Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Ispa

download Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Ispa

of 71

description

IKM

Transcript of Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Ispa

Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akutdi Puskesmas Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai April 2012

Disusun oleh :Wisinarti

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAFAKULTAS KEDOKTERANJAKARTA, MEI 2012

Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akutdi Puskesmas Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai April 2012

Pembimbing :Dr. Ernawati Tamba, MKM

Disusun oleh :Wisinarti( 11 2010 002)

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAFAKULTAS KEDOKTERANJAKARTA, MEI 2012

Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai Dengan April 2012

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui, April 2012 Pembimbing :

(dr. Ernawati Tamba, MKM)

Penguji 1 : Penguji 2 :

(dr. E. Irwandy Tirtawidjaja) (dr. Melda Suryana, M.Epid)

Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai April 2012

Abstrak

. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia di mana sebagai salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa. Selain itu, penyakit ini juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit serta 40% - 60% kunjungan ke Puskesmas adalah karena penyakit ISPA.. Menurut Angka kematian pneumonia pada Balita di Indonesia diperkirakan mencapai 250 299 per 1000 anak Balita setiap tahunnya. Karena belum diketahuinya keberhasilan program Pencegahan dan Pemberantasan (P2) ISPA di Puskesmas Kutawaluya, maka dilakukan evaluasi program menggunakan metode dengan membandingkan cakupan program periode Mei 2011 April 2012 terhadap target melalui pengumpulan data, analisa data, perumusan masalah dan prioritas masalah melalui pendekatan sistem. Berdasarkan dari hasil Evaluasi Program P2 ISPA di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai April 2012 belum berhasil sepenuhnya. Hasil evaluasi didapatkan prioritas masalah. Rendahnya angka cakupan penemuan kasus pneumonia oleh tenaga kesehatan. Hal-hal yang menyebabkan masalah tersebut, antara lain penentuan diagnosis ISPA terutama pneumonia kurang sesuai pedoman di mana penentuan diagnosis dilakukan dengan alat yang kurang memadai, oleh tenaga kesehatan yang tidak terlatih.

Kata kunci : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Evaluasi Program, Puskesmas Kutawaluya

Daftar Isi

HalLembar Persetujuan............................................................................................................iAbstrak..............................................................................................................................iiDaftar Isi..........................................................................................................................iiiDaftar Lampiran................................................................................................................vDaftar Tabel.......................................................................................................................v

Bab I Pendahuluan...........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................1 1.2 Permasalahan.....................................................................................................2 1.3 Tujuan................................................................................................................3 1.4 Manfaat.............................................................................................................4 1.5 Sasaran..............................................................................................................5

Bab II Materi dan Metode................................................................................................6 2.1 Materi...............................................................................................................6 2.2 Metode.............................................................................................................6

Bab III Kerangka Teoritis dan Tolok Ukur Keberhasilan..................................................7 3.1 Kerangka Teoritis.............................................................................................7 3.2 Tolok Ukur Keberhasilan.................................................................................8

Bab IV Penyajian Data......................................................................................................9 4.1 Sumber Data...................................................................................................9 4.2 Data Umum....................................................................................................9 4.2.1 Data Geografi...........................................................................................9 4.2.2 Data Demografi........................................................................................9 4.3 Data Khusus..................................................................................................11 4.3.1 Masukan..................................................................................................11 4.3.2 Proses......................................................................................................15 4.3.3 Keluaran..................................................................................................17 4.3.4 Lingkungan.............................................................................................18 4.3.5 Umpan Balik...........................................................................................19 4.3.6 Dampak..................................................................................................19

Bab V Pembahasan......................................................................................................20

Bab VI Perumusan Masalah..........................................................................................23

Bab VII Prioritas Masalah...............................................................................................24

Bab VIII Penyelesaian Masalah......................................................................................25

Bab IX Kesimpulan dan Saran........................................................................................26

Daftar Pustaka.................................................................................................................27

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tolok Ukur KeberhasilanLampiran 2. Bagan Struktur Organisasi PuskesmasLampiran 3. Data demografi dan Data kesakitan ISPALampiran 4. Bagan cakupan tolak ukur dan masalahLampiran 5 Peta Wilayah Puskesmas

