Desy Ratna Sari N (10334027)

56
Thalasemia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Hematologi Hematologi adalah spesialisasi medis yang berkenaan dengan studi mengenai darah, jaringan yang menghasilkan darah, dan kelainan, penyakit dan gangguan yang berkaitan dengan darah. Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen – komponenya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian caitan yang bewarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan. 1.2. Darah Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada peristiwa pembakaran/ metabolisme di dalam tubuh. Vikositas/ kekentalan darah lebih kental dari pada Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 1

Transcript of Desy Ratna Sari N (10334027)

Thalasemia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. HematologiHematologi adalah spesialisasi medis yang berkenaan dengan studi

mengenai darah, jaringan yang menghasilkan darah, dan kelainan,

penyakit dan gangguan yang berkaitan dengan darah.

Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk

mengetahui keadaan darah dan komponen – komponenya. Darah terdiri

dari bagian padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

(leukosit), trombosit dan bagian caitan yang bewarna kekuningan yang

disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas

kesehatan.

1.2. DarahDarah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh

darah yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap

tergantung pada banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida

didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida warnanya

merah tua. Adanya oksigen dalam darah di ambil dengan cara bernapas,

dan zat tersebut sangat berguna pada peristiwa pembakaran/ metabolisme

di dalam tubuh. Vikositas/ kekentalan darah lebih kental dari pada air yang

mempunyai BJ 1,041-1,065, temperatur 38°C, dan pH 7,37-7,45.

Darah beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa

jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap

encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.

Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah

tersebut sedikit obat anti- pembekuan/ sitrus natrikus. Dan keadaan ini

akan sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi

darah.

Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak

kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah

tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,

pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 1

Thalasemia

1.2.1 Fungsi Darah

1. Sebagai alat pengangkut

a. Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk

diedarkan keseluruh jaringan tubuh.Mengangkut karbon dioksida

dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

b. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan

dibagikan ke seluruh jaringan/ alat tubuh.

c. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh

untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.

2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun

dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/ zat–zat anti

racun.

3. Hemostatis (mengatur keseimbangan zat, pengatur PH tubuh)

4. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)

1.2.2 Kandungan Darah

Kandungan dalam darah adalah sbb:

a. Air : 90%

b. Protein : 8% (albumin, globulin, protombin dan fibrinigen)

c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,

magnesium, kalsium, dan zat besi).

d. Bahan organic : 1,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin,

kolesterol, dan asam amino).

1.2.3 Bagian- Bagian Darah

Gambar 1. Bagian –Bagian Darah

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 2

Darah

Sel -sel darah

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

Plasma Darah

Thalasemia

1.2.3.1 Sel darah merah (Eritrosit)

Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan

tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm),

tidak dapat bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2

juta). Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung

suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika

di dalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsi sel darah merah adalah

mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan

tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk

dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida

ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen

yang disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen

diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya

setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan

seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut

karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida)

yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru.

Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang

merah, limpa dan hati. Proses pembentukannya dalam sumsum tulang

melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan berisi nukleus dan tidak

berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya

kehilangan nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang

kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih kurang 114 – 115

hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang

mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe

yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu

zat yang terdapat didalam eritrosit yang berguna untuk mengikat oksigen

dan karbon dioksida.

Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 – 15 gram dalam

100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel

darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 3

Thalasemia

amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan gizi seimbang

zat besi.

Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang,

demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila

kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang

biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis

eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.

1.2.3.2 Sel darah putih (Leukosit)

Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila

kita lihat di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat

berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu

(pseudopodia), mempunyai bermacam- macam inti sel sehingga ia dapat

dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna),

banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000.

Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan

memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES

(sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan

kelenjar limfe; sebagai pengangkut yaitu mengangkut / membawa zat

lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.

Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga

terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit

disebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang

ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan

sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang

beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan

penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3

disebut leukositosis dan kurang dari 6000 disebut leukopenia.

Macam- macam leukosit meliputi:

1. Agranulosit, Sel leukosit yang tidak mempunyai granula

didalamnya, yang terdiri dari:

a. Limposit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES

dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil, di

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 4

Thalasemia

dalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya besar,

banyaknya kira- kira 20%-15% dan fungsinya membunuh dan

memakan bakteri yang masuk ke dalam jarigan tubuh.

b. Monosit. Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari

limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Di

bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna

biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti

selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.

2. Granulosit (Leukosit Granular) terdiri dari:

a. Neutrofil Atau disebut juga polimorfonuklear leukosit,

mempunyai inti sel yang kadang-kadang seperti terpisah-pisah,

protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / glandula,

banyaknya 60%-50%.

b. Eusinofil, Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil

tetapi granula dan sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-

kira 24%

c. Basofil, Sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang

bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-

granula besar. Banyaknya setengah bagian dari sumsum merah,

fungsinya tidak diketahui

1.2.3.3 Sel Pembeku (Trombosit)

Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk

dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya

putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm3. Fungsinya

memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya

kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku

sehingga timbul perdarahan yang terus- menerus. Trombosit lebih dari

300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000

disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang

turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan

fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. ketika

kita luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 5

Thalasemia

yang dinamakan trombokinase. Trombokinasi ini akan bertemu dengan

protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin

akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus,

bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel

darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin di buat

didalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan

demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.

Gambar.2. Molekul Darah

1.2.3.4 Plasma Darah

Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat

badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang

membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembeku

darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik

dari suatu jaringan atau organ. Pada penyakit ginjal plasma albumin

turun sehingga terdapat kebocoran albumin yang besar melalui

glomerulus ginjal. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, di

samping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya.

1.2.4 Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu

suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu

penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu

penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 6

Thalasemia

melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu

penyakit infeksi.

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter

pemeriksaan, yaitu

1. Hemoglobin

2. Hematokrit

3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)

4. Trombosit (platelet)

5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)

6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)

8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)

9. Platelet Disribution Width (PDW)

10. Red Cell Distribution Width (RDW)

11. Sediaan Darah Hapus Tepi

Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan untuk mendukung

diagnosis penyakit dan kelainan darah.

