alat-alat produksi

    13.

    Tolok ukur Halal - haram Manfaat kekinian Tolok ukur materi

    14 Penerapan hukum Atas dasar ketaqwaan individu, kontrol masyarakat dan penerapan dari masyarakat

    Terserah individu Tangan besi dari negara

  • BAB III

    Dakwah dan Perubahan Sosial

    lah ada diantara kamu segolongan ummat (kelompok) yang mengajak kepada

    dan mereka itulah orang - (QS Ali Imran: 104)

    Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Sehingga individu dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Tidak ada satu pun agama atau ideologi lain yang memiliki aturan semacam itu apalagi menandinginya. Rasulullah SAW telah menjelaskan hubungan individu dengan masyarakat ini melalui sabdanya:

    laksana kelompok penumpang kapal yang mengundi tempat duduk mereka. Sebagian mereka

    mendapat tempat di bagian atas, dan sebagian lain di bagian bawah, jika mereka

    membutuhkan air, maka harus berjalan melewati bagian atas kapal. Maka merekapun

    toh hal itu tidak menyakiti ora

    berbuat menuruti keinginan mereka itu, maka binasalah mereka, dan seluruh penumpang

    kapal itu. Tetapi jika kalian cegah mereka, maka selamatlah mereka dan seluruh penumpang

    (HR Bukhari)

    Beliau juga menjelaskan bagaimana keterpaduan individu dan masyarakat, dimana individu berbuat untuk kemaslahatan masyarakat dan masyarakat berbuat untuk menjaga individu. Sabda Beliau SAW:

    -orang muslim, bagaimana kasih sayang dan tolong menolong

    terjalin antar mereka, adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian merintih merasakan

    sakit, maka seluruh bagian tubuh akan bereaksi membantunya, dengan berjaga (tidak tidur)

    (HR Muslim)

    Oleh karena itu Islam mewajibkan setiap pemeluknya untuk bertanggung jawab terhadap

    saudaranya dan segenap umat manusia pada setiap waktu dan keadaan. Sama sekali tidak

    ada tempat bagi orang yang egois atau individualis. Rasulullah SAW bersabda:

    yang bangun pagi hari dan ia hanya memperhatikan masalah dunianya, maka

    orang tersebut tidak berguna apa -apa disisi Allah; dan barangsiapa yang tidak

    memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka . (HR

    Thabrani dari Abu Dzar Al Ghifari)

    Apabila secara jernih kita melihat kondisi kaum muslimin di seluruh dunia saat ini, maka akan kita dapati ternyata setelah Daulah Khilafah runtuh pada tahun 1924 kaum muslimin berada dalam keterpurukan di berbagai bidang kehidupan. Mulai dari terpecah belahnya kaum muslimin oleh sekat -sekat nasionalisme, terancamnya aqidah kaum muslimin oleh serangan misionaris agama kristen, diterapkannya sistem demokrasi kufur di kancah kehidupan, pola hidup barat yang sudah mengakar di negeri-negeri kaum muslimin, sehingga tidak ada satupun negeri kaum muslimin yang menerapkan Islam sebagai sebuah Ideologi. Semua ini berpangkal pada rendahnya taraf berpikir kaum muslimin yang teramat parah.

    Problematika Umat Islam Kekinian

    Kondisi umat Islam kekinian masih diliputi derita. Imperialisme, kemiskinan,

    kebodohan, ketertinggalan dan sederet permasalahan lainnya belum juga terselesaikan. Di

    negeri Indonesia ini saja misalnya, sebagai negeri yang berpenduduk muslim terbesar di

    dunia, krisis multidimensi yang seja k beberapa tahun ke belakang melanda kita nampaknya

    masih akan terus dirasakan. Bagaikan benang kusut, berbagai masalah itu membelit, sehingga

    tidak dapat diketahui mana ujung pangkalnya, dan mana yang lebih dahulu harus diuraikan

    dan diselesaikan, karena lilitan masalah itu terjadi hampir di semua segi kehidupan. Begitu

    juga yang dirasakan oleh umat Islam di Asia Tengah seperti Chechnya, di Eropa seperti

    Albania dan Bosnia Herzegovina, Sudan (Afrika), Iraq, Afghanistan dan Palestina (Asia Barat),

    Malaysia, Pattani, dan Filipina (Asia Tenggara), Bangladesh, Pakistan dan India (Asia Selatan),

    serta negeri -negeri Islam yang lain yang tengah mengalami kondisi yang tak jauh berbeda.

    Jika kita amati, negeri -negeri Islam saat ini tidak memiliki kedaulatan penuh un tuk

    menentukan kehidupan mereka. Intervensi negara -negara adikuasa terutama Amerika Serikat

    sangat kental dalam menentukan kebijakan -kebijakan yang diambil oleh para penguasa

    negeri-negeri tersebut. Imperialime klasik berbentuk penjajahan fisik memang tid ak lagi

    populer, tetapi sesungguhnya umat Islam masih menjadi obyek imperalisme gaya baru yang

    lebih halus dan mematikan berupa penjajahan politis dan dominasi ekonomi melalui PBB,

    IMF, WTO dan berbagai lembaga internasional lainnya.

    Secara ekonomi, kebanyakan negeri -negeri kaum muslimin tergolong sebagai negara

    miskin. Kenyataan ini sebenarnya sangat mengherankan. Sebab negara-negara yang

    bergelimang dengan kemiskinan dan penderitaan itu sebenaranya adalah negara-negara yang

    sumber daya alamnya sangat melimpah. Indonesia, misalnya, negara yang sangat terkenal

    dengan kesuburannnya, dan berbagai tambang minyak, emas, tembaga, batu bara, dsb. yang

    bertebaran di berbagai wilayahnya, justru mengemis -ngemis kepada IMF, negara-negara

    donor, dan investor asing. Itu terjadi karena di samping buruknya pengelolaan kekayaan