Emilta Saputri_F05112022_Laporan Transek Dan Hutan Alami

52
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN “METODE TRANSEK DI HUTAN FEKON” OLEH : EMILTA SAPUTRI F05112022 KELOMPOK 6 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

description

laporan

Transcript of Emilta Saputri_F05112022_Laporan Transek Dan Hutan Alami

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN METODE TRANSEK DI HUTAN FEKON

OLEH :EMILTA SAPUTRIF05112022KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2014

ABSTRAKAnalisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan (komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan). Analisa vegetasi dibagi atas tiga metode yaitu : (1) mnimal area, (2) metode kuadrat dan (3) metode jalur atau transek. Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan. Tujuan dilakukan praktikum ini untuk mengetahui komposisi tumbuhan pada suatu daerah atau suatu area tertentu dan untuk mengetahui potensi keanekaragaman tumbuhan di hutan alami lingkungan Fakultas Ekonomi. Kategori semai yaitu tumbuhan yang memiliki tinggi kurang dari 1,5 m. Pancang memiliki tinggi lebih dari 1,5 m dan memiliki ukuran lingkar pohon 1-25cm. Tiang memiliki lingkarpohon yang lebih lebar, yaitu 25-60 cm. Sedangkan untuk pohon, lingkarpohonnya lebih dari 60 cm. Dari ke empat kategori yang diamati, tumbuhan semai adalah yang mendominasi dilihat dari nilai INP yang dimilikinya yaitu sebesar 177,04 %. Spesies yang ditemukan ada 19, dengan spesies yang mendominasi yaitu Nephrolepis sp. Pada kategori tiang yang ditemukan ada 18 spesies yang berbeda, memiliki nilai INP yang paling rendah yaitu 200 %. Spesies yang ditemukan ada 18 dengan spesies yang mendominasi yaitu Justics sp. Pada kategori pancang yang terdiri dari 10 spesies dan kategori pohon yang terdiri dari 5 spesies memiliki nilai INP 300% dengan spesies yang mendominasi pada pancang yaitu Nephrolepis sp. Sedangkan spesies yang mendominasi pada kategori pohon yaitu Hevea brasiliensis. Dengan adanya data dari ke empat kategori tersebut menunjukkan komposisi tumbuhan yang banyak tumbuhpada hutan tersebut. Kelimpahan keragaman spesies tinggi jika Hsp>3, keragaman spesies sedang jika Hsp 60 cm, dan jika di dalam plot 2 x 2 m, 5 x 5 m, dan 10 x 10 m, juga terdapat pohon, maka, pohon tersebut juga termasuk dalam hitungan. Setelah seluruh data terkumpul yaitu, dari plot pertama, sampai dengan plot kedelapan (data kelas), maka dilakukan perhitungan dari data yang telah diperoleh. Selanjutnya, untuk langkah kerja yang dilakukan pada praktikum hutan alami adalah seluruh alat yang telah dibawa, yaitu : termometer, digunakan untuk mengukur suhu udara dan suhu tanah dari masing-masing plot yang telah dibuat. Suhu tanah dan udara diukur pada tiga titik yang berbeda. Setelah diukur suhu udara dan tanah, maka diambil sampel tanah dari ketiga titik tersebut. Kemudian, sampel tanah yang telah diambil diukur pHnya dengan menggunakan pH meter. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan cara melarutkan tanah di dalam gelas kimia, dengan menggunakan akuades. Selain, diukur suhu udara, tanah dan pH tanah, pada praktikum hutan alami ini juga di identifikasi tanaman apa saja yang terdapat di dalam hutan tersebut, serta, diamati kondisi yang berada di sekitar hutan, misalnya faktor cahaya.Adapun gambar model plot yang telah di buat untuk praktikum adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Sebelum Ada Plot