Metode : Automatic Analyzer (fotometer)

Peralatan : Cell DYN Emeral, Cell DYN 3200, ABX Pentra XL 180,

Roller mixer, dan tabung vacutainer

Sampel : Darah EDTA

Prinsip : Sampel darah dicampur antikoagulan EDTA kemudian

dilakukan perhitungan jumlah sel-sel darah, kadar hemoglobin, nilai

hematokrit, indeks eritrosit, hitung jenis leukosit dengan alat Pentra

XL 80, Cell DYN Emerald an Call DYN 3200

Prosedur

Pemeriksaan Darah Lengkap (DL) dengan menggunakan alat Cell

DYN Emerald.

Sampel dihomogenkan selama ± 5-10 menit dengan roller mixer.

Klik Ikon New Sampel, kemudian klik next sampel, kemudian

ketik nama pasien dan tempat dirawat. Klik OK.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 7

Thalasemia

Tutup tabung sampel dibuka dan kemudian tabung diletakkan

dibawah jarum sampel (sampling nozzle) sampai ujung jarum

menyentuh dasar tabung.

Tombol counting ditekan, sehingga jarum sampel akan menyedot

sampel sampai jarum sampel akan tertarik kedalam instrument

dan sampel secara otomatis akan diproses oleh alat ini.

Ditunggu sampai hasil diprint otomatis oleh alat

Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien

yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan

jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan

lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan

terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu

laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.

1.2.4.1 Hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang

berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh

jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke

paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin

membuat darah berwarna merah. Molekul haemoglobin tersusun dari

haem dan globin. Haem terbentuk dari Fe dan protoporphyrin yang

terbentuk di mitokondria. Globin terbentuk dari rantai asam amino

dalam ribosom. Daya ikat Hb terhadap O2 menurun :  mudah

melepaskan O2  terjadi dalam keadaan : Bila kadar 2,3 –DPG 

menurun, Kadar H+  atau CO2 meningkat. Dalam menentukan normal

atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan

faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium

klinik, yaitu

Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl

Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl

Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl

Anak anak : 11-13 gram/dl

Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 8

Thalasemia

Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl

Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl

Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan

istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling

sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang,

pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll).

Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang

yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit

seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll.

Manfaat pemeriksaan Hb:

1. Pemeriksaaan penyaring untuk tegakkan diagnosa

2. Pencerminan reaksi tubuh terhadap penyakit

3. Petunjuk kemajuan terapi.

Kadar Hb normal bervariasi  tergantung :

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Geografi ( tinggi rendahnya daerah ).

Kadar  Hb menurun pada ANEMIA dan dapat dijumpai pada :

1. Thalasemia

2. Haemoglobinopathy

3. Perdarahan akut atau kronis

Pemeriksaam Kadar Hb

a. Metode Kalorimetri

1. Direct Matching

Warna drh dibandingkan dengan warna standar.

Cepat, sederhana, menyenangkan

Kesalahan besar, tidak tepat

2. Alkali Hematin

Darah + Na oH dididihkan Hb→ hijau biru dari larutan, alkali

hematin → Standar / Spectrophotometer

Akurat

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 9

Thalasemia

Tidak akurat untuk ukur Hb bayi

b. Metode Oxyhemoglobine

Darah + Na2 Co3 / NH4OH → Oxyhemoglobin →

Spectrophtometer

Cepat, akurat

Oxyhemoglobin + Cu → methemoglob shg hasil lebih rendah

c. Metode cyanmethemoglobine

Darah  ( Hb ) + lar Drabkin K3Fe(CH)6→ MetHb

MetHb + KCN → CyanmetHb diperiksa dengan

Spectrophotometer 540 nm dibandingkan dengan standard.

Cepat, teliti kecuali Sulhemoglobine

Mengandung CN yg bersifat racun

d. Metode Asam Hametin ( Sahli)

Hb direaksikan dg Hcl → asam hematin (sempurna) →

diencerkan

Dibaca pada skala tabung sahli sesuaikan dengan standard

Cepat, sederhana, tidak mahal

Kurang teliti, kesalahan + 5 s/d 10 %

1.2.4.2 Hematokrit

Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan

banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang

dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria

berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% -

44,3%. Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin

berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan

dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit yang

sama.Hematokrit  ( HCT ) = PCV  ( Packed Cell Volume )

Prosentase volume sel darah merah thd vol darah seluruhnya

( Darah + anticoagulan → dipusingkan )

Normal : Dewasa Laki : 45 – 47 %, Dewasa Wnt : 40 – 42 %

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 10

Thalasemia

a. Hematocrit meningkat pada :

● Peningkatan Juml RBC : Policitemia

● Penurunan vol plasma

● Makrositosis

b. Hematocrit menurun pada :

● Anemi

● Micrositosis

● Dilusi = hidrasi

1.2.4.3 Trombosit (platelet)

Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi

membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas

vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain

giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit

bergerombol). Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 -

400.000 sel/ul darah.

Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian

orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut

trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah

(DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum

tulang, dll

Hitung Trombosit ( PLT = PLATELET )

Pada penderita dengan riwayat perdarahan atau purpura,

monitoring pada pemberian obat yang potensial atau diperkirakan

beracun pada sumsum tulang, monitoring terapi heparin,

monitoring setelah splenektomià jumlah trombosit harus dimonitor.

Jumlah NORMAL TROMBOSIT : 150.000 -400.000 /mm³

Perdarahan spontan terjadi pada Plt < 20.000/mm³ terjadi Pada :

Penurunan fungsi sumsum tulang.

Hipersplenisme

Infeksi

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 11

Thalasemia

Trombositosis mungkin terjadi pada : Leukemia, Lymphoma.

Penghitungan Jumlah trombosit dengan : Manual : Kamar

Hitung Improved Neubauer ( Lar Rees Ecker ).