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Kutawaluya 2011.Tabel 2. Klasifikasi Jumlah Penduduk Menurut Usia di Kecamatan Kutawaluya Tahun 2011.Tabel 3. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Kutawaluya Tahun 2011.Tabel 4. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Kutawaluya Tahun 2011. Tabel 5. Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Kutawaluya Tahun 2011.Tabel 6. Jumlah Penderita ISPA Mei 2011 sampai dengan April 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Kutawaluya.Tabel 7. Cakupan Penderita Pneumonia Mei 2011 sampai dengan April 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Kutawaluya.

Bab IPendahuluan

1.1 Latar BelakangInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan sekelompok penyakit kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1986). ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar dimana ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA ditandai dengan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai sebab seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur, dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat di sebabkan oleh bakteri, virus, dan mikoplasma. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang banyak menyerang bayi dan anak balita. Kejadian pnemonia pada masa balita berdampak jangka panjang yang akan muncul pada masa dewasa yaitu dengan penurunan fungsi paru. 1,4Infeksi Saluran Pernapasan Akut masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia di mana sebagai salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Sekitar 40 % - 60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. 12Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia adalah sebesar 25,5%, dimana tertinggi terjadi pada anak Balita (42,53%) dan bayi (35,92%), sedangkan prevalensi ISPA di proponsi DKI Jakarta adalah sebesar 22,6% dan prevalensi pneumonia di DKI Jakarta sebesar 16,7%.7Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 didapatkan bahwa dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun , 26,67% kematian diakibatkan oleh penyakit ISPA dan pneumonia merupakan penyebab utamanya. Bahkan United Nations Children Fund (UNICEF) tahun 2006 juga menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak Balita tertinggi, melebihi penyakit-penyakit lain seperti campak, malaria serta Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Angka kematian pneumonia pada Balita di Indonesia diperkirakan mencapai 250 299 per 1000 anak Balita setiap tahunnya. Menurut laporan WHO dan UNICEF pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa. Selain itu, penyakit ini juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit serta 40% - 60% kunjungan ke Puskesmas adalah karena penyakit ISPA.2,5,6Sejak tahun 2000 hingga tahun 2009 cakupan penemuan Pneumonia belum pernah mencapai target yang ditetapkan, meskipun target sudah beberapa kali disesuaikan, dan terakhir pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 target cakupan penemuan kasus Pneumonia Balita pada tahun 2010 ditetapkan menjadi 60% dan ditargetkan persentase penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia Balita pada tahun 2014 adalah sebesar 100%. Cakupan Pneumonia Balita selama 10 tahun berkisar antara 22,18-35,9%.8Salah satu target MDG 4 ( Millenium Development Goal ) adalah menurunkan angka kematian Balita tahun 2015 menjadi 2/3 dari tahun 1990. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menurunkan angka kematian Balita akibat Pneumonia yang merupakan penyebab utama kematian Balita. Agar upaya itu tercapai diperlukan upaya pengendalian Pneumonia pada Balita yang menyeluruh, komprehensif dan terpadu.9Di Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Kutawaluya, pada tahun 2010 terdapat 137 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pneumonia dari seluruh populasi bayi dan balita yaitu 1290 jiwa di wilayah kerja puskesmas Kutawaluya tahun 2010. Hal ini menunjukkan tingginya jumlah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya.Salah satu program Pemberantasan Penyakit Menular yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya adalah Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA) yang belum diketahui keberhasilan program tersebut pada periode Mei 2011 sampai dengan April 2012.