Gambar 2. Sesudah Ada Plot

Gambar 3. Ukuran Tiap PlotHASIL DAN PEMBAHASANPada praktikum kali ini tentang Metode Transek di Hutan Fekon dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi tumbuhan pada suatu daerah atau suatu area tertentu dan untuk mengetahui potensi keanekaragaman tumbuhan di hutan alami lingkungan Fakultas Ekonomi. Praktikum ini dilakukan oleh beberapa kelompok, dimana setiap kelompok mempunyai masing-masing plot sebesar 20 x 20 m. Kemudian pada plot tersebut dibagi menjadi beberapa plot lagi, dengan ukuran yang berbeda 2 x 2 m untuk semai, 5 x 5 m untuk pancang, 10 x 10 m untuk tiang dan 20 x 20 m untuk pohon. Selanjutnya dari masing-masing jumlah tanaman pada plot dijumlahkan dihitung KM, KR, FM, FR, DB Bassal, DM, DR, INP, INP sp/INP total, Log(INP sp/INP total, Hsp. Adapun hasil yang kami dapatkan sebagai berikut , yang kami sajikan dalam bentuk tabel beserta hasil perhitungannya. 1. Tabel pengamatan plot semai

Pada hasil pengamatan terhadap semai, didapatkan jumlah individu terbanyak adalah spesies Nephrolepis sp. yaitu berjumlah 622 dan terdapat pada 7 plot. Untuk nilai KM dan KR spesies Nephrolepis sp. memiliki nilai terbesar pada petak semai yaitu 19.4 dan 54.37%, untuk nilai FM dan FR spesies Nephrolepis sp. juga nilai yang paling besar untuk tanaman yang terdapat pada petak semai yaitu 0.875 dan 23.33% , untuk nilai INP juga termasuk paling besar yaitu 77.7 , untuk nilai INP sp/INP total berjumlah 0.43 , nilai Log(INP sp/INP total yaitu -0.36 dan nilai Hsp 0.15 dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa spesies Nephrolepis sp. merupakan paling banyak dan paling mendominasi, serta kerapatan yang tinggi dan penyebarannya merata pada setiap plot / persebaran merata pada hutan FEKON. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan hasil kelimpahan keanekaragaman spesies dimana hasil kelimpahan keanekaragaman spesies dikategorikan rendah. Untuk nilai yang paling rendah pada plot semai yaitu Clitocybe sp. Costus speciosus dan Anisomeles indica dimana jumlah individu dari semua plot semai yaitu masing-maing berjumlah 1 tanaman saja. Sehingga untuk nilai KM,KR,FM,FR,DB Bassal, DM,DR,INP,INP sp/INP total,Log (INPsp/INPtotal) dan Hsp paling rendah. Dapat disimpulkan bahwa nilai kerapatan rendah , dan penyebarannya tidak merata serta dalam jumlah yang sedikit. Hal ini sejalan atau sesuai dengan hasil kelimpahan keanekaragaman spesies dikategorikan rendah.

2. Tabel pengamatan plot pancang

Pada hasil pengamatan terhadap pancang, didapatkan jumlah individu terbanyak adalah spesies Nephrolepis exaltata yaitu berjumlah 238 dan hanya terdapat pada 1 plot saja. Untuk nilai KM dan KR spesies Nephrolepis exaltata memiliki nilai terbesar pada petak pancang yaitu 9.52 dan 62.47%, untuk nilai FM dan FR spesies Nephrolepis exaltata yaitu 0.13 dan 4.17% , untuk nilai INP juga termasuk paling besar yaitu 66.63 , untuk nilai INP sp/INP total berjumlah 0.33 , nilai Log(INP sp/INP total yaitu -0.48 dan nilai Hsp 0.16 dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa spesies Nephrolepis exaltata merupakan paling banyak dan paling mendominasi, tetapi penyebarannya tidak merata pada setiap plot / persebaran tidak merata pada hutan FEKON karena spesies tersebut hanya terdapat pada 1 plot saja sehingga. Sedangkan pada spesies Hevea brasiliensis walapun mempunyai nilai KM, KM, INP, INPsp/INPtotal/, Log(INPsp/INPtotal, dan Hsp lebih rendah dibandingkan spesies Nephrolepis exaltata tetapi spesies Hevea brasiliensis mempunyai nilai FM dan FR paling besra karena spesies tersebut terdapat pada 5 plot yang berbeda sehingga tanaman tersebut lebih dominan tersebar pada banyak plot tetapi jumlah individunya hanya sedikit. Dari hasil yang didapatkan spesies Nephrolepis exaltata memiliki kelimpahan keanekaragaman spesies yang dikategorikan rendah dan tidak sejalan dengan nilai yang didapatkan. Untuk nilai yang paling rendah pada plot pancang yaitu Calamus sp. dan Terminalia catappa dimana jumlah individu dari semua plot pancang yaitu masing-maing berjumlah 1 tanaman saja. Sehingga untuk nilai KM, KR, FM, FR, DB Bassal, DM, DR, INP, INP sp/INP total,Log (INPsp/INPtotal) dan Hsp paling rendah. Dapat disimpulkan bahwa nilai kerapatan rendah , dan penyebarannya tidak merata serta dalam jumlah yang sedikit. Hal ini sejalan atau sesuai dengan hasil kelimpahan keanekaragaman spesies yang dikategorikan rendah. 3. Tabel pengamatan plot tiang

