EKSPLORASI TUMBUHAN HERBA YANG BERKHASIAT …digilib.unila.ac.id/32681/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EKSPLORASI TUMBUHAN HERBA YANG BERKHASIAT …digilib.unila.ac.id/32681/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EKSPLORASI TUMBUHAN HERBA YANG BERKHASIAT SEBAGAI
OBAT DI BLOK PEMANFAATAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL
RACHMAN (TAHURA WAR) KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Siti Kholimah
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
EKSPLORASI TUMBUHAN HERBA YANG BERKHASIAT SEBAGAIOBAT DI BLOK PEMANFAATAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL
RACHMAN (TAHURA WAR) KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Siti Kholimah
Tumbuhan herba didefinisikan sebagai jenis tumbuhan yang mempunyaiperawakan pendek, kecil, dan mempunyai batang basah karena banyakmengandung air dan tidak berkayu memiliki tinggi < 2 meter, termasuk ke dalamjenis rumput-rumputan, sayuran, juga tumbuhan berbunga. Tujuan penelitian iniyaitu untuk mengetahui tumbuhan herba yang berpotensi sebagai obat danmengetahui Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan herba yang berpotensi sebagaiobat di Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TahuraWAR). Metode yang digunakan adalah dengan melakukan metode garis transekdi sepuluh titik pengamatan dengan jarak 1 km per titik, kemudian dibuat plotpada setiap titik dengan ukuran plot 1x1 m² dengan jarak antar plot 100 meterdilakukan pengamatan secara langsung, kemudian herba tersebut diambilgambarnya sebagai bahan dokumentasi. Selanjutnya dilakukan pengambilanspesies untuk identifikasi dengan mengacu pada beberapa literatur. Analisis datayaitu dengan perhitungan kerapatan dan Frekuensi yang selanjutnya menentukanIndeks Nilai Penting (INP). Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat 39jenis tumbuhan herba yang berpotensi sebagai obat dari 22 suku, dengan Jenistumbuhan herba yang mempunyai INP tertinggi adalah Rumput bambu(Lophatherum gracele) sebesar 32,54% dan Rumput israel (Asystasia gangeticaL.) sebesar 17,44%, Sedangkan INP terkecil adalah Ganyong (Canna discolor)sebesar 0.63%, Ranti (Solanum nigrum) sebesar 0,41% dan Ciplukan (Physalisangulata L.) sebesar 0,41% dan kedua jenis herba dengan INP tertinggi tersebutcenderung mendominasi dan menjadi karakter komunitas tumbuhan herba padaBlok Pemanfaatan Tahura WAR Kota Bandar Lampung.
Kata kunci : Indeks Nilai Penting (INP), Tahura WAR, Tumbuhan herba.
EKSPLORASI TUMBUHAN HERBA YANG BERKHASIAT SEBAGAIOBAT DI BLOK PEMANFAATAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL
RACHMAN (TAHURA WAR) KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
SITI KHOLIMAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA SAINS
Pada
Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Baradatu pada tanggal 03
Februari 1996. Penulis adalah anak keempat dari
empat bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak
Rujuk dan Ibu Sri Wahyuni. Penulis mengawali
pendidikan pertama di Taman Kanak-Kanak (TK)
Islam Setianegara pada tahun 2001-2002. Penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) 1
Setianegara pada tahun 2002-2008. Pada tahun 2008-2011 penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Baradatu dan
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Baradatu pada tahun 2011-2014.
Kemudian Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Biologi
Umum. Selain itu, penulis juga aktif di beberapa organisasi kampus yaitu
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U), Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas (BEM FMIPA) dan Himpunan Mahasiswa Biologi
(HIMBIO). Penulis menjadi anggota Korps Muda BEM (KMB X) pada periode
vii
2014/2015. Kemudian pada periode 2015/2016 penulis pernah menjadi anggota
Bidang Perkembangan Sains dan Lingkungan Hidup (PSLH) BEM FMIPA.
Selain itu, penulis pernah menjadi anggota bidang Dana dan Usaha (DANUS)
HIMBIO pada periode 2015/2016 dan periode 2016/2017.
Penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Taman Marga Satwa Ragunan
Jakarta Selatan dengan judul “Perilaku Harian dan Pola Makan Macan
Tutul Sri lanka (Panthera pardus kotiya) di Taman Marga Satwa Ragunan
Jakarta Selatan” pada Februari 2017 dan pada Juli 2017 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bakauheni , Kecamatan
Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan.
MOTTO
“Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatandiri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang
yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Ilmu pengetahuan adalahkeindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat.” (HR. Ar-Rabii’)
“KESULITAN ITU ADA DARI RASAKETAKUTANMU”
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untukurusan yang lain). Dan hanya kepada Allah lah kamu berharap”
(Qs. Al-insyirah : 5-8)
“Kebaikan adalah bagian terbaik dalamhidupmu, kegagalan adalah proses
terbaik dalam hidupmu untuk meraihtujuanmu”
“Never you say give up, do what you can do. Everything must haveits course. Opportunity only comes once. You must be able to achieve
what you want. Life is a process that must be passed, and how we aregoing to pass in this process that will be called a success.”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikannikmat kesehatan dan kesempatan serta kesabaran untuk
menyelesaikan skripsi ini. Karya ini kupersembahkankepada:
Kedua Orangtuaku tercinta Bapak Rujuk dan Ibu SriWahyuni, yang selalu mencintai, menyayangi dengan
tulus, memberi dukungan, dan selalu mendo’akan disetiaplangkahku.
Kakak-kakakku tercinta, yang selalu memberikansemangat, do’a dan motivasi untukku.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila yangsenantiasa sabar dan tak pernah lelah dalam membimbing
dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
Sahabat-sahabatku, yang selalu memberikan canda tawa,tempat berbagi saat susah dan bahagia, selalu
memberikan semangat dan saran, yang selamanya akanmenjadi bagian dari cerita perjalanan studiku.
Serta Almamaterku tercinta.
x
SANWACANA
Alhamdulillahirobbilalamiin,
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya Skripsi yang berjudul “Eksplorasi Tumbuhan Herba Yang
Berkhasiat Sebagai Obat di Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman (Tahura WAR) Kota Bandar Lampung” dapat diselesaikan
oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali bantuan yang penulis dapatkan selama
melaksanakan penelitian hingga terselesainya skripsi ini. Dengan terselesainya
skripsi, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Bapak (Rujuk) dan Ibu (Sri Wahyuni) tercinta atas kasih sayang, segala doa
yang tulus, kesabaran, keikhlasan, tanggung jawab, motivasi dan
dukungannya yang tak pernah surut dalam mendidik Ananda.
2. Untuk kakak-kakakku tersayang, Nurul Ernawati, Dwi Kusharini, dan
Purwanto atas doa dan dukungan, semangat serta kasih sayangnya selama ini.