1.2.4.4 Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)

Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah

yang paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa

oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan

membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai

normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah,

sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul

darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus

hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal

jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit

yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid,

penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll

1.2.4.5 Leukosit (White Blood Cell / WBC)

Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam

memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun

proses metabolik toksin, dll. Nilai normal leukosit berkisar 4.000 -

10.000 sel/ul darah. Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada

kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll,

sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi

bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia,

gagal ginjal, dll

Gambar.3. Sel Darah Putih

Hitung Lekosit ( WBC = WHITE BLOOD CELL )

Dengan kamar penghitung IMPROVED NEUBAUER

Harga Normal : ± 4 – 10 x 109/ dl / cmm

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 12

Thalasemia

Laki –laki : 4,7 – 10,3 x 109/l

Wanita : 4,3 – 11,3 x 109 /l

Pemeriksaan Mikroskopis :

Manual

Kamar hitung Neubauer

Hemositometer

Alat yang dipakai : Mikroskop, Pipet Lekosit, Kamar hitung,

Larutan pengencer Leukosit ( Turk, asam aeetat )

Pemeriksaan Automatic : Elektronik

1.2.4.6 Hitung Eritrosit ( RBC = RED BLOOD CELL )

Pengukuran jumlah RBC. Saat lahir jumlah RBC paling

tinggi, berangsur turun saat dewasa.

RBC dibentuk dalam sumsum tulang pipih & proximal dari tulang

panjang. Umur RBC 120 hari dalam peredaran darah.

Harga NORMAL :

Laki 2 dws : 4,3 jt – 5,9 jt/mL

Wanita dws : 3,9 jt – 4,8 jt/mL

Bayi : 5,0 jt – 7.0 jt/mL

Anak 3 bl : 3,2 jt – 4,8 jt/mL

1 th : 3,6 jt – 5,2 jt/mL

10-12 th : 4,0 jt – 5,4 jt/mL

Untuk penghitungan jumlah RBC dapat dipakai :

Manual : Kamar Hitung Improved Neubauer setelah

diencerkan dgn larutan Hayem.

Elektrik

Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC) 

Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis

penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel

darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain : 

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 13

Thalasemia

MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit

Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang

dinyatakan dengan femtoliter (fl)

   MCV =  Hematokrit x 10

Eritrosit

   Nilai normal = 82-92 fl

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin

Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per

eritrosit disebut dengan pikogram (pg)

MCH = Hemoglobin x 10

Eritrosit

Nilai normal = 27-31 pg

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)

atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu

kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan

persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)

MCHC = Hemoglobin x 100

 Hematokrit

Nilai normal = 32-37 % 

1.2.4.7 Laju Endap Darah

Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate

(ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang

belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang

tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi

akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis),

penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress

fisiologis (misalnya kehamilan). International Commitee for

Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk

menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal

ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang

pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih

terdeteksi.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 14

Thalasemia

Pengertian : Pemeriksaan laju endap darah digunakan untuk

pasien yang akan menjalani operasi

Metode :Westergren

Peralatan :Tabung Westergren, dan Rak Westergren

Reagen :NaCl 0,9%

Sampel :Darah yang ditambahkan EDTA

Prinsip

Sampel darah dibubuhi antikoagulan dan diisap kedalam pipet

westergren. Selanjutnya didiamkan dalam posisi tegak selama

1 jam, eritrosit akan mengendap dan lapisan plasma akan

berada diatasnya.

Prosedur

Perbandingan darah EDTA dengan NACL dibuat sebanyak 4:1

(larutan NaCl 50 skala tabung westergren ditambah dengan

darah EDTA sebanyak 200 skala tabung westergren)

a) Dicampur secara homogeny.

b) Disedot dengan pipet penyedot sampai skala tabung

westergren menunjukkan angka 0.

c) Rak Westergren dipasang selama 1 jam

d) Setelah 1 jam dibaca skala tabung Westergren yang

menunjukkan adanya batas lapisan antara endapaan sel

eritrosit dengan plasma.

Nilai normal LED

Nilai normal LED pada metode Westergreen : 

Laki-laki : 0 – 15 mm/jam

Perempuan : 0 – 20 mm/jam    

Gambar.4. Pewarnaan Laju Endap Darah

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 15

Thalasemia

1.2.4.8 Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah

berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-

masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen.

Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil.

Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih

spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.  Hitung jenis

leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing

jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing

jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan

hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.Nilai normal : Eosinofil 1-

3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%

1.2.4.9 Platelet Disribution Width (PDW)

PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar

PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan

trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat

menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil. Red

Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien

variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat

mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya

ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan

defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang

rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi

yang kecil.

1.2.4.10 Sediaan Darah Apus Tepi (SDAT)

Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat

ini masih digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Prinsip

pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu

dipaparkan di atas objek glass,kemudian dilakukan pengecatan dan

diperiksa dibawah mikroskop.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 16

Thalasemia

Cara Kerja Pembuatan SADT:

1. Letakkan tetes kecil darah vena/kapiler pada kaca objek glass(sebaiknya

menggunakan pipet kapiler)

2. Dengan kaca objek yang lain/ spreader bentuklah sudut 30-45°,lalu geser

hingga menyentuh tetesan darah

3. Tunggu tetesan darah menyebar pada spreader

4. Dorong spreader ke depan yang akan menghasilkan lapisan tipis darah di

belakangnya

5. Sediaan darah hampir selesai. Kering anginkan preparat tersebut

6. Hasil akhir lapisan tipis pada kaca objek. Setelah dikeringkan selama

10menit, kemudian dapat di warnai dengan pengecatan yang sesuai.

Macam-macam Pengecatan Pada SADT:

1. Pengecatan Wright

Letakkan sediaan yang akan di cat pada rak pengecatan

Teteskan 20 tetes cat Wright, biarkan 2 menit

Teteskan 20 tetes buffer pH 6,4 biarkan 5-12

Cuci dengan air mengalir,kering anginkan.

2. Pengecatan Giemza

Letakkan sediaan yang akan di cat diatas rak pengecatan

Teteskan methanol diatas hingga memenuhi sediaan, biarkan 5 menit

Buang kelebihan methanol, teteskan giemza yang sudah diencerkan

selama 20 menit.

Cuci dengan air mengalir, kering anginkan.