Pada hasil pengamatan terhadap plot tiang, didapatkan jumlah individu terbanyak adalah spesies Justicis sp. yaitu berjumlah 47 individu dan hanya terdapat pada 1 plot saja. Untuk nilai KM dan KR spesies Justicis sp. memiliki nilai terbesar pada petak tiang yaitu 0,059 dan 32.639%, untuk nilai FM dan FR spesies yaitu 0.125 dan 5.882% , untuk nilai INP yaitu 79.804, untuk nilai INP sp/INP total berjumlah 0.266, nilai Log(INP sp/INP total yaitu -0.575 dan nilai Hsp 0.153 dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa spesies Justicis sp. merupakan paling banyak dan paling mendominasi, tetapi penyebarannya tidak merata pada setiap plot / persebaran tidak merata pada hutan FEKON karena spesies tersebut hanya terdapat pada 1 plot saja. Sedangkan pada spesies Hevea brasiliensis walapun mempunyai nilai KM, KM, INP, INPsp/INPtotal/, Log(INPsp/INPtotal, dan Hsp lebih rendah dibandingkan spesies Justicis sp. tetapi spesies Hevea brasiliensis mempunyai nilai FM dan FR paling besra karena spesies tersebut terdapat pada 5 plot yang berbeda sehingga tanaman tersebut lebih dominan tersebar pada banyak plot tetapi jumlah individunya hanya sedikit. Dari hasil yang didapatkan spesies Justicis sp. memiliki kelimpahan keanekaragaman spesies yang dikategorikan rendah.Untuk nilai yang paling rendah pada plottiang yaitu Baccaunea angulate dimana jumlah individu dari semua plot tiang yaitu berjumlah 1 tanaman saja. Sehingga untuk nilai KM, KR, FM, FR, DB Bassal, DM, DR, INP, INP sp/INP total,Log (INPsp/INPtotal) dan Hsp paling rendah. Dapat disimpulkan bahwa nilai kerapatan rendah , dan penyebarannya tidak merata serta dalam jumlah yang sedikit. Hal ini sejalan atau sesuai dengan hasil kelimpahan keanekaragaman spesies yang dikategorikan rendah. 4. Tabel pengamatan plot pohon

Pada hasil pengamatan terhadap plot pohon, didapatkan jumlah individu terbanyak adalah spesies Hevea brasiliensis yaitu berjumlah 100 individu dan terdapat pada 6 plot. Untuk nilai KM dan KR spesies Hevea brasiliensis memiliki nilai terbesar pada petak pohon yaitu 0.0313 dan 74.0741%, untuk nilai FM dan FR spesies yaitu 0.75 dan 40% , untuk nilai INP yaitu 154.0741, untuk nilai INP sp/INP total berjumlah 0,51358, nilai Log(INP sp/INP total yaitu -0.28939 dan nilai Hsp 0.148628 dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa spesies Hevea brasiliensis. merupakan paling banyak dan paling mendominasi, serta penyebarannya merata pada setiap plot / persebaran merata pada hutan FEKON karena spesies tersebut terdapat pada 6 plot. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan hasil kelimpahan keanekaragaman spesies dimana hasil kelimpahan keanekaragaman spesies dikategorikan rendah. Untuk nilai yang paling rendah pada plot tiang yaitu Rhizophora sp. dimana jumlah individu dari semua plot pohon yaitu berjumlah 1 tanaman saja. Sehingga untuk nilai KM, KR, FM, FR, DB Bassal, DM, DR, INP, INP sp/INP total,Log (INPsp/INPtotal) dan Hsp paling rendah. Dapat disimpulkan bahwa nilai kerapatan rendah , dan penyebarannya tidak merata serta dalam jumlah yang sedikit. Hal ini sejalan atau sesuai dengan hasil kelimpahan keanekaragaman spesies yang dikategorikan rendah.