3. Ibu Drs. Yuliyanty, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang senantiasa
membimbing, memberikan ilmu, motivasi, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
xi
4. Bapak Dr. Bambang Irawan, M. Sc., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
senantiasa membimbing, memberikan ilmu, motivasi, saran dan kritik dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Suratman Umar, M. Sc., selaku Dosen Penguji yang senantiasa
membimbing, memberikan ilmu, motivasi, kritik dan saran dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Drs. Tugiyono, M.Si., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang senantiasa membimbing proses penyelesaian skripsi ini
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
8. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
9. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
10. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Biologi atas semua bimbingan
pengajaran, pelayanan dan bantuan yang telah diberikan.
11. Teman-teman tim skripsiku Lasmi Putri Kinasih, Widia Paramita, Zarkoni
atas kerjasama, dukungan dan semangat serta mohon maaf untuk segala
kesalahan dan kekhilafan selama penelitian.
12. Temanku tersayang di kampus, Okta maida Listiawati, Widia Paramita, Deni
Wahyu Safitri, Tara Sesafia Paletri, Irma Aryani, Indria Ratna Anggraeini,
Nandia Putri Aulia terimakasih untuk persahabatan, doa dan dukungan serta
kebersamaan yang sangat berarti selama ini.
xii
11. Temanku tersayang di kampung halaman Tri Lestari, Ade, Tri Nur., Anita,
Lienda, Iin, Tri Ismiati terima kasih untuk doa dan dukungannya.
12. Keluarga keduaku di “WISMA ANDINI” Novita Putri W. S., Amelia Y. S.,
Triska A. K., Laras N, Della A., Mas Danang, Ade, Dimas, Umam, juga adik-
adik dan Alummi WA yang tidak dapat disebutkan satu persatu serta Ibu dan
bapak kossan WA terimakasih untuk kekeluargaan, persahabatan, keceriaan,
doa dan dukungannya yang sangat berkesan dan tidak akan saya lupakan.
13. Teman-teman seperjuangan KP di Taman Marga Satwa Ragunan Jakarta
Selatan, Novita dan Gita terima kasih telah memberikan semangat.
14. Teman-teman seperjuangan Biologi Angkatan 2014, terima kasih atas
semangat serta kekeluargaannya yang telah terjalin selama ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu, mempermudah serta mendoakan penulis dalam penelitian hingga
penyelesaian skripsi ini.
16. Serta almamater Universitas Lampung yang tercinta.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi besar harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Bandar Lampung, Juli 2018
Penulis,
Siti Kholimah
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ..................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL DALAM ................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi
MOTTO ..................................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... ix
SANWANCANA ....................................................................................... x
DAFTAR ISI.............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvii
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1B. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3C. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3D. Kerangka Pikir ............................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
A. Definisi Tumbuhan Obat................................................................ 6B. Pemanfaatan Tumbuhan Herba................................................................ 10
xiv
C. Karakteristik Tumbuhan yang Berkhasiat Obat............................. 12D. Kandungan Bioaktif Tumbuhan Obat ............................................ 13E. Pengertian Herba............................................................................ 13F. Ciri Tumbuhan Herba yang Berkhasiat ......................................... 14G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 15
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 20
A. Waktu dan Tempat ......................................................................... 20B. Alat dan Bahan............................................................................... 20C. Prosedur Penelitian ........................................................................ 21
1. Studi Pendahuluan.................................................................... 212. Pengamatan .............................................................................. 21
D. Analisis Data ................................................................................... 23E. Pembuatan Herbarium ..................................................................... 24F. Diagram Alir .................................................................................... 26
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 27
A. Tumbuhan Herba yang Berpotensi Sebagai Obat .......................... 27B. Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan dan
Khasiatnya sebagai Obat ................................................................ 29C. Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan Herba di Blok
Pemanfaatan Sumber Agung Resort Bandar LampungTAHURA WAR............................................................................. 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 38
LAMPIRAN............................................................................................... 43
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Bagian Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obatdi Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman(TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung ................................... 30
Tabel 2. Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan Herba yang adadi Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman(TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung ................................... 33
Tabel 3. Jenis tumbuhan herba yang berkhasiat obat di BlokPemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman(TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung ................................... 44
Tabel 4. Klasifikasi Tumbuhan Herba yang terdapat di BlokPemanfaatan Sumber Agung Resort Bandar LampungTAHURA WAR............................................................................ 68
Tabel 5. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 1Dengan titik koordinat 5,42071 LS dan 105° 18318 BTelevasi 416,5 mdpl ........................................................................ 71
Tabel 6. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 2Dengan titik koordinat 5,42067 LS dan 105° 18319 BTelevasi 425,3 mdpl ........................................................................ 73
Tabel 7. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 3Dengan titik koordinat 5,42068 LS dan 105° 18329 BTelevasi 423,7 mdpl ........................................................................ 75
Tabel 8. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 4Dengan titik koordinat 5,42072 LS dan 105° 18315 BTelevasi 414,1 mdpl ........................................................................ 77
xvi
Tabel 9. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 5Dengan titik koordinat 5,42075 LS dan 105° 18306 BTelevasi 430,0 mdpl...................................................................... 79
Tabel 10. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 6Dengan titik koordinat 5,42064 LS dan 105° 18316 BTelevasi 418,3 mdpl...................................................................... 81
Tabel 11. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 7Dengan titik koordinat 5,42076 LS dan 105° 18314 BTelevasi 419,7 mdpl...................................................................... 83
Tabel 12. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 8Dengan titik koordinat 5,42065 LS dan 105° 18319 BTelevasi 424,5 mdpl...................................................................... 86
Tabel 13. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 9Dengan titik koordinat 5,42079 LS dan 105° 18308 BTelevasi 436,5 mdpl...................................................................... 88
Tabel 14. Data Untuk Masing-Masing Plot Pada Titik 10Dengan titik koordinat 5,42077 LS dan 105° 18314 BTelevasi 426,7 mdpl...................................................................... 90
Tabel 15. Data Ph tanah dan Suhu pada Masing-Masing Titik pengamatanDi Blok Pengamatan Tahura WAR ............................................ 92
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Peta Kawasan Taman hutan Raya Wan Abdul Rachman ......... 18
Gambar 2. Diagram Alir Eksplorasi Tumbuhan Herba yangBerpotensi sebagai Obat di Blok PemanfaatanTaman Hutan Raya Wan Abdul Rachman(TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung............................... 26
Gambar 3. Suku Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat di BlokPemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman(TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung............................... 28
Gambar 4. Pembuatan plot di Lapangan ..................................................... 94
Gambar 5. Pengukuran ph tanah ................................................................. 94
Gambar 6. Pembuatan Herbarium............................................................... 94
Gambar 7. Pengukuran suhu ....................................................................... 94
Gambar 8. Herbarium ceplukan .................................................................. 94
Gambar 12. Herbarium kirinyuh ................................................................. 93
Gambar 10. Herbarium meniran ................................................................. 94
Gambar 11. Herbarium sawi langit ............................................................. 94
Gambar 13. Herbarium patikan kebo .......................................................... 94
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang
sangat tinggi, Indonesia mempunyai banyak tumbuhan berkhasiat yang telah
dimanfaatkan oleh masyarakat secara empiris sebagai obat tradisional
(Sutardjo, 1999). Selain itu Indonesia tidak hanya kaya akan
keanekaragaman hayati dan ekosistem, tetapi juga memiliki keanekaragaman
suku/etnis dengan pengetahuan tradisional dan budaya yang berbeda dan unik
yang tersebar dari Sabang sampai Merauke (Fakhroni, 2009).
