Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

17
HUBUNGAN ANTARA PEMAKAI DENGAN RIWAYAT GANGGUAN BIPOLAR EPISODE MANIK DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA ABSTRAK Latar belakang : Maraknya penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya) terjadi diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dari semua golongan. Salah satu narkotika yang sering digunakan adalah sabu. Penggunaan sabu pada pasien dengan riwayat gangguan bipolar episode manik sebelumnya yang dapat di perparah dengan penggunaan NAPZA. Presentasi kasus : Mr.X umur 47 tahun pemakai narkotika jenis sabu dan inex sejak tahun 1996 hingga sekarang. Mr. X memiliki riwayatgangguan kejiwaan yang sering datang ke psikiatri hingga akhirnya menjadi pasien RSKO cibubur karena terkait dengan penyalahgunaan narkoba. Mr.X sudah bolak-balik keluar masuk RSKO Cibubur karena sering mengamuk dan berhalusinasi di rumahnya. Diskusi : Seorang penderita gangguan bipolar mengalami fase manik, kondisi senang yang berlebihan bisa membuatnya kehilangan rasionalitas dalam berpikir dan bertindak. Perilaku beresiko dan salah satunya menggunakan zat narkotika agar lebih bersemangat. Hal ini yang membuat penggunaan narkotika besar jumlahnya pada penderita dengan gangguan bipolar. Simpulan : Pada penderita gangguan bipolar, suasana perasaan yang labil, mudah berubah, kadang sedih berlebihan dan di saat lain gembira luar biasa menjadi faktor risiko penggunaan zat narkotika. Terutama bagi penderita yang tidak mendapatkan pengobatan profesional. Orang yang mengalami ketergantungan berat dengan NAPZA mempunyai resiko tinggi untuk bunuh diri. Depresi dan gangguan perasaan lain berkaitan dengan kejadian bunuh diri, penyalahgunaan obat dapat memperburuk kondisi gangguan perasaan. Key word : drug abuse, gangguan bipolar episode manik, sabu PENDAHULUAN NAPZA ( Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain ) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan ( adiksi ) serta ketergantungan ( dependensi ) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga

Transcript of Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

Page 1: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAI DENGAN RIWAYAT GANGGUAN BIPOLAR EPISODE MANIK DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

ABSTRAKLatar belakang : Maraknya penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya) terjadi diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dari semua golongan. Salah satu narkotika yang sering digunakan adalah sabu. Penggunaan sabu pada pasien dengan riwayat gangguan bipolar episode manik sebelumnya yang dapat di perparah dengan penggunaan NAPZA.Presentasi kasus : Mr.X umur 47 tahun pemakai narkotika jenis sabu dan inex sejak tahun 1996 hingga sekarang. Mr. X memiliki riwayatgangguan kejiwaan yang sering datang ke psikiatri hingga akhirnya menjadi pasien RSKO cibubur karena terkait dengan penyalahgunaan narkoba. Mr.X sudah bolak-balik keluar masuk RSKO Cibubur karena sering mengamuk dan berhalusinasi di rumahnya.Diskusi : Seorang penderita gangguan bipolar mengalami fase manik, kondisi senang yang berlebihan bisa membuatnya kehilangan rasionalitas dalam berpikir dan bertindak. Perilaku beresiko dan salah satunya menggunakan zat narkotika agar lebih bersemangat. Hal ini yang membuat penggunaan narkotika besar jumlahnya pada penderita dengan gangguan bipolar. Simpulan : Pada penderita gangguan bipolar, suasana perasaan yang labil, mudah berubah, kadang sedih berlebihan dan di saat lain gembira luar biasa menjadi faktor risiko penggunaan zat narkotika. Terutama bagi penderita yang tidak mendapatkan pengobatan profesional. Orang yang mengalami ketergantungan  berat dengan NAPZA  mempunyai resiko  tinggi untuk bunuh diri. Depresi dan gangguan perasaan lain  berkaitan dengan  kejadian bunuh diri, penyalahgunaan  obat dapat memperburuk  kondisi  gangguan perasaan. Key word : drug abuse, gangguan bipolar episode manik, sabu