1.2 PermasalahanBerdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan berbagai permasalahan sebagai berikut :1. 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun , 26,67% kematian diakibatkan oleh penyakit ISPA.2. Angka kematian pneumonia pada Balita di Indonesia diperkirakan mencapai 250 299 per 1000 anak Balita setiap tahunnya.3. Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa.4. penyakit ini juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit serta 40% - 60% kunjungan ke Puskesmas adalah karena penyakit ISPA.5. prevalensi ISPA di Indonesia adalah sebesar 25,5%, dimana tertinggi terjadi pada anak Balita (42,53%) dan bayi (35,92%), sedangkan prevalensi ISPA di proponsi DKI Jakarta adalah sebesar 22,6% dan prevalensi pneumonia di DKI Jakarta sebesar 16,7%.6. Masih tingginya penderita kasus pneumonia pada bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya.7. Belum diketahuinya keberhasilan evaluasi program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012.

1.3 TujuanTujuan Umum :Diketahuinya tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 dan meningkatkan derajat keberhasilan program pemberantasan penyakit ISPA sehingga angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan ISPA dapat berkurang dan tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Tujuan Khusus :1. Diketahuinya jumlah dan cakupan penemuan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012. 2. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penentuan diagnosis penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012. 3. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pengobatan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012. 4. Diketahuinya jumlah rujukan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012. 5. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penyuluhan baik secara kelompok maupun perorangan mengenai Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012. 6. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pelatihan kader untuk mendeteksi dini penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai April 2012. 7. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012.

1.4 Manfaat1. Manfaat bagi evaluator :a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.b. Melatih dan mengembangkan kemampuan, minat dan bakat dalam mengevaluasi suatu program kesehatan di puskesmas.c. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas tentang program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di wilayah kerja puskesmas.2. Manfaat bagi perguruan tinggi :a. Mengamalkan Tridharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakatb. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat.c. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan3. Manfaat Bagi Puskesmas :a. Memperoleh masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.b. Dapat meningkatkan mutu kemampuan petugas dalam hal melakukan diagnosis dini, pengobatan yang tepat, rujukan dan upaya untuk mengurangi faktor risiko.c. Dapat melaksanakan Program Pemberantasan ISPA dengan lebih baik.d. Dengan adanya masukan berupa hasil evaluasi dan saran saran, diharapkan dapat menjadi umpan balik positif di wilayah kerja puskesmas kecamatan Jatisari untuk dapat melaksanakan kegiatan kesehatan yang lebih baik4. Manfaat bagi masyarakat :a. Meningkatkan peran aktif, pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai penyakit ISPA sehingga dapat mengubah perilaku hidup sehat.b. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Puskesmasc. Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi tentang ISPA.

1.5 SasaranSasaran dalam program pemberantasan ISPA adalah seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 pada semua umur dengan mengutamakan pelayanan bagi golongan bayi dan balita ( 3 minggu rujuk Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah/ menjaga bayi tetap hangat. Membersihkan lubang hidung jika ada mengganggung pemberian sakit Obati demam, jika ada.4. Rujukan Penderita ISPA.Setiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda bahaya umum harus segera dirujuk ke Rumah Sakit. Tanda bahaya yang perlu diwaspadai yang menyertai anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, wheezing, atau demam/terlalu dingin. Tanda bahaya yang perlu diwaspadai yang menyertai anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, atau gizi buruk.5. Penyuluhan mengenai ISPAPenyuluhan dilakukan secara :a.Perorangan (konseling ibu)Menggunakan metode wawancara dengan orang tua dan memberikan semua informasi mengenai tanda bahaya ISPA (pneumonia berat), cara pemberian obat, dan nasihat pemberian obat, dan nasihat pemberian makanan, kunjungan ulang bila obat sudah habis saat membawa anaknya berobat ke puskesmas setiap hari kerja. b. Kelompok.Kegiatan pencegahan penularan dijadwalkan pada tanggal tertentu 2x/tahun.6. Pelatihan Kader.Pelatihan kader Posyandu dilaksanakan setahun 2 kali dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai gejala penyakit ISPA pneumonia, pneumonia berat dan bukan pneumonia. berdasarkan perhitungan frekuensi napas dengan mengunakan jam tangan, serta usaha usaha pencegahan ISPA.

7. Pencatatan dan pelaporan.Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan dilakukan harian, bulanan, dan tahunan. Kasus ISPA sedang (Pneumonia) dan ISPA berat (Pneumonia berat) dilaporkan dalam formulir LB1 sebagai Pneumonia. Kasus ISPA ringan (batuk-pilek) dilaporkan dalam formulir LB1 sebagai penyakit ISPA.