3. Pengecatan Wright-Giemza

Letakkan sediaan yang akan di cat diatas rak pengecatan

Teteskan 20tetes cat Wright, biarkan 2 menit

Buang sisa larutan cat, cuci dengan air mengalir

Teteskan 20 tetes cat Giemza, biarkan 2 menit

Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir, kering anginkan

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 17

Thalasemia

Ciri Sediaan Apusan yang Baik:

1. Sediaan tidak melebar sampai pinggir objek glass

2. Terdapat bagian tebal dan tipis

3. Pinggir sediaan rata, tidah berlubang-lubang

4. Penyebaran leukosit rata

5. Bentuk seperti peluru

Morfologi SADT

Dibedakan atas : kepala dan ekor

Bagian badan dibagi beberapa zona

Zona I : irregular, tidak teratur,berdesakan, 3%

Zona II : tipis,tidak rata,berdesakan, 14%

Zona III : tebal, bergerombol,rouleux, 45%

Zona IV: sama zona II,tipis, 18%

Zona V : even zona, tidak berdasarkan, tidak

bertumpukan,regular,rata,bentuk utuh,11%

Zona VI: sangat tipis, lebih longgar dan jarang, 9%

Cara melakukan perhitungan pada sediaan apusan:

1. Pilih bagian yang akan dipakai (zona dimana eritrosit tersebar)

2. Mulailah menghitung sel pada pinggir atas kebawah

3. Mulailah menghitung dari bagian ekor

Beradasarkan penjelasan tentang darah dan nilai interpretasi range dari

setiap sel-sel darah maka penyusun akan membahas satu penyakit tentang

penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah

rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal yaitu Thalasemia.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 18

Thalasemia

BAB II

ISI

2.1. Thalasemia

Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut.

Yang dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit

ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama

sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas

B. Cooley pada tahun 1925. Beliau menjumpai anak-anak yang menderita

anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Selanjutnya,

anemia ini dinamakan anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia

mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama penemunya.

Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan

akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam

amino yang membentuk hemoglobin (komponen darah).

Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan

kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel

darah normal (120 hari).Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami

gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar

tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.

Thalasemia, menurut pakar hematologi dari Rumah Sakit Leukas

Stauros, Yunani, dr Vasili Berdoukas, merupakan penyakit yang diakibatkan

oleh kerusakan DNA dan penyakit turunan. Penyakit ini muncul karena darah

kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin sehingga tubuh tidak

mampu memproduksi sel darah merah secara normal.

Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang

telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan

pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut membuncit

akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas mongoloid, frontal

bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, maloklusi gigi.

Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi

juga di Asia Tenggara yang sering disebut sebagai sabuk thalassemia sebelum

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 19

Thalasemia

pertama sekali ditemui pada tahun 1925 . Di Indonesia banyak dijumpai kasus

thalassemia, hal ini disebabkan oleh karena migrasi penduduk dan

percampuran penduduk. Menurut hipotesis, migrasi penduduk tersebut

diperkirakan berasal dari Cina Selatan yang dikelompokkan dalam dua

periode. Kelompok migrasi pertama diduga memasuki Indonesia sekitar

3.500 tahun yang lalu dan disebut Protomelayu (Melayu awal) dan migrasi

kedua diduga 2.000 tahun yang lalu disebut Deutromelayu (Melayu akhir)

dengan fenotip Monggoloid yang kuat. Keseluruhan populasi ini menjadi

menjadi Hunian kepulauan Indonesia tersebar di Kalimantan, Sulawesi, pulau

Jawa, Sumatera, Nias, Sumba dan Flores.

2.2. Macam – Macam Thalasemia

2.2.1 Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :

7. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)

Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam

(25% minimal membawa 1 gen). Sindrom thalassemia-α disebabkan oleh

delesi pada gen α globin pada kromosom 16 (terdapat 2 gen α globin pada

tiap kromosom 16) dan nondelesi seperti gangguan mRNA pada

penyambungan gen yang menyebabkan rantai menjadi lebih panjang dari

kondisi normal.

Faktor delesi terhadap empat gen α globin dapat dibagi menjadi

empat, yaitu:

a. Delesi pada satu rantai α (Silent Carrier/ α-Thalassemia Trait 2)

Gangguan pada satu rantai globin α sedangkan tiga lokus globin

yang ada masih bisa menjalankan fungsi normal sehingga tidak terlihat

gejala-gejala bila ia terkena thalassemia.

b. Delesi pada dua rantai α (α-Thalassemia Trait 1)

Pada tingkatan ini terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan

dari HbH dan terjadi manifestasi klinis ringan seperti anemia kronis

yang ringan dengan eritrosit hipokromik mikrositer dan MCV 60-75 fl.

c. Delesi pada tiga rantai α (HbH disease)

Delesi pada tiga rantai α ini disebut juga sebagai HbH disease

(β4) yang disertai anemia hipokromik mikrositer, basophylic stippling,

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 20

Thalasemia

heinz bodies, dan retikulositosis. HbH terbentuk dalam jumlah banyak

karena tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai β tidak memiliki

pasangan dan kemudian membentuk tetramer dari rantai β sendiri (β4).

Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi

dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan.

Penderita dapat tumbuh sampai dewasa dengan anemia sedang (Hb 8-

10 g/dl) dan MCV 60-70 fl.

d. Delesi pada empat rantai α (Hidrops fetalis/Thalassemia major)

Delesi pada empat rantai α ini dikenal juga sebagai hydrops

fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts (γ4) yang disebabkan juga

karena tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai γ membentuk

tetramer sendiri menjadi γ4.

Manifestasi klinis dapat berupa ikterus, hepatosplenomegali, dan

janin yang sangat anemis. Kadar Hb hanya 6 g/dl dan pada

elektroforesis Hb menunjukkan 80-90% Hb Barts, sedikit HbH, dan

tidak dijumpai HbA atau HbF. Biasanya bayi yang mengalami kelainan

ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya.

8. Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)

Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia

Tenggara. Thalassemia-β disebabkan oleh mutasi pada gen β globin pada

sisi pendek kromosom 11.

a. Thalassemia βo

Pada thalassemia βo, tidak ada mRNA yang mengkode rantai β

sehingga tidak dihasilkan rantai β yang berfungsi dalam pembentukan

HbA. Bayi baru lahir dengan thalasemia β mayor tidak anemis.

Gejala awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih

berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi

dalam beberapa minggu setelah lahir. Bila penyakit ini tidak segera

ditangani dengan baik, tumbuh kembang anak akan terhambat. Anak

tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh, dan demam berulang

akibat infeksi. (Kapita selekta kedokteran)

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 21

Thalasemia

b. Thalassemia β+

Pada thalassemia β+, masih terdapat mRNA yang normal dan

fungsional namun hanya sedikit sehingga rantai β dapat dihasilkan dan

HbA dapat dibentuk walaupun hanya sedikit.