PENDAHULUAN

NAPZA ( Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain ) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan ( adiksi ) serta ketergantungan ( dependensi ) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.( BNN,2012 )

NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat / Bahan berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum yang sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan NAPZA Ada juga menggunakan istilah madat untuk NAPZA Tetapi istilah madat tidak disarankan karena hanya berkaitan dengan satu jenis Narkotika saja, yaitu turunan opium.( BNN,2012 )

Trend peningkatan kejahatan narkoba bisa terlihat dengan semakin bertambahnya jumlah kasus yang dilaporkan serta jumlah tersangka yang terlibat, baik sebagai pengguna maupun sebagai pengedar narkoba. Dari data statistika yang dimiliki oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), peredaran sabu ( methamphetamine ) terus meningkat sejak tahun 2006, hal tersebut digambarkan dari bertambahnya jumlah kasus dan tersangka jenis shabu dan mencapai level tertinggi pada tahun 2009 ( 10.742 kasus dan 10.183 tersangka ). Demikian pula dengan jumlah penyitaan sabu oleh Ditjen Bea dan Cukai tahun 2009 juga menunjukkan adanya peningkatan. Hasil survey BNN tahun 2009 menyimpulkan bahwa prevalensi

Page 2: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar dan mahasiswa adalah 4,7 % atau sekitar 921.695 orang. ( BNN,2009 )

Jumlah tersebut sebanyak 1 % menggunakan narkoba jenis analgesik, dan 39 % menggunakan jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan lem. Data mengenai trend perkembangan kasus narkoba diatas menunjukkan kepada kita mengenai peningkatan jumlah kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia yang nyaris tidak pernah menunjukkan adanya penurunan untuk semua jenis narkoba. Bahkan sejak medio2003-2009, kenaikan jumlah kasus narkoba berdasarkan penggolongan narkoba naik sekitar 30,5 %. Peningkatan ini tentu saja menunjukkan adanya trend perkembangan penyalahgunaan yang semakin menjadi-jadi di Indonesia. Angka peningkatan kasus kejahatan Narkoba ini tentu saja diiringi dengan angka peningkatan barang bukti yang berhasil di sita oleh aparat berwajib.( BNN,2009 )

Pada beberapa penelitian yang telah dilansir dikatakan bahwa pasien dengan riwayat gangguan kejiwaan terkait dengan penyalahgunaan zat narkotik yang memicu perburukan dari gangguan kejiwaan tersebut. Ada beberapa hal yang terkait dengan masalah gangguan kejiwaan dan penyalahgunaan zat narkotika. Kondisi kejiwaan terkait dengan perilaku, perasaan dan pikiran dari orang tersebut. Beberapa gangguan kejiwaan seperti gangguan bipolar dan gangguan kepribadian ( misalnya salah satunya gangguan kepribadian ambang ) sangat sering penderitanya melakukan tindakan berisiko tinggi dan salah satunya adalah penggunaan zat. Selain itu masalah perasaan dari penderita gangguan kejiwaan juga sangat berperan. Beberapa gangguann kejiwaan yang rentan terhadap penyalahgunaan zat narkotika seperti gangguan bipolar, gangguan skizofrenia, gangguan depresi, gangguan cemas dan gangguan kepribadian. Beberapa di antaranya bahkan mempunyai potensi rentan untuk mengalami gangguan penyalahgunaan zat misalnya gangguan bipolar. Kondisi pasien sering sulit digambarkan sendiri oleh mereka. Pada penderita gangguan bipolar, suasana perasaan yang labil, mudah berubah, kadang sedih berlebihan dan di saat lain gembira luar biasa menjadi faktor risiko penggunaan zat narkotika. Apalagi bagi penderita yang tidak mendapatkan pengobatan profesional.Tidak mengherankan dalam strategi pengobatan pasien seperti gangguan Bipolar, tata laksana bukan hanya terkait kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala sakitnya tetapi juga berhubungan dengan pencegahan dari penyalahgunaan zat.

Hal ini karena kita menyadari adanya suatu kerentanan yang tinggi pada pasien - pasien gangguan kejiwaan khususnya beberapa kondisi khusus seperti gangguan bipolar.