4.3.2. Proses4.3.2.1 Perencanaan1. Penemuan penderita ISPAAkan dilaksanakan penemuan kasus ISPA pada semua penderita ISPA yang datang berobat ke puskesmas setiap hari kerja ( senin-sabtu), pukul 08.00-14.00 WIB.2. Penentuan diagnosis ISPA: Penentuan diagnosis ISPA akan dilaksanakan berdasarkan metode yang ada ( dengan pendoman, sesuai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik oleh dokter umum atau bidan Puskesmas yang bertugas di setiap hari kerja, pukul 08.00-14.00 WIB.3. Pelayanan pengobatan penderita ISPAAkan dilaksanakan sesuai dengan metode yang ada ( dengan pedoman) oleh dokter umum dan bidan Puskesmas setiap hari kerja ( senin-sabtu) pukul 08.00-14.00 WIB, dokter umum yang telah mendapat pelatihan mengenai ISPA kehadiran dokter umum antara 08.00-14.00 WIB.4. Rujukan penderita ISPA berat.Akan dilakukan rujukan ke Rumah Sakit terdekat bila ditemukan penderita pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat pada setiap hari kerja (senin-sabtu), pukul 08.00-14.00 WIB.5. Penyuluhan ISPAa. PeroranganAkan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA terutama tanda bahaya pneumonia kepada orang tua penderita yang datang berobat ke Puskesmas setiap hari kerja (senin-sabtu), pukul 08.00-14.00 WIB.b. KelompokYang telah di jadwalkan pada tanggal tertentu 2x/tahun.6. Pelatihan kader untuk meningkatkan pengetahuan mengenai ISPA.Pelatihan kader Posyandu akan dilaksanakan setahun 2 kali dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai gejala penyakit ISPA ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas dengan mengunakan jam tangan, serta usaha usaha pencegahan ISPA.7. Pencatatan dan pelaporanPencatatan akan dilaksanakan oleh bidan sesuai dengan metoda pada setiap hari kerja dan pelaporan akan dilaksanakan secara bulanan dan tahunan oleh petugas kesehatan di Puskesmas.4.3.2.2 Pengorganisasian Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dalam menjalankan program P2ISPA, hanya ada pembagian tugas : Kepala Puskesmas : dr.Cucu Siti M, M.Kes. Penanggung jawab P2M dan koordinator P2M : E.Wina,AMK. Dokter Pelaksana P2ISPA : dr.Fransiska V4.3.2.3 Pelaksanaan1. Penemuan penderita ISPADilakukan secara passive case finding oleh dokter umum atau bidan di ruang pemeriksaan. Bidan hadir setiap hari kerja (senin-sabtu) antara pikil 08.00-14.00 WIB. Dokter Umum yang telah mendapatkan pelatihan mengenai ISPA kehadiran dokter umum antara pukul 08.00-14.00 WIB setiap hari kerja.2. Penentuan diagnosis penderita ISPADilaksanakan dokter umum dan bidan. Bidan hadir setiap hari kerja (senin-sabtu) antara pukul 08.00-14.00 WIB, dokter umum yang telah mendapat pelatihan mengenai ISPA hadir setiap hati kerja.3. Pelayanan pengobatan penderita ISPADilaksanakan oleh dokter umum atau bidan. bidan hadir setiap hari kerja (senin-sabtu) antara pukul 08.00-14.00 WIB, dokter umum yang telah mendapat pelatihan mengenai ISPA.