Keanekaragaman jenis tumbuhan juga diikuti dengan keanekaragaman
manfaatnya bagi manusia, diantaranya yaitu sebagai bahan makanan, bumbu
masakan dan bahan bangunan. Selain itu, sebagian besar manusia telah
memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat. Tanaman-tanaman tersebut
diterapkan sebagai bahan baku industri obat modern dan juga sebagai obat-
obatan tradisional. Tumbuhan berkhasiat obat adalah jenis tumbuhan yang
bagian-bagian tertentu baik akar, batang, kulit, maupun daunnya dipercaya
dapat menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit (Noorhidayah & Sidiyasa,
2006).
2
Menurut Kashiko (2004), tumbuhan herba didefinisikan sebagai jenis
tumbuhan yang mempunyai perawakan pendek, kecil, dan mempunyai batang
basah karena banyak mengandung air dan tidak mempunyai kayu. Abdiyanti
(2008), menyatakan bahwa bagian tumbuhan herba yang digunakan untuk
obat-obatan adalah akar, umbi, batang, daun, bunga, dan buah, yang dapat
langsung digunakan sebagai obat dan ada pula yang harus melalui proses
pengolahan. Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin
banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang
berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan kecilnya resiko adanya efek
samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan
kimia. Namun, yang menjadi permasalahan bagi peminat obat tradisional
adalah kurangnya pengetahuan dan informasi memadai mengenai berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan sebagai ramuan obat-obatan
tradisional dan bagaimana pemanfaatannya (Arief, 2001).
Lampung merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Menurut data
Dinas Kehutanan Provinsi Lampung (2006), diketahui bahwa vegetasi yang
terdapat di kawasan hutan di Provinsi Lampung cukup banyak jenisnya, baik
di kawasan taman nasional, wisata, hutan lindung maupun hutan produksi.
Setidaknya terdapat ratusan jenis tumbuhan, mulai dari pohon, herba, liana,
vegetasi bawah, dan lain-lain. Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman (TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung merupakan
kawasan wisata yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi yang
memiliki luas sekitar 549,76 ha. Keanekaragaman tumbuhan yang tinggi di
3
Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA
WAR) Kota Bandar Lampung tentu saja dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat, salah satunya masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan yang
berada di Kawasan tersebut sebagai obat dalam penyembuhan berbagai
penyakit. Melalui kajian potensi tumbuhan herba yang ada di Blok
Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR)
Kota Bandar Lampung ini, diharapkan dapat memberikan informasi
pengetahuan tentang nama jenis tumbuhan, serta khasiat tumbuhan herba
yang ada di dalam kawasan tersebut.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tumbuhan herba yang berpotensi sebagai obat di Blok
Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR)
Kota Bandar Lampung.
2. Mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan herba yang berpotensi
obat di Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman
(TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah untuk memberikan informasi tentang jenis-
jenis tumbuhan herba yang berpotensi sebagai obat di Blok Pemanfaatan
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR) Kota Bandar
Lampung.
4
D. Kerangka Pikir
Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman tumbuhan
yang tinggi dan menyimpan berbagai tumbuhan yang berkhasiat obat. Bagi
masyarakat, menggunakan tanaman obat sebagai alternatif penyembuhan
penyakit dianggap lebih aman bagi tubuh karena tidak menimbulkan efek
samping dan juga tidak menimbulkan efek ketergantungan. Taman Hutan
Raya Wan Abdul Rachman merupakan salah satu Taman Hutan Raya di
Indonesia yang memiliki luas 22.249,31 ha dan ditetapkan berdasarkan
Besluit Residen Lampung No. 307 tanggal 31 Maret 1941, dahulunya
merupakan kawasan Gunung Betung yang masih berstatus sebagai hutan
lindung dengan nama hutan lindung Register 19 Gunung Betung, yang
kemudian adanya usulan perubahan fungsi kawasan menjadi Taman Hutan
Raya (TAHURA). TAHURA WAR di bagi menjadi 4 blok yang terdiri dari
blok perlindungan, blok koleksi tumbuhan, blok pemanfaatan, dan blok
lainnya (pendidikan dan penelitian).
Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA
WAR) Kota Bandar Lampung dengan luas sekitar 549,76 ha merupakan blok
yang digunakan untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan wisata alam.
Keanekaragaman tumbuhan yang tinggi pada Blok Pemanfaatan Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung
tentu saja dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, salah satunya
masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan yang berada di Kawasan tersebut
sebagai obat dalam penyembuhan berbagai penyakit. Sebelum melakukan
5
pemanfaatan, masyarakat terlebih dahulu membutuhkan informasi antara
lain nama jenis tumbuhan, dan khasiat dari tumbuhan tersebut. Melalui
kajian potensi tumbuhan herba yang ada di Blok Pemanfaatan Taman Hutan
Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung,
masyarakat diharapkan mendapat informasi pengetahuan tentang nama jenis
tumbuhan, serta khasiat tumbuhan herba yang ada di Kawasan tersebut.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat,
berkisar dari yang terlihat oleh mata hingga yang nampak di bawah mikroskop
(Hamid dkk., 1991). Menurut Zuhud (2004), tumbuhan obat adalah seluruh
jenis tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat
yang dikelompokkan menjadi :
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan obat yang diketahui atau
dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan
sebagai bahan baku obat tradisional.
2. Tumbuhan obat modern, yaitu jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat
dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial, yaitu jenis tumbuhan obat yang diduga
mengandung senyawa atau bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum
dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit
ditelusuri.
7
Menurut Kartikawati (2004), tumbuhan obat Indonesia yaitu:
1. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau
jamu.
2. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat
(precursor).