Pengamatan selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap aspek suhu udara, suhu tanah, pH tanah dan kelembaban, karena keempat hal tersebut akan mempengaruhi proses transpirasi tanaman yang akan mempengaruhi kelimpahan keanekaragaman spesies pada area hutan di FEKON. Pada pengukuran suhu baik suhu tanah maupun suhu udara menggunakan 3 kali pengulangan pengukuran yaitu pada ketinggian 0 cm, 5 cm dan 10 cm pada suhu tanah sedangkan ketinggian 10 cm, 30 cm dan 50 cm untuk pengukuran suhu udara. Dari hasil perhitungan keseluruhan kelompok didapatkan rata-rata suhu tanah pada 0 cm, 5 cm dan 10 cm yaitu 26.62 0C, 26.75 0C, dan 26.66 0C sedangkan untuk rata-rata suhu udara pada ketinggian 10 cm, 30 cm dan 50 cm adalah 26.75 0C, 26.88 0C dan 26.84 0C. Pengukuran pH tanah didapatkan pula rata-rata sebesar 4.92 dan pengukuran kelembaban didapatakan rata-rata sebesar 88.36. Faktor iklim di dalamnya termasuk suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Ketinggian tempat yang dimaksud adalah ketinggian dari permukaan air laut (elevasi). Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Oleh karena itu ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap suhu suatu wilayah (Kartasapoetra, 1989). Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses phisiologi dalam tanaman. Semua proses phisiologi akan dipengaruhi boleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh tanaman. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian pula sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Sedangkan cahaya merupakan sumber tenaga bagi tanaman (Sitompul, 1995). Menurut Kartasapoetra (1993), pada daerah dengan curah hujan yang tinggi, air hujan yang menimpa tanah akan memberikan dua afek yaitu menghanyutkan bahan organic atau meresapkan bahan organic kedalam tanah. Sehingga pH tanah pada lokasi atas lebih besar jarena bahan organic tercuci ke areal yang lebih rendah yang mengakibatkan akumulasi bahan organic di lokasi yang lebih rendah. Peristiwa itu pula yang menyebabkan warna tanah pada daerah bawah sedikit lebih gelap dibandingkan warna tanah pada daerah atas, karena selain bahan organic mempengaruhi pH tanah, juga mempengaruhi warna tanah. (Nugroho, 1999). Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman. Di daerah beriklim sedang perbedaan suhu lebih ditentukan oleh derajat lintang (latitude), Di tropika perbedaan ini lebih ditentukan oleh tinggi tempat (altitude) (Hardjowigeno,1985).

KESIMPULANDari ke empat kategori yang diamati, tumbuhan semai adalah yang mendominasi dilihat dari nilai INP yang dimilikinya yaitu sebesar 177,04 %. Spesies yang ditemukan ada 19, dengan spesies yang mendominasi yaitu Nephrolepis sp. Pada kategori tiang yang ditemukan ada 18 spesies yang berbeda, memiliki nilai INP yang paling rendah yaitu 200 %. Spesies yang ditemukan ada 18 dengan spesies yang mendominasi yaitu Justics sp. Pada kategori pancang yang terdiri dari 10 spesies dan kategori pohon yang terdiri dari 5 spesies memiliki nilai INP 300% dengan spesies yang mendominasi pada pancang yaitu Nephrolepis sp. Sedangkan spesies yang mendominasi pada kategori pohon yaitu Hevea brasiliensis. Dengan adanya data dari ke empat kategori tersebut menunjukkan komposisi tumbuhan yang banyak tumbuhpada hutan tersebut. Kelimpahan keragaman spesies tinggi jika Hsp>3, keragaman spesies sedang jika Hsp