PRESENTASI KASUS

Mr.X berusia 47 tahun yang berprofesi sebagai wiraswasta di bidang properti yang berdomisili di jakarta dan bertempat tinggal di salah satu kawasan elit di Jakarta (Kawasan Pantai Indah Kapuk). Mr.X mempunyai 2 orang istri, 5 orang anak (1 anak tiri) dan 2 orang cucu. Mr.X menceritakan mengenai pekerjaan yang Mr.X geluti dan kesuksesan pada pekerjaan yang digeluti oleh Mr.X sampai Mr.X terjerumus ke dalam dunia narkotika. Mr.X menyatakan dirinya seorang yang kaya raya dan memiliki beberapa relasi dari instansi pemerintahan.

Menurut Mr.X, awal Mr.X terjerumus ke dunia narkotika, terjadi pada tahun 1996, Mr.X mengaku kalau dijebak oleh salah satu kerabat dekat dari Mr.X. Pada malam kejadian itu Mr. X mengunjungi salah satu diskotek tempat yang Mr.X sering kunjungi bersama temannya. Disana Mr. X memilih salah satu minuman alkohol, pada saat minuman datang diantar oleh seorang pegawai diskotek, Mr. X melihat ada

Page 3: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

yang aneh dari warna minuman, sedangkan minuman itulah yang biasa Mr. X minum. Tiba-tiba kerabat dekat Mr. X meminta untuk Mr. X segera minumnya. Beberapa saat setelah meminum minuman itu, Mr. X merasa pikirannya tenang dan merasa melayang- layang, dan merasa happy. Ternyata minuman yang di sajikan oleh pegawai diskotek itu adalah minuman alkohol yang telah dicampur oleh pil inex. Mulai dari malam itu sampai keesokan harinya Mr.X mengaku ketagihan, d samping itu kerabat dekat Mr.X itu sering memberikan pil inex itu secara cuma-cuma sampai beberapa minggu. Disaat Mr.X sudah mengalami kekambuhan, Mr.X mencoba meminta pil inex tersebut ke kerabatnya tapi dia tidak mau memberikan ke Mr.X secara cuma-cuma. Mr.X akhirnya memberikan sejumlah uang yang cukup banyak untuk mendapatkan beberapa butir pil inex. Mr.X mengaku kalau mengkonsumsi pil inex disaat kelelahan dan disaat dia merasa sedih dan jika sedang berkumpul bersama beberapa kerabatnya yang juga merupakan salah satu orang yang bekerja di instansi pemerintahan. Setelah beberapa tahun menjadi pengguna narkotika jenis pil inex, Mr.X lalu beralih menggunakan narkotika jenis sabu-sabu yang Mr.X dapatkan dari salah satu kerabat yang berprofesi sebagai polisi. Pada saat menjadi pengguna sabu, Mr.X mengajak istri muda Mr.X untuk mengkonsumsi bersama dengan Mr.X. Tetapi istri dari Mr. X tidak menggunakannya sampai ketergantungan dan hanya sebentar. Anak Mr.X pun merupakan seorang pecandu narkotika jenis sabu.

Mr.X mengaku sering mengamuk di rumah, jika Mr.X tidak mendapatkan sabu. Oleh karena itu orang tua dan istri serta anak Mr.X meminta pihak rumah sakit ketergantungan obat untuk menjemput Mr.X ke rumah sakit tersebut jika Mr.X mulai mengamuk, berbicara meracau dan sering mendengar bisikan-bisikan halus yang orang lain tidak dapat mendengar dan berhalusinasi kalau ada orang yang sering mengikuti Mr.X. Ini bukan pertama kalinya Mr.X masuk ke RSKO. Selama di RSKO, Mr.X sudah mulai tenang dan jarang sekali mengamuk. Tetapi memang dari selama wawancara dilakukan Mr.X tidak bisa diam (hiperaktif) dan bicara masih suka melantur.