4. Rujukan penderita ISPA (pneumonia) beratTidak dilakukan rujukan karena tidak didapatkan kasus pneumonia berat sepanjang periode Mei 2011 April 2012 di Puskesmas Kutawaluya5. Penyuluhan ISPAPenyuluhan perorangan : dilakukan secara langsung melalui wawancara orang tua penderita ISPA yang datang berobat pada setiap hari kerja, pukul 08.00-14.00 WIB oleh dokter umum atau bidan.Penyuluhan kelompok : dilakukan 2x/tahun.6. Pelatihan kader : Dilaksanakan 2x/tahun.7. Pencatatan dan pelaporanPencatatan akan dilaksanakan oleh perawat di poli sesuai dengan metoda pada setiap hari kerja dan pelaporan akan dilaksanakan secara bulanan dan tahunan oleh petugas kesehatan di Puskesmas dan laporan tanggal 5 tiap bulan.4.3.2.4 PengawasanMelalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas 12x/tahun.

4.3.3 Keluaran1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia) Program P2 ISPA menetapkan angka target penemuan penderita ISPA (pneumonia) balita per tahun pada suatu wilayah kerja sebesar : 60,13%.Dengan kasus penderita pneumonia di Mei 2011-April 2012 adalah sebanyak 178 dan penderita bukan pneumonia sebanyak 779 penderita, dimana jumlah penderita pneumonia terbanyak pada bulan september 2011 sebanyak 23 penderita, tidak yang meninggal karena ISPA dalam periode ini. Program P2ISPA menetapkan angka target cakupan penderita ISPA pneumonia adalah sebesar 86 % dari jumlah target. Jumlah perkiraan/ target penemuan Balita penderita pneumonia = insiden pneumonia Balita x jumlah Balita = 10% x 2959= 296 Balita Penemuan kasus ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya :Pneumonia : 178 kasusBukan Pneumonia : 779kasus Cakupan penemuan Balita penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Kutawaluya periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 : Jumlah Balita penderita pneumonia yang diobati di 1 wilayah kerja dalam 1 tahun x100% Jumlah perkiraan Balita penderita pneumonia di 1 wilayah kerja dalam 1 tahun= ( 178 / 296) x 100% = 60,13 %2. Penentuan diagnosis ISPA (pneumonia) Jumlah diagnosis ISPA (pneumonia) sesuai metode diagnosis oleh dokter= X 100% Jumlah seluruh penderita ISPA (pneumonia) yang didiagnosis = 178 / 178 x 100% = 100 %3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA Jumlah kasus ISPA yang ditangani oleh dokter sesuai standar= x 100% Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati = 178/178 x 100% = 100 %4. Rujukan penderita ISPA tidak dilakukan = 0 %Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan kasus pneumonia berat sepanjang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012.5. Penyuluhan Perorangan: (100 %). Kelompok: (100%)6. Pelatihan bagi kaderDilaksanakan 2x/tahun (100%).

4.3.4 Lingkungan1. Fisik1. Fasilitas kesehatan laintidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain dengan puskesmas dalam program P2ISPA.2. Non fisik1. Tingkat pendidikan, sosial, ekonomi Tingkat pendidikan: sebagian besar penduduk mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu sebesar 83,83%. Sosial ekonomi: sebagian besar penduduk yaitu 42,07% penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya adalah petani.

4.3.5 Umpan balik1. Adanya pencacatan dan pelaporan lengkap dan sesuai drngan waktu yang ditentukan sehingga dapat digunakan sebagai makan untuk perbaikam pelaksnaan program P2ISPA, pencacatan secara lengkap tepat dan pelaporan dilakukan tiap bulan.2. Adanya pertemuan bulanan rutin ataupun lokakarya mini bulanan yang membahas hasil laporan kegiatan tiap bulan dan dilakukan pencatatan hasil pertemuan untuk perbaikan pelaksanaan program P2ISPA yang dilaksanakan : Umpan balik diberi saat rapat pertemuan bulanan tiap bulannya. Disampaikan kekurangan atau masalah yang ada dan dilakukan pencatatan hasil dari tiap pertemuan yang disebut notulen.

4.3.6 Dampak1. Langsung : Menurunnya angka kesakitan ISPA pada Balita : Belum dapat dinilai Menurunnya angka kematian ISPA pada Balita : Belum dapat dinilai2. Tidak langsung : Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, khususnya Balita : belum dapat dinilai.