3. Bagian tumbuhan yang diekstraksi digunakan sebagai obat.
Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan
dengan adanya isu back to nature dan krisis berkepanjangan yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern
yang relatif lebih mahal harganya. Obat bahan alam juga dianggap hampir
tidak memiliki efek samping yang membahayakan. Pendapat itu belum tentu
benar karena untuk mengetahui manfaat dan efek samping obat tersebut
secara pasti perlu dilakukan penelitian dan uji praklinis dan uji klinis. Obat
bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jamu
yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat
herbal yang merupakan obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji
praklinis, sedangkan fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah
melewati uji praklinis dan klinis (BPOM , 2004). Penyebaran informasi
mengenai hasil penelitian dan uji yang telah dilakukan terhadap obat bahan
alam menjadi perhatian bagi semua pihak karena menyangkut faktor
keamanan penggunaan obat tersebut. Beberapa hal yang perlu diketahui
sebelum menggunakan obat bahan alam adalah keunggulan obat tradisional
dan kelemahan tumbuhan obat (Suharmiati dan Handayani, 2006).
8
Keunggulan obat bahan alam antara lain (Suharmiati dan Handayani, 2006):
1. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara
benar dan tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan,
ketepatan pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau
ramuan tumbuhan obat untuk indikasi tertentu.
2. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat/
komponen bioaktif tumbuhan obat. Dalam suatu ramuan obat tradisional
umumnya terdiri dari beberapa jenis tumbuhan obat yang memiliki efek
saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan.
Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar
tidak menimbulkan efek kontradiksi, bahkan harus dipilih jenis ramuan
yang saling menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki.
3. Satu tumbuhan bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat
aktif pada tumbuhan obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder,
sedangkan satu tumbuhan bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder,
sehingga memungkinkan tumbuhan tersebut memiliki lebih dari satu efek
farmakologi.
4. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif. Perubahaan pola konsumsi mengakibatkan gangguan
metabolisme tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Penyakit Diabetes
(kencing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal,
dan hepatitis yang merupakan penyakit metabolik. Penyakit degeneratif
antara lain rematik (radang persendian), asma (sesak nafas), ulser (tukak
lambung), haemorrhoid (ambein/wasir), dan pikun (lost of memory).
9
Menurut Zein (2005), kelemahan tumbuhan obat sebagai berikut:
1. Sulitnya mengenali jenis tumbuhan dan bedanya nama tumbuhan
berdasarkan daerah tempatnya tumbuh.
2. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat terutama di kalangan
dokter.
3. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka kurang
menarik dibandingkan obat-obatan paten.
4. Kurangnya penelitian komprehensif dan terintergrasi dari tumbuhan obat.
5. Belum ada upaya pengenalan dini terhadap tumbuhan obat.
Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang 82% dari total jenis
tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada
ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut. Saat ini ekosistem
hutan dataran rendah adalah kawasan hutan yang paling banyak rusak dan
punah karena berbagai kegiatan eksploitasi kayu oleh manusia (Zuhud, 2009).
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan. Sediaan obat
tradisional yang digunakan masyarakat saat ini disebut sebagai herbal
medicine atau fitofarmaka yang diteliti dan dikembangkan lebih lanjut.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.761 tahun 1991 menyatakan bahwa
fitofarmaka adalah sediaan obat yang dibuktikan keamanan dan khasiatnya,
10
bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi
persyaratan yang berlaku.
B. Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Sejarah pengobatan tradisional yang telah dikenal sejak lama sebagai warisan
budaya tetap diteruskan sehingga kini menjadi potensi dan modal dasar
untuk mengembangkan obat-obat tradisional yang berasal dari tumbuhan.
Menurut WHO, diperkirakan sekitar 4 milyar penduduk dunia (± 80%)
menggunakan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan. WHO mencatat
terdapat 119 jenis bahan aktif obat modern berasal dari tumbuhan obat
(Suganda, 2002).
Tahun 2008 terdapat 1166 industri yang terdiri dari 1037 IKOT
(Industri Kecil Obat Tradisional) dan 129 IOT (Industri Obat Tradisional).
Dengan meningkatnya jumlah industri dan produksi obat tradisional secara
langsung meningkatkan penggunaan bahan baku tumbuhan obat (Balitro,
2010).
Bagian-bagian yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia
terdiri dari (Kurdi, 2011) :
a. Kulit (cortex)
Kortek adalah kulit bagian terluar dari tumbuhan tingkat tinggi yang
berkayu.
b. Kayu (lignum)
11
Simplisia kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.
c. Daun (folium)
Folium merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan sebagai
bahan baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri.
d. Bunga (flos)
Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk, bagian
bunga majemuk serta komponen penyusun bunga.
e. Akar (radix)
Akar tumbuhan yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal
dari jenis tumbuhan yang umumnya berbatang lunak dan memiliki
kandungan air yang tinggi.
f. Umbi (bulbus)
Bulbus atau bulbi adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis, umbi
akar, atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung
dari jenis tumbuhannya.
g. Rimpang (rhizom)
Rhizom atau rimpang adalah produk tumbuhan obat berupa potongan-
potongan atau irisan rimpang.
h. Buah (fructus)
Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak
akan menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat
berbeda, khususnya bila buah masih dalam keadaan segar.
i. Kulit buah (perikarpium)
Sama halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada yang
12
lunak, keras bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi.
j. Biji (semen)
Semen (biji-bijian) diambil dari buah yang telah masak sehingga umumnya
sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam
tergantung dari jenis tumbuhan.
Potensi khasiat obat dari tumbuhan tingkat tinggi yang ada di hutan dan kebun
sangatlah besar. Industri obat tradisional dan fitofarmaka telah memanfaatkan
berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan baku obat, antara lain untuk antikuman,
demam, pelancar air seni, antidiare, antimalaria, antitekanan darah tinggi dan
sariawan. Indonesia memiliki sekitar 370 etnis yang hidup di dalam atau di
sekitar kawasan hutan. Mereka umumnya memiliki pengetahuan tradisional
dalam penggunaan tumbuhan berkhasiat obat untuk mengobati penyakit
tertentu. Pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat ini merupakan dasar
pengembangan obat fitofarmaka atau obat modern (Supriadi, 2001).
C. Karakteristik Tumbuhan yang Berkhasiat Obat
Tumbuhan yang berkhasiat obat sebagian besar memiliki aroma khas
dikarenakan adanya kandungan minyak atsiri, sedangkan adanya kandungan
alkaloid yang tinggi dan kandungan senyawa tanin menjadikan tumbuhan yang
mengandung senyawa ini memiliki rasa yang sepat dan pahit. Selain itu, pada
akar tumbuhan mengandung banyak air dan serat (Utami dan Almaliyah,
2010).