DISKUSI

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat IV/TP Narkoba dan KT Bareskrim Polri pada Maret, dapat dilihat jumlah barang bukti kasus narkoba yang berhasil disita pada periode 2003-2009 sebagai berikut:1) Untuk jenis narkotika, daun ganja merupakan bahan yang paling seringdisalahgunakan, dan selama (enam) tahun terakhir (2003-2008) menunjukkan peningkatan yang sangat tajam yaitu hampir 5 kali lipat,sedangkan tahun 2009 mengalami penurunan. 2) Namun hal menarik adalah jenis kokain, terjadi penurunan sangat tajam biladibandingkan dengan tahun 2003 (tahun lalu),dengan tingkat penurunanyang sangat tajam hampir setiap tahunnya.3) Untuk jenis psikotropika (narkotika Gol I dan II) ekstasi dan sabu tahun 2009mengalami penurunan yang cukup tajam.4) Sedangkan bahan adiktif lainnya tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tinggi

Page 4: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

 

Gangguan Bipolar Episode ManikPerasaan senang dan sedih muncul secara tidak menentu dan berlangsung tiba-

tiba termasuk dalam kategori gangguan penyakit jiwa bipolar. Bipolar itu sendiri adalah gangguan afektif bipolar. Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama dari gangguan ini. Biasanya gangguan ini berujung pada kematian. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Bipolar memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi. Gangguan ini bersifat episode yang cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang terganggu. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Kadang penderita memiliki perasaan atau yang bisa disebut sebagai mood meninggi, energi dan aktivitas fisik dan mental meningkat atau episode manik atau

Page 5: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

hipomanik. Pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan aktivitas dan mental berkurang (episode depresi). (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat senang dan gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknya. Dua kutub mood tinggi dan rendah, saling bergantian. Di antara episode peralihan mood ini bisa saja orang megalami mood yang normal. Bisa dikatakan bahwa insiden gangguan bipolar tidak tinggi antara 0,3-1,5 persen. Tapi angka tersebut belum termasuk yang misdiagnosis. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Episode pertama bisa timbul mulai dari mata kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap penyakit bipolar. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

PenyebabPenyebab gangguan ini, tidak diketahui secara pasti. Faktor genetika, dan

faktor psikososial. Para peneliti pun mengatakan bahwa terjadi disregulasi heterogen dari neurotransmitter atau zat kimia di otak. Gangguan jiwa bipolar adalah penyakit gangguan jiwa yang bukan disebabkan tekanan psikologis, melainkan karena terjadinya gangguan keseimbangan pada otak.(Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Bipolar terjadi secara biologis berupa gangguan di neurotransmitter otak yang berfungsi mengatur keseimbangan. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Faktor genetika dinilai melalui suatu mekanisme gen yang kompleks, sedangkan peristiwa-peristiwa kehidupan dan stres lingkungan merupakan faktor psikososial yang sering mendahului episode pertama dari gangguan bipolar tersebut.Ada 10-12 persen kasus pada gangguan jiwa bipolar yang semakin memburuk setelah mengkonsumsi NAPZA. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Manifestasi KlinisGejala manik biasanya ditandai dengan perasaan gembira yang berlebihan,

seperti perubahan mendadak dari perasaan gembira menjadi tiba-tiba marah, keresahan, tutur kata cepat dan konsentrasi kurang, energi yang meningkat dan keinginan tidur kurang, dorongan seksualitas tinggi, cenderung membuat rencana besar dan sulit dicapai, cenderung kurang dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan impulsivitas meningkat. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Sedangkan gejala depresi biasanya ditunjukkan dengan kesedihan, kehilangan energi, perasaan putus asa atau tak berarti, hilangnya kegembiraan terhadap hal yang belum dirasa menyenangkan, sulit berkonsentrasi, menangis tak terkendali, sulit mengambil keputusan, lekas marah, insomnia, perubahan nafsu makan, berfikir dan mencoba untuk melakukan bunuh diri. Gangguan bipolar ini juga bisa terjadi pada

Page 6: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

laki-laki maupun perempuan. Perempuan dengan gangguan bipolar mengalami peralihan mood yang lebih cepat. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Jika penderita sedang mencapai klimaks maka dia akan cenderung untuk melakukan semua aktivitas dan tidak pernah berada di rumah. Namun sebaliknya, suatu saat ketika dia sedang mencapai tahap titik antiklimaks (penurunan) maka dia cenderung untuk selalu berdiam diri di rumah. (Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain,1993)

Pada kasus ini, pasien sudah menderita gangguan bipolar episode manik sebelum menggunakan narkoba.