Bab VPembahasan

NoVariabelPencapaianTolok UkurMasalah

IKeluaran

1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia)60,13 %

86 %

(+)30,16%

II

MasukanSarana *Timbangan berat badan bayi *Sound timera. Nonmedis Brosur atau poster

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

1 buah

2 buah

Ada

(+)

(+)

(+)

MetodePenentuan diagnosis ISPA

Kurang sesuai pendomanDengan mengunakan jam tangan menghitung frekuensi napas.Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan pneumonia dilaksanakan melalui anamnesa (mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik Balita dengan cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita tenang, tidak menangis, tidak meronta) dengan menghitung frekuensi napas menggunakan Sound timer selama 60 detik.

(+)

NoVariabelPencapaianTolok UkurMasalah

IIIProsesPerencanaanPenentuan Diagnosis ISPA

Dilaksanakan oleh bidan dan dokter umum yang hadir setiap hari kerja yang setiap hari kerja (senin-sabtu), pukul 08.00-14.00

Berdasatkan pendoman dokter umum Puskesmas yang bertugas tiap hari kerja (senin-sabtu), pukul 08.00-14.00 WIB.

(+)

Pengorganisasian

Pelaksanaana. Penemuan Penderita ISPA

Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian teratur dalam menjalankan program P2ISPA, hanya ada struktur organisasi Puskesmas dengan pembagian tugas Kepala Puskesmas : dr.Cucu Siti M, M.Kes. Penanggung jawab P2M dan koordinator P2M : E.Wina,AMK. Dokter Pelaksana P2ISPA : dr.Fransiska V

Kurang sesuai pedemon

Terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian tugas-tugas secara teratur dalam menjalankan program P2ISPA.

Dilaksanakan secara pasif oleh dokter umum di BPU setiap hari kerja, pukul 08.00-14.00 WIB.

(+)

(+)

NoVariabelPencapaianTolok UkurMasalah

a. Penentuan diagnosis ISPAKurang sesuai pedoman

Dilaksanakan oleh dokter umum sesuai metode setiap hari kerja pk 08.00-14.00 WIB.(+)

b. Pelayanan pengobatan penderita

Kurang sesuai pedomanDilaksanakan oleh dokter umum sesuai dengan metode mengenai penanganan ISPA, setiap hari kerja, pukul 08.00-14.00 WIB.(+)

IVLingkunganc. Fisik1. Fasilitas Kesehatan lain

Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain dengan Puskesmas dalam program P2ISPA sehingga tidak ada koordinasi cakupan penemuan Pneumonia bagi balita yang berobat ke sarana kesehatan lainnya, cakupan penemuan pneumonia balita di Kecamatan Kutawaluya 86 %.

Adanya kerjasama fasilitas kesehatan lain dengan Puskesmas dalam kegiatan P2ISPA.

(+)

Keterangan : Hanya dicantumkan yang bermasalah. Hasil keseluruhan terdapat di lampiran 4

Bab VIPerumusan Masalah

Dari hasil pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 didapatkan beberapa masalah sebagai berikut :

Masalah dari keluaran (masalah sebenarnya) :Rendahnya cakupan Penemuan penderita ISPA (pneumonia).

Masalah menurut unsur lain (penyebab masalah) :a. Dari masukan: Terdapat beberapa sarana medis yang masih belum tersedia di ruang pemeriksaan, yaitu sound timer, timbangan berat badan bayi. . Penentuan diagnosis ISPA dengan menggunakan jam tangan, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan pelaksanaan penentuan diagnosis dan akhirnya bisa terjadi kesalahan penentuan diagnosis ISPA (pneumonia). Tidak ada nya brosur.

b. Dari proses: Pada hari kerja lainnya pelayanan pengobatan ISPA dilakukan hanya oleh dokter dan bidan. Penanggung jawab dan koordinator program dipegang oleh satu orang dengan jabatan yang rangkap.

c. Dari lingkungan: Fisik: Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain dengan Puskesmas dalam program P2ISPA sehingga tidak ada koordinasi cakupan penemuan pneumonia bagi balita yang berobat ke sarana kesehatan lainnya.