13
D. Kandungan Bioaktif Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat merupakan sumber senyawa bioaktif yang berkhasiat
mengobati berbagai jenis penyakit. Hingga saat ini, sumber alam nabati
masih tetap merupakan sumber bahan kimia baru yang tidak terbatas, baik
senyawa isolat murni yang dipakai langsung (misalnya alkaloid, papaverin)
maupun melalui derivatisasi menjadi senyawa bioaktif turunan yang lebih
baik, dalam arti lebih potensial dan lebih aman, misalnya molekul artemisinin
dari Tanaman Artemisia annua L., menjadi artemisinin eter yang lebih
efektif terhadap penyakit malaria dan kurang toksik (Sinambela, 2002).
Penelitian kimiawi tumbuhan tropika Indonesia telah banyak dilaporkan oleh
sejumlah peneliti baik dari dalam ataupun dari mancanegara, yang
memperlihatkan keanekaragaman molekul dari berbagai macam senyawa
dengan keanekaragam manfaat, baik sebagai bahan dasar obat, kosmetika, zat
warna, insektisida, dan suplemen. Tumbuhan dari suku Moraceae merupakan
sumber utama senyawa flavonoida, aril-benzofuran, stilben tersubsitusi gugus
isoprenil dan oksigenasi (Krismawati, 2004). Suku Clusiaceae dikenal
sebagai sumber senyawa santon, kumarin, benzofenon dan biflavonoid yang
tersubstitusi gugus isoprenil oksigenasi (Krismawati, 2004).
E. Pengertian Herba
Ciri tumbuhan herba adalah tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak
membentuk kayu, memiliki tinggi ≤ 2 meter, termasuk ke dalam tumbuhan
14
jenis rumput-rumputan, sayuran seperti bayam dan katuk juga tumbuhan
berbunga dengan warna merah atau putih. Tumbuhan herba telah banyak
dimanfaatkan sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit (Wiwinda,
2011).
Ada beberapa cara untuk melakukan identifikasi tumbuhan herba. Pertama
dan yang paling penting adalah adanya spesimen yang segar. Untuk
identifikasi bagian penting adalah bunga dan biji, termasuk ukuran dan
warnanya. Selain itu perlu diketahui pula bagian tumbuhan herba yang dapat
dimanfaatkan. Ciri vegetatif yang perlu diperhatikan dalam identifikasi dapat
dilihat dari bagian tumbuhan herba berupa daun, pucuk daun, dan akar.
Selain itu dapat juga dilihat dari macam - macam getah, bentuk daun, dan
susunannya (Aspan dkk, 2008).
F. Ciri Tumbuhan Herba yang Berkhasiat Obat
Suku - suku tumbuhan yang termasuk tumbuhan herba dan merupakan
tumbuhan monokotil adalah Araceae, Liliaceae, Poaceae, Cyperaceae, dan
Juncaceae. Sedangkan suku yang termasuk tumbuhan herba dan merupakan
tumbuhan dikotil adalah Apiaceae, Euphorbiaceae, Papapveraceae,
Apocynaceae, Asteraceae, Amanthaceae, Aristolochiaceae, Boraginaceae,
Brassicaceae, Campanulaceae, Caryophylaceae, Chenopodiaceae,
Convolvulaceae, Crassulaceae, Cucurbitaceae, Dipsacaceae, Fabaceae,
Fumariaceae, Geraniceaec, Hydrophyllaceae, Hyperaceae, Lasmiaceae,
Lobeliaceae, Malvaceae, Onagraceae, Oxalidaceae, Plantaginaceae,
15
Polygonaceae, Ranunculaceae, Rosaceae, Rubiaceae, Saxifragaceae,
Scrophularaceae, Solanaceae, Urticaceae, Verbenaceae, dan Violaceae
(Aspan dkk, 2008).
Identifikasi tumbuhan herba serta khasiat yang dimiliki, dilakukan dengan
pustaka (kunci identifikasi) atau studi literatur (Makalalag, 2014). Beberapa
tumbuhan herba yang memiliki zat pahit seperti brotowali (Tinospora crispa)
dan juga tumbuhan herba berbau aromatik seperti sirih (Piper betle) merupakan
tumbuhan herba yang berkhasiat obat (Kurdi, 2011). Contoh tumbuhan herba
yang familiar dan ternyata memiliki khasiat sebagai obat adalah kumis kucing
(Orthosipon aristatus), ciplukan (Physalis angulata), pegagan (Centella
asiatica), dan babadotan (Ageratum conyzoides). Masing -masing herba
memiliki kandungan zat yang memiliki potensi sebagai obat antara lain sebagai
anti bakteri, anti inflamasi, analgesik, anti hiperglikemi, anti virus, dan mampu
menetralkan racun (Aspan dkk, 2008).
G. Gambaran Lokasi Penelitian
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan salah satu Taman Hutan
Raya di Indonesia yang memiliki luas 22.249,31 ha dan ditetapkan
berdasarkan Besluit Residen Lampung No. 307 tanggal 31 Maret 1941,
kawasan Gunung Betung masih berstatus sebagai hutan lindung dengan nama
hutan lindung Register 19 Gunung Betung. Sejak tahun 1987, melalui surat
Gubernur Lampung (Yasir Hadibroto) kepada Menteri Kehutanan diusulkan
perubahan fungsi Kawasan menjadi Taman Hutan Raya (Tahura).
16
Pertimbangan usulan yang diajukan adalah untuk kepentingan tersedianya
pasokan air bersih bagi warga kota Bandar Lampung. Penetapan kawasan ini
menjadi Taman Hutan Raya (TAHURA) Wan Abdul Rahman berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 408/Kpts-II/1993 (UPTD TAHURA
WAR, 2006).
Sebelum tahun 1941 kawasan Gunung Betung telah menjadi daerah tujuan
penduduk transmigrasi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti:
Jawa, Sunda-Banten dan Semendo (Sumatera Selatan) yang kemudian mulai
membuka lahan untuk dimanfaatkan bersama dengan penduduk pribumi
Lampung berdasarkan izin yang dikeluarkan kepala Kehutanan Lampung pada
tahun 1959. Selanjutnya Kepala Kanwil Kehutanan Lampung pada tahun 1964
mengeluarkan instruksi No.7 tentang keharusan masyarakat mengajukan ijin
pembukaan (tebang bebas) kawasan hutan. Akan tetapi pada tahun 1975
Menteri Kehutanan mengeluarkan SK Nomor. 1691/1/3/75 tahun 1975 tentang
pencabutan ijin pembukaan lahan di hutan negara termasuk Register 19
Gunung Betung (UPTD Tahura WAR, 2009).