Gangguan Bipolar Episode Manik Dihubungkan dengan Penggunaan Narkotika

Beberapa jurnal penelitian yang mengatakan salah 1 yang paling sering terjadi pada pasien dengan gangguan bipolar adalah penyalahgunaan zat narkotika. Kondisi penggunaan zat terlarang, seperti alkohol dan narkoba (coccain, ekstasi dan sabu) memang terkait dalam kondisi perjalanan gangguan bipolarnya. Orang dengan gangguan ini, moodnya sering berubah-ubah. Ketika depresi, orang yang mengalami bipolar bisa sangat sedih sekali dan merasa tidak ada gunanya hidup. Pada saat itu, orang dengan gangguan bipolar bisa melakukan upaya bunuh diri. Perasaan tidak berdaya dan tidak nyaman inilah yang bisa mendorongnya menggunakan zat-zat narkotika yang mampu membuatnya lebih hidup (inex). (Andri,2012)

Begitupun ketika seorang penderita gangguan bipolar mengalami fase manik, kondisi senang yang berlebihan bisa membuatnya kehilangan rasionalitas dalam berpikir dan bertindak. Perilaku beresiko dan salah satunya menggunakan zat narkoba agar lebih bersemangat. Hal ini yang membuat penggunaan narkoba besar jumlahnya pada penderita dengan gangguan bipolar ini. Pada kebanyakan pasien dengan gangguan bipolar manik, menganggap narkoba adalah salah satu cara sebagai mood stabilizer. (Andri,2012)

Penyalahgunaan zat dan gangguan mental

Para peneliti  di bidang kesehatan  secara  internasional  menyatakan  bahwa pada tahun 2003  WHO  memperkirakan 5 juta  orang menggunakan  obat  suntik  untuk tujuan penyalahgunaan. (Radjiman,2007)

Pada studi  yang meneliti  faktor resiko  yang dialami  penderita mengarah  pada upaya bunuh diri  (bagian dari manifestasi klinis dari gangguan bipolar) penyalahgunaan  zat lebih sering terjadi  pada kelompok  remaja  dan dewasa  awal dibanding kan dengan usia  dewasa juga , jenis kelamin  pria lebih beresiko  baik untuk penyalahgunaan zat maupun bunuh diri. Untuk kelompok  resiko seperti penduduk asli  yamg tinggal  pada lingkungan  yang mayoritas  bersifat individual, depresi  dan penyalahgunaan  zat secara  bersama dapat  sebagai faktor  resiko penyebab bunuh diri, yang mana menjadi tanda khas pada gangguan bipolar. Masalah penyalahgunaan  zat dan alkohol  dapat menyebabkan bunuh diri  dalam beberapa hal. (Radjiman,2007)

Orang yang menggunakan dan menyalahgunaan  zat sering  mempunyai faktor  resiko lain untuk  untuk bunuh diri. Disamping depresi  mereka juga  cenderung mempunyai  permasalahan sosial dan ekonomi , penyalahgunaan  zat cenderung  lebih sering terjadi  diantara orang- orang  yang implusip dalam bertindak, termasuk pada jenis- jenis perilaku  beresiko yang dapat  menyebabkan  pecenderaan  diri juga

Page 7: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

intoksikasi  akan lebih muda  melakukan bunuh diri  secara impulsif  dan agresif  untuk keluar  dari kondisi intoksikasinya. (Radjiman,2007)

Orang yang mengalami ketergantungan  berat dengan NAPZA  mempunyai resiko  tinggi untuk bunuh diri. Depresi dan gangguan perasaan lain  berkaitan dengan  kejadian bunuh diri , penyalahgunaan obat  mengalami  peningkatan  depresi apabila  tidak diobati, penyalahgunaan  obat memperburuk  kondisi  gangguan perasaan. Penelitian di Kanada  menunjukan sampai 80 persen pasien gangguan mania (bipolar) akan menyalahgunakan  zat pada suatu  waktu tertentu, penyalahgunaan itu  sangat berhubungan  dengan perilaku bunuh diri. Resiko tinggi terjadi setelah lebih  dari 10 tahun mempunyai masalah  sebagai pengguna NAPZA. (Radjiman,2007)

Sesuai kasus ini, penderita gangguan bipolar episode manik yang diderita pasien sebelumnya dapat diperburuk dengan penyalahgunaan NAPZA.