Bab VIIPrioritas Masalah

Tidak dibuat prioritas masalah karena hanya ditemukan 1 masalah menurut keluaran, yaitu : Kelompok mengenai P2 ISPA di Puskesmas Kutawaluya perioder Mei 2011 sampai dengan April 2012 dengan cakupan 60,13%. dari tolok ukur 86%.

\

Bab VIIIPenyelesaian Masalah

Masalah 1Rendahnya Penemuan penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya Periode Mei 2011 sampai dengan April 2012.

Penyebab masalah :1. Penentuan diagnosis ISPA dengan menggunakan jam tangan sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan pelaksanaan penentuan diagnosis dan akhirnya bisa terjadi kesalahan penentuan diagnosis ISPA (pneumonia).2. Pada hari kerja lainnya pelayanan pengobatan ISPA di ruang pemeriksaan dilakukan hanya oleh bidan.3. Penentuan diagnosis ISPA dilakukan oleh bidan, yang belum mendapat pelatihan tentang ISPA di ruang pemeriksaan sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan pelaksanaan penentuan diagnosis ISPA (pneumonia).4. Terdapat beberapa sarana medis yang masih belum tersedia di ruang pemeriksaan, yaitu sound timer, timbangan berat badan bayi.5. Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain dengan Puskesmas dalam program P2ISPA sehingga tidak ada koordinasi cakupan penemuan pneumonia bagi balita yang berobat ke sarana kesehatan lainnya,

Penyelesaian masalah :1. Pelayanan pengobatan penderita ISPA lebih baik menjadi tanggung jawab dokter sepenuhnya, dan perawat/ bidan sebagai pembantu dokter.2. Melakukan pelatihan pada bidan dan perawat tentang penegakkan dan pengobatan ISPA yang sesuai pedoman.3. Melalukan pengadaan sound timer agar penegakkan kasus pneumonia lebih tepat.4. Mendorong setiap tenaga kesehatan yang bertugas di ruang pemeriksaan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan pedoman ISPA kepada setiap pasien.

Bab IXKesimpulan dan Saran

9.1 KesimpulanBerdasarkan dari hasil Evaluasi Program P2 ISPA Puskesmas kutawaluya dengan cara pendekatan sistem dapat diambil kesimpulan bahwa Program P2 ISPA di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode April 2011 Mei 2012, belum berhasil sepenuhnya.

1. Cakupan penemuan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 : 60,13 %2. Penentuan diagnosis penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 dilakukan kurang sesuai pedoman3. Pengobatan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 dilakukan kurang sesuai pedoman. 4. Jumlah rujukan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 tidak ada kasus.5. Pencatatan dan pelaporan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 dilakukan 100%.

Didapatkan dua prioritas masalah yang ditemukan dari keluaran1. Rendahnya angka penemuan kasus pneumonia oleh tenaga kesehatan.

9.2 SaranUntuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam program pemberantasan penyakit ISPA di Puskesmas Kutawaluya di tahun yang akan datang, maka yang harus dilakukan adalah Mengadakan pelatihan pada bidan dan perawat di Puskesmas yang siap memberikan penyuluhan tentang ISPA. Pelayanan pengobatan penderita ISPA lebih baik menjadi tanggung jawab dokter sepenuhnya, dan perawat/ bidan sebagai pembantu dokter. Melakukan pelatihan pada bidan dan perawat tentang penegakkan dan pengobatan ISPA yang sesuai pedoman. Melakukan pengadaan sound timer agar penegakkan kasus pneumonia lebih tepat Mendorong setiap tenaga kesehatan yang bertugas di ruang pemeriksaan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan pedoman ISPA kepada setiap pasien.