Secara administrasi pemerintahan wilayah Tahura ini terletak di tujuh
kecamatan yaitu: Gedong Tataan, Kedondong, Padang Cermin, Way Lima,
Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara dan Kemiling. Luas Tahura ini
22.249,13 ha. Letak kawasan hutan ini seperti pada Gambar 1 (UPTD Tahura
WAR, 2006). Secara geografis batas-batas Tahura WAR berada pada posisi ,
0,5°. 18’ sampai 05°. 29’ LS dan antara 105°. 02’ sampai 105°. 14’ BT. Pada
17
penelitian ini kecamatan yang digunakan untuk penelitian yaitu pada Tahura di
kecamatan kemiling. Iklim pada kawasan ini adalah iklim tipe B dengan curah
hujan kurang lebih 1.106 mm/tahun. Berdasarkan data pengamatan 3 stasiun di
sekitar Tahura WAR (1987 - 1996), jumlah curah hujan tertinggi 356
mm/bulan dan dan terendah 54 mm/bulan serta rata-rata adalah sebesar 201
mm/bulan (Tim SHK Lestari, 2008).
Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman terdiri dari blok-blok pengelolaan
kawasan bagian blok tersebut ditujukan dalam rangka mempermudah
pengelolaan kawasan. Menurut UPTD Tahura Wan Abdul Rachman (2009),
pembagian blok-blok antara lain :
1. Blok Perlindungan
Blok perlindungan merupakan bagian dari kawasan Tahura sebagai tempat
perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem serta penyangga
kehidupan.
2. Blok Pemanfaatan
Blok pemanfaatan dalam kawasan Tahura dipergunakan kegiatan
pendidikan, penelitian dan wisata alam.
3. Blok Koleksi Tumbuhan
Sesuai dengan fungsi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman pada blok
ini diarahkan untuk koleksi tanaman asli dan tidak asli serta langka dan
tidak langka.
18
4. Blok lainnya (Pendidikan dan Penelitian)
Blok ini dipergunakan untuk aktivitas pendidikan dan penelitian serta
pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tetap memperhatikan
aspek-aspek konservasi.
Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA
WAR) Kota Bandar Lampung memiliki luas sekitar 549,76 ha merupakan blok
yang digunakan untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan wisata alam, yang
mempunyai kenanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Blok Pemanfaatan
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR) Kota Bandar
Lampung ini berada di ketinggian 384 mdpl, terdapat lahan yang dimanfaatkan
untuk perkebunan karet juga kopi cokelat.
Gambar 1. Peta Kawasan Taman hutan Raya Wan Abdul Rachman
Blok PemanfaatanTAHURA WAR
Kota BandarLampung
U
19
Topografi di TAHURA WAR bervariasi mulai landai sampai bergunung.
Daerah lembah terdapat di antara Gunung Betung dan Gunung Tangkil Ulu. Di
Padang Ratu keadaan topografinya relatif datar sampai berombak. Daerah
Padang Cermin umumnya berbukit sampai bergunung (Tim SHK Lestari,
2008). Secara geologi Tahura sebagian besar terbentuk dari bahan basalt
andesit dan lapisan tufa intermedier dengan bahan basalt dan sebagian kecil
merupakan batu endapan kwarter dan sedimen tufa asam (Tim SHK Lestari,
2008).
Jenis flora di kawasan ini antara lain adalah gondang (Ficus variegata),
medang (Litsea firmahoa), bayur (Pterospermum sp.), pulai (Alstonia
scholaris), durian (Durio sp.), merawan (Hopea mangarawan), makaranga
(Macaranga sp.), balik angin (Homolanthus sp.), dan berbagai jenis rotan
(Calamus sp.). Hutan di kawasan ini terdiri dari hutan primer, hutan sekunder
dan hutan hasil reboisasi dengan tanaman sonokeling (Dalbergia latifolia)
(1978/1979) dan kaliandra (Caliandra sp.) (Tim SHK Lestari, 2008).
Sedangkan untuk mamalia antara lain adalah harimau sumatera (Panthera
tigris sumatrae), beruang madu (Helarctos malayanus), tapir (Tapirus
indicus), rusa sambar (Cervus unicolor), siamang (Hylobates syndactylus),
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina).
Jenis-jenis burung yang ada seperti elang brontok (Spizaetus cirrhatus),
kepodang (Oriolus chinensis), kutilang (Picnononuts aurigaster), murai
(Copsychus malabaricus) dan tekukur (Streptopillia chinensis) (Tim SHK
Lestari, 2008).
20
III. METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai dengan Maret
2018 di Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman
(TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung. Identifikasi tumbuhan herba
dilakukan di Laboratorium Botani jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, pisau,
koran bekas atau karton, kertas buram, soil tester, kardus, rak herbarium,
oven, tabel perekam data, isolasi, benang, plastik bening, tali rafia,
gunting, patok, peta dasar Tahura, termometer, botol semprot dan buku
identifikasi yaitu buku Flora of Malaya (Holtum, 1967), Taksonomi
Tumbuhan Obat (Tjitrosoepomo, 2003), Flora (Steenis, 2005), dan
klasifikasi menggunakan buku Biology and Evolution of Ferns and
Lycophytes (Ranker dan Haufler, 2008).
21
2. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain tumbuhan herba yang ditemukan pada
daerah pengamatan, alkohol 70 % dan spiritus.
C. Prosedur Penelitian
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan telah dilakukan pada bulan Oktober 2017. Kegiatan
ini bertujuan untuk menentukan lokasi yang akan diamati
keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan herba di Blok
Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA
WAR) Kota Bandar Lampung.
2. Pengamatan
a. Di lapangan
Penentuan titik lokasi ditentukan berdasarkan keberadaan tumbuhan
herba yang dianggap mewakili tempat tersebut. Metode yang
digunakan agar sampel dapat terambil secara merata adalah dengan
cara menarik jalur transek dari titik pertama ke titik kedua sejauh 1
km di Blok Pemanfaatan Tahura WAR dengan jumlah titik
pengamatan sebanyak 10 titik sehingga total panjang garis transek
dari titik satu ke titik sepuluh yaitu sejauh 10 km. Kemudian pada
masing-masing titik pengamatan dibuat plot berukuran 1x1 m²
berjumlah 10 plot pada setiap titik pengamatan dengan jarak masing-
masing antar plot sejauh 100 m. Transek sebagai jalur sempit
22
melintang lahan yang dipelajari untuk mengetahui hubungan
perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan, atau untuk mengetahui
jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat (Heddy, 1986).
b. Tahap Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara langsung yaitu dengan cara
menghitung jumlah individu spesies tumbuhan herba yang ada dalam
plot kemudian dimasukkan dalam tabel data. Untuk keterangan lebih
lanjut dapat dilihat pada Lampiran.
Pengambilan data penelitian ini meliputi
1. Data primer : Data yang diperoleh dari perhitungan jumlah spesies
dan jumlah individu tumbuhan herba yang didapat dari setiap plot
dengan menggunakan metode transek.