2.2.2 Secara klinis, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :

1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan.

Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai dengan

kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita

kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak

lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun

sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah

untuk memperpanjang hidupnya.

Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir,namun

di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu,

juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan

facies cooley.

Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang

hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang

yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.

Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih

khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani

transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang

baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-

8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi

tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat

penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi

darah.

2. Thalasemia Minor

Individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu

hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau

thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan

thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 22

Thalasemia

mereka menderita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini

akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam

keluhan.Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering

mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan

akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan

transfusi darah di sepanjang hidupnya.

2.3. Patofisiologi

Gambar. Struktur Kimia Hemoglobin

Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat

besi (Fe). Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia

mengakibatkan zat besi akan tertinggal di dalam tubuh. Pada manusia

normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk membentuk

sel darah merah baru.

Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah

merah yang rusak itu menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati

(lever). Jumlah zat besi yang menumpuk dalam tubuh atau iron overload ini

akan mengganggu fungsi organ tubuh.Penumpukan zat besi terjadi karena

penderita thalasemia memperoleh suplai darah merah dari transfusi darah.

Penumpukan zat besi ini, bila tidak dikeluarkan, akan sangat

membahayakan karena dapat merusak jantung, hati, dan organ tubuh

lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian.

Gejala yang didapat pada pasien berupa gejala umum anemia yaitu:

anemis, pucat, mudah capek, dan adanya penurunan kadar hemoglobin. Hal

ini disebabkan oleh penurunan fungsional hemoglobin dalam menyuplai

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 23

Thalasemia

atau membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh yang digunakan untuk

oksidasi sel. Sehingga oksigenasi ke jaringan berkurang. Selain sebagai

pembawa oksigen, hemoglobin juga sebagai pigmen merah eritrosit

sehingga apabila terjadi penurunan kadar hemoglobin ke jaringan maka

jaringan tersebut menjadi pucat.

Gambar. Bentuk Darah Normal Dan Thalasemia

Penurunan fungsional hemoglobin tersebut dapat disebabkan oleh

adanya kelainan pembentukan hemoglobin, penurunan besi sebagai pengikat

oksigen dalam hemoglobin. Kompensasi tubuh agar suplai oksigen ke

jaringan tetap terjaga maka jantung sebagai pemompa darah berdenyut lebih

keras dan sering yang disebut sebagai takikardia di mana hal ini juga terjadi

pada anak (denyut nadi 120 kali/menit, normal 60-100 kali.menit). Tetapi

frekuensi respirasi pasien dalam tahap normal 24 kali/menit (normal 16-24

kali/menit).

Lemas dan mudah capek disebabkan oleh karena suplai oksigen ke

jaringan untuk oksidasi sel sebagai proses penghasil energi berkurang.

Pasien mengalami penurunan kadar hemoglobin (4,8 g/dl) di mana nilai

rujukan normal untuk anak-anak sebesar 10-16 g/dl (Sutedjo, 2007).

Penurunan ini dapat disebabkan oleh adanya kelainan

produksi/pembentukan hemoglobin berupa kelainan susunan asam amino

dan kelainan kecepatan sintesis hemoglobin. Kelainan dua hal tersebut dapat

dikategorikan adanya hemoglobinopati. Kelainan pembentukan hemoglobin

tersebut dapat mengakibatkan adanya morfologi eritrosit abnormal

(mikrositik, Heinz bodies, sel target) sehingga dengan cepat akan

didestruksi oleh limpa dan hati. Peristiwa destruksi eritrosit secara cepat

kurang dari masa hidupnya (120 hari) disebut sebagai hemolisis.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 24

Thalasemia

Adanya hemolisis menyebabkan proses perombakan eritrosit secara

cepat. Eritrosit abnormal cepat dihancurkan oleh limpa dan hati dengan

bantuan makrofag sehingga semakin banyak eritrosit abnormal maka kerja

limpa akan semakin berat. Hal inilah yang menyebabkan adanya

splenomegali.

Adanya hepatomegali dan splenomegali merupakan salah satu

tanda dari anemia hemolitik di mana disertai adanya penurunan kadar

hemoglobin. Pada pasien ditemukan splenomegali sebesar 1 shuffner

(satuan splenomegali yang diukur dengan membuat garis diagonal antara

arcus costarum dengan crista illiaca melewati umbulicus, lalu dari garis

tersebut dibagi menjadi delapan bagian. Satu bagian dinamakan satu

shuffner).

Splen atau limpa secara normal bertugas menghancurkan eritrosit

tua maupun abnormal sehingga dapat melepaskan hemoglobin yang akan

dimetabolisme menjadi biliribun di hati/hepar, menjadi reservoir cadangan

eritrosit, sintesis limfosit dan sel plasma dalam system imun, dan

membentuk eritrosit baru saat masa janin dan bayi baru lahir.

Selain destruksi eritrosit di limpa juga terdapat di hati. Selain itu

sebagai kompensasi atau umpan balik dari penurunan kadar hemoglobin

akibat oksigenasi ke jaringan kurang merangsang terjadinya eritropoesis 6-8

kali lipat oleh sumsum tulang. Untuk menunjang dan membantu kerja

sumsum tulang dalam eritropoesis sehingga terbentuk eritropoesis

ekstramedular pada limpa dan hati sehingga merupakan salah satu penyebab

hepatosplenomegali.

Penyebab lain hepatomegali pada pasien disebabkan oleh

pemberian obat penambah darah dan penyerapan besi meningkat akibat

peningkatan eritropoesis di mana mengandung preparat besi (sulfas

ferrosus) sehingga terjadi penimbunan cadangan besi berlebih. Padahal hati

secara normal berfungsi sebagai sintesis ferritin (simpanan besi) dan

transferin (protein pengikat besi) dan sebagai tempat penyimpanan terbesar

cadangan besi dalam bentuk ferritin dan hemosiderin.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 25

Thalasemia

Adanya hepatomegali dan splenomegali pada pasien dapat

mengakibatkan penurunan imunitas tubuh sehingga tubuh rentan terhadap

infeksi mikroorganisme. Limpa sebagai tempat sintesis limfosit dan sel

plasma (bahan antibodi) merupakan salah satu pertahanan imunitas tubuh.