Pandangan Islam Terhadap NAPZA dan Kejiwaan

Pandangan terhadap NAPZA1. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang terhormat, layak, dan

mampu mengemban amanah setelah terlebih dahulu melalui seleksi di antara makhluk Tuhan lainnya, sebagaimana Allah berfirman dalam QS Al Ahzab ayat 72 :“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, maka semuanya enggan memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.”Guna menjalankan amanat luhur itulah manusia dibekali dengan kelengkapan yang kemudian hari akan dimintai pertanggungjawabannya. Manusia dibekali naluri keagamaan yang tajam, penciptaan yang sangat sempurna, kedudukan yang mulia, dan diberi kepercayaan penuh untuk mengolah bumi serta isinya. Dengan demikian manakala Allah swt menjanjikan imbalan terhadap kemampuan manusia mengoperasikan pemberian Allah tersebut atau juga ancaman atas kelalaiannya, tentulah yang demikian itu disebut adil bahkan Maha Adil.

2. Manusia dengan segala kelengkapannya telah dibekali naluri ketuhanan dengan potensi takwa, sebagaimana firman Allah dalam QS Al A’raf ayat 172 : “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka seraya berfirman : Bukankah Aku ini Tuhanmu ? Mereka menjawab : “Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan yang demikian agar di hari kiamat, kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini.”Penyimpangan yang terjadi dalam sejarah kehidupan manusia ialah akibat dari ulah manusia itu sendiri yang tidak mengindahkan petunjuk agama sebagai sistem perawatan atas produk Tuhan yang amat dimuliakan. Memang manusia disamping dibekali dengan potensi takwa (merawat diri) juga diberi potensi fujur (petaka/kerusakan) karena manusia dilengkapi dengan nafsu. Firman Allah dalam QS Yusuf ayat 53 :“Aku tidak dapat melepaskan diri dari nafsu, sesungguhnya kecenderungan nafsu itu condong untuk berbuat dosa, kecuali mereka yang dirahmati Tuhan.”

3. Menurut tuntunan agama Islam, manusia adalah makhluk Tuhan yang amat mulia bahkan lebih mulia daripada malaikat sekalipun, karena itu manusia

Page 8: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

mendapat kehormatan menjabat sebagai khalifah atau pengelola bumi dan isinya untuk tujuan kesejahteraan lahir dan batin. Bimbingan itu diarahkan pada kehidupan yang harmonis, serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungan Islam tidak menghendaki agar manusia menjadi iblis dan setan.Tujuan diturunkannya syariat Islam adalah untuk memanusiakan manusia atau dengan kata lain “program maintenance “ agar manusia memelihara kodrat kemanusiaannya. Manusia diberi keleluasaan untuk mencari dan memenuhi kebutuhan hidupnya di muka bumi ini untuk mencari kebahagiaan, namun jangan sampai melalaikan kepentingan akhirat yang kekal abadi. Dalam hal ini Allah berfirman dalam QS Al Qashash ayat 77:“Carilah dari apa yang dianugerahkan Allah kepadamu kehidupan akherat, namun jangan sekali-kali melalaikan kehidupan di dunia ini. Berbuat ihsan kepada sesama sebagaimana Allah senantiasa berbuat baik kepadamu. Dan jangan sekali-kali berbuat kerusakan di muka bumi ini, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang suka berbuat kerusakan.”Perintah agar manusia bertakwa (memelihara diri) merupakan wujud operasionalisasi dari sistem perawatan tersebut.

4. Al Qur’an secara tegas telah melarang minuman khamr, yaitu minuman yang memabukkan. Narkotika dan sejenisnya merupakan jenis minuman keras. Termuat dalam QS Al Maidah ayat 90 :“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman khamr, judi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”Khamr ialah sumber keresahan, permusuhan, dan kebencian yang akan menghancurkan persatuan dan kesatuan umat dan akan memalingkan manusia dari bertakwa kepada Allah swt. Diterangkan dalam QS Al Maidah ayat 91 :“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran minuman khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu lantaran minuman khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sholat, maka berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu.”