2. Data sekunder : Sumber data yang tidak langsung, data sekunder
yang diambil meliputi keadaan umum lokasi penelitian.
c. Di laboratorium
Pengamatan tumbuhan herba dilakukan dengan mengidentifikasi dan
membuat herbarium di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
23
D. Analisis Data
Perhitungan data di lakukan dengan menentukan Kerapatan Mutlak,
Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak, dan Frekuensi Relatif yang selanjutnya
menentukan Indeks Nilai Penting ( INP ). Menurut Smith dan Smith (2001),
INP dihitung dengan formulasi sebagai berikut :
1. Kerapatan Mutlak (KM)
KM(i) = n(i) / A
Dimana:
KM(i) = kerapatan mutlak
n(i) = jumlah individu (i)
A = total luas plot
2. Kerapatan Relatif (KR)
KR(i) = (KM(i) / ∑ KM) x 100%
Dimana:
KR(i) = kerapatan relatif individu (i)
KM(i) = nilai KM individu (i)
∑ KM = jumlah KM total
3. Frekuensi Mutlak (FM)
FM(i) = J(i) / K
Dimana:
FM(i) = frekuensi mutlak individu (i)
J(i) = jumlah plot yang terisi
24
K = total plot
4. Frekuensi Relatif (FR)
FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%
Dimana:
FR(i) = frekuensi relatif individu (i)
FM(i) = frekuensi mutlak individu (i)
∑ FM = total FM
5. Indeks Nilai Penting (INP)
INP(i) = KR(i) + FR(i)
Dimana:
INP(i) = indeks nilai penting individu (i)
KR(i) = kerapatan relatif individu (i) (%)
FR(i) = frekuensi relatif individu (i) (%)
E. Pembuatan Herbarium
Menurut Ristoja (2015), langkah-langkah dalam pembuatan herbarium
adalah sebagai berikut :
1. Sampel tumbuhan yang diambil dari lapangan atau lokasi terdiri atas
ranting lengkap dengan daunnya dengan tinggi tanaman 40 cm , jika ada
bunga dan buah pun diambil kemudian dipotong menggunakan gunting.
2. Sampel dimasukkan ke dalam kertas koran dan diatur sedemikian rupa lalu
dilengkapi dengan etiket gantung. Penulisan etiket gantung menggunakan
25
pensil 2B yang terdiri dari nama kolektor, nomor koleksi, nama lokal,
lokasi pengambilan dan tanggal pengambilan.
3. Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berukuran 40x60cm.
4. Sampel dibasahi dengan spiritus hingga seluruh sampel dan kertas koran
basah. Kemudian sisi atas dan bawah kantong plastik dilipat dan
dilekatkan menggunakan lakban cokelat.
5. Setelah sampai di Laboratorium spesimen dikeluarkan dari kantong plastik
dan diletakkan pada kertas buram yang baru, posisi spesimen diatur
sedemikian rupa menunjukkan morfologi semua bagian sampel.
6. Setiap tumpukan kertas buram dibatasi oleh kertas karton, sejumlah
maksimal 10 tumpukan karton disusun sedemikian rupa, kemudian dijepit
alat pres dan dikencangkan.
7. Selanjutnya herbarium di oven dengan suhu 50-70ºC.
8. Herbarium yang telah dikeringkan kemudian dipindahkan dan disusun di
kertas herbarium, kemudian ditempel menggunakan selotip.
Etiket tempel herbarium dilekatkan pada bagian kanan bawah kertas
herbarium menggunakan lem serta dilengkapi dengan keterangan-
keterangan yang diperlukan. Kemudian diidentifikasi di Laboratorium
dengan menggunakan literatur buku. buku Flora of Malaya (Holtum,
1967), Taksonomi Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2003), Flora (Steenis,
2005), dan klasifikasi menggunakan buku Biology and Evolution of Ferns
and Lycophytes (Ranker dan Haufler, 2008).
26
F. Diagram Alir
Diagram alir pada penelitian yang berjudul Eksplorasi Tumbuhan Herba
Yang Berpotensi Sebagai Obat Di Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) Kota Bandar Lampung dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 2. Diagram Alir Eksplorasi tumbuhan herba yang berpotensi sebagaiobat di Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman(Tahura WAR) Kota Bandar Lampung.
Tumbuhan Herba
Menentukan titik awal pengamatan
Tumbuhan Herba yangBerkhasiat Obat
Identifikasi
Analisis Data : Kerapatan Frekuensi Indek Nilai Penting (INP)
Blok pemanfaatanTaman Hutan Raya WanAbdul Rachman (WAR)
Metode garis transek menjadi 10titik pengamatan
Plot pada setiap titik pengamatan
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat 39 jenis tumbuhan herba berpotensi obat yang telah diidentifikasi,
terdiri dari 21 suku. Jenis tumbuhan herba terbanyak adalah suku
Asteraceae yaitu sebanyak 8 jenis tumbuhan.
3. Jenis tumbuhan herba yang mempunyai INP tertinggi adalah Rumput
bambu (Lophatherum gracele) sebesar 32,54% dan Rumput israel
(Asytasia gangetica L.) sebesar 17,44%, kedua jenis herba tersebut
cenderung mendominasi dan menjadi karakter komunitas tumbuhan herba
pada Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman
(TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan perlu adanya penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang terdapat pada
setiap tumbuhan obat di Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman (TAHURA WAR) Kota Bandar Lampung, sehingga
pemanfaatannya lebih tepat sasaran.
38
DAFTAR PUSTAKA
[Depkes] Departemen Kesehatan RI 1992 Undang-Undang Kesehatan No 23Tahun 1992. Tentang Kesehatan. Jakarta.
Abdiyani, S. 2008. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat didataran tinggi dieng. Balai Penelitian Kehutanan Solo. Jurnal PenelitianHutan dan Konservasi Alam. Vol. V No. 1 : 79-92 p.
Ambri, K. 2015. Eksplorasi Tumbuhan Obat Pada Taman Nasional GunungLeuser, Resort Sei Betung, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan danMasyarakat Sei Betung. vol 3 no 9.
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Buku. Kanisius. Yogyakarta. KawasanTaman Hutan Raya Bukit Barisan Desa Tongkoh Kabupaten Karo.Departemen Kehutanan USU. Medan.
Aspan, Ruslan, Sherley dan Napitupulu. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman ObatKebun Tanaman Obat. Bidang Biologi LIPI Citeureup. Hal 44 - 46.
Asterini, A. 2016. Pengetahuan Lokal Masyarakat Etnis Pesisir TentangTumbuhan Berkhasiat Obat di Lima Kecamatan Kabupaten LampungSelatan [Skripsi]. FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Ayu, D. 2015. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Herba Pada Area TidakBertajuk Blok Curah Jarak Di Hutan Musim Taman Nasional Baluran.Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. vol 4 no 11.
Balitro, D. 2010. Identifikasi tanaman obat-obatan yang dimanfaatkan olehmasyarakat sekitar hutan tabo-tabo. Jurnal Hutan Dan Masyarakat.Tadulako. 3(2) 111-234 p.