Hati sebagai tempat yang sering dilalui mikroorganisme patogenik yang

akan dihancurkan sebelum memasuki saluran gastrointestinal.Kemungkinan

pasien mengalami infeksi dimana terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien,

yaitu : suhu (38,00C), panas, tonsil membesar dan kemerahan, dan faring

kemerahan. Infeksi ini bisa didapatkan dari mikroorganisme seperti:

malaria, hepatitis, haemophilus, streptococcus, pneumococcus, dll.

Gambar. Hepatomegali

Suhu tubuh meningkat dikarenakan adanya metabolisme organ

yang berlebihan terhadap infeksi. Tonsil merupakan salah satu jaringan

limfoid yang memproduksi limfosit untuk pertahanan imunitas tubuh dan

akan membesar apabila bekerja berlebihan terhadap suatu infeksi atau

penurunan imunitas lainnya. Infeksi mikroorganisme menyerang saluran

pencernaan salah satu faring sehingga membuat organ tersebut mengalami

kemerahan. Gejala infeksi lainnya pada pasien yaitu batuk pilek.

2.4. Patogenesis

patogenesis thalassemia secara umum dimulai dengan adanya mutasi

yang menyebabkan HbF tidak dapat berubah menjadi HbA, adanya

ineffective eritropoiesis, dan anemia hemolitik.

Tingginya kadar HbF yang memiliki afinitas O2 yang tinggi tidak

dapat melepaskan O2 ke dalam jaringan, sehingga jaringan mengalami

hipoksia.

Tingginya kadar rantai α-globin, menyebabkan rantai tersebut

membentuk suatu himpunan yang tak larut dan mengendap di dalam eritrosit.

Hal tersebut merusak selaput sel, mengurangi kelenturannya, dan

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 26

Thalasemia

menyebabkan sel darah merah yang peka terhadap fagositosis melalui system

fagosit mononuclear.

Tidak hanya eritrosit, tetapi juga sebagian besar eritroblas dalam

sumsum dirusak, akibat terdapatnya inklusi (eritropioesis tak efektif).

Eritropoiesis tak efektif dapat menyebabkan adanya hepatospleinomegali,

karena eritrosit pecah dalam waktu yang sangat singkat dan harus digantikan

oleh eritrosit yang baru (dimana waktunya lebih lama), sehingga tempat

pembentukan eritrosit (pada tulang-tulang pipa, hati dan limfe) harus bekerja

lebih keras. Hal tersebut menyebabkan adanya pembengkakan pada tulang

(dapat menimbulkan kerapuhan), hati, dan limfe.

1. Thalasemia-α

Pada homozigot thalassemia α yaitu hydrop fetalis, rantai α sama

sekali tidak diproduksi sehingga terjadi peningkatan Hb Bart’s dan Hb

embrionik. Meskipun kadar Hb-nya cukup, karena hampir semua

merupakan Hb Bart’s, fetus tersebut sangat hipoksik.

Sebagian besar pasien lahir mati dengan tanda-tanda hipoksia

intrauterin.

Sedangkan pada thalassemia heterozigot yaitu αo dan α+ menghasilkan

ketidakseimbangan jumlah rantai tetapi pasiennya mampu bertahan

dengan penyakit HbH. Kelainan ini ditandai dengan adanya anemia

hemolitik karena HbH tidak bisa berfungsi sebagai pembawa oksigen.

2. Thalasemia-β

Tidak dihasilkannya rantai β karena mutasi kedua alel β globin

pada thalassemia β menyebabkan kelebihan rantai α. Rantai α tersebut

tidak dapat membentuk tetramer sehingga kadar HbA menjadi turun,

sedangkan produksi HbA2 dan HbF tidak terganggu karena tidak

membutuhkan rantai β dan justru sebaliknya memproduksi lebih banyak

lagi sebagai usaha kompensasi.

Kelebihan rantai α tersebut akhirnya mengendap pada prekursor

eritrosit. Eritrosit yang mencapai darah tepi memiliki inclusion

bodies/heinz bodies yang menyebabkan pengrusakan di lien dan

oksidasi membran sel, akibat pelepasan heme dari denaturasi

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 27

Thalasemia

hemoglobin dan penumpukan besi pada eritrosit. Sehingga anemia pada

thalassemia β disebabkan oleh berkurangnya produksi dan pemendekan

umur eritrosit.

Pada hapusan darah, eritrosit terlihat hipokromik, mikrositik,

anisositosis, RBC terfragmentasi, polikromasia, RBC bernukleus, dan

kadang-kadang leukosit imatur

2.5. Mutasi Genetik

Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang

diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang

diturunkan.Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua

orang tuanya.

Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi

pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.

a. Beta thalasemia

Nama Deskripsi Alelβ talasemia minor (kadang-kadang disebut sifat talasemia β)

Jika hanya satu β globin beruang alel mutasi. Ini adalah ringan anemia mikrositik . Deteksi biasanya melibatkan mengukur nilai MCV (ukuran sel darah merah) dan melihat rata-rata volume menurun sedikit dari biasanya. Pasien akan memiliki fraksi peningkatan Hemoglobin A2 (> 3,5%) dan sebagian kecil penurunan Hemoglobin A (<97,5%).

β + / β atau β o / β

Thalassemia intermedia

Kondisi penengah antara bentuk utama dan minor. individu yang terkena sering dapat mengatur kehidupan normal, tetapi mungkin perlu sesekali transfusi misalnya pada saat sakit atau kehamilan, tergantung tingkat keparahan anemia mereka.