Musyawarah Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) 10 Pebruari 1978 telah menyampaikan fatwa yang ditandatangani oleh KH Syukri Ghazali (Ketua Komisi Fatwa MUI) dan H. Amirudin Siregar (Sekretaris Komisi Fatwa MUI), sbb:1. Menyatakan haram hukumnya menyalahgunakan narkotika dan semacamnya,

yang menyatakan kemudharatan yang mengakibatkan rusak mental dan fisik seseorang, serta terancamnya keselamatan masyarakat dan ketahanan nasional.

2. Mendukung sepenuhnya rekomendasi Majelis Ulama DKI Jakarta tentang pemberantasan narkotika dan kenakalan remaja.

3. Menyambut baik dan menghargai segala usaha pemerintah menanggulangi segala akibat yang timbul dari bahaya penyalahgunaan narkotika dan semacamnya.

4. Menganjurkan kepada Presiden RI agar berusaha segera mewujudkan undang-undang tentang penggunaan dan penyalahgunaan narkotika, termasuk obat bius semacamnya, serta pemberatan hukuman terhadap pelanggarnya.

5. Menganjurkan kepada Presiden RI agar membuat instruksi yang lebih keras dan intensif terhadap penanggulangan korban penyalahgunaan narkotika.

Page 9: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

6. Menganjurkan kepada alim ulama, guru-guru, mubaligh, dan pendidik untuk lebih giat memberikan pendidikan/penerangan terhadap masyarakat bahaya penggunaan narkotika.

7. Menganjurkan kepada organisasi-organisasi keagamaan, organisasi pendidikan dan sosial serta masyarakat pada umumnya terutama para orang tua untuk bersama-sama berusaha menyatakan “perang melawan penyalahgunaan narkotika”.Dalil-dalil yang digunakan sebagai landasan dan dasar fatwa tersebut adalah

ayat-ayat Al Qur’an dan hadis nabi sbb:1. QS Al Baqoroh ayat 195 : “Janganlah kamu jerumuskan dirimu kepada

kecelakaan/kebinasaan (sebagaimana akibat) tangan-tanganmu…”2. QS An Nisa ayat 29 :“Dan janganlah kamu membunuh dirimu (dengan

mencapai sesuatu yang membahayakan). Sesungguhnya Allah Maha Kasih padamu”.

3. Hadis Ummu Salamah :“Rasulullah melarang dari tiap-tiap barang yang memabukkan dan yang melemahkan badan dan akal”. (Hadis riwayat Ahmad dalam musnadnya, dan Abu Daud dalam Sunannya dengan sanad yang sholeh).

4. Hadis Sholeh riwayat Bukhori Muslim :“Tiap-tiap barang yang memabukkan haram”.

5. Hadis dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah bersabda : “Setiap benda yang memabukkan banyaknya, maka sedikitnya juga haram” (Hadis dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasal, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).

6. An Nasal, Ad daruquthy, Ibnu Hibba :“Rasulullah melarang dari yang sedikit, yang banyaknya memabukkan”

7. Pendapat Ulama Fikh :“Al Mukhadarat (macam-macam obat bius) menyalahgunakan pemakaiannya, hukumnya haram” (Ulama-ulama Islam dalam hal ini sependapat).

Pandangan terhadap kejiwaan

Inti utama masalah kesehatan mental menurut islam adalah bagaimana menumbuh kembangkan sifat-sifat terpuji (mahmudah) serta sekaligus menghilangkan sifat-sifat tercela (mazmumah) pada pribadi seseorang. Dalam sifat-sifat mazmumah adalah sifat ilahiyah sedangkan sifat-sifat mazmumah - adalah sifat syaitaniyah. Demikian juga pandangan islam terhadap kesehatan mental antara lain dapat dilihat peran agama Islam sendiri bagi kehiduan manusia, agama Islam memberikan tugas dan tujuan bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Misalnya, tugas dan tujuan manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifahnya di bumi, yaitu dengan melaksanakan konsep ibadat dan khalifah, orang yang dapat mengembangkan potensi jiwa dan memperoleh kesehatan mentalnya. Peranan ajaran islam demikian dapat membantu orang dalam mengatasi jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kesehatan mental. (Rochman,2010)