39
BPOM. 2004. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan Pengawas Obatdan Makanan RI. Jakarta.
Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2006. Vegetasi Kawasan Hutan di ProvinsiLampung. http://dinaskehutananprovlampung.go.id//. Diakses padatanggal 23 oktober pukul 12.30 wib.
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Fakhroni, I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di sekitarTaman Nasional Bukit TigapuluhStudi Kasus di Desa Runtau Langsat,Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau[Skripsi]. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor.
Hamid, A. 1991. Struktur, Komposisi, dan Status Tumbuhan Obat diKawasan Hutan Taman Alas Purwo. Jurnal Biologi. Volume XIINomor 1.
Handayani, A. 2010. Etnobotani Masyarakat sekitar kawasan Cagar alamGunung Simpang (Studi Kasus di Desa Balegede, KecamatanNaringgul, Kaupaten Cianjur, Jawa Barat). Departemen KonservasiSumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Heddy, S. 1986. Pengantar Ekologi. Rajawali. Jakarta
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 1. Departemen Kehutanan.Jakarta.
Holtum. R.E. 1967. A Revised Flora of Malaya. Fern of Malayan. GovermenPrinting Office. Singapore. Vol. II.
Kartasapoetra. 2006. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman (EdisiRevisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Kartikawati, L. 2004. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan PertimbanganManfaat dan Keamanannya. Jurnal Ilmu Kefarmasian. 111 (1): 01-07.
40
Kashiko. 2004 . Pengenalan Etnobotani Pemanfaatan Tanaman SebagaiTanaman Obat Kepada Masuarakat Desa Cabak Jiken Kabupaten Blora.Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.
Kemeskes, R. I. 1991. Suplemen Farmakope Herbal Indonesia. KementrianKesehatan RI. Jakarta.
Krismawati, S. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Genetik Tanaman Obat SpesifikKalimantan Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, KalimantanTengah . vol 12 [17].
Kurdi, A. 2011. Bagian Dari Tanaman Yang Digunakan Untuk Obat [Skripsi].Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Makalalag, I. 2014. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Obat Tradisional DiKecamatan Pinolosian Kabupaten Bolang Mongondow Selatan.Fakultas MIPA dan IPA. [Skripsi]. Universitas Gorontalo.Gorontalo.
Maisyaroh, W., 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di TamanHutan Raya R. Soerjo Cangar, Malang.Jurusan Tarbiyah, Sekolah TinggiAgama Islam Negeri Jember. http://repository.usu.ac.id/ bitstream/941221PB/2087/1/ I.pdf . diakses tanggal 13 Maret 2018 pukul 23.00 WIB.
Noorhadi, S. 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa terhadap Iklim Mikropada Tanaman Cabai di Tanah Entisol. Jurnal Ilmu Tanah danLingkungan, Vol 4 (1): 41-49.
Noorhidayah, R. 2006. Kajian Etnobotani masyarakat di Sekitar Taman nasionalGunung Merapi. Institur Pertanian Bogor. Bogor.
Oktaviana, LM. 2008.Pemanfaatan tradisional tumbuhan obat oleh masyarakat disekitar kawasan Cagar Alam Gunung Tilu, Jawa Barat [Skripsi]. InstitutPertanian Bogor, Bogor.
Rahayu, M. 2012. A Preliminary ethnobotanical study on useful plants by localcommunities in Bodogol Lowland Forest, Sukabumi, West Java. J TropBiol Conserv. 9 (1): 115-125.
41
Ramazas. 2012. Ekologi Umum Edisi Kedua. UGM. Yogyakarta.
Ranker, T. A. dan Haufler, C. H. 2008. Biology and Evolution of Ferns andLycophytes . Cambridge University Press. Cambridge.
Saharjo, B.H. dan Cornelio G. 2011. Suksesi Alami Paska Kebakaran pada HutanSekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten ErmeraTimor Leste. Jurnal Silvikultur Tropika. 2(1): 40-45.
Sinambela, T. 2002. Keragaman Tumbuhan Obat Tradisional di KampungNansfori Distrik Supiori Utara, Kabupaten Supiori–Papua. Jurnal BiologiPapua. Volume 2 Nomor 2.
Smith R. L, and Smith,T.M. 2001 Ecology And Field Biology. 6th EditionBenjamin Cummings:San Francisco.
Soerianegara, I. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Managemen HutanFakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Steenis, V. 2005. Flora. PT Pradya Paramita. Jakarta.
Suganda, L. 2002. Kajian Etnobotani Masyarakat Adat Suku Moronene diTaman nasional Rawa Aopawatumohai. Jurnal Penelitian KehutananWallacea. Volume 3 Nomor 2.
Suharmiati dan Handayani, L. 2006. Cara Benar Meracik Obat. Agro Pustaka.Jakarta.
Supriadi, dkk. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia : Penggunaan dan Khasiatnya.Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Sutardjo, R. 1999. Pengobatan Tradisional. Aneka Ilmu. Semarang.
Syafei, E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bndung:Bandung.
42
Syamsuhidayat, SS. 2002. Inventaris tanaman obat Indonesia Jilid I. DepartemenKesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan. Jakarta.
Tim SHK Lestari. 2008. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. DinasKehutanan. Lampung.
Tjitrosoepomo. 2013. Taksonomi Tumbuhan Obat. UGM. Yogyakarta.
UPTD Tahura WAR. 2009. Buku Informasi Tahura. Buku UPTD Tahura. BandarLampung.
Utami, S. dan Almaliyah. 2010. Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat DiKabupaten Lampung Barat Dan Kabupaten Tanggamus, ProvinsiLampung. Balai Penelitian Kehutanan Palembang. 30 p.
Wiwinda, 2011. Morfologi Tumbuhan Herba. UGM. Yogyakarta.
Zein, M. 2005. Eksplorasi Etnobotani Terhadap Tumbuhan Hutan yangberkhasiat Sebagai Obat Di Daerah Aliran Sungai Sekayam KabupatenSanggau.Kerjasama Untan Dengan Pemerintah Daerah ProvinsiKalimantan Barat, pontianak.
Zuhud,. E.A.M. Dkk,. 2004. Penyusunan Rancangan dan PengembanganSumberdaya Alam Hayati Berupa Tumbuhan di Kabupaten Sintang.Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Bappeda Kabupaten Sintang.Bogor.
Zuhud, E. A. M. 2009. Kebijakan Pembangunan Kesehatan MasyarakatIndonesia yang Bhinneka Tunggal Ika dengan Pengembangan PotensiLokal Ethno-Forest-Pharmacy (Ethno-Wanafarma) pada Setiap WilayahSosial-Biologi Satu-satuan Masyarakat Kecil. Departemen KonservasiSumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Seminar diYogyakarta.