β + / + atau β o β / β +

β talasemia atau Cooley's anemia utama

Jika kedua alel memiliki mutasi talasemia. Ini adalah mikrositik parah, hipokrom anemia . Tidak diobati, hal itu menyebabkan anemia , splenomegali , dan kelainan bentuk tulang parah. Hal ini berlangsung sampai mati sebelum usia dua puluh. Pengobatan terdiri dari periodik transfusi darah ; splenektomi jika splenomegali hadir, dan perawatan transfusi kelebihan zat besi disebabkan. Cure ini dimungkinkan dengan transplantasi sumsum tulang . Cooley's anemia ini dinamai Thomas Cooley Benton . [2]

β + / β o atau β o / β o atau β + / β +

Perhatikan bahwa β 0 / β dapat dikaitkan dengan β talasemia β thalassemia

intermedia atau minor, dan β + / β + dengan besar atau thalassemia intermedia. Mutasi

genetik hadir dalam thalassemia β sangat beragam, dan sejumlah mutasi yang berbeda

dapat menyebabkan berkurang atau tidak ada sintesis globin β.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 28

Thalasemia

Dua kelompok utama dari mutasi dapat dibedakan:

o Bentuk Nondeletion   :cacat ini umumnya melibatkan substitusi basa tunggal

atau penghapusan kecil atau sisipan di dekat atau hulu dar gen globin β.

Umumnya, mutasi terjadi di daerah promotor sebelum gen beta-

globin.Kurang sering, varian sambatan abnormal dipercaya untuk

berkontribusipada penyakit.

o Penghapusan Bentuk  :Penghapusan dengan ukuran yang berbeda yang

melibatkan gen globin β menghasilkan sindrom yang  berbeda seperti

(βo)atau ketekunan turun-temurun dari hemoglobin janin sindrom.

b.      Alpha Thalasemia

Alel terpengaruh

Deskripsi Genotip

Salah satu Ada efek minimal. Tiga α-globin alel cukup untuk memungkinkan produksi hemoglobin yang normal, dan tidak ada gejala klinis. Mereka telah disebut pembawa diam. Mereka mungkin memiliki sedikit berkurang nilai MCV dan MCH .

- / Α α / α

Dua Kondisi ini disebut sifat thalassemia alpha. Dua alel α izin mendekati normal eritropoiesis , tetapi ada ringan mikrositik hipokrom anemia . Penyakit dalam bentuk ini bisa keliru untuk anemia kekurangan zat besi dan diperlakukan tidak tepat dengan besi. sifat Thalassemia Alpha bisa eksis dalam dua bentuk:

alpha-thal-1 (- / - α / α), terkait dengan Asia, melibatkan penghapusan cis alpha kedua alel pada kromosom yang sama;

alpha-thal-2 (- / α - / α), terkait dengan Afrika-Amerika , melibatkan penghapusan trans dari alel alfa pada berbeda (homolog) kromosom.

- / - Α / α atau - / Α - / α

Tiga Kondisi ini disebut penyakit hemoglobin H. Dua hemoglobin tidak stabil yang hadir dalam darah: Hemoglobin Barts (tetrameric rantai γ ) dan Hemoglobin H (tetrameric rantai β ). Kedua hemoglobin tidak stabil memiliki afinitas yang lebih tinggi untuk oksigen dari hemoglobin normal, sehingga dalam pengiriman oksigen miskin untuk jaringan. Ada mikrositik hipokrom anemia dengan sel target dan badan Heinz (diendapkan HBH) pada apusan darah tepi , serta splenomegali . Penyakit ini pertama mungkin melihat di masa kecil atau dalam kehidupan dewasa awal, ketika anemia dan splenomegali dicatat.

- / - - / Α

Empat Para janin tidak bisa hidup sekali di luar rahim dan tidak dapat bertahan hidup kehamilan: kebanyakan bayi tersebut meninggal saat lahir dengan fetalis hidrops , dan mereka yang lahir hidup mati segera setelah lahir. Mereka adalah pembengkakan dan memiliki sedikit beredar hemoglobin, dan hemoglobin yang hadir adalah semua γ tetrameric rantai (Barts hemoglobin).

- / - - / -

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 29

Thalasemia

2.6. Gejala Klinis Thalasemia

a. Gejala klinis thalasemia mayor :

1. Tampak pucat dan lemah karena kebutuhan jaringan akan oksigen

tidak terpenuhi yang disebabkan hemoglobin pada thalasemia (HbF)

memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen

2. Facies thalasemia yang disebabkan pembesaran tulang karena

hiperplasia sumsum hebat

3. Hepatosplenomegali yang disebakan oleh penghancuran sel darah

merah berlebihan, hemopoesis ekstramedular, dan kelebihan beban

besi.

4. Pemeriksaan radiologis tulang memperlihatkan medula yang lebar,

korteks tipis, dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan

diploe dan pada anak besar kadang-kandang terlihat brush

appereance.

5. Hemosiderosis yang terjadi pada kelenjar endokrin menyebabkan

keterlambatan menarse dan gangguan perkembangan sifat seks

sekunder. Selain itu juga menyebabkan diabetes, sirosis hati, aritmia

jantung, gagal jatung, dan perikarditis.

6. Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot)

yang telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik

berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang

gizi, perut membuncit akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang

khas mongoloid, frontal bossing, mulut tongos (rodent like mouth),

bibir agak tertarik, maloklusi gigi

b. Gejala klinis Thalasemia minor

Penderita yang menderita thalasemia minor, hanya sebagai carrier

dan hanya menunjukkan gejala-gejala yang ringan.

Orang dengan anemia talasemia minor (paling banyak) ringan

(dengan sedikit menurunkan tingkat hemoglobin dalam darah).

Situasi ini dapat sangat erat menyerupai dengan anemia kekurangan

zat besi ringan. Namun, orang dengan talasemia minor memiliki tingkat

besi darah normal (kecuali mereka miliki adalah kekurangan zat besi

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 30

Thalasemia

karena alasan lain). Tidak ada perawatan yang diperlukan untuk

thalassemia minor. Secara khusus, besi tidak perlu dan tidak disarankan.

2.7. Diagnosis Thalasemia

1. Anamnesis

Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan,

gangguan tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran lien

dan hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan

2. Pemeriksaan fisik

Pucat

Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)

Dapat ditemukan ikterus

Gangguan pertumbuhan

Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar

Gambar. Anak Penderita Thalsemia

3. Pemeriksaan penunjang

a. Darah tepi :

Hb rendah dapat sampai 2-3 g%

Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target,

anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit,

polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly,

poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.

Retikulosit meningkat

Gambar. Sel Darah Normal Dan Thalasemia

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 31

Thalasemia

b. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis)

Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari

jenis asidofil.

Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.

c. Pemeriksaan khusus :

Hb F meningkat : 20%-90% Hb total

Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar HbF.

Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor

merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb

total).

4. Pemeriksaan lain :

Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe

melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.

Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang

sehingga trabekula tampak jelas

5. Diagnosis banding

Thalasemia minor :

Anemia kurang besi

Anemia karena infeksi menahun

Anemia pada keracunan timah hitam (Pb)

Anemia sideroblastik

2.8. Pengobatan Dan Pencegahan

Pada thalaSemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan

pemberian tambahan asam folat.

Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat

besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat

besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan.

Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan

sumsum tulang.Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 32

Thalasemia

Pada pasien anak dapat diberikan terapi:

Transfusi : untuk mempertahankan kadar hb di atas 10 g/dl.

Sebelum melakukannya perlu dilakukan pemeriksaan genotif

pasien untuk mencegah terjadi antibody eritrosit. Transfusi PRC

(packed red cell)dengan dosis 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan

Hb 1 g/dl.

Antibiotik : untuk melawan mikroorganisme pada infeksi. Untuk

menentukan jenis antibiotic yang digunakan perlu dilakukan

anamnesis lebih lanjut pada pasien.

Khelasi Besi: untuk mengurangi penimbunan besi berlebihan akibat

transfusi. Khelasi besi dapat berupa: desferoksamin diberikan

injeksi subcutan, desferipone (oral), desferrithiochin (oral),

Pyridoxal isonicotinoyl hydrazone (PIH), dll.

Vitamin B12 dan asam folat : untuk meningkatkan efektivitas

fungsional eritropoesis.

Vitamin C : untuk meningkatkan ekskresi besi. Dosis 100-250

mg/hari selama pemberian kelasi besi

Vitamin E : untuk memperpanjang masa hidup eritrosit.Dosis 200-

400 IU setiap hari.

Imunisasi : untuk mencegah infeksi oleh mikroorganisme.

Splenektomi : limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak

penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan

bahaya terjadinya ruptur. Jika disetujui pasien hal ini sebaiknya

dilakukan setelah anak berumur di atas 5 tahun sehingga tidak

terjadi penurunan drastis imunitas tubuh akibat splenektomi.

Cangkok sumsum tulang (CST) adalah kuratif pada penderita ini

dan telah terbukti keberhasilan yang meningkat, meskipun pada

penderita yang telah menerima transfusi sangat banyak. Namun

prosedur ini membawa cukup resiko morbiditas dan mortalitas dan

biasanya hanya digunakan untuk penderita yang mempunyai

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 33

Thalasemia

saudara kandung yang sehat (yang tidak terkena) yang

histokompatibel.

Pencegahan thalassemia atau kasus pada pasien ini dapat dilakukan

dengan konsultasi pra nikah untuk mengetahui apakah diantara pasutri ada

pembawa gen thalassemia (trait), amniosentris melihat komposisi kromosom

atau analisis DNA untuk melihat abnormalitas pada rantai globin.

Pada keluarga dengan riwayat thalassemia perlu dilakukan

penyuluhan genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita

thalassemia.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 34

Thalasemia

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal

resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit

thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan

(bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier

= pengembang sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut

thalassemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya

yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan

oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia.

Di negara-negara yang mempunyai frekuensi gen thalassemia yang tinggi

penyakit tersebut menimbulkan masalah kesehatan masyarakat (Public Health).

Pada umumnya anak dengan penyakit thalassemia mayor tidak akan mencapai

usia produktif bahkan mati di dalam kandungan atau mati setelah lahir seperti

pada thalassemia-α Hb bart’s hydrop fetalis. Keadaan ini sangat memperihatinkan

jika anak-anak yang lahir tidak akan mencapai usia dewasa, maka generasi

berikutnya akan semakin berkurang bahkan akan lenyap setelah beribu-ribu tahun.

Terapi yang diberikan untuk penderita thalasemia umumnya Transfusi PRC,

pemberian antibiotik dan vitamin (B12, C,E), khelat besi dan cangkok sumsum

tulang sebagai pengobatan kuratif.

3.2. Saran

Sebaiknya orang tua senantiasa memperhatikan kesehatan anaknya

Perlu dilakukannya penelusuran pedigree/garis keturunan untuk

mengetahui adanya sifat pembawa thalassemia pada keluarga penderita

thalasemia.

Sebaiknya calon pasutri sebelum menikah melakukan konsultasi untuk

menghindari adanya penyakit keturunan, seperti pada thalassemia.

Perlu dilakukannya upaya promotif dan preventif terhadap thalassemia

kepada masyarakat luas yang dilakukan oleh pelayan kesehatan.

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 35

Thalasemia

DAFTAR PUSTAKA

Ganie RA. Thalassemia : permasalahan dan penanganannya . dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Patologi pada Fakultas Kedokteran, Diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara .2005

Hoffbrand A.V. and Pettit J.E. (2001). Genetic Diorders of Haemoglobin. In: Hoffbrand AV and Pettit JE (eds) Color Atlas of Clinical Hematology. 3th ed. 5: 85-98. London: Mosby

Weatherall D.J. (1965). Historical Introduction. In: Weatherall DJ (ed). The Thalassaemia Syndromes. Blackwell Scientific Publ. Oxford. 1: 1-5.

Permono B, Ugrasena IDG , A Mia. Talasemia.Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya www.Pediatrik.com [diakses 05 April 2014 ]

Mansjoer A, Triyanti K,Savitri R, Wahyu IW dan setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2 Edisi 3, Jakarta: Media aesculapius, 2001. 497-498

Darling D. THALASSEMIA. . United states of america www.daviddarling.info ( akses 05 April 2014 )

Hemoglobin: Structure & Function.2007.http–www_med-ed_virginia_edu-courses-path-innes-images-nhgifs-hemoglobin1_gif.htm ( akses 05 April 2014 )

About thalassemia. Sarawak Thalassaemia Society. 2000. www.thalassaemia.cdc.net.

Ananta Yovita. Terapi Kelasi Pada Thalassemia . Sari Pustaka. 2000 http://belibis-a17.com/2008/05/12/thalasemia/

Yunanda, Yuki. 2008. Thalasemia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2063/1/08E00848.pdf. (akses 04 april 2014)

Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Desy Ratna Sari Nainggolan (10334027) Page 36