Berdasarkan pemikiran diatas maka setidak-tidaknya ada empat prinsip keagamaan dan falsafah yang mendasari pandangan Islam tentang kesehatan mental.Pertama, prinsip dan falsafah tentang maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia dan alam semesta. Kedua, keadaan dan sifat-sifat Allah yang hubungannya dengan sifat-sifat manusia. Ketiga, keadaan amanah dan fungsi

Page 10: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

manusia dijadikan Allah sebagai khalifah di muka bumi ini. Keempat,  perjanjian mistaq antara Allah dan manusia sewaktu dilahirkan atau masih dalam kandungan (Jaya,1994: 87).

Maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi adalah untuk beribadah dalam pengertian yang luas kegiatannya mencakup aspek kehidupan manusia, baik bersifat itikad, pemikiran, social, jasmani, rohani, akhlak, dan keindahan.(Rochman,2010)

Dari uraian-uraian tersebut, jelas bahwa meminum khamr termasuk narkotika dan sebangsanya, hukumnya haram dan dan dilarang menyalahgunakannya. Serta sudah seharusnya sebagai makhluk Allah, memperbanyak ibadah, serta dapat mengembangkan potensi jiwanya demi mencegah manusia dari gangguan kejiwaan.

SIMPULANPada penderita gangguan bipolar, suasana perasaan yang labil, mudah

berubah, kadang sedih berlebihan dan di saat lain gembira luar biasa menjadi faktor risiko penggunaan zat narkotika. Terutama bagi penderita yang tidak mendapatkan pengobatan profesional. Orang yang mengalami ketergantungan  berat dengan NAPZA  mempunyai resiko  tinggi untuk bunuh diri. Depresi dan gangguan perasaan lain  berkaitan dengan  kejadian bunuh diri, penyalahgunaan  obat dapat memperburuk  kondisi  gangguan perasaan.

SARAN 1. Pasien dengan gangguan kejiwaan haruslah ditangani dengan segera sebelum diperburuk dengan adanya penyalahgunaan zat narkoba2. Lebih memperdalam ilmu agama untuk menjauhkan dari godaan-godaan serta keinginan untuk mencoba zat-zat narkoba yang mana dapat merusak kesehatan 3. Lebih memperbanyak wawasan mengenai agama Islam sendiri, memperbanyak ibadah dan tawakkal serta lebih mengembangkan potensi jiwa demi mencegah manusia dari gangguan jiwa

ACKNOWLEDGEMENTPertama-tama, saya haturkan terima kasih kepada Allah SWT.

Karena saya diberikan kesempatan untuk membuat laporan kasus ini. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada RSKO Cibubur, Mr.X yang sudah bersedia meluangkan waktu, dr. Hj. RW Susilowati selaku koordinator blok elektif, dr.Nasruddin Noor, SPKJ selaku koordinator tutor untuk Bidang Kepeminatan Ketergantungan Obat, dr.Rita Murnikusumawatie Sp.M selaku tutor yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan sehingga materi ini dapat selesai. Serta teman-teman dari kelompok drug abuse 2 atas semua bantuan dan kerjasamanya.

Page 11: Gangguan Bipolar Episode Manik (Bellinda)

DAFTAR PUSTAKA

KRT. Drs H. Ahmad Muksin K (MUI DIY). Narkoba dan permasalahannya. Dinas Pendidikan Pemprop DIY.2009

Marlyn, E.S, Gangguan Afektif Bipolar, available from URL:http://www.atwordpress.com, Last update 2008.

Dr. Andri, Sp.KJ. Psikiater dan Pengamat Kesehatan Jiwa dari FK Ukrida

Anggota American Psychosomatic Society

American Psychiatric Association. Mood Disorders. Dalam: Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Ed, Text Revision, DSM-IV-TR,

Washington DC, 2005: hal. 345-429

Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain. Attention Deficit Disorder.

Main street books. 1993

Dr.Radjiman W. Mengurangi resiko gangguan mental dan bunuh diri. 2007

Rochman,kholil lur. (2010), Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press.

www.bnn.go.id