Daftar Pustaka1. Rasmaliah. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkm-rasmaliah9.pdf, 2004.2. World Health Organization (WHO). Pengenalan Dini, Pelaporan, dan Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ISPA yang Berpotensi Menimbulkan Kekhawatiran. Diakses dari: http://www.who.int/pdf. Diakses pada tanggal 14 Maret 2012. 3. Depkes R.I. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta; 2011.4. Depkes R.I. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Jakarta; 2002.5. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Diunduh dari: http://syair79.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 27 November 2011.6. Rasmaliah. Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan Penanggulangan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret 2012.7. Soendoro T. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Diunduh dari: http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lariskesdas.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret 2012.8. Depkes R.I. Pneumonia Balita. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20PNEUMONIA.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret 2012.9. Sihotang D. Hubungan Tingkat Keparahan ISPA dengan Status Gizi pada Balita di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009. Sumatera Utara; 2010. Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16314/5/Chapter%201.pdf. Diakses pada tanggal 17 Maret 2012.10. Yulistianto B. hubungan Kondisi Fisik Dalam Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita di Wilayah Puskesmas 1 Bawang Kabupaten Banjarnegara. Semarang : Universitas Diponegoro; 2004. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/21666/1/2070c.pdf. Diakses pada tanggal 9 April 2012. 11. Romsiyati E. Hubungan Tingakat Pengetahuan Keluarga Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balta di Desa Gandrungmanis. Jakarta : Universitas Pembangunan Nasional; 2011. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312032/bab6.pdf. Diakses pada tanggal 9 April 2012.12. Karakteristik Penderita Pneumonia pada Balita. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16362/5/Chapter%20I.pdf, 2010

LAMPIRAN

NoVariabelTolok Ukur Keberhasilan

IMasukan

A. Tenaga

1. Dokter terlatih1 orang

2. bidan1 orang

3. Perawar terlatih1 orang

4. Koordinator P2M1 orang

5. KaderAda

B. Dana

Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :

APBD tingkat IICukup

C. Sarana

a. Medis

Stetoskop 1 buah

Timbangan berat badan bayi 1 buah

Timbangan berat badan dewasa 1 buah

Sound timer 2 buah

Thermometer 1 buah

Senter 1 buah

Antibiotik

KotrimoksazolCukup

AmoxicilinCukup

Anlagetik antipiretik

ParacetamolCukup

Paracetamol sirup Cukup

Lampiran I Tolok Ukur Keberhasilan Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Kabupaten/Kota.

NoVariabelPencapaian

Antitusif-anti sesak

Gliseril guaiakolat Salbutamol Cukup Cukup

b. Non-medis

Ruang tunggu Ada

Ruang untuk periksa pasienAda

Tempat tidur untuk memeriksa Ada

Pedoman penatalaksanaan ISPAAda

Alat administrasi (buku,alat tulis)Ada

Brosur atau poster Ada

D. Metode

1. Penemuan penderita ISPAPenemuan penderita ISPA (meliputi infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah) yang berobat ke Puskesmas dengan gejala-gejala sebagai berikut: batuk, pilek, demam, sesak napas.

2. Penentuan diagnosis ISPAPenegakan diagnosis ISPA pneumonia dan non-pneumonia dilaksanakan melalui anamnesis (mengajukkan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik balita dengan cara melihat dan mendengarkan pernafasan (saat balita tenang, tidak menangis, tidak meronta) dengan menghitung frekuensi nafas menggunakan sound timer atau jam tangan.

NoVariabelTolok Ukur Keberhasilan

Berdasarkan pada hasil pemeriksaan, klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk untuk golongan umur < 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan - < 5 tahun

Golongan umur < 2 bulan

a. Pneumonia berat : Bila adanya gejala batuk, pilek, demam, dan disertai tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) atau adanya nafas cepat, frekuensi nafas yaitu 60x per menit atau lebih.

b. Batuk bukan pneumonia : Bila adanya gejala batuk, pilek, demam +/- , dan tidak disertai tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) atau tidak adanya nafas cepat, frekuensi nafas kurang dari 60x per menit.

Golongan umur 2 bulan - < 5 tahun

a. Pneumonia berat : Bila adanya gejala batuk, pilek, demam, dan disertai tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) dimana pada waktu anak menarik nafas (saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis/meronta).

b. Pneumonia : Bila adanya gejala batuk, pilek, demam, dan tidak disertai tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) atau adanya nafas cepat, frekuensi nafas :

2 